Gambar 1.4 - Pemodelan struktur akibat beban mati pada jembatan tipe
gelagar-pelat
➢ Analisis struktur terhadap beban lalu lintas (beban lajur “D”)
Untuk tinjauan efek beban lalu lintas terhadap struktur atas jembatan, maka perlu
disesuaikan dengan jenis beban yang bekerja. Berdasarkan SNI 1725:2016, beban lalu
lintas terdiri dari beban “T” (truk) dan beban “D” (beban merata). Intensitas beban “T”
dan beban “D” diatur dalam SNI 1725:2016 Pasal 8.
Untuk analisis pengaruh beban “D”, beban lalu lintas dimodelkan sebagai beban
merata (BTR) dan beban terpusat (BGT) di atas balok satu dimensi. Beban BTR dan
BGT diterapkan pada jembatan dengan area penerapan beban adalah sepanjang
jembatan dan selebar jalan raya pada jembatan. Besarnya beban BTR dan BGT
Gambar 1.6 - (a) Konfigurasi truk (b) keadaan batas ultimit dan layan (c)
keadaan batas fatik
Gaya geser maksimum yang bekerja pada jembatan akibat beban truk terjadi
di dekat tumpuan. Perhitungan gaya geser maksimum akibat beban truk pada
keadaan batas ultimit dan layan ditentukan dengan persamaan berikut:
Untuk keadaan batas fatik, gaya dalam momen dan geser ditentukan dengan
persamaan di bawah ini:
Keterangan:
S = adalah jarak antar gelagar (m)
L = adalah panjang bentang jembatan (m)
ts = adalah tebal pelat (mm)
Kg = adalah parameter kekakuan longitudinal (mm4)
b) Faktor distribusi geser untuk gelagar interior (gvi); nilai gvi ditentukan pada
kondisi satu lajur terbebani dan pada kondisi dua atau lebih lajur
terbebani dengan persamaan sebagai berikut:
c) Faktor distribusi momen untuk gelagar eksterior (gme); nilai gme pada kondisi
satu lajur terbebani ditentukan dengan aturan tuas. Aturan tuas adalah
Faktor distribusi momen akibat beban hidup pada gelagar eksterior diambil
sebesar 𝑥/s dimana x adalah jarak antara resultan gaya berat roda truk
dengan as gelagar interior, sedangkan S adalah jarak antara gelagar eksterior
dan gelagar interior. Jika aturan tuas digunakan, maka faktor distribusi
beban yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor kepadatan lajur m
seperti yang ditetapkan dalam Pasal 8.4.3 pada SNI 1725:2016 dimana m
bernilai 1,2 untuk satu lajur terbebani dan bernilai 1 jika dua atau lebih lajur
terbebani. Dengan demikian, faktor distribusi momen pada gelagar eksterior
untuk satu lajur terbebani adalah:
Dimana θ adalah sudut serong tumpuan jembatan, c1 bernilai 0 jika θ < dari
30ᵒ dan bernilai 0. Untuk θ > 60ᵒ, gunakan nilai θ = 60ᵒ untuk menghitung c1.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode faktor
distribusi momen pada jembatan tipe gelagar-pelat adalah sebagai berikut:
1) Faktor distribusi beban hanya bisa diterapkan jika persyaratan geometris
jembatan yang dianalisis terpenuhi. Adapun persyaratan geometris yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
• Jarak antar gelagar tidak boleh kurang dari 1100 mm dan tidak boleh lebih
besar dari 4900 mm,
• Tebal pelat tidak boleh kurang dari 110 mm dan tidak boleh lebih dari 300
mm,
• Panjang bentang jembatan tidak boleh kurang dari 6 m dan tidak boleh
lebih dari 73 m,
• Jumlah gelagar minimal adalah 4,
• Nilai parameter longitudinal Kg tidak boleh kurang dari 4x10 9 mm4 dan
tidak boleh lebih besar dari 3x1012 mm4.
2) Faktor distribusi hanya diterapkan untuk beban truk (“T”) tidak berlaku untuk
beban lajur “D” (BTR dan BGT).
3) Pengaruh beban truk dikalikan dengan faktor pembesaran dinamis (FBD)
sebesar 30% untuk keadaan batas ultimit dan layan, untuk keadaan batas fatik
nilai FBD yang digunakan sebesar 15%.
Perlu diperhatikan bahwa gaya dalam akibat beban lalu lintas yang digunakan
dalam perencanaan ditentukan berdasarkan nilai pengaruh beban yang terbesar
antara beban lajur “D” atau beban truk “T”.