Arvila Delitriana

Studi Kasus Desain dan Pelaksanaan
Konstruksi Jembatan Khusus
Oleh: Ir. Arvila Delitriana, MT

(Praktisi – PT Cipta Graha Abadi)
SOSIALISASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN PEDOMAN PEMBAHASAN

PENYELENGGARAAN KEMANAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN
(WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN)
DIREKTORAT
JENDERAL
BATAM, 25-26 JULI 2022
BINA MARGA
OUTLINE
Kriteria Jembatan Yang Masuk Pembahasan KKJTJ
Studi Kasus : Jembatan Balance Cantilever Concrete Box Girder
Studi Kasus : Elevated Precast Concrete Box Girder

Kriteria Jembatan Yang Masuk Pembahasan KKJTJ
Kriteria Jembatan Yang Masuk
Pembahasan KKJTJ
• Panjang Bentang Utama lebih dari 100 m

• Panjang total dari pekerjaan jembatan tipikal lebih dari 3 km
• Menggunakan teknologi baru yang belum pernah diaplikasikan di
Indonesia
• Menggunakan alat bantu dengan teknologi tinggi / khusus
Studi Kasus 1 : Jembatan Balance Cantilever Concrete
Box Girder (Duplikasi Jembatan Ogan III)
OUTLINE
Data Umum Proyek Pembebanan Jembatan
Pendahuluan Metode Konstruksi
Data Geoteknik dan Kelas Situs Pemodelan Struktur
Analisis Hidrologi Output Model
Kondisi Geologi Regional Analisis Struktur Jembatan
Standar Perencanaan Struktur Jembatan Analisis Pushover
Material Gambar 3D
DATA UMUM PROYEK
ADMINISTRASI PROYEK
Nama Pekerjaan : Consultancy Services for: Project Preparation Consultant (PPC) for Bridges –
Package 5 (Aceh, North Sumatera, West Sumatera, South Sumatera) Loan No.
3455-INO
Nama Pengguna Jasa : Engineering Services Project (ESP), Bahan dan Peralatan Jembatan, Satuan
Kerja Direktorat Pembangunan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian PUPR.
Nama Konsultan : WAPCOS Limited Joint Venture with DOLSAR Engineering Inc. Co, PT Indra
Karya (Persero), PT Bina Karya (Persero), PT Multi Phi Beta, PT Pola Agungand
Sub-Consultant with PT. Greenfield Environment Solution
Nomor Kontrak : HK 0202-Bt/PPK-ESP.Jbt/346
Tanggal Kontrak : 27 April 2020
Waktu Pelaksanaan : 599 Hari
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Jembatan Ampera
Jakabaring Sport City
Jembatan Ogan III

PENDAHULUAN
Detail Lokasi
Jembatan Air Ogan III terletak di Jalan
Lingkar Selatan, di Sungai Ogan,
Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera
Selatan
Koordinat
Latitude : -3.05669
Longitude : 104.77552
PENDAHULUAN
Jembatan Eksisting
PENDAHULUAN
• Tipe Struktur
Post-tensioned Cast-in-site Concrete
Box Girder
• Bentang
Total Panjang mainspan jembatan
adalah 276.2 m (78.1 – 120 – 78.1 m).
PENDAHULUAN
POTONGAN MELINTANG
Pier P2
PENDAHULUAN
POTONGAN MELINTANG
Pier P5
PENDAHULUAN
Dimensi Pier P3 & P4 (Main Pier)

PENDAHULUAN
Box Girder Closure (H=3m) Box Girder Pier Table (H=6m)

DATA GEOTEKNIK DAN KELAS SITUS
TITIK INVESTIGASI TANAH
BH-3
BH-5
BH-7
BH-1
BH-2
BH-8
BH-4
BH-6 BH-10
BH-15
BH-12
BH-14
BH-9
BH-11
BH-13
DATA GEOTEKNIK
01 – BORELOG
BH06 BH07 BH08 BH09

Project : Engineering Service Project (ESP) Highway - PPC 5 Project : Engineering Service Project (ESP) Highway - PPC 5
BORING LOG BORING LOG

Preparation of Bridge Projects in Sumatera Indonesia Preparation of Bridge Projects in Sumatera Indonesia
BH-7 BH-8
Location
Client
:
:
Duplikasi Jembatan Ogan III, South of Sumatera
KSO
GU Location
Client
:
:
KSO
GU
Driller : M syahril Drilling Rig : YBM-02 Hammer Weight Coordinat X = -475030.383 PT. VizaSa GraHa UtamA Driller : M syahril Drilling Rig : YBM-02 Hammer Weight Coordinat X = -475088.27 PT. VizaSa GraHa UtamA
Logger : Rendi Alif Inclination : 900 63.5 kg Y = 966241.988 Logger : Rendi Alif Inclination : 900 63.5 kg Y = 9662201.85
Approved : Khadavi Cassing Diameter : 8.4 cm SPT Hammer Elevation : 6.00 (mdpl) = UDS Approved : Khadavi Cassing Diameter : 8.4 cm SPT Hammer Elevation : 6.00 (mdpl) = UDS
Dropping Distc : 76 cm Manual GWL : m = DS Dropping Distc : 76 cm Manual GWL : m = DS
Automatic Total depth : 30.00 m = Water Table Automatic Total depth : 30.00 m = Water Table
CONSISTENSY
CONSISTENSY
Type of Sample
Type of Sample
THICKNESS-m
THICKNESS-m
AND DENSITY
AND DENSITY
Blows Peneration
DEPTH (m)
Blows Peneration
DEPTH (m)
DATE
DATE
NSPT GRAPHIC NSPT GRAPHIC
LOG
LOG
SOIL DESCRIPTION each NSPT CORE BOX SOIL DESCRIPTION each NSPT CORE BOX
15 cm 15 cm
1st 2nd 3rd 0 10 20 30 40 50 60 1st 2nd 3rd 0 10 20 30 40 50 60
0.0 0.0
-0.5 -0.5
Test Pit
Test Pit
-1.0 -1.0
-1.5 -1.5
-2.0 -2.0
-2.5 -2.5
-3.0 -3.0
-3.5 -3.5
-4.0 SPT -4.0 SPT
-4.5 -4.5
-5.0 -5.0
-5.5 -5.5
-6.0 SPT -6.0 SPT
Cuaca Cerah Berawan….2 Desember 2020

-6.5 -6.5
-7.0 -7.0
-7.5 -7.5
Cuaca Cerah….29 November 2020

-8.0 SPT -8.0 SPT
-8.5 -8.5
-9.0 -9.0
-9.5 -9.5
-10.0 SPT -10.0 SPT
-10.5 -10.5
-11.0 -11.0
-11.5 -11.5
PASIR
PASIR + SISIPAN KAYU

-12.0 SPT SANGAT LONGGAR, butiran kasar 1 1 2 3 -12.0 SPT
4.0
seragam, abu-abu dan coklat muda
-12.5 -12.5
-13.0 -13.0
-13.5 -13.5 LONGGAR
-14.0 SPT 1 2 4 6 -14.0 SPT 2 3 7 10

-14.5 LOGGAR, butiran halus, -14.5
1.0
PASIR
lembab, abu-abu kecoklatan
-15.0 -15.0
LANAU BERPASIR
-15.5 -15.5
LEMPUNG SANGAT LUNAK,
-16.0 SPT 3 3 3 6 -16.0 SPT KEPASIRAN bewarna abu-abu 2 2 2 4
-16.5 -16.5
3.0
AGAK KAKU, abu-abu kecoklatan
-17.0 -17.0
-17.5 -17.5
LEMPUNG
-18.0 SPT 5 7 9 16 -18.0 SPT 6 8 12 20
CUKUP KERAS, bewarna abu-abu
-18.5 -18.5 kecoklatan
-19.0 -19.0
-19.5 -19.5
-20.0 SPT 5 10 15 25 -20.0 SPT 9 11 20 31
-20.5 -20.5
LEMPUNG
-21.0 -21.0 CUKUP KERAS sampai SANGAT
-21.5 -21.5 KERAS, bewarna abu-abu
Cuaca Cerah Berawan ….4 Desember 2020
kecoklatan
-22.0 SPT 7 13 15 28 -22.0 SPT 15 24 32 56
Cuaca Cerah ….30 November 2020

-22.5 -22.5
KEPADATAN SEDANG sampai
PASIR
10.0
-23.0 -23.0
PADAT, butiran sedang seragam,
-23.5 lembab, abu-abu kecoklatan -23.5
-24.0 SPT 6 9 13 22 -24.0 SPT 15 25 38 >60
-24.5 -24.5
-25.0 -25.0
-25.5 -25.5
SANGAT PADAT pada kedalaman
-26.0 SPT 8 14 15 29 -26.0 SPT 23.00 - 24.00 m, abu-abu dan 10 15 15 30
PASIR
-26.5 -26.5 lembab, pada kedalaman > 26.00
PADAT bewarana abu-abu
-27.0 -27.0
kehitaman, berbutir kasar
-27.5 -27.5
-28.0 SPT 9 18 24 42 -28.0 SPT 8 15 20 35
-28.5 -28.5
PADAT, butiran halus, basah abu-
PASIR
-29.0 -29.0
2.0
abu kecoklatan lembab, abu-abu

-29.5 kecoklatan -29.5
-30.0 SPT 6 12 20 32 -30.0 SPT 5 11 18 29
-30.5
-31.0
-31.5
-32.0 SPT 10 14 20 34
Cuaca Cerah ….1 Desember 2020

-32.5
-33.0
PASIR
-33.5
SANGAT PADAT, lembab, butiran
-34.0 SPT sedang bewarna abu-abu 20 25 28 53
-34.5
-35.0
-35.5
-36.0 SPT 52 >60 >60
-36.5
-37.0
-37.5
-38.0 SPT >60 >60
NAVAL
-38.5 SANGAT KERAS, abu-abu
kecoklatan
-39.0
-39.5
-40.0
STRATIGRAFI
PENENTUAN KLASIFIKASI SITUS
Penentuan Klasifikasi Situs (NSPT Rata-Rata) CONTOH ANALISIS KLASIFIKASI SITUS
PADA P3 (BH 7) Rekap Kelas Situs Tanah
Profil tanah BH-07
Interval SPT 2 m Data Tanah Struktur Posisi Kelas Situs
D N - SPT di BH 5 P1 Approachspan SE
Jenis Tanah di/N Konsistensi
[m] [blows/30 cm] (m)
BH 6 P2 Mainspan SE
0 0
2 Pasir 3 2 0.66667 Very loose
BH 7 P3 Mainspan SE
4 Pasir 6 4 0.33333 Loose BH 8 P4 Mainspan SE
6 Lempung 6 6 0.33333 Medium Stiff BH 9 P5 Mainspan SE
8 Lempung 16 8 0.125 Very Stiff BH 10 P6 Approachspan SE
10 Pasir 25 10 0.08 Medium Dense BH 11 P7 Approachspan SE
12 Pasir 28 12 0.07143 Medium Dense BH 12 P8 Approachspan SE
14 Pasir 22 14 0.09091 Medium Dense
16 Pasir 29 16 0.06897 Medium Dense
Dengan menggunakan cara analisis
18 Pasir 42 18 0.04762 Dense yang sama dengan P3 (BH 7),
20 Pasir 32 20 0.0625 Dense
22 Pasir 55 22 0.03636Interval
Very Dense
didapatkan semua data tanah di
2
24 Lempung 60 24 0.03333S di Very Hard30 DED Duplikasi Jembatan Ogan
26 Lempung 60 26 0.03333S di/NiVery Hard2.05 tergolong dalam Kelas Situs Tanah
28 Lempung 60 28 0.03333N Very Hard S di
30 Lempung 60 30 0.03333
avg
Very Hard Lunak (SE)
S di/Ni
Interval 2
S di 30 Navg 14.638 SE
S di/Ni 2.05
Klasifikasi Situs Berdasarkan SNI 8460:2017 Navg S di Note
S di/Ni Navg > 50 -----} Tanah Keras [SC]
Navg ≥ 15 & Navg ≤ 50 -----} Tanah Sedang [SD]
Navg 14.638 SE Navg < 15 -----} Tanah Lunak [SE]
Note
Navg > 50 -----} Tanah Keras [SC]
Navg ≥ 15 & Navg ≤ 50 -----} Tanah Sedang [SD]
Penentuan Klasifikasi Situs (Potensi Likuifaksi) Analisis Potensi Likuifaksi
Untuk memastikan apakah site class harus Liquefaction Potensial Integral (LPI) menggunakan nilai Factor of safety (FoS dari
menggunakan site class tanah SE atau SF, maka terlebih analisis Simplified Procedure Method) dan fungsi kedalaman tanah (Wz). Potensi
dahulu diperhitungkan potensi likuifaksi yang ada di likuifaksi (LPI) didefinisikan dalam rumus sebagai berikut:
lokasi tersebut.
Dengan:
LPI = Nilai Liquefaction Potensial integral
F = Potensi kejadian likuifaksi, ditentukan dengan persamaan,
F= (1-FS) untuk FS < 1, F= 0 untuk FS > 1
w(z) = Faktor bobot kedalaman, dimana w(z) = 10-0.5z; dengan z adalah kedalaman
yang ditinjau, maksimal 20 m.
LPI = 0 (Potensi likuifaksi sangat rendah)

0 < LPI < 5 (Potensi likufaksi rendah)
5 < LPI < 15 (Potensi likuifaksi tinggi)
LPI > 15 (Potensi likuifaksi sangat tinggi)
Klasifikasi Situs Berdasarkan SNI 8460:2017

1. Penentuan percepatan gempa (amax) menggunakan metoda Ishihara (1985).
Contoh analisis pada Data Bor P3 (BH 7)
H1 = 0 -1 m
H2 = 6 m
2. Menentukan nilai FoS likuifaksi dengan Simplified Procedure Method
1. GENERAL DATA Level Depth Layer # Type N-field gdry gs a t % Fines geff s'v0 sv0 rd CSR CN (N1)60 a b (N1)60cs CRR7.5 Dr f Ks CRR7.5*MSF*K Conclusion FoS
Soil Description
[m CD] [m] [-] [
bl ows 3 3
/30cm] [kN/m ] [kN/m ]
3
[kN/m ] [kPa] [kPa] [-] [-] [-] [-] [-] [-] s
PGA (amax) 0.2 g 0 0 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 0 0 1.00
Ground Water Level 0 m CD -0.5 0.5 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 3 8 1.00 0.35 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 52.92 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.44
-1 1 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 6 16 0.99 0.34 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 48.70 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.44
Earthquake Magnitude (Mw) 6 -1.5 1.5 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 9 24 0.99 0.34 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 46.39 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.44
rd in CSR formula, calculated using Liao & Whitman -2 2 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 12 32 0.98 0.34 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 44.81 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.45
-2.5 2.5 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 15 40 0.98 0.34 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 43.63 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.45
MSF 1.77 -3 3 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 18 48 0.98 0.34 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 42.68 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.45
-4 4 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 24 64 0.97 0.34 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 41.24 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.45
2. CORRECTION FACTORS -4.5 4.5 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 27 72 0.97 0.33 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 40.66 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.45
CE Correction for hammer energy ratio 1.00 -5 5 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 30 80 0.96 0.33 1.70 7 0.87 1.02 8 0.09 40.15 0.75 1.00 0.15 Liquefiable 0.46
CB Correction for borehole size of diameter 1.00 -6 6 1 Loose coarse SAND Granular 4 14 16 10 6 36 96 0.95 0.33 1.67 7 0.87 1.02 8 0.08 38.92 1.00 1.00 0.15 Liquefiable 0.45
-6.5 6.5 2 Sandy SILT Other 6 15 17 35 7 39.5 104.5 0.95 0.33 1.59 10 5.00 1.20 16 0.11 45.40 0.75 1.00 0.19 Non-Liquefiable 0.59
CR Correction for rod length 1.00 -7 7 2 Sandy SILT Other 6 15 17 35 7 43 113 0.95 0.32 1.52 9 5.00 1.20 16 0.11 44.07 0.75 1.00 0.19 Non-Liquefiable 0.58
-7.5 7.5 2 Sandy SILT Other 6 15 17 35 7 46.5 121.5 0.94 0.32 1.47 9 5.00 1.20 16 0.10 42.88 0.75 1.00 0.18 Non-Liquefiable 0.57
CS Correction for sampler with or without liners 1.00
-8 8 2 Sandy SILT Other 6 15 17 35 7 50 130 0.94 0.32 1.41 8 5.00 1.20 15 0.10 41.81 0.75 1.00 0.18 Non-Liquefiable 0.56
CN Liao & Whitman -8.5 8.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 53.8 138.8 0.93 0.31 1.36 34 0.00 1.00 34 78.56 0.65 1.00 Non-Liquefiable
-9 9 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 57.6 147.6 0.93 0.31 1.32 33 0.00 1.00 33 76.71 0.65 1.00 Non-Liquefiable
-9.5 9.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 61.4 156.4 0.92 0.30 1.28 32 0.00 1.00 32 75.01 0.65 1.00 Non-Liquefiable
Notes: -10 10 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 65.2 165.2 0.91 0.30 1.24 31 0.00 1.00 31 73.45 0.65 1.00 Non-Liquefiable
-10.5 10.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 69 174 0.89 0.29 1.20 30 0.00 1.00 30 72.01 0.65 1.00 Non-Liquefiable
-11 11 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 72.8 182.8 0.88 0.29 1.17 29 0.00 1.00 29 0.43 70.67 0.65 1.00 0.75 Non-Liquefiable 2.62
• Dr using Yoshida et al N60; -11.5 11.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 76.6 191.6 0.87 0.28 1.14 29 0.00 1.00 29 0.39 69.42 0.65 1.00 0.69 Non-Liquefiable 2.45
• The soil profile can consist up to 17 different layers, -12 12

-12.5 12.5
3
3
Medium Dense to Dense SAND
Medium Dense to Dense SAND
Granular
Granular
25
25
15
15
17.6
17.6
2.85
2.85
7.6
7.6
80.4
84.2
200.4
209.2
0.85
0.84
0.28
0.27
1.12
1.09
28
27
0.00
0.00
1.00
1.00
28
27
0.37
0.35
68.26
67.16
0.65
0.65
1.00
1.00
0.65
0.61
Non-Liquefiable
Non-Liquefiable
2.34
2.25
if the thickness of soil layers are too fines then they -13 13 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 88 218 0.83 0.27 1.07 27 0.00 1.00 27 0.33 66.13 0.65 1.00 0.58 Non-Liquefiable 2.19
-13.5 13.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 91.8 226.8 0.81 0.26 1.04 26 0.00 1.00 26 0.32 65.16 0.65 1.00 0.56 Non-Liquefiable 2.14
might be 'ignored' by the calculation; -14 14 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 95.6 235.6 0.80 0.26 1.02 26 0.00 1.00 26 0.30 64.24 0.65 1.00 0.54 Non-Liquefiable 2.10
• The spreadsheet is not applicable for soil depth -14.5 14.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 99.4 244.4 0.79 0.25 1.00 25 0.00 1.00 25 0.29 63.37 0.65 1.00 0.52 Non-Liquefiable 2.06
deeper than -23.0m from surface due to the theory -15 15 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 103.2 253.2 0.77 0.25 0.98 25 0.00 1.00 25 0.28 62.55 0.65 0.99 0.50 Non-Liquefiable 2.02
-15.5 15.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 107 262 0.76 0.24 0.97 24 0.00 1.00 24 0.28 61.76 0.65 0.98 0.48 Non-Liquefiable 1.97
limitations; -16 16 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 110.8 270.8 0.75 0.24 0.95 24 0.00 1.00 24 0.27 61.01 0.65 0.96 0.46 Non-Liquefiable 1.94
• The soil profile could be discretised up to 60 layers; -16.5 16.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 114.6 279.6 0.73 0.23 0.93 23 0.00 1.00 23 0.26 60.29 0.65 0.95 0.44 Non-Liquefiable 1.90
•
-17 17 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 118.4 288.4 0.72 0.23 0.92 23 0.00 1.00 23 0.26 59.61 0.75 0.96 0.44 Non-Liquefiable 1.91
One have to be careful that the given thickness of a -17.5 17.5 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 122.2 297.2 0.71 0.22 0.90 23 0.00 1.00 23 0.25 58.95 0.75 0.95 0.42 Non-Liquefiable 1.89
layer is not smaller than the discretisation step -18 18 3 Medium Dense to Dense SAND Granular 25 15 17.6 2.85 7.6 126 306 0.69 0.22 0.89 22 0.00 1.00 22 0.25 58.33 0.75 0.94 0.41 Non-Liquefiable 1.88
-18.5 18.5 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 131 316 0.68 0.21 0.87 35 0.00 1.00 35 71.42 0.65 0.91 Non-Liquefiable
otherwise some layers might completely 'ignored' -19 19 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 136 326 0.67 0.21 0.86 34 0.00 1.00 34 70.49 0.65 0.90 Non-Liquefiable
• in the calculation; -19.5 19.5 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 141 336 0.65 0.20 0.84 34 0.00 1.00 34 69.61 0.65 0.89 Non-Liquefiable
-20 20 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 146 346 0.64 0.20 0.83 33 0.00 1.00 33 68.76 0.65 0.88 Non-Liquefiable
-20.5 20.5 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 151 356 0.63 0.19 0.81 33 0.00 1.00 33 67.96 0.65 0.87 Non-Liquefiable
• CN correction factor is correctly approximated by -21 21 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 156 366 0.61 0.19 0.80 32 0.00 1.00 32 67.19 0.65 0.86 Non-Liquefiable
the choosen equations (Liao & Whitman OR Kayen -21.5 21.5 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 161 376 0.60 0.18 0.79 32 0.00 1.00 32 66.45 0.65 0.85 Non-Liquefiable
-22 22 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 166 386 0.59 0.18 0.78 31 0.00 1.00 31 65.74 0.65 0.84 Non-Liquefiable
et al) for overburden pressure respectively up to -22.5 22.5 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 171 396 0.57 0.17 0.76 31 0.00 1.00 31 65.06 0.65 0.83 Non-Liquefiable
• 200 kPa and 300 kPa. -23
Reache 23 4 Dense SAND Granular 40 18 20 2 10 176 406 0.56 0.17 0.75 30 0.00 1.00 30 64.41 0.65 0.82 Non-Liquefiable
d max.
depth
MSF using revised Idriss scalling factor of
theory
3. Menentukan Besarnya Tingkat Potensi Likuifaksi (LPI)
• kedalaman 1-3 m potensi likuifaksi tinggi.

• kedalaman 3-6 m potensi likuifaksi sangat tinggi.
Mengacu pada SNI Gempa 2833:2016, Tabel 2 (kelas situs),
terdapat ketentuan dari Site Class F adalah : Setiap profil tanah
yang rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban
gempa, seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitive,
tanah tersegmentasi lemah.
Analisa potensi likuifaksi pada P3 terdapat beberapa lapisan
tanah yang memiliki potensi likuifaksi sangat tinggi, sehingga
masuk dalam kategori mudah likuifaksi dan harus mengacu pada
site class SF, yang harus melakukan analisa respons spesifik situs,
atau Site Spesific Response Spectra.
Hasil analisis Response Spectra dari class SE akan dibandingkan
dengan class SF. Untuk pemakaian pada Analisa struktur akan
digunakan nilai perbandingan yang paling besar
4. Hasil Site Spesific Response Spectra
5. Perbandingan Site Spesific Response Spectra Class SF dengan Class SE
Dari SSRS tersebut dapat dilihat

kalau SF Soil lebih kecil dari
Soft Soil (SE) dan lebih tinggi
dari 2/3 Soft Soil.
Dapat disimpulkan, pada
Analisa struktur menggunakan
Site Class E
ANALISA HIDROLOGI
BAGAN ALIR ANALISIS
Mulai
DATA Citra DEMNAS Hidrometri Topografi dan Bathimetri Tata guna lahan Hujan
ANALISIS Karakteristik DAS Hujan Rencana

HIDROLOGI
Debit Rencana
ANALISIS Model Numerik

HIDRAULIKA
Potensi Gerusan
Rekomendasi Penanganan
ANALISA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Analisa Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) atau yang disebut

juga catchment area yang dibuat merupakan
catchment area yang mempengaruhi Jembatan
Ogan III. Berikut ini catchment area yang dengan
menggunakan Google Earth & ArcGis 10.2.
Catchment Area 19188 (km2)

Panjang Sungai Utama 353 (Km)
Sumber = Arcgis 10.2 & Google Earth
Sumber :SRTM 30x30

ANALISA TATA GUNA LAHAN
Karakteristik DAS
Jenis Luas (Km2) C
Bandara 0.54 0.95
Belukar 2209.07 0.62
Hutan Lahan Kering Primer 109.93 0.02
Hutan Lahan Kering Sekunder 1064.72 0.02
Hutan Rawa Sekunder 37.48 0.15
Hutan Tanaman 169.67 0.65
Pemukiman 316.12 0.85
Perkebunan 2835.95 0.82
Pertambangan 61.27 0.45
Pertanian Lahan Kering 1699.63 0.65
Pertanian Lahan Kering Campur 7430.05 0.65
Savana/Padang Rumput 405.45 0.62
Sawah 1539.25 0.15
Tanah Terbuka 262.64 0.65
Transmigrasi 247.51 0.85
C Komposit 0.65
* Schwab, et al 1981, arsyad 2006, soewarno 2000,
Pengolahan Tataguna Lahan

menggunakan Arcgis 10.2 dengan Data
Sumber :PETA RBI Peta RBI sesuai batas Catchment Area.

