Anda di halaman 1dari 53

1

BAB 1
PENJELASAN UMUM SISTEM

1.1 Umum
Sistem jembatan rangka baja terdiri dari komponen-komponen rangka baja standar yang
dibuat dengan ketelitian tinggi dan dirakit dengan baut. Manual pemasangan jembatan ini
adalah untuk jembatan rangka baja kelas A bentang 60 m. Jembatan memiliki dua
jalur lalu lintas dengan lebar lantai kendaraan 7 m dengan kerb selebar 1,0 m di kiri dan
kanannya. Jembatan ini direncanakan menggunakan lantai beton yang mengisi pelat baja
gelombang yang menumpu pada penopang bentang di antara gelagar melintang.
Gelagar melintang tersebut berlaku non komposit dengan lantai beton di atasnya.

Jembatan tersebut dipasok lengkap termasuk tumpuan karet, penahan melintang, peredam
gempa, pipa drainase dan sandaran untuk merakit bagian-bagian jembatan menjadi
jembatan yang utuh. Komponen-komponen rangka baja secara jelas dapat dirakit dengan
urutan yang ditunjukan dalam gambar perakitan. Komponen rangka baja jembatan paling
besar mempunyai berat tidak lebih dari 2.2 ton. Perakitan menggunakan peralatan
sederhana seperti yang dijelaskan dalam Lampiran.

Jembatan ini direncanakan untuk dapat dirakit secara bertahap dengan metode kantilever,
yang bergerak mulai dari kepala jembatan tanpa perancah di tengah sungai. Metode tanpa
perancah adalah metode yang menggunakan bentangan pemberat dan seperangkat alat
penghubung (link-set) yang menghubungkan antara bentangan/jembatan pemberat dengan
jembatan yang akan dirakit. Bisa juga digunakan metode perakitan dan pemasangan yang
lain, misalnya dengan kantilever sebagian (semi kantilever) atau pemasangan di atas
perancah penuh. Di dalam buku ini dijelaskan sistem perakitan dan pemasangan dengan
metode kantilever, pemasangan baut serta lampiran daftar nomor-nomor komponen rangka
baja yang dipakai pada Lampiran A dan B.

Jembatan yang direncanakan memiliki sifat pemeliharaan yang ringan. Semua komponen
rangka baja dan baut digalvanisasi, dan menggunakan tumpuan karet (elastomer).
2

1.2 Kriteria Perencanaan


Spesifikasi perencanaan didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi pembebanan yang
digunakan dalam analisa struktur dan rencana teknis semua bangunan atas adalah 100%
pembebanan atau BM100 dari “LOADING SPESIFICATION FOR HIGHWAY BRIDGES” SK
SNI T-02-2005 yang merupakan revisi kedua dari Bridge Design Code (BDC) – BMS 1992,
sesuai dengan KepMen No. 498/KPTS,M/2005, termasuk juga beberapa peraturan lain
yang dipandang perlu untuk dijadikan acuan perencanaan antara lain AASHTO LRFD,
AISC, dan lain lain.

Pembebanan Jembatan mengacu pada SK SNI T-02-2005. Prinsip pembebanannya adalah


sebagai berikut :

• Lalu Lintas
Pembebanan jembatan untuk kelas A dan B adalah pembebanan dua lajur dengan intensitas
beban 100% (BM100) untuk beban Jalur (D) & beban Truk (T) berdasarkan Peraturan
Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya, SK SNI T-02-2005
• Trotoar
Besarnya intensitas beban pejalan kaki berupa fungsi dari luasan dimana beban bekerja.
(Trotoar ini termasuk trotoar yang dipasang di atas bangunan jembatan)
q = 5 kN/m3 L< 10m2
q = 5.33 - L/30 10 ≤ L ≤ 100m² q

= 2 kN/m² L > 100m²


• Angin
Beban Layan – 30 m/s (sampai 5 km dari pantai)
– 25 m/s (> 5 km dari pantai)
Beban Ultimate – 35 m/s (sampai 5 km dari pantai)
– 30 m/s (> 5 km dari pantai)
• Gempa
Koefisien gempa maksimum C = 0.23 (koefisien Geser Dasar)
Faktor kepentingan I = 1.2
3

• Temperatur
Besarnya perbedaan relatif dari suhu direncanakan sebesar 15ºC .
Koefisien muai baja 12 x 10-6/º C.

Lendutan untuk struktur jembatan tidak melebihi lendutan yang diijinkan, sebagai berikut :
1
Beban Hidup : L
800
1
Beban Mati : L
300

1.3 Komponen-komponen Rangka


Komponen-komponen rangka dari A60 mempunyai karakteristik dimensi yaitu pada lebar
nominal bagian H yang digunakan pada sisi rangka, yaitu karakteristik dimensi 400 mm
(depth).

1.4 Abutmen dan Pilar


Kepala jembatan dan pilar direncanakan untuk dapat menahan gaya-gaya yang timbul dari
bentang jembatan dan pengaruh lainnya, seperti beban gempa dan beban arah melintang
jembatan serta kebutuhan ruang bebas.
4

Gambar 1.1 Pandangan Umum Jembatan Rangka Baja

Gambar 1.2 Penampang Melintang Jembatan Rangka Baja Kelas A


5

BAB 2
KOMPONEN BENTANG JEMBATAN

2.1 Umum
Seluruh komponen rangka baja jembatan yang akan membentuk satu kesatuan bentang
jembatan secara utuh terdapat dalam lampiran gambar perakitan. Gambar tersebut
menjelaskan jenis dan pengaturan komponen untuk setiap bentang, dilengkapi prosedur
perakitan dan pemasangannya yang terdapat pada lampiran B buku panduan ini.

2.2 Komponen Rangka Baja Jembatan


Komponen Rangka Jembatan menggunakan material dengan spesifikasi seperti pada tabel
2.1 Material Komponen Jembatan Rangka Baja.

Tegangan Tarik Tegangan Leleh


Simbol Komponen Material
Ft (MPa) Fy (MPa)
SM 490 YB 490 365 Struktural JIS G 3106
SM 400 B 400 245 Non Struktural JIS G 3106
SPHC 270 - Deck Plate JIS G 3131
M24 1034 896 Sambungan Grade F10T
Elastomeric - - Elastomeric -
SGP - 290 Sandaran JIS 3452

Tabel 2.1 Material Komponen Jembatan Rangka Baja

Seluruh komponen rangka baja yang dipasok telah digalvanisasi.

2.3 Daftar Komponen


Seluruh komponen yang membentuk satu kesatuan bentangan jembatan beserta bagian
lainnya dibutuhkan untuk perakitan dan pemasangan jembatan tercantum dalam daftar yang
terdapat dalam Lampiran A pada buku panduan ini.
6

Daftar Komponen :
Tabel I : Daftar Komponen Jembatan Rangka Baja A60

Tabel II : Kebutuhan Tulangan dan Beton untuk Lantai Kendaraan

Tabel III : Daftar lawan lendut (Camber)


7

Gambar 2.1 Susunan Tumpuan Ujung Jembatan Rangka Kelas A

Gambar 2.2 Hubungan Batang Tepi Atas Jembatan Rangka Baja Kelas A
8

Gambar 2.3 Hubungan Batang Ujung Atas Jembatan Rangka Baja kelas A

Gambar 2.4 Hubungan Batang Tepi Bawah Jembatan Rangka Baja Kelas A
10

Gambar 2.5 Susunan Sambungan Batang

Gambar 2.6 Penampang Batang Atas


11

BAB 3
PENGADAAN DAN PENANGANAN
KOMPONEN RANGKA BAJA JEMBATAN

3.1 Umum
Yang dimaksud dengan komponen rangka baja adalah semua rangka baja, baut-baut, pipa
sandaran dan bagian lain yang terbuat dari material baja. Komponen ini dibutuhkan untuk
menyelesaikan bentang jembatan secara utuh. Untuk itu kontraktor pelaksana harus
sanggup menangani komponen ini secara baik. Pekerjaan ini meliputi pengadaan,
penanganan, pengamanan dan perawatan komponen selama dan menjelang pelaksanaan
perakitan. Jumlah komponen-komponen rangka baja ditunjukkan pada tabel dalam Lampiran
A buku panduan ini.

3.2 Pengamanan Komponen Rangka Baja Jembatan


Komponen rangka baja jembatan harus diatur dan disimpan agar tidak terjadi kerusakan,
dihindarkan terhadap munculnya tegangan berlebih akibat benturan, atau kerusakan pada
lapisan permukaan.

Komponen-komponen yang akan ditumpuk di lokasi/lapangan harus ditempatkan/disusun di


atas balok kayu yang rata dan bersih tidak langsung di atas permukaan tanah. Batang-
batang profil H disusun dengan posisi berdiri tegak/vertikal. Contoh susunan penumpukan
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Baut-baut, komponen perletakan dan bagian lainnya yang sejenis disimpan pada tempat
yang terlindung dan diletakkan pada suatu tempat yang aman dan bebas dari kotoran.

