02 / M / BM / 2021
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
i
Daftar Isi
ii
1 Pendahuluan
Panduan ini digunakan sebagai acuan dalam tahapan perencanaan jembatan yang berisi
tentang contoh perhitungan jembatan dimulai dari struktur bangunan atas, struktur bangunan
bawah, dan fondasi pada jembatan. Objek utama dalam panduan ini adalah jembatan standar,
sebagaimana yang diatur dalam Surat Edaran Ditjen Bina Marga No. 05/SE/Db/2017,
sedangkan untuk jembatan pejalan kaki, jembatan kereta api, dan jembatan utilitas tidak
termasuk dalam lingkup panduan ini.
Panduan ini merujuk kepada perkembangan terbaru teknologi perencanaan jembatan yang
juga sudah diakomodir pada BMS Peraturan Teknik Jembatan dan BMS Panduan
Perencanaan Jembatan terbaru. Rujukan utama BMS Peraturan Teknik Jembatan terbaru
adalah AASTHO LRFD Bridge Design Specifications 8th Edition (2017). Penjelasan dalam
panduan ini juga merujuk kepada dokumen terbaru dari Federal Highway Administration
(FHWA) dan National Highway Institue (NHI).
Pembahasan tentang kriteria perencanaan merujuk kepada dokumen terbaru yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atau yang
lebih khusus adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian PUPR. Daftar lengkap rujukan terdapat pada Daftar Pustaka pada setiap bab.
Tujuan panduan praktis perencanaan teknis jembatan ini adalah sebagai acuan dalam
perencanaan jembatan dan pedoman pelatihan tentang tahapan perencanaan jembatan.
Panduan ini diharapkan menjadi referensi bagi praktisi jembatan dalam menerjemahkan
peraturan, norma, standar, pedoman, kriteria dan manual ke dalam praktik perencanaan.
Selain itu, panduan ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi.
Untuk mencapai pokok tujuan panduan perencanaan di atas, urutan pembahasan pada
Volume 5 terdiri dari:
1
1) Contoh perencanaan pelat lantai
2) Contoh perencanaan jembatan gelagar betob bertulang Tipe T
3) Contoh perencanaan box culvert
4) Contoh perencanaan jembatan gelagar beton pratekan segmental
5) Contoh perencanaan jembatan gelagar beton pratekan nonsegmental
6) Contoh perencanaan jembatan baja
7) Contoh perencanaan pilar tipe portal 1 tingkat
8) Contoh perencanaan pilar tipe portal 1 dengan balok transversal
9) Contoh perencanaan fondasi telapak
10) Contoh perencanaan fondasi dalam.
Panduan ini disusun berdasarkan alur tahapan perencanaan jembatan yang dibagi menjadi
lima volume. Pembaca disarankan untuk memahami terlebih dahulu Volume sebelumnya
mengenai langkah-langkah perencanaan struktur bangunan atas, perencanaan bangunan
bawah, dan fondasi yang telah ditampilkan dalam bentuk diagram alir guna untuk
mempermudah pembaca dalam memahami setiap alur perencanaan jembatan.
Panduan ini menyajikan tahapan perencanaan jembatan standar dari awal hingga akhir, yang
dapat digunakan bagi perencana, praktisi maupun akademisi. Semoga panduan ini
bermanfaat dan dapat digunakan hingga masa yang akan datang. Meskipun kelak terdapat
pembaruan peraturan atau code yang menjadi referensi di panduan saat ini, namun
hakikatnya dasar-dasar perencanaan jembatan yang ada dalam panduan masih dapat
digunakan sampai kapanpun.
2
2 Contoh perhitungan perencanaan jembatan
3
Gambar potongan melintang jembatan
4
2.1.2 Pembebanan pelat lantai
Pengaruh
Pengaruh beban matiyang
beban mati yangbekerja
bekerjapada
pada pelat
pelat deklantai dihitung
dihitung berdasarkan
berdasarkan lebar pelat strip
lebar pelat
selebar 10001000mm
strip selebar mm.
b := 1000 mm
b) Beban aspal
kN
Berat jenis aspal γ a := 22.4
3
m
Tebal aspal ta := 50 mm
c) Beban trotoar
kN
Berat jenis beton γ c = 25
3
m
tinggi trotoar htr := 435 mm
Untuk mendapatkan pengaruh beban mati (MS) dan beban mati tambahan (MA), struktur pelat
lantai dimodelkan sebagai balok menerus diatas banyak tumpuan.