DENAH PENGARUH STASIUN CURAH
HUJAN
Dari hasil analisa posisi stasiun curah hujan
dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 stasiun
curah hujan yang mempengaruhi catchment
area jembatan ogan III, sebagai berikut
1. Stasiun Banding Agung
2. Stasiun Muara Enim
3. Stasiun Kayu Agung
4. Stasiun Pkl Balai
Sumber :SRTM 30x30 & Arcgis 10.2

DATA CURAH HUJAN HARIAN
MAKSIMUM TAHUNAN Kejadian Hujan Harian Maksimum (mm)
Hujan
Harian
Hujan
Harian
Maksimu
No. Sta. Banding Sta. Kayu Sta. Muara Sta. PKL Rata-
m Rata-
Tahun Bulan Tanggal Agung Agung Enim Balai Rata
Rata
0.01 0.45 0.24 0.29 (mm)
(mm)
Data curah hujan yang digunakan pada 1 1995
2
1
23
12
158
58
0
76
0
50
3.5
35
3.0
57.4
118.343
1 23 85 70 120 0 61.8
1 6 145 130 120 98 118.3
lokasi studi terdiri dari Stasiun Banding 11 16 76.0 0.0 0 5.0 2.4
12 1 13.0 96.0 0.0 0.0 43.4
2 1994 51.055
1 23 0.0 0.0 120.0 0.0 29.2
Agung, Kayu Agung, Muara Enim, dan Pkl 1
11
6
29
5.0
118.0
0.0
16.0
91.0
15.6
98.1
6.3
51.1
14.3
4 14 8.0 100.0 36.0 85.0 78.9
3 1993 78.872
Balai. Diambil data selama 10 tahun seperti 12
6
13
30
25.0
27.0
11.0
0.0
130.0
0.0
0.0
118.0
36.9
35.0
1 10 130.0 10.0 46.8 0.4 17.6
1 31 0.0 95.0 33.2 4.5 52.2
terlampir dalam tabel berikut: 4 1992
12 30 51.0 66.0 86.0 0.0 51.3
52.170
9 13 0.0 0.0 1.0 41.4 12.4

11 24 113.0 59.0 57.3 0.4 42.0
11 18 0.0 115.0 38.8 1.3 61.6
5 1991 61.596
2 27 0.0 3.0 82.0 0.0 21.3
11 12 16.0 4.0 22.2 62.5 25.8
1 29 78.0 27.3 1.3 2.5 14.3
6 23 0.0 76.0 5.7 0.0 35.6
6 1990 35.601
1 31 0.0 20.1 60.2 0.0 23.7
2 19 25.1 10.0 1.3 64.0 23.9
9 25 118.0 25.0 59.0 0.0 27.1
1 11 0.0 92.0 0.0 0.0 41.4
7 1989 59.439
1 12 0.0 80.0 89.0 6.0 59.4
12 21 51.0 51.0 51.0 51.0 51.0
8 18 191.0 24.0 6.0 0.0 14.6
10 17 3.0 81.0 6.0 6.0 39.7
8 1988 51.621
6 27 17.0 42.3 110.0 0.0 46.0
1 29 0.0 32.5 65.0 72.0 51.6
5 9 105.0 18.0 0.0 0.0 9.4
12 30 0.0 103.0 51.5 0.0 58.9
9 1987 58.902
5 5 19.0 15.0 116.0 0.0 35.2
4 4 0.0 0.0 0.0 68.0 20.0
11 9 79.0 0.0 0.0 0.0 1.0
10 24 3.0 89.0 43.0 0.0 50.6
10 1985 50.568
11 2 0.0 0.0 130.0 2.0 32.2
12 14 0 0 3 75 22.8
ANALISA DISTRIBUSI PROBABILITAS
a. Metode Normal c. Metode Gumbel
Periode Periode
No. Xrt Kt S XT No. Xrt Yt Yn Sn Kt Sx XT
Ulang Ulang
1 2 61.82 0.00 22.67 61.82 1 2 61.82 0.3065 0.4952 0.9497 -0.1987 22.67 57.31
2 5 61.82 0.84 22.67 80.86 2 5 61.82 1.4999 0.4952 0.9497 1.0579 22.67 85.80
3 10 61.82 1.28 22.67 90.84 3 10 61.82 2.2504 0.4952 0.9497 1.8482 22.67 103.72
4 25 61.82 1.71 22.67 100.59 4 25 61.82 3.1255 0.4952 0.9497 2.7696 22.67 124.61
5 50 61.82 2.05 22.67 108.30 5 50 61.82 3.9019 0.4952 0.9497 3.5871 22.67 143.15
6 100 61.82 2.33 22.67 114.65 6 100 61.82 4.6001 0.4952 0.9497 4.3223 22.67 159.82
b. Metode Log Normal d. Metode Log Pearson Tipe III
Periode No. Periode Ulang Log Xrt KT S Log X Log Xt XT

No. Log Xrt Kt S Log X Log Xt XT
Ulang 1 2 1.77 0 0.14 1.77 58.85
1 2 1.77 0.00 0.14 1.77 58.85
2 5 1.77 0.84 0.14 1.89 76.84
2 5 1.77 0.84 0.14 1.89 76.79
3 10 1.77 1.28 0.14 1.95 88.34
3 10 1.77 1.28 0.14 1.95 88.28
4 25 1.77 1.71 0.14 2.01 101.17 4 25 1.77 1.75 0.14 2.01 102.46
5 50 1.77 2.05 0.14 2.05 112.68 5 50 1.77 2.05 0.14 2.05 112.82
6 100 1.77 2.33 0.14 2.09 123.13 6 100 1.77 2.33 0.14 2.09 123.13
REKAPITULASI ANALISA DISTRIBUSI
PROBABILITAS
Curah Hujan Rencana
Periode
No. Metode Distribusi Frekuensi
Ulang (T)
Normal Log Normal Gumbel Log Pearson Type III
1 2 61.82 58.85 57.31 58.85
2 5 80.86 76.79 85.80 76.84
3 10 90.84 88.28 103.72 88.34
4 25 100.59 101.17 124.61 102.46
5 50 108.30 112.68 143.15 112.82
6 100 114.65 123.13 159.82 123.13
Grafik Hubungan Curah Hujan Rencana Dengan Periode Ulang Hujan

Normal Log Normal Gumbel Log Person Type III
180,00
Curah Hujan Rencana (mm)
160,00
140,00
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
0 20 40 60 80 100 120
PUH (Tahun)
ANALISA UJI DISTRIBUSI PROBABILITAS
a. Metode Chi Kuadrat b. Metode Smirnov Kolmogorov
Hasil Normal Log Normal Gumbel Log Pearson Type III Hasil Normal Log Normal Gumbel Log Pearson Type III
Chi-Kuadrat Hitung Smirnov Hitung (ΔP
4.00 4.00 4.00 8.00 0.49 0.40 0.43 0.866
(χ2) max)
Chi-Kuadrat Kritis Smirnov Kritis (ΔP
5.991 5.991 5.991 5.991 0.41 0.41 0.41 0.41
(χ2cr) kritis)
Keterangan diterima diterima diterima tidak diterima Keterangan Tidak diterima diterima tidak diterima tidak diterima
Berdasarkan Tabel adalah Log Normal karena nilai X² hitung < dari Jika jumlah data 10 dan α (derajat kepercayaan) adalah 5%, maka dari
X²kritis (paling kecil) tabel diperoleh Δp kritis = 0,41. jadi nilai Δp max < Δp kritis. Berdasarkan
= 5.50 < 5,991. jadi debit banjir dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, Tabel 3.21 adalah distribusi Log Normal karena nilai Δp Terhitung < Δp
50, 100 adalah: Metode Normal, Log Normal, dan Gumbel kritis (paling kecil) = 0.40< 0,41. jadi debit banjir dengan periode ulang
2, 5, 10, 25, 50, 100
Maka, Metode Log Normal yang dipakai menggunakan metode
Smirnov Kolmogorov
Kesimpulan dari Uji Distribusi Probabilitas

Setelah di uji dengan Chi Kuadrat dan Smirnov Kolmogorov
perhitungan distribusi probabilitas dari beberapa metode yang dapat diterima
untuk perhitungan debit banjir rencana adalah Metode Log Normal.
ANALISA DEBIT BANJIR DENGAN
METODE HSS NAKAYASU
REKAPITULASI ANALISA DEBIT
BANJIR RENCANA
Metode HSS Nakayasu
Grafik Hidrograf Nakayasu Debit Rencana Berdasarkan Data Hujan

9000 Periode Ulang
(Tahun)
8000 Nakayasu (m3/det)
7000
Q100 2 3668.97
6000
Q50
5 4787.73
Q m3/detik
5000
Q25
4000
10 5503.95
3000
Q10
2000 Q5 25 6307.29
1000 Q2 50 7024.69
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
100 7676.37
T (jam)
ANALISA DEBIT BANJIR LAPANGAN
Debit Rencana Berdasarkan Data Hujan

Periode Ulang
(Tahun)
Nakayasu (m3/det)
2 3668.97
5 4787.73
10 5503.95
25 6307.29
50 7024.69
100 7676.37
Tinggi muka air banjir (MAB) pada jembatan Ogan berdasarkan informasi warga sekitar, setinggi +12 m atau di bawah
PileCap. Dengan menghitung menggunakan metode Q teoritis terhadap Q di lapangan, pendekatan menggunakan
HEC – RAS V 4.0 didapat Q 100 = 7676.37 m3/det dengan MAB = +12 m, dengan asumsi merupakan Q periode
ulang 100 tahun yang mendekati Q lapangan adalah Q yang dihitung dengan menggunakan Metode Nakayasu
ANALISA MORFOLOGI SUNGAI
Endapan antara
5-6 m dari bibir
sungai
Perubahan morfologi sungai dipengaruhi oleh banyak

faktor karenanya,
Dilakukan analisis historis dari citra satelit

erosi
Endapan hingga
Mundur hingga
4-5 meter dari
10-15 m dari Mundur hingga 5-7 m
bibir sungai
bibir sungai dari bibir sungai
Sisi dalam tikungan mengalami penumpukan endapan hingga 4-

5 meter dari bibir sungai
Sisi luar tikungan mengalami erosi antara 10 hingga 15 meter

dari bibir sungai sepanjang lebih kurang 55 m
ANALISA PENGARUH PILAR JEMBATAN
TERHADAP PENAMPANG SUNGAI
RENCANA(BALANCE CANTILEVER) EKSISTING

PROFIL MEMANJANG JEMBATAN
EKSISTING
PROFIL JEMBATAN JEMBATAN RENCANA &
EKSISTING
ANALISA PENGARUH PILAR JEMBATAN
TERHADAP PENAMPANG SUNGAI
Konfigurasi 5x6
ANALISA GERUSAN JEMBATAN BALANCE
CANTILEVER
Potensi Gerusan
-Gerusan umum yang terjadi di sungai
-Gerusan lokal di sekitar pier
Sumber: Department of Transport and Main Roads, Bridge Scour Manual

HEC 18 FHWA NHI 01-001
• Pile Cap diatas muka air

banjir.
• Gerusan hanya
diakibatkan oleh pile
group (h3=y3)
ANALISA GERUSAN JEMBATAN BALANCE
CANTILEVER
Conctraction Scour
Pier Scour
No METODE Kondisi Konfigurasi Pondasi Contraction Scour (m) Pier Scour (m) Total Scouring
Jembatan Rencana +
1 CSU Equation Borepile 5x6 0.9 3.54 4.44
Eksisting
Dilakukan berdasarkan standar HEC 18 FHWA NHI 01-001

Federal Highway Administration
ANALISA GERUSAN JEMBATAN
EKSISTING (RANGKA BAJA)
Conctraction
Scour
Pier Scour
No METODE Kondisi Contraction Scour (m) Pier Scour (m) Total Scouring
1 CSU Equation Jembatan Eksisting 1.29 3.04 4.33
Jembatan Eksisting +
2 CSU Equation 1.29 3.95 5.24
Rencana
Dilakukan berdasarkan standar HEC 18 FHWA NHI 01-001 Terjadinya gerusan jembatan eksisting
terhadap adanya jembatan rencana
Federal Highway Administration
ANALISA GERUSAN JEMBATAN
EKSISTING (RANGKA BAJA)
REKAPITULASI GERUSAN PADA PILAR JEMBATAN EKSISTING
Kondisi Lokasi P1 P2 P3 P4 P5 P6
D50(mm) 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68
Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour
Sudut Aliran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Diameter Pile 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
V 6.1 6.1 6.1 6.1 6.1 6.1
Jembatan Fr 0.361 0.359 0.356 0.345 0.351 0.357
Eksisting K1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
K2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
K3 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Y1 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50
V1 6.10 6.10 6.10 6.10 6.10 6.10
Ys Pier 3.01 3.03 3.04 3.08 3.06 3.03
Ys Average 3.041666667
Kondisi Lokasi P1 P2 P3 P4 P5 P6
D50(mm) 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68
Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour Live Bed Scour
Sudut Aliran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Diameter Pile 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
Jembatan V 6.1 6.1 6.1 6.1 6.1 6.1
Eksisting & Fr 0.711 0.711 0.711 0.711 0.711 0.711
Jembatan K1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Rencana
K2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
K3 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Y1 8.86 8.99 9.12 9.71 9.38 9.05
V1 6.10 6.10 6.10 6.10 6.10 6.10
Ys Pier 3.93 3.94 3.95 3.98 3.96 3.94
Ys Average 3.95
Dilakukan berdasarkan standar HEC 18 FHWA NHI 01-001 Federal Highway Administration
PEMANTAUAN ELEVASI MUKA AIR
SELAMA MASA & PASCA KONTRUKSI
Pemantauan muka air dilakukan secara manual dengan

memasang Peil Schaal (meteran) di lokasi konstruksi.
Dibaca setiap 3 atau 4 jam
ANALISA TATA GUNA LAHAN
PROTEKSI JEMBATAN BALANCE CANTILEVER

Fungsi Dolphin
1. Menjaga Pilar Jembatan terhadap Tumbukan Kapal.
2. Mengamankan pilar dari hanyutan kayu yang berpotensi menyebabkan dalamnya gerusan pada dasar pondasi
3. Mengamankan Pilar dari Hanyutan sampah yang berpotensi mempersempit aliran sungai dan dapat
dimaintenance agar sampah tidak sampai ke laut
CLEARANCE HORIZONTAL & VERTICAL BALANCE
CANTILEVER
Sesuai Perencanaan Teknik Jembatan, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, 2010
Ruang bebas horizontal dan vertikal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan lalu
lintas kapal, kapal yang sering melewati jalur sungai jembatan OGAN III adalah
kapal Tongkang
free-board minimal 1.5meter dari muka air banjir. FB Jembatan dari MAB Q100 =
13 m
Vertical Clearance jembatan minimal 5,1 meter untuk kapal Lewat,
Tinggi Maksimal kapal tongkang yang lewat 7 m, FB = 6 m,
FB Minimal < FB Rencana = 5.1 < 6 m OK
Horizontal Clearance Ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal

US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah  2 x panjang
kapal rencana,
L Kapal Tongkang 114 Feet = 35 m,
L Main Span Jembatan = 120 m
L Kapal Tongkang < L Main Span Jembatan = 70 m < 120 m OK
ANALISA KUALITAS AIR OGAN III
Referensi & Hasil Analisis
Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0.5

ppt (Nanawi 2001).
Laju korosi pada baja karbon medium plat A36 direndam
dalam media air laut dan air tawar.
Media air tawar sebesar 0.104-0.115 mpy. Perbedaan
nilai CR juga sangat bergantung kepada kandungan
kimia, tingkat kehomogian dan struktur mikro yang ada
pada specimen serta media perendam yang digunakan.
Kadar garam pada sungai Ogan III sangat rendah
Hasil Laboratorium air sungai Ogan III: sehingga termasuk kategori air tawar dan resistance
Salinity = 0.03 %
baja (Dophin) terhadap air tawar = Good
pH = 6.5
Sulfat = 9.43 mg/L
Chloride = 4.71 mg/L
KONDISI GEOLOGI REGIONAL
GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN
• Secara umum, wilayah Sumatera
Selatan khusus nya Palembang ilir
dan sekitara nya memiliki ciri
bentangan alam daerah dataran
dan perbukitan bergelombang.
• Lokasi penelitian berada dialiran

Sungai Ogan yang berada di
Selatan Kota Palembang.
• Secara umum, tipe sungai ogan

berkelok-kelok (meander) yang
mengindikasikan bahwa sungai ini
tergolong sungai dewasa / tua
yangmana tingkat erosi lateral
lebih besar dibandingkan vertikal.
• Kondisi geologi daerah penelitian berada pada

lingkungan fluvial di sekitar Sungai Ogan sebagai
tempat perencanaan pembangunan Jembatan Air
Ogan III. Jika dilihat dari kenampakan pada peta
geologi, morfologi sistem Sungai Ogan termasuk
tipe sungai berkelok (meandering).
• Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah

sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi
horizontal lebih besar dibandingkan erosi vertikal,
perbedaan ini semakin besar pada saat terjadinya
banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering
berpindah tempat secara mendatar.
Morfologi tipe sungai berkelok (Einsele, 1992)

• Gambar di samping menjelaskan tentang penampang

vertical ideal dari endapan sungai berkelok (meander)
dicirikan oleh runtunan batuan sedimen dalam setiap
sekuen mempunyai besar butir menghalus ke arah
atas.
• Bagian bawah dari sekuen yang berupa endapan

berbutir kasar-sangat kasar merupakan hasil
endapkan pada alur sungai, sedangkan endapan
halus umumnya merupakan hasil endapan di daerah
dataran banjir.
• Bagian atasnya terdiri atas batuan berbutir halus

(batuserpih, batulanau atau batulempung) dengan
sisipan tipis batupasir. Struktur sedimen yang
dijumpai umumnya berukuran kecil seperti laminasi,
silang siur dan ripple mark.
(Walker dan Cant, 1979 dalam Boggs,1995)

STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
• Fase tektonik yang berkembang di Cekungan Sumatra Selatan menurut Pulunggono dkk,
1992 terdiri dari 3 fase yaitu : Tahap Kompresional (Jura Akhir – Kapur Awal), Tahap
Ekstensional (Kapur Akhir – Tersier Awal), dan Tahap Kompresional (Miosen Tengah – Resent).
• Berdasarkan informasi geologi regional, lokasi Jembatan Air Ogan III cukup jauh dari lokasi
sesar aktif. Namun di bagian Utara terdapat perlipatan batuan berupa antiklin dan sinklin
akibat pengaruh fase kompresional yang terjadi di wilayah Cekungan Sumatra Selatan.
Barber dkk, 2005

1. Tektonik dan Struktur Geologi Regional
FENOMENA LIKUIFAKSI
• Umumnya likuifaksi terjadi pada lingkungan geologi kuarter (Seed dan Idris,
1997)
• Syarat terjadinya likuifaksi menurut (Juang dan Jiang, 2000) : lapisan sedimen
berupa pasir (non kohesif), bersifat terurai / gembur, berada di bawah muka air
tanah / jenuh air, muka air tanah dangkal, serta gempa bumi yang kuat dan
lama.
• Gradasi butiran dan ukuran butir sedimen turut mempengaruhi tingkat
kerawanan likuifaksi. Sedimen yang bergradasi buruk dengan ukuran butir
halus akan mudah mengalami likuifaksi dibandingkan dengan sedimen
bergradasi baik dengan ukuran butir kasar (Tsuchida, 1970 ; Ishihara, 1985).
(modifikasi dari Seed, 1982)

2. Stratigrafi Geologi Regional
STRATIGRAFI REGIONAL
• Satuan batuan yang terdapat di lokasi penelitian merupakan satuan

batuan alluvium yang berumur kuarter yang didominasi oleh lempung,
lanau dan pasir serta campuran ketiga batuan tersebut. Lapisan ini
diendapkan secara tidak selaras di atas Fomasi Upper Palembang (Kasai).
• Fasies daerah penelitian di bagi 3 : fasies rawa, fasies dataran banjir dan
fasies alur sungai.
(Argakusumah & Kamal, 2005)
3. Metode Penelitian
METODE PENELITIAN
• Melakukan kajian literatur peneliti

terdahulu terkait kondisi geologi daerah
penelitian dan didukung oleh informasi
peta geologi regional.
• Survei geologi yang dilakukan tidak
detail, hanya melakukan observasi di
sekitar daerah penelitian dengan
dipandu oleh informasi peta geologi
regional.
• Kajian geologi yang dilakukan, akan
digunakan untuk membantu dalam
analisis data soil investigation berupa
data sampel core.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis stratigrafi geologi, ada beberapa kesimpulan yang dihasilkan, yaitu :
1. Analisis penampang stratigrafi geologi dapat memberikan informasi kondisi batuan bawah permukaan dan sebagai
data pengontrol terhadap uji nilai N-SPT.
2. Sedimen Kuarter di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi fasies-fasies rawa, dataran banjir, dan alur sungai.
Selanjutnya masing-masing fasies tersebut dapat dibedakan berdasarkan posisi stratigrafi, baik secara lateral
maupun vertikal.
3. Potensi likuifaksi kemungkinan bisa terjadi walaupun kecil, mengingat sifat fasies dan sifat fisik sedimen kuarter
yang cukup mendukung terjadinya likuifaksi (walaupun jauh dari zona gempa dan sesar aktif), maka perlu
mempertimbangkan faktor keamanan dalam pembuatan model struktur / konstruksi.
4. Berdasarkan karakteristik litologi tanah/batuan hasil pengeboran, kedalaman litologi dari semua sumur belum
mencapai posisi bedrock. Hal ini tentu menjadi pertimbangan dalam membangun pondasi konstruksi jembatan.
Saran
1. Perlu dipertimbangkan lagi untuk kedalaman pondasi, mengingat karakteristik batuan menunjukkan belum
mencapai posisi bedrock.
2. Untuk mengetahui kondisi struktur geologi / sesar yang bersifat lokal yang terdapat di lokasi penelitian, maka perlu
dilakukan studi khusus dengan melakukan survei geologi/geofisika bawah permukaan.
CODE DAN STANDAR
PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN
CODE DAN STANDAR PERENCANAAN
STRUKTUR JEMBATAN
01 – STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
● Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016
● Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa SNI 2833:2016
● Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan RSNI T-12-2004
● Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013
● Persyaratan Perancangan Geoteknik SNI 8460:2017
02 – AMERICAN ASSOCIATION OF STATE HIGHWAY AND TRANSPORTATION OFFICIALS (AASHTO)

● AASHTO LRFD Bridge Design Spesification, 8th Edition, 2017
● AASHTO LRFD Bridge Design Spesification, 4th Edition, 2007
03 – AMERICAN CONCRETE INSTITUTE (ACI)

● Building Code Requirements for Structural Concrete ACI 318M-14
04 – AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS (ASTM)

● Standard Specification for Steel Strand, Uncoated Seven-Wire for Prestressed Concrete ASTM A 416/A416M - 06
05 – INTERNATIONAL FEDERATION FOR STRUCTURAL CONCRETE (CEB-FIP)

● CEB-FIP Model Code for Creep and Shrinkage, 1990
MATERIAL
MATERIAL
01 – CONCRETE 02 – STEEL REINFORCMENT
Structural Compressive Modulus No. Parameter Value Units
No.
Element Strength (MPa) Elasticity (MPa) 1 Modulus Elasticity 200000 MPa
1 Bored Pile 30 25742.96 2 Poisson Ratio 0,3
2 Pile Cap 30 25742.96 3 Shear Modulus 76923 MPa
3 Pier 33 26999.44 4 Thermal Expansion Coefficient 1,2 x 10-5 1/⁰C
4 Superstructure 41.5 30277.63 5 Yield Stength 420 MPa
6 Weight per Volume 78,5 kN/m3
No. Parameter Value Units
1 Poisson Ratio 0,2 03 – PRESTRESSING STEEL
2 Thermal Expansion Coefficient 1,2 x 10-5 1/⁰C > Type: Seven wire low relaxation steel (ASTM A416M-06 Grade 270)
3 Mass Density 24-25 kN/m3
No. Parameter Value Units
1 Modulus Elasticity 195000 MPa
2 Ultimate Strength 1860 MPa
3 Yield Strength 1670 MPa
4 Minimum Breaking Load 260,7 kN
4 Diameter 0,6 (15,24) inch (mm)
5 Area 140 mm2
6 Weight 1,1 kg/m
7 Maximum Relaxation after 1000hr at 20⁰C 2,5 %
MATERIAL
CONCRETE STRESS LIMIT
Final Stage/
During Construction
Service Limit State
Stress
Condition fci* (MPa) f'c (MPa)
Allowable Allowable
Stress 33.2 Stress 41.5
Tensile 0.25 √fci 1.440 0.5 √f'c 3.221
Compression 0.6 fci 19.920 0.45 f'c 18.675
*fci = 80% f'c

PEMBEBANAN JEMBATAN
PEMBEBANAN JEMBATAN
PEMBEBANAN JEMBATAN
01 – DEAD LOAD
No. Item Value Units
1 Prestressed Concrete 25 kN/m3
2 Reinforced Concrete 25 kN/m3
3 Plain Concrete 24 kN/m3
4 Steel 78,5 kN/m3
02 – SUPERIMPOSED DEAD LOAD
No. Item Value Units

1 Asphalt 22 kN/m3
2 Walkways 24 kN/m3
3 Railing (Steel) 78,5 kN/m3
PEMBEBANAN JEMBATAN
• Pengaruh Tetap Pelaksanaan
Pengaruh tetap pelaksanaan adalah beban yang disebabkan

oleh metode dan urutan pelaksanaan pekerjaan jembatan.
Beban ini biasanya mempunyai kaitan dengan aksi-aksi lainnya,
seperti pra-penegangan dan berat sendiri. Dalam hal ini,
pengaruh faktor ini tetap harus dikombinasikan dengan aksi-
aksi tersebut dengan faktor beban yang sesuai.
Asumsi berat Form Traveler: ±75 ton

PEMBEBANAN JEMBATAN
• Beban Lalu-Lintas
- Lajur Lalu-Lintas Rencana
Dengan lebar bersih jembatan 8 meter, Jembatan Air

Ogan III didesain dengan tiga lajur lalu-lintas rencana.
PEMBEBANAN JEMBATAN
- Beban Lajur
Beban lajur “D” terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m
dengan beban garis terpusat (BGT). harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas
Beban terbagi rata mempunyai intensitas q (kPa) dengan besaran q pada jembatan/ besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m.
tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu sebagai
Untuk mendapatkan momen lentur negative maksimum
berikut:
pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus
Jika L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa
ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan
Jika L > 30 m : q = 9,0 ( 0.5 + 15/L ) kPa
pada bentang lainnya.
Keterangan:
q : intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan (kPa)
L : panjang total jembatan yang dibebani (meter)
PEMBEBANAN JEMBATAN
– Alternatif Penempatan Beban Lajur
Beban “D” harus disusun pada arah melintang sedemikian rupa

sehingga menimbulkan momen maksimum. Untuk alternatif
penempatan dalam arah memanjang dapat dilihat pada gambar di
samping.
PEMBEBANAN JEMBATAN
– Beban Truk
Beban truk tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban lajur.

Beban truk dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai.
Adapun faktor beban untuk beban “T” seperti pada table di bawah
ini.
PEMBEBANAN JEMBATAN
– Faktor Beban Dinamis Beban statis truk rencana harus diperbesar sesuai dengan FBD
berdasarkan gambar di bawah. . Faktor beban dinamis tidak perlu
diterapkan pada beban pejalan kaki atau beban terbagi rata (BTR). Untuk
perencanaan, FBD dinyatakan sebagai beban statis ekuivalen.
Faktor beban dinamis tidak perlu diterapkan untuk:

• Dinding penahan yang tidak memikul reaksi vertical dari struktur atas
jembatan, dan
• Komponen fondasi yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah.
Untuk bentang tunggal, panjang bentang ekuivalen diambil sama dengan

Untuk pembebanan truk “T”, FBD diambil 30%. Untuk panjang bentang sebenarnya. Untuk bentang menerus, panjang bentang
bangunan yang terkubur, seperti halnya gorong-gorong dan ekuivalen LE diberikan dengan rumus:
struktur baja-tanah, nilai FBD jangan diambil kurang dari 40% LE = √ (Lav Lmax)
untuk kedalaman nol dan jangan kurang dari 10% untuk
kedalaman 2 m. Untuk kedalaman antara bias diinterpolasi Keterangan:
Lav : panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang disambungkan secara menerus
linier. Lmax : panjang bentang maksimum dalam kelompok bentan gyang disambungkan secara menerus
PEMBEBANAN JEMBATAN
– Gaya Rem
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari:

• 25% dari berat gandar truk desain, atau
• 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya rem harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm di atas
permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling menentukan.
• Perbedaan Penurunan
Nilai differential settlement antar pier yang digunakan pada desain adalah sebesar 1 cm. Nilai ini
dibandingkan terhadap nilai settlement yang didapatkan dari analisa geoteknik.
PEMBEBANAN JEMBATAN
• Beban Angin
PEMBEBANAN JEMBATAN
• Temperatur Merata • Gradien Temperatur
PEMBEBANAN JEMBATAN
• Rangkak - Susut
Efek rangkak dan susut direncanakan berdasarkan rekomendasi CEB-FIP 1990. Untuk beton prategang, perhitungan rangkak dan
susut adalah hingga lebih dari 40 tahun (15.500 hari). Untuk perpindahan bearing adalah lebih dari 30 tahun. Rata-rata kelembaban
relatif diambil sebesar 70% (konsensus KKJTJ).
Grafik koefisien rangkak Grafik Regangan susut

PEMBEBANAN JEMBATAN
• Beban Gempa
Beban gempa pada jembatan diaplikasikan sebagai pengaruh gaya
lateral berdasarkan SNI 2833:2016. Gaya gempa pada jembatan
didesain berdasarkan peta gempa dengan level hazard gempa 1000 PGA = 0,115
tahun dengan memiliki kemungkinan terlampaui sebesar 7 persen
dalam 75 tahun. Peta gempa untuk perencanaan jembatan ini diambil
dari Peta Gempa Tahun 2017 (website pusjatan).
PEMBEBANAN JEMBATAN
Ss = 0,2163
PEMBEBANAN JEMBATAN
S1 = 0,1538
PEMBEBANAN JEMBATAN
• RESPONSE SPECTRUM
Response Spectra Air Ogan III Bridge - Ogan Ilir Regency

0,6
0,5
Spectrum Acceleration, Sa (g)
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,25 0,5 0,75 1 1,25 1,5 1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25 3,5 3,75 4
Period (second)
PEMBEBANAN JEMBATAN
• FAKTOR MODIFIKASI RESPON (R)
a. Desain Pondasi, R=1
b. Desain Pier
Kategori operasional Jembatan Air Ogan 3 adalah
Essential, maka R yang digunakan adalah:
- Sumbu transversal, R = 1.5
- Sumbu longitudinal, R = 3.5
c. Connections (Bearing dan Expansion Joint), R = 0.8
PEMBEBANAN JEMBATAN
KOMBINASI PEMBEBANAN (SNI 1725:2016)
Limit States No. Load Comb DL SDL PT CR-SH LL BR WS WSPx WSPy WL TU TG STL
1 SLS1a 1 1 1 1 1 1 0.3 - 0.3 1 1 0.5 1

2 SLS1b 1 1 1 1 1 1 - 0.3 - 1 1 0.5 1
3 SLS1c 1 1 1 1 1 1 0.3 - 0.3 1 1.2 0.5 1
4 SLS1d 1 1 1 1 1 1 - 0.3 - 1 1.2 0.5 1
5 SLS3a 1 1 1 1 0.8 0.8 0.3 - 0.3 1 1 0.5 1
6 SLS3b 1 1 1 1 0.8 0.8 - 0.3 - 1 1 0.5 1
SLS
7 SLS3c 1 1 1 1 0.8 0.8 0.3 - 0.3 1 1.2 0.5 1
8 SLS3d 1 1 1 1 0.8 0.8 - 0.3 - 1 1.2 0.5 1
9 SLS4a 1 1 1 1 - - 0.7 - 0.7 - 1 - 1
10 SLS4b 1 1 1 1 - - - 0.7 - - 1 - 1
11 SLS4c 1 1 1 1 - - 0.7 - 0.7 - 1.2 - 1
12 SLS4d 1 1 1 1 - - - 0.7 - - 1.2 - 1
Limit States No. Load Comb DL SDL PT CR-SH LL BR WS WSPx WSPy TU Limit States No. Load Comb DL SDL PT CR-SH LL BR EQx EQy
1 ULS1a 1.3 2 1 0.5 1.8 1.8 - - - 0.5 15 EXT1a 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 1 0.3333
2 ULS1b 1.3 2 1 0.5 1.8 1.8 - - - 1.2 16 EXT1b 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 0.3333 1
3 ULS2a 1.3 2 1 0.5 1.4 1.4 - - - 0.5 17 EXT1c 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 -1 -0.3333
4 ULS2b 1.3 2 1 0.5 1.4 1.4 - - - 1.2 18 EXT1d 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 -0.3333 -1
Extreme
5 ULS3a 1.3 2 1 0.5 - - 1.4 - 1.4 0.5 19 EXT1e 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 -1 0.3333
6 ULS3b 1.3 2 1 0.5 - - - 1.4 - 0.5 20 EXT1f 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 0.3333 -1
7 ULS3c 1.3 2 1 0.5 - - 1.4 - 1.4 1.2 21 EXT1g 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 1 -0.3333
ULS
8 ULS3d 1.3 2 1 0.5 - - - 1.4 - 1.2 22 EXT1h 1.3 2 1 0.5 0.3 0.3 -0.3333 1
9 ULS4a 1.3 2 1 0.5 - - - - - 0.5
10 ULS4b 1.3 2 1 0.5 - - - - - 1.2
11 ULS5a 1.3 2 1 0.5 - - 0.4 - 0.4 0.5
12 ULS5b 1.3 2 1 0.5 - - - 0.4 - 0.5
13 ULS5c 1.3 2 1 0.5 - - 0.4 - 0.4 1.2
14 ULS5d 1.3 2 1 0.5 - - - 0.4 - 1.2
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
METODE KONSTRUKSI
PEMODELAN STRUKTUR
PEMODELAN STRUKTUR
Software struktur yang digunakan untuk analisis
struktur jembatan Duplikasi Air Ogan 3 ini adalah
Midas Civil dari MIDAS IT Co., Ltd., Korea.
Tampak 3D, tampak atas, tampak samping, dan box girder cross section
PEMODELAN STRUKTUR
Beban SDL Beban Lajur
Beban Rem
PEMODELAN STRUKTUR
Beban angin pada struktur
Beban angin kendaraan

