BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Umum.
Secara skematis sistem perencanaan struktur bawah seperti Abutment dan pondasi
dapat dilihat melalui gambar-gambar layout dari tampak aksonometri pemodelan SAP
2000v.11 yang dilampirkan dalam Buku Laporan Perhitungan Struktur Bawah ini.
Perhitungan perencanaan dan analisa bangunan ini mengikuti standar peraturan yang
ditetapkan di Indonesia, yakni
Struktur bawah yang digunakan pada Jembatan Sungai Lembaga ini menggunakan 2
buah Abutment yang terbuat dari beton bertulang. Abutment yang digunakan berbentuk
tipikal dan mempunyai tinggi total sebesar 6,5m mulai dari dasar pile cap sampai ke
permukaan elevasi pelat cantilever kepala. Pelat sayap mempunyai panjang sebesar 2,5m
dengan ketebalan sebesar 0,30m.
Mempelajari data hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan oleh Dinas PU Kota
Dumai didapatkan elevasi tanah keras dengan indikator bacaan konus qc=150kg/cm2 pada
kedalaman 24m s/d 26m untuk lokasi Jembatan Sungai Lembaga. Dari data tersebut jenis
pondasi yang dipilih adalah pondasi dalam dengan menggunakan Prestressed Concrete
Spun Pile berukuran diameter 40 cm dengan panjang efektif sekitar 30 m. Kedalaman 30m
direncanakan dengan argumentasi pada level tersebut didapatkan tanah dengan daya
dukung yang memadai terhadap kapasitas aksial dan lateral, kemudian untuk menghindari
terjadinya efek guling dan tercabutnya tiang pancang akibat gaya kombinasi, ini bisa
terjadi karena abutment yang ada cukup tinggi.
Dengan adanya perpendekan web abutment yang berimbas kepada perpendekan total
abutment maka tentunya akan dibuktikan nilai rasio beban terhadap kapasitas dari pondasi
setelah perubahan terjadi.
Jenis struktur atas yang dipilih pada Jembatan Sungai Lembaga ini adalah jembatan
Beton Bertulang type Balok T dengan satu bentang tanpa memakai pilar dan bentang
bersih sebesar 1x18m. Tinggi clearence pada bentang ini sebesar 1m, jarak antar perletakan
elastomerik bearings sebesar 1,4mx3=4,2m, lebar jalur kendaraan 5m dengan jenis
persyaratan beban BM100 MST 12.5 ton. Type konstruksi Beton bertulang type balok T
dengan bentang 1x18m ini dipilih karena pertimbangan panjang bentang bersih yang
dibutuhkan pada lokasi tersebut.
Secara umum struktur pemikul beban gravitasi adalah abutment dan langsung
disalurkan ke tiang pancang.
Struktur utama pemikul gaya lateral akibat gempa bumi sama dengan pemikul beban
gravitasi yaitu abutment yang langsung terhubung dengan tiang pancang.
BAB II
Secara garis besar ada tiga material pokok yang digunakan pada proyek Perencanaan
Teknis Perencanaan Teknis Jembatan Sungai Lembaga ini, yaitu :
Beton
Baja tulangan dan
Baja profile
II.1.1. Beton
Beton pada komponen struktur abutment dan pelat sayap adalah sebagai berikut:
Kuat tekan dari beton agregat ringan yang digunakan dalam perencanaan tidak boleh
melampaui 30 MPa.
Mutu beton yang digunakan pada pelat lantai struktur atas jembatan ini adalah beton
dengan karakteristik sebagai berikut :
Ec = 27.805,57 Mpa
Baja tulangan yang digunakan pada semua elemen struktur adalah baja dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Baja profile dan pelat yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sebagaimana
yang tertera pada standar pabrikan PT. Bukaka Teknik Utama.
Material las harus memenuhi persyaratan JIS, AISC, atau persyaratan lain yang setara.
II.1.5. Semen
Kecuali bial dinyatakan lain, maka semen yang digunbakan harus berupa semen
Portland Type I, sesuai dengan persyaratan ASTM.
Pada daerah gempa, beban inertia dari goyangan pada dasar abutment dan pilar dapat
melebihi akibat beban angin, yang selanjutnya berpengaruh besar dalam bentuk struktural
bangunan, desain dan biaya. Sebagai masalah inertia, respon dinamis struktur memainkan
peranan penting dan dalam mengestimasi pembebanan efektif struktur.
Kecuali beban mati, pembebanan pada struktur tidak dapat diprediksi secara akurat.
Ketika beban hidup dapat diantisipasi dengan pendekatan pengujian lapangan, beban angin
dan gempa adalah bukan merupakan angka-angka pasti, sehingga akan lebih sulit untuk
diprediksi secara tepat. Penggunaan teori probabilitas akan sangat membantu, dalam
pendekatan untuk menghitung pembebanan akibat angin dan gempa.
