Anda di halaman 1dari 31

feriyantovedc@gmail.

com
Pondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar bangunan yang berfungsi sebagai
penerus beban dari struktur atas ke lapisan tanah di bawahnya sehingga memenuhi
persyaratan kekuatan dan diharapkan bisa menghindari terjadinya:
 Keruntuhan geser
 Penurunan yang berlebihan
PONDASI DANGKAL  Pondasi telapak (square foudations)
 Lapisan tanah keras dangkal  Pondasi menerus (continus foudations)
 Beban bangunan relatif ringan  