BAB 1
PENJELASAN UMUM SISTEM
1.1 Umum
Sistem jembatan rangka baja terdiri dari komponen-komponen rangka baja standar yang
dibuat dengan ketelitian tinggi dan dirakit dengan baut. Manual pemasangan jembatan ini
adalah untuk jembatan rangka baja kelas A bentang 60 m. Jembatan memiliki dua
jalur lalu lintas dengan lebar lantai kendaraan 7 m dengan kerb selebar 1,0 m di kiri dan
kanannya. Jembatan ini direncanakan menggunakan lantai beton yang mengisi pelat baja
gelombang yang menumpu pada penopang bentang di antara gelagar melintang.
Gelagar melintang tersebut berlaku non komposit dengan lantai beton di atasnya.
Jembatan tersebut dipasok lengkap termasuk tumpuan karet, penahan melintang, peredam
gempa, pipa drainase dan sandaran untuk merakit bagian-bagian jembatan menjadi
jembatan yang utuh. Komponen-komponen rangka baja secara jelas dapat dirakit dengan
urutan yang ditunjukan dalam gambar perakitan. Komponen rangka baja jembatan paling
besar mempunyai berat tidak lebih dari 2.2 ton. Perakitan menggunakan peralatan
sederhana seperti yang dijelaskan dalam Lampiran.
Jembatan ini direncanakan untuk dapat dirakit secara bertahap dengan metode kantilever,
yang bergerak mulai dari kepala jembatan tanpa perancah di tengah sungai. Metode tanpa
perancah adalah metode yang menggunakan bentangan pemberat dan seperangkat alat
penghubung (link-set) yang menghubungkan antara bentangan/jembatan pemberat dengan
jembatan yang akan dirakit. Bisa juga digunakan metode perakitan dan pemasangan yang
lain, misalnya dengan kantilever sebagian (semi kantilever) atau pemasangan di atas
perancah penuh. Di dalam buku ini dijelaskan sistem perakitan dan pemasangan dengan
metode kantilever, pemasangan baut serta lampiran daftar nomor-nomor komponen rangka
baja yang dipakai pada Lampiran A dan B.
Jembatan yang direncanakan memiliki sifat pemeliharaan yang ringan. Semua komponen
rangka baja dan baut digalvanisasi, dan menggunakan tumpuan karet (elastomer).
2
• Lalu Lintas
Pembebanan jembatan untuk kelas A dan B adalah pembebanan dua lajur dengan intensitas
beban 100% (BM100) untuk beban Jalur (D) & beban Truk (T) berdasarkan Peraturan
Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya, SK SNI T-02-2005
• Trotoar
Besarnya intensitas beban pejalan kaki berupa fungsi dari luasan dimana beban bekerja.
(Trotoar ini termasuk trotoar yang dipasang di atas bangunan jembatan)
q = 5 kN/m3 L< 10m2
q = 5.33 - L/30 10 ≤ L ≤ 100m² q
• Temperatur
Besarnya perbedaan relatif dari suhu direncanakan sebesar 15ºC .
Koefisien muai baja 12 x 10-6/º C.
Lendutan untuk struktur jembatan tidak melebihi lendutan yang diijinkan, sebagai berikut :
1
Beban Hidup : L
800
1
Beban Mati : L
300
BAB 2
KOMPONEN BENTANG JEMBATAN
2.1 Umum
Seluruh komponen rangka baja jembatan yang akan membentuk satu kesatuan bentang
jembatan secara utuh terdapat dalam lampiran gambar perakitan. Gambar tersebut
menjelaskan jenis dan pengaturan komponen untuk setiap bentang, dilengkapi prosedur
perakitan dan pemasangannya yang terdapat pada lampiran B buku panduan ini.
Daftar Komponen :
Tabel I : Daftar Komponen Jembatan Rangka Baja A60
Gambar 2.2 Hubungan Batang Tepi Atas Jembatan Rangka Baja Kelas A
8
Gambar 2.3 Hubungan Batang Ujung Atas Jembatan Rangka Baja kelas A
Gambar 2.4 Hubungan Batang Tepi Bawah Jembatan Rangka Baja Kelas A
10
BAB 3
PENGADAAN DAN PENANGANAN
KOMPONEN RANGKA BAJA JEMBATAN
3.1 Umum
Yang dimaksud dengan komponen rangka baja adalah semua rangka baja, baut-baut, pipa
sandaran dan bagian lain yang terbuat dari material baja. Komponen ini dibutuhkan untuk
menyelesaikan bentang jembatan secara utuh. Untuk itu kontraktor pelaksana harus
sanggup menangani komponen ini secara baik. Pekerjaan ini meliputi pengadaan,
penanganan, pengamanan dan perawatan komponen selama dan menjelang pelaksanaan
perakitan. Jumlah komponen-komponen rangka baja ditunjukkan pada tabel dalam Lampiran
A buku panduan ini.