Setiap kerusakan atau kehilangan yang terjadi setelah penerimaan komponen rangka baja
oleh kontraktor pelaksana harus diperbaiki sesuai dengan spesifikasi atau diganti atas biaya
kontraktor. Tidak diperlukan suatu perlindungan permukaan tambahan, karena semua
komponen rangka baja telah digalvanis. Apabila terjadi goresan halus pada permukaan yang
cukup luas maka perlu dibersihkan dengan gerinda dan kemudian dilapisi cat yang
mengandung bahan zinc anorganik.
12

3.3 Penanganan Komponen Rangka Baja Jembatan


Berat masing-masing komponen rangka baja dapat dilihat pada tabel berat pada Lampiran A
dan gambar perakitan. Semua rangka baja dapat diangkat dengan tali baja tunggal. Akan
tetapi rangka baja yang panjang harus diangkat dengan dua kabel sling (dua titik) agar
mendapatkan pengendalian yang lebih baik saat pengangkatan. Batang profil H dapat
ditumpuk dengan posisi badan profil arah vertikal atau horizontal selama pengangkutan.

3.4 Peralatan Kerja dan Komponen Perakitan


Alat-alat kerja harus ditangani dengan baik dan hati-hati, disimpan pada tempat yang aman
dalam peti yang telah disediakan dalam kondisi yang baik apabila sedang tidak dipakai oleh
kontraktor. Alat-alat tersebut harus diperiksa secara berkala dan teratur oleh kontraktor
pelaksana dan digunakan sesuai dengan instruksi yang diberikan untuk masing-masing alat.
Alat-alat tersebut hanya boleh digunakan untuk tujuan pemasangan jembatan dan sesuai
dengan fungsinya.
Bentang rangka baja dapat berfungsi sebagai bentang pemberat. Komponen-komponen
pemasangan tersebut diperlakukan sebagaimana halnya komponen rangka baja jembatan
permanen. Baut-baut mutu tinggi yang akan digunakan lagi harus dibuka dengan hati-hati
sewaktu pembongkaran, diminyaki dan disimpan kembali dalam peti. Setiap baut yang
kelihatan rusak harus dibuang. Kontraktor harus mengganti setiap kehilangan alat atau
komponen yang hilang atau rusak pada waktu pemasangan, kecuali kerusakannya wajar.
13

PROFIL “H” BATANG DIAGONAL DAN IKATAN ANGIN

PENGEPAKAN GELAGAR MELINTANG

PENGEPAKAN DECK BAJA

Gambar 3.1 Cara Penumpukan Komponen Rangka Baja


14

BAB 4
BANGUNAN BAWAH

4.1 Umum
Tumpuan pada kepala jembatan dan pilar harus direncanakan mampu menahan beban dan
gaya yang diakibatkan oleh beban mati dan beban hidup yang bekerja pada bentang
jembatan. Selain gaya-gaya tercantum dalam gambar, harus diperhitungkan pula semua
gaya-gaya atau pengaruh lain seperti akibat beban timbunan tanah, benturan hanyutan
sungai dan gaya-gaya saat pelaksanaan.

4.2 Pengukuran Lapangan & Toleransinya


Kepala jembatan dan pilar harus direncanakan sesuai dengan gambar yang dikeluarkan
dengan toleransi sebagai berikut :
a. Denah
- Kepala jembatan atau pilar : ± 2.0 cm
- Baut angkur perletakan setelah digrouting : ± 0.5 cm
b. Jarak antar tumpuan pada posisi akhir
- Pada arah memanjang : ± 1.0 cm
- Jarak melintang tumpuan pada satu kepala jembatan
atau pilar : ± 0.5 cm
c. Ketinggian puncak permukaan
- Puncak kepala jembatan atau pilar : ± 2.0 cm
- Puncak lantai beton : ± 0.5 cm
d. Penahan melintang dan peredam gempa
- Permukaan tumpuan karet sampai permukaan dinding : ± 0.3 cm
e. Tumpuan
- Elevasi permukaan : ± 0.5 cm
- Posisi : ± 2.0 cm

Gambar-gambar yang ada dalam gambar perakitan mencantumkan besarnya jarak


melintang dan memanjang antar as tumpuan serta ketinggian tumpuan relatif terhadap
ketinggian lantai jembatan. Ukuran yang diberikan di dalam gambar sudah termasuk aspal-
beton setebal 5 cm yang diberikan di atas lantai beton dan ini harus disesuaikan bila
kenyataan di pelaksanaan lain (ada perubahan terhadap gambar rencana).
15

4.3 Baut Pada Tumpuan


Baut angkur pada perletakan (Holding Down Bolt) digunakan baut M-36x990 disediakan oleh
pemasok bersama-sama dengan komponen rangka baja dan harus dipasang dalam beton
sesuai dengan gambar detail perakitan. Disarankan untuk membuat lubang-lubang pada
beton pada posisi dimana angkur akan ditempatkan untuk kemudian digrouting setelah
pekerjaan baja selesai. Grouting dilakukan setelah baut angkur selesai dipasang
dalam lubang dan diikat pada posisi dan level yang sama.

Campuran grouting adalah 1:3 (semen : pasir) dicampur dengan air sampai didapat kondisi
plastis dan perlu diberi bahan tambahan anti susut yang cocok. Campuran dimasukan di
sekitar angkur dengan menggunakan sebuah tongkat besi untuk pemadatan. Baut angkur
tersebut harus diikat pada posisinya sampai proses grouting selesai dengan batas toleransi
seperti yang disebut di depan. Ulir angkur harus diberi gemuk dan dilindungi terus.

4.4 Tumpuan
Tumpuan karet harus dipasang di atas landasan beton (semen mortar) yang rata pada posisi
dan elevasi .

4.5 Tahap Pengerjaan Bangunan Bawah


Pondasi kepala jembatan dan bagian atas pilar harus dibuat sebelum rangka baja dipasang.
Namun dapat pula dilakukan persiapan daerah perakitan lebih dulu dan kemudian dimulai
perakitan baja bersama-sama dengan pelaksanaan abutment dan pilar. Penyiapan daerah
perakitan harus dilakukan pada ketinggian sama dengan permukaan tumpuan pada kepala
jembatan.

Puncak dinding kepala jembatan (Back Wall) tidak boleh dibentuk atau dicor sampai bentang
dan lantai jembatan tersebut selesai dikerjakan dan duduk di atas tumpuan yang permanen.
Tulangan dinding kepala jembatan boleh dibengkokkan untuk mempermudah pekerjaan baja
tetapi jangan sampai merusaknya. Puncak dinding kepala jembatan dicor dan diselesaikan
sama tinggi dengan elevasi lantai jembatan.

4.6 Karet Penahan Gempa dan Penahan Melintang


Pada saat akhir proses perakitan rangka jembatan, jarak antar bantalan karet penahan
gempa dan penahan melintang harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam gambar. Untuk
mempermudah mendapatkan jarak tersebut maka pengecoran/pembuatan dinding penahan
bisa dilaksanakan setelah bantalan karet terpasang pada posisinya.
16

4.7 Pemasangan Bentang Pemberat


Jika sangat diperlukan, perakitan bentang pemberat dapat dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pembuatan kepala jembatan dan pilar. Penyiapan daerah perakitan dibuat rata
dan bersih sesuai dengan elevasi permukaan tumpuan pada kepala jembatan.
17

BAB 5
DAERAH PERAKITAN DAN PERSIAPAN

5.1 Umum
Pada pemasangan bentang dengan Metode Kantilever dibutuhkan suatu daerah persiapan
yang mempunyai panjang sebesar panjang bentang pemberat ditambah 10 m untuk
penimbunan material. Sebagai tambahan diperlukan pula suatu daerah untuk jalan kerja dan
menyimpan batang-batang kayu serta batang-batang lainnya.

Daerah perakitan harus mempunyai kemiringan agar dapat mengalirkan air. Tanah dasar
harus dipadatkan dan distabilkan termasuk daerah untuk penimbunan tebing, dikerjakan
sesuai dengan cara pekerjaan tanah yang normal sehingga dapat mendukung lalu lintas
selama masa konsruksi. Bagian utama daerah perakitan juga merupakan daerah jalan
pendekat permanen sehingga pekerjaan mempersiapkan daerah perakitan tersebut juga
berfungsi untuk mempersiapkan jalur lalu lintas permanen.

Jika pada lokasi jembatan tidak mungkin dibuat daerah perakitan yang lurus (misal pada
daerah lengkung vertikal, horisontal atau daerah yang terdapat bangunan), maka harus
dipertimbangkan metode pemasangan lain.

5.2 Pondasi sementara pada Metode Kantilever


Pondasi sementara untuk bentangan pemberat direncanakan untuk menahan beban-beban
vertikal yang terjadi dengan memperhitungkan keadaan dan daya dukung tanah pendukung
yang ada.

Untuk menghindari pergeseran horizontal dari bentangan pemberat dapat dilakukan


pemberian tumpuan yang tetap dengan memakai angkur atau tambahan material pemberat.

5.3 Beton untuk Pekerjaan Sementara


Pondasi sementara dan lantai kerja yang dibuat untuk perakitan rangka baja harus
mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas beton untuk kepala jembatan, minimal mutu
beton tidak kurang dari 200 kg/cm² .
18

5.4 Pekerjaan Krib Kayu


Untuk pemasangan dengan metode kantilever, disarankan menggunakan pengganjal/krib
kayu diberikan untuk menahan bentangan utama selama tahapan konstruski bentang
jembatan dilaksanakan. Pengganjal ini dipasang pada ujung abutmen atau headstock pilar.