Besarnya beban-beban tersebut dapat dilihat pada tabel rencana pembebanan sebagai
berikut :
Beban Mati
Beton : 24,0 kN/M3
Finishing : 1,0 kN/M2
Aspal Hot Mix : 22,0 kN/ M3
Beban Hidup
Beban D :
UDL : 9,0 kN/M2
KEL : 49,0 kN/M
Beban T : : 500 kN
Depan : 50 kN
Belakang : 450 kN
Beban trotoar : : 5 kN/M2
Khusus untuk beban KEL dikalikan dengan faktor kejut yang berfungsi sebagai
ଶ
koefisien pembesaran dan menggunakan rumus : ܭ = 1 + ହା
Aturan dalam penyebaran beban D pada arah melintang diatur dalam SNI pasal 6.3.2.
seperti dalam croping dibawah ini :
Struktur Jembatan Sungai Lembaga ini direncanakan terhadap beban gempa dengan
perioda ulang 475 tahun (dimana probability of exceedance dalam 50 tahun adalah 10%)
sesuai dengan peraturan kegempaan yang berlaku pada saat sekarang ini. Berdasarkan peta
tersebut, spectra percepatan di batuan dasar untuk wilayah 2 Riau 0.1g-0.15g seperti
tampak pada gambar berikut ini.
Lokasi pekerjaan di
Wilayah 2
Gaya tanah aktif dihitung dengan menggunakan perumusan yang diturunkan oleh
Rankine (Gaya Aktif Rankine). Gaya ini bekerja pada sisi belakang abutment tempat tanah
urugan dipadatkan, untuk pembebanan yang lebih memberikan faktor keamanan yang agak
konservatif diasumsikan tanah urugan yang diberikan berupa tanah granular
(cohessionless) yang mempunyai nilai gaya tekan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan tanah cohessive.
Untuk pengaruh beban hidup yang bekerja langsung di atas tanah urugan
diperhitungkan sebesar qLL=10 kN/m2. Beban ini diperhitungkan menyumbangkan tekanan
dalam arah lateral dengan mengalikan faktor koefisien rankine (Ka) secara langsung dan
bekerja secara merata sepanjang tinggi abutment.
PLL
PKa
σ=Ka.qLL σ=Ka.γt.Ha
adapun besaran PKa dan PLL seperti pada gambar adalah sebagai berikut :
1
ܲ = ∙ ܪ ∙ ߛ ∙ ܭଶ
2 ௨
ܲ = ܭ ∙ ݍ ∙ ܪ
∅௨ ଶ
ܭ = tan ൬45 − ൰
2
Gaya aktif rankine ini dimasukkan ke dalam kombinasi beban mati (DL), karena bekerja
selama urugan masih ada di belakang abutment. Pada perencanaan Jembatan Sungai
Lembaga nilai berat volume tanah urugan diambil sebesar γu=17 kN/m3 dan sudut geser
tanah sebesar ∅u=30o
Beban gempa akibat adanya percepatan gempa yang mengenai massa tanah urugan
diperhitungkan secara langsung pada software SAP2000v.11 berdasarkan analisa dinamik
modal analysis tipe response spektrum. Gaya ini otomatis masuk dalam kombinasi beban
dengan gaya gempa.
Beban rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban D (UDL dan KEL) dalam setiap
jalur untuk setiap 1 perletakan gelagar. Gaya ini bekerja dalam arah horizontal di titik
perletakan gelegar (bearing pad atau elastomerik).
Pr
Aksi rencana diklasifikasikan secara garis besar ke dalam aksi tetap dan transien.
Kombinasi beban didasarkan pada beberapa kemungkinan tipe yang berbeda dari aksi yang
bekerja secara bersamaan. Aksi rencana ditetapkan dari aksi nominal yaitu mengalikan aksi
nominal dengan faktor beban yang memadai.
Ada dua group kombinasi pembebanan yang ditinjau, yang pertama adalah
kombinasi pembeban yang berkaitan dengan kekuatan dan kemampuan layan pada struktur
yang dihitung menurut ketentuan RSNI T02-2005 (kondisi ultimate limit state), sedangkan
kombinasi pembebanan group yang kedua adalah berdasarkan kondisi service limit state.
Kombinasi pembebanan group kedua ini digunakan untuk perencanaan struktur bawah
(fondasi).