PEMODELAN STRUKTUR
Temperatur merata
Gradien temperatur
OUTPUT MODEL
1. Respon Dinamik
PERIOD & MODAL MASS PARTICIPATION
MODE 1
Animation
MODE 1
3D View
MODE 1
Side View
MODE 1
Top View
MODE 2
Animation
MODE 2
3D View
MODE 2
Side View
MODE 2
Top View
MODE 3
Animation
MODE 3
3D View
MODE 3
Side View
MODE 3
Top View
MODE 4
Animation
MODE 4
3D View
MODE 4
Side View
MODE 4
Top View
MODE 5
Animation
MODE 5
3D View
MODE 5
Side View
MODE 5
Top View
2. Tegangan Box Girder
TEGANGAN BOX GIRDER
A. STRESS DIAGRAM DURING CONSTRUCTION
A.1 Stage 1 Pier Table Work (After Stessing)
Figure 2 Top fiber stress box girder stage 1 after stressing Figure 3 Bottom fiber stress box girder stage 1 after stressing
Figure 1 Element activation (pier table)

TEGANGAN BOX GIRDER
A.2 Stage 2 Pier Form Traveler Installation at Piertable
Figure 5 Top fiber stress box girder stage 2 (after form traveler activation) Figure 6 Bottom fiber stress box girder stage 2 (after form traveler activation)
Figure 4 Form traveler activation above pier table

TEGANGAN BOX GIRDER
A.3 Stage Segment 01 Activation (After Stressing)
Figure 8 Top fiber stress box girder stage 3 (after stressing) Figure 9 Bottom fiber stress box girder stage 3 (after stressing)
Figure 7 Element activation (segment 01)

TEGANGAN BOX GIRDER
A.4 Stage 4 Segment 02 Activation (After Stressing)

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER

TEGANGAN BOX GIRDER
Figure 55 Element activation (segment 17) Figure 56 Tendon activation until segment 19 (cantilever maximum)
TEGANGAN BOX GIRDER
A.20 Stage 20 Side Span Segments + Closure Activation (After Bottom Temdon Stressing)
Figure 59 Element activation (side span segments + closure side span) Figure 60 Bottom tendon side span activation
TEGANGAN BOX GIRDER
A.21 Stage 21 Clourse Mid Span Activation
Figure 65 Top fiber stress box girder stage 21 (after closure mid span Figure 66 Bottom fiber stress box girder stage 21 (after closure mid span
activation) activation)
Figure 63 Element activation (closure mid span) Figure 64 Just before bottom tendon mid span activation
TEGANGAN BOX GIRDER
A.22 Stage 22 After Stressing Bottom Tendon Mid Span
Figure 67 Element activation (closure mid span) Figure 68 Bottom tendon mid span activation
TEGANGAN BOX GIRDER
A.23 Stage 23 Form-Traveler Dismantling
Figure 72 Top fiber stress box girder stage 23 Figure 73 Bottom fiber stress box girder stage 23
Figure 71 Form traveler dismantling

TEGANGAN BOX GIRDER
A.24 Stage 24 SDL Load Activation
Figure 74 SDL load activation

TEGANGAN BOX GIRDER
A.25 Stage 25 After 15500 days Activation for Creep/Shrinkage Checking
Figure 74 Bridge side view

TEGANGAN BOX GIRDER
B. GRAPICHAL REPRESENTATION OF RESULT FOR SERVICE LOAD COMBINATION
B.1 SLS1a
Figure 80 Top fiber stress SLS1a
Figure 81 Bottom fiber stress SLS1a

TEGANGAN BOX GIRDER
B.2 SLS3a

TEGANGAN BOX GIRDER
B.3 SLS4a

PERBEDAAN PENURUNAN
Settlement berdasarkan Analisa geoteknik :
Rekap Penurunan Pondasi pada Mainspan
Nilai
settlement
yang
digunakan
TEGANGAN BOX GIRDER
Tegangan Box akibat settlement berdasarkan perhitungan Geoteknik:
DS_Top Fibre
DS_Bottom Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
Tegangan Box saat SLS (dengan nilai settlement berdasarkan perhitungan Geoteknik) :
SLS1a_Top Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS1a_Bottom Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS1c_Top Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS1c_Bottom Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS3a_Top Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS3a_Bottom Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS3c_Top Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS3c_Bottom Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS4a_Top Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS4a_Bottom Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS4c_Top Fibre
TEGANGAN BOX GIRDER
SLS4c_Bottom Fibre
3. Expansion Joint Movement
EXPANSION JOINT MOVEMENT
4. Bearing Forces & Movement
ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN
1. Analisa Daya Dukung Pondasi
PARAMETER TANAH DAN KORELASI
Korelasi SPT Korelasi cu (undrained shear strength)
Terzaghi dan Peck (1967) memberikan deskripsi kualitas hubungan antara nilai SPT Kuat geser tanah lempung dalam kondisi undrained dapat dikorelasikan
dengan kerapatan relatif pada tanah dasar. Berikut merupakan korelasi nilai SPT dengan nilai N-SPT hasil uji lapangan. Terzaghi bersama beberapa peneliti
dengan kerapatan relatif tanah. lain mengeluarkan hubungan antara cu dan N-SPT sebagai berikut.
Tabel Deskripsi kerapatan relatif tanah (Terzaghi dan Peck, 1967)
N-SPT Kepadatan relatif, Dr

0-4 Sangat lepas
4-10 Lepas
10-30 Menengah
30-50 Padat
Over 50 Sangat padat
Gambar N-SPT vs. cu (Terzaghi et al.)

Korelasi Sudut Geser (𝜙) Korelasi Berat Volume
Peck (1996) memberikan persamaan dan grafik korelasi antara nilai N-SPT dengan
Burt Look (2007) memberikan korelasi antara jenis tanah dengan berat
sudut geser dalam (𝜙) untuk tanah pasir. Grafik dan persamaan korelasi dapat dilihat
volumenya sebagai berikut:
pada gambar sebagai berikut.
Tabel Korelasi Berat Volume dengan Jenis Tanah
Gambar N-SPT vs. Sudut Geser Dalam (𝜙) (Peck, 1996)

Korelasi Modulus Elastisitas (E) Korelasi Poisson’s Ratio
Menurut Bowles, 1986 dan U.S Army 1994 modulus elastisitas dapat dikorelasikan
Angka poisson ratio menurut Bowles, 1986 dapat dikorelasikan sebagai
sebagai berikut:
berikut.
Tabel Korelasi Nilai Eu Berdasarkan Jenis Tanah

Tabel Korelasi Poisson Ratio dengan Jenis Tanah
Lempung Eu (Mpa) Material Poisson’s Ratio

Lempung sangat lunak 0.5-5 Lempung jenuh (undrained) 0.5
Lempung lunak 5-20 Lempung jenuh (drained) 0.2-0.4
Lempung sedang 20-50 Pasir rapat 0.3-0.4
Lempung kaku; lempung berlanau 50-100 Pasir lepas 0.1-0.3
Lempung berpasir 25-200 Loess 0.1-0.3
Lempung serpihan 100-200 Es 0.36
Aluminium 0.35
Baja 0.29
Beton 0.15
KAPASITAS AKSIAL TIANG
Daya dukung ultimit aksial tiang tunggal secara umum terdiri dari dua penyusun, yaitu
tahanan friksi yang bekerja pada selimut tiang dari interaksi antara tanah dengan
permukaan selimut tiang dan tahanan ujung tiang yang berasal dari tanah di bawah
dasar tiang.
Q u = Qs + Q p
dengan:
Qu :Daya dukung ultimit tiang tunggal

Qs :Tahanan friksi
Qp :Tahanan ujung
Gambar Ilustrasi Daya Dukung Tiang

C. Faktor Keamanan
Setelah kapasitas daya dukung ultimit telah dihitung dari penjumlahan tahanan geser
selimut dengan tahanan ujung tiang. Maka perlu diperhitungkan safety factor untuk
mengetahui besarnya beban yang diijinkan untuk diterima oleh pile.
Q
Q = ult
all SF
dengan:
Qall : Kapasitas daya dukung ijin maksimum yang diterima oleh satu tiang
SF : Faktor keamanan yang sudah mempertimbangkan pengaruh likuifaksi. Berikut nilai SF untuk kondisi:
SF Tekan : 3 SF Tekan : 2
Statik Gempa
SF Tarik : 3.5 SF Tarik : 2.33
PERHITUNGAN FONDASI P3
BH06 BH07 BH08 BH09

Project : Engineering Service Project (ESP) Highway - PPC 5 Project : Engineering Service Project (ESP) Highway - PPC 5
BORING LOG BORING LOG

Preparation of Bridge Projects in Sumatera Indonesia Preparation of Bridge Projects in Sumatera Indonesia
BH-7 BH-8
Location
Client
:
:
KSO
GU Location
Client
:
:
KSO
GU
Driller : M syahril Drilling Rig : YBM-02 Hammer Weight Coordinat X = -475030.383 PT. VizaSa GraHa UtamA Driller : M syahril Drilling Rig : YBM-02 Hammer Weight Coordinat X = -475088.27 PT. VizaSa GraHa UtamA
Logger : Rendi Alif Inclination : 900 63.5 kg Y = 966241.988 Logger : Rendi Alif Inclination : 900 63.5 kg Y = 9662201.85
Approved : Khadavi Cassing Diameter : 8.4 cm SPT Hammer Elevation : 6.00 (mdpl) = UDS Approved : Khadavi Cassing Diameter : 8.4 cm SPT Hammer Elevation : 6.00 (mdpl) = UDS
Dropping Distc : 76 cm Manual GWL : m = DS Dropping Distc : 76 cm Manual GWL : m = DS
Automatic Total depth : 30.00 m = Water Table Automatic Total depth : 30.00 m = Water Table
CONSISTENSY
CONSISTENSY
Type of Sample
Type of Sample
THICKNESS-m
THICKNESS-m
AND DENSITY
AND DENSITY
Blows Peneration
DEPTH (m)
Blows Peneration
DEPTH (m)
DATE
DATE
NSPT GRAPHIC NSPT GRAPHIC
LOG
LOG
SOIL DESCRIPTION each NSPT CORE BOX SOIL DESCRIPTION each NSPT CORE BOX
15 cm 15 cm
1st 2nd 3rd 0 10 20 30 40 50 60 1st 2nd 3rd 0 10 20 30 40 50 60
0.0 0.0
-0.5 -0.5
Test Pit
Test Pit
-1.0 -1.0
-1.5 -1.5
-2.0 -2.0
-2.5 -2.5
-3.0 -3.0
-3.5 -3.5
-4.0 SPT -4.0 SPT
-4.5 -4.5
-5.0 -5.0
-5.5 -5.5
-6.0 SPT -6.0 SPT
Cuaca Cerah Berawan….2 Desember 2020

-6.5 -6.5
-7.0 -7.0
-7.5 -7.5
Cuaca Cerah….29 November 2020

-8.0 SPT -8.0 SPT
-8.5 -8.5
-9.0 -9.0
-9.5 -9.5
-10.0 SPT -10.0 SPT
-10.5 -10.5
-11.0 -11.0
-11.5 -11.5
PASIR
PASIR + SISIPAN KAYU

-12.0 SPT SANGAT LONGGAR, butiran kasar 1 1 2 3 -12.0 SPT
4.0
seragam, abu-abu dan coklat muda
-12.5 -12.5
-13.0 -13.0
-13.5 -13.5 LONGGAR
-14.0 SPT 1 2 4 6 -14.0 SPT 2 3 7 10

-14.5 LOGGAR, butiran halus, -14.5
1.0
PASIR
lembab, abu-abu kecoklatan
-15.0 -15.0
LANAU BERPASIR
-15.5 -15.5
LEMPUNG SANGAT LUNAK,
-16.0 SPT 3 3 3 6 -16.0 SPT KEPASIRAN bewarna abu-abu 2 2 2 4
-16.5 -16.5
3.0
AGAK KAKU, abu-abu kecoklatan
-17.0 -17.0
-17.5 -17.5
LEMPUNG
-18.0 SPT 5 7 9 16 -18.0 SPT 6 8 12 20
CUKUP KERAS, bewarna abu-abu
-18.5 -18.5 kecoklatan
-19.0 -19.0
-19.5 -19.5
-20.0 SPT 5 10 15 25 -20.0 SPT 9 11 20 31
-20.5 -20.5
LEMPUNG
-21.0 -21.0 CUKUP KERAS sampai SANGAT
-21.5 -21.5 KERAS, bewarna abu-abu
Cuaca Cerah Berawan ….4 Desember 2020
kecoklatan
-22.0 SPT 7 13 15 28 -22.0 SPT 15 24 32 56
Cuaca Cerah ….30 November 2020

-22.5 -22.5
PASIR
10.0
-23.0 -23.0
PADAT, butiran sedang seragam,
-23.5 lembab, abu-abu kecoklatan -23.5
-24.0 SPT 6 9 13 22 -24.0 SPT 15 25 38 >60
-24.5 -24.5
-25.0 -25.0
-25.5 -25.5
SANGAT PADAT pada kedalaman
-26.0 SPT 8 14 15 29 -26.0 SPT 23.00 - 24.00 m, abu-abu dan 10 15 15 30
PASIR
-26.5 -26.5 lembab, pada kedalaman > 26.00
PADAT bewarana abu-abu
-27.0 -27.0
kehitaman, berbutir kasar
-27.5 -27.5
-28.0 SPT 9 18 24 42 -28.0 SPT 8 15 20 35
-28.5 -28.5
PADAT, butiran halus, basah abu-
PASIR
-29.0 -29.0
2.0
abu kecoklatan lembab, abu-abu

-29.5 kecoklatan -29.5
-30.0 SPT 6 12 20 32 -30.0 SPT 5 11 18 29
-30.5
-31.0
-31.5
-32.0 SPT 10 14 20 34
Cuaca Cerah ….1 Desember 2020

-32.5
-33.0
PASIR
-33.5
SANGAT PADAT, lembab, butiran
-34.0 SPT sedang bewarna abu-abu 20 25 28 53
-34.5
-35.0
-35.5
-36.0 SPT 52 >60 >60
-36.5
-37.0
-37.5
-38.0 SPT >60 >60
NAVAL
-38.5 SANGAT KERAS, abu-abu
kecoklatan
-39.0
-39.5
-40.0
BH-07
Soil Layer – BH 7 Depth
[m]
Jenis Tanah
N - SPT
[bl ows /30 cm]
Konsistensi N-SPT
0 10 20 30 40 50 60 70
FREE STANDING 10 M 0 0
0 Pasir 0 2 3
2 Pasir 3 Very loose 4 6
4 Pasir 6 Loose 6 6
6 Lempung 6 Medium Stiff
Depth [m]
8 16
8 Lempung 16 Very Stiff 10 25
Frestanding 10 m 10 Pasir 25 Medium Dense 12 28
12 Pasir 28 Medium Dense 14 22
LONGITUDINAL 14 Pasir 22 Medium Dense 16 29
16 Pasir 29 Medium Dense 18 42
18 Pasir 42 Dense 20 32
20 Pasir 32 Dense 22 55
22 Pasir 55 Very Dense 24 60
24 Lempung 60 Very Hard 26 60
30 Lempung 60 Very Hard
Depth γ Cu ɸ k
Layer Soil Type E50
Top (m) Bottom (m) kN/m3 kN/m2 [⁰] kN/m3
1 10 12 Sand (Reese) 4 - 21 5430 -
2 12 14 Sand (Reese) 5.0 - 23.49 5430 -
3 14 16 Stiff Clay w/free water 5 30 - 54300 0.01
5 18 26 Sand (Reese) 6.75 - 32.64 16300 -
6 26 30 Sand (Reese) 7.5 - 36.02 33900 -
7 30 32 Sand (Reese) 10 - 40.49 33900 -
Parameter fondasi Konfigurasi fondasi Input parameter fondasi pada Group
Type fondasi = Bored pile

Panjang tiang = 38 m
Diameter = 1.5 m
Konfigurasi = 5x6
C/C = 4.5 m
Dimensi Pile Cap

Panjang = 21 m
Lebar = 25.5 m
Tebal = 3.5 m
PERHITUNGAN DAYA DUKUNG P3
Qu = Qb+Qs
Qb = qb*Ap Nspt rata2 = (10Dke a tas +4Dke ba wa h )/2
Qs = qs*Li*p
Type Bored Pile
tanah lempung
Diameter 1.5 m
2 qb = 9*Cu (Meyerhoff, 1976)
Area 1.767 m
Perimeter 4.712 m qs = α*Cu (API, 1986)
SF Tekan 3 Statik
SF Tarik 3.5 Statik Tanah Pasir
SF Tekan 2 Gempa qb = 70*Nspt rata-rata < 4000 kN/m2 (Reese and Wright, 1977)
SF Tarik 2.33 Gempa qs = 2*Nspt rata-rata (Meyerhoff 1976 & Reese and Wright 1977)
qs Qs Q allowable (Statik) Q allowable (Gempa)

Depth NS PT Cu φ qb Qb Qs Q ultimate
Type α Lempung Pasir Lempung Pasir Tekan Tarik Tekan Tarik
[meter] [kPa] [°] [kPa] [kN] [kPa] [kPa] [kN] [kN] [kN] [kN] [kN] [kN] [kN] [kN]
0 0 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Pasir s 3 0 21.00 0.55 315 556.65 0 9.00 0.00 508.94 508.94 1065.59 355.20 253.26 532.79 380.43
14 Pasir s 6 0 23.49 0.55 542.50 958.68 0.00 15.50 0.00 146.08 655.02 1613.70 537.90 307.72 806.85 462.24
16 Lempung c 6 30 - 0.55 270.00 477.13 16.50 0.00 155.51 0.00 810.53 1287.66 429.22 364.07 643.83 546.88
18 Lempung c 16 80 - 0.55 720.00 1272.35 44.00 0.00 414.69 0.00 1225.22 2497.57 832.52 472.25 1248.78 709.39
20 Pasir s 25 0 32.32 0.55 1338.75 2365.77 0.00 38.25 0.00 360.50 1585.72 3951.49 1317.16 569.59 1975.74 855.61
22 Pasir s 28 0 33.33 0.55 1548.75 2736.87 0.00 44.25 0.00 417.05 2002.77 4739.63 1579.88 678.25 2369.82 1018.83
24 Pasir s 22 0 31.25 0.55 2038.75 3602.77 0.00 58.25 0.00 548.99 2551.76 6154.53 2051.51 813.29 3077.26 1221.68
26 Pasir s 29 0 33.65 0.55 2205.00 3896.56 0.00 63.00 0.00 593.76 3145.52 7042.08 2347.36 957.29 3521.04 1437.99
28 Pasir s 42 0 37.45 0.55 2581.25 4561.45 0.00 73.75 0.00 695.08 3840.60 8402.04 2800.68 1121.55 4201.02 1684.73
30 Pasir s 32 0 34.60 0.55 3106.25 5489.20 0.00 88.75 0.00 836.45 4677.05 10166.24 3388.75 1314.08 5083.12 1973.94
32 Pasir s 55 0 40.69 0.55 3482.50 6154.09 0.00 99.50 0.00 937.77 5614.81 11768.90 3922.97 1526.88 5884.45 2293.60
34 Lempung c 60 250 - 0.55 2250.00 3976.08 137.50 0.00 1295.91 0.00 6910.72 10886.80 3628.93 1811.31 5443.40 2720.85
36 Lempung c 60 250 - 0.55 2250.00 3976.08 137.50 0.00 1295.91 0.00 8206.63 12182.70 4060.90 2095.73 6091.35 3148.10
38 Lempung c 60 250 - 0.55 2250.00 3976.08 137.50 0.00 1295.91 0.00 9502.53 13478.61 4492.87 2380.16 6739.31 3575.35
40 Lempung c 60 250 - 0.55 2250.00 3976.08 137.50 0.00 1295.91 0.00 10798.44 14774.52 4924.84 2664.59 7387.26 4002.60
PEMBEBANAN P3
Gaya gaya yang bekerja (pembebanan dari struktur untuk kondisi eksisting)
sebelum di tambah berat pile cap
Pondasi P3
2251
Nx Qy Qz Mx My Mz
MINNx -48631 -681 -3 1894 34 -7941
MINQy -41727 -2777 -60 1512 253 -32376
MINQz -44603 -1098 -61 1509 281 -89842
MINMx -48143 -1439 -60 1507 243 -34089
MINMy -45244 -1348 0 1904 -38 63940
MINMz -44833 -1198 -61 1512 271 -94417
SLS.sup
MAXNx -41513 -1722 -58 1518 214 -23997
MAXQy -42121 141 -1 1903 -6 12658
MAXQz -45244 -1348 0 1904 -38 63940
MAXMx -42202 -1202 -1 1905 4 7203
MAXMy -44603 -1098 -61 1509 281 -89842
MAXMz -45244 -1348 0 1904 -38 63940
Pondasi P3
2251
Nx Qy Qz Mx My Mz YL (LONGITUDINAL)
MINNx -62296 -214 -4 1885 43 -25222
MINQy -50810 -25146 -6067 -5837 38770 -124721
MINQz -51168 3939 -19752 -21376 132781 -29735
MINMx -52543 3907 -19509 -30076 121512 -15051
MINMy -51235 -9105 19632 24393 -132283 -49540
MINMz -50895 -24945 -6058 -8101 37542 -162870 ZL (TRANSVERSAL)
ULS.sup
MAXNx -49359 -24708 6635 9659 -43306 -137846
MAXQy -51594 19980 5948 8854 -38272 45446
MAXQz -51235 -9105 19632 24393 -132283 -49540
MAXMx -49949 -9059 19390 33093 -121013 -66035
XL (VERTIKAL)
MAXMy -51168 3939 -19752 -21376 132781 -29735
MAXMz -56200 -1415 2 1903 -86 104165
PEMBEBANAN P3
Gaya gaya yang bekerja (pembebanan dari struktur untuk kondisi eksisting)
setelah di tambah berat pile cap
Berat Pile Cap Keterangan arah gaya LOAD CASE

FX FY MZ FZ MY MX
KN KN KN-m KN KN-m KN-m
Panjang = 21 m 1.MINNx 95487.3 -681.0 -7941.0 -3.0 34.0 1894.0
Lebar = 25.5 m 2.MINQy 88583.3 -2777.0 -32376.0 -60.0 253.0 1512.0
3.MINQz 91459.3 -1098.0 -89842.0 -61.0 281.0 1509.0
Tebal = 3.5 m 4.MINMx 94999.3 -1439.0 -34089.0 -60.0 243.0 1507.0
gbeton = 25 kN/m^3 Long 5.MINMy 92100.3 -1348.0 63940.0 0.0 -38.0 1904.0
6.MINMz 91689.3 -1198.0 -94417.0 -61.0 271.0 1512.0
Berat Pile Cap = 46856.25 kN 7.MAXNx 88369.3 -1722.0 -23997.0 -58.0 214.0 1518.0
8.MAXQy 88977.3 141.0 12658.0 -1.0 -6.0 1903.0
9.MAXQz 92100.3 -1348.0 63940.0 0.0 -38.0 1904.0
10.MAXMx 89058.3 -1202.0 7203.0 -1.0 4.0 1905.0
Trans 11.MAXMy 91459.3 -1098.0 -89842.0 -61.0 281.0 1509.0
12.MAXMz 92100.3 -1348.0 63940.0 0.0 -38.0 1904.0
FX FY MZ FZ MY MX
LOAD CASE
KN KN KN-m KN KN-m KN-m
13.MINNx 109152.3 -214.0 -25222.0 -4.0 43.0 1885.0
14.MINQy 97666.3 -25146.0 -124721.0 -6067.0 38770.0 -5837.0
15.MINQz 98024.3 3939.0 -29735.0 -19752.0 132781.0 -21376.0
16.MINMx 99399.3 3907.0 -15051.0 -19509.0 121512.0 -30076.0
17.MINMy 98091.3 -9105.0 -49540.0 19632.0 -132283.0 24393.0
18.MINMz 97751.3 -24945.0 -162870.0 -6058.0 37542.0 -8101.0
19.MAXNx 96215.3 -24708.0 -137846.0 6635.0 -43306.0 9659.0
20.MAXQy 98450.3 19980.0 45446.0 5948.0 -38272.0 8854.0
21.MAXQz 98091.3 -9105.0 -49540.0 19632.0 -132283.0 24393.0
22.MAXMx 96805.3 -9059.0 -66035.0 19390.0 -121013.0 33093.0
23.MAXMy 98024.3 3939.0 -29735.0 -19752.0 132781.0 -21376.0
24.MAXMz 103056.3 -1415.0 104165.0 2.0 -86.0 1903.0
REAKSI PONDASI P3
Reaksi fondasi beban SLS Reaksi fondasi beban ULS
Reaksi Reaksi
Kombinasi Pembebanan Kombinasi Pembebanan
Pondasi [kN] Pondasi [kN]
1.MINNx 3195.8 13.MINNx 3802.7
2.MINQy 3004.1 14.MINQy 4570.9
3.MINQz 3633.0 15.MINQz 4257.3
4.MINMx 3322.2 16.MINMx 4250.0
5.MINMy 3627.5 17.MINMy 4130.9
6.MINMz 3664.0 18.MINMz 4295.0
SLS ULS
7.MAXNx 3007.9
19.MAXNx 4402.5
8.MAXQy 3049.6 20.MAXQy 4665.6
9.MAXQz 3627.5 21.MAXQz 4130.9
10.MAXMx 3102.1 22.MAXMx 4024.2
11.MAXMy 3633.0 23.MAXMy 4257.3
12.MAXMz 3627.5 24.MAXMz 4252.3
Diagram reaksi aksial pondasi SLS Diagram reaksi aksial pondasi ULS
SLS ULS
Allowable Kapasitas Allowable Kapasitas
Kontrol Nilai Maksimum [kN] Kontrol Nilai Maksimum [kN]
Statis [kN] Gempa [kN]
Aksial Tekan 3664.0 4570.5 EXTREME 4665.6 6855.8
REKAP PONDASI MAIN SPAN
2. Analisa Penurunan Pondasi
PENURUNAN PONDASI
PENURUNAN PONDASI
PENURUNAN PONDASI Q
Q
1
4
2/3 of pile 4
length
2/3 of pile
length
qn
qn
[Sand]
[Clay]
[Sand]
Gambar. Layer tanah yang mengalami penurunan pada P2

[Clay]

PENURUNAN PONDASI
Q Q
1 4
2/3 of pile
length
4
2/3 of pile
length
qn
qn
[Clay]
[Sand]

[Sand]
[Clay]

PENURUNAN PONDASI
Gambar Grafik μi dan μo (Christian and Carrier, 1978)

PENURUNAN PONDASI
Gambar Grafik σz/q terhadap L/B untuk Menghitung Perbandingan z/B

PENURUNAN PONDASI
Gambar Faktor Kedalaman untuk oedometer settlements (Fox)

PENURUNAN PONDASI
Struktur: P2 P3 P4 P5
Immediate Settlement
13.07 9.78 14.30 3.38
(mm):
D Immediate Settlement
3.28 4.52 10.92
(mm):
Penurunan Konsolidasi
0.70 5.46 2.37 3.61
(mm):
Total Penurunan (mm): 13.76 15.25 16.67 6.99
D Total Penurunan (mm): 1.49 1.42 9.68

Batas Ijin Differential
78.10 120.00 78.10
Settlement (mm):
3. Analisa Dolphin Fender
DESAIN DOLPHIN
Parameter Dolphin
Type fondasi : Steel pipe
Jumlah tiang/Dolphin : 8
Jumlah Dolphin :6
Diameter/tebal : 812.8 mm/12 mm
Panjang fondasi : 30 m
DESAIN DOLPHIN
Gaya akibat tumbukan kapal
Menurut SNI Pembebanan, gaya akibat tumbukan kapal dijelaskan sebagai berikut:
1 Parameter Kapal
Tonase berat mati muatan kapal (asumsi) DWT = 100 t
DWT = 1000 kN
Kecepatan tumbukan kapal (asumsi) V = 5 knot
V = 2.572 m/s
2 Gaya tumbukan kapal Ps = 1016.67 kN
Parameter tanah yang digunakan pada

pemodelan Dolphin sama dengan
parameter tanah pada analisis P3
DESAIN DOLPHIN
Dengan menggunakan berat kapal 100 ton & kecepatan 5 knots. Didapatkan
gaya tumbukan terhadap dolphin fender 1016,67 kN.
Berikut ini adalah reaksi momen fondasi terhadap gaya tumbukan kapal: Berikut ini Defleksi fondasi akibat gaya tumbukan kapal:
River Bed
Momen maksimum = 1000 kN.m Defleksi akibat beban tumbukan = 24 cm

Fy = 355000 kPa
Modulus Section = 0.064
Mmax/fy (0.0028) < Modulus Section (0.064)…OK Kesimpulan = Dolphin fender kuat menahan beban tumbukan kapal
4. Analisis Soil Structure Interaction (SSI)
SSI
• Technical Data
- Type of Foundation : Bored Pile Deep Foundation
- Materal : Reinforced Concrete
- Concrete compressive strength : 30 MPa
- Pile Diameter : 1.5 meter
- Pile Configuration : 5L x 6T (both P3 and P4)
SSI
• Modelling
ANALISIS NILAI KONSTANTA SPRING
(CONTOH: PIER P4)
1. Diperoleh Grafik p-y dari permodelan Group dan Lpile