Beban mati (MS) merupakan berat sendiri pelat lantai yang dihitung secara otomatis oleh
pogram. Besarnya momen akibat beban mati (berat sendiri pelat) dapat dilihat pada gambar
berikut:
5
Bidang momen akibat beban mati (berat sendiri)
Besarnya beban mati tambahan (MA) dapat dilihat pada gambar berikut:
kN m
Momen akibat berat sendiri per 1 m lebar strip ekivalen MMS := 1.13
m
kN m
Momen akibat beban mati tambahan per 1 m lebar strip ekivalen MMA := 4.97
m
6
3) Beban lalu lintas truk
0,5 m 0,5 m
1,75 m
5m (4-9) m
2,75 m
50 kN 225 kN 225 kN
250 mm
250 mm 250 mm
250 mm 250 mm 2,75 m
250 mm
Dalam perencanaan pelat lantai digunakan beban roda truk terbesar yaitu roda tengah atau
roda belakang.
Beban 1 roda
P1 := 112.5 kN
PT1 = 146.25 kN
7
Gambar posisi truk alternatif 3
Berdasarkan hasil analisis permodelan didapatkan momen lentur positif maksimum terdapat
pada posisi alternatif 3, yaitu:
MTruk := 54.69kN m
Untuk mendapatkan momen rencana akibat beban truk, momen envelop akibat beban truk
dibagi dengan lebar strip ekivalen:
MTruk kN m
MLL := = 30.13
w m
kN m
Mu := 1.3 MMS + 2 MMA + 1.8 MLL = 65.65
m
Momen ultimit ini adalah momen yang didapatkan berdasarkan lebar pelat strip ekivalen.
8
Mutu tulangan fy := 420 MPa
Luas tulangan b 1 2 2
Asuse := π D = 2010.62 mm
yang digunakan s 4
Asuse fy
Tinggi blok tekan ekivalen a := = 33.12 mm
0.85f'c b
a
Momen nominal: Mn :=Asuse fy de - =171.80 kN m
2
a
Jarak dari serat tekan c := = 38.96 mm
terluar ke sumbu netral β1
d c
Cek regangan baja: s := e c = 0.14
c
Karena regangan baja yang terjadi adalah 0.14 dan lebih besar dari 0.005, maka
penggunaan nilai faktor reduksi kekuatan lentur sebesar 0.9 sudah tepat.
Momen tahanan Mr := ϕ f Mn = 154.62 kN m
Tulangan yang digunakan harus memenuhi salah satu syarat dibawah ini:
Ig
Momen retak penampang Mcr := de - =43.13 kN m
3 1 y
t
Momen retak penampang
Dengan demikian, persyaratan tulangan minimum:
9
Cek_Tulangan_Minimum := (
"Oke" if Mr min 1.2Mcr 1.33 Mu ) = "Oke"
Sehingga untuk tulangan lentur pelat lantai digunakan D16-100 (T3 dan T4)Maka luas
tulangan minimum ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari 1.33 Mu atau 1.2 Mcr Karena 1.2
Mcr lebih kecil dari 1.33 Mu, maka yang menentukan luas tulangan minimum adalah 1.2 Mcr.
Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh tahanan lentur terfaktor (Mr) sebesar
154.62kN.m. Nilai ini lebih besar dari nilai momen tulangan minimum 1.2 Mcr, sehingga
persyaratan tulangan minimum sudah terpenuhi.
2) Tulangan Pembagi
Tulangan pembagi adalah tulangan searah lajur lalu lintas yang berfungsi sebagai tulangan
susut.