Faktor beban untuk keadaan batas ultimate (ULS) didasarkan kepada umur rencana
jembatan 50 tahun. Untuk jembatan dengan umur rencana berbeda faktor beban ultimate
harus diubah dengan menggunakan faktor pengali seperti dalam tabel berikut :
Kombinasi pada keadaan batas layan primer terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap
dengan satu aksi transien. Pada keadaan batas layan lebih dari satu aksi transien bisa terjadi
secara bersamaan. Faktor beban yang sudah dikurangi diterapkan dalam hal ini untuk
mengurangi kemungkinan dari peristiwa ini seperti dalam tabel berikut :
Kombinasi pada keadaan batas ultimate terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap
dengan satu pengaruh transien. Gaya rem atau sentrifugal bisa digabungkan dengan
pembebanan lajur D dan kombinasinya bisa dianggap sebagai satu aksi untuk kombinasi
beban. Beberapa aksi kemungkinan dapat terjadi pada tingkat daya layan pada waktu yang
sama dengan aksi lainnya yang terjadi pada tingkat ultimate. Kemungkinan terjadinya
kombinasi seperti ini harus diperhitungkan tetapi hanya satu aksi pada tingkat daya layan
yang dimasukkan pada kombinasi pembebanan. Ringkasan dari kombinasi beban yang
lazim diberikan pada tabel beikut :
Dalam perencanaan tegangan kerja beban nominal bekerja pada jembatan dan satu
faktor keamanan digunakan untuk menghitung besarnya penurunan kekuatan atau
perlawanan dari komponen struktur. Untuk perencanaan yang baik hubungan berikut harus
dipenuhi :
S* ≤ R*ws
Dengan pengertian :
Dengan pengertian :
Beberapa beban mempunyai probabilitas kejadian yang rendah dan jangka waktu
yang pendek. Untuk kombinasi yang demikian maka tegangan yang berlebihan
diperbolehkan berdasarkan prinsip tegangan kerja. Tegangan berlebihan yang diberikan
dalam tabel dibawah sebagai prosentase dari tegangan kerja yang diizinkan.
Pada perencanaan Jembatan Sungai Lembaga ini digunakan kombinasi beban baik
untuk ULS dan SLS adalah sebagai berikut :
1. 1.3DL+2LL(1)+2REM(1)+2 Seret
2. 1.3DL+2LL(2)+2REM(1)+2 Seret
3. 1.3DL+2LL(3)+2REM(1)+2 Seret
4. 1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+2 Seret
5. 1.3DL+2LL(2)+2REM(2)+2 Seret
6. 1.3DL+2LL(3)+2REM(2)+2 Seret
7. 1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+ 2REM(1)+2 Seret
8. 1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+ 2REM(1)+2 Seret
9. 1.3DL+2LL(1)+2REM(2)+ 2REM(1)+2 Seret
10. 1.3DL+0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)
11. 1.3DL+0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)
12. 1.3DL+0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)
1. DL+LL(1)+REM(1)+Seret
2. DL+LL(2)+REM(1)+Seret
3. DL+LL(3)+REM(1)+Seret
4. DL+LL(1)+REM(2)+Seret
5. DL+LL(2)+REM(2)+Seret
6. DL+LL(3)+REM(2)+Seret
7. DL+LL(1)+REM(1)+REM(2)+Seret
8. DL+LL(2)+REM(1)+REM(2)+Seret
9. DL+LL(3)+REM(1)+REM(2)+Seret
10. DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(1)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)]
11. DL+1/1,4[0.25LL(2)+ 0.25REM(1)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)]
12. DL+1/1,4[0.25LL(3)+ 0.25REM(1)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)]
13. DL+1/1,4[0.25LL(1)+0.25REM(2)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)]
14. DL+1/1,4[0.25LL(2)+ 0.25REM(2)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)]
15. DL+1/1,4[0.25LL(3)+ 0.25REM(2)+0.25 Seret+(EQX + 0.3EQY)]
Dengan pengertian :
DL : Beban mati (Termasuk gaya aktif rankine akibat urugan dan beban
hidup qLL=10kN/m2)
Seret : Beban gaya seret air banjir terhadap pilar (Asumsi V=6m/dt)
R=3,5. Pemilihan nilai R sebesar itu dengan mempertimbangkan bahwa struktur berada
pada daerah gempa zona 2 yang berarti percepatan gempa yang ada relatif kecil, dengan
demikian tanpa adanya setting daerah sendi plastis yang terjadi pada struktur diharapnya
nilai ekonomis struktur bisa lebih tercapai tanpa mengabaikan faktor kekuatan struktur.
BAB III
PEMODELAN STRUKTUR
III.1. Umum
Proses perhitungan dimulai dengan pembuatan model struktur 3D atas dasar gambar-
gambar denah, potongan (cross section) dan tampak. Struktur bawah abutment Jembatan
Sungai Lembaga ini dianalisis terhadap pengaruh gempa wilayah 2 dan dimodelkan
sebagai struktur 3D yang terjepit pada taraf asumsi kekakuan jepit tiang pancang.