Berikut ini nilai p-y Curve disetiap kedalaman 1 m
(CONTOH: PIER P4)
2. Tentukan nilai k0 pada grafik p-y untuk setiap kedalamannya
(kN)
Contoh pada panjang tiang 19 m
19 m Asumsi Awal Nilai k0 didapatkan dari:
y [m] p [kN] Nilai P (kN) maksimum = 463.57 kN
0.0000 0.00 k0 dengan y (m) = 0.0066 m, Maka
0.0007 118.24
0.0015 216.25 k0 = 463.57 kN / 0.0066 m
0.0022 295.35 k0 = 69794.11 kN/m
0.0030 356.93
0.0037 402.53
0.0044 433.83
0.0052 452.78
0.0059 461.66 (m)
0.0066 463.57
0.0074 461.66
0.0081 452.78
0.0089 433.90
0.0148 304.66
0.0207 175.42
0.0266 46.17
didapatkan nilai k0 pada panjang tiang 19 m adalah 69794.11 kN/m.
0.0280 46.17 Nilai k0 tersebut dikeluarkan/dihitung untuk setiap kedalaman 1 m disepanjang tiang
(CONTOH: PIER P4)
3. Input nilai konstanta spring (k0) ke model SSI
• Setelah nilai k0 didapatkan, nilai tersebut digunakan sebagai input ke model SSI untuk mendapatkan nilai defleksi.
Nilai defleksi dari input nilai k0 pada model

0.004
SSI di panjang tiang 19 m = 0.004 m
Nilai defleksi ini akan menjadi acuan untuk

menentukan proses iterasi untuk
mendapatkan nilai k1, k2, k3,….kn
Model SSI dari struktur Grafik defleksi vs kedalaman (didapatkan dari hasil model SSI)
(CONTOH: PIER P4)
4. Menentukan nilai k1
• Nilai defleksi yang didapatkan dari SSI diiterasi Kembali ke grafik p-y untuk mendapatkan nilai k1
Contoh pada panjang tiang 19 m
Nilai k1 didapatkan dari:

k0 *Nilai defleksi dari SSI dengan k0 pada panjang tiang 19 m = 0.004 m
k1 *Nilai P (kN) pada defleksi 0.004 m = 442.8 kN
442.8
*k1 = 442.8 / 0.004 m
*k1 = 92662.61 kN/m
Pada grafik di samping ini didapatkan nilai k1 adalah 92662.61 kN/m
0.004
ANALISIS NILAI KONSTANTA SPRING (CONTOH: PIER P4)
5. Iterasi dilakukan sampai perbedaan nilai k < 10 %
P4 Berikut hasil iterasi pada panjang tiang 19 m, Pada iterasi ini nilai k1, k2, k3, K4, K5, K6 &
Depth k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k7 sudah dibawah 10 % atau berdekatan.
m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m
Freestanding
Depth Iterasi dihentikan sampai
13 294.1169 321.4867 354.2108 380.2914 393.6303 399.3736 400.4396 k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7
(m) garfik (k) berdekatan atau
14 1025.676 1121.245 1227.544 1311.281 1355.688 1375.217 1379.349
% % % % % % dibawah 10 %
15 1332.949 1447.273 1595.039 1720.6 1780.668 1807.07 1813.387
19 3.8 9.1 8.0 4.7 1.8 0.6
16 9194.569 10270.51 11524.98 12450.96 12907.17 13118.65 13175.48
17 18342.31 21927.25 27532.88 32280.22 34728.2 35901.72 36237.21
18 42925.25 47927.29 56023.51 63193.86 67181.07 69094.57 69731.26
19 92662.62 96354.02 105997 114516.2 120110.2 122281.4 122977.3
20 198365.7 191798.9 197997.6 206381.3 209408.8 211195.1 211963.1
k0
keterengan
21 289426 289426 289426 289426 289426 289426 289426
k0
22 73471.67 139713.4 189660.2 204823.8 204728.7 202188.5 199764.9 k1
23 70222.46 111407.7 140388.7 156488.6 162873.7 165062.1 165181.7 k2
24 52518.94 72473.34 85222.18 93282.96 97360.43 99105.85 99531.84 k3
25 48891.38 69694.32 82484.55 90951.87 95726.37 97958.79 98640.49 k4
K5
26 60374.37 86760.26 99391.53 107830.1 112933.9 115462.7 116326.6
K6
27 82687.58 124020.7 150865.5 168522.9 179798.9 185647.9 187801.9 k7
28 108568.7 157575.4 157575.4 157575.4 157575.4 157575.4 157575.4
29 128165.5 167423.8 167423.8 167423.8 167423.8 167423.8 167423.8
30 160143.7 367915.1 368682.8 368682.8 368682.8 368682.8 368682.8
31 219055.2 389165.2 389165.2 389165.2 389165.2 389165.2 389165.2
32 270419.1 409647.6 409647.6 409647.6 409647.6 409647.6 409647.6
33 430130 430130 430130 430130 430130 430130 430130
34 450612.3 450612.3 450612.3 450612.3 450612.3 450612.3 450612.3
35 471094.7 471094.7 471094.7 471094.7 471094.7 471094.7 471094.7
36 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 Dari semua iterasi pada table di atas,
37 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 nilai spring yang digunakan untuk analisis SSI adalah nilai k7
38 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3 310099.3
RESUME SOIL SPRING Depth*
P2 P3 P4
K-long K-trans K-long K-trans K-long K-trans
P2 P3 P4 P5 (m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m)
Depth*
K-long K-trans K-long K-trans K-long K-trans K-long K-trans 0 0.00 0.00
(m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) (kN/m) -1 743.60 743.60
0 0.00 0.00 0.00 0.00 -2 880.79 880.79
-1 743.60 743.60 514.73 514.73 -3 1037.76 1037.76
-2 880.79 880.79 611.78 611.78 -4 1221.66 1221.66
-3 1037.76 1037.76 720.43 720.43 -5 1442.44 1442.44 Free Standing
-4 1221.66 1221.66 845.55 845.55 -6 1708.89 1708.89 Free Standing
-5 1442.44 1442.44 Free Standing 1362.09 1362.09 -7 2026.64 2026.64
-6 1708.89 1708.89 Free Standing 1382.65 1382.65 -8 2435.78 2435.78
-7 2026.64 2026.64 1935.80 1935.80 -9 5796.32 5796.32
-8 2435.78 2435.78 3185.72 3185.72 -10 7344.67 7344.67
-9 5796.32 5796.32 4631.19 4631.19 -11 11177.38 11177.38 79.57 79.57
-10 7344.67 7344.67 6019.00 6019.00 -12 16702.04 16702.04 245.33 245.33
-11 11177.38 11177.38 79.57 79.57 8669.90 8669.90 -13 24764.61 24764.61 587.25 587.25 400.44 400.44
-12 16702.04 16702.04 245.33 245.33 12413.97 12413.97 -14 37003.01 37003.01 127.68 127.68 1379.35 1379.35
-13 24764.61 24764.61 587.25 587.25 400.44 400.44 6986.85 6986.85 -15 56802.84 56802.84 294.02 294.02 1813.39 1813.39
-14 37003.01 37003.01 127.68 127.68 1379.35 1379.35 8319.26 8319.26 -16 85403.66 85403.66 316.30 316.30 13175.48 13175.48
-15 56802.84 56802.84 294.02 294.02 1813.39 1813.39 9505.60 9505.60 -17 181918.34 181918.34 550.24 550.24 36237.21 36237.21
-16 85403.66 85403.66 316.30 316.30 13175.48 13175.48 10546.51 10546.51 -18 210954.60 210954.60 3151.01 3151.01 69731.26 69731.26
-17 181918.34 181918.34 550.24 550.24 36237.21 36237.21 11418.74 11418.74 -19 222674.29 222674.29 5411.10 5411.10 122977.26 122977.26
-18 210954.60 210954.60 3151.01 3151.01 69731.26 69731.26 12214.26 12214.26 -20 234394.00 234394.00 8135.10 8135.10 211963.15 211963.15
-19 222674.29 222674.29 5411.10 5411.10 122977.26 122977.26 69864.29 69864.29 -21 246113.71 246113.71 11528.69 11528.69 289426.00 289426.00
-20 234394.00 234394.00 8135.10 8135.10 211963.15 211963.15 145949.89 145949.89 -22 257833.40 257833.40 18429.90 18429.90 199764.93 199764.93
-21 246113.71 246113.71 11528.69 11528.69 289426.00 289426.00 511856.11 511856.11 -23 269553.09 269553.09 29294.65 29294.65 165181.72 165181.72
-22 257833.40 257833.40 18429.90 18429.90 199764.93 199764.93 536230.17 536230.17 -24 281272.81 281272.81 47328.65 47328.65 99531.84 99531.84
-23 269553.09 269553.09 29294.65 29294.65 165181.72 165181.72 560604.31 560604.31 -25 369019.17 369019.17 79254.27 79254.27 98640.49 98640.49
-24 281272.81 281272.81 47328.65 47328.65 99531.84 99531.84 584978.39 584978.39 -26 369019.17 369019.17 127496.01 127496.01 116326.59 116326.59
-25 369019.17 369019.17 79254.27 79254.27 98640.49 98640.49 609352.50 609352.50 -27 350643.98 350643.98 187801.89 187801.89
-26 369019.17 369019.17 127496.01 127496.01 116326.59 116326.59 -28 363492.04 363492.04 157575.37 157575.37
-27 350643.98 350643.98 187801.89 187801.89 -29 368596.12 368596.12 167423.82 167423.82
-28 363492.04 363492.04 157575.37 157575.37 -30 410569.87 410569.87 368682.83 368682.83
-29 368596.12 368596.12 167423.82 167423.82 -31 433148.44 433148.44 389165.23 389165.23
-30 410569.87 410569.87 368682.83 368682.83 -32 312275.42 312275.42 409647.60 409647.60
-31 433148.44 433148.44 389165.23 389165.23 -33 312275.42 312275.42 430129.97 430129.97
-32 312275.42 312275.42 409647.60 409647.60 -34 312275.42 312275.42 450612.35 450612.35
-33 312275.42 312275.42 430129.97 430129.97 -35 312275.42 312275.42 471094.74 471094.74
-34 312275.42 312275.42 450612.35 450612.35 -36 312275.42 312275.42 310099.28 310099.28
-35 312275.42 312275.42 471094.74 471094.74 -37 312275.42 312275.42 310099.28 310099.28
-36 312275.42 312275.42 310099.28 310099.28 -38 312275.42 312275.42 310099.28 310099.28
-37 312275.42 312275.42 310099.28 310099.28
-38 312275.42 312275.42 310099.28 310099.28 * The depth is from bottom pile cap
* The depth is from bottom pile cap

SSI ANALYSIS RESULT
PILE DISPLACEMENT - BEFORE SCOURING
P3 P4
Extreme-max SLS-max Extreme-max SLS-max
SSI ANALYSIS RESULT
PILE DISPLACEMENT – AFTER SCOURING
P3 P4
Extreme-max SLS-max Extreme-max SLS-max
SSI ANALYSIS RESULT
PILE FORCES – BEFORE SCOURING
P3 P4
Axial-max/min Moment-max/min Axial-max/min Moment-max/min
SSI ANALYSIS RESULT
PILE FORCES – AFTER SCOURING
P3 P4
Axial-max/min Moment-max/min Axial-max/min Moment-max/min
SSI
BORED PILE REINFORCEMENT Depth
(m)
Rebar
Ratio
Bottom 0
• Pile Forces Pile Cap -1
-2 4%
-3 (88 D32)
Tulangan bored pile didesain berdasarkan -4
momen maksimum, axial tekan maksimum, -5
-6
dan aksial tarik maksimum yang terjadi pada -7
tiang dari kondisi before scouring dan after -8
-9
scouring pada P3 dan P4. -10
-11
Diagram gaya-gaya dalam di samping adalah -12
gaya-gaya maksimum berdasarkan berbagai -13
-14
3%
kondisi di atas, yaitu pada P3 before -15
(66 D32)
scouring. -16
-17
-18
Berdasarkan hasil analisa, aksial tarik pada -19
tiang dapat menyebabkan ratio tulangan -20
membesar hingga kedalaman yang sudah -21
-22
memiliki momen yang relatif kecil. -23
-24
Tulangan bored pile akan dioptimasi -25
174%
-26
berdasarkan kedalaman. Dengan susunan -27
(38 D32)
sebagai berikut: -28
-29
0-5m : 4% -30
-31
5 - 22 m :3% -32
-33
0.5%
-34
22 - 29 m : 1.74 % -35
(12 D32)
-36
29 - 38 m : 0.5 % -37
Pile Toe -38
SSI
BORED PILE REINFORCEMENT
Diagram interaksi bored pile dengan ratio tulangan 4% (88 D32) untuk kedalaman 0-5m
SSI
Minimum φMn/Mu dengan ratio tulangan 4% (88 D32) untuk kedalaman 0-5m
SSI
Diagram interaksi bored pile dengan ratio tulangan 3% (66 D32) untuk kedalaman 5-22m
SSI
Minimum φMn/Mu dengan ratio tulangan 3% (66 D32) untuk kedalaman 5-22m
SSI
Diagram interaksi bored pile dengan ratio tulangan 1.74% (38 D32) untuk kedalaman 22-29m
SSI
Minimum φMn/Mu dengan ratio tulangan 1.74% (38 D32) untuk kedalaman 22-29m
SSI
Diagram interaksi bored pile dengan ratio tulangan 0.5% (12 D32) untuk kedalaman 29-38m
SSI
Minimum φMn/Mu dengan ratio tulangan 0.5% (12 D32) untuk kedalaman 29-38m
5. Desain Pile Cap
DESAIN PILE CAP
• Model
- Analisa FEM pilecap menggunakan software SAP2000, dimodelkan sebagai elemen thick shell
- Beban pada pilecap berupa gaya aksial pile, output dari GROUP, menggunakan kombinasi ULS
- Output momen yang terjadi pada pilecap untuk menghitung kebutuhan tulangan pada pilecap
- Pengecekan punching shear
P2 P3 P4 P5
DESAIN PILE CAP
P2 Gaya Dalam Aksial Pile P2 [kN/m2]

Load Case Info 1 2 3 4 5 6 7 8 9
LC01 MINNx 1125 1126 1128 1427 1429 1430 1602 1603 1603
LC02 MINQy 1415 1420 1424 1259 1263 1268 1102 1107 1111
LC03 MINQz 1054 926 765 1401 1273 1145 1609 1557 1492
LC04 MINMx 1045 925 775 1392 1272 1152 1606 1557 1499
LC05 MINMy 747 904 1024 1105 1225 1346 1426 1527 1576
LC06 MINMz 1431 1423 1416 1282 1274 1267 1133 1125 1118
LC07 MAXNx 1018 1018 1017 1186 1185 1185 1354 1353 1353
LC08 MAXQy 605 605 605 1357 1356 1356 1727 1727 1727
LC09 MAXQz 1021 1141 1261 1098 1218 1338 1176 1295 1415
LC10 MAXMx 1029 1141 1253 1106 1218 1331 1183 1295 1408
LC11 MAXMy 1268 1167 1066 1357 1256 1155 1446 1345 1244
LC12 MAXMz 567 591 616 1279 1297 1316 1675 1683 1690
DESAIN PILE CAP

Load Case Info 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LC01 MINNx 1794 1794 1795 1795 1795 1795 1843 1843 1843 1843 1843 1843 1891 1891 1891
LC02 MINQy 2418 2381 2344 2308 2271 2234 2141 2104 2067 2028 1980 1933 1812 1764 1717
LC03 MINQz 1684 1560 1435 1310 1185 1061 1841 1716 1591 1467 1342 1217 1997 1873 1748
LC04 MINMx 1803 1666 1530 1393 1257 1120 1928 1791 1655 1518 1382 1245 2050 1916 1780
LC05 MINMy 1589 1716 1843 1970 2083 2181 1479 1605 1732 1859 1986 2096 1368 1495 1622
LC06 MINMz 2265 2228 2191 2154 2117 2080 2061 2020 1972 1924 1876 1828 1804 1756 1708
LC07 MAXNx 2134 2172 2210 2248 2287 2325 1848 1898 1947 1997 2044 2083 1535 1585 1634
LC08 MAXQy 828 871 914 957 1001 1044 1217 1260 1303 1346 1389 1432 1605 1648 1691
LC09 MAXQz 1589 1716 1843 1970 2083 2181 1479 1605 1732 1859 1986 2096 1368 1495 1622
LC10 MAXMx 1463 1600 1738 1875 2012 2125 1389 1527 1664 1802 1939 2068 1316 1453 1591
LC11 MAXMy 1684 1560 1435 1310 1185 1061 1841 1716 1591 1467 1342 1217 1997 1873 1748
LC12 MAXMz 2240 2240 2240 2240 2240 2240 2043 2043 2042 2042 2042 2042 1788 1788 1788
Load Case Info 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

LC01 MINNx 1891 1891 1891 1940 1940 1940 1940 1940 1940 1988 1988 1988 1988 1988 1988
LC02 MINQy 1670 1622 1575 1454 1406 1359 1311 1264 1216 1095 1048 1000 953 906 858
LC03 MINQz 1623 1498 1374 2128 2029 1905 1780 1655 1530 2249 2153 2056 1936 1812 1687
LC04 MINMx 1643 1507 1370 2146 2041 1905 1768 1632 1495 2243 2137 2030 1893 1757 1620
LC05 MINMy 1748 1875 2002 1258 1384 1511 1638 1765 1891 1147 1274 1401 1527 1654 1781
LC06 MINMz 1660 1612 1564 1541 1493 1445 1397 1349 1301 1277 1229 1181 1133 1085 1037
LC07 MAXNx 1684 1733 1782 1222 1272 1321 1371 1420 1469 909 959 1008 1057 1107 1156
LC08 MAXQy 1735 1778 1821 1994 2037 2071 2104 2137 2171 2305 2338 2371 2405 2438 2471
LC09 MAXQz 1748 1875 2002 1258 1384 1511 1638 1765 1891 1147 1274 1401 1527 1654 1781
LC10 MAXMx 1728 1866 2003 1243 1380 1517 1655 1792 1929 1169 1307 1444 1581 1719 1856
LC11 MAXMy 1623 1498 1374 2128 2029 1905 1780 1655 1530 2249 2153 2056 1936 1812 1687
LC12 MAXMz 1788 1788 1788 1533 1533 1533 1533 1533 1533 1278 1278 1278 1278 1278 1278
DESAIN PILE CAP

Load Case Info 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LC01 MINNx 1949 1949 1948 1948 1948 1948 1919 1919 1919 1918 1918 1918 1889 1889 1889
LC02 MINQy 2469 2436 2404 2372 2340 2308 2178 2137 2095 2053 2011 1969 1804 1763 1721
LC03 MINQz 1817 1692 1567 1443 1318 1194 1906 1782 1657 1532 1408 1283 1996 1871 1747
LC04 MINMx 1656 1782 1909 2036 2163 2267 1524 1651 1778 1905 2031 2158 1393 1520 1647
LC05 MINMy 1708 1829 1950 2071 2192 2285 1546 1667 1788 1909 2030 2151 1384 1505 1625
LC06 MINMz 1242 1242 1242 1242 1242 1242 1510 1511 1511 1511 1511 1511 1779 1779 1779
LC07 MAXNx 997 1040 1083 1126 1168 1211 1272 1314 1357 1400 1443 1485 1546 1589 1632
LC08 MAXQy 952 995 1039 1083 1127 1171 1265 1308 1352 1396 1440 1484 1578 1621 1665
LC09 MAXQz 1708 1829 1950 2071 2192 2285 1546 1667 1788 1909 2030 2151 1384 1505 1626
LC10 MAXMx 1879 1749 1619 1488 1358 1228 1933 1803 1673 1542 1412 1282 1987 1857 1727
LC11 MAXMy 1817 1692 1568 1443 1318 1194 1907 1782 1657 1533 1408 1283 1996 1871 1747
LC12 MAXMz 2379 2379 2378 2378 2377 2377 2114 2113 2112 2112 2111 2110 1791 1790 1790
Load Case Info 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

LC01 MINNx 1888 1888 1888 1859 1859 1859 1859 1858 1858 1829 1829 1829 1829 1828 1828
LC02 MINQy 1679 1637 1595 1430 1389 1347 1305 1263 1221 1056 1014 973 931 889 847
LC03 MINQz 1622 1497 1373 2085 1961 1836 1712 1587 1462 2175 2050 1926 1801 1676 1552
LC04 MINMx 1773 1900 2027 1262 1389 1515 1642 1769 1896 1131 1257 1384 1511 1638 1764
LC05 MINMy 1746 1867 1988 1221 1342 1463 1584 1705 1826 1059 1180 1301 1422 1543 1664
LC06 MINMz 1779 1779 1779 2048 2048 2048 2048 2048 2048 2288 2288 2288 2288 2288 2288
LC07 MAXNx 1674 1717 1760 1820 1863 1906 1949 1991 2034 2095 2137 2180 2216 2249 2281
LC08 MAXQy 1709 1753 1797 1890 1934 1978 2022 2066 2110 2201 2235 2268 2302 2335 2369
LC09 MAXQz 1746 1867 1988 1221 1342 1463 1584 1705 1826 1059 1180 1301 1422 1543 1664
LC10 MAXMx 1597 1466 1336 2041 1911 1781 1651 1520 1390 2096 1965 1835 1705 1574 1444
LC11 MAXMy 1622 1497 1373 2085 1961 1836 1711 1587 1462 2175 2050 1926 1801 1676 1552
LC12 MAXMz 1789 1788 1788 1469 1468 1467 1467 1466 1465 1146 1145 1145 1144 1143 1143
DESAIN PILE CAP

Load Case Info 1 2 3 4 5 6 7 8 9
LC01 MINNx 1612 1612 1613 1411 1412 1413 1128 1129 1130
LC02 MINQy 1702 1702 1702 1303 1302 1302 609 609 608
LC03 MINQz 1610 1544 1399 1375 1230 1084 1061 912 716
LC04 MINMx 1499 1574 1616 1160 1263 1366 786 925 1028
LC05 MINMy 1255 1348 1441 1160 1253 1347 1065 1158 1252
LC06 MINMz 1674 1688 1702 1251 1284 1317 560 605 650
LC07 MAXNx 1354 1355 1355 1185 1186 1186 1016 1017 1017
LC08 MAXQy 1065 1073 1081 1226 1234 1242 1386 1394 1402
LC09 MAXQz 1181 1333 1485 1096 1248 1400 1011 1163 1314
LC10 MAXMx 1384 1300 1216 1300 1216 1132 1216 1132 1048
LC11 MAXMy 1579 1531 1448 1300 1218 1135 987 898 787
LC12 MAXMz 1149 1126 1104 1292 1270 1247 1436 1414 1391
DESAIN PILE CAP
M11, max M11, min

DESAIN PILE CAP
M22, max M22, min

DESAIN PILE CAP
DESAIN PILE CAP
TULANGAN BAWAH ARAH LONGITUDINAL
b= 1000 mm Mu = 7150 kNm

h= 3500 mm
d= 3460 mm
fy = 400.00 MPa
fc' = 30.00 MPa
Mu = 7150 kNm
f= 0.9
D
a1 = 91.24558359 mm As1 = 5,816.91 mm2 8 32
TULANGAN BAWAH ARAH TRANSVERSAL
b= 1000 mm Mu = 9750 kNm

h= 3500 mm
d= 3460 mm
fy = 400.00 MPa
fc' = 30.00 MPa
Mu = 9750 kNm
f= 0.9
D
a1 = 125.0447083 mm As1 = 7,971.60 mm2 10 32
DESAIN PILE CAP – CEK PUNCHING SHEAR
L = 6.544m
Kapasitas punching shear pile, Vn = 0.328 √ 30 * 6544 * 2500

Vn = 29391 kN
Vu-max per pile = 4400 kN --ok
Kapasitas punching shear pier, Vn = 0.328 √ 30 * 25000 * 2500 * 2

Vn = 224566 kN
Vu-max Pier P3 = 100265 kN --ok
L = 25m
DESAIN PILE CAP
6. Analisis Pier
ANALISIS PIER
• Cek Kelangsingan Pier
Moment Project: Balanced Cantilever 120_Ogan-3 Bridge

Magnification Subject : Main Pier
Longitudinal Direction Transversal Direction

Concrete Properties Concrete Properties
fc' = 35 MPa fc' = 35 MPa
Ec = 27805.57 MPa Ec = 27805.57 MPa
Column Properties Column Properties

b= 6000 mm b= 1500 mm
h= 1500 mm h= 6000 mm
lu = 6000 mm lu = 6000 mm
Ag = 9000000 mm² Ag = 9000000 mm²
4 4
Ig = 1.6875E+12 mm Ig = 2.7E+13 mm
r= 433.01 mm r= 1732.05 mm
kl ong = 1.2 kl ong = 2.2
k.lu /r = 16.63 < 22 k.lu /r = 7.62 < 22
Slenderness is not considered Slenderness is not considered

ANALISIS PIER
• Tulangan Longitudinal
ANALISIS PIER
• Tulangan Geser Longitudinal
ANALISIS PIER
• Tulangan Geser Transversal
Untuk sumbu kuat, pier tergolong sebagai elemen dinding
Minimum rasio tulangan horizontal rh = 0.0025
Vn = 16562 kN
Min : Vr-1 = 31450 kN

Vr-2 = fVn = 14905 kN
Vr = 14905 kN
Vu = 3291 kN < Vr
Av = 22500 mm2
(D19-100 pada setiap sisi pier)
ANALISIS PIER
7. Beam-Column Joint
BEAM-COLUMN JOINT
BEAM-COLUMN JOINT
BEAM-COLUMN JOINT
8. Analisis Longitudinal Box Girder
KAPASITAS LENTUR BOX
L =
Segmen Box Typical
Box Propereties
Ag = 13768000 mm2
I = 6.5337E+13 mm4
yt = 2746 mm
yb = 2779 mm
3
Sc top = 23793517844 mm
3
Sc bot = 23510975171 mm
bv = 6000 mm
2
A0 = 11425381.25 mm
tslab top = 250 mm
tslab bot = 250 mm
bw = 1600 mm
h = 5525 mm
hf = 250 mm
Concrete properties
fc' = 41.5 MPa
β1 = 0.754
Prestress strand properties Bonded Tendon

D = 0.6 in
nstrand = 22 strand
ntendons = 38 tendon
2
Ap bonded = 117040 mm
fpu = 1860 MPa
fpy = 1670 MPa
e = 200 mm
 f 
k = 2  1.04 − py  (5.7.3.1.1-2)
 f pu
 
k = 0.284
dp bonded = 5325 mm from compression fiber
fps calculation with c corrected
 c 
f ps = f pu 1 − k  (5.7.3.1.1-1)
 dp
 
fps bonded = 1442.313
c Calculation
For Rectangular Section :
Abonded  f pu + Aunbonded  f pe
c= (5.7.3.1.2-4)
0.85 f c ' b  b w
For T-Section :
Abonded  f pu + Aunbonded  f pe − 0.85 fc ' (b − bw )  h f (5.7.3.1.2-3)
c=
0.85 f c ' b  b w
c = 1364.91 mm > hf= 250 mm T_Section

ccorrected = 4206.10 mm
a = 3169.594 mm
Momen Capacity
 a  a
M n = Aps bonded  f pu bonded  d p bonded −  + Aps unbonded  f pu unbonded  d p unbonded −  (5.7.3.2.2-1)
 2  2
Mn bonded = 631377.29 kNm

Mn unbonded = 0.00 kNm
Mn = 631377.287 kNm
Strength Reduction Factor

Structure Type = Unbonded or Partially Bonded Tendons
f flexure = 0.9
φMn = 568239.558 kNm
Mu = 479631.000 kNm OK
KAPASITAS GESER BOX
• Tulangan Geser
LONGITUDINAL REINFORCEMENT
9. Analisis Transversal Box Girder
ANALISIS TRANSVERSAL BOX GIRDER
Transversal Analysis - [Pucher Charts] Influence Surfaces of Elastic Plates
LOADING
The loads that will be input into the software are the results of pucher analysis and the
superimposed dead loads for asphalt, water and parapet point loads
1 Dead Load (DL)

Analyzed by software.
2 SDL Uniform Load (SDL-UL)

a. Asphalt Load b. Water
Thickness : 0.1 m Thickness : 0.05 m
L : 1m L : 1m
3
γasphalt : 22.4 kN/m γwater : 10 kN/m3
Aphalt Load : 2.24 kN/m Water Load : 0.50 kN/m
Total SDL-UL : 2.74 kN/m
c. SDL Point Load (SDL-PL)

Barrier Railing and Accessories
2
A : 0.348 m A : 0.007 m2
L : 1m L : 1m
3
γconcrete : 24 kN/m γsteel : 78.5 kN/m3
SDL-Bar : 8.352 kN SDL-Ra : 0.550 kN
Trotoar
A : 0.279 m2
L : 1m
γconcrete : 24 kN/m3
SDL-Tr : 6.696 kN
1. LL Interior (Mid Span)
L= 5m
P P.c Ptot M q
Axle No. c FBD (1/8π)
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kN/m)
1 112.5 6 675 1.3 877.50 0.0398 34.932 33.535
2 112.5 0.880 99 1.3 128.70 0.0398 5.123 4.918
3 112.5 0.15 16.88 1.3 21.938 0.0398 0.873 0.838
4 112.5 0.13 14.63 1.3 19.013 0.0398 0.757 0.727
5 112.5 0.2 22.5 1.3 29.25 0.0398 1.164 1.118
6 112.5 0.1 11.25 1.3 14.625 0.0398 0.582 0.559
7 25 0.1 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
8 25 0.1 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
9 25 0.100 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
Total 846.750 1100.775 43.821 42.068
FBD = 1.3 M = 1/8π x FBD x P q = 24M/L2