Krib kayu direncanakan untuk mendukung beban vertikal yang besar seperti yang terdapat
pada beban rencana pilar pada lampiran gambar, dan juga menahan beban horisontal yang
mungkin timbul karena angin pada konstruksi baja. Karenanya krib kayu harus mampu
menahan beban-beban tersebut.

Kayu yang digunakan harus dari jenis kayu keras dengan kekuatan tumpu tidak kurang dari
100 kg/cm². Kayu dipotong/digergaji rata dan persegi dengan dimensi 10x12 cm.
Lapisan krib kayu paling bawah disusun rapat, diratakan dan terletak di atas lantai kerja.
Lapisan berikutnya ditempatkan melintang terhadap lapisan sebelumnya dan
seterusnya. Masing-masing lapisan rata dan tegak lurus. Permukaan pelat perletakkan
rangka baja harus menumpu sepenuhnya di atas susunan krib kayu tersebut.

Tumpuan sementara dari krib kayu ini akan dipindahkan dan diganti dengan tumpuan karet
dengan menggunakan dongkrak hidrolik, setelah dilakukan pekerjaan lantai kendaraan
selesai di cor.

5.5 Penumpu Gelagar Melintang


Selama perakitan bentang pemberat di atas tanah atau bentang permanen di atas perancah,
gelagar melintang harus ditopang tepat pada ujung-ujungnya dengan ganjal kayu. Tiap
dukungan harus mampu menahan beban vertikal minimal 10 ton dan harus stabil terhadap
gaya lateral yang mungkin terjadi selama masa perakitan. Dukungan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengaturan tinggi yang diharapkan. Untuk
mempermudah pengaturan ketinggian tersebut sebaiknya disediakan baji-baji kayu pada
setiap dukungan.

Ketinggian masing-masing pendukung diatur sesuai kelengkungan lawan-lendut yang


diberikan pada gambar perakitan dengan toleransi ± 0.5 cm.
19

Gambar 5.1 Penumpuan Gelagar Melintang


20

BAB 6
SAMBUNGAN BAUT

6.1 Umum
Penyambungan bagian-bagian baja dilakukan dengan menggunakan baut mutu tinggi grade
F10T. Baut direncanakan berdasarkan perhitungan dengan kekuatan sambungan gesek
kritis (friction), dengan faktor gesek diharapkan sebesar 0,3. Penggantian baut dan mur serta
ring harus menggunakan mutu yang sama baik kekuatan maupun kekerasannya.

Baut dipasok lengkap dengan mur dengan dua buah ring yang dikemas dalam drum atau
peti kotak. Jumlah baut yang terdapat di dalam kotak tercantum di label kotak. Setiap baut
yang tersisa pada perakitan jembatan harus dibersihkan dan menjadi tanggung jawab
kontraktor pelaksana untuk kemudian dikembalikan kepada pemilik.

6.2 Perlindungan dan Keamanan


Baut, mur dan ring yang dipasok dan telah dilindungi dengan galvanisasi disimpan dalam
peti. Oleh karena itu saat di lapangan perlu disimpan dan diletakkan pada tempat
yang terlindung dan bebas di atas tanah sampai waktunya untuk digunakan. Sebelum
dipakai harus diperiksa kembali dan dibersihkan dari debu atau kotoran yang ada dan
kemungkinan terjadinya perkaratan (pada bagian ulir). Cara membersihkan dapat dilakukan
dengan sikat dan untuk menjamin pengikatan dan ulir mur harus dilapisi dengan gemuk.

6.3 Panjang dan Diameter Baut


Lambang atau simbol yang dipakai untuk baut adalah dengan awalan huruf kapital “M” yang
berarti baut metrik yang diikuti tanda “ - ” kemudian ukuran diameter dikalikan dengan
panjang baut dalam ukuran milimeter. Jadi baut M-16x55 berarti baut dengan diameter
16 mm dan panjang 55 mm. Yang dimaksud panjang baut adalah total panjang baut tanpa
kepala baut, seperti yang tampak pada gambar 6.1. Diameter baut untuk sambungan
struktur bervariasi antara 16 mm dan 24 mm, sedangkan baut sambungan antara pelat dek
dengan sistem lantai menggunakan diameter 12 mm. Jenis baut yang dipakai dan lokasi
pemasangannya dapat dilihat pada gambar detail lokasi baut.
21

6.4 Persiapan Sambungan


Sambungan direncanakan dengan metode kekuatan gesek kritis (friction mode). Oleh karena
itu sebelum pemasangan seluruh bidang sentuh permukaan dibersihkan dari debu, gemuk,
oli dan kotoran lainnya dan kemudian dikasarkan sekasar mungkin dengan cara disikat
dengan sikat kawat dengan arah penyikatan melintang panjang batang. Tidak diijinkan
menggunakan sikat bertenaga listrik.

6.5 Perakitan
Semua baut pada sambungan rangka baja dan sambungan diagonal harus dimasukkan dari
arah dalam dan dikencangkan dari arah luar. Lubang-lubang dari semua pelat yang akan
disambung harus disetel dengan baik sebelum baut dimasukkan. Untuk memasukkan baut
tersebut dapat digunakan pasak (drift) atau kunci pas ujung lancip, dengan pemukulan pelan
bila perlu, tetapi ujung-ujung lubang tidak boleh rusak atau pecah-pecah. Jika ternyata
diperlukan pemukulan yang lebih keras, semua baut harus dikendorkan atau dilepaskan dan
permukaan pertemuan harus diperiksa kelurusan dan lokasinya. Pada saat memasukkan
baut yang terakhir, tidak boleh ada pemaksaan atau pemukulan keras karena dapat
menyebabkan kerusakan pada ulir baut. Sebelum pengencangan dengan kekuatan tangan,
baut-baut harus tegak lurus terhadap permukaan baja / bidang sambungan.

6.6 Pengencangan Baut


Baut diberi pengencangan permulaan dengan menggunakan kunci pas
Tidak ada pengencangan akhir sebelum seluruh perakitan selesai.
Definisi : Pengencangan Permulaan adalah pengencangan yang dilakukan dengan
kekuatan tenaga manusia menggunakan kunci pas standar.
• Untuk perakitan dengan metode perancah, pada saat pemasangan perancah atau
tumpuan sementara di setiap gelagar melintang, pengencangan akhir untuk semua baut
menunggu sampai perakitan bentang jembatan selesai. Hal ini diperlukan untuk proses
penyesuaian akhir lawan lendut bila perlu dan sekaligus pengecekan sebelum
pengencangan akhir seluruh baut.
Seluruh baut untuk penyambungan kecuali pada penyambungan sandaran, peredam
gempa, penahan melintang dan pelat baja gelombang harus diberikan pengencangan
akhir sedemikian rupa sehingga baut mengalami torsi sebesar :
a. Semua sambungan bentang jembatan permanen :
- M16 : 25 kgfm (Grade 8.8 untuk Handrail, LS)
- M24 : 99.42 kgfm (Grade F10T untuk struktural)

b. Semua sambungan bentang pemberat :


Diberikan gaya pengencangan sebesar 50% dari gaya pengencangan pada jembatan
22

permanen.
Sedangkan, untuk baut M12 dilakukan pengencangan tangan penuh.
Pengencangan harus dilakukan secara merata dan lengkap pada setiap baut.
Pengencangan dimulai dari bagian tengah/titik pusat kelompok baut dan dilanjutkan ke
bagian luar secara melingkar.
• Untuk perakitan dengan metode kantilever, setiap baut harus dikencangkan penuh saat
semua komponen terpasang dan Jembatan Terpasang masih terhubung dengan Linkset
& Bentang Pemberat.

6.7 Prosedur Pemeriksaan Baut


a. Periksa semua komponen baut sebelum digunakan. Kembalikan bagian komponen
tersebut ke gudang apabila dijumpai bagian yang tidak ditandai, rusak atau galvanisasi
yang jelek atau yang tidak ditandai sesuai dengan nomor komponen yang diberikan.
b. Baut yang kotor harus dibersihkan sebelum digunakan. Mur harus diberi pelumas lagi,
jika dibersihkan atau jika kurang pelumasannya.
c. Apabila pelumasan ulang diperlukan di lapangan maka mur harus dibersihkan terlebih
dahulu, kemudian diolesi gemuk atau lilin secara hemat dan tepat sebelum dipakai untuk
merakit agar memperkecil kemungkinan terkena debu. Setiap minyak, gemuk atau lilin
yang tumpah atau tersebar di atas permukaan baja harus dibersihkan segera dengan
memberikan cairan pelarut (solvent).
d. Perakitan hanya diijinkan sesuai dengan gambar pelaksanaan yang ada. Tidak
dibenarkan menggunakan komponen yang lain.
e. Memutar mur hanya dilakukan selama pengencangan. Kepala baut mungkin perlu
dipegang untuk mencegah berputarnya baut.