Struktur abutment seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya secara total dimodelkan
sebagai elemen shell 3D yang terintegrasi dengan pondasi tiang pancang yang dimodelkan
dengan elemen frame. Pemilihan elemen shell dilakukan dengan alasan elemen inilah yang
memiliki kedekatan perilaku dengan struktur aslinya yaitu dominan dalam lentur 2 arah,
geser 2 arah dan aksial 2 arah.
Pada dasarnya sistem struktur abutment terbuat dari beton bertulang dan merupakan
wall frame. Dalam hal ini, struktur pilar khusus untuk tiangnya menggunakan sistem frame
balok kolom (lentur, aksial dan geser). Secara keseluruhan sistem struktur ini simetris dan
termasuk beraturan, namun tetap perlu dilakukan analisis respon dinamis secara 3D sesuai
dengan ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 7.1.1. mengingat adanya kombinasi posisi
beban D dan rem yang tidak simetris. Kekakuan unsur-unsur struktur beton bertulang tidak
dihitung berdasarkan pengaruh peretakan beton sesuai dengan ketentuan SNI 03-1726-
2002 Pasal 5.5.1. Untuk itu, momen inersia penampang unsur struktur dapat ditentukan
langsung dengan sebesar momen inersia penampang utuh tanpa dikalikan dengan suatu
persentase efektifitas penampang, dimana untuk balok kolom persentase efektifnya adalah
75%.
Struktur dianalisa secara statis yang berhubungan dengan beban non gempa seperti
beban mati (DL), beban hidup (UDL+KEL), beban rem, tekanan aktif rankine, gaya seret
air banjir dan berat sendiri tanah di belakang abutment. Besarnya beban yang digunakan
dapat dilihat dalam lampiran perhitungan dengan menggunakan program Math Cad r.14,
namun secara garis besar ilustrasi beban tersebut dapat dilihat seperti gambar berikut :
Beban Mati (DL) Abt Awal Beban Mati (DL) Abt Pemotongan
Beban Hidup (LL) Var. 1 Awal Beban Hidup (LL) Var. 1 Pemotongan
Beban Hidup (LL) Var. 2 Awal Beban Hidup (LL) Var. 2 Pemotongan
Beban Hidup (LL) Var. 3 Awal Beban Hidup (LL) Var. 3 Pemotongan
Gambar 3.3. Beban Lateral Rankine (a) Setelah Pemotongan (b) Struktur Awal
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik respon dinamik dari struktur abutment ini
secara keseluruhan, dilakukan analisis dinamik bebas dengan menentukan terlebih dahulu
sistem sumbu koordinat (sumbu-x dan sumbu-y). Beban yang digunakan pada analisis
dinamik bebas ini terdiri dari 100% beban mati dan 30% beban hidup. Dari hasil analisis
dinamik yang teleh dilakukan jumlah ragam yang ditinjau dalam superposisi respons
ragam mencapai 20 agar modal participating massa ratios mencapai sedikitnya 90% untuk
Ux, Uy, Rx, Ry, dan Rz, sesuai dengan ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1. Dalam
hal ini, metode superposisi yang dipakai adalah Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete
Quadratic Combination atau CQC) yang mana periode mode 1 dan periode mode 2 saling
berdekatan (lebih kecil dari 15%) sesuai ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.2. Pola
gerak masing-masing ragam terlihat dari modal participating mass ratios Ux, Ux, dan Rz
sebagai berikut:
Dari kedua tabel 3.1.a dan 3.1.b. di atas terlihat bahwasanya abutment yang telah
mengalami pemotongan memiliki kekakuan yang lebih besar dari struktur awal. Perubahan
nilai perioda yang terjadi yaitu dari T=0.279 dt menjadi Tpot=0.236 dt. Kekakuan yang
lebih besar mengindikasikan beban yang terjadi pada formasi tiang pancang lebih kecil.
Faktor reduksi gempa dari struktur atas diambil sebesar Rx = 3.5 dan Ry = 3.5
menurut ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 4.3.4 Tabel 3.
Analisis dinamik struktur terhadap beban gempa dilakukan dengan metode analisis
ragam spektrum respons sesuai ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 dengan faktor
keutamaan ditetapkan sebagai I = 1.0 (gedung biasa, Pasal 4.1.2) dan faktor reduksi gempa
diambil Rx = 3.5 dan Ry = 3.5 untuk struktur atas sedangkan untuk struktur bawah
digunakan overstrength factor f1=1.6 dan f2=0.83+0.17*µ. Dalam analisis ini digunakan
respon spectrum gempa sesuai dengan lokasi bangunan dan sesuai dengan kondisi tanah di
bawah bangunan, dimana siak termasuk dalam wilayah gempa zona 2 menurut SNI 03-
1726-2002, dan dari haril penyelidikan tanah termasuk ke dalam tanah lunak.