110 110
67 % = 75.91 %
S 2.1
Luas tulangan b 1 2 2
Asused := π Ds = 1327.32 mm
yang digunakan s 4
Periksa: Asused > As ...Oke
750 mm
50mm
250mm
10
d/2 750mm d/2
d/2
250mm d0
d/2
b0
Tinggi efektif pelat d = 0.22 m
Gambar punching shear pelat lantai
Maka dimensi penampang bo := P + d = 0.97 m
Dimensi
kritis bidang kontak truk P := 750mm L := 250mm
do := L + d = 0.47 m
Tinggi bo mm
=0.22
Tinggi efektif
efektif pelat
pelat lantai d
d e=:= 220m= 2.06
Rasio panjang terhadap lebar β c
:= P
bo := d +d
P o+ d ==0.97 m
Maka dimensi
Maka dimensi penampang
penampang kritis b o e 970 mm
kritis
Keliling geser kritis Uo:=:=
d
d o
:=2L (
L b
+od
+ )
d+=d=0.47 m
e o470 mm
bo
Uc=:=2.88 m= 2.06
β
Rasio panjang terhadap lebar do
Faktor reduksi geser ϕ shear := 0.9
Keliling geser kritis
Beban truk
Keliling geser kritis
U
U := 2 bo((
TT := 112.5 kNo ))
:= 2 bo ++ ddo = 2880 mm
Vu Vr
11
Gambar detai tulangan pelat lantai
12
2.1.2 Contoh perencanaan jembatan gelagar beton bertulang tipe T
Desainlah jembatan beton bertulang gelagar T dengan tumpuan sederhana yang memiliki
panjang bentang 20 m. Jembatan ini terdiri dari dua lajur jalan raya dengan tebal perkerasan
aspal 5 cm serta memiliki pembatas pada kedua sisi dengan berat 7,56 kN/m. Mutu beton dan
baja yang digunakan adalah f'c = 30 MPa dan fy = 420 MPa.
Solusi:
Desain struktur atas jembatan pada kasus ini meninjau dua kasus desain, yaitu desain pelat
lantai jembatan dan desain gelagar beton bertulang tipe T.
Tipe struktur yang akan didesain adalah tipe struktur jembatan beton bertulang. Berdasarkan
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 3 (2017) Tabel 3.6.2.2.1-1, tipe struktur atas
jembatan bertulang dikategorikan sebagai tipe (e).
13
Panjang rencana jembatan Lb := 20 m
300 de 1700
Yang mana de adalah jarak antara as gelagar eksterior ke sisi dalam kerb atau pembatas
jalan, de bernilai positif jika gelagar eksterior berada di sisi dalam kerb atau pembatas jalan
dan bernilai negatif jika gelagar eksterior berada di sisi luar kerb atau pembatas jalan. Oleh
karena itu, pada kasus ini digunakan panjang katilever 300 mm. Detail dimensi melintang
jembatan adalah seperti pada gambar di bawah ini:
14
Jarak antar gelagar sg := 1200mm
Tebal minimum pelat lantai yaitu ts_1 200mm dan (
ts_2 100 + 40 sg )
ts_2 148mm
Maka digunakan tebal pelat lantai yaitu ts := 250mm
kN
Berat volume beton γ c := 24
3
m
kN
Berat volume aspal γ a := 22
3
m
Tebal aspal ta := 50 mm
Jumlah gelagar ng := 8
( )
Syarat lebar efektif bef , diambil nilai terkecil dari:
bef bw sg bw
1
bef < Lb bef bw
4 8 ts 2 2
2
bef < 5000 mm bef 1200mm
bef 4500mm
digunakan lebar
Maka digunakan lebar efektif
efektif bef := 1200 mm
2
Luas penampang gelagar T Ag := bw tw + ts bef = 875000 mm2
kN
Berat gelagar W g := Ag γ c = 21
m
nbr kN
Berat pembatas jalan W b := W br = 1.89
ng m
kN
Berat aspal W a := ta bef γ a = 1.32
m
kN
Beban mati komponen struktural MS := W g + W b = 22.89
m
kN
Beban mati perkerasan MA := W a = 1.32
m
16
b) Gaya dalam pada gelagar akibat beban lajur (BTR dan BGT)
Untuk jembatan bentang menengah dan panjang, gaya dalam yang terjadi akibat beban lajur
lebih dominan. Berdasarkan SNI pembebanan jembatan, faktor beban dinamis ditentukan
berdasarkan panjang bentang jembatan. Untuk panjang bentang jembatan 20 m maka beban
rencana harus diperbesar sebesar 40%.