Gambar 6.1 Detail Baut


23

NAMA
D L S S (Toleransi)
KOMPONEN
M24x100 24 100 45 +6, -0
M24x90 24 90 45 +6, -0
M24x80 24 80 45 +6, -0
M24x70 24 70 45 +6, -0
M16x65 16 65 38 -
M16x55 16 55 38 -
M16x45 16 45 38 -
M12x55 12 55 Full Thread -
M12x35 12 35 Full Thread -

Tabel 6.1 Detail Baut

CATATAN :

1. SETIAP BAUT DILENGKAPI DENGAN SATU MUR DAN DUA RING PELAT.
2. SEMUA BAUT, MUR DAN RING DIGALVANISASI.
3. SEMUA UKURAN DALAM MILIMETER.
24

BAB 7
PERAKITAN JEMBATAN RANGKA

7.1 Umum
Komponen rangka baja direncanakan menggunakan sambungan baut. Tidak diperbolehkan
melakukan pengelasan komponen rangka baja di lapangan. Kontraktor pelaksana akan
memasang, menempatkan, mengatur posisi semua komponen konstruksi baja dan bagian-
bagian yang diperlukan sesuai dengan gambar pelaksanaan yang diberikan. Sebelum
dirakit, semua komponen rangka baja jembatan harus diperiksa dan setiap kerusakan harus
diperbaiki. Semua komponen rangka baja harus diperlakukan secara hati-hati dan dirakit
dengan cermat. Alat drip yang disediakan bersama alat yang lain dapat digunakan untuk
meluruskan serta memperbaiki posisi berbagai komponen. Pemukulan yang berlebihan
harus dihindari agar tidak terjadi kerusakan dan tegangan berlebih. Semua bagian dan
komponen telah diidentifikasi dengan nomor komponen. Setiap bagian harus dirakit dengan
penempatan yang sederhana dalam posisi yang sesuai dengan rencana pada gambar
pelaksanaan.

Bentuk komponen dibuat simetris sehingga memudahkan penempatan tanpa kesalahan.


Komponen-komponen direncanakan dirakit sesuai dengan prosedur yang diberikan pada
gambar pelaksanaan untuk memudahkan pelaksanaan sesuai dengan rencana pemasangan
yang diharapkan. Semua sambungan dilakukan dengan baut. Pemasangan, perakitan dan
pengencangan harus mengikuti prosedur yang telah dijelaskan di depan.

7.2 Perakitan Bentang Jembatan di atas Tanah atau dengan Perancah


Rangka bentang digunakan sebagai bentang pemberat untuk konstruksi kantilever yang
dikerjakan di darat.

Perakitan harus mengacu kepada gambar rencana yang berisi pengaturan masing-masing
nomor komponen rangka baja serta posisinya masing-masing. Komponen-komponen harus
dipilih sesuai dengan nomor komponen yang ada. Kesalahan meletakan komponen bisa saja
terjadi tetapi akan menghasilkan struktur jembatan yang tidak sesuai rencana, atau dengan
kata lain kapasitas jembatan berubah tidak sesuai perencanaan. Kesalahan ini cukup fatal
terhadap keamanan pemakaian jembatan tersebut. Setiap pemasangan hendaknya telah
mendapat persetujuan dari pengawas.
25

Urutan-urutan pemasangan :
a. Letakan gelagar melintang di atas penopang dari krib kayu pada posisi dan elevasi yang
sesuai garis lawan-lendut (camber) pada gambar pelaksanaan.
b. Hubungkan rangka baja tepi bawah di antara gelagar melintang pada pelat buhulnya
sesuai dengan nomor komponen. Pelat buhul luar tidak perlu dipasang dahulu.
c. Pasang Gelagar Memanjang Tepi atau Stinger Tepi dan kemudian Stringer Tengah yang
menghubungkan antara gelagar melintang. Selanjutnya pelat baja gelombang dipasang di
atas gelagar memanjang untuk mencegah goyangan arah melintang/lateral.
d. Pasang rangka baja diagonal pada pelat buhul dalam sesuai dengan nomor komponen.
e. Pasang rangka baja tepi atas di antara pelat buhul atas bagian dalam
f. Pasang ikatan angin atas yang menghubungkan antara rangka baja tepi atas sesuai
nomor komponen
g. Pasang pelat-pelat buhul bagian luar.
h. Ulangi seluruh langkah di atas sampai seluruh jembatan terpasang.
I. Kencangan seluruh sambungan baut sesuai tingkat pengencangan yang diharapkan

7.3 Lawan Lendut


Komponen rangka baja dikerjakan di dalam pabrik dan direncanakan akan mempunyai
lawan lendut dengan sendirinya apabila dirangkai pada semua baut-bautnya dengan syarat
pemasangan yang tepat sesuai posisi lubang. Lubang-lubang dalam komponen dibor secara
tepat dan drip khusus disediakan untuk mengarahkan rangka baja dengan pelat buhul dan
pelat penyambung pada posisinya yang tepat. Besarnya lawan lendut diberikan dalam
Lampiran A. Lawan lendut yang diberikan merupakan rata-rata yang diharapkan, karena ada
kemungkinan perbedaan kecil akibat prosedur pemasangan.

7.4 Pengikatan Komponen


Apabila satu rangka sedang dirakit baik di atas perancah atau sebagai bentang pemberat,
untuk tiap kelompok baut pada permulaan cukup dipasang 3 atau 4 baut dan baut-baut
tersebut tidak perlu dikencangkan. Setelah perakitan seluruh rangka dilakukan, baru
dipasang baut-baut yang tersisa serta mengencangkannya. Teknik ini menyederhanakan
pemasangan komponen-komponen serta mempercepat perakitan secara menyeluruh.
Apabila metode pemasangan kantilever tahap demi tahap digunakan, semua baut pada satu
sambungan harus dimasukan segera dan dikencangkan sepenuhnya setelah semua bagian
dalam setiap tahap tersebut dipasang sebelum diteruskan pada tahap berikutnya. Sistem
jembatan tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga setiap tahap merupakan satu
kesatuan bagian yang stabil.
26

7.5 Pelat Penyambung


Pelat-pelat buhul rangka baja tepi atas dan bawah dipabrikasi untuk ukuran-ukuran yang
khusus. Pelat-pelat buhul ini memenuhi semua variasi jumlah kebutuhan baut yang
diperlukan. Variasi jumlah baut dapat dilakukan dengan mengkombinasi pelat buhul dengan
pelat penyambung badan. Apabila pelat penyambung menghubungkan bagian rangka baja
yang mempunyai tebal yang berbeda maka diperlukan pelat pengisi untuk menyamakan atau
meratakan permukaan. Pelat-pelat ini disediakan bersama-sama dengan pelat penghubung
dan pelat buhul. Keterangan untuk semua kebutuhan pelat tercantum dalam Lampiran A.

7.6 Bagian-Bagian yang Perlu Disambung Setelah Pemasangan Akhir


Bagian-bagian ini meliputi pemasangan sandaran, penahan melintang dan peredam gempa.
27

BAB 8
PEMASANGAN PERANGKAT PENGHUBUNG (LINK-SET)

8.1 Umum
Pemasangan bentang jembatan dengan metode kantilever memerlukan suatu perangkat
penghubung (link-set) yang menghubungkan antara bentang pemberat dan bentang
permanen. Link-set terdiri dari bagian yang dipasang tegak lurus, antara bagian rangka baja
atas dan balok-balok bawah serta ikatan angin.

8.2 Perakitan Secara Umum


Perangkat link-set dirakit sesuai dengan detail yang ditunjukan pada gambar pelaksanaan.
Bentang pemberat adalah yang pertama kali dirakit dan ditempatkan di atas krib kayu. Garis
sumbu tumpuan depan bentang pemberat ada pada jarak 170 cm dari belakang garis
tumpuan bentang permanen. Jenis baut yang dipakai sesuai dengan penjelasan yang
terdapat pada gambar pelaksanaan.
Baut tegangan tinggi yang disediakan digunakan dan direncanakan dengan kekuatan
sambungan kuat gesek (friction) serta dikencangkan.

8.3 Elevasi Bentang Pemberat dan Perangkat Penghubung


Bentang pemberat dirakit dengan posisi dimana elevasi tumpuannya mempunyai ketinggian
yang sama dengan elevasi perangkat penyambung (link-set), yang pada gambar perakitan
dinyatakan dengan tinggi krib kayu. Perakitan tinggi krib kayu telah dihitung sehingga dapat
mengantisipasi tinggi bebas yang dibutuhkan pada ujung bentang permanen sehingga
memungkinkan pekerja untuk dapat memasang tumpuan sementara pada kepala jembatan
di seberang.
Besar tinggi krib kayu ini tergantung dari kombinasi bentang pemberat, bentang permanen
dan kelas jembatan yang dirakit dan dapat dilihat pada gambar pelaksanaaan.
28

BAB 9
BENTANG PEMBERAT UNTUK JEMBATAN RANGKA

9.1 Umum
Pemasangan bentang jembatan rangka baja dengan metode kantilever dilakukan dengan
cara komponen per komponen, sehingga memerlukan penggunaan bentang pemberat
dengan atau tanpa beban pemberat yang disediakan sebagai keseimbangan untuk
menjamin sistem kentilever dapat bekerja dengan baik. Bentang pemberat merupakan
bentang jembatan standar yang diharapkan dapat berfungsi sebagai bentang kedua jika
jembatan merupakan jembatan bentang ganda, atau bentang standar lainnya apabila
jembatan hanya merupakan bentang tunggal.