Hasil analisis struktur yang dilakukan dengan bantuan program SAP2000v.11 diperoleh
gaya geser dasar (Base Shear) sebesar seperti berikut :
Tabel 3.2.a. Nilai Base Shear (Gaya Geser Gempa Dasar) Abutment Awal
Tabel 3.2.b. Nilai Base Shear (Gaya Geser Gempa Dasar) Abutment Setelah Pemotongan
Dari tabel 3.2.a dan tabel3.2.b. terlihat besar gaya gempa dasar dalam arah X yang semula
sebesar 515.9kN berkurang menjadi 496.27 kN dan berarti tereduksi sebesar 3.8%. Begitu
juga untuk nilai gaya gempa dasar dalam arah Y yang semula sebesar 518.1kN berkurang
menjadi 485.93kN yang berarti tereduksi sebesar 6.2%.
Berikut ini adalah parameter dinamik yang didapatkan melalui analisa dinamik
dengan bantuan Program SAP2000v.11. Dari hasil yang didapatkan Modal Participation
Mass Ratio (MPMR) sudah > 90 % pada saat mode 1. hal ini berarti dominasi mode 1 atas
mode–mode yang lain terlalu signifikan yang dalam arti awamnya ragam getar struktur jika
dikenai gaya gempa nantinya sangat dipengaruhi oleh superposisi bentuk seperti mode 1.
Dengan demikian syarat MPMR sudah dipenuhi.
Mode 3 (Rotasi Z)
Mode 3 (Rotasi Z)
Adapun besaran gaya dalam (kontur gaya) yang didapatkan untuk setiap bagian
elemen dari struktur abutment dan Pilar Sungai Lembaga ini ditampilkan dalam ilustrasi
gambar dibawah, sedangkan perhitungan dan hasil penulangan (pembesian) lengkap dapat
dilihat pada lampiran perhitungan Math Cad r.14.
Dari sekian banyak kombinasi beban ULS yang diolah untuk memudahkan pencarian
gaya dalam yang maximum maka dilakukan penentuan Envelope kontur gaya dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada pada SAP 2000v.11. Berikut sejumlah envelope
kombinasi kontur gaya M11 dan M22.
Maximum
Dari kontur M11 dan M22 struktur awal abutment didapatkan nilai maximum M11=200
kN.m dan M22=60kN.m. Nilai ini akan diperhitungkan untuk mendesain tulangan tarik
lentur dan nilai luas tulangan totalnya (Astot) akan diperoleh dengan menggabungkan
tulangan tarik murni dari gaya F11 dan F22 ke dalam tulangan tersebut. Detail perhitungan
penulangan tersebut terlampir dengan menggunakan alat bantu program mandiri Math Cad
r.14.
Untuk struktur abutment yang sudah dipotong M11 dan M22 didapatkan nilai
maximum M11=180 kN.m dan M22=50kN.m. nilai tersebut berarti memberikan kepastian
bahwa dengan pemotongan web maka momen dalam arah 1-1 dan 2-2 di pile cap juga
mengalami pengurangan (reduksi) nilai. Maximum
Selanjutnya akan ditampilkan kontur gaya F11 dan F22 dari setiap envelope jenis
kombinasi pembebanan ULS. Posisi nilai maximum seperti ditunjukkan oleh tanda panah.
Maximum tarik
Gaya dalam yang terjadi pada web abutment dominan merupakan kombinasi gaya
aksial (F22) dan momen lentur (M22), secara perilaku hal ini menunjukkan bahwasanya
elemen ini masuk kategori Kolom.
Maximum
Maximum
Maximum
Beban berfaktor
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan PCA.COL terlihat bahwa titik beban
berfaktor terletak di dalam kurva diagram interaksi. Hasil ini mengindikasikan bahwasanya
penulangan dan dimensi abutment telah aman dan memenuhi standar kekuatan.
Untuk struktur abutment yang mengalami pemotongan web diperoleh hasil olahan
analisis SAP2000 v.11 adalah F22=270 kN (aksial) dan M22=40 kN.m (momen). Hal ini
berarti untuk besaran momen M22 pada struktur abutment yang mengalami pemotongan
terjadi degradasi momen sebesar 42.8% sedangkan untuk nilai aksial F22 tidak terjadi
pengurangan yang berarti. Jika nilai yang terdegradasi ini di plotkan pada diagram
inetraksi sudah pasti akan menghasilkan nilai yang lebih aman.
Dari hasil perhitungan terpisah yang di lakukan dngan bantuan Math Cad r.14
didapatkan momen kombinasi maksimum sebesar M=206,25 kN.m, yang menghasilkan
penulangan minimum pada pelat. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan PCA.COL terlihat bahwa titik beban
berfaktor terletak di dalam kurva diagram interaksi. Hasil ini mengindikasikan bahwasanya
penulangan dan dimensi abutment telah aman dan memenuhi standar kekuatan.