Jarak antar gelagar sg = 1200 mm
kN
Beban Terbagi Rata W BTR := qBTR sg = 10.80
m
Gaya dalam maksimum akibat Beban Garis Terpusat (BGT) di tengah bentang
1
Momen MBGT :=P L = 411.60 kN m
4 BGT b
1
Geser VBGT := PBGT = 41.16 kN
2
Gaya dalam maksimum akibat beban terbagi rata (BTR) di tengah bentang
1 2
Momen MBTR := W BTR Lb = 540 kN m
8
1
Geser VBTR := W BTR Lb = 108 kN
2
Total gaya dalam akibat beban BTR dan BGT ditengah bentang
Momen Mtotal_BTR_BGT := MBTR + MBGT = 951.60 kN m
17
Truk bergerak dari kiri ke kanan
P1=225 kN P2=225 kN
P3=50 kN
RA RB
6 (m) 4 (m) 5 (m) 5 (m)
20 (m)
Untuk mendapatkan garis pengaruh momen maksimum, maka diasumsikan bahwa bekerja
beban sebesar satu satuan ditengah bentang.
P= satu satuan
RA RB
10 (m) 10 (m)
20 (m)
Reaksi tumpuan yang terjadi akibat beban satu satuan yang bekerja yaitu:
P LCB P LAC
RA := = 0.5 RB := = 0.5
LAB LAB
Selanjutnya, menghitung garis pengaruh momen maksimum akibat beban satu satuan di
tengah bentang yaitu dengan mengalikan reaksi tumpuan ke titik C yang ditinjau.
18
LAB
MC := RA = 5000 mm
2
Maka, diagram garis pengaruh momen maksimum di tengah bentang akibat beban satu
satuan yaitu:
P= satu satuan
RA RB
10 (m) 10 (m)
20 (m)
A C B
5 (m)
Kemudian untuk mendapatkan momen maksimum akibat beban truk yang bergerak yaitu
dengan menempatkan beban truk terbesar tepat di tengah bentang kemudian dikalikan
dengan nilai garis pengaruh akibat beban satu satuan.
4 (m) 5 (m)
P1=225 kN P2 = 225 kN P3 = 50 kN
A C B
Y1 Y2 = 5 (m) Y3
X1 = 6 (m) X3 = 5 (m)
X2 = 10 m X2 = 10 m
Gambar penempatan beban truk di tengah bentang pada diagram garis pengaruh
19
Beban gandar
gandar depan
depan truk
truk P3 := 50kN
Beban gandar
gandar tengah
tengah truk
truk P2 := 225kN
Beban gandar
gandar belakang
belakang truk
truk P1 := 225kN
Jarak dari A ke C
C dan
dan C
C ke
ke B
B X2 := 10m = 10000mm
10000mm
Mtruk_max := P1 Y1 + P2 Y2 + P3 Y3 = 1925 kN m
P1=225 kN P2=225 kN
P3=50 kN
RA RB
4 (m) 5 (m)
20 (m)
untuk mendapatkan garis pengaruh gaya geser, maka diasumsikan bahwa bekerja beban
sebesar satu satuan.
20
a) Jika beban satu satuan berada di tumpuan A
P= satu satuan
RA RB
20 (m)
RA RB
20 (m)
21
4 (m) 5 (m)
225 kN 225 kN 50 kN
RA Y1 Y2
11 (m)
16 (m)
20 (m)
Di
Di tumpuan
tumpuan A R =1
A A1 = 1
RA1
Panjang
Panjang segitiga
segitiga Y1 L := 16000 mm
Y1 Y1 := 16000 mm
LY1
Panjang
Panjang segitiga
segitiga Y2 L := 11000 mm
Y2 Y2 := 11000 mm
LY2
Panjang
Panjang segitiga
segitiga RA L := 20000 mm
RA RA := 20000 mm
LRA
Beban
Beban gandar
gandar belakang
belakang truk P = 225 kN
truk 1 = 225 kN
P1
Beban
Beban gandar
gandar tengah
tengah truk P = 225 kN
truk 2 = 225 kN
P2
Beban
Beban gandar
gandar depan
depan truk P = 50 kN
truk 3 = 50 kN
P3
22
Momen inersia gelagar
bef
ts A2
hg
tw A1
bw
Luas penampang 1 ( )
A1 := bw hg ts = 575000 mm
2
hg ts
Titik berat penampang 1 y1 := = 575 mm
2
( )
1 3 4
Momen inersia penampang 1 Ix1 := b h t = 63369791666.67 mm
12 w g s
2
Luas penampang 2 A2 := bef ts = 300000 mm
ts