Baut-baut, komponen perletakan dan bagian lainnya yang sejenis disimpan pada tempat
yang terlindung dan diletakkan pada suatu tempat yang aman dan bebas dari kotoran.
Setiap kerusakan atau kehilangan yang terjadi setelah penerimaan komponen rangka baja
oleh kontraktor pelaksana harus diperbaiki sesuai dengan spesifikasi atau diganti atas biaya
kontraktor. Tidak diperlukan suatu perlindungan permukaan tambahan, karena semua
komponen rangka baja telah digalvanis. Apabila terjadi goresan halus pada permukaan yang
cukup luas maka perlu dibersihkan dengan gerinda dan kemudian dilapisi cat yang
mengandung bahan zinc anorganik.
12
BAB 4
BANGUNAN BAWAH
4.1 Umum
Tumpuan pada kepala jembatan dan pilar harus direncanakan mampu menahan beban dan
gaya yang diakibatkan oleh beban mati dan beban hidup yang bekerja pada bentang
jembatan. Selain gaya-gaya tercantum dalam gambar, harus diperhitungkan pula semua
gaya-gaya atau pengaruh lain seperti akibat beban timbunan tanah, benturan hanyutan
sungai dan gaya-gaya saat pelaksanaan.
Campuran grouting adalah 1:3 (semen : pasir) dicampur dengan air sampai didapat kondisi
plastis dan perlu diberi bahan tambahan anti susut yang cocok. Campuran dimasukan di
sekitar angkur dengan menggunakan sebuah tongkat besi untuk pemadatan. Baut angkur
tersebut harus diikat pada posisinya sampai proses grouting selesai dengan batas toleransi
seperti yang disebut di depan. Ulir angkur harus diberi gemuk dan dilindungi terus.
4.4 Tumpuan
Tumpuan karet harus dipasang di atas landasan beton (semen mortar) yang rata pada posisi
dan elevasi .
Puncak dinding kepala jembatan (Back Wall) tidak boleh dibentuk atau dicor sampai bentang
dan lantai jembatan tersebut selesai dikerjakan dan duduk di atas tumpuan yang permanen.
Tulangan dinding kepala jembatan boleh dibengkokkan untuk mempermudah pekerjaan baja
tetapi jangan sampai merusaknya. Puncak dinding kepala jembatan dicor dan diselesaikan
sama tinggi dengan elevasi lantai jembatan.
BAB 5
DAERAH PERAKITAN DAN PERSIAPAN
5.1 Umum
Pada pemasangan bentang dengan Metode Kantilever dibutuhkan suatu daerah persiapan
yang mempunyai panjang sebesar panjang bentang pemberat ditambah 10 m untuk
penimbunan material. Sebagai tambahan diperlukan pula suatu daerah untuk jalan kerja dan
menyimpan batang-batang kayu serta batang-batang lainnya.
Daerah perakitan harus mempunyai kemiringan agar dapat mengalirkan air. Tanah dasar
harus dipadatkan dan distabilkan termasuk daerah untuk penimbunan tebing, dikerjakan
sesuai dengan cara pekerjaan tanah yang normal sehingga dapat mendukung lalu lintas
selama masa konsruksi. Bagian utama daerah perakitan juga merupakan daerah jalan
pendekat permanen sehingga pekerjaan mempersiapkan daerah perakitan tersebut juga
berfungsi untuk mempersiapkan jalur lalu lintas permanen.
Jika pada lokasi jembatan tidak mungkin dibuat daerah perakitan yang lurus (misal pada
daerah lengkung vertikal, horisontal atau daerah yang terdapat bangunan), maka harus
dipertimbangkan metode pemasangan lain.