Untuk struktur abutment yang mengalami pemotongan maka nilai momen yang
terjadi pada pelat cantilever tidak ada perbedaan sama sekali.
BAB IV
IV.1. Pendahuluan
Pada laporan ini disajikan perencanaan pondasi untuk Proyek Perencanaan Teknis
Perencanaan Teknis Jembatan Sungai Lembaga ini di Kota Dumai. Perencanaan analisis
pondasi pada proyek ini direncanakan berdasarkan data-data penyelidikan tanah yang
dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai.
Pada analisis daya dukung tiang tunggal, pondasi tiang dianggap mampu
memberikan daya dukung dengan efisiensi 1. Daya dukung tiang tunggal dibedakan
menjadi 3 yaitu daya dukung aksial, daya dukung tarik dan daya dukung lateral.
Input yang digunakan untuk analisis perhitungan daya dukung aksial diperoleh dari
hasil penyelidikan tanah dengan menggunakan sondir. Parameter tanah yang didapatkan
dipergunakan untuk menganalisis daya dukung aksial ultimit pondasi tiang.
Daya dukung aksial ultimit pondasi tiang terdiri dari daya dukung ujung tiang (end
bearing) dan gaya gesekan selimut tiang (skin friction). Dengan mempergunakan suatu
nilai angka keamanan atau safety factor tertentu diperoleh nilai daya dukung ijin (Q
allowable).
Qult
Qall =
Safety Factor
Nilai safety factor yang dipergunakan dalam perhitungan pondasi tiang pancang
untuk proyek ini adalah 2.5 untuk daya dukung ujung tiang dan 5 untuk gesekan selimut
(skin friction).
Daya dukung tarik pondasi tiang ditentukan berdasarkan daya dukung aksial pondasi
dengan hanya memperhitungkan daya dukung friksi. Daya dukung friksi ultimit ini
merupakan daya dukung tarik ultimit dari pondasi.
Daya dukung tarik ijin pondasi tiang memperhitungkan angka keamanan (safety
factor) sebesar 5. Sehingga daya dukung tarik ijin pondasi tiang sesuai dengan persamaan
berikut:
Daya dukung lateral pondasi tiang diperoleh dari kurva “Load vs Deflection” yang
diperoleh dari hasil analisis mempergunakan program LPILE dari ENSOFT. Daya dukung
lateral izin adalah gaya lateral yang terjadi saat defleksi kepala tiang adalah sebesar 1 cm.
Dalam analisis yang dilakukan kondisi kepala tiang diperlakukan sebagai fixed head dan
free head. Analisis kepala tiang dilakukan untuk beberapa beban lateral untuk memperoleh
kurva “Load vs Deflection”. Di dalam analisis ini tanah diasumsikan sebagai material yang
mempunyai hubungan load-deflection yang non-linear, yang direpresentasikan oleh p-y
curve.
Daya dukung tiang tunggal pada kelompok tiang tergantung pada efisiensinya. Harus
diperhitungkan efisiensi tiang tunggal terhadap beban aksial, beban tarik, maupun beban
lateral.
IV.2.6. Daya Dukung Tiang Tunggal pada Kelompok Tiang terhadap Beban Aksial
Efisiensi untuk daya dukung tiang tunggal pada kelompok tiang terhadap beban
aksial diperhitungkan sebagai berikut:
η =1− θ ⋅
(m − 1) ⋅ n + (n − 1) ⋅ m
90 ⋅ m ⋅ n
Dengan pengertian :
180 Φ
θ= tan −1 t
π Sp
IV.2.7. Daya Dukung Tiang Tunggal pada Kelompok Tiang terhadap Beban Tarik
Efisiensi untuk daya dukung tiang tunggal pada kelompok tiang terhadap beban tarik
diperhitungkan sebagai berikut:
IV.2.8. Daya Dukung Tiang Tunggal pada Kelompok Tiang terhadap Beban Lateral
Untuk beban lateral, besar faktor reduksi kekuatan tanah untuk tiang di dalam kelompok
tiang, tergantung dari jarak antar tiang, arah yang bekerja dan kedudukan tiang tersebut
terhadap tiang-tiang di sekitarnya. Oleh sebab itu, ada 2 tipe faktor reduksi, yaitu “side by
side reduction factor” dan “line by line reduction factor”. Rangkuman perhitungan faktor
reduksi adalah sebagai berikut:
Faktor reduksi ini berlaku untuk tiang-tiang yang terhadap arah gaya berkedudukan tegak
lurus terhadap tiang
Faktor reduksi ini berlaku untuk tiang-tiang yang berada pada satu garis lurus sejajar.
