Anda di halaman 1dari 5

2.

1 STANDAR PERENCANAAN
Sebagai dasar pembebanan pada konstruksi jembatan disesuaikan dengan spesifikasi
Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR) SKBI.1.3.28.1987. Sistem jembatan harus
direncanakan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

2.1.1 Muatan Primer


1. Muatan Mati (M)
Muatan mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan, atau
bagian jembatan termasuk segala unsur tambahan dimana dianggap satu kesatuan
tetap dengannya. Dalam menentukan besarnya beban mati, harus digunakan isi untuk
bahan-bahan bangunan tersebut dibawah ini:
- Berat volume beton bertulang : 2,5 ton/m3
- Berat beton cyclop dan tumbuk : 2,5 ton/m3
- Perkerasan jalan : 2,5 ton/m3

2. Muatan Hidup (H)


Beban hidup berasal dari berat kendaraan lalu-lintas dan berat orang berjalan kaki
dimana dianggap bekerja pada jembatan. Pembebanan Kelas 1 adalah aplikasi
pembebanan sebesar 100% beban T (beban truck) dan 100% beban D (beban lajur).
Pembebanan ini adalah untuk sebagian besar sistem jembatan utama jalan Propinsi.
Beban hidup di atas lantai kendaraan yang harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam
muatan :

a) Muatan T
Gambar 2.1. Beban T

Sesuai dengan Peraturan Muatan dan Pedoman Perencanaan Pembebanan Jalan


Raya (PPPJR) SKBI.1.3.28.1987, muatan T adalah muatan truck yang mempunyai
beban roda sebesar 10 ton.
b) Beban D
Untuk menghitung momen lentur positif dan negatif akibat beban D pada gelagar
menerus dengan banyak tempat kedudukan maka beban D akan memperoleh
reduksi intensitas sesuai dengan pedoman yang ada. Muatan yang dipergunakan
dalam perhitungan kekuatan gelagar adalah berat sendiri plat dan sistem lainnya
dipikul langsung oleh gelagar.
Besar P sebagai berikut :

Bentang Besar P

L > 30 m 2,2 t/m


30 m < L < 60 m 2,2 t/m – 1,1 / 80 ( L – 30 ) t/m
L > 60 m 1,1 < 1 + 30/L t/m

Dimana L = Panjang bentang jembatan

Gambar 2.2 Beban D


3. Muatan Kejut (K)
Untuk menjaga pengaruh getaran dan gaya dinamis, tegangan-tegangan yang terjadi
akibat beban D harus dikalikan dengan koefisien kejut.
Koefisien kejut ini hanya diberlakukan pada beban garis P = 4,4 t/m, sedangkan beban
T dan beban merata q dari pembebanan D tidak dikenakan. Muatan kejut ditentukan
dengan rumus :
20
K=1+
50 + L

Dimana :
K = Koefisien kejut ( pengaruh dinamis dari beban yang diberikan secara tiba-
tiba)
L = Panjang bentang jembatan yang bersangkutan dalam meter

2.1.2 Muatan Sekunder


1. Beban Angin
Beban angin sebesar 100 kg/m2 akan diberlakukan pada luasan vertical terbuka. Bila
pertimbangan beban angin pada kendaraan dianggap perlu, maka luasan tambahan
tersebut harus ditentukan sehubungan dengan syarat-syarat.
2. Gaya Rangkak Dan Susut (SR)
Gaya akibat rangkak dan susut sangat kecil bila dibandingkan dengan muatan-muatan
primer, sehingga gaya rangkak dan susut tidak diperhitungkan.
3. Gaya Rem Dan Traksi
Pengaruh gaya longitudinal dipersiapkan sebesar 5 % dari beban D tanpa kejut, untuk
seluruh lajur yang ditempati lalu-lintas pada arah yang sama. Seluruh lajur
dipertimbangkan membebani jembatan kearah satu jurusan ke depan. Gaya
longitudinal dianggap terletak 1,20 m diatas permukaan jembatan.

2.1.3 Muatan Khusus


1. Gaya sentrifugal

V2
TrR = 0,006 × × Tr
R
Dimana :
TrR = Gaya sentrifuginal yang bekerja pada suatu potongan jembatan
Tr = Beban total lalu-lintas yang bekerja pada potongan yang sama
dari jembatan
V = Kecepatan rencana lalu-lintas (km/jam)
R = Jari-jari kurva (m)

2. Gaya Gempa
Gaya gempa yang akan diterapkan handal sesuai dengan Peraturan Perencanaan
Teknik Jembatan tahun 1992.
Beban rencana gempa minimum harus didasarkan dari rumus berikut :
′ =
TEO Gaya geser dasar total pada arah yang sedang dipertimbangkan

Kn = Koefisien beban gempa horizontal


C = Koefisien geser dasar untuk zona, periode dan kondisi lapangan yang sesuai
I = Faktor kepentingan
S = Faktor jenis struktur
Wr = Berat nominal total dari struktur yang berkaitan dengan percepatan gempa,
diambil dari beban mati ditambah dengan beban superimpose.
Atau : Gh = E × M
Dimana :
Gh = Gaya gempa
E = Koefisien gaya gempa di daerah Jawa Tengah sebesar 0,14
M = Muatan angin dari konstruksi / bagian konstruksi yang ditinjau
Periode getar dasar dari jembatan yang dipergunakan untuk mengevaluasi koefisien
geser dasar idealnya harus ditentukan dari awal modal yang mempertimbangkan
seluruh elemen-elemen struktur yang mempengaruhi kekakuan struktur dan
mengijinkan fleksibilitas sisitem pondasi.

Untuk derajat kebebasan struktur yang tunggal sederhana formula berikut bisa
dipergunakan :

Wtp
T = 2.π .
g .K p

Dimana :
T = Periode getar (detik)
G = Percepatan gravitasi (m/det2)
Wtp = Berat nominal total struktur atas termasuk beban superimpose ditambah
setengah berat pilar-pilar yang telah diperbaiki (kN)
Kp = Kombinasi kekakuan pilar jembatan yang dinyatakan sebagai gaya
horizontal yang diperlukan untuk menghasilkan satuan lendutan / defleksi
pilar (kN/m)

Anda mungkin juga menyukai