Bentang pemberat yang merupakan suatu bentang standar yang terdiri dari semua
komponen seperti yang ada pada gambar perencanaan untuk masing-masing bentang.
Bentang tersebut dirakit secara teliti dengan urutan dan pengaturan yang dijelaskan dalam
gambar pelaksanaan. Perbedaan antara bentang pemberat dengan bentang permanen
hanya pada besarnya pengencangan baut, dimana baut-baut pada bentang pemberat
dikencangkan secara biasa dengan menggunakan kunci pas biasa tanpa pengencangan
akhir.

Apabila bentang pemberat harus dibongkar, baut-bautnya harus dilepas terlebih dahulu
dengan menggunakan kunci pas. Setelah pelepasan baut, mur dan ring maka harus
dibersihkan dan diminyaki kembali dengan gemuk kemudian dipilih yang masih baik dan
dibungkus dalam suatu kantong kain untuk pemakaian ulang, kecuali baut yang rusak harus
dibuang dan diganti dari cadangan yang disediakan. Seluruh aspek perakitan seperti yang
dijelaskan di muka harus diterapkan semuanya. Khususnya bentang pemberat yang dirakit di
atas penopang sementara kemudian dipasang pada ketinggian yang sesuai dengan lawan-
lendut.

9.2 Panjang Bentang Pemberat


Panjang dari bentang pemberat bisa bervariasi tergantung keadaan dan kebutuhan.
Besarnya beban pemberat yang diberikan tergantung dari variasi kombinasi antara bentang
pemberat dengan jembatan permanen yang direncanakan. Angka yang menunjukkan
besarnya beban pemberat akan diberikan sesuai ketersediaan bentang pemberat di wilayah
perakitan.
30

9.3 Perangkat Penghubung (Link-Set)


Antara bentang pemberat dan jembatan permanen dihubungkan oleh media atau perangkat
yang menghubungkan keduanya selama masa pemasangan. Media ini merupakan
perangkat penghubung yang disebut link-set. Macam link-set yang ada merupakan
kombinasi antara panjang bentang pemberat dan jembatan permanen. Komponen link-set
yang dipakai dijelaskan di dalam gambar pelaksanaan.

9.4 Beban Pemberat


Bagian yang terpenting pada prosedur pemasangan metode kantilever rangka baja per
rangka baja adalah pemberian beban pemberat pada panel ujung dari bentang pemberat.

Beban pemberat dapat berupa blok beton atau batu, batangan baja, tangki air atau kotak-
kotak tanah. Untuk setiap kasus beban pemberat harus diketahui besarnya dalam ketelitian
± 5%. Beban pemberat harus ditumpuk dan terdistribusi secara merata pada panel terakhir
pada ujung bentangan pemberat. Beban pemberat tidak diletakkan langsung di atas
lembaran baja gelombang tetapi disusun di atas lantai kayu.

9.5 Melepaskan dan Memindahkan Bentang Pemberat


Apabila bentangan permanen telah mencapai kepala jembatan atau pilar di seberang,
bentang pemberat dapat dilepas dan disingkirkan jika bentang pemberat bersifat sementara.

Prosedur pelepasan bentang pemberat adalah sebagai berikut :


a. Angkat bagian ujung depan ± 5 cm pada jembatan permanen kemudian dipasang
tumpuan sementara dari krib kayu. Hal ini dilakukan untuk menghindari beban yang
berlebihan pada tumpuan bentang pemberat.
b. Angkat dan pindahkan beban pemberat ke tempat yang aman.
c. Lepaskan baut pada perangkat penghubung (link-set). Dimulai dari rangka baja atas,
ikatan angin, rangka baja bawah dan rangka baja vertikal.
d. Lepaskan bentang pemberat dimulai dengan memindahkan seluruh pelat buhul bagian
luarnya.
e. Pindahkan rangka baja atas, rangka baja diagonal dan rangka baja bawah.
f. Bersihkan semua komponen dan disimpan kembali.

Apabila bentang pemberat merupakan bentang permanen dalam jembatan gabungan, maka
hanya perangkat penghubung (link-set) dan beban pemberat yang dipindahkan.
31

Gambar 9.1 Pengaturan Beban Pemberat


32

BAB 10
PELAKSANAAN PEMASANGAN METODE KANTILEVER
KOMPONEN PER KOMPONEN

10.1 Umum
Pemasangan Metode kantilever komponen per komponen merupakan perakitan jembatan
setahap demi setahap dari bentang jembatan rangka yang dimulai dari kepala jembatan
menuju ke arah kepala jembatan atau pilar di seberangnya. Penambahan dan pengikatan
komponen rangka baja menuju pada posisi akhir yang diselesaikan secara setahap demi
setahap hingga terbentuk sebuah sistem konstruksi kantilever. Prosedur ini tidak
membutuhkan perancah, melainkan membutuhkan bentang pemberat yang akan
memberikan stabilitas pada konstruksi tersebut.

10.2 Persiapan Daerah Perakitan dan Pendukung


a. Daerah Perakitan.
Daerah perakitan yang diperlukan adalah sebesar daerah yang dibutuhkan untuk merakit
sebuah bentang pemberat ditambah dengan daerah sepanjang 10 m untuk hantaran
komponen. Lebar daerah perakitan ± 15 m termasuk ruang bebas bagi pekerja untuk
melakukan pekerjaannya. Sebagai tambahan diperlukan daerah untuk membuat gudang
penyimpanan komponen yang penting.
b. Penopang Tumpuan Sementara.
Konstruksi krib kayu yang kokoh diperlukan untuk menopang tumpuan ujung bentang
pemberat kantilever pada kepala jembatan atau pilar selama pemasangan.
c. Penopang Bentang Pemberat.
Ujung bentang pemberat membutuhkan penopang di atas konstruksi krib kayu atau lantai
beton sementara yang direncanakan sesuai dengan kondisi tanah dan didirikan sesuai
petunjuk yang ada.

10.3 Peralatan Pemasangan


Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan metode kantilever di lapangan:
a. Bentang rangka pemberat sama seperti bentang jembatan yang dipasang.
b. Perangkat penghubung (link-set).
c. Dongkrak hidrolik.
d. Satu set alat-alat kerja.
33

Sebagai tambahan untuk peralatan di atas yang diperoleh bersama dengan komponen
rangka baja, kontraktor perakitan perlu juga menyediakan beberapa alat tambahan seperti di
bawah ini :
a. Pekerjaan rangka penopang atau krib kayu sebagai penopang sementara.
b. Beban pemberat pada bentang pemberat.
c. Peralatan untuk pengangkutan dan pengangkatan.
d. Pelat-pelat dan ganjal untuk dongkrak serta lainnya.

10.4 Pengangkutan Keluar dan Pengangkatan


Peralatan yang diperlukan untuk mengangkat dan mengangkut komponen rangka baja
jembatan keluar dari tempat penyimpanan menuju ke tempat pemasangan adalah sebagai
berikut :
a. Crane ringan.
b. Kabel yang tergantung di antara kepala jembatan.
c. Peluncuran komponen di atas gelagar memanjang yang telah selesai. Untuk
meluncurkan sebaiknya menggunakan roll/roda untuk menghindari kerusakkan
komponen.
d. Guy Derrick.

10.5 Perakitan
Komponen dipasang dalam sambungan, harus ditempatkan secara cermat dan dipegang
dengan drip/pasak agar posisi sambungan dapat tepat sebelum dibaut.

Perakitan di lapangan tidak mengalami kesulitan apabila mengacu kepada gambar


pelaksanaan. Komponen rangka baja harus disusun berdasarkan nomor komponen yang
ada sehingga sesuai dengan susunan yang dijelaskan dalam gambar pelaksanaan.

Di bawah ini diberikan tahapan perakitan jembatan permanen yang diawali dengan merakit
perangkat penyambung (link-set) yang mengikat terhadap bentang pemberat dengan
asumsi bentang pemberat sudah terpasang :
a) Tahap I (merangkai link-set)
Gelagar melintang pertama dihubungkan dengan bentang pemberat melalui gelagar
memanjang penyambung (link-set). Gelagar melintang ditopang sementara dengan
dongkrak sesuai dengan elevasi bentang pemberat.
Rangka baja tepi penghubung bawah disambungkan pada pelat buhul perletakan. Rangka
baja vertikal pada link-set dan rangka baja diagonal pada jembatan, masing-masing
34

dihubungkan pada pelat buhul tumpuan. Setelah rangka baja diagonal terpasang lengkap
dengan pelat buhul dalam, maka rangka baja tepi penghubung atas dipasang
menghubungkan antar bagian bentangan pemberat dan bentangan jembatan.
Apabila kombinasi link-set dibutuhkan beberapa perkuatan sesuai dengan gambar
pelaksanaan maka perkuatan-perkuatan tersebut dapat segera dipasangkan. Bagian akhir
pemasangan link-set adalah memasang ikatan angin penghubung, ikatan angin
ujung awal pada jembatan serta pelat gelombang di atas gelagar memanjang.
Seluruh sambungan diberi pengencangan akhir.
b) Tahap II (memasang krib kayu)
Gelagar melintang diangkat secara bertahap dengan bantuan dongkrak dan diganti
dengan tumpuan sementara dari krib kayu sedemikian rupa sehingga mempunyai tinggi
yang sama dengan elevasi tumpuan dari bentang pemberat sesuai dengan tabel pada
gambar pelaksanaan (lihat tabel tinggi krib kayu). Tinggi Krib kayu ini tergantung dari
kombinasi bentang pemberat dan bentang jembatan serta kelas jalan.
c) Tahap III
Untuk dijadikan Perhatian!!!
Pemasangan Gelagar memanjang Tepi dipasang terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
pemasangan Gelagar memanjang Tengah untuk menghindari kesulitan pemasangan
selanjutnya. Diagonal kedua diikatkan pada pelat buhul atas dan rangka baja tepi bawah
dihubungkan pada pelat buhul perletakan dan keduanya diikat oleh pelat buhul pada
gelagar melintang kedua. Kemudian ikatan angin dapat dipasang sendiri-sendiri atau
bersama-sama. Pelat gelombang baru diikatkan di atas gelagar memanjang. Pelat ini
harus dipasang sebagai komponen yang menahan gaya lateral selama pelaksanaan
selain ikatan angin atas. Setelah semua terpasang dilakukan pengencangan akhir untuk
semua sambungan.
d) Tahap IV
Dilakukan perakitan per segmen sepanjang 5 m sesuai urutan rangkaian pelaksanaan
perakitan per segmen pada gambar pelaksanaan. Setiap selesai per segmen dilakukan
pengencangan akhir.
Urutan perangkaian per segmen adalah sebagai berikut :
• Rangka baja tepi atas dibaut pada pelat buhul atas sebelumnya.

