Anda di halaman 1dari 2

1.

Pondasi Jembatan
Sistim Pondasi mendukung dan meneruskan gaya-gaya dari bangunan bawah jembatan
ke lapis tanah keras dibawahnya.
Pemilihan jenis pondasi ini dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Gaya yang bekerja dari konstruksi jembatan
b. Kapasitas daya dukung tanah dan kedalaman yang akan dicapai
c. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
d. Tingkat kesulitan pada saat pelaksanaan, serta apabila pada pilar
e. Pengaruh perilaku aliran sungai, besarnya gerusan dan sedimentasi.

Jenis Pondasi dibedakan menjadi :


- Pondasi dangkal (Pondasi Iangsung/Spread Foundation)
Pondasi ini dapat dipergunakan secara Iangsung diatas lapis tanah keras, jenis pondasi
ini adalah monoloit dapat berupa pasangan batu kali maupun beton
bertulang.Persyaratan teknik pemakaian pondasi jenis ini adalah :

 Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah

 Aman terhadap geser, guling, dan penurunan yang berlebihan

 Aman terhadap gerusan air dan longsoran tanah.

 Kedalaman dasar pondasi > 3 M dari dasar sungai terdalam atau muka tanah
setempat

 Tidak disarankan untuk pondasi pilar

- Pondasi dalam
Terdiri dari beberapa macam yaitu :

a. Pondasi sumuran

 Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran

 Aman terhadap penurunan yang berlebihan gerusan air dan longsoran tanah.

 Diameter sumuran ≥ 1.00 M

 Tidak disarankan jika tanah atas lunak dan tebalnya > 3 M

 Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.


b. Podasi Tiang pancang
Merupakan jenis pondasi dengan tiang yang dipancang kedalam tanah untuk
mencapai lapisan daya dukung tanah rencana dengan ketebalan tanah lunak > 8
M dari dasar sungai terdalam atau dari permukaan tanah setempat dan dalam hal
jika jenis pondasi sumuran diperkirakan sulit dalam pelaksanaannya.
Dasar perhitungan dapat didasarkan pada daya dukung persatuan tiang maupun
daya dukung kelompok tiang
Persyaratan teknik pemakaian pondasi jenis ini adalah :
 Kapasitas daya dukung tiang terdiri dari point bearing serta tahanan gesek
tiang
 Lapisan tanah keras berada > 8 M dari muka tanah setempat atau dari dasar
sungai terdalam
 Jika gerusan tidak dapat dihindari yang dapat mengakibatkan daya dukung
tiang dapat berkurang maka harus diperhitungkan pengaruh tekuk dan reduksi
gesekan antara tiang dan tanah sepanjang kedalaman gerusan
 Jarak as tiang tidak boleh kurang dari 3 kali garis tengah tiang yang
dipergunakan.

A. Perencanaan Geometrik Jembatan


Dalam menentukan posisi jembatan berprinsip pada "Garis sumbu jembatan dan
sumbu jalan Harus Berhimpit" dan bila memungkinkan alinyemen horizontal jembatan
harus mengikuti alinyemen jalan, hal tersebut mengingat Jembatan merupakan
bagian dari jalan dan dimaksudkan agar tidak merubah / menyimpang dari kriteria
perencanaan alinyemen jalannya itu sendiri.

Akan tetapi akan lebih balk lagi apabila posisi jembatan berada pada suatu garis
alinyemen jalan yang lurus dan tegak lurus pada arah rintangan (sungai).Kemiringan
Jembatan pada arah memanjang antara 0.5-1.0% dan kemiringan melintang sebesar
2.0% pada kedua sisi jalumya (superelevasi normal jalan). Posisi jembatan itu sendiri
tidak diijinkan berada pada dasar suatu lengkung cekung ( Sag Curve) maupun
dipuncak Suatu Lengkung Cembung ( Crest Curve) [ Juknis NO. 016/TBt/1995].

Anda mungkin juga menyukai