Anda di halaman 1dari 9

IV.

Alat Pemancangan Tiang Pancang


A. Jenis-jenis Alat Pancang
Ada beberapa jenis alat pemancangan tiang yang digunakan didalam proyek
konstruksi. Alat alat tersebut antara lain :
1. Drop Hammer
Drop hammer merupakan palu berat yang diletakan pada ketinggian tertentu di atas
tiang palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai bagian atas tiang. Untuk
menghindari menjadi rusak akibat tumbukan ini, pada kepala tiang dipasangkan
semacam topi atau cap sebagai penahan energi atau shock absorber. Biasanya cap
dibuat dari kayu.

Gambar 4.1 Drop Hammer


Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu
permenit dibatasi pada empat sampai delapan kali. Keuntungan dari alat ini adalah :
a). investasi yang rendah

b). mudah dalam pengoperasian


c). mudah dalam mengatur energi per blow dengan mengatur tinggi
Kekurangan dari alat ini adalah :
a). kecepatan pemancangan yang kecil
b). kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar
c). kemungkinan rusaknya bangunan disekitar lokasi akibat getaran pada
permukaan tanah
d). tidak dapat digunakan untuk pekerjaan dibawah air
2. Diesel Hammer
Alat pemancang tiang tipe ini berbentuk lebih sederhana dibandingkan dengan
hammer lainnya. Diesel hammer memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel,
piston, atau ram, tangki bahan baker, tengki pelumas, pompa bahan baker, injector,
dan mesin pelumas.

Gambar 4.2 Diesel Hammer

Kelebihan diesel :
a). ekonomis dalam pemakaian
b). mudah dalam pemakaian di daerah terpencil
c). berfungsi dengan baik pada daerah dingin
d). mudah dalam perawatan
Kekurangan alat ini adalah :
a). kesulitan dalam menentukan energi per blow
b). sulit dipakai pada tanah lunak
3. Hydraulic Hammer
Cara kerja hammer ini adalah berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis.
Salah satu hammer tipe ini dimanfaatkan untuk memancang fondasi tiang baja H dan
fondasi lempengan baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Alat ini baik
digunakan jika ada keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukan
cukup pendek. Untuk memperpanjang tiang maka dilakukan penyambungan pada
ujung-ujungnya.

Gambar 4.3 Hydraulic Hammer

4. Vibratory Pile Driver


Alat ini sangat baik dimanfaatkan pada tanah lembab. Jika material dilokasi berupa
pasir kering maka pekerjaan menjadi lebih sulit karena material tidak terpengaruh
dengan adanya getaran yang dihasilkan oleh alat. Efektifitas penggunaan alat ini
tergantung pada beberapa factor yaitu amplitude, momen eksentrisitas, frekuensi,
berat bagian bergetar dan berat lain tidak bergetar.
B. Penahan dan Pengatur Letak Tiang
1. Fixed Lead
Pengaturan posisi tiang dengan cara ini menggunakan lead yang terdiri dari rangkaian
baja dengan tiga sisi berkisi seperti boom pada crane dan sisi yang satu terbuka. Sisi
yang terbuka adalah tempat tiang diletakan.
2. Swing Lead
Jika lead tidak disambungkan dengan crane atau pelat pemancang pada bagian
bawahnya maka lead jenis dinamakan swing lead.
3. Hydraulic Lead
Sistem yang digunakan pada metode ini adalah dengan menggunakan silinder hidrolis
sebagai pengaku. Silinder hidrolis tersebut merupakan penghubung bagian bawah
lead dengan pemancang. Dengan system ini pengaturan posisi tiang dapat dilakkan
secara lebih akurat dan cepat.
C. Pemilihan Alat Pemancang Tiang
Kriteria-kriteria pemilihan alat pancang antara lain : jenis material, ukuran berat,
pancang tiang yang akan dipancangkan, bagaimana kondisi lapangan yang
mempengaruhi pengoperasian, hammer yang akan dipilih harus seuai dengan daya

dukung tiang dan kedalaman pemancangan dan pilihlah alat yang ekonomis dengan
kemampuan alat yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