• Dua rangka baja diagonal yang telah disambung dihubungkan masing

• masing ke pelat buhul atas dan pelat buhul bawah. Dapat pula dilakukan per satu

diagonal apabila dianggap lebih mudah.


• Rangka baja tepi bawah dibautkan pada pelat buhul bawah sebelumnya.
35

• Ikatan angin dan gelagar memanjang Tepi dapat segera dipasang kemudian gelagar
memanjang Tengah.
• Gelagar melintang diikatkan di antara pelat buhul bawah.

• Pelat gelombang diikatkan di atas gelagar memanjang.

• Lakukan pengencangan akhir untuk tahap ini.


e) Tahap V
Lakukan tahap IV berulang-ulang sehingga bentangan jembatan mencapai kepala
jembatan atau pilar di seberang.
f) Tahap VI
Setelah bentangan jembatan mencapai kepala jembatan atau pilar di seberang, kemudian
jembatan diangkat dengan dongkrak ± 5 cm untuk mengurangi beban pada krib kayu di
tumpuan awal jembatan permanen dan menggantikan tumpuan dongkrak tersebut dengan
krib kayu.
g) Tahap VII
Beban pemberat dipindahkan dan bentangan pemberat serta komponen link-set dapat
dilepas. Apabila bentang pemberat juga merupakan bentang permanen, maka hanya
bagian link-set saja yang dilepaskan.
h) Tahap VIII
Jembatan permanen diturunkan dengan dongkrak kemudian diatur posisi dan elevasi
perletakannya. Penurunan ini dilakukan secara bertahap.

Prosedur pelaksanaan perakitan jembatan seperti yang dijelaskan pada tahap-tahap di atas
dipakai sebagai acuan perakitan yang standar. Apabila dikehendaki metode lain yang
dianggap lebih memudahkan dalam pelaksanaan dapat dilakukan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari perencana atau konsultan.

10.6 Tinggi Krib Kayu


Kantilever akan melendut akibat berat sendiri selama masa pemasangan berlangsung,
besarnya lendutan telah diperhitungkan sehingga diperlukan tinggi krib kayu sedemikian
sehingga akibat lendutan kantilever maka elevasi bagian ujung jembatan permanen masih
terdapat ruang bebas untuk pekerjaan dan peletakan pada penopangnya di atas kepala
jembatan atau pilar di seberang

10.7 Pekerjaan Lantai


Pekerjaan lantai kendaraan dapat dilaksanakan apabila rangka jembatan telah selesai
terpasang dan masih bertumpu pada tumpuan sementara pada ke empat titik perletakannya.
36

No. Bentang J (Ton)*


1 60 M 184.38
(*) Berat sudah termasuk beton dan pelat baja gelombang

Gambar 10.1 Gaya Pendongkrakan Jembatan Rangka Baja Kelas A


37

BAB 11
PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA
METODE PERANCAH

11.1 Umum
Pemasangan Jembatan Rangka Metode Perancah adalah metode pemasangan jembatan
dengan menggunakan perancah. Metode Perancah ini tidak disarankan untuk karakteristik
sungai yang dalam dan deras arusnya. Peralatan yang digunakan adalah pemberat, guy
derrick untuk mengangkat komponen, dan bambu atau kayu untuk perancah.

11.2 Pemasangan
Beberapa langkah metode ereksi perancah adalah sebagai berikut:
A. Persiapan
1) Survei lapangan untuk mengetahui karakteristik sungai.
2) Mengukur panjang perancah yang dipasang dari abutmen sampai ke tengah
sungai.
3) Mempersiapkan pemberat dan guy derrick.

Gambar 11.1 Persiapan Perancah

B. Perakitan Komponen
1) Pasang gelagar melintang (cross girder) pada posisi dan elevasinya sesuai
dengan camber rencana.
2) Hubungkan Batang Bawah dan Gelagar Melintang dengan pelat buhul sesuai
dengan marking komponennya.
3) Pasang Batang Diagonal sesuai dengan marking komponennya.
4) Pasang Gelagar Memanjang (stringer) untuk menghubungkan antar Gelagar
Melintang. Kemudian pasang deck baja di atas Gelagar Memanjang untuk
menjaga pergerakan lateral.
5) Pasang Batang Atas dibautkan pada pelat buhul
6) Pasang Bracing Atas untuk menghubungkan komponen Batang Atas
38

7) Pasang pelat buhul luar


8) Ulangi langkah 1 sampai 7.

Gambar 11.2 Memasang Komponen Satu per Satu

9) Dengan Guy derrick, pasang satu per satu komponen di atas perancah sampai
pada abutment seberang sungai.

Gambar 11.3 Pemasangan Guy Derrick

10) Pengencangan penuh baut.


11) Setelah bentangan jembatan mencapai kepala jembatan atau pilar di seberang,
kemudian jembatan diangkat dengan dongkrak ± 5 cm untuk mengurangi beban
pada krib kayu di tumpuan awal jembatan permanen dan menggantikan
tumpuan dongkrak tersebut dengan krib kayu.
12) Jembatan permanen diturunkan dengan dongkrak kemudian diatur posisi dan
elevasi perletakannya. Penurunan ini dilakukan secara bertahap.
39

PENYELESAIAN AKHIR JEMBATAN RANGKA

12.1 Umum
Ketika ujung jembatan permanen mencapai kepala jembatan atau pilar di seberang,
jembatan diangkat dengan dongkrak ± 5 cm untuk mengurangi beban pada krib kayu pada
tumpuan awal jembatan permanen dan menggantikan tumpuan dongkrak dengan krib kayu.
Jembatan dipisahkan terhadap bentang pemberat dengan melepas perangkat link-setnya
kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kendaraan. Penyelesaian akhir
jembatan permanen adalah penurunan jembatan sekaligus pemasangan tumpuan karet.

12.2 Tumpuan untuk Jembatan


Setelah selesai pemasangan dan pekerjaan lantai kendaran, jembatan harus ditempatkan di
atas tumpuan yang permanen.

Langkah-langkah pemasangan tumpuan ini adalah sebagai berikut :


a) Angkat masing-masing perletakan dengan dongkrak untuk memasukkan tumpuan.
b) Bersihkan daerah permukaan tumpuan dengan sikat atau menyemprotkan air.
c) Tumpuan dapat diletakkan sesuai posisinya.
d) Jembatan diturunkan pada posisi yang tepat di atas tumpuan pada ketinggian yang
diharapkan dengan toleransi ± 0.5 cm.

12.3 Baut Angkur


Setelah jembatan berada pada posisi yang benar, baut angkur pada tumpuan dipasang dan
dikencangkan dengan ring spiral. Baut ini berfungsi untuk mencegah terlepasnya tumpuan
dan gaya ke atas yang mungkin terjadi. Baut angkur ditanam dalam lubang angkur di dalam
beton dimana lubang tersebut akan digrouting setelah posisi tumpuan benar.

12.4 Peredam Gempa (Seismic Buffer)


Peredam gempa berfungsi meredam gempa untuk arah memanjang jembatan. Peredam
gempa diletakkan pada ujung luar masing-masing tumpuan. Peredam gempa dapat
dipasang dan disesuaikan jaraknya terhadap bidang sentuh pada dinding belakang kepala
jembatan . Peredam gempa ini harus dipasang pada jarak sesuai dengan gambar detail
pelaksanaan.
40

12.5 Penahan Melintang


Untuk meredam gempa arah melintang diberikan penahan melintang (lateral stop) yang
dipasang di tengah gelagar melintang pada masing-masing ujung jembatan. Penghenti
lateral dapat dipasang dan diatur sehingga mempunyai jarak tertentu terhadap bidang
sentuh beton sesuai gambar detail pelaksanaan.

12.6 Sandaran
Sandaran berupa pipa baja yang digalvanisasi yang berdiameter 3.0 inchi dari material
standar JIS 3452. Sandaran ini diikatkan pada komponen rangka baja diagonal dengan
menggunakan klem yang dibuat pada sayap rangka baja diagonal.
40

Gambar 12.1 Penurunan Bentang – Urutan Pendongkrakan


41

BAB 13
PEKERJAAN PELAT LANTAI BETON

13.1 Umum
Pelat lantai kendaraan jembatan rangka baja kelas A ini adalah lantai beton dengan
menggunakan pelat baja gelombang (deck plate) sebagai acuan untuk pengisi.