2. LL Interior (Full Truck)
L= 5m
P P.c Ptot M q
1 112.5 0.1 11.25 1.3 14.63 0.0398 0.582 0.559
2 112.5 1.00 112.5 1.3 146.25 0.0398 5.822 5.589
3 112.5 1.00 112.5 1.3 146.250 0.0398 5.822 5.589
4 112.5 0.1 11.25 1.3 14.625 0.0398 0.582 0.559
5 112.5 0.1 11.25 1.3 14.63 0.0398 0.582 0.559
6 112.5 0.15 16.88 1.3 21.938 0.0398 0.873 0.838
7 112.5 0.15 16.88 1.3 21.94 0.0398 0.873 0.838
8 112.5 0.1 11.25 1.3 14.63 0.0398 0.582 0.559
9 25 0.1 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
10 25 0.1 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
11 25 0.1 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
12 25 0.1 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.124
Total 313.750 407.875 16.237 15.588
FBD = 1.3 M = 1/8π x FBD x P q = 24M/L2

3. LL Interior (-)
L= 5m
P P.c Ptot M q
1 112.5 8.00 900 1.3 1170.00 0.0398 46.576 22.357
2 112.5 5.85 658.1 1.3 855.56 0.0398 34.059 16.348
3 112.5 3.70 416.3 1.3 541.125 0.0398 21.542 10.340
4 112.5 0.35 39.38 1.3 51.188 0.0398 2.038 0.978
5 112.5 0.10 11.25 1.3 14.63 0.0398 0.582 0.279
6 112.5 0.20 22.5 1.3 29.250 0.0398 1.164 0.559
7 112.5 0.20 22.5 1.3 29.25 0.0398 1.164 0.559
8 112.5 0.10 11.25 1.3 14.63 0.0398 0.582 0.279
9 25 0.10 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.062
10 25 0.10 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.062
11 25 0.10 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.062
12 25 0.10 2.5 1.3 3.25 0.0398 0.129 0.062
Total 2091 2719 108.226 51.948
FBD = 1.3 M = 1/8π x FBD x P q = 12M/L2

4. Cantilever
1750
750
250
2500
L= 2.5 m
P P.c Ptot M q
1 112.5 8.602 967.8 1.3 1258.10 0.0398 50.084 16.027
Total 967.8 1258.10 50.084 16.027
FBD
1.3 M = 1/8π x FBD x P q = 2M/L2
=
Crack Check
Analysis Resume
It is necessary to check the crack in the cantilever section if it exceeds 8ft or 2.4m. in length
Table. Load (q) resume for box girder transversal analysis Based on reinforcement analysis, note the following data:
q h = 600mm = 23.62in
No. Section Es = 2E+05MPa = 29007.6ksi
(kN/m) D = 2 x 16mm = 2 x 0.63in
1 LL Interior (+) / LL(+) 42.068 ccover = 40mm = 1.57in

s = 150 = 5.91in
2 LL Interior (-) / LL(-) 51.948
4 Cantilever / Can 16.027 Crack Width Analysis
● dc = ccover + Db / 2
= 46.5mm = 1.831in
Reinforcement Analysis
dc
● β = 1 +
1( h - dc )
Par Unit Rebar Calculation = 1.12
Cantilever Top Slab Web Bottom Slab

M kN-m fs s 2
Top Bottom Top Bottom Outer Inner Top Bottom ● ωc = 2
Es
β dc2 +
2
D mm 13 10 19 13 16 16 13 10
fs = 150.98MPa = 21.90ksi
s mm 150 150 150 150 100 100 150 150
n nos 7 7 7 7 10 10 7 7 ωc = 0.0059in = 0.14922mm
2
As-tol mm 929.1 549.8 1985 929.1 2011 2011 929.1 549.8
● Allowable Crack
Bundle No No No No No No No No AASHTO LRFD 2017, assuming Class 2
exposure condition
ωc-all = 0.01275in = 0.32385mm
Status OK OK OK OK OK OK OK OK
As-req Ratio 0.731 0.609 0.823 0.838 0.638 0.638 0.418 0.325 # Check : ωc < ωc-all OK
Membandingkan hasil Analisa metode Pucher dengan Finite element menggunakan element shell,
1. Mid Span Lapangan

1. Mid Span Lapangan_Top Face
1. Mid Span Lapangan_Bottom Face
1. Mid Span Lapangan
Joint: 40
Moment = 50.88 kNm

2. Mid Span Tumpuan
2. Mid Span Tumpuan_Top Face
2. Mid Span Tumpuan_Bottom Face
2. Mid Span Tumpuan
Joint: 41
Moment = 79.11 kNm

3. Kantilever
3. Kantilever_Top Face
3. Kantilever _Bottom Face
3. Kantilever
Joint: 42
Moment = 128.51 kNm

Perbandingan metode pucher dan model shell
RESUME ANALISIS PUCHER RESUME ANALISIS SHELL MODEL

Momen Momen
No. Load Case No. Load Case
(kNm) (kNm)
1 Mid Span Lapangan 43.82 1 Mid Span Lapangan 50.88
2 Mid Span Tumpuan 108.23 2 Mid Span Tumpuan 79.11
3 Kantilever 107.71 3 Kantilever 128.51
C
L BOX
(T9) D13- 150 (T1) D19- 150 (T9) D13- 150

(T4) D16- 100 (T3) 4 D16 (T2) D16- 100 (T3) 4 D16 (T4) D16- 100
2% 2%
(T6) D13- 150

(T8) D13- 150 (T8) D13- 150
(T5) D16- 150
(T7) D13- 150 (T7) D13- 150
(W2) D16- 200
(W2) D16- 200

(B5) D16- 150 (B1) D16- 150 (B5) D16- 150
(W1) D16- 100 (B2) D13- 150 (W1) D16- 100
(B6) 8 D16 (B6) 8 D16

(B4) D16- 100
(B3) D16- 150
PUSHOVER ANALYSIS
PUSHOVER ANALYSIS
3h. Pada Pushover analysis, pada model confined beton perlu diturunkan puncak dari kurva tegangan vs regangan confined beton tersebut. Dan, pada dynamic
properties dari struktur jembatan, perlu diperiksa apakah mode 1 benar ke arah transversal (cek boundary condition tumpuan). Oleh karena itu pushover analysis
mencakup sbb
i. Kuat tekan beton confined sebaiknya dibatasi maksimal 1.2x kuat tekan beton unconfined untuk pier. Untuk pile menggunakan persamaan Mander
ii. Capacity curve sebaiknya ditetapkan berdasarkan satu titik control
iii. Beban pushover diusulkan agar menggunakan pendekatan modal atau percepatan
iv. Titik kinerja untuk arah longitudinal/transversal terkesan belum konsisten
v. Kinerja harus ditinjau baik pada struktur global maupun elemen struktur individu jembatan yang memperlihatkan perilaku plastis
vi. Pengaruh massa pilecap belum terlihat dalam perhitungan pushover
vii. Kapasitas pondasi jembatan perlu diplot pada grafik kinerja yang dihasilkan.
viii. Kurva backbone mengacu pada NCHRP-440
PUSHOVER ANALYSIS
A. Data dan Asumsi

• Material
1. Mutu beton box girder : fc’ 40 Mpa
2. Mutu beton pilar : fc’ 35 Mpa
3. Mutu beton pilecap : fc’ 30 Mpa
4. Mutu beton bored pile : fc’ 30 Mpa
5. Mutu baja tulangan : fy 420 Mpa, fu 550 MPa
6. Elastisitas beton : 4700 x √𝑓 ′
7. Elastisitas baja : 200000 MPa
Beberapa asumsi terkait pemodelan :

i. Kuat tekan beton confined dibatasi maksimal 1.2x kuat tekan beton unconfined untuk pier. Untuk pile menggunakan persamaan Mander
ii. Beban pushover menggunakan pendekatan modal
iii. Kinerja ditinjau baik pada struktur global maupun elemen struktur individu jembatan yang memperlihatkan perilaku plastis
iv. Pengaruh massa pilecap dimasukkan dalam elemen model
v. Kurva backbone mengacu pada NCHRP-440
PUSHOVER ANALYSIS
A. Data dan Asumsi

• Modal Mass Participation Ratio
Mode No Period Frequency TRAN-X TRAN-Y TRAN-Z ROTN-X ROTN-Y ROTN-Z

(sec) (cycle/sec) MASS(%) SUM(%) MASS(%) SUM(%) MASS(%) SUM(%) MASS(%) SUM(%) MASS(%) SUM(%) MASS(%) SUM(%)
1 1.65 0.60 55.61 55.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.33 3.33 0.00 0.00
2 1.59 0.63 0.00 55.61 51.39 51.39 0.00 0.00 26.33 26.33 0.00 3.33 0.06 0.06
3 1.32 0.76 0.00 55.61 0.00 51.39 0.00 0.00 0.00 26.33 0.00 3.33 49.53 49.59
4 0.91 1.09 0.00 55.61 9.86 61.25 0.00 0.00 3.86 30.19 0.00 3.33 0.56 50.15
5 0.79 1.26 0.00 55.61 0.00 61.25 2.45 2.45 0.00 30.19 0.00 3.33 0.00 50.15
6 0.76 1.32 0.00 55.61 0.47 61.72 0.00 2.45 0.19 30.38 0.00 3.33 17.61 67.76
7 0.71 1.41 3.55 59.16 0.00 61.72 0.01 2.46 0.00 30.38 0.04 3.37 0.00 67.76
8 0.63 1.59 3.36 62.53 0.00 61.72 0.01 2.47 0.00 30.38 0.04 3.41 0.00 67.76
9 0.58 1.73 0.00 62.53 0.42 62.14 0.00 2.47 1.52 31.90 0.00 3.41 0.13 67.89
10 0.55 1.83 0.06 62.59 0.00 62.14 0.00 2.47 0.00 31.90 13.75 17.15 0.00 67.89
11 0.52 1.91 0.00 62.59 0.00 62.14 12.27 14.74 0.00 31.90 0.00 17.15 0.00 67.89
12 0.39 2.56 0.00 62.59 0.07 62.21 0.00 14.74 0.11 32.01 0.00 17.15 1.35 69.23
13 0.36 2.80 0.00 62.59 0.27 62.48 0.00 14.74 0.22 32.23 0.00 17.15 0.28 69.52
14 0.33 3.00 0.00 62.59 0.00 62.48 0.03 14.77 0.00 32.23 0.01 17.16 0.00 69.52
15 0.33 3.04 0.14 62.73 0.00 62.48 0.00 14.77 0.00 32.23 2.73 19.89 0.00 69.52
16 0.33 3.06 0.00 62.73 0.18 62.67 0.00 14.77 0.35 32.58 0.00 19.89 0.00 69.52
17 0.30 3.32 0.00 62.73 0.43 63.10 0.00 14.77 1.27 33.85 0.00 19.89 0.01 69.53
18 0.25 4.01 0.00 62.73 0.00 63.10 0.00 14.77 0.00 33.85 0.00 19.89 0.82 70.35
19 0.23 4.44 0.00 62.73 0.05 63.15 0.00 14.77 0.07 33.92 0.00 19.89 0.00 70.35
20 0.21 4.67 0.71 63.44 0.00 63.15 0.00 14.77 0.00 33.92 0.97 20.86 0.00 70.35
PUSHOVER ANALYSIS
A. Data dan Asumsi

• Zonasi Elemen
Karena beberapa data tulangan memiliki konfigurasi yang sama antara satu dan yang lain maka properties elemen dapat dikelompokkan menjadi
beberapa tipikal sebagai berikut.
1. BP25-1 5. BP34-1 9. P2
2. BP25-2 6. BP34-2 10. P3
3. BP25-3 7. BP34-3 11. P4
4. BP25-4 8. BP34-4 12. P5
PUSHOVER ANALYSIS
B. Kapasitas Material
1. BP25
Grafik kapasitas beton confined BP25-1 Grafik kapasitas beton confined BP25-2 Grafik kapasitas beton confined BP25-3 Grafik kapasitas beton confined BP25-4
PUSHOVER ANALYSIS
2. BP34
Grafik kapasitas beton confined BP25-1 Grafik kapasitas beton confined BP34-2 Grafik kapasitas beton confined BP34-3 Grafik kapasitas beton confined BP34-4
PUSHOVER ANALYSIS
3. Pier
Grafik kapasitas beton confined P2 Grafik kapasitas beton confined P3 Grafik kapasitas beton confined P4 Grafik kapasitas beton confined P5
PUSHOVER ANALYSIS
13. Kapasitas Beton Unconfined
Grafik beton unconfined BP25-1, BP25- Grafik kapasitas beton unconfined P2, Grafik tegangan-regangan baja
2, BP25-3, BP25-4, BP34-1, BP34-2, P3, P4 dan P5 tulangan BP25-1, BP25-2, BP25-3,
BP34-3 dan BP34-4 BP25-4, BP34-1, BP34-2, BP34-3,
BP34-4, P2, P3, P4 dan P5
PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
• Kategori leleh elemen mengacu pada NCHRP-440
PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Acuan untuk kurva backbone :
PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Dengan penerapan pada aplikasi struktur sebagai berikut.
Kurva backbone pada BP34-1 Y axis dan Z axis

PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Kurva backbone pada P2 Y axis dan Z axis

PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Kurva backbone pada P3 dan P4 Y axis dan Z axis

PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Kurva backbone pada P5 Y axis dan Z axis

PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Beberapa asumsi yang digunakan pada analisis adalah sebagai berikut:
• Skema beban pushover adalah sebagai berikut.
a. Mode -1
- Arah beban : dominan longitudinal jembatan (+).
- Tipe beban : modeshape : mode 1
- Titik tinjau : tengah bentang midspan
PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Beberapa asumsi yang digunakan pada analisis adalah sebagai berikut:
b. Mode - 2
- Arah beban : dominan transversal jembatan (+).
- Tipe beban : modeshape : mode 2
- Titik tinjau : tengah bentang midspan
PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
Titik tinjau pada posisi tengah bentang mid span
Posisi titik baca deformasi

PUSHOVER ANALYSIS
C. Analisis
• Properties response spectra gempa periode ulang 1000 tahun.
Grafik respon spektra pada wilayah Ogan

PUSHOVER ANALYSIS
D. Analisis Struktur
1. Data Struktur Pile
Untuk kepentingan analisa pushover, maka di perlukan informasi mengenai kapasitas pilar yang akan
ditinjau. Informasi kapasitas pilar tersebut terekap dalam bentuk diagram interaksi P-M.
a. BP25-1
Penampang pile BP25-1 Diagram interaksi pilar BP25-1 untuk Diagram momen-curvatur pilar BP25-1
momen sumbu Y serta Z untuk momen sumbu Y serta Z
PUSHOVER ANALYSIS
Panjang sendi plastits didapat mengikuti ketentuan yang tertera pada SNI 2833:2016
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan” dengan formulasi sebagai berikut :
LP = 0.74 m
Analysis result pilar BP25-1 untuk momen sumbu Y serta Z

PUSHOVER ANALYSIS
e. BP34-1
Penampang pile BP34-1 Diagram interaksi pilar BP34-1 untuk Diagram momen-curvatur pilar BP34-1
momen sumbu Y serta Z untuk momen sumbu Y serta Z
PUSHOVER ANALYSIS
LP = 0.74 m
Analysis result pilar BP34-1 untuk momen sumbu Y serta Z

PUSHOVER ANALYSIS
i. P2 dan P5
Penampang pilar P2 dan P5 Diagram interaksi pilar P2 untuk momen

sumbu Y serta Z
PUSHOVER ANALYSIS
i. P2 dan P5
Diagram momen-curvatur pilar P2 dan P5 Diagram momen-curvatur pilar P2 dan P5

untuk momen sumbu Y serta Z untuk momen sumbu Y serta Z
LP = 0.66 m
PUSHOVER ANALYSIS
Analysis result pilar P2 dan P5 untuk momen sumbu Y serta Z

PUSHOVER ANALYSIS
j. P3 dan P4
Penampang pilar P3 dan P4 Diagram interaksi pilar P3 dan P4 untuk

momen sumbu Y serta Z
PUSHOVER ANALYSIS
Diagram momen-curvatur pilar P3 dan P4 Diagram momen-curvatur pilar P3 dan P4

untuk momen sumbu Y serta Z untuk momen sumbu Y serta Z
LP = 0.85 m
PUSHOVER ANALYSIS
Analysis result pilar P3 untuk momen sumbu Y serta Z

PUSHOVER ANALYSIS
E. Penentuan Level Kinerja
Performance Based Design adalah suatu metodologi dimana kriteria struktur diekspresikan untuk mencapai tujuan kinerja struktur pada saat terjadi gempa kuat
(ATC-40). Definisi Tujuan Kinerja Struktur adalah pencapaian level kinerja struktur yang ditentukan oleh deformasi struktur dibawah beban gempa yang ditentukan
oleh maksimum perpindahan struktur dan elemen struktur yang dapat diterima dengan besaran beban gempa kuat yang ditinjau. Level Kinerja adalah pembatasan
derajat kerusakan yang ditentukan oleh kerusakan fisik struktur dan elemen struktur sehingga tidak membahayakan keselamatan pengguna (Budiono, 2009).
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam proses peninjauan level kinerja struktur ialah sebagai berikut:
1. Buat Persamaan Elastic Demand Spectrum dengan 5 % damping ( beff)

2. Buat Capacity Spectrum dari Capacity Curve hasil Push-Over Analysis
3. Hitung (dpi, api) untuk iterasi pertama gunakan Equal Displacement Method atau titik potong antara Demand Spectrum dan Capacity Spectrum
4. Hitung beq, SRA, SRV
5. Hitung Demand Spectrum baru menggunakan data dari step 4
6. Hitung dpi baru dari perpotongan antara Capacity Spectrum and Demand Spectrum baru dari step 5
7. Hitung api baru dari Capacity Spectrum
8. Check konvergensi (toleransi 5%)
9. Ulangi step 4 jika tidak konvergen, gunakan (dpi, api) yang didapat dari step 6 dan 7.
Data load-deformation didapatkan dengan menggunakan bantuan software analisis struktur, demikian pula dengan hasil konversinya menuju data ADRS. Dari
data yang didapat tersebut dilakukan perhitungan secara iterasi untuk mendapatkan titik perpotongan kurva kapasitas terhadap kurva demand, yang mana titik
tersebut menunjukkan level kinerja kesatuan system struktur.
MODE - 1
TRIAL Sdpi, Sa pi INITIAL ITE RATION YIE LD POINT
Sdpi Sapi Say Sdy

KE TE RANGAN X Y SPC. DISP. SPC. ACC
0.188560017 0.351378412 0.368621 0.1978
CAP. CURVE 0.188560017 0.351378412 0.1978 0.3686
DE MAND SPE CT. 0.188560017 0.346933713 DISP. B. SHE AR

DISCRE PANCY TARGE T 0% 0% 0.21 86383.8
CE K KONVE RGE NSI Sdpi, Sa pi

KE TE RANGAN X Y CROSS CAP VS DM
CAP. CURVE 0.188560017 0.351378412 SPC. DISP. SPC. ACC
RE DUCE D DE MAND SPE CT. 0.1886 0.346961735 0.1886 0.3469
DISCRE PANCY TARGE T 0% 0% DISP. B. SHE AR
DISCRE PANCY RE AL 0% 0% 0.2002 82343
CROSS E LASTIC CAP VS DM CROSS E LASTIC CAP VS DM

E LASTIC CAP. CURVE 0.1886 0.3514 0.1886 0.3469
DE MAND SPE CT. 0.1886 0.3469 0.2002 82343
DISCRE PANCY TARGE T 0% 0% R 0.94
CROSS E LASTIC CAP VS RE SPON SPE CTRUM PE RFORMANCE POINT

KE TE RANGAN SPC. ACC TIME PE RIODE SPC. DISP. SPC. ACC
E LASTIC CONDITION 0.3469 1.4803 0.19 0.35
INE LATIC CONDITION 0.3469 1.4803 DISP. B. SHE AR
E FFE CTIF CONDITION - #VALUE! 0.20 82343.10
DAMPING TO APLICATE WITH RE SPON SPE CTRUM
βeff ĸ βo Ed Eso SRa SRv
5.00 1 -3.43E-05 -1.42994E-07 0.03312796 0.997918345 1.0000808
Performa nce Level NCHRP 440
E (Mpa) σ (Mpa)
Displa cement
25743 33 Ra tio δr oof/H ε concrete ε steel Rµ = Ve/Vy
Ductility
δr oof a t
pe r for ma nce le ve l H (m) 0.95 0.54% 0.00128 0.00239 0.95
(m)
FULLY FULLY FULLY FULLY
0.2002 37
OPERATIONAL OPERATIONAL OPERATIONAL OPERATIONAL
Mode - 1
Mode - 2
TRIAL Sdpi, Sa pi INITIAL ITE RATION YIE LD POINT
Sdpi Sapi Say Sdy
0.17205548 0.385811729 0.42603 0.1900
CAP. CURVE 0.17205548 0.385811729 0.1900 0.4260
DE MAND SPE CT. 0.17205548 0.381175772 DISP. B. SHE AR

DISCRE PANCY TARGE T 0% 0% 0.3 93313.2
CE K KONVE RGE NSI Sdpi, Sa pi

KE TE RANGAN X Y CROSS CAP VS DM
CAP. CURVE 0.17205548 0.385811729 SPC. DISP. SPC. ACC
RE DUCE D DE MAND SPE CT. 0.1721 0.381205178 0.1721 0.3812
DISCRE PANCY TARGE T 0% 0% DISP. B. SHE AR
DISCRE PANCY RE AL 0% 0% 0.2717 84504
CROSS E LASTIC CAP VS DM CROSS E LASTIC CAP VS DM

E LASTIC CAP. CURVE 0.1721 0.3858 0.1721 0.3812
DE MAND SPE CT. 0.1721 0.3812 0.2717 84504
DISCRE PANCY TARGE T 0% 0% R 0.89
CROSS E LASTIC CAP VS RE SPON SPE CTRUM PE RFORMANCE POINT

KE TE RANGAN SPC. ACC TIME PE RIODE SPC. DISP. SPC. ACC
E LASTIC CONDITION 0.3812 1.3494 0.17 0.39
INE LATIC CONDITION 0.3812 1.3494 DISP. B. SHE AR
E FFE CTIF CONDITION - #VALUE! 0.27 84504.31
DAMPING TO APLICATE WITH RE SPON SPE CTRUM
βeff ĸ βo Ed Eso SRa SRv
5.00 1 3.86E-05 1.60873E-07 0.033190511 0.997913667 1.0000771
Performa nce Level NCHRP 440
E (Mpa) σ (Mpa)
Displa cement
25743 37 Ra tio δr oof/H ε concrete ε steel Rµ = Ve/Vy
Ductility
δr oof a t
pe r for ma nce le ve l H (m) 0.91 0.73% 0.00144 0.00239 0.9
(m)
FULLY FULLY FULLY FULLY
0.2717 37
OPERATIONAL OPERATIONAL OPERATIONAL OPERATIONAL
Mode - 2
PUSHOVER ANALYSIS
Analisis
Gaya dalam pada pier :
Kombinasi Ultimate Statik
ULS6.sup : 1.3DL+2SDL+PT+CrSHr+1.8LL Kombinasi Ultimate Ekstrim
ULS10.sup: 1.3DL+2SDL+PT+CrSHr+0.3LL+EQ(R_Pier)
Akibat Gempa dengan Rpier Rlong = 3, Transv = 1.5
EQ_Pier.sup
Pier #Element Kombinasi Nx Qy Qz Mx My Mz Pier #Element Kombinasi Nx Qy Qz Mx My Mz Pier #Element Kombinasi Nx Qy Qz Mx My Mz
P3A 2201 MINNx -37589 -6434 -212 1 889 -17569 P3A 2201 MINNx -26369 -3052 361 -191 -4728 -8318 P3A 2201 MINNx -2478 2620 574 -193 -5656 8521
MINQy -23789 -6859 -213 2 933 -20340 MINQy -19299 -8364 231 -379 4798 -25820 MINQy 2292 -2620 445 -381 3863 -8520
MINQz -7739 -6044 -215 3 972 -19745 MINQz -19493 -4859 -3021 1390 23508 -14775 MINQz -576 748 -2807 1387 22566 2427
MINMx -37201 -6335 -212 1 897 -17288 MINMx -24461 -4910 1620 -1435 12525 -14374 MINMx -634 746 1834 -1437 11596 2418
MINMy -37589 -6434 -212 1 889 -17569 MINMy -23314 -6421 2590 -1382 -21639 -19266 MINMy 577 -748 2803 -1384 -22568 -2427
MINMz -23789 -6859 -213 2 933 -20340 MINMz -19113 -8363 260 -391 4688 -25822 MINMz 2478 -2620 474 -394 3752 -8521
MAXNx -7739 -6044 -215 3 972 -19745 MAXNx -16438 -8228 -788 196 6598 -25723 MAXNx 2478 -2620 -574 193 5656 -8521
MAXQy -21540 -5619 -214 3 928 -16974 MAXQy -23509 -2916 -659 384 -2928 -8220 MAXQy -2292 2620 -445 381 -3863 8520
MAXQz -37201 -6335 -212 1 897 -17288 MAXQz -23250 -6404 2593 -1385 -21636 -19219 MAXQz 576 -748 2807 -1387 -22566 -2427
MAXMx -7739 -6044 -215 3 972 -19745 MAXMx -18282 -6353 -2047 1440 -10653 -19620 MAXMx 634 -746 -1834 1437 -11596 -2418
MAXMy -8523 -5908 -215 3 976 -19227 MAXMy -19624 -4836 -3017 1387 23511 -14689 MAXMy -577 748 -2803 1384 22568 2427
MAXMz -21540 -5619 -214 3 928 -16974 MAXMz -23694 -2916 -687 396 -2817 -8219 MAXMz -2478 2620 -474 394 -3752 8521
2206 MINNx -35735 -6434 -212 1 -454 23218 2206 MINNx -24514 -3173 340 -196 -3094 11415 2206 MINNx -2477 2500 554 -198 -2670 -7703
MINQy -21934 -6859 -213 2 -418 23137 MINQy -17446 -8243 281 -383 2338 26812 MINQy 2291 -2500 495 -385 2756 7706
MINQz -5885 -6044 -215 3 -390 18566 MINQz -17638 -4893 -3003 1405 8011 16135 MINQz -576 714 -2789 1403 8423 -2208
MINMx -35347 -6335 -212 1 -445 22870 MINMx -22606 -4945 1761 -1448 8866 16862 MINMx -634 711 1974 -1450 9288 -2199
MINMy -35735 -6434 -212 1 -454 23218 MINMy -21374 -6386 -1067 1016 -9791 21325 MINMy 663 -714 -853 1014 -9367 2207
MINMz -6669 -5908 -215 3 -385 18224 MINMz -19483 -3085 -34 234 -3191 10580 MINMz -2290 2500 180 231 -2779 -7707
MAXNx -5885 -6044 -215 3 -390 18566 MAXNx -14585 -8107 -767 201 2257 26046 MAXNx 2477 -2500 -554 198 2670 7703
MAXQy -19686 -5619 -214 3 -426 18647 MAXQy -21654 -3037 -708 388 -3175 10650 MAXQy -2291 2500 -495 385 -2756 -7706
MAXQz -35347 -6335 -212 1 -445 22870 MAXQz -21396 -6370 2576 -1401 -8846 21269 MAXQz 576 -714 2789 -1403 -8423 2208
MAXMx -5885 -6044 -215 3 -390 18566 MAXMx -16428 -6318 -2188 1453 -9701 20542 MAXMx 634 -711 -1974 1450 -9288 2199
MAXMy -6669 -5908 -215 3 -385 18224 MAXMy -17856 -4871 640 -1012 8955 16080 MAXMy -663 714 853 -1014 9367 -2207
MAXMz -35735 -6434 -212 1 -454 23218 MAXMz -19747 -8172 -393 -229 2355 26825 MAXMz 2290 -2500 -180 -231 2779 7707
: Momen Arah Longitudinal

: Momen Arah Transversal
PUSHOVER ANALYSIS
Analisis
Diagram interaksi Pier arah Longitudinal
PUSHOVER ANALYSIS
Analisis
Gaya dalam pada pier saat performance:
Momen pier saat performance 10261 kNm < Momen ULS (Statik, 20340 kNm maupun ekstrim, 25822 kNm)
PUSHOVER ANALYSIS
Analisis
Diagram interaksi Pier arah Transversal
PUSHOVER ANALYSIS
Analisis
Gaya dalam pada pier saat performance:
Momen pier saat performance 31083 kNm > Momen ULS (Statik, 978 kNm maupun ekstrim, 22568 kNm)
Kapasitas lentur pier arah transversal besar karena tipe wall-type pier
3D DRAWING
GAMBAR 3D DUPLIKASI JEMBATAN AIR OGAN III
Studi kasus : Elevated Concrete Precast Box Girder
OUTLINE
Tipe Struktur Data LRB
Kriteria Desain Pier Tipikal
Material Properties Pier Kantilever
Pembebanan
Tipikal Box Girder Lebar 14.3 M

TIPE STRUKTUR
LOKASI STRUKTUR BOX LEBAR 14.3 M SIMPLE
SPAN
• LOKASI STRUKTUR BOX LEBAR 14.3 M SIMPLE SPAN
Lokasi tipikal
yang dibahas
Lokasi yang ditinjau memiliki tipikal struktur single pier dan pier kantilever
Untuk tipe substruktur lain akan tetap diasistensikan ke KKJTJ kedepannya
327
REKAP TIPE STRUKTUR
No Struktur Tipe Struktur Zona Lebar (m) Span (m) Pier Pondasi
1 U-Girder Simple Span 1, 4 10.8 32 Single Pier Group pile
2 Double Box Precast Simple Span 0, 1 2x10.8 39, 40, 42, 47.6, 50 Single Pier Group pile
Group pile
Single Pier
Monopile
3 Single Box Precast Simple Span 0, 1, 4 10.8 40, 42, 45, 46, 50 Kantilever Group pile
Pilecap
Portal
Monopile
Spesial Span Balance Cantilever
4 1 10.8 49.872+80+52 Single Pier Pilecap
Box Precast hbox variable
Group pile
Single Pier
Monopile
5 Single Box Precast Simple Span 1-4 14.3 40, 43, 47 Kantilever Group pile
Group pile
Portal
Monopile
6 Single Box Precast Continuous Span 2 14.3 45+60+45 Single Pier Group pile
7 Baja 3 14.3 37+54+37 Single Pier Group pile
8 U-Girder Simple Span 3 14.3 25, 30, 32 Single Pier Group pile
9 Single Box Precast Continuous Span 4 14.3 40+52+40 Single Pier Group pile
10 Double Box Precast Simple Span 4 10.8+8.8 43.3, 47, 50 Single Pier Group pile 328
TIPE – TIPE STRUKTUR RAMP
No Struktur Tipe Struktur Zona Lebar (m) Span (m) Pier Pondasi
1 Timbunan 0 8.8 175 - -
2 U-Girder Simple Span 0 8.8 32, 40 Single Pier Group pile
Cast In Site/Precast
3 Slab On Pile Ramp Ancol 10.8 10 Multi-pile Multi-pile
Slab
Ramp Single Pier Group pile
4 U-Girder Simple Span 10.8 25, 30, 32, 37.5
Ancol Portal Pier Group pile
5 Single Box Precast Simple Span Ramp Ancol 10.8 42, 45, 46, 50 Single Pier Group pile
Spesial Span Balance Cantilever Ramp Off

6 10.8 59+90+64 Single Pier Group pile
Box Cast in Site hbox variable Ancol
7 Single Box Precast Simple Span Ramp Pluit 8.8 39, 40, 42, 45, 50 Single Pier Group pile
Ramp On
8 Baja 8.8 60 Single Pier Group pile
Pluit
329
AREA PEMBANGUNAN AWAL STRUKTUR P28S
(EJ) – P35S (EJ)
Struktur yang akan dibahas tipikal box lebar 14.3 m

Dengan mengambil satu lokasi di P28S-P35S
330
KRITERIA DESAIN
STANDAR ACUAN
• SNI-1725-2016 : Pembebanan untuk Jembatan.