Analisis daya dukung ultimit tiang tunggal dilakukan dengan menggunakan persamaan
sederhana, dengan menjumlahkan beban yang dipikul pada ujung tiang (end bearing) dan
total tahanan gesek antara tiang (total resistance), dengan persamaan sebagai berikut:
Qu = Qb + Qs
dimana Qu adalah daya dukung ultimit, Qb adalah tahanan ujung (end bearing), dan Qs
adalah tahanan gesek (total resistance).
Qb = qb . AP
dimana Qb adalah tahanan ujung (end bearing), qb adalah unit tahanan ujung (unit end
bearing), dan Ap adalah luas tiag pancang.
Unit tahanan ujung (unit end bearing), qb pada tanah lempung (Clay), berdasarkan
Skempton (1951) ditentukan dengan persamaan:
Unit tahanan ujung (unit end bearing), qb pada pasir ditentukan berdasarkan persamaan:
q av K ll ⋅ JHP
Qb = +
2 5
Dengan pengertian :
qav = bacaan konus rata-rata dalam rentang 8.∅p diatas dasar tiang dan 4.∅p
di bawah dasar tiang.
Qs = Σfs.p.∆L
dimana: Qs adalah tahanan friksi total (total resistance), fs adalah unit tahanan gesek
(unit skin resistance), p adalah perimeter tiang pancang, dan ∆L adalah panjang tiang
pancang.
Unit tahanan gesek (unit skin friction), fs, pada lempung ditentukan berdasarkan metoda
alpha dengan persamaan:
fs = α . C u
dimana α adalah faktor empiris untuk adhesi, dan Cu adalah undrained shear strength.
Unit tahanan gesek (unit skin friction), fs, pada pasir ditentukan berdasarkan metoda betha
dengan persamaan:
fs = β . σ’v
dimana β = 1.5 – 0.135 z 0.5 , 0.25< β < 1.2, z adalah kedalaman dibawah permukaan tanah
(feet), dan σ’v adalah tegangan vertikal efektif.
Daya dukung tiang pondasi untuk beban aksial tarik ditentukan berdasarkan daya dukung
tekan dengan hanya memperhitungkan daya dukung friksi. Analisa daya dukung pondasi
tiang untuk beban tarik adalah sebagai berikut:
Q s( tarik)
Q all( tarik) =
SF
dimana :
SF = faktor keamanan = 3
Analisis kapasitas lateral dari ddriven pile dilakukan dengan menggunakan Program
Komputer LPILE Plus 4.0 (Ensoft, Inc., 2000). Program computer tersebut membutuhkan
masukan data parameter tanah seperti soil modulus subgrade reaction dan soil strain untuk
menentukan kapasitas lateral suatu driven pile. Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 menunjukkan
hubungan parameter-parameter tersebut dengan kuat geser tanah pada kondisi undrained.
Tabel 4.1. Hubungan modulus subgrade reaction dan strain dengan Cu untuk lempung
Tabel 4.2. Hubungan modulus subgrade reaction dan strain dengan Cu untuk pasir
Daya dukung lateral izin adalah gaya lateral yang terjadi saat defleksi kepala tiang adalah
sebesar 1 cm. Dalam analisis yang dilakukan kondisi kepala tiang diperlakukan sebagai
fixed head dan free head. Analisis kepala tiang dilakukan untuk beberapa beban lateral
untuk memperoleh kurva “Load vs Deflection”. Di dalam analisis ini tanah diasumsikan
sebagai material yang mempunyai hubungan load-deflection yang non-linear, yang
direpresentasikan oleh p-y curve.
Berdasarkan beban pada abutment hasil analisa struktur dapat ditentukan jumlah tiang
pancang yang diperlukan untuk menahan beban tersebut. Besarnya daya dukung tiang
dalam kelompok tiang tergantung dari jarak antara tiang sehingga ada faktor efisiensi pada
tiang tunggal dalam kelompok tiang.
IV.4.1. Daya Dukung Tiang dalam Kelompok Tiang untuk Beban Aksial
Daya dukung tiang tunggal dalam kelompok tiang tergantung dari besarnya efisiensi.
Efisiensi kelompok tiang untuk beban aksial dihitung sebagai berikut:
IV.4.2. Daya Dukung Tiang dalam Kelompok Tiang untuk Beban Tarik
Daya dukung tiang tunggal dalam kelompok tiang tergantung dari besarnya efisiensi
kelompok tiang untuk beban tarik dihitung sebagai berikut:
IV.4.3. Daya Dukung Tiang dalam Kelompok Tiang untuk Beban Lateral
Untuk beban lateral, besar faktor reduksi kekuatan tanah untuk tiang dalam kelompok
tiang, tergantung dari jarak antar tiang, arah gaya yang bekerja dan kedudukan tiang
tersebut terhadap tiang-tiang disekitarnya. Oleh sebab itu, ada 2 tipe faktor reduksi, yaitu
side by side reduction factor dan line by line reduction factor.
