PENDAHULUAN
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air
atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu lintas biasanya disebut
viaduct.
Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api
dan lalu lintas biasa ( Struyk dan Veen, 1984). Jembatan adalah suatu bangunan yang
memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan
lain yang tidak sama tinggi permukaannya.
Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang
terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain.
Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan
kepada batang – batang baja struktur tersebut, sebagai gaya – gaya tekan dan tarik,
melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul).
Garis netral tiap – tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling
berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder.
Jalan merupakan alat penghubung antara daerah yang penting sekali bagi
penyelenggaraan pemerintah, ekonomi kebutuhan sosial, perniagaan, kebudayaan,
pertahanan. Trasportasi sangat penting bagi ekonomi dan pembangunan Negara dan
bangsa. Maju – mundurnya suatu negara, terutama dalam bidang ekonomi sangat
tergantung pada baik dan tidaknya sistem transportasi yang ada. Baik tidaknya atau
lancar tidaknya transportasi sangat tergantung pada alat – alatnya, antara lain yang
terpenting kendaraan – kendaraannya, sistem transportasi, tranportation policy dan
pada keadaan jalannya.
Jembatan adalah bagian dari jalan itu. Jembatan sangat menentukan pula
kelancaran transportasi. Peranan jembatan yang sangat penting dalam menopang
sistem transportasi darat yang ada, maka jembatan harus kita buat cukup kuat dan
tahan, tidak mudah rusak. Kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan gangguan
terhadap kelancaran lalu lintas jalan, terlebih – lebih di jalan yang lalu lintasnya padat
seperti di jalan utama, di kota, dan di daerah ramai lainnya.
Kemacetan lalu lintas dalam kota bias terjadi karena adanya suatu perbaikan
jembatan. Berpuluh – puluh bahkan ratusan kendaraan berhenti berderet – deret
menunggu giliran untuk lewat jembatan. Berapakah kerugian yang diderita sebagai
akibat dari waktu yang hilang itu?.
Menurut (Satyarno, 2003) jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang
biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang
dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya
digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe jembatan rangka yang
dapat digunakan diantaranya sebagai berikut, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Tipe - Tipe Jembatan Rangka
Menurut (Spiegel dan Limbrunner, 1991) baja konstruksi adalah alloy steels
(baja paduan), yang pada umumnya mengandung lebih dari 98 % besi dan biasanya
kurang dari 1 % karbon. Komposisi aktual kimiawi sangat bervariasi untuk sifat –
sifat yang diinginkan, seperti kekuatannya dan ketahanannya terhadap korosi, baja
dapat juga mengandung elemen paduan lainnya, seperti silicon, magnesium, sulfur,
fosfor, tembaga, krom, dan nikel, dalam berbagai jumlah.
1. Keuntungan baja adalah keseragaman bahan dan sifat – sifatnya yang dapat diduga
secara cukup tepat. Kestabilan dimension, kemudahan pembuatan, dan cepatnya
pelaksanaan juga merupakan hal – hal yang menguntungkan dari baja struktur ini.
2. Kelemahan baja adalah mudahnya bahan ini mengalami korosi (tidak semua jenis
baja) dan berkurangnya kekuatan pada temperatu tinggi.
3. Abutment
Abutment merupakan bagian dari bangunan pada ujung-ujung
jembatan, yang memiliki fungsi sebagai pendukung untuk bangunan
struktur atas dan juga berfungsi untuk penahan tanah. Abutment
mempunyai bagian sebagai berikut :
a. Abutment
b. Wing Wall
c. Pelat Injak
d. Back Wall
Gambar 2.3 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Abutment
4. Oprit
Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada.
perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan agar design
oprit yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet sesuai dengan umur
rencana yang telah ditentukan
b. Bearing
1. Lokasi :
a. Topografi
b. Lingkungan
c. Tanah Dasar
3. Bahan Struktur :
a. Karakteristiknya
b. Ketersediaannya
4. Peraturan
2. Aspek teknis
3. Aspek estetika
Perlintasan tegak lurus sungai, jurang atau jalan rel lebih sering dipilih,
dari pada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring. Penentuan
ini didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi. Menurut (Waddel, 1916)
dalam (Supriyadi dan Muntohar, 2007) menyatakan bahwa struktur yang
dibuat pada alinemen miring adalah abominasi dalam lingkup rekayasa
jembatan.
Struktur baja yang ada saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagai
aturan yang berbeda pada tiap negara. Konsep pemikiran dalam perhitungannya
adalah sama tetapi aturan yang terjadi adalah lain, dan itu tergantung dari Negara
yang memakainya.
1. Beban primer
2. Beban sekunder
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
1. Penjelasan Umum
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor
pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan
Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas
gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang telah
tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan
mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan
sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek
2. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Galian
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah
dasar dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :
1. Split 5/7
2. Split 3/5
3. Split 2/3
4. Abu Batu
Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari
Base B adalah :
Peralatan
Pengawasan Pekerjaan
4.1. Kesimpulan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel;
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
4.2. Saran
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2005;
2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Kazuto Nakazawa dkk, PT Pradnya Paramita,
Th 2000;
4. Foundation Design and Construction, MJ Tomlinson, Fourth Edition, the Pitman
Press London, 1983;
5. Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, PWS Publishing Company
Boston, Second Edition, 1990;
6. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;
7. Ground Anchors and Anchored Systems, Geotechnical Engineering Circular No.4,
Publication FHWA, June 1999;
8. Load Cell Test Pada Pondasi Bored Pile Jembatan Suramadu, SKS Pembinaan
Teknik Pembangunan Jembatan Suramadu Core Team-Manajemen Konstruksi Tahap
II;
9. Test Daya Dukung Tiang Pancang Dengan Metode Beban Dinamis (DLT), Pile
Foundation Diagnostic Services;
10. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan Manajemen
Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, May 2006;
11. Modul Pelaksanaan Konstruksi Jembatan, Jafung Teknik Jalan dan Jembatan Pusat
Pendidikan dan Latihan Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2006.