• STANDAR ACUAN
• SNI-2833-2016 : Perancangan Jembatan terhadap Beban Gempa.
• RSNI T-12-2004 : Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan.
• RSNI T-03-2005 : Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan.
• SNI-2833-2016 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya.
• SNI-2052-2017 : Baja Tulangan Beton.
• SNI-8899-2020 : Tata Cara Pemilihan dan Modifikasi Gerak Tanah Permukaan
• Pembahasan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan Khusus 2022, No 02/P/BM/2022.
• AASHTO LRFD Bridge Design Specifications, 9th Edition 2020
STANDAR ACUAN
• AASHTO Guide Specifications for LRFD Seismic Bridge Design, 2nd Edition, with 2012,
• 2014, and 2015
STANDAR Interim Revisions.
ACUAN
• AASHTO LRFD Guide Specification for Seismic Isolation Design 4th 2014.
• AASHTO Guide Specifications for Accelerated Bridge Construction (ABC) 2018.
• Seismic Design Criteria Ver. 2.0 & Memo to Designer – CALTRANS
• AASHTO Guide Specifications for Designs and Construction of Segmental Concrete

Bridges, 1999.
• Special Report MCEER-06-SP07, Seismic Isolation of Highway Bridges
• Technical Report MCEER-11-0004, LRFD Based Analysis and Design Procedures for
Bridge Bearings and Seismic Isolators
STANDAR ACUAN
• CEB-FIP Model Code for Creep and Shrinkage, 2010.
• • CEB-FIP
STANDAR ACUAN
Bulletin 33 Durability of Post-Tensioning Tendon, 2005.
• CEB-FIP Bulletin 97 External Tendons for Bridges, 2020
• Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017.
• SNI 8460:2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik.
• SNI 4155:2008 Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT.
• Foundation Analysis and Design, 5th Ed, by Joseph E. Bowles 1997.
• Principles of Foundation Engineering, 7th Ed, by Braja M. Das 2011.
• Pile Design and Construction Practice, 1st Ed, by M. J. Tomlinson 1977.
• Pile Foundation in Engineering Practice. Prakash, and Sharma,1990.
STANDAR ACUAN
• Panduan Geoteknik 4 Desain dan Konstruksi 2002.
• • Soil
STANDAR ACUAN
Mechanics in Engineering Practice. by Terzaghi, K. and Peck, R. B. (1967).
• An Engineering Manual for Settlement Studies. by J.M. Duncan and A.L Buchignani
(1976).
• Ultimate Bearing Capacity of Piles Drive Into Loose Sand. by Hideaki Khisida (1967)
• A Contribution To The Settlement Analysis Of Foundations On Clay, Skempton, A. W. and
Bjerrum, L. 1957
• Drilled Shafts: Construction Procedures and Design Method, Michael W. O’Neil and
Lymon C.Reese.
• Stability of Natural Deposits During Earthquakes. Kenji, Ishihara. 1985
• Liquefaction Resistance of Soils:Summary Report from the 1996 NCEER and 1998
NCEER/NSD Workshops on Evaluation of Liquefaction Resistance of Soils. Oktober 2001
SERVICEABILITY CRITERIA
KUAT TEKAN BETON DAN TEBAL SELIMUT BETON
Compressive
No. Structure Concrete Cover (mm)
Strength fc’ (MPa)
• KUAT TEKAN BETON DAN TEBAL12SELIMUT

Bored Pile
Pile Cap
BETON 35
35
75
75
3 Pier Tipikal 35 70
4 Pier Spesial Span 40 50
5 Pier Head Tipikal 40 50
6 Pier Head Kantilever 40 50
7 Pier Head Portal 40 50
8 Pier Head Spesial Span 40 50
9 Box Girder Precast 40 40
10 Box Girder Precast Diaphragm 40 40
(Box EJ, Deviator, and Box Pier Segment)
11 Box Girder Special Span 40 40
12 Cast-in-Situ Slab Girder 35 40
13 Abutment (not contact with soil) 35 50
14 Abutment (contact with soil) 35 75
15 Retaining Wall 35 50
16 Wing Wall 35 50
17 Approach Slabs 30 50
18 Barrier 30 50
19 U-Girder Minimum 40 MPa 50
BATAS TEGANGAN TARIK BETON PADA MASA
KONSTRUKSI
• BATAS TEGANGAN TARIK BETON PADA MASA KONSTRUKSI

BATAS TEGANGAN BETON
• Pada masa konstruksi:

• BATAS TEGANGAN BETON
Stress Limit (MPa)
Condition
f'c = 40 MPa (Precast) f'c = 35 MPa
Tension (0.25√f’ci) 1.41 (0) 1.32
Compression (0.6f’ci) -20.8 -16.8
• Tegangan tarik untuk box precast pada daerah joint atau pertemuan antar
segmen box tidak diperkenankan mengalami tegangan tarik (batas tegangan
tarik = 0 Mpa).
BATAS TEGANGAN TEKAN BETON PADA KONDISI
SERVIS
• BATAS TEGANGAN TEKAN BETON PADA KONDISI SERVIS

Table 5.9.2.3.2a-1—Compressive Stress Limits in Prestressed Concrete at Service Limit State after Losses
Location Stress Limit
• Due to the sum of effective prestress, permanent loads 0.45f'c (ksi) = 2.61 ksi = 18.00 MPa
• Due to the sum of effective prestress, permanent loads, and transient loads and 0.60φwf'c (MPa) = 2.61 ksi = 24.00 MPa
during shipping and handling
BATAS TEGANGAN TARIK BETON PADA KONDISI
SERVIS
BATAS TEGANGAN BETON
• Pada kondisi servis:
Stress Limit (MPa)

Condition
f'c = 40 MPa (Precast) f'c = 35 MPa
Tension (0.5√f’c) 3.16 (0) 2.96 (0)
Compression (0.45f’c) -18 -15.75
Tegangan tarik untuk box precast pada daerah joint atau pertemuan
antar segmen box tidak diperkenankan mengalami tegangan tarik (batas
tegangan tarik = 0 Mpa).
BATAS TEGANGAN TARIK PRINCIPAL STRESS DI WEB
5.9.2.3.3—Principal Tensile Stresses in Webs

Location Stress Limit f'c = 40 MPa
• The principal tensile stresses in webs 0.11λ√f'c (ksi) = 0.26 ksi = 1.83 MPa
343
MATERIAL PROPERTIES
PRESTRESS
• PRESTRESS
PROTEKSI TENDON
• Proteksi tendon prategang adalah berdasarkan CEB-FIB 33 dan 97 dimana pada

laporan tersebut dijelaskan bahwa tingkat proteksi diambil berdasarkan
seburuk apa kondisi tendon terhadap paparan tingkat korosi dari lingkungan.
346
TINGKAT LEVEL AGRESIVITAS DAN EXPOSURE
• Table 1.3: Aggressivity level and exposure examples as entry points in Table 1.2 (after EN
206-1) Sumber CEB-FIP Bulletin 33 Table 1.3.
• Berdasarkan table diatas bahwa untuk proyek Harbour II Aggressivity Level Medium
347
PROTECTION LEVELS
1. PL1 : Proteksi menggunakan duct dengan

• PROTECTION LEVELS material isian yang memberi proteksi korosi yang
awet (sebagai contoh grouting)
2. PL2 : PL1 ditambahkan dengan penutup
dipasang pada ujung elemen tarik dan
memberikan pelindung dari kebocoran permanen
(full encapsulation)
3. PL3 : PL2 ditambahkan monitoring dan dapat
diinspeksi kapanpun. Metode paling umum
• Sumber CEB-FIP Bulletin 33.
digunakan adalah EIT (Electrically Isolated
Tendons).
348
PROTEKSI PADA TENDON
• Internal tendon : Protection Layer 1(PL1). Syarat daripada PL1 adalah proteksi
level satu, yaitu dengan menggunakan duct yang diisi dengan material tahan
korosi (grouting)
• Eksternal tendon : pada Tol Harbour II memerlukan Protection Layer 2(PL2).

Syarat daripada PL2 adalah proteksi level satu terpenuhi, yaitu dengan
menggunakan duct yang diisi dengan material tahan korosi (grouting),
ditambahkan dengan enkapsulasi penuh pada ujung elemen tarik dan mampu
menahan kebocoran.
349
BAJA TULANGAN
E-modulus 200000 MPa

Poisson ratio 0.3
Modulus Geser 76923 MPa
Koefisien Ekspansi Thermal 1.2×10-5 1/°C
Berat Jenis 78.5 kN/m3
Kuat Tarik, fy 420 MPa
PEMBEBANAN
PEMBEBANAN
• Beban Permanen (Efek Permanen)

• 1. Beban Langsung
• Beban Mati
• Beban Mati Tambahan
• Prestress
• Tekanan Tanah
• 2. Jangka Panjang
• Rangkak dan Susut
• Penurunan
• Efek Lalu Lintas
• 1. Beban Hidup (“D” UDL + KEL)
• 2. Beban Truk
• 3. Beban Rem
• 4. Beban Sentrifugal
• Efek Sementara
• 1. Beban Angin
• 2. Beban Temperatur
• 4. Tumbukan dan Hanyutan
• 3. Gempa (dengan periode ulang 1000 tahun)
BEBAN MATI
• Berat Nominal dari berbagai material, termasuk barrier
Pbarrier Pbarrier
BEBAN MATI TAMBAHAN (ASPAL)
• Beban Mati Tambahan adalah berat semua elemen tidak struktural yang dapat
bervariasi selama umur jembatan seperti:
• Aspal Beton sebesar 50 mm (qSDL) ( gaspal = 22 kN/m3)
• Rambu - Rambu.
qSDL (aspal)
PRESTRESS
• Gaya Tendon ditentukan dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:
• - Gaya Tarik Tendon = 75% fpu

• - Koefisien Friksi = 0.2 rad/m
• - Koefisien Wobble = 0.0016 /m
• - Wedge/Draw-in = 6.0 mm
• - Relaksasi = 5.0 %
RANGKAK DAN SUSUT
Relativre humidity 70%

Age at loading 28 days (precast)
3 days (wet joint)
Concrete compressive strength relative to concrete strength
Longterm creep age 10000 days
BEBAN LAJUR D
Intensitas Beban Terbagi Rata ditentukan berdasarkan hubungan sebagai berikut :
L ≤ 30 m : q = 9.0 kPa
15
L > 30 m : q = 9. .5 + kPa
𝐿
Bersamaan dengan Beban Terbagi Rata, Beban Garis Terpusat diaplikasikan pada struktur
sebesar :
p = 49,0 kN/m
BEBAN TRUK
asd
FAKTOR BEBAN DINAMIS
BEBAN HIDUP
• Beban hidup sudah memperhitungkan kondisi eksentris
360
GAYA REM
• Gaya Rem diambil nilai yang terbesar dari:
• 25 % dari Berat Gandar Truk rencana atau

• 5% dari Berat Truk Rencana ditambah Beban Lajur Terbagi Rata (BTR).
• Sumber: SNI 1725:2016 8.7

GAYA SENTRIFUGAL
𝑉2
• 𝐶= 𝑓
𝑔𝑅
• Keterangan:
• V = Kecepatan Rencana (m/s)
• f = Faktor dengan nilai 4/3 untuk kombinasi beban selain Keadaan Batas Fatik dan 1.0
untuk Keadaan Batas Fatik
• g = Percepatan gravitasi = 9.8 m/s2
• R = Jari - jari kelengkungan lajur lalu - lintas
• Sumber : SNI 1725:2016 8.8

DIFFERENTIAL SETTLEMENT
• Struktur Jembatan direncanakan dengan perbedaan settlement antar pier

dengan nilai maksimum antara 10 mm atau sebesar dua kali hasil analisis
settlement geotek
BEBAN TEMPERATUR
BEBAN TEMPERATUR
h 2600 mm
Tp 12 °C
0.4 Tp 4.8 °C
Tb 5 °C
Temp Plus Temp Min

No. h (mm)
(°C) (°C)
1 0 12 -4.8
2 100 7.76673418 -3.2
3 200 4.82253086 -1.6
4 300 2.84765625 0
5 400 1.58024691 0
6 500 0.81052276 0
7 600 0.375 0
8 700 0.15070409 0
9 800 0.04938272 0
10 900 0.01171875 0
11 1000 0.00154321 0
12 1100 4.8225E-05 0
13 1200 0 0
14 2400 0 0
15 2500 2.5 0
16 2600 5 0
BEBAN ANGIN
𝑉10 𝑍
• 𝑉𝐷𝑍 = 2.5𝑉𝑜 𝑙𝑛
𝑉𝐵 𝑍𝑜
• Keterangan:
• VDZ : kecepatan angin rencana pada elevasi rencana (km/jam)
• V10 : kecepatan angin pada elevasi 10000 mm di atas permukaan tanah atau permukaan air rencana
• VB : kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 126 km/jam
• Z : elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan air
• VO : kecepatan gesekan angin (km/jam)
• ZO : panjang gesekan di hulu jembatan
• V10 dapat diperoleh dari grafik kecepatan angin dasar untuk berbagai periode ulang.
• Jika tidak ada data yang lebih baik, perencana dapat mengasumsikan bahwa V10 = VB = 90-126 km/jam.
Kondisi Lahan Terbuka Sub Urban Kota
VO (km/jam) 13.2 17.6 19.3
ZO (mm) 70 1000 2500

BEBAN ANGIN PADA STRUKTUR
2
 VDZ 
PD = PB  
 B 
V
• PB = tekanan angin dasar seperti yang ditentukan:
Angin tekan Angin hisap

Komponen bangunan atas
(MPa) (MPa)
Rangka, kolom dan pelengkung 0.0024 0.0012
Balok 0.0024 N/A
Permukaan datar 0.0019 N/A
BEBAN ANGIN PADA KENDARAAN
• Jembatan harus direncanakan memikul gaya akibat tekanan angin pada kendaraan, dimana
tekanan tersebut harus diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 1,46 N/mm, tegak
lurus dan bekerja 1800 mm diatas permukaan jalan
Komponen Tegak
Sudut Komponen Sejajar
Lurus
(°) (N/mm)
(N/mm)
0 1.46 0.00
15 1.28 0.18
30 1.20 0.35
45 0.96 0.47
60 0.50 0.55
PETA GEMPA (PGA)
PETA GEMPA (SS)
PETA GEMPA (S1)
SEISMIC DESIGN CATEGORY
• Kategori gempa termasuk dalam Zona Gempa 4

SD1 = 0.698g > 0.5
RESPONS SPEKTRA DESAIN
As = 0.364g
No Hole N-bar Site Class
SDS = 0.880g
1 BH1 4.62 E SD1 = 0.698g
2 BH2 4.88 E
3 BH3 3.34 E
4 BH4 5.22 E
5 BH5 1.79 E
6 BH6 4.77 E
7 BH7 2.52 E
8 BH8 3.67 E
9 BH9 4.16 E
10 BH10 4.16 E
11 BH11 10.92 E
12 BH12 12.80 E
13 BH13 7.77 E
14 BH14 3.92 E
15 BH15 4.28 E
16 BH16 4.70 E
Site Class pada proyek Harbour II

diambil E dan Zona Gempa 4 (SD1>0.5)
GROUND MOTION SCALING
• Technical Report MCEER-11-0004 section 3.9
374
• Pada arah horizontal, amplitude scaling mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh
MCEER, Seismic Isolation of Highway Bridges, pasal 3.4. Prosedur dalam penskalaan
tersebut adalah:
1. Penyusunan respon spektrum dengan damping damping 5% untuk setiap komponen arah
utama ground motion untuk masing-masing gempa yang dipilih.
2. Perhitungkan total spektra untuk setiap gempa dengan metode square root of the sum of
the squares (SRSS) untuk kedua arah utama horizontal.
3. Hitung rata-rata spektrum dengan mengambil rata-rata spektra SRSS untuk setiap gempa.
4. Bandingkan rata-rata spektra dengan target spektra dan diskalakan sedemikian rupa
sehingga nilainya tidak kurang dari 1.3 kali desain respon spektra dengan damping 5% pada
rentang periode 0.5 Teff sampai 1.5 Teff.
5. Skalakan masing-masing gempa untuk setiap komponen arah utamanya dengan faktor
skala yang didapatkan pada tahap sebelumnya.
375
• Pada prosedur 1-3 sebelumnya didapatkan hasil spektra SRSS dan rata-rata SRSS 7 gempa seperti pada Gambar dibawah.
Selanjutnya untuk penskalaan dilakukan dalam dua tahap yaitu:
• Setiap pasang seed motions dari tujuh gempa diskalakan untuk meminimalisir sum of squared of difference antara target
spektra dan geometric mean dari ordinat spektra pada periode 1, 2, 3, dan 4 detik. Weight factor untuk periode tersebut
adalah 0.1, 0.3, 0.3, dan 0.3.
• Technical Report MCEER-11-0004
376
T SPECTRAL
1.3*SE wi
(sec.) ACCELERATION (SE)
1 0.6975 0.9068 0.1
2 0.3488 0.4534 0.3
3 0.2325 0.3023 0.3
4 0.1744 0.2267 0.3
Final SF Final SF Th = 1.73 s
NO RECORDS SF1 SF2
(Horizontal) (Vertical) Tv = 0.3 s
1 GM-1 3.56 1.16 4.14 10.08
2 GM-2 1.39 1.16 1.62 2.91
3 GM-3 1.71 1.16 1.99 2.42
4 GM-4 2.88 1.16 3.35 1.28
5 GM-5 1.85 1.16 2.15 2.93
6 GM-6 1.73 1.16 2.02 2.12
7 GM-7 3.26 1.16 3.79 4.55
8 GM-8 1.56 1.16 1.82 2.61
9 GM-9 2.58 1.16 3.00 4.55
10 GM-10 2.77 1.16 3.21 4.08
11 GM-11 3.85 1.16 4.47 11.88
12 GM-12 3.60 1.16 4.19 5.12
377
Hasil akhir respon spektra rata-rata dapat dilihat pada Gambar berikut dapat dilihat grafik rata-rata tujuh gempa lebih besar
pada rentang waktu (0.50 Teff – 1.5 Teff) = 0.86 – 2.58 detik untuk Teff = 1.76 detik
378
Hasil akhir respon spektra rata-rata dapat dilihat pada Gambar berikut dapat dilihat grafik rata-rata tujuh gempa lebih besar
pada rentang waktu (0.50 Teff – 1.5 Teff) = 0.15 – 0.45 detik untuk Teff = 0.3 detik
379
KLASIFIKASI OPERASIONAL
• Klasifikasi Operasional untuk jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono, M. Sc., Section
Harbour Road II adalah sebagai Jembatan lainnya (other bridges).
• Jembatan Lainnya adalah jembatan yang masih dapat dilalui kendaraan

darurat dengan lalu-lintas yang terbatas setelah mengalami gempa rencana
dengan periode ulang 1000 tahun
KOMBINASI PEMBEBANAN
BOX GIRDER LEBAR 14.3 M
- Tahapan Pekerjaan Erection Segment (1)
Tahap 1:
1. LG berada pada posisi siap
erection segment.
2. Install dan setting posisi span jack
diatas pier head.
3. Erection segment EJ menggunakan
winch dan posisikan diatas span
jack.
4. Setting geometry segment EJ,
kemudian kunci menggunakan
fixity.
384
Tahap 2:
1. Erection segment LS
menggunakan winch dan
posisikan diatas span jack.
2. Setting geometry segment LS,
kemudian kunci menggunakan
fixity.
Tahap 3:
1. Lanjutkan erection segment
typical, kemudian gantung
Detail-A Detail-B
segment ke LG menggunakan
stressbar.
2. Ulang tahapan diatas hingga
semua segment ter-erection.
385
Tahap 4 :
1. Join segment satu-persatu
menggunakan epoxy dan
Temporary PT.
Tahap 5:
1. Setelah semua segment ter-
join, lanjutkan dengan
pekerjaan Wet Joint (by MC).
2. Pada saat menunggu curing
time beton Wet Joint (est. 3
hari) pekerjaan instalasi HDPE
dan strand dapat dilakukan.
386
Tahap 6 :
1. Setelah umur Wet Joint telah
mencapai yang disyaratkan,
stressing permanent tendon.
2. Load transfer span dari LG ke
pier head menggunakan span
jack yang berada dibawah
segment EJ dan LS.
3. Pekerjaan erection segment
telah selesai dan LG siap untuk
launching ke span berikutnya.
387
STRUKTUR BOX GIRDER LEBAR 14.3 M
Parameter Value Unit

Tipe Deck Box Girder Precast
Sistem Struktur Simple Span dengan LRB
Panjang Span Tipikal 47 m
Jumlah Span (EJ-EJ) 7 span
Tinggi Pier 6.85-25.4 m
Vertikal Alinyemen Var
Horisontal Alinyemen Var
Lebar Deck 14.3 m
Tinggi Deck 2.6 m
Metode Erection Span by span dengan Gantry
388
STRUKTUR BOX GIRDER LEBAR 14.3 M
Parameter Value Unit

Tipe Deck Box Girder Precast
Sistem Struktur Simple Span dengan LRB
Panjang Span Tipikal 47 m
Jumlah Span (EJ-EJ) 7 span
Tinggi Pier 6.85-25.4 m
Vertikal Alinyemen Var
Horisontal Alinyemen Var
Lebar Deck 14.3 m
Tinggi Deck 2.6 m
Metode Erection Span by span dengan Gantry
389
SEGMENTASI P28S-P29S (ES-LS)
Umur beton pada wet

joint saat penarikan
tendon prategang dibuat
3 hari
390
SEGMENTASI P29S-P30S (LS-LS)
391
392
393
394
SEGMENTASI P33S-P34S (LS-EJ)
395
SEGMENTASI P34S-P35S (LS-EJ)
396
DIMENSI BOX EJ
2.6 M
1.8 M 1.8 M
397
DIMENSI BOX LS
2.6 M
1.8 M 1.8 M
398
DIMENSI BOX DV1
2.6 M
1M 1M
399
DIMENSI BOX S1
2.6 M
400
DIMENSI BOX SV
2.6 M
401
TENDON TIPIKAL
402
POTONGAN TENDON TIPIKAL EJ
TST
C1 C5
C2
C3 C4 TSB2
TSB3 TSB1
403
POTONGAN TENDON TIPIKAL DV
TST
B1
C1 - C5
TSB2
TSB3 TSB1
B1
404
POTONGAN TENDON TIPIKAL LS
405
TEGANGAN SERVIS BOX GIRDER L=47 M W=14.3
M
Pada kondisi layan tidak ada tegangan tarik yang terjadi pada joint box precast (ok) dan tegangan
tekan yang terjadi masih dibawah batas tegangan 0.45fc (MPa) = 0.45 x 40 = 18 MPa (ok) 406
TEGANGAN TARIK PRINCIPAL STRESS DI WEB
Pada kondisi layan 3, tegangan tarik yang terjadi pada web box masih dibawah batas tegangan Tarik
principal stress 1.67 MPa < 0.11λ√f'c (ksi) = 0.26 ksi = 1.83 MPa 407
DEFLEKSI BEBAN HIDUP BOX GIRDER L=47 M
W=14.3 M
Defleksi maksimum yang terjadi akibat beban kendaraan adalah 35.94 mm < L/800 =
47000/800 = 58.75 mm (ok). 408
MOMEN ULS BOX GIRDER L=47 M W=14.3 M
151287.6 kN.m
409
GAYA GESER ULS BOX GIRDER L=47 M W=14.3 M
-12153 kN
12123 kN
410
ANALISIS MOMEN LONGITUDINAL BOX GIRDER
L=47 M W=14.3 M
411
L=47 M W=14.3 M
Unbonded Tendon Stress Calculation
D = 140 mm2
2
Apsu = 30800 mm Tendons nstrand e (mm) ntendons Ap unbonded 1 (mm2)
e = 316.2 mm C1 22 341 2 6160
dp unbonded = 2283.8 mm C2 22 310 2 6160
Jacking force = 0.75 fpu C3 22 310 2 6160
fpj = 1395 MPa C4 22 310 2 6160
fpe = 0.9 fpj C5 22 310 2 6160
= 1255.5 MPa
li = 46131.9 mm
Ns = 0
le = 46131.9 mm
fps calculation with corrected c values
 d −c 
f ps = f pe + 6300  p   f py (5.6.3.1.2-1) converted from ksi to Mpa, in accordance with AASHTO 2007 (5.7.3.1.2-1)
 e 
l
fps unbonded = 1544.146 MPa
412
L=47 M W=14.3 M
Stress Block Calculation
Components with Bonded Tendons Components with Unbonded Tendons
Tendon Type = Components with Bonded and Unbonded Tendons

a = 138.475 mm < hf= 250 mm Rectangular Section
ccorrected = 182.296 mm
a = 139.326 mm
Factored Flexural Resistance
Mn = 170490.808 kNm
Strength Reduction Factor

Structure Type = Unbonded or Partially Bonded Tendons
Joint Type = A Wet Joint Kapasitas momen memenuhi
fflexure = 0.9
φMn = 153441.727 kNm terhadap gaya ULS yang bekerja
Mu = 151287.600 kNm OK
413
L=47 M W=14.3 M
Minimum Reinforcement
Based on AASHTO LRFD 2017, Article 5.6.3.3

fr = 3.99 MPa
γ1 = 1.2
γ2 = 1.1
γ3 = 0.67
When there's no change to composite section, Mdnc x Sc/Snc part may be taken as 0
fpe = 1116 Mpa Assume 20% total loss
Pf = 52184160 N
yt = 880 mm Distance from section centroid to compressive fiber
yb = 1720 mm Distance from section centroid to tensile fiber
3
Sc = 3.99E+09 mm Section modulus corresponding to yb
fcpe = 25.78 MPa
Mcr = 88657.84 KN.m
1.33Mu = 201212.51 KN.m
φMn = 153441.73 KN.m > Mcr = 88657.84 KN.m OK
Based on calculation above, box girder moment design

capacity is ok. 414
ANALISIS GESER LONGITUDINAL BOX GIRDER
L=47 M W=14.3 M
Box Propereties
Ag = 7174000 mm2
2
Ao = 16149600 mm
I = 6.868E+12 mm4
yt = 880 mm
yb = 1720 mm
3
Snc = 3.99E+09 mm
bv = 700 mm
h = 2600 mm
concrete cover = 50 mm
ds = 2450 mm
dv = 2226.253 mm
415
L=47 M W=14.3 M
416
L=47 M W=14.3 M
Use D19-75 as shear reinforcement for box girder with 2 legs for each web.
417
TRANSVERSAL BOX ANALYSIS
• Analisis perhitungan momen transversal dilakukan dengan menggunakan

diagram Pucher, diagram Pucher merupakan diagram yang menggambarkan
reaksi beban hidup pada struktur pelat. Beban hidup ditinjau dengan cara beban
truk diletakkan dengan konfigurasi tertentu sehingga menghasilkan momen
maksimum negatif dan positif baik dalam arah transversal maupun arah
longitudinal jembatan.
• Beban hidup untuk momen maksimum pada sayap kantilever.
• Beban hidup untuk momen positif maksimum pada centerline di slab atas
(beban unsimetrik).
• Beban hidup untuk momen negatif maksimum pada slab atas di tumpuan.
418
1. Live Load Moments in Cantilever Wings
419
1. Live Load Moments in Cantilever Wings
420
2. Negative Live Load Moments at Centerline of The Top Slab at Middle
421
2. Negative Live Load Moments at Centerline of The Top Slab at Middle
422
3. Positive Live Load Moments in the Top Slab of the Box
423
424
ULS Moment
425
ULS Shear
426
PENULANGAN TRANSVERSAL BOX
DL Barrier SDL LL Mu
Node Type
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
1 Overhang (Negative) -29.61 -35.82 -4.06 -117.35 -304.42
2 Top Slab (Positive) 9.10 -2.40 1.69 31.88 69.83
3 Top Slab (Negative) -31.51 -4.61 -5.06 -151.78 -330.13
4 Web (Top) 8.79 -23.10 1.98 84.98 139.17
5 Web (Bottom) -15.67 3.77 -1.35 -13.27 -38.14
6 Bottom Slab (Negative) -15.67 3.77 -1.35 -13.27 -38.14
7 Bottom Slab (Positive) 5.57 0.85 -0.09 14.77 34.28
427
PENULANGAN TRANSVERSAL BOX
Mu 1.33 Mu Concrete Dimension Mcr MIN Mdesign
Node Type
(kNm) (kNm) b (mm) h (mm) s (mm) d (mm) (kNm) (1.33Mu,Mcr) (kNm)
1 Overhang (Negative) -304.42 404.88 1000 480 40 429.00 123.01 123.01 304.42
2 Top Slab (Positive) 69.83 92.87 1000 250 40 202.00 33.37 33.37 69.83
3 Top Slab (Negative) -330.13 439.08 1000 469 40 418.00 117.44 117.44 330.13
4 Web (Top) 139.17 185.10 1000 350 40 300.50 65.41 65.41 139.17
5 Web (Bottom) -38.14 50.73 1000 350 40 300.50 65.41 50.73 50.73
6 Bottom Slab (Negative) -38.14 50.73 1000 425 40 378.50 96.44 50.73 50.73
7 Bottom Slab (Positive) 34.28 45.60 1000 210 40 163.50 23.55 23.55 34.28
Mdesign Reinforcement Asuse Asreq STATUS