Titik berat penampang 2 y2 := hg = 1275 mm
2
1 3 4
Momen inersia penampang 2 Ix2 := bef ts = 1562500000 mm
12
A1 y1 + A2 y2
Tititk berat penampang terhadap sumbu Y Y := = 815 mm
A1 + A2
Jarak titik
Jarak titikberat
beratpenampang
penampangtotal
totalke
kebagian
bagian dd11:=:= YYyy11==240
240 mm
mm
penampangyang
penampang yangditinjau
ditinjau
dd22:=:= YYyy22==460 mm
460 mm
2 2
Momen Inersia Ix := Ix1 + Ix2 + A1 d1 + A2 d2
4
Ix = 161532291666.67 mm
ts
Ekesentrisitas gelagar eg :=hg Y ts = 460 mm
Ekesentrisitas gelagar eg :=hg Y 2 = 460 mm
2 2
Ag = 875000 mm
2
Luas penampang gelagar Ag = 875000mm
2
2
Parameter kekakuan
kekakuan longitudinal K := nnIIxx ++ A
Kgg := Ab. eegg
Parameter longitudinal g
4
Kg = 346682291666.67 mm 4
Kg = 346682291666.667 mm
9 12
Catatan: Nilai Kg harus memenuhi syarat batas 4.10 kg 3.10
hj
b)b) Faktor
Faktor distribusi
distribusigeser
gesergelagar
gelagarInterior
Interior
Sg
gvi_1 := 0.36 + = 0.52
7600 mm
Faktor distribusi geser dua lajur terbebani:
Faktor distribusi geser dua lajur terbebani:
0.6 2
sg sg
g := 0.2 + . = 0.52
vi_2 3600.mm 10700
Gaya dalam tak terfaktor akibat kendaraan standar dengan jarak gandar depan ke gandar
tengah 5 m dan gandar tengah ke gandar belakang 4 m yaitu:
(
Mtruk_maxs := Mtruk_max max gmi_1 gmi_2 = 796.96 kN m )
(
Vtruk_maxs := Vtruk_max max gvi_1 gvi_2 = 225.23 kN )
Bandingkan gaya dalam akibat beban truk dan beban lajur. Momen yang menentukan untuk
analisis gelagar yaitu beban lajur (BTR dan BGT) karena menimbulkan momen lebih besar.
Sedangkan gaya geser ditentukan oleh beban truk.
Momen maksimum yang digunakan Mmax_standar := 915.60kN m
3. Kombinasi pembebanan
24
Kombinasi Pembebanan Ultimit
Momen
Momengelagar
gelagarInterior:
Interior:
( )
Multimit_1_I := 1.3 MS max + 2 MA max + 1.8 Mmax_standar = 3267.89 kN m
( )
Vultimit_1_I := 1.3 VMS + 2 VMA + ( 1 + FBD) 1.8 Vmax_standar = 851 kN
Z
Kombinasi pembebanan ekstrem 2
Momen gelagar interior:
( )
MEkstrem_1_I := 1.3 MS max + 2 MA max + 0.5 Mmax_standar = 2077.611 kN m
( )
MLayan_2_I := 1 MS max + 1 MA max + 1.3 Mmax_standar = 2400.75 kN m
4. Desain tulangan D
25
D
de := hg dc Ds = 1318 mm
2
Faktor reduksi kekuatan ϕ lentur := 0.9
f := 0.9
MM uu 2 2
Luas tulangan
tulangan perlu
perlu As_req := = 7716.87
= 7716.87 mm
mm
fy0.85
f fy 0.85
ϕ lentur de d
As_total fy
Tinggi blok tegangan tekan atrial_1 := = 110.39 mm
0.85 f'c bef
atrial_1
c := a = 129.87 mm
Letak sumbu netral ctrial_1 := trial_1
β1 = 129.87 mm
Letak sumbu netral trial_1 β1
f
Atrial_1<ts maka gelagar T dianalisis sebagai gelagar persegi karena sumbu netral terletak
pada sayap gelagar.
a
trial_1
Momen nominal penampang: Mn := A f d = 4265.56 kNm
s_total y e 2
ϕ f Mn = 3839 kN m
de atrial_1
Regangan pada baja ε s := ε cu = 0.028
ctrial_2
Karena regangan yang terjadi adalah 0.028 dan lebih besar dari 0.005, maka penggunaan
nilai faktor reduksi kekuan lentur sebesar 0.9 sudah tepat. Dimensi tulangan tekan ditentukan
berdasarkan luas tulangan minimum.