Analisa efisiensi kelompok tiang untuk beban lateral dilakukan untuk 2 arah pembebanan
lateral, yaitu arah x dan arah y yang sesuai dengan arah pembebanan untuk beban gempa.
Hasil analisa faktor reduksi p-y digunakan sebesar 50 %.
Hasil analisis daya dukung aksial berdasarkan parameter yang didapat dari hasil uji
sondir (konus dan JHP) terlampir berupa perhitungan dengan bantuan Math Cad r.14. Dari
hasil tersebut didapatkan daya dukung tiang tunggal untuk diameter ∅40 cm pada
kedalaman 30m adalah sebesar Pu= 1288 kN.
Hasil analisis kapasitas tarik tiang pancang ∅40 cm pada kedalaman 30m berdasarkan
parameter sondir adalah sebesar Put=376,99 kN
Karena tiang pancang dimodelkan terintegrasi dengan abutment pada SAP 2000v.11,
maka distribusi beban pada setiap tiang pancang langsung bisa didapatkan untuk setiap
variasi envelope pembebanan. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah dan
angka yang berwarna merah menunjukkan nilai gaya aksial paling maksimum dari seluruh
kombinasi beban :
Tabel 4.3.a. Distribusi gaya pada tiang pancang kombinasi beban (SLS) Pada Abutment Awal
Tabel 4.3.a. Distribusi gaya pada tiang pancang kombinasi beban (SLS) Pada Abutment Pemotongan
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa kapasitas aksial tekan 1 tiang abutment awal
sebesar Pu= 1288 kN dan nilai ini besar dari gaya yang bekerja sebesar > Pa= 384,16 kN.
Kondisi ini mengindikasikan bahwasanya kemampuan formasi tiang pada abutment
mencukupi daya dukung.
Sementara itu dari hasil perhitungan struktur abutment terpotong terlihat bahwa gaya
maksimum yang bekerja pada 1 tiang sebesar Pa= 295.98 kN. Kondisi ini mengindikasikan
bahwasanya terjadi penurunan gaya yang bekerja sebesar 22.9% . Hal ini berarti
kemampuan formasi tiang pada abutment yang dipangkas tinggi webnya menjadi lebih
pendek sangat mencukupi daya dukung.
Dari hasil proses disain yang dilakukan mulai dari pendistribusian gaya dari SAP200v.11
sampai ke perhitungan kapasitas tiang pancang baik aksial tekan dan tarik maupun lateral
dapat disimpulkan bahwa tiang pancang dengan ∅40 cm, panjang L=30m dan berjumlah
n=12 mencukupi sebagai pondasi abutment Sungai Lembaga.
BAB V
RESUME
Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan dibuat matriks hasil disain dengan
kondisi dimensi dan tulangan sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan dibuat matriks komparasi gaya yang
terjadi antara abutment awal dengan abutment yang diperpendek webnya sebagai berikut :
Abutment Abutment
No Kriteri Satuan Keterangan
Awal Lapangan
Analisis
1 Periode Getar detik 0.279 0.236 Abt baru Kaku
2 Frekwensi Natural hertz 3.584 4.237 Abt baru Kaku
3 MPMR Trans-X % 94.2 98.7
4 Base Shear-X kN 515.9 496.27 Gaya Gempa abt baru kecil
5 Base Shear-y kN 518.1 485.9 Gaya Gempa abt baru kecil
6 Pile Cap Abutment
M11 kN.m 200 180 Momen abt baru kecil
M22 kN.m 60 50 Momen abt baru kecil
7 Web Abutment
F22 kN 275 270 Gaya Aksial web abt baru kecil
M22 kN.m 70 40 Momen web abt baru kecil
8 Gaya Pada 1 Pancang
F3 kN 384.16 295.98 Aksial Tiang abt baru kecil
F1 kN 37.493 35.08 Geser arah X Tiang abt baru kecil
F2 kN 37.146 34.34 Geser arah Y Tiang abt baru kecil
Abutment Abutment
No Kriteri Satuan Keterangan
Awal Lapangan
M1 kN.m 39.1623 36.46 Momen-X Abt baru kecil
M2 kN.m 37.9871 35.25 Momen-Y Abt baru kecil
M3 kN.m 0.8491 0.63 Momen-Z Abt baru kecil
Dari perbandingan hasil analisis dan desain yang dilakukan terhadap abutment yang
webnya diperpendek dapat disimpulkan bahwa abutment tersebut memiliki gaya dalam
pada struktur yang lebih kecil dari konstruksi awal. Untuk tiang pancang abutment dengan
web yang lebih pendek memiliki gaya aksial, gaya geser-X dan Y serta Momen-X/Y/Z
yang juga lebih kecil. Data perhitungan tersebut membuktikan konstruksi abutment
yang ada menjadi lebih aman.