I. Bagian-Bagian Struktur Bangunan Bawah Jembatan


a. Perencanaan Struktur Pondasi
Pondasi berfungsi meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah keras.
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan dipakai harus diketahui terlebih
dahulu mengenai keadaan, susunan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya.
Masalah-masalah teknik yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil
adalah
dalam
menentukan
daya
dukung
dan
kemungkinan
penurunan/settlement yang terjadi.
Pemilihan pondasi didasarkan pada beberapa hal antara lain :
Fungsi bangunan yang dipikul oleh pondasi
Muatan yang bekerja di atasnya baik berat bangunan sendiri atau
beban luar
Keadaan/kondisi lapisan tanah di mana pondasi akan didirikan
Letak lapisan tanah keras dan pondasi palung sungai
Biaya pembuatan pondasi
Sedangkan persyaratan yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu
pondasi :
Tanah dasar mampu mendukung beban yang bekerja
Penurunan tanah yang terjadi tidak terlalu besar
Pondasi tidak mengalami gaya guling dan gaya geser
Struktur pondasi harus kuat dan tidak pecah atau retak akibat beban
yang bekerja
Berikut adalah prosedur dasar pemilihan tipe pondasi jembatan
Kondisi 1
Pada kedalaman di bawah 5,00 meter bahaya korosi dianggap tidak ada
Pada lapisan tanah keras berkisar 5,00 meter dari permukaan air
atau permukaan tanah pondasi langsung dapat digunakan.
Apabila tanah keras berada antara 5,00 meter 15,00 meter di
bawah permukaan tanah, pondasi dapat digunakan tiang beton
bertulang atau beton prategang atau tiang bor. Tiang pancang beton
prategang digunakan apabila tiang pancang beton bertulang tidak
dipancang.
Apabila formasi tanah keras berada pada kedalaman 15,00-30,00
meter, pondasi digunakan tiang pancang baja atau tiang bor.Tiang
pancang baja biasanya ekonomis apabila qu di bawah 0,50 kg/cm2.
Apabila formasi tanah keras melebihi kedalaman 30,00 meter ,
pondasi tiang pancang baja lebih sesuai digunakan atau tiang bor
dapat juga dipertimbangkan.
Kondisi II
Apabila kedalaman air melebihi 5,00 meter, beberapa alternatif yang dapat
digunakan, antara lain :

Apabila tanah keras berada pada kedalaman dibawah 7,00 meter


pondasi langsung dan sumuran.
Pada kedalaman tanah keras mencapai 30,00 meter dibawah
permukaan tanah, pondasi caisson dengan tekanan udara(pneumatic
caisson)dapat digunakan.
Apabila kedalaman tanah keras berada di bawah lebih dari 30,00
meter pondasi caisson tekana udara dapat digunakan. Pada kondisi
pelaksanaan yang berdampingan, pondasi tiang pancang
dapatdigunakan dibanding tiang bor.

Berikut adalah klasifikasi jenis pondasi dengan kedalaman lapisan


tanah keras pendukung pondasi adalah sebagai berikut :
1. Pondasi Telapak/Langsung (Spread Foundation)
Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras (lapisan tanah
yang dianggap layak mendukung beban) terletak tidak terlalu dalam. Kirakira kedalaman tanah keras terletak pada kedalaman 2-3 meter di bawah
permukaan tanah asli. Sehingga dapat dilaksanakan ditempat atau dibuat
pra-cetak diletakkan kangsung di permukaan parit galian pada kedalaman
dangkal.
2. Pondasi Sumuran (caisson)
Pondasi ini dibuat pra-cetak, merupakan penampang berlubang
dengan diameter yang relatif besar, yang dilaksanakan berdampingan
sementara penggalian tanah dilakukan. Pondasi ini dilakukan bila lapisan
tanah pendukung beban berada tidak jauh di bawah dasar sungai,tanah
keras berada pada kedalaman antara 3-8 meter,pemilihan pondasi sumuran
cukup tepat. Namun demikian panjang atau tinggi pondasi sumuran
hendaknya dibatasi tidak lebih dari 8 meter demi menjaga ketelitian kerja
dan juga kemudahan kerja. Pondasi tipe ini termasuk pondasi tegar (rigid)
dalam menerima beban lateral.
3. Pondasi Tiang
Pondasi tiang dapat berupa pondasi tiang pancang atau tiang bor
tiang bor(cast in place) merupakan pondasi lentur (elastic foundation)
dalam menerima beban lateral. Pondasi tiang akan menjadi pilihan, jika
lapisan tanah pendukung beban berada jauh dari permukaan tanah dan
biasanya lebih dari 8 meter dan gaya horizontal yang bekerja cukup besar.
4. Pondasi Bored Pile
Bila di daerah proyek lapisan tanah keras berada pada dasara sungai
dan keadaan tanahnya jenis pasir dan berbatu(agravel) sehingga sulit
digali serta daya dukung tanahnya sedang maka dapat digunakan pondasi
bored pile.