Krib kayu direncanakan untuk mendukung beban vertikal yang besar seperti yang terdapat
pada beban rencana pilar pada lampiran gambar, dan juga menahan beban horisontal yang
mungkin timbul karena angin pada konstruksi baja. Karenanya krib kayu harus mampu
menahan beban-beban tersebut.
Kayu yang digunakan harus dari jenis kayu keras dengan kekuatan tumpu tidak kurang dari
100 kg/cm². Kayu dipotong/digergaji rata dan persegi dengan dimensi 10x12 cm.
Lapisan krib kayu paling bawah disusun rapat, diratakan dan terletak di atas lantai kerja.
Lapisan berikutnya ditempatkan melintang terhadap lapisan sebelumnya dan
seterusnya. Masing-masing lapisan rata dan tegak lurus. Permukaan pelat perletakkan
rangka baja harus menumpu sepenuhnya di atas susunan krib kayu tersebut.
Tumpuan sementara dari krib kayu ini akan dipindahkan dan diganti dengan tumpuan karet
dengan menggunakan dongkrak hidrolik, setelah dilakukan pekerjaan lantai kendaraan
selesai di cor.
BAB 6
SAMBUNGAN BAUT
6.1 Umum
Penyambungan bagian-bagian baja dilakukan dengan menggunakan baut mutu tinggi grade
F10T. Baut direncanakan berdasarkan perhitungan dengan kekuatan sambungan gesek
kritis (friction), dengan faktor gesek diharapkan sebesar 0,3. Penggantian baut dan mur serta
ring harus menggunakan mutu yang sama baik kekuatan maupun kekerasannya.
Baut dipasok lengkap dengan mur dengan dua buah ring yang dikemas dalam drum atau
peti kotak. Jumlah baut yang terdapat di dalam kotak tercantum di label kotak. Setiap baut
yang tersisa pada perakitan jembatan harus dibersihkan dan menjadi tanggung jawab
kontraktor pelaksana untuk kemudian dikembalikan kepada pemilik.
6.5 Perakitan
Semua baut pada sambungan rangka baja dan sambungan diagonal harus dimasukkan dari
arah dalam dan dikencangkan dari arah luar. Lubang-lubang dari semua pelat yang akan
disambung harus disetel dengan baik sebelum baut dimasukkan. Untuk memasukkan baut
tersebut dapat digunakan pasak (drift) atau kunci pas ujung lancip, dengan pemukulan pelan
bila perlu, tetapi ujung-ujung lubang tidak boleh rusak atau pecah-pecah. Jika ternyata
diperlukan pemukulan yang lebih keras, semua baut harus dikendorkan atau dilepaskan dan
permukaan pertemuan harus diperiksa kelurusan dan lokasinya. Pada saat memasukkan
baut yang terakhir, tidak boleh ada pemaksaan atau pemukulan keras karena dapat
menyebabkan kerusakan pada ulir baut. Sebelum pengencangan dengan kekuatan tangan,
baut-baut harus tegak lurus terhadap permukaan baja / bidang sambungan.
permanen.
Sedangkan, untuk baut M12 dilakukan pengencangan tangan penuh.
Pengencangan harus dilakukan secara merata dan lengkap pada setiap baut.
Pengencangan dimulai dari bagian tengah/titik pusat kelompok baut dan dilanjutkan ke
bagian luar secara melingkar.
• Untuk perakitan dengan metode kantilever, setiap baut harus dikencangkan penuh saat
semua komponen terpasang dan Jembatan Terpasang masih terhubung dengan Linkset
& Bentang Pemberat.
NAMA
D L S S (Toleransi)
KOMPONEN
M24x100 24 100 45 +6, -0
M24x90 24 90 45 +6, -0
M24x80 24 80 45 +6, -0
M24x70 24 70 45 +6, -0
M16x65 16 65 38 -
M16x55 16 55 38 -
M16x45 16 45 38 -
M12x55 12 55 Full Thread -
M12x35 12 35 Full Thread -
CATATAN :