Node Type
(kNm) Dia s (mm2) Dia s (mm2) (mm2) (mm2) Asuse >Asreq
1 Overhang (Negative) -304.42 22 300 1520.53 16 300 804.25 2324.78 1930.87 OK
2 Top Slab ( Positive) 69.83 19 150 1984.70 0 0 0.00 1984.70 944.14 OK
3 Top Slab (Negative) -330.13 22 300 1520.53 16 300 804.25 2324.78 2159.22 OK
4 Web (top) 139.17 19 150 1984.70 0 0 0.00 1984.70 1249.84 OK
5 Web (bot) -38.14 19 150 1984.70 0 0 0.00 1984.70 497.52 OK
6 Bot Slab (Negative) -38.14 13 150 929.13 0 0 0.00 929.13 393.48 OK
7 Bot Slab (Positive) 34.28 13 150 929.13 0 0 0.00 929.13 574.78 OK
428
PENGECEKAN GESER TRANSVERSAL
Cek (f Vc>Vu)
No Type b (mm) h (mm) s (mm) d (mm) Vu (kN) f Vc (kN)
STATUS
1 Overhang (Negative) 1000 480 40 440 50.74 347.85 OK
2 Top Slab ( Positive) 1000 250 40 210 76.99 166.02 OK
3 Top Slab (Negative) 1000 469 40 429 46.19 339.15 OK
4 Web (top) 1000 350 40 310 97.97 245.08 OK
5 Web (bot) 1000 350 41 309 105.23 244.29 OK
6 Bot Slab (Negative) 1000 425 41 384 35.71 303.58 OK
7 Bot Slab (Positive) 1000 210 42 168 25.75 132.82 OK
429
PERMODELAN ELEMEN SHELL
430
BEBAN TRUK
Beban roda truk dimodelkan sebagai area uniform load sesuai SNI 1725:2016
diperoleh:
112.5 ∗ 1
𝑃1 = = 6 𝑘𝑁/𝑚2
75 ∗ 25
5 ∗1
𝑃2 = = 1333.33 𝑘𝑁/𝑚2
15 ∗ 25
431
1. Live Load Moments in Cantilever 3. Positive Live Load Moments in the
Wings
Top Slab of the Box
2. Negative Live Load Moments at

Centerline of The Top Slab at
Middle
432
BEBAN TRUK – MOMEN NEGATIF SAYAP
KANTILEVER
• Elemen yang terbebani:
4m 5m
1.75 m
433
KANTILEVER
• Beban roda truk dimodelkan sebagai area uniform load sesuai SNI 1725:2016
4m 5m
434
KANTILEVER
1.75 m
435
DIAGRAM MOMEN ELEMEN SHELL: M11
436
437
438
OUTPUT GAYA DALAM ELEMEN SHELL
• Elemen yang dipertimbangkan dalam desain tulangan sayap kantilever:
1.75 m
439
GAYA DALAM SLS: M11
440
GAYA DALAM SLS: M22
441
GAYA DALAM SLS: M12
442
BEBAN TRUK – MOMEN NEGATIF MID SPAN
4m 5m
1.75 m
1m
1.75 m
1m
1.75 m
443
KANTILEVER
1.75 m 1.75 m 1.75 m
444
445
446
447
• Elemen yang dipertimbangkan dalam desain tulangan atas top slab:
448
BEBAN TRUK – MOMEN POSITIF MID SPAN
4m 5m
1.75 m
1m
1.75 m
1m
1.75 m
449
BEBAN TRUK – MOMEN POSITIF SAYAP
KANTILEVER
1.75 m 1.75 m 1.75 m
450
451
452
453
• Elemen yang dipertimbangkan dalam desain tulangan bawah top slab:
454
PERBANDINGAN GAYA DALAM BOX
1 3
LL
No Type Pucher Shell M22 Shell M12 Total
(kNm) (kNm)
1 Overhang (Negative) -117.35 -69.50 -14.78 -84.29
2 Top Slab (Positive) 31.88 44.21 0.0039 44.22
3 Top Slab (Negative) -151.78 -85.80 -19.25 -105.05
Hasil analisis dengan menggunakan shell element menghasilkan momen top slab positif lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan analisis pucher
455
PERHITUNGAN KAPASITAS PENAMPANG BOX
Mu 1.33 Mu Concrete Dimension Mcr MIN Mdesign
Node Type
(kNm) (kNm) b (mm) h (mm) s (mm) d (mm) (kNm) (1.33Mu,Mcr) (kNm)
1 Overhang (Negative) -280.84 373.52 1000 480 40 429.00 123.01 123.01 280.84
2 Top Slab (Positive) 119.81 159.35 1000 250 40 199.00 33.37 33.37 119.81
3 Top Slab (Negative) -329.07 437.66 1000 469 40 418.00 117.44 117.44 329.07
4 Web (Top) 95.34 126.80 1000 350 40 300.50 65.41 65.41 95.34
5 Web (Bottom) -40.26 53.55 1000 350 40 300.50 65.41 53.55 53.55
6 Bottom Slab (Negative) -18.30 24.35 1000 425 40 378.50 96.44 24.35 24.35
7 Bottom Slab (Positive) 19.36 25.74 1000 210 40 163.50 23.55 23.55 23.55
Mdesign As-req Reinforcement As-avail

Node Type STATUS
(kNm) (mm2) Dia s (mm2) Dia s (mm2) (mm2)
1 Overhang (Negative) 280.84 1777.33 22 150 2660.93 16 150 1407.43 4068.36 OK
2 Top Slab (Positive) 119.81 1680.44 22 150 2660.93 16 150 1407.43 4068.36 OK
3 Top Slab (Negative) 329.07 2151.02 22 150 2660.93 16 150 1407.43 4068.36 OK
4 Web (Top) 95.34 854.33 19 150 1984.70 0 150 0.00 1984.70 OK
5 Web (Bottom) 53.55 476.11 19 150 1984.70 0 150 0.00 1984.70 OK
6 Bottom Slab (Negative) 24.35 170.63 13 150 929.13 0 150 0.00 929.13 OK
7 Bottom Slab (Positive) 23.55 386.63 13 150 929.13 0 150 0.00 929.13 OK
456
GAYA DALAM SLS ELEMEN SHELL DAN
PERHITUNGAN TEGANGAN TULANGAN
Diperoleh gaya dalam akibat kombinasi beban SLS
MSLS
Node Type
(kNm)
1 Overhang (Negative) -171.87
1.75 m
2 Top Slab (Positive) 69.11
3 Top Slab (Negative) -197.69
4 Web (Top) 52.01
5 Web (Bottom) -26.95
6 Bottom Slab (Negative) -13.42
7 Bottom Slab (Positive) 12.51
Perhitungan tegangan pada tulangan dilakukan dengan transformasi
penampang:
457
PERHITUNGAN LEBAR RETAK
Lebar retak dihitung berdasarkan persamaan Gergely-Lutz (ACI 224R-01):

𝑤 = . 11 ∙ 𝛽 ∙ 𝑓𝑠 ∙ 3 𝑑𝑐 ∙ 𝐴 ∙ 1 −3
dimana:
𝑤 adalah lebar retak teoretis (mm),
𝛽 adalah rasio antara jarak dari sumbu netral ke serat tarik dan jarak dari sumbu
netral ke tulangan,
𝑓𝑠 adalah tegangan pada tulangan tarik,
𝑑𝑐 adalah jarak dari serat tarik terhadap pusat tulangan terdekat, dan
𝐴 adalah luas beton simetris terhadap tulangan dibagi dengan jumlah tulangan.
458
CONTOH CASE 1 : PERHITUNGAN TEGANGAN
PADA TULANGAN
General Input :-
Width b 1000 mm Es 200000 N/mm2
Depth h 480 mm εc 0.003 mm
cover 40 mm εy 0.0021 mm
2
fy 420 N/mm Ec 29725 N/mm2 ACI318 clause 8.5.1
2
fc' 40 N/mm d 419 mm
Ma service 171.87 KN.m d' 56.5 mm
n= Es /Ec = 6.73
2
Section RFT. No of bars rebar Dia AS mm
Bottom Reinf. 7 T 13 Top = 886.667 mm2 S spacing Top = 150 mm
Top Reinf. 7 T 22 Bot. = 2533.33 mm2 S spacing Bot. = 150 mm
7 T 16 Bot. = 1340 mm2 S spacing Bot. = 150 mm
2- Check of Concrete & Steel Reinforcement stresses:-
= 3.92 N/mm2 ACI 318M-11, Eq 9-10
= 150.58 KN.m ACI 318M-11, Eq 9-9
fc a = Ma*y/Icr = 7.15 N/mm2 = 0.179 fc'

2
fs a=Ma(y-d)/(Icr/n) = 117.47 N/mm Ok < f s max = 252.00 N/mm2 , ACI350-06, Eq 10-4 & 10-5
Berdasarkan tulangan terpasang D22-150 + D16-150, diperoleh:

tegangan pada tulangan sebesar 117.47 MPa < 0.6fy = 252 MPa (OK)
459
PERHITUNGAN LEBAR RETAK TEORETIS
Diperoleh:
3- Calculation of crack width :-
Crack width, = 0.128 mm ACI224R-01, Eq 4-2a
ok Crack Width <= wcr all= 0.150 mm, ACI224R-01,Table 4.1
Lebar retak teoretis sebesar 0.128 mm < 0.150 mm (OK)
460
PERHITUNGAN LEBAR RETAK TEORITIS
Diperoleh:
MSLS fs w
Node Type
(kNm) MPa mm
1 Overhang (Negative) -171.87 117.47 0.128
2 Top Slab (Positive) 69.11 109.62 0.153
3 Top Slab (Negative) -197.69 138.95 0.152
4 Web (Top) 52.01 103.86 0.148
5 Web (Bottom) -26.95 53.82 0.077
6 Bottom Slab (Negative) -13.42 43.49 0.056
7 Bottom Slab (Positive) 12.51 96.63 0.157
Tegangan pada tulangan masih memenuhi terhadap batas fy all = 0.6fy = 252 MPa.
Lebar retak yang terjadi masih dapat diterima (~0.15 mm).
461
TULANGAN BOX
462
TULANGAN BOX
463
ANALISIS DEVIATOR
Analsis Deviator mereferensi pada Huang, Dongzhou, Concrete Segmental Bridges

dalam menganalisis “Full Height Diaphragm Deviators”
464
ANALISIS DEVIATOR
Start (Segment EJ/LS)
End (Segment DV)
External Tendon
use strand 0.6 inch
fpu = 1860 MPa
fpj = 80% × fpu = 1488 MPa
x= 14400 mm
2
Astrand = 140 mm 465
ANALISIS DEVIATOR
Apu P Z (mm) z Y (mm) y xy = (x²+y²)½

Tendon nstrand ntendon
mm² kN Start End mm Start End mm mm
C1 22 1 2660 3958.08 1920 341 1579 3382 2200 1182 14448.43
C2 22 1 2660 3958.08 1340 310 1030 3131 1950 1181 14448.35
C3 22 1 2660 3958.08 760 310 450 2879 1700 1179 14448.18
C4 22 1 2660 3958.08 710 310 400 2397 1450 947 14431.11
C5 22 1 2660 3958.08 1920 310 1610 2897 1200 1697 14499.65
Axial Load Lateral Load

b a C*z = sin a *P C*y = sin b*P
Tendon tan b = y/x tan α = z/xy
° ° kN kN
C1 0.082 4.69 0.109 6.24 430.00 323.80 Gaya yang bekerja
C2 0.082 4.69 0.071 4.08 281.45 323.53 pada deviator akibat
C3 0.082 4.68 0.031 1.78 123.22 322.99
C4 0.066 3.76 0.028 1.59 109.67 259.74 tendon eksternal
C5 0.118 6.72 0.111 6.34 436.81 463.24
Total 1381.15 1693.30

MAX 436.81 463.24
466
ANALISIS DEVIATOR
Pemodelan gaya transversal box deviator akibat tendon
467
ANALISIS DEVIATOR
Pemodelan transversal box deviator
468
REAKSI GAYA AKSIAL TRANSVERSAL BOX
DEVIATOR
469
REAKSI GAYA GESER TRANSVERSAL BOX
DEVIATOR
470
REAKSI GAYA MOMEN TRANSVERSAL BOX
DEVIATOR
471
ANALISIS LENTUR BOTTOM SLAB TRANSVERSAL
BOX DEVIATOR
Flexure Reinforcement
Dimension
b = 1000 mm
h = 1000 mm As min2 = 3614.03 mm²
d = 960 mm 2
1.3As req = 2063.27 mm
Load Asused :
Mu = 450.069 kNm Asreq > Asmin , use Asreq
Asreq < Asmin , use max 1.3Asreq ,Asmin
Flexural Reinforcement As used = 3614.03 mm²
fb = 0.9 Db = 32 mm
fc '  4Mu  n used = 10
Asreq = 0.85 b  d 1− 1− 
fy  1.7  f  b  d 2
 fc '  Asb used = 8042.48 mm² (10D32)
Check : OK
As req = 1587.13 mm²
Use 10 D32 on top side
1.4
Asmin = bd RSNI T-12-2004 (5.1-4)
fy
As min1 = 3200.00 mm²

fc '
Asmin = b d RSNI T-12-2004 (5.1-3)
4 fy
472
ANALISIS GESER BOTTOM SLAB TRANSVERSAL
BOX DEVIATOR
Shear Reinforcement
Dimension
b = 1000 mm Vs  s
Av = RSNI T-12-2004 (5.2-7)
h = 1000 mm d  fy
d = 960 mm AV = 95.35 mm²

1 b s
Load Av =
3 fy RSNI T-12-2004 (5.2-9)
Vu = 951.17 kN
AV min = 119.05 mm²
Shear Reinforcement AV req = 119.05 mm²
fv = 0.75 Dv = 16 mm
n legs = 2
fc '
Vc = bw d RSNI T-12-2004 (5.2-3)
s = 150 mm
6 AV used = 402.12 mm² (D16-150)
Check : OK
Vc = 1011.93 kN Use 2 legs of D16-150
Vs = (V u/f) - V c
= 256.30 kN
473
ANALISIS LENTUR WEB TRANSVERSAL BOX
DEVIATOR
Flexure Reinforcement
Dimension
b = 800 mm
h = 716 mm
d = 676 mm As min2 = 2035.9045 mm²
2
1.3As req = 212.46 mm
Load
Asused :
Mu = 139.54 kNm
Asreq > Asmin , use Asreq
Asreq < Asmin , use max 1.3Asreq ,Asmin
Flexural Reinforcement
As used = 2035.9045 mm²
fb = 0.9
Db = 32 mm
fc '  4Mu 
Asreq = 0.85 b  d 1− 1−  n used = 9
fy  1.7  f  b  d 2
 fc '  Asb used = 7238.2295 mm² (9D32)
Check : OK
As req = 163.43348 mm² Use 9 D32 on each top and bottom side
1.4
Asmin = bd
fy RSNI T-12-2004 (5.1-4)
As min1 = 1802.6667 mm²

fc '
Asmin = b d RSNI T-12-2004 (5.1-3)
4 fy
474
ANALISIS GESER WEB TRANSVERSAL BOX
DEVIATOR
Shear Reinforcement
Dimension
Vs  s
b = 800 mm Av = RSNI T-12-2004 (5.2-7)
d  fy
h = 716 mm
d = 676 mm AV = -258.57 mm²
1 b s
Av =
Load 3 fy RSNI T-12-2004 (5.2-9)
Vu = 60.48 kN
AV min = 95.24 mm²
Shear Reinforcement AV req = 95.24 mm²
fv = 0.75 Dv = 16 mm
n legs = 2
fc '
Vc = bw d RSNI T-12-2004 (5.2-3) s = 150 mm
6
AV used = 402.12 mm² (D16-150)
Check : OK
Vc = 570.05 kN
Use 2 legs of D16-150
Vs = (V u/f) - V c
= -489.41 kN
475
ANALISIS DEVIATOR
Untuk desain hairpin perhitungan dilakukan berdasarkan paper dari R.J Beaupre (SP 120-12, Deviator Behavior and Design
for Externally Post-Tensioned Bridges) dengan mengacu ke AASHTO.
476
R.J Beaupre (SP 120-12, Deviator Behavior and
Design for Externally Post-Tensioned Bridges)
477
R.J Beaupre (SP 120-12, Deviator Behavior and
Design for Externally Post-Tensioned Bridges)
478
REFERENSI HAIR PIN
Referensi untuk tulangan hair pin pada State of theArt Externally Post-Tensioned Bridges
with Deviators by L. C. Powell, J. E. Breen, and M. E. Kreger
479
TULANGAN DEVIATOR
TENDON PROPERTIES 2. Design Tendon loops based on 436.81 kN
Tendon 1 : 6" - 22 Fu : f (As) (fy)
As : Fu / (ffy) = 1964.49 mm2
fpu : 1860 MPa
A : 140 mm2 minimum use : 2 leg 6 D16 for each tendon
Design use : 2 leg 8 D16 = 3218.29 mm2 OK
CONCRETE PROPERTIES
f'c : 40 MPa 3. Tension Bottom Slab
Tu : 2878.614 kN
REINFORCEMENT PROPERTIES Tu
As : = 7615.38 mm2
fy : 420 MPa 0.9 fy
D1 : 16 mm
A1 : 201.14 mm2 Design use : 6 D-32 = 4827.43 mm2
10 D-25 = 4910.71 mm2
fy : 420 MPa TOTAL = 9738.14 mm2 > 7615.38 mm2 OK
D2 : 32 mm
A2 : 804.57 mm2
fy : 420 MPa
D3 : 25 mm
A2 : 491.07 mm2
ANALYSIS
Load Factor : 1.7
f tension : 0.9
f shear : 0.75
1. Maximum Alloable Jacking Force

Tendon 1 : 4583.04 kN
° ° kN kN
C1 0.08 4.69 0.11 6.24 430.00 323.80
C2 0.08 4.69 0.07 4.08 281.45 323.53
C3 0.08 4.68 0.03 1.78 123.22 322.99
C4 0.07 3.76 0.03 1.59 109.67 259.74
C5 0.12 6.72 0.11 6.34 436.81 463.24
Total 1381.15 1693.30

MAX 436.81 463.24
480
DETAIL HAIRPIN
Detailing tulangan hairpin dilakukan berdasarkan paper dari R.J Beaupre (SP 120-12, Deviator Behavior and Design for
Externally Post-Tensioned Bridges) dengan mengacu ke AASHTO.
Bottom Slab
Bottom Slab
481
REFERENSI HAIR PIN
Referensi untuk tulangan hair pin pada Huang, Dongzhou, Concrete Segmental Bridges
Bottom Slab
Tampak Depan
Bottom Slab
Tampak Memanjang
Bottom Slab
482
Konsep strut and ties model untuk hair pin
TULANGAN HAIR PIN DEVIATOR
Kami juga sudah berkonstultasi dengan Pak Teddy S Theryo, PE beliau adalah Major Bridge Design
Engineer III, FDOT State Structures Design Office
• TULANGAN HAIR PIN DEVIATOR
Praktek kami di AS saat merancang / mendetailkan deviator, tension tie harus di detailkan
sebagai tulangan close hoop/stirrup. Jika Anda mendetailakn sebagai sebagai hairpin U terbalik,
maka panjang penyaluran tulangan harus mengikuti detail hook 90%.
Ada aspek penting lain dari desain deviator seperti yang dilampirkan. Kami biasanya harus
mendesain bagian diafragma dengan tinggi penuh dan lebar penuh dari sebuah deviator.
Namun, untuk jumlah total tendon kurang dari tiga (3), diafragma dapat dibuat
tapered/meruncing. Saya mengusulkan ini untuk merevisi pedoman desain kami. Seperti yang
Anda lihat, seluruh diafragma berpartisipasi dalam mentransfer beban vertikal dari tendon
eksternal. Dalam hal ini tulangan hoop atau hair pin manjadi kurang kritis, karena kami memiliki
mekanisme lain untuk mentransfer beban vertikal ke web box girder.
483
DESIGN GUIDELINES FDOT
3 tendon Lebih dari 3 tendon
484
PANJANG PENYALURAN
AASHTO 5.10.8.2.4a
Basic Hook Development Length
fc' = 40 MPa
fy = 420 MPa
db = 16 mm
= 0.63 in
l hb min = 150.00 mm
l hb = 10.09 in Basic hook development length
l hb = 256.28 mm Basic hook development length
Modification Factors
λrc = 1 Reinforcement confinement factor λer = As req/As use
2
λcw = 1 Coating Factor As req = 1964.49 mm
2
λer = 0.610 Excess Reinforcement Factor As use = 3218.29 mm
λ = 1 Concrete density modification factor
l dh = 156.44 mm
l dh use = 193.00 mm OK
485
PEMASANGAN TULANGAN BLISTER BOX
DEVIATOR
486
PEMASANGAN TIPIKAL TULANGAN BOX
DEVIATOR
487
ANALISIS TULANGAN BLISTER BOX DEVIATOR
Blister Configuration
Angle (ϴ) = 14.5 °

e ver
P cos ϴ e hor
P P sin ϴ V
H = P cos ϴ
= 5324.47 kN
488
Using the shear friction concept, Av required for shear :

Concrete Properties
Concrete Type : Normalweight Concrete
fc = 40 MPa
λ = 1
Coefficient of frcition : 3. Positive Live Load Moments in the Top Slab of the Box
Concrete place monolithically
m = 1.4
Reinforcement Properties
fy = 420 MPa
ø = 0.6
s = 100 mm
489
Shear Friction
H
Avf = = 15092.04 mm²
ø·λ·fy·μ
Rebar configuration
nlegs = 4 legs
Dbar = 19 mm
3. Positive Live Load Moments
Abar =in the Top Slab of the Box
284 mm²
Tendon 1 x 0.6-22 Avf

nbar = = 14 bars
Abar · nlegs
Use 16 D 19
Asuse = 18146 mm² > Avf = 15092.04 mm² OK
490
Secondary Moment at point A :
n = 1
P sin ϴ = 1377.00 kN
P cos ϴ = 5324.47 kN
e hor = 414 mm
e ver = 371 mm
MPT hor = 570.08 kNm
MPT ver = 1975.38 kNm
MA = MPT hor + MPT ver
= 2545.46 kNm
b = 1883 mm
h = 2000 mm
d 3. Positive Live 1960
= LoadmmMoments in the Top Slab of the Box
ø = 0.9
0.85 fc '  4M ult 

Asreq = 1 − 1 −  bd
fy  1.7f fc 'bd 2 
Asreq = 770.46 mm²
Dbar = 25 mm dbar = 25 mm
n = 3 n = 3
Abar = 491 mm² Abar = 491 mm²
Asuse = 1472.62 mm² Asuse = 1472.62 mm²
Asuse total = 2945.24 mm² > Asreq = 770.46 mm² OK

491
Spalling Reinforcement :
Ts = 0.022 x P = 120.99 kN
Ts
As req = = 480.13 mm²
0.6fy
The area of reinforcement provided :

Vertical reinforcement
Dbar = 19 mm n = 2
Abar = 284 mm²
Asuse = 567.06 mm² OK
Horisontal reinforcement
Dbar 3. =Positive19Live
mm Load Moments
n =in the Top
2 Slab of the Box
Abar = 284 mm²
Tie Back :
TTB = 0.25 x P = 1374.91 kN
Ts
As req = = 5456.00 mm²
0.6fy
Reinforcement
Dbar = 25 mm n = 12
Abar = 491 mm²
492
Hairpin reinforcement :
R= 4m
P
q= = 1374.91 kN/m
R
qxs
As, req = = 818.40 mm²
0.4 x fy
818.40 3. =Positive 409.20

Live Load Moments in the Top Slab of the Box
As, req = mm²
2
Dbar = 25 mm
Abar = 490.87 mm²
suse = 100 mm²
Asuse = 490.87 mm² > As, req = 409.20 mm² OK
493
PEMASANGAN TIPIKAL TULANGAN BOX
DEVIATOR
494
PEMASANGAN TULANGAN BLISTER BOX
DEVIATOR
495
ANALISIS DIAFRAGMA BOX EJ
Apu P Z (mm) z Y (mm) y xy = (x²+y²)½

Tendon nstrand ntendon
mm² kN Start End mm Start End mm mm
C1 22 1 2660 3958.08 1600 341 1259 3265 2200 1065 14439.33
C2 22 1 2660 3958.08 1155 310 845 3072 1950 1122 14443.65
C3 22 1 2660 3958.08 710 310 400 2879 1700 1179 14448.18
C4 22 1 2660 3958.08 670 310 360 2396 1450 946 14431.04
C5 22 1 2660 3958.08 1600 310 1290 2780 1200 1580 14486.42

° ° kN kN
C1 0.074 4.23 0.087 4.98 343.81 291.94
C2 0.078 4.46 0.059 3.35 231.17 307.47 Gaya yang bekerja pada
C3 0.082 4.68 0.028 1.59 109.54 322.99 diafragma EJ akibat
C4 0.066 3.76 0.025 1.43 98.71 259.46
C5 0.110 6.26 0.089 5.09 351.07 431.70 tendon eksternal
Total 1134.30 1613.55

MAX 351.07 431.70
496
ANALISIS GAYA TENDON DIAFRAGMA BOX EJ
497
ANALISIS GAYA BEARING DIAFRAGMA BOX EJ
498
ANALISIS DIAFRAGMA BOX EJ
Pemodelan Box Transversal EJ
499
REAKSI GAYA AKSIAL TRANSVERSAL BOX EJ
500
REAKSI GAYA MOMEN TRANSVERSAL BOX EJ
501
REAKSI GAYA GESER TRANSVERSAL BOX EJ
502
ANALISIS LENTUR BOTTOM SLAB TRANSVERSAL
BOX EJ
503
ANALISIS GESER BOTTOM SLAB TRANSVERSAL
BOX EJ
504
ANALISIS LENTUR WEB TRANSVERSAL BOX EJ
505
ANALISIS GESER WEB TRANSVERSAL BOX EJ
506
ANALISIS LENTUR TOP SLAB TRANSVERSAL BOX
EJ
507
ANALISIS GESER TOP SLAB TRANSVERSAL BOX EJ
508
ANALISIS TULANGAN DIAFRAGMA DAN HAIRPIN
BOX EJ
Tendon Coordinate
H 2.60 m
Top Slab (t1) 0.25 m
Bot Slab (t2) 0.40 m
Web (t3) 0.35 m

l diaphragm : 1.800 m C1 C2 C3 C4 C5
e1 average : 1.145 m e1 0.555 1.135 1.715 1.765 0.555
e2 average : 1.130 m e2 1.720 1.140 0.560 0.510 1.720
e3 average : 0.560 m e3 0.364 0.375 0.375 0.836 0.849
e4 average : 0.755 m e4 0.964 0.945 0.925 0.463 0.479
Step 1. Check Structural dimension and layout
1.8 > 0.57 OK l diaphragm > 0.5 max ei
1.32 > 1.138 OK e3 + e4 > (e1 + e2) / 2
509
BOX EJ
Step 2. Calculate ni and Ri
n1 = 0.50 < 0.66

n2 = 0.51 < 0.67
n3 = -0.01
Case : 1.32 > 1.14 Wide Diaphragm
R1 = 0.24
R2 = 0.25
R3 = 0.51 510
BOX EJ
Step 3. Reinforcement
Jacking Force = 80 %
fpu = 1860 MPa
fy = 420 MPa
A= 140 mm2
n strand = 22 nos
n tendon = 5
P = 22915200 kN
Tv = 3538753.21 kN
Th = 3619386.84 kN
As,v = 11234.14 mm2 1.2 Tvy / (0.9 x fy)

As,h = 11490.12 mm2 1.2 Tvh / (0.9 x fy)
Step 3. Reinforcement Design
Drebar = 32 mm
Arebar = 804.57 mm2
14 D32 aligned vertically and
nv = 14 nos
nh = 15 nos 15 D32 aligned horizontally
511
ANALISIS TULANGAN SPALLING
Spalling reinforcement
Tendon Astrand fpu fc' fci' fy Jacking Load Pj Ts As req Drebar use As Astotal use
No 2 ntendon φ nrebar
inch - nstrand mm MPa MPa MPa MPa Force Factor kN kN mm² mm mm² mm²
1 0.6 - 4 140 1860 1 40 40 420 0.8 1.2 999.94 20.00 0.8 59.52 13 132.73 1 132.7
2 0.6 - 7 140 1860 1 40 40 420 0.8 1.2 1749.89 35.00 0.8 104.16 13 132.73 1 132.7
3 0.6 - 12 140 1860 1 40 40 420 0.8 1.2 2999.81 60.00 0.8 178.56 13 132.73 2 265.5
4 0.6 - 22 140 1860 1 40 40 420 0.8 1.2 5499.65 109.99 0.8 327.36 16 201.06 2 402.1
Jacking Force (Max assumption), aktual 75%