26
Pemeriksaan luas tulangan minimum
(
Tahanan lentur terfaktor Mr ) ditentukan berdasarkan nilai yang terkecil dari:
2
Luas pelat Acs_1 := bef ts = 300000 mm
Inersia pelat 1 3
Ix1_cs1 := b t
12 ef s
4
Ix1_cs1 = 1562500000 mm
(
Acs_2 := bw hg ts = 575000 mm ) 2
Luas badan (web)
Luas badan (web) (
Acs_2 := bw hb ts = 575000 mm ) 2
( ( ) )
hg ts
Titik berat Web ycs_2 :=hb ts = 575 mm
Titik berat Web ycs_2 := 2 = 575 mm
2
( ( ) )
Inersia Web 1 3
Inersia Web Ix2_cs2 :=1 b h 3t
Ix2_cs2 := bw whb gts s
12
12
4
Ix2_cs2 = 63369791666.67 mm 4
Ix2_cs2 = 63369791666.67 mm
Acs_1 y + A+ Acs_2
ycs1cs1
ycs_2
Titikberat
beratpenampang
penampanggelagar
gelagar
Acs_1
:= cs_2 ycs_2 = 815 mm
Titik TT Y
Yb :=
b A + A = 815 mm
Acs_1 + Acs_2
cs_1 cs_2
:= :=
dcs_1
dcs_1 YbY=b 460
ycs1
ycs1 = 460 mm
mm
:= :=
dcs_2
dcs_2 YbY=b =240
ycs_2
ycs_2 240 mm
mm
2 2 2 2
Inersiagelagar
gelagar Ix_g := Ix1_cs1
Ix_g+:=Ix2_cs2
Ix1_cs1++AIcs_1 dcs_1
x2_cs2 +A
+ Acs_1 cs_1 dcs_2
dcs_2 + Acs_2 dcs_2
Inersia
4
Ix_g = 161532291666.67 mm
27
bef =1200
250
Titik berat
1150
penampang
Yb
500
Untuk gelagar T beton bertulang, fcpe = 0 dan Sc = Snc. Oleh karena itu, persamaan untuk
menghitung momen retak menjadi:
Mcr = γ 3 γ 1 fr Snc
IgI
fr f g
r yty
M
Mcr == 0.75
0.75 1.6
1.6
cr
t
Momen inersia penampang gelagar T Ig := Ix_g
IgIg
Momen retak
retak Mcr
cr :=
= 0.75
0.75 1.6
1.6
f f 820.70 kN
r ryy == 820.70 kN
m m
t
t
Cek_Tulangan_Minimum :=
Cek_Tulangan_Minimum :=
"OK" if Mr min 1.2Mcr 1.33 Mu = "OK"
(
"Oke" if Mr min 1.2Mcr 1.33 Mu = "Oke"
( ))
"NOT OK" otherwise
sebaliknya
"Tidak Oke" otherwise
tulangan tekan ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari 1.2Mcr atau 1.33 Mu .
LuasFGH
Sehingga, luas tulangan tekan yang diperlukan adalah:
(
min 1.2Mcr 1.33 Mu ) 2
As'_req := = 2325.62 mm
ϕ f fy 0.85de
28
As'_req :=
(
min 1.2Mcr 1.33 Mu )
= 2325.62 mm
2
ϕ lentur fy 0.85d
Momen inersiapenampang
Momen inersia penampangretak:
retak:
( ) ( )
1 3 2 4
Icr := b c + n As_total de ctrial_2 = 88569692104.38 mm
3 w trial_2
Mcr
3 3 M 3
cr 3 4
Ie := Ig
M+
1
IM = 111309705351.38
mm
cr + cr
cr = mm4
Inersia efektif Mae M gMa M cr
I = I 1 I 111309705351.38
a a
4
Inersia gross Ig = 161532291666.67 mm
Periksa: Ie Ig ...Oke
Deformasi
Deformasi seketika
seketika akibat beban
beban matiberdasarkan
k mati berdasarkaninersia
inersiaefektif:
efektif:
Deformasi seketika 2
5M akibat
L
a b
beban mati berdasarkan inersia efektif:
Δ DL_Ie := = 17.6 mm
48 Ec Ie
Deformasi seketika akibat beban mati berdasarkan inersia bruto dapat ditentukan dengan
menggunakan salah satu dari dua persamaan berikut:
I
:= e = 12.13 mm atau
DL_Ig DL_Ie I
g
2
5Ma Lb
Δ DL_Ig. := = 12.13 mm
48 Ec Ig
29
Selanjutnya, setelah deformasi seketika dihitung, maka dapat ditentukan deformasi jangka
panjang dengan mengalikan deformasi seketika akibat beban mati dengan faktor pengali
sebagai berikut:
Faktor perbesaran deformasi sebesar 3-1.2(As'/A.s) 1.6 jika deformasi seketika
ditentukan dengan menggunakan inersia efektif (Ie).