1. SETIAP BAUT DILENGKAPI DENGAN SATU MUR DAN DUA RING PELAT.
2. SEMUA BAUT, MUR DAN RING DIGALVANISASI.
3. SEMUA UKURAN DALAM MILIMETER.
24
BAB 7
PERAKITAN JEMBATAN RANGKA
7.1 Umum
Komponen rangka baja direncanakan menggunakan sambungan baut. Tidak diperbolehkan
melakukan pengelasan komponen rangka baja di lapangan. Kontraktor pelaksana akan
memasang, menempatkan, mengatur posisi semua komponen konstruksi baja dan bagian-
bagian yang diperlukan sesuai dengan gambar pelaksanaan yang diberikan. Sebelum
dirakit, semua komponen rangka baja jembatan harus diperiksa dan setiap kerusakan harus
diperbaiki. Semua komponen rangka baja harus diperlakukan secara hati-hati dan dirakit
dengan cermat. Alat drip yang disediakan bersama alat yang lain dapat digunakan untuk
meluruskan serta memperbaiki posisi berbagai komponen. Pemukulan yang berlebihan
harus dihindari agar tidak terjadi kerusakan dan tegangan berlebih. Semua bagian dan
komponen telah diidentifikasi dengan nomor komponen. Setiap bagian harus dirakit dengan
penempatan yang sederhana dalam posisi yang sesuai dengan rencana pada gambar
pelaksanaan.
Perakitan harus mengacu kepada gambar rencana yang berisi pengaturan masing-masing
nomor komponen rangka baja serta posisinya masing-masing. Komponen-komponen harus
dipilih sesuai dengan nomor komponen yang ada. Kesalahan meletakan komponen bisa saja
terjadi tetapi akan menghasilkan struktur jembatan yang tidak sesuai rencana, atau dengan
kata lain kapasitas jembatan berubah tidak sesuai perencanaan. Kesalahan ini cukup fatal
terhadap keamanan pemakaian jembatan tersebut. Setiap pemasangan hendaknya telah
mendapat persetujuan dari pengawas.
25
Urutan-urutan pemasangan :
a. Letakan gelagar melintang di atas penopang dari krib kayu pada posisi dan elevasi yang
sesuai garis lawan-lendut (camber) pada gambar pelaksanaan.
b. Hubungkan rangka baja tepi bawah di antara gelagar melintang pada pelat buhulnya
sesuai dengan nomor komponen. Pelat buhul luar tidak perlu dipasang dahulu.
c. Pasang Gelagar Memanjang Tepi atau Stinger Tepi dan kemudian Stringer Tengah yang
menghubungkan antara gelagar melintang. Selanjutnya pelat baja gelombang dipasang di
atas gelagar memanjang untuk mencegah goyangan arah melintang/lateral.
d. Pasang rangka baja diagonal pada pelat buhul dalam sesuai dengan nomor komponen.
e. Pasang rangka baja tepi atas di antara pelat buhul atas bagian dalam
f. Pasang ikatan angin atas yang menghubungkan antara rangka baja tepi atas sesuai
nomor komponen
g. Pasang pelat-pelat buhul bagian luar.
h. Ulangi seluruh langkah di atas sampai seluruh jembatan terpasang.
I. Kencangan seluruh sambungan baut sesuai tingkat pengencangan yang diharapkan
BAB 8
PEMASANGAN PERANGKAT PENGHUBUNG (LINK-SET)
8.1 Umum
Pemasangan bentang jembatan dengan metode kantilever memerlukan suatu perangkat
penghubung (link-set) yang menghubungkan antara bentang pemberat dan bentang
permanen. Link-set terdiri dari bagian yang dipasang tegak lurus, antara bagian rangka baja
atas dan balok-balok bawah serta ikatan angin.
BAB 9
BENTANG PEMBERAT UNTUK JEMBATAN RANGKA
9.1 Umum
Pemasangan bentang jembatan rangka baja dengan metode kantilever dilakukan dengan
cara komponen per komponen, sehingga memerlukan penggunaan bentang pemberat
dengan atau tanpa beban pemberat yang disediakan sebagai keseimbangan untuk
menjamin sistem kentilever dapat bekerja dengan baik. Bentang pemberat merupakan
bentang jembatan standar yang diharapkan dapat berfungsi sebagai bentang kedua jika
jembatan merupakan jembatan bentang ganda, atau bentang standar lainnya apabila
jembatan hanya merupakan bentang tunggal.
Bentang pemberat yang merupakan suatu bentang standar yang terdiri dari semua
komponen seperti yang ada pada gambar perencanaan untuk masing-masing bentang.
Bentang tersebut dirakit secara teliti dengan urutan dan pengaturan yang dijelaskan dalam
gambar pelaksanaan. Perbedaan antara bentang pemberat dengan bentang permanen
hanya pada besarnya pengencangan baut, dimana baut-baut pada bentang pemberat
dikencangkan secara biasa dengan menggunakan kunci pas biasa tanpa pengencangan
akhir.