Penyelidikan Tanah
Penyelidikan kondisi tanah dasar atau batuan dasar di sekitar lokasi
rencana jembatan, dilakukan untuk mengetahui secara menyeluruh
mengenai:
Stratigrafi secara vertikal dari keadaan geologi yang berkembang,
melalui data-data hasil pemboran inti dan sondir pada titik pondasi
yang direncanakan,
Pengelompokkan dan analisis sifat fisik maupn mekanik dari
tanah/batuan, hubungannya dengan analisis jenis pondasi yang
akan digunakan serta bangunan pelengkap jembatan lainnya.
Penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi penyelidikan
lapangan dan penyelidikan laboraturium.
a. Penyelidikan Lapangan
1. Test Lapangan dengan Pemboran Inti untuk Rencana
Jembatan
Test ini dilakukan untuk mencari data-data mengenai tanah
bawah permukaan atau batuan dasar. Khusus untuk pekeraan
perencanaan jembatan, pemboran inti dilakukan sampai pada
kedalaman mencapai tanah keras atau batuan dasar, sedangkan
untuk pentuan titik lokasi pemboran inti disesuaikan dengan kondisi
jembatan yang akan dibangun.
Untuk setiap core atau tanah hasil pemboran sebaiknya
didiskripsi secara jelas dan singkat, yaitu untuk setiap core
sepanjang per satu meter panjang, kemudian setiap per satu meter
panjang dimasukkan ke dalam box (cure box) dengan ukuran sesuai
dengan standar Departemen Pekerjaan Umum.
Dalam pekerjaan pemboran ini, akan selalu diikuti oleh
pengujian Penetrasi Standart atau yang lazim disebut Standart
Penetration Test (SPT),pengujian ini dilakukan pada setiap interval
kurang lebih 1,5-3,0 meter di kedalaman lubang pemboran dengan
tujuan untuk mengukur secara kasar dari kepadatan relatif berbutir
atau konsistensi tanah kohesif.
Pengambilan sample tanah untuk kepentingan laboraturium
dapat diambil baik berupa sample terganggu (disturbed sample)
yang digunakan untuk menentukan uji Atterbergh Limit, Water
Content dan lain sebagainya. Sedangkan untuk mencari nilai sudut
geser, kohesi, tekanan air pori, permeabilitas dalam tanah dan

konsolidasi butiran maka diperlukan sample tanah yang tidak


terganggu (undisturbed sample), contoh ini diambil dengan
menggunakan tabung besi.
2. Test Dinamic Cone Penetrometer/Sondir
Test Dinamic Cone Penetrometer atau Tes Sondir dilakukan
untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras, sifat daya dukung
tanah, serta daya lekat setiap segmen kedalaman tanah.
Kegunaannya antara lain adalah dapat dengan cepat menentukan
lapisan tanah keras dan dapat memperkirakan perbedaan lapisan.
Secara empiris hasil test ini dapat digunakan untuk menghitung
daya dukung tiang pondasi dan cukup baik digunakan pada lapisan
yang berbutir halus.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, peralatan yang digunakan
adalah:
Mesin sondir (2,5 ton atau 10 ton, tergantung kebutuhannya)
Satu set stang sondir dengan 2 buah manometer(kapasitas 050 kg/cm2 dan kapasitas 0-250 kg/cm2)
Satu buah bikonus dan satu buah paten konus
Satu buah set angker
Perlengkapan
(kunci
pipa,kunci
plunyer,palu,kunci
manometer,waterpass,dll)
Minyak hidrolik(Castrol Oil, SAE 10)
Pengujian dilakukan apabila seperangkat alat sondir ini telah
terpasang tegak lurus di atas permukaan tanah yang datar, kemudian
dilakukan penekanan stang luar sampai setiap kedalaman tambahan
sepanjang 20 meter. Pekerjaan sondir akan dihentikan pada
kedalaman sebagai berikut:
Jika bacaan pada manometer tiga kali berturut-turut
menunjukan nilai >(lebih besar dari) 150 kg/cm2.
Jika alat sondir terangkat ke atas sedangkan bacaan
manometer belum menunjukan angka maksimum (untuk itu
alat sondir perlu diberi pemberat)

Anda mungkin juga menyukai