Faktor perbesaran deformasi sebesar 4, jika deformasi seketika berdasarkan inersia
bruto ( Ig)
Faktor deformasi berdasarkan inersia efektif:
A
F := 3 1.2 s' = 2.52
2.52 1.60 ...Oke
LT_Ie A
s_total
Deformasi jangka panjang berdasarkan inersia efektif:
Δ DLT_Ie := FΔ LT_Ie Δ DL_Ie = 50.70 mm
Δ DLT_Ie := F Δ LT_Ie Δ DL_Ie = 44.36 mm
Deformasi
Deformasi jangka panjangberdasarkan
jangka panjang berdasarkaninersia
inersia gross
bruto:
F Δ LT_Ig := 4
Solusi:
Solusi:
Lb
Deformasi izin akibat beban hidup Δ LL := = 25 mm
800
Karena adanya penambahan momen pada gelagar akibat beban hidup maka momen total
saat deformasi dihitung yaitu:
30
Momen saat deformasi dihitung Ma. := MD + MLL = 2959.03 kN m
f 3 3
M M 4
Momen inersia efektif Ie = cr g 1 cr
I + Icr = 89470557620.57 mm
M M
a a
P_1=225 kN P_2=225 kN
P_3=50 kN
a ) a) Gandar
Gandar depan
Depan
P_3 b x Lb b x
2 2 2
Maka deformasi yang terjadi
Δ truk_3 :=
= 2.49 mm
akibat truk 6Ec Ie. Lb
b ) Gandar tengah
Beban gandar tengah truk P_2 := 225 kN
31
b ) b) Gandar
Gandar tengah
tengah
Beban gandar tengah truk P_2 := 225 kN
3
P_2 Lb
Maka deformasi yang terjadi Δ truk_2 := = 16.28 mm
akibat truk 48 Ec Ie.
c) Gandar belakang
c ) Gandar belakang
Beban gandar tengah truk P_1 := 225 kN
Jarak P_1 dari titik B a := 14000 mm
Defleksi ditengah
ditengah bentang
bentang x = 10000mm
mm
akibat
akibat gandar
gandar depan
P_1bbxx LLb b b x x
22 22 22
P_1
Maka
Maka deformasi yang
yang terjadi Δ truk_1 :=
:= = =12.89
12.89 mm
mm
6EccIIe.
6E e.LLb
Jadi , total deformasi akibat beban truk yaitu:
Δ total_truk := Δ truk_1 + Δ truk_2 + Δ truk_3 = 31.66 mm
Jumlah lajur nL := 2
Jumlah gelagar ng = 8
nL
Distribusi beban hidup untuk deformasi gΔ := = 0.25
ng
Δ total_truk_used = 10.29 mm
Deformasi dari 25% beban truk digunakan bersamaan dengan beban lajur.
d
Momen akibat beban lajur M_lajur = 951.60 kN m
2
Deformasi maksimum yang terjadi 5 M_lajur Lb
Δ lajur_max := = 17.21 mm
akibat beban lajur 48 Ec Ie.
Deformasi diizinkan akibat beban hidup > Deformasi maksimum yang terjadi
25 mm > 12.22 mm ...Oke
32
Desain tulangan geser
Gaya geser ultimit Vu = 851 kN
ϕ v := 0.75
Faktor reduksi
1
Kuat geser beton Vc := f'c MPa bw de = 601.58 kN
6
0.5 ϕ v Vc = 225.59 kN
Tulangan transversal harus disediakan ketika Vu > 0.5 v(Vc+Vp). Karena gelagar pada
kasus ini adalah nonprategang, maka Vp = 0.
Periksa := "Perlu Tulangan Geser" if Vu > 0.5 v Vc = "Perlu Tulangan Geser"
33
Karena, vu < 0.125 f' c maka syarat spasi maksimum: smax := 0.8 d e 600 mm
0.8 de = 1054.40 mm
34
2.1.3 Contoh perencanaan box culvert
Struktur jembatan yang akan direncanakan yaitu struktur box culvert 2 cell. Berikut adalah
gambar detail mengenai box culvert 2 cell.