Profil pelat baja gelombang (deck plate) dapat dilihat pada Gambar 13.1. Penulangan lantai
beton direncanakan sebagai tulangan utama yang diharapkan dapat menahan susut.

Pemasangan profil pelat baja gelombang setelah pemasangan gelagar melintang dan
gelagar memanjang sedangkan pengecoran beton dilaksanakan pada saat bentang
jembatan masih berada pada tumpuan sementara dari krib kayu.

13.2 Pelat Baja Gelombang


Profil pelat baja gelombang terbuat dari pelat dengan ketebalan 1 mm dengan material
SPHC. Panel baja dengan lebar 1000 mm dan panjang 1000 mm dengan tinggi gelombang
30 cm dan dipabrikasi dengan lubang-lubang baut untuk pemasangan pada gelagar
memanjang, gelagar melintang dan pada titik sambungan antar dua panel.

Pelat baja gelombang ini dipasang untuk pengecoran pelat lantai dan selain berfungsi
sebagai bekisting/acuan. Pelat baja ini dilapisi dengan galvanis untuk mencegah karat.

13.3 Pemasangan Pelat Baja Gelombang


Gelagar memanjang dilubangi sesuai dengan kebutuhan panel pelat gelombang baja. Panel
pelat baja dipasang sesuai dengan Gambar Perakitan Pelat Baja Gelombang pada Lampiran
B. Antara panel yang bersisian dipasang dengan cara overlap atau berimpit. Setiap panel
harus segera dikencangkan secara penuh sebelum dipasang panel kedua dst.

13.4 Penulangan
Penulangan dengan mutu dan diameter yang telah ditentukan dapat dilihat pada gambar
rencana penulangan pelat lantai. Tulangan dipasang secara merata dengan jarak-jarak yang
telah ditentukan. Penulangan yang dipasang adalah tulangan utama yang berfungsi untuk
mencegah susut.
42

13.5 Pipa-Pipa Drainase


Pipa drainase dipasang pada sisi jalur jalan pada jarak tertentu sesuai dengan gambar
pelaksanaan . Pipa-pipa drainase disediakan oleh pemasok.

13.6 Pembetonan
Pengecoran lantai beton harus dimulai dari tengah bentang menerus ke bagian tepi (kearah
kepala jembatan). Mutu beton lantai minimal adalah K-350 dan harus ditest di laboratorium
dengan pengambilan langsung sampel dari lapangan dengan menggunakan kubus beton
atau silinder beton.

Trotoar dicor setelah pengecoran lantai selesai dengan pembesian melanjutkan dari
pembesian lantai yang sudah ada. Pengecoran trotoar dilakukan setelah permukaan lantai
dibersihkan dan dikasarkan. Perawatan terhadap lantai beton setelah pengecoran harus
dilakukan untuk memberikan hasil yang baik.

13.7 Baja Siku Pertemuan Jembatan


Pada pertemuan pelat lantai jembatan dengan jalan diberikan pelat siku untuk pelindung aus
dan dipasang pada jarak tertentu sesuai gambar pelaksanaan, untuk memberikan ruang
bebas bagi pemuaian atau pergeseran arah memanjang. Baja siku harus dipasang secara
cermat dan mengikuti ketinggian melintang jalan untuk memberikan kenyamanan pemakai
jalan. Baja siku dipasang dan diangker kedalam pelat lantai.

Untuk jembatan dengan volume lalu lintas yang padat, pemakaian baja siku kurang efisien
dan untuk itu disarankan untuk menggunakan ekspansion joint karet atau sejenis.

13.8 Permukaan Aspal


Sebagai lapis penutup beton diberikan satu lapis aus berupa aspal setebal 5 cm dan masih
dimungkinkan untuk overlay kembali setebal 5 cm, sehingga batas ketebalan aspal
maksimum adalah 10 cm.
43

POTONGAN A-A

Gambar 13.1 Pelat Baja Gelombang (Deck Plate) untuk Kelas A


44

BAB 14
PEMELIHARAAN

14.1 Umum
Dalam bab ini hanya dibahas mengenai pemeliharaan dari komponen rangka baja, tumpuan
serta sistem pengecatan, sedangkan pekerjaan yang sifatnya inspeksi rutin seperti
pemeliharaan terhadap jalan pendekat, tebing atau bantaran sungai, bangunan bawah dan
lantai beton berada di luar lingkup buku panduan ini.

Komponen rangka baja harus diperiksa secara teratur dari kemungkinan penurunan mutu
atau kerusakan. Dalam melakukan pemeriksaan dibutuhkan beberapa peralatan inspeksi
seperti :
a. Tangga yang dapat diperpanjang sampai 7 m
b. Teropong
c. Pengukur ketebalan cat
d. Pisau, pahat, palu dan penggaruk untuk memeriksa ketebalan cat
e. Kunci pas atau kunci momen untuk memeriksa kekencangan baut

14.2 Inspeksi
Komponen rangka baja harus diperiksa terhadap kemungkinan kerusakan yang diakibatkan
kendaraan seperti ditabrak, karatan atau terlepasnya lapisan galvanis dan penurunan atau
bengkok.

Periksalah kemungkinan adanya tumpukan debu atau kotoran-kotoran terutama pada bagian
sayap bawah gelagar melintang dan daerah disekitar perletakan. Lubang drainase pada
batang-batang datar harus terbuka.

Periksalah apakah ada baut yang hilang atau longgar dengan mengetuk perlahan-lahan
dengan palu.

Periksalah sistem perlindungan terhadap karat dan tanda-tanda adanya penurunan kekuatan
serta tentukan apa penyebabnya. Perhatian khusus harus diberikan pada bagian berikut ini
yang mungkin dapat menimbulkan masalah :
• Sudut-sudut yang permukaanya berhubungan langsung dengan beton
• Permukaan horisontal yang mungkin tergenang air

• Las, mur, baut dan ring


45

Periksalah tumpuan karet dari kemungkinan robek atau karena adanya pergerakan
horisontal yang berlebihan yaitu apabila pergerakan horisontal melebihi 40% dari tebalnya.
Tebal
No. Tipe Elastomerik Bentang
Elastomerik
1 78x500x650 A60 78 mm

14.3 Perbaikan Komponen Rangka Baja


Kerusakan kecil pada komponen rangka baja seperti pelat yang sedikit bengkok dapat
diluruskan dengan menggunakan dongkrak dan penahan dengan bantuan palu. Sedangkan
komponen rangka baja seperti ikatan angin dan pipa sandaran yang rusak sewaktu diangkut
dapat diluruskan kembali dengan dipanaskan. Pemanasan tidak boleh lebih dari 650O C
dimana hal ini dapat dilihat dengan adanya warna merah keabu-abuan pada baja. Setelah
pemanasan dan perbaikan (dengan memukul atau mendongkrak bagian yang
rusak/bengkok), dilakukan pendinginan secara bertahap. Pemanasan tidak boleh dilakukan
pada rangka baja yang sedang dibebani kecuali diberikan beberapa perkuatan tambahan
dibawah pengawasan khusus dari pengawas. Pipa sandaran dan ikatan angin boleh dilepas
untuk diperbaiki dengan dipanasi.

14.4 Lapisan Galvanis


Dalam keadaan cuaca yang normal lapisan galvanis ini akan memberikan
perlindungan jangka panjang terhadap karat tanpa harus memberikan lapisan tambahan
lainnya. Apabila terjadi kerusakan dengan terkelupasnya lapisan seng dalam jumlah yang
luas, maka harus diperbaiki dengan tahapan sebagai berikut :
a. Bersihkan permukaan besi sampai mengkilap dengan penggaruk
atau mesin gurinda atau peralatan penyemprot pasir
b. Hapus permukaan besi sampai kering dan bersih
c. Laburkan dua lapis Zinc-Rich Paint yang telah setujui dengan menggunakan kuas
atau semprotkan sesuai petunjuk pabrik dengan ketebalan akhir pelindung 75 µm.
Apabila sesudah beberapa tahun ternyata diperlukan pelapisan tambahan dapat
dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :
a. Bersihkan dari oli atau gemuk atau bintik-bintik karat dengan bahan pelarut atau
bahan pembersih
b. Amplas atau sikat seluruh permukaan untuk menghilangkan kotoran dan
kembang oksidasi dari permukaan, tetapi biarkan lapisan seng tetap tertinggal
c. Perbaiki semua kerusakan atau daerah karat seperti yang telah diterangkan di atas
46

d. Akhirnya cuci seluruh permukaan dengan menyemprotkan air bersih yang


bertekanan. Hal ini harus dilakukan sebelum pengecatan, lalu biarkan kering
e. Laburkan cat di atas lapisan seng dengan bahan pelapis metal universal (universal
metal primer) yang cocok digunakan pada permukaan bergalvanis (atau sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan rehabilitasi jembatan)
f. Laburkan cat “Micaceous Iron Oxide Chlorinated Rubber” yang telah disetujui, aduk
dan laburkan sesuai petunjuk pabrik.