Apabila bentang pemberat harus dibongkar, baut-bautnya harus dilepas terlebih dahulu
dengan menggunakan kunci pas. Setelah pelepasan baut, mur dan ring maka harus
dibersihkan dan diminyaki kembali dengan gemuk kemudian dipilih yang masih baik dan
dibungkus dalam suatu kantong kain untuk pemakaian ulang, kecuali baut yang rusak harus
dibuang dan diganti dari cadangan yang disediakan. Seluruh aspek perakitan seperti yang
dijelaskan di muka harus diterapkan semuanya. Khususnya bentang pemberat yang dirakit di
atas penopang sementara kemudian dipasang pada ketinggian yang sesuai dengan lawan-
lendut.
Beban pemberat dapat berupa blok beton atau batu, batangan baja, tangki air atau kotak-
kotak tanah. Untuk setiap kasus beban pemberat harus diketahui besarnya dalam ketelitian
± 5%. Beban pemberat harus ditumpuk dan terdistribusi secara merata pada panel terakhir
pada ujung bentangan pemberat. Beban pemberat tidak diletakkan langsung di atas
lembaran baja gelombang tetapi disusun di atas lantai kayu.
Apabila bentang pemberat merupakan bentang permanen dalam jembatan gabungan, maka
hanya perangkat penghubung (link-set) dan beban pemberat yang dipindahkan.
31
BAB 10
PELAKSANAAN PEMASANGAN METODE KANTILEVER
KOMPONEN PER KOMPONEN
10.1 Umum
Pemasangan Metode kantilever komponen per komponen merupakan perakitan jembatan
setahap demi setahap dari bentang jembatan rangka yang dimulai dari kepala jembatan
menuju ke arah kepala jembatan atau pilar di seberangnya. Penambahan dan pengikatan
komponen rangka baja menuju pada posisi akhir yang diselesaikan secara setahap demi
setahap hingga terbentuk sebuah sistem konstruksi kantilever. Prosedur ini tidak
membutuhkan perancah, melainkan membutuhkan bentang pemberat yang akan
memberikan stabilitas pada konstruksi tersebut.
Sebagai tambahan untuk peralatan di atas yang diperoleh bersama dengan komponen
rangka baja, kontraktor perakitan perlu juga menyediakan beberapa alat tambahan seperti di
bawah ini :
a. Pekerjaan rangka penopang atau krib kayu sebagai penopang sementara.
b. Beban pemberat pada bentang pemberat.
c. Peralatan untuk pengangkutan dan pengangkatan.
d. Pelat-pelat dan ganjal untuk dongkrak serta lainnya.
10.5 Perakitan
Komponen dipasang dalam sambungan, harus ditempatkan secara cermat dan dipegang
dengan drip/pasak agar posisi sambungan dapat tepat sebelum dibaut.
Di bawah ini diberikan tahapan perakitan jembatan permanen yang diawali dengan merakit
perangkat penyambung (link-set) yang mengikat terhadap bentang pemberat dengan
asumsi bentang pemberat sudah terpasang :
a) Tahap I (merangkai link-set)
Gelagar melintang pertama dihubungkan dengan bentang pemberat melalui gelagar
memanjang penyambung (link-set). Gelagar melintang ditopang sementara dengan
dongkrak sesuai dengan elevasi bentang pemberat.
Rangka baja tepi penghubung bawah disambungkan pada pelat buhul perletakan. Rangka
baja vertikal pada link-set dan rangka baja diagonal pada jembatan, masing-masing
34
dihubungkan pada pelat buhul tumpuan. Setelah rangka baja diagonal terpasang lengkap
dengan pelat buhul dalam, maka rangka baja tepi penghubung atas dipasang
menghubungkan antar bagian bentangan pemberat dan bentangan jembatan.
Apabila kombinasi link-set dibutuhkan beberapa perkuatan sesuai dengan gambar
pelaksanaan maka perkuatan-perkuatan tersebut dapat segera dipasangkan. Bagian akhir
pemasangan link-set adalah memasang ikatan angin penghubung, ikatan angin
ujung awal pada jembatan serta pelat gelombang di atas gelagar memanjang.