35
1) Lebar strip ekivalen
Pengaruh beban
Pengaruh bebanhidup
hidupditentukan
ditentukanberdasarkan lebarlebar
berdasarkan strip ekivalen . Sedangkan
strip ekivalen. Sedangkan pengaruh
pengaruh beban mati dan beban lainnya dihitung berdasarkan lebar strip
beban mati dan beban lainnya dihitung berdasarkan lebar strip selebar 1 meter. selebar 1
meter.
Lebar strip ekivalen ( E ) untuk beban hidup yaitu:
2) Pembebanan
a. Berat sendiri kN
Berat sendiri struktur secara otomatis dihitung oleh program, dengan γ c := 25
3
m
b. Beban mati
mati tambahan
tambahan (MA)
(MA)
Beban mati tambahan
tambahan pada
pada jembatan
jembatan ini terdiri
terdiri dari:
dari:
Beban trotoar
kN kN
γγc == 25
c 25.003 3
Berat jenis
jenis beton
m m
2 2
AAtr := 200000
trotoar := 200000 mm
Luas
Luas trotoar
trotoar mm
Lebar
Lebar strip bb:= 1000 mm
strip strip := 1000mm
Lebar
Lebar jembatan
jembatan b j:=:= 9m
W 9000 mm
Beban trotoar
trotoar untuk
untuk qtrotoar := γ A = 10 kN bstrip 2 = 10 kN
Beban
dikedua sisi
W tr := γ c Atrcb 2trotoar
kedua sisi q
Beban trotoar total qtrotoar_totalW tr:= trotoar kN = 1.11
kN
Beban trotoar total W tr_tot := = 1.11b m
Wj m
Bebanbarrier
Beban barrier
kNkN
Beratjenis
jenisbeton
beton γγc c==25.00
25.00
Berat 33
mm
22
bb:=:=210000
Luasbeton
Luas beton barrier
barrier AA mm
210000mm
Lebarefektif
Lebar efektif bb==1000
1000 mm
mm
Lebarjembatan
Lebar jembatan WWj j==9000
9000 mm
mm
Beban
Bebanbeton
betonrailing
railing WWbrbr:=:=γ cγcA b
Abbb2 2= =10.50 kN
10.50 kN
untuk
untuk kedua
keduasisi
sisi
WW
brbr kNkN
br_tot WW = =1.17
:=
:=
Beban
Bebantrotoar
trotoartotal
total WWbr_tot 1.17
j j m m
Beban
Bebanperkerasan
perkerasan
kN
kN
γγaγ :=:= 2222 kN
Berat
Beratjenis
jenisaspal
aspal aa := 22 3 33
mmm
Tebal
Tebalaspal tat t :=:=50 mm
Tebal aspal
aspal aa := 50 50 mm
mm
Lebar
Lebarefektif
efektif b b= =1000 mm
1000 mm
Lebar r :=
WW 7m
r := 7m
Lebarjalan
jalan
WW :=:=
γ aγ ta tb W r =r 7.70 kN
a a b W = 7.70 kN
Beban aa 36
Bebanaspal
aspal
Wa kN
Beban trotoar total W a_tot := W a= 1.10 kN
Beban trotoar total W a_tot :=W r = 1.10m
kN
γ a := 22
3
m
Tebal aspal ta := 50 mm
Lebar jalan W r := 7m
W a := γ a taW
ba W r = 7.70
kN kN
Beban
Bebanaspal
trotoar total W a_tot := = 1.10
Wr m
Wa kN
Beban trotoar total W a_tot := = 1.10 kN
Beban mati tambahan total W MA := W Wtr_tot
r + W br_tot
m + W a_tot = 3.38
per lebar strip 1 m m
c.Beban
Bebanmati
tekanan air (WP)
(WP) kN
c. Beban tekanan air
tambahan total W MA := W tr_tot + W br_tot + W a_tot = 3.38
kN m
per lebar strip 1 m γ γw :=:=1010 kN
Berat jenis
Berat air
jenis air w 3
mm3
Lebar efektif
Lebar efektif bb==10001000 mm
mm
Tinggi air
Tinggi air maksimum
maksimum ww:=:=2130mm
hh 2130mm
dalam box
dalam box kN
Tekanan air
air WP:=:=γγww
WP b bh w
hw==21.30
21.30 kN
Tekanan mm
37