Pj = 1.2 x 0.8 x nstrand xAstrand x f pu x ntendon
Ts = 0.02Pj
Asreq = Ts/φfy
AASHTO 5.9.5.6.5b
SNI 2847 2019
512
PEMASANGAN TULANGAN SPALLING BOX EJ
513
PEMASANGAN TULANGAN BOX EJ (1)
514
515
516
517
• Permodelan dengan ATENA Science-GiD.
519
• Hasil Analisis dengan ATENA Science-GiD.
520
521
522
523
524
525
DATA LRB
No. CHARACTERISTCS SYMBOL VALUE UNITS
• Movement kondisi servis tidak termasuk
A SEISMIC ZONE
1 Soil Class (A, B, C, D, atau E) E
gempa frequent.
2 Peak Ground Acceleration PGA 0.275 g
B LOAD (Per Bearing)

1 Vertical - Dead Load DL 3795 kN
2 Vertical - Live Load LL 1913 kN
3 Vertical Load Service (SLS) SLS 6500 kN
4 Vertical Load Ultimate (ULS) ULS 9750 kN
5 Vertical Load during Seismic Nsd 3795 kN
6 Vertical Load during Seismic, Maximum Ned, max 3795 kN
C MOVEMENT, ROTATION, & LRB DATA

Service Displacement (Thermal, Live Load, Wind, etc.) &
7 Dsls ±54 mm
Permanent Movement (Shrink & Creep)
8 Service Rotation (Thermal, Live Load, Wind, etc.) θsls 0.0025 radian
9 Seismic Design Displacement Dbd ±300 mm
10 Seismic Rotation θseismic 0.0027 radian
11 LRB Characteristics Strength Qd 262 kN
12 LRB Yield Force Fy 311 kN
13 Pre-Yield Stiffness (Lead Core Stiffness) Klead or K1 11.4 kN/mm
14 Horizontal Stiffness (After Yield) Kr or K2 1.8 kN/mm
15 Effective Stiffness at Dbd Keff 2.8 kN/mm
16 Equivalent Viscous Damping ξ 20.9 %
526
LAYOUT LRB
527
MODE SHAPE
TABLE: Modal Participating Mass Ratios

OutputCase StepType StepNum Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless
MODAL Mode 1 1.762 0.00003968 0.42114 0.00006001 0.00003968 0.42114 0.00006001
MODAL Mode 2 1.578224 0.0000595 0.348 0.00035 0.00009919 0.76913 0.00041
MODAL Mode 3 1.549003 0.26443 0.00001802 2.032E-07 0.26452 0.76915 0.00041
MODAL Mode 4 1.537304 0.00128 0.00297 0.00000689 0.2658 0.77212 0.00041
MODAL Mode 5 1.5018 0.0009 0.00228 0.0000336 0.2667 0.77439 0.00045
MODAL Mode 6 1.496595 0.14889 0.00002942 0.00000199 0.41559 0.77442 0.00045
MODAL Mode 7 1.489858 0.29571 0.000004529 1.379E-07 0.7113 0.77443 0.00045
MODAL Mode 8 1.470326 0.0421 0.000002971 3.257E-07 0.75341 0.77443 0.00045
MODAL Mode 9 1.468392 0.00091 0.00188 0.000008281 0.75432 0.77631 0.00046
MODAL Mode 10 1.452261 0.00904 0.000004952 2.729E-07 0.76336 0.77632 0.00046
MODAL Mode 11 1.440248 0.00005418 0.00001071 7.618E-07 0.76341 0.77633 0.00046
MODAL Mode 12 1.431859 0.00001349 0.00001626 1.985E-07 0.76342 0.77634 0.00046
MODAL Mode 13 1.422344 0.00001688 0.00002146 1.652E-07 0.76344 0.77637 0.00046
MODAL Mode 14 1.416135 0.00004705 0.000001061 6.159E-08 0.76349 0.77637 0.00046
MODAL Mode 15 0.961292 0.00000035 0.00003113 0.00001203 0.76349 0.7764 0.00047
528
Mode Shape
TABLE: Modal Participating Mass Ratios

OutputCase StepType StepNum Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless
MODAL Mode 16 0.925665 1.259E-08 0.00001383 0.000002071 0.76349 0.77641 0.00047
MODAL Mode 17 0.9256 6.89E-08 0.000006495 0.000001598 0.76349 0.77642 0.00047
MODAL Mode 18 0.906854 1.44E-10 0.000001029 0.000004977 0.76349 0.77642 0.00048
MODAL Mode 19 0.901311 2.267E-08 0.000007284 0.00001231 0.76349 0.77643 0.00049
MODAL Mode 20 0.889393 2.609E-07 0.000000539 0.00004216 0.76349 0.77643 0.00053
MODAL Mode 21 0.876923 0.000001171 0.000001568 0.00001315 0.76349 0.77643 0.00055
MODAL Mode 22 0.441097 0.00008548 0.00016 0.08161 0.76358 0.77659 0.08216
MODAL Mode 23 0.43679 7.569E-07 6.171E-08 0.08468 0.76358 0.77659 0.16683
MODAL Mode 24 0.432367 4.531E-07 0.000002997 0.2574 0.76358 0.77659 0.42423
MODAL Mode 25 0.424918 8.669E-07 0.000005088 0.01404 0.76358 0.7766 0.43827
MODAL Mode 26 0.423304 0.000002243 0.000002404 0.03254 0.76358 0.7766 0.47081
MODAL Mode 27 0.422343 6.836E-08 2.275E-09 0.07166 0.76358 0.7766 0.54247
MODAL Mode 28 0.422067 1.221E-07 3.228E-08 0.01958 0.76358 0.7766 0.56205
MODAL Mode 29 0.296132 0.00004705 0.03032 0.00037 0.76363 0.80692 0.56243
MODAL Mode 30 0.282262 0.03257 0.00008907 0.00003552 0.7962 0.80701 0.56246
529
Mode 1
T= 1.658 s, f = 0.60761 Hz
Mode 1 - Transversal
530
Mode 2
T= 1.57822 s, f = 0.63362 Hz
Mode 2 - Transversal
531
Mode 3
T= 1.549 s, f = 0.64558 Hz
Mode 3 - Longitudinal
532
LRB RESPONSE GM-1
Long Trans
533
LRB RESPONSE GM-2
Long Trans
LRB RESPONSE GM-3
Long Trans
LRB RESPONSE GM-4
Long Trans
LRB RESPONSE GM-5
Long Trans
LRB RESPONSE GM-6
Long Trans
LRB RESPONSE GM-7
Long Trans
PIER TIPIKAL
CROSS SECTION SINGLE PIER TIPIKAL
Tipe Struktur : Single Pier Tipikal
Deck : Single Box 14.3 M
Span : 47 m
Dimensi Pier : 3 x 2.5 m
Tinggi Pier : 8.0 m
Tipe Pondasi : Borepile Dia 1.8 m
R Pier :1
R Pondasi :1
CROSS SECTION SINGLE PIER TIPIKAL
Dimensi Pier: 3.0 m x 2.5 m

FAKTOR PERBESARAN MOMEN
Berdasarkan AASHTO LRFD (2020) 4.5.3.2, pengaruh kelangsingan dapat didekati dengan
faktor perbesaran momen sebagai berikut:
Parameter Notation Longitudinal Transverse Unit
Concrete Properties
Concrete Specified Compressive Strength fc' 35 35 MPa
Dimana:
Concrete Modulus of Elasticity Ec 27805.57 27805.57 MPa
Pier Dim ension

Width b 2500 3000 mm
Height h 3000 2500 mm
Gross Area of Pier Ag 7500000 7500000 mm^2
Unbraced Length of Pier
Gross Moment of Inertia
l
Ig
10500
5.63E+12
10500 mm
3.91E+12 mm^4
sehingga diperoleh faktor perbesaran
Radius of Gyration
Effective Length Factor
r
k
866.03
2.2
721.69 mm
2.2
momen sebesar 1.04 pada arah
kl/r 26.67 32.01 longitudinal dan 1.05 pada arah transversal.
Remarks kl/r > 22 Slenderness effect must be considered
M om ent M agnification Factor Calculation

Maximum Dead Load Moment MDL 208.42 0.91 kN.m
Maximum Factored Moment Mu 18281 16721 kN.m
βd=M DL/M u βd 0.01 0.00
Effective EI EI 6.19E+16 4.34E+16 N.mm^2
Euler Buckling Load Pe 1.14E+09 8.04E+08 N
Maximum Factored Axial Load Pu 29160 29160 kN
Stiffness Reduction Factor φK 0.75 0.75
δs=1/(1-Pu/(φKPe)) δs 1.04 1.05
DIAGRAM INTERAKSI P30S
Reduction factor :
Tension-controlled failure : f = 0.9
Compression-controlled failure : f = 0.75
Rasio Tulangan : 1.05 %

fy : 420 MPa
fc’ : 30 Mpa
Pu = 28379 kN
Ag = 7465700 mm2
Pu/Ag = 3.81MPa
= 0.11 fc’
SHEAR REINFORCEMENT P30S
Concrete Properties Concrete Properties
fc' = 35 MPa fc' = 35 MPa
Pier Dimension Pier Dimension
bw = 2500 mm bw = 3000 mm
h= 3000 mm h= 2500 mm
ln = 24800 mm ln = 24800 mm
Ec = 27805.57 MPa Ec = 27805.57 MPa
λ= 1 λ= 1
d= 2950 mm d= 2450 mm
concrete cover = 50 mm concrete cover = 50 mm
Reinforcement Properties Reinforcement Properties
fy = 420 fy = 420
Es = 200000 MPa Es = 200000 MPa
Load Input Load Input
Nu = 19798 kN Nu = 27550 kN
= 19798000 N Note : = 27550000 N Note :
Factor = 1.3 Factor = 1.3
Mp bot = 57589.56 kN.m Mp bot = 76364.42 kN.m
Mp use= 57589.56 kN.m Mp use= 76364422222 kN.m
Vu = 3018.81 kN Vu = 4002.97 kN
= 3018807.348 N = 4002973.746 N
Vc = 8642.97 kN Vc = 9148.72 kN
Vc max = 16812.44 kN TIPE 1 TIPE 2 Vc max = 18122.05 kN TIPE 1 TIPE 2
Vu = (Mn top + M n bot) /L Vu = (Mn bot) /L Vu = (Mn top + M n bot) /L Vu = (Mn bot) /L
Vc used = 8642.97 kN Moment Diagram Output 2 Vc used = 9148.72 kN Moment Diagram Output 2
Vs = -4617.90 kN Vs = -3811.43 kN
φ= 0.75 φ= 0.75
Vs max = 29087.39 kN Vs max = 28988.79 kN
Vs used = -4617.896 kN Vs used = -3811.426 kN
s= 200 s= 200
Avmin = 584.57 mm² > Av min req = 41.6666667 mm² OK Avmin = 701.48 mm² > Av min req = 50 mm² OK
Avreq = 584.57 mm² Avreq = 701.48 mm²
Shear Reinforcement Use Shear Reinforcement Use
D= 16 mm D= 16 mm
nreq = 12 legs nreq = 14 legs
Av = 2412.74 mm² Av = 2814.87 mm²
Shear Reinforcement Use 12 D16 - 200 Shear Reinforcement Use 14 D16 - 200
CONFINEMENT P30S
Confinement Confinement
D= 16 mm D= 16 mm
sconf = 100 mm sconf = 100 mm
Ag = 7500000 mm² Ag = 7500000 mm²
Ac = 6960000 mm² Ac = 6960000 mm²
Ash1 = 562.50 mm² Ash1 = 465.52 mm²

Ash2 = 2400.00 mm² Ash2 = 2900.00 mm²
Ash = 2400.00 mm² Ash = 2900.00 mm²

nreq1 = 11.9 based on Ash nreq1 = 14.4 based on Ash
s max = 360 mm s max = 360 mm
nreq2 = (bw/ 360)+1 nreq2 = (bw/ 360)+1
nreq2 = 8 based on maximum spacing nreq2 = 10 based on maximum spacing
nreq = 12 max between spacing req and Ash nreq2 = 14 max between spacing req and Ash
nuse = 12 legs nuse = 14 legs
Ashused = 2412.74 mm² OK Ashused = 2814.87 mm² NOT OK
Confinement Use 12 D16 - 100 Longitudinal Direction Don't Use 14 D16 - 100 Transversal Direction
TULANGAN TORSI PIER P30S
Longitudinal Direction
Concrete Properties
fc' = 35 MPa
Pier Dimension
bw = 2500 mm
h= 3000 mm
cover = 50 mm
Acp = 7500000 mm²
pcp = 11000 mm
Ao = 6960000 mm²
dv = 2360 mm
Load Input (Max Torsion)

Nu = 19789.67 kN
Vu = 359.89 kN
Tu = 515.19 kNm
Tcr = 9929582598 Nm
= 9929.58 kNm
φ= 0.75
0.25φTcr = 1861.80 kNm > Tu = 515.19 kNm
Torsion is neglected
Tu < 0.25 Tcr
PENULANGAN SINGLE PIER TIPIKAL
Tulangan utama : 96 D32
Tulangan geser : D16-100 (sendi plastis)
: D16-200 (di luar sendi plastis)
PIER HEAD TIPIKAL
DIMENSI PIER HEAD SINGLE PIER TIPIKAL
MODEL STM PIER HEAD SINGLE PIER TIPIKAL
M aterial Properties
f c' = 40 MPa
Vu Vu fy = 420 MPa
Es = 200000 MPa
Dim ension
Nu Nu a= 4706 mm
bpier = 2500 mm
bpier head = 3500 mm
hpier head = 2500 mm
cover= 100 mm
d = hpier head - concrete cover
= 2400 mm
av = a/2
= 2353 mm
= 46.17 °
Load
R R Vu = 13547 kN
Nuc = 1147.5 kN
TULANGAN PIER HEAD SINGLE PIER TIPIKAL
1 Choose Tension Tie Reinforcem ent

Tu = Vu / tan ϴ
= 13005.12 kN
Auc = Nuc/0.9fy
= 3035.71
Ast = Tu/0.9fy
= 34405.08 mm2
As req = Auc +Ast
= 37440.79 mm2
Dbar = 32 mm
2
As bar = 804.25 mm
nreq = 46.55
nuse = 48 D32
2 2
Ast use = 38603.89 mm ≥ As req = 37440.79 mm OK
KAPASITAS STRUT PIER HEAD SINGLE PIER
TIPIKAL
2 Check Struts Load

n. bearing = 2
Cu = Vu /(n. bearing x sin ϴ)
= 9389.55 kN
3 Bearing Siz e Check

Bearing Type C-C-T
βs = 0.8
Bearing plinth area required :
Ab req = Cu/(0.85∙βs∙fc')
= 345203.93 mm2
Bearing Plinth Dimension :
bb = 1050 mm (longitudinal direction)
hb = 1050 mm (transversal direction)
2 2
Ab use= 1102500 mm ≥ Ab req = 345203.93 mm OK
TIPIKAL
The limiting compressive stress in the strut is controlled by the tensile strain in the tie.
Tensile strain in Tie A-A' is:
εs = Tu/Ast use ∙Es
= 0.0016171
The principal strain, ε1 can be determined as:

ε1 = εs +(εs + 0.002) cot2 α α = smallest angle between compressive strut and adjoining tension ties
= 0.0049505 in this case, α value is equal to ϴ
and the limiting compressive stress, f cu in the strut is:

fcu = fc'/(0.8+170 ε1)
= 24.37 MPa
0.85fc' = 34.00 MPa
Use fcu :
fcu = 24.37 MPa
TIPIKAL
Strut Width:
ws = hb ∙sin ϴ + 2(hpier head - d)∙ cos ϴ
= 895.96 mm
4 Check Strut Capacity

The nominal resistance of the strut is based on the limiting stress, f_cu, and strut dimension.
Strut width is taken as w s, and strut thickness can be conservatively taken as the bearing block dimension, hence:
Pn = fcu ∙ Acs
= 22923.17 kN
φ= 0.7
The factored resistance of the strut is :
Pr = φ Pn
= 16046.22 kN ≥ Cu = 9389.55 kN OK
PENGANGKURAN TIES PIER HEAD SINGLE PIER
TIPIKAL
The basic development lentgh of D32 is
conc cover = 100 mm
Basic development length of tension rebar:
ldb 0 = d-conc cover+Dbar = 132 mm
ldb 1 = 0.02Ab∙fy/√fc = 1068.17 mm
ldb 2 = 0.06Dbar ∙fy = 806.4 mm
Use:
ldb = 1068.1669 mm
Top bar modification factor that increase the required development length is:
Factor 1.3
Modification factor that decreased the required development length is:
Factor As req/As provided
Factor 0.931
ldb use = ldb x modification factor

= 1292.91 mm > 132 mm
Therefore it is necessary to provide hooks at the end of the bars.
PENGANGKURAN TIES TULANGAN PIER HEAD
SINGLE PIER TIPIKAL
Nodal zone stress calculation to anchor tension tie is calculated as follow:
bpier head = 3500 mm

fc '= Tu/(2(hpier head-d) bpierhead)
= 18.58 MPa
For this nodal zone, the limiting stress is:
fc' all = 0.75ffc'
= 21 MPa > 18.58 MPa OK
TULANGAN RETAK PIER HEAD SINGLE PIER
TIPIKAL
AASHTO LRFD 5.8.2.6
Horizontal reinforcement Vertical reinforcement

ρ= 0.003 ρ= 0.003
b= 3500 mm b= 6300 mm
h= 2500 mm h= 3500 mm
As req = 0.003 x bpier head x hpier head As req = 0.003 x bpier head x hpier head
= 26250 mm2 = 66150 mm2
Dbar hor = 32 mm (H2) Dbar ver = 19 mm (H1) & (H6)
nlegs hor = 50 nlegs = 6
Dbar hor = 19 mm (H4) & (H4a) s= 150 mm
2
nlegs hor = 62 Aver = 71449.24 mm OK
2
Ahor = 57791.17 mm OK
PANJANG PENGANGKURAN TIES PIERHEAD
• panjang penanaman penulangan ties pada pier head diambil dengan panjang
seperti pada gambar berikut
559
PANJANG PENGANGKURAN TIES PIERHEAD
Development of Reinforcement in Tension
For No 36 bar and smaller
fc' = 40 MPa
fy = 420 MPa
fye = 1.25 x fy = 525 MPa
db = 32 mm
ldb min = 304.8 mm

ldb = 2427.9 mm
ldb use = 2427.9 mm
λrl = 1.00 Reinforcement location factor

λcf = 1.00 Coating Factor
λrc = 0.55 Reinforcement confinement factor As req = 37440.79
λer = 0.93 Excess Reinforcement Factor Ast use = 40212.39 mm2
λ = 1.00 Concrete density modification factor
ld = 1235.0 mm
• Panjang penyaluran yang dibutuhkan sebesar 1235 mm

560
PANJANG PENYALURAN TIES PADA PIER HEAD
• Panjang penyaluran yang terpasang adalah 1623 mm > 1235 mm sehingga

panjang penanaman masih memenuhi
561
TULANGAN PIER HEAD SINGLE PIER TIPIKAL
PIER KANTILEVER
CROSS SECTION SINGLE PIER KANTILEVER
Tipe Struktur : Single Pier KANTILEVER
Deck : Single Box 14.3 M
Span : 47 m
Dimensi Pier : 3 x 2.5 m
Tinggi Pier : 6.65 m
Tipe Pondasi : Borepile Dia 1.2 m
R Pier :1
R Pondasi :1
• CROSS SECTION SINGLE PIER KANTILEVER
Dimensi Pier: 3.0 m x 2.5 m

FAKTOR PERBESARAN MOMEN
Berdasarkan AASHTO LRFD (2020) 4.5.3.2, pengaruh kelangsingan dapat didekati dengan
faktor perbesaran momen sebagai berikut:
Dimana:
sehingga perbesaran momen sebesar 1.03

untuk arah longitudinal dan 1.05 untuk
arah transversal
DIAGRAM INTERAKSI P34S
Reduction factor :
Tension-controlled failure : f = 0.9
Compression-controlled failure : f = 0.75
Rasio Tulangan : 1.1 %

fy : 420 MPa
fc’ : 30 Mpa
Pu = 28782 kN
Ag = 7465700 mm2
Pu/Ag = 3.86 MPa
= 0.11 fc’
SHEAR REINFORCEMENT P34S
CONFINEMENT P34S
Longitudinal Direction
Concrete Properties
fc' = 35 MPa
Pier Dimension
bw = 2500 mm
h= 3000 mm
cover = 50 mm
Acp = 7500000 mm²
pcp = 11000 mm
Ao = 6960000 mm²
dv = 2360 mm
Load Input (Max Torsion)

Nu = 18032.78 kN
Vu = 100.98 kN
Tu = 3120.40 kNm
Tcr = 9928987672 Nm
= 9928.99 kNm
φ= 0.75
0.25φTcr = 1861.69 kNm < Tu = 3120.40 kNm
Tu > 0.25 Tcr Torsion shall be considered
Section Dimension Check

Solid? Yes
ph = 10600 mm
Vu = 100.98 kN
Vc = 9074.71 kN
For solid section :

2 2
𝑉 𝑉𝑐
+ + .66 𝑓𝑐 ′
𝑑 1 7 𝐴 2𝑜 𝑑
For hollow section :

𝑉 𝑉𝑐
+ + .66 𝑓𝑐 ′
𝑑 1 7 𝐴 2𝑜 𝑑
0.419 4.082
0.419 < 4.082 OK
Closed Transverse Torsion Reinforcement

dbar = 16 mm
s= 200 mm
n= 1
At = 201.06 mm²
φTn = 4198.17 kN.m > Tu = 3120.40 kN.m OK

Longitudinal Reinforcement
At/s = 1.01 mm²/mm

At/s min = 0.175 bw/fyt
At/s min = 1.09 mm²/mm NOT OK
At/s used = 1.09 mm²/mm
Al = 11593.75 mm²
. 2 𝑐 . 𝑐
Almin = 𝑃
𝑠
Al min = 34995.38 mm²
Al req = 34995.38 mm² = 44 D32
Longitudinal reinforcement for moment acting alone

dlong bar = 32 mm
nlong bar = 40
Additional Longitudinal Reinforcement for Torsion
dlong torsion = 32
nlong = 71
Along torsion use= 57101.59 mm² OK
TEGANGAN SLS PADA PIER KANTILEVER
Bottom Pier Top Pier
Batas Tekan Servis 15.75 MPa
Batas Tarik Servis 2.96 MPa
Tegangan tarik SLS yang terjadi pada pier 1.75 MPa < 0.5√35 =2.96 MPa (ok)
Tegangan tekan SLS yang terjadi pada pier 1.75 MPa < 0.45× 35 =2.96 MPa (ok) 573
TENDON DI PIER
574
PENULANGAN SINGLE PIER KANTILEVER
Tulangan utama : 96 D32
Tulangan geser : D16-100 (sendi plastis)
: D16-200 (di luar sendi plastis)
PIER HEAD KANTILEVER
DIMENSI PIER HEAD SINGLE PIER KANTILEVER
DESAIN TENDON KANTILEVER (1)
Tendon Requirem ent Prelim inary Calculation

Moment at critical section due to SLS combination M_SLS 2717.00 kN.m
Stress at top fiber due to SLS load combination f_top 0.62 MPa
Stress at bottom fiber due to SLS load combination f_top -0.62 MPa
Assuming:
Distance between tendon to compression fiber d_p 2550 mm
Eccentricity between tendon and cg of section e 1175 mm
Allowable tension for preliminary calculation f_t-allow 0 MPa
Effective prestressing force P_e 1.66E+06 N
Prestressing stress after short term losses f_pi 1019 MPa
Prestressing stress after losses f_pe 643 MPa
Area of required strand A_strand-req 2587 mm^2
Area of strand A_strand 140 mm^2
Number of required strand n_strand-req 18
Number of strand per tendon n_strand 19
Number of required tendon n_tendon-req 0.97
STRESS PIERHEAD KANTILEVER
Loss of prestress pada pier head kantilever dihitung sebagai berikut
friction loss per meter

p= Pend - Panchorage
p= 47.076 N/mm
𝐴 𝑠
𝑙 =
lset = 8130.800 mm
583
STRESS PIERHEAD KANTILEVER
Loss of prestress pada pier head kantilever dihitung sebagai berikut
a. Shrinkage
SH = (17000 - 150 RH)/145 (Mpa) RH = 70 %
SH = 44.83 Mpa
ES
fcir
b. Creep of Concrete
CRc = 12fcir - 7fcds
fcds = concrete stress at level of prestressing steel due to deck slab and SDL
fcds = 2.0000 Mpa
CRc = 100.24 Mpa
c. Relaxation of Prestressing Steel

CRs = (20000/145 ) - 0.4 ES - 0.2 (SH+CRc) (Mpa)
CRs = 108.918 Mpa
584
LOSSES PADA PIERHEAD KANTILEVER
Dari perhitungan sebelumnya di dapat grafik sebagai berikut
6705 Batas
Pierhead
4453 2252
400
585
LOSSES PADA PIERHEAD KANTILEVER
586
TEGANGAN PADA PIERHEAD
Pier
Pier
6.58 MPa
2.94 MPa 587

TULANGAN PIER HEAD SINGLE PIER KANTILEVER
Moment Capacity Tendon

Mu - = 48257.00 KN.m Astrand = 140 mm²
n_tendon n_strand A_ps d_ps A_ps*y_ps
Negative Moment
mm^2 mm mm^3
Reinforcement Layout
D As d 5 19 13300 200 2660000
Section n
mm mm² mm 2 7 1960 2550 4998000
Top 19 25 7088.218 2650 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
for rectangular section
15260 7658000
c = 331.91 mm Rectangular section
Aps = 15260 mm²
c = 331.91 mm
Check OK dps = 2248.2 mm
a = 253.67 mm
fps = 1783.11 MPa

Mn = 68684.77 KN.m
ΦM n = 61816.29 KN.m
Mu = 48257.00 KN.m OK
Therefore, 5 top tendon of 0.6”-19 and 2 bottom tendon of 0.6”-7 with 25D19
reinforcement is sufficient to resist factored moment.
Therefore, shear reinforcement of 6 legs D19-150 is sufficient to resist factored

shear force.
TENDON PIER HEAD SINGLE PIER KANTILEVER

Arvila Delitriana

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Arvila Delitriana

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Studi Kasus Desain dan Pelaksanaan

Konstruksi Jembatan Khusus

Oleh: Ir. Arvila Delitriana, MT

SOSIALISASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN PEDOMAN PEMBAHASAN

Kriteria Jembatan Yang Masuk Pembahasan KKJTJ

Studi Kasus : Jembatan Balance Cantilever Concrete Box Girder

Studi Kasus : Elevated Precast Concrete Box Girder

• Panjang Bentang Utama lebih dari 100 m

Data Umum Proyek Pembebanan Jembatan

Pendahuluan Metode Konstruksi

Data Geoteknik dan Kelas Situs Pemodelan Struktur

Analisis Hidrologi Output Model

Kondisi Geologi Regional Analisis Struktur Jembatan

Standar Perencanaan Struktur Jembatan Analisis Pushover

Jakabaring Sport City

Jembatan Ogan III

Dimensi Pier P3 & P4 (Main Pier)

Box Girder Closure (H=3m) Box Girder Pier Table (H=6m)

BH06 BH07 BH08 BH09

BORING LOG BORING LOG

Cuaca Cerah Berawan….2 Desember 2020

Cuaca Cerah….29 November 2020

PASIR + SISIPAN KAYU

-14.0 SPT 1 2 4 6 -14.0 SPT 2 3 7 10

Cuaca Cerah ….30 November 2020

abu kecoklatan lembab, abu-abu

Cuaca Cerah ….1 Desember 2020

LPI = 0 (Potensi likuifaksi sangat rendah)

Klasifikasi Situs Berdasarkan SNI 8460:2017

Contoh analisis pada Data Bor P3 (BH 7)

• The soil profile can consist up to 17 different layers, -12 12

• kedalaman 1-3 m potensi likuifaksi tinggi.

Dari SSRS tersebut dapat dilihat

ANALISIS Karakteristik DAS Hujan Rencana

ANALISIS Model Numerik

Analisa Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) atau yang disebut

Catchment Area 19188 (km2)

Sumber :SRTM 30x30

Pengolahan Tataguna Lahan

Sumber :PETA RBI Peta RBI sesuai batas Catchment Area.

1. Stasiun Banding Agung

2. Stasiun Muara Enim

3. Stasiun Kayu Agung

4. Stasiun Pkl Balai

Sumber :SRTM 30x30 & Arcgis 10.2

9 13 0.0 0.0 1.0 41.4 12.4

a. Metode Normal c. Metode Gumbel

b. Metode Log Normal d. Metode Log Pearson Tipe III

Periode No. Periode Ulang Log Xrt KT S Log X Log Xt XT

Grafik Hubungan Curah Hujan Rencana Dengan Periode Ulang Hujan

a. Metode Chi Kuadrat b. Metode Smirnov Kolmogorov

Kesimpulan dari Uji Distribusi Probabilitas

Grafik Hidrograf Nakayasu Debit Rencana Berdasarkan Data Hujan

Debit Rencana Berdasarkan Data Hujan

Perubahan morfologi sungai dipengaruhi oleh banyak

Dilakukan analisis historis dari citra satelit

Sisi dalam tikungan mengalami penumpukan endapan hingga 4-

Sisi luar tikungan mengalami erosi antara 10 hingga 15 meter

RENCANA(BALANCE CANTILEVER) EKSISTING

Sumber: Department of Transport and Main Roads, Bridge Scour Manual

• Pile Cap diatas muka air

Dilakukan berdasarkan standar HEC 18 FHWA NHI 01-001