Seluruh sambungan diberi pengencangan akhir.
b) Tahap II (memasang krib kayu)
Gelagar melintang diangkat secara bertahap dengan bantuan dongkrak dan diganti
dengan tumpuan sementara dari krib kayu sedemikian rupa sehingga mempunyai tinggi
yang sama dengan elevasi tumpuan dari bentang pemberat sesuai dengan tabel pada
gambar pelaksanaan (lihat tabel tinggi krib kayu). Tinggi Krib kayu ini tergantung dari
kombinasi bentang pemberat dan bentang jembatan serta kelas jalan.
c) Tahap III
Untuk dijadikan Perhatian!!!
Pemasangan Gelagar memanjang Tepi dipasang terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
pemasangan Gelagar memanjang Tengah untuk menghindari kesulitan pemasangan
selanjutnya. Diagonal kedua diikatkan pada pelat buhul atas dan rangka baja tepi bawah
dihubungkan pada pelat buhul perletakan dan keduanya diikat oleh pelat buhul pada
gelagar melintang kedua. Kemudian ikatan angin dapat dipasang sendiri-sendiri atau
bersama-sama. Pelat gelombang baru diikatkan di atas gelagar memanjang. Pelat ini
harus dipasang sebagai komponen yang menahan gaya lateral selama pelaksanaan
selain ikatan angin atas. Setelah semua terpasang dilakukan pengencangan akhir untuk
semua sambungan.
d) Tahap IV
Dilakukan perakitan per segmen sepanjang 5 m sesuai urutan rangkaian pelaksanaan
perakitan per segmen pada gambar pelaksanaan. Setiap selesai per segmen dilakukan
pengencangan akhir.
Urutan perangkaian per segmen adalah sebagai berikut :
• Rangka baja tepi atas dibaut pada pelat buhul atas sebelumnya.
• masing ke pelat buhul atas dan pelat buhul bawah. Dapat pula dilakukan per satu
• Ikatan angin dan gelagar memanjang Tepi dapat segera dipasang kemudian gelagar
memanjang Tengah.
• Gelagar melintang diikatkan di antara pelat buhul bawah.
Prosedur pelaksanaan perakitan jembatan seperti yang dijelaskan pada tahap-tahap di atas
dipakai sebagai acuan perakitan yang standar. Apabila dikehendaki metode lain yang
dianggap lebih memudahkan dalam pelaksanaan dapat dilakukan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari perencana atau konsultan.
BAB 11
PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA
METODE PERANCAH
11.1 Umum
Pemasangan Jembatan Rangka Metode Perancah adalah metode pemasangan jembatan
dengan menggunakan perancah. Metode Perancah ini tidak disarankan untuk karakteristik
sungai yang dalam dan deras arusnya. Peralatan yang digunakan adalah pemberat, guy
derrick untuk mengangkat komponen, dan bambu atau kayu untuk perancah.
11.2 Pemasangan
Beberapa langkah metode ereksi perancah adalah sebagai berikut:
A. Persiapan
1) Survei lapangan untuk mengetahui karakteristik sungai.
2) Mengukur panjang perancah yang dipasang dari abutmen sampai ke tengah
sungai.
3) Mempersiapkan pemberat dan guy derrick.
B. Perakitan Komponen
1) Pasang gelagar melintang (cross girder) pada posisi dan elevasinya sesuai
dengan camber rencana.
2) Hubungkan Batang Bawah dan Gelagar Melintang dengan pelat buhul sesuai
dengan marking komponennya.
3) Pasang Batang Diagonal sesuai dengan marking komponennya.
4) Pasang Gelagar Memanjang (stringer) untuk menghubungkan antar Gelagar
Melintang. Kemudian pasang deck baja di atas Gelagar Memanjang untuk
menjaga pergerakan lateral.
5) Pasang Batang Atas dibautkan pada pelat buhul
6) Pasang Bracing Atas untuk menghubungkan komponen Batang Atas
38
9) Dengan Guy derrick, pasang satu per satu komponen di atas perancah sampai
pada abutment seberang sungai.
12.1 Umum
Ketika ujung jembatan permanen mencapai kepala jembatan atau pilar di seberang,
jembatan diangkat dengan dongkrak ± 5 cm untuk mengurangi beban pada krib kayu pada
tumpuan awal jembatan permanen dan menggantikan tumpuan dongkrak dengan krib kayu.