Permukaan besi harus kering dan bersih. Sebaiknya cat dilaburkan dengan disemprotkan
atau dengan kuas dalam satu lapis dengan ketebalan yang sama dan harus dicegah
pengecatan yang bergelombang atau yang menggelembung.

14.5 Perletakan

Perletakan dan penahan melintang ini harus diperiksa secara berkala terhadap tanda-
tanda kerusakan seperti sobek, gembung atau pergeseran yang berlebihan. Batas
perpindahan geser adalah 40% dari tinggi atau tebal perletakan. Perletakan-perletakan yang
memperlihatkan pergerakan yang berlebihan harus dikembalikan pada posisi semula.
Perletakan yang rusak harus dibongkar dan diganti.

14.6 Penggantian Komponen

Penggantian komponen yang hilang pada waktu pengangkutan atau rusak pada saat
pemasangan, harus diganti dengan mutu dan kualitas yang sama. Jika komponen yang
identik tidak ada maka diganti dengan komponen yang lebih berat (kuat) dengan persetujuan
konsultan.
1
2

TABEL I : DAFTAR KOMPONEN


JEMBATAN RANGKA BAJA KELAS A
BAGIAN I: BENTANG 60 M
JML BERAT / TOTAL
NAMA KOMP.
KOMP. SATUAN (Kg) BERAT
BATANG TEPI Sub Total : 43,167
B5CH5 4 556.50 2,226
B5CH8 4 762.50 3,050
B5CH9 4 870.50 3,482
B5CH10 8 1,010.50 8,084
B5CH11 12 1,150.80 13,810
B5CH12 4 1,209.40 4,838
B5CH13 2 1,249.70 2,499
B5CH15 4 556.50 2,226
B5CH16 4 737.90 2,952
DIAGONAL Sub Total : 26,306
B5D1 12 345.60 4,147
B5D2 4 394.70 1,579
B5D3 12 538.10 6,457
B5D4 8 597.00 4,776
B5D5 4 700.30 2,801
B5D6 4 770.30 3,081
B5D7 4 866.20 3,465
GELAGAR Sub Total : 50,937
B5AG1 2 1,750.80 3,502
B5AG2 11 1,796.60 19,763
B5ST1 84 253.30 21,277
B5ST2 24 186.20 4,469
B5ST3 336 4.93 1,656
B5ST4/R 48 2.82 135
B5ST4/L 48 2.82 135
IKATAN ANGIN Sub Total : 5,800
B5B1A 2 340.90 682
B5B2A 2 103.06 206
B5B3A 20 106.47 2,129
B5B4A 2 214.71 429
B5B5A 9 218.13 1,963
B5AUB 20 16.90 338
B5FB1 80 0.63 50
B5FB2 8 0.38 3
PELAT BUHUL Sub Total : 11,475
B5A60GP1 4 156.44 626
B5A60GP1A 4 156.44 626
B5A60GP2 8 139.68 1,117
B5A60GP3 8 111.69 894
B5A60GP4 8 125.15 1,001
B5A60GP5 8 123.16 985
B5A60GP6 12 123.13 1,478
B5A60GP7 4 112.42 450
B5A60GP7A 4 112.42 450
B5A60GP8 8 99.66 797
B5A60GP9 8 89.55 716
B5A60GP10 8 98.09 785
B5A60GP11 8 97.16 777
B5A60GP12 8 96.61 773
P. SAMBUNGAN Sub Total : 3,740
B5SF16 16 16.11 258
B5SF18 16 14.07 225
B5SF19 16 15.77 252
B5SF22 16 17.80 285
B5SF24 16 13.23 212
B5SF25 16 17.46 279
B5SF26 24 18.31 439
B5SF27 16 18.31 293
B5SF38 32 22.02 705
3

TABEL I : DAFTAR KOMPONEN


JEMBATAN RANGKA BAJA KELAS A
BAGIAN II: BENTANG 60 M
JML BERAT / TOTAL
NAMA KOMP.
KOMP. SATUAN (Kg) BERAT
B5SW1 44 6.65 293
B5SW2 40 7.05 282
B5SW3 8 6.42 51
B5SW6 4 12.60 50
B5BP1A 8 4.75 38
B5BP2A 22 3.56 78
PELAT PENGISI Sub Total : 298
B5FF3 16 1.94 31
B5FF5 16 1.82 29
B5FF8 32 2.03 65
B5FF9 16 2.96 47
B5FF10 16 3.65 58
B5FF14 16 3.10 50
B5FW1 24 0.52 12
B5FW2 8 0.78 6
TUMPUAN Sub Total : 2,269
B5EB3 4 88.60 354
B5EB4 4 19.50 78
B5EB5 4 11.60 46
B5ABS5 2 302.70 605
B5ABS5X 2 302.70 605
B5SB1 4 77.20 309
B5LS1 2 136.20 272
PELAT DEK Sub Total : 5,586
B5ADC1 216 10.05 2,171
B5ADC1A 144 10.05 1,447
B5ADC2 72 10.33 744
B5ADC2A 48 10.33 496
B5AEJ1 4 113.20 453
B5AEJ2 4 23.80 95
B5PD1 24 7.50 180
DIAFRAGMA Sub Total : 872
B5ADF1 22 36.80 810
B5CP1 4 10.40 42
B5CP2 4 5.09 20
SANDARAN Sub Total : 2,828
B5HR1 48 56.70 2,722
B5HR2 44 0.81 36
B5HR3 8 1.22 10
B5HR4/L 48 0.62 30
B5HR4/R 48 0.62 30
BAUT & RING Sub Total : 7,339
M12x40 768 0.11 84
M12x50 768 0.12 92
M16x50 348 0.22 77
M16x60 176 0.24 42
M16x70 16 0.25 4
M24x70 2948 0.72 2,123
M24x80 2334 0.75 1,751
M24x90 952 0.79 752
M24x100 2624 0.83 2,178
M24x110 176 0.86 151
M24x120 40 0.90 36
B5AB1 4 12.30 49
Berat Keseluruhan = 160,617
4

TABEL II : KEBUTUHAN TULANGAN DAN BETON


UNTUK LANTAI KENDARAAN
JEMBATAN RANGKA BAJA KELAS A

Berat
Panjang Panjang
Uraian Tulangan Volume
Bentang (m) Tulangan (m)
(kg/m)
Tulangan
~ Diameter 8 mm 0.39 1754.9 684.4
~ Diameter 16 mm 1.57 15602.4 24495.80
60 ~ Diameter 19 mm 2.23 3492.40 7788.10

Beton K350 161.405

TABEL III : LAWAN LENDUT (CAMBER)


JEMBATAN RANGKA BAJA KELAS A

Lendutan (mm)

A60
Precamber 260.0
Defleksi Akibat beban Mati 103.9
Camber Sisa akibat beban Mati 156.1
5

TABEL IV
DAFTAR PERALATAN DAN DONGKRAK
BAGIAN I : PERALATAN

No Nama Jumlah
1 Torque Wrench Komponen 2
2 Double Ring Wrench (M12) 1
3 Double Ring Wrench (M16) 1
4 Double Ring Wrench (M24) 2
5 Combination wrench (M12) 1
6 Combination wrench (M16) 3
7 Combination wrench (M24) 4
8 Hammer 2
9 Drifts Dia 15 mm (M12) 2
10 Drifts Dia 25 mm (M24) 5
11 Double Ended Tubular Wrench (M12) 1
12 Double Ended Tubular Wrench (M16) 1
13 Double Ended Tubular Wrench (M24) 2
14 Socket 3/4" Standard (M24) 2
15 Socket 3/4" Long (M24) 2
16 Socket 3/4" Standard (M16) 1
17 Socket 3/4" Long (M16) 1
18 Socket 3/4" Standard (M12) 2
19 Socket 3/4" Long (M12) 2
20 Pipe Wrench 900 mm 2
21 Measuring tape 30m Long 1
22 Wire Brush 2
3 Tool Box 1
6

TABEL IV
DAFTAR PERALATAN DAN DONGKRAK
BAGIAN II : DONGKRAK

N Nama Jumlah
o Komponen
1 Hydraulic Jack Cap 150 Ton
-Cylinder CTL 1506 2
-Pressure Gauge GL 2100 1
-Adaptor GA 3 1
-Repairer Kit CTL 1506 K 2
2 Hose & Rubber Hose HA 3906-3 1
3 Hose & Rubber Hose HA 3920-3 2
4 HandPump MP 3 1
5 2 port Manifold Block FT 3838 1
6 Shut of Valve V 10 2
7 Nipple FN 3838 2

Catatan :
1. Hydraulic cylinder (silinder hidraulik) mempunyai gerakan satu arah ke atas

menggunakan tenaga hidraulik dari pompa dan ke bawah menggunakan

per (spring). Setiap Hydraulic pump (pompa hidraulic) dapat mengoperasikan 2

(dua) silinder sekaligus. Pompaini merupakan pompa tangan dengan satu gerakan.

2. Silinder dan pompa dapat dioperasikan dengan posisi vertikal dan horisontal.

3. Hydraulic cylinder

Kapasitas : 150 ton Berat

: 56.5 kg Tinggi (terpendek) : 337

mm Tinggi langkah (stroke) : 200

mm

4. Hydraulic Pump

Pressure (tekanan) : 700 bar


7

Gambar 1. Pompa Hidraulik dengan dua silinder


8

Foto 1. Peralatan

Anda mungkin juga menyukai