Jembatan dipisahkan terhadap bentang pemberat dengan melepas perangkat link-setnya
kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kendaraan. Penyelesaian akhir
jembatan permanen adalah penurunan jembatan sekaligus pemasangan tumpuan karet.
12.6 Sandaran
Sandaran berupa pipa baja yang digalvanisasi yang berdiameter 3.0 inchi dari material
standar JIS 3452. Sandaran ini diikatkan pada komponen rangka baja diagonal dengan
menggunakan klem yang dibuat pada sayap rangka baja diagonal.
40
BAB 13
PEKERJAAN PELAT LANTAI BETON
13.1 Umum
Pelat lantai kendaraan jembatan rangka baja kelas A ini adalah lantai beton dengan
menggunakan pelat baja gelombang (deck plate) sebagai acuan untuk pengisi.
Profil pelat baja gelombang (deck plate) dapat dilihat pada Gambar 13.1. Penulangan lantai
beton direncanakan sebagai tulangan utama yang diharapkan dapat menahan susut.
Pemasangan profil pelat baja gelombang setelah pemasangan gelagar melintang dan
gelagar memanjang sedangkan pengecoran beton dilaksanakan pada saat bentang
jembatan masih berada pada tumpuan sementara dari krib kayu.
Pelat baja gelombang ini dipasang untuk pengecoran pelat lantai dan selain berfungsi
sebagai bekisting/acuan. Pelat baja ini dilapisi dengan galvanis untuk mencegah karat.
13.4 Penulangan
Penulangan dengan mutu dan diameter yang telah ditentukan dapat dilihat pada gambar
rencana penulangan pelat lantai. Tulangan dipasang secara merata dengan jarak-jarak yang
telah ditentukan. Penulangan yang dipasang adalah tulangan utama yang berfungsi untuk
mencegah susut.
42
13.6 Pembetonan
Pengecoran lantai beton harus dimulai dari tengah bentang menerus ke bagian tepi (kearah
kepala jembatan). Mutu beton lantai minimal adalah K-350 dan harus ditest di laboratorium
dengan pengambilan langsung sampel dari lapangan dengan menggunakan kubus beton
atau silinder beton.
Trotoar dicor setelah pengecoran lantai selesai dengan pembesian melanjutkan dari
pembesian lantai yang sudah ada. Pengecoran trotoar dilakukan setelah permukaan lantai
dibersihkan dan dikasarkan. Perawatan terhadap lantai beton setelah pengecoran harus
dilakukan untuk memberikan hasil yang baik.
Untuk jembatan dengan volume lalu lintas yang padat, pemakaian baja siku kurang efisien
dan untuk itu disarankan untuk menggunakan ekspansion joint karet atau sejenis.
POTONGAN A-A
BAB 14
PEMELIHARAAN
14.1 Umum
Dalam bab ini hanya dibahas mengenai pemeliharaan dari komponen rangka baja, tumpuan
serta sistem pengecatan, sedangkan pekerjaan yang sifatnya inspeksi rutin seperti
pemeliharaan terhadap jalan pendekat, tebing atau bantaran sungai, bangunan bawah dan
lantai beton berada di luar lingkup buku panduan ini.
Komponen rangka baja harus diperiksa secara teratur dari kemungkinan penurunan mutu
atau kerusakan. Dalam melakukan pemeriksaan dibutuhkan beberapa peralatan inspeksi
seperti :
a. Tangga yang dapat diperpanjang sampai 7 m
b. Teropong
c. Pengukur ketebalan cat
d. Pisau, pahat, palu dan penggaruk untuk memeriksa ketebalan cat
e. Kunci pas atau kunci momen untuk memeriksa kekencangan baut
14.2 Inspeksi
Komponen rangka baja harus diperiksa terhadap kemungkinan kerusakan yang diakibatkan
kendaraan seperti ditabrak, karatan atau terlepasnya lapisan galvanis dan penurunan atau
bengkok.
Periksalah kemungkinan adanya tumpukan debu atau kotoran-kotoran terutama pada bagian
sayap bawah gelagar melintang dan daerah disekitar perletakan. Lubang drainase pada
batang-batang datar harus terbuka.
Periksalah apakah ada baut yang hilang atau longgar dengan mengetuk perlahan-lahan
dengan palu.
Periksalah sistem perlindungan terhadap karat dan tanda-tanda adanya penurunan kekuatan
serta tentukan apa penyebabnya. Perhatian khusus harus diberikan pada bagian berikut ini
yang mungkin dapat menimbulkan masalah :
• Sudut-sudut yang permukaanya berhubungan langsung dengan beton
• Permukaan horisontal yang mungkin tergenang air
Periksalah tumpuan karet dari kemungkinan robek atau karena adanya pergerakan
horisontal yang berlebihan yaitu apabila pergerakan horisontal melebihi 40% dari tebalnya.
Tebal
No. Tipe Elastomerik Bentang
Elastomerik
1 78x500x650 A60 78 mm
Permukaan besi harus kering dan bersih. Sebaiknya cat dilaburkan dengan disemprotkan
atau dengan kuas dalam satu lapis dengan ketebalan yang sama dan harus dicegah
pengecatan yang bergelombang atau yang menggelembung.
14.5 Perletakan
Perletakan dan penahan melintang ini harus diperiksa secara berkala terhadap tanda-
tanda kerusakan seperti sobek, gembung atau pergeseran yang berlebihan. Batas
perpindahan geser adalah 40% dari tinggi atau tebal perletakan. Perletakan-perletakan yang
memperlihatkan pergerakan yang berlebihan harus dikembalikan pada posisi semula.
Perletakan yang rusak harus dibongkar dan diganti.
Penggantian komponen yang hilang pada waktu pengangkutan atau rusak pada saat
pemasangan, harus diganti dengan mutu dan kualitas yang sama. Jika komponen yang
identik tidak ada maka diganti dengan komponen yang lebih berat (kuat) dengan persetujuan
konsultan.
1
2
Berat
Panjang Panjang
Uraian Tulangan Volume
Bentang (m) Tulangan (m)
(kg/m)
Tulangan
~ Diameter 8 mm 0.39 1754.9 684.4
~ Diameter 16 mm 1.57 15602.4 24495.80
60 ~ Diameter 19 mm 2.23 3492.40 7788.10
Lendutan (mm)
A60
Precamber 260.0
Defleksi Akibat beban Mati 103.9
Camber Sisa akibat beban Mati 156.1
5
TABEL IV
DAFTAR PERALATAN DAN DONGKRAK
BAGIAN I : PERALATAN
No Nama Jumlah
1 Torque Wrench Komponen 2
2 Double Ring Wrench (M12) 1
3 Double Ring Wrench (M16) 1
4 Double Ring Wrench (M24) 2
5 Combination wrench (M12) 1
6 Combination wrench (M16) 3
7 Combination wrench (M24) 4
8 Hammer 2
9 Drifts Dia 15 mm (M12) 2
10 Drifts Dia 25 mm (M24) 5
11 Double Ended Tubular Wrench (M12) 1
12 Double Ended Tubular Wrench (M16) 1
13 Double Ended Tubular Wrench (M24) 2
14 Socket 3/4" Standard (M24) 2
15 Socket 3/4" Long (M24) 2
16 Socket 3/4" Standard (M16) 1
17 Socket 3/4" Long (M16) 1
18 Socket 3/4" Standard (M12) 2
19 Socket 3/4" Long (M12) 2
20 Pipe Wrench 900 mm 2
21 Measuring tape 30m Long 1
22 Wire Brush 2
3 Tool Box 1
6
TABEL IV
DAFTAR PERALATAN DAN DONGKRAK
BAGIAN II : DONGKRAK
N Nama Jumlah
o Komponen
1 Hydraulic Jack Cap 150 Ton
-Cylinder CTL 1506 2
-Pressure Gauge GL 2100 1
-Adaptor GA 3 1
-Repairer Kit CTL 1506 K 2
2 Hose & Rubber Hose HA 3906-3 1
3 Hose & Rubber Hose HA 3920-3 2
4 HandPump MP 3 1
5 2 port Manifold Block FT 3838 1
6 Shut of Valve V 10 2
7 Nipple FN 3838 2
Catatan :
1. Hydraulic cylinder (silinder hidraulik) mempunyai gerakan satu arah ke atas
(dua) silinder sekaligus. Pompaini merupakan pompa tangan dengan satu gerakan.
2. Silinder dan pompa dapat dioperasikan dengan posisi vertikal dan horisontal.
3. Hydraulic cylinder
mm
4. Hydraulic Pump
Foto 1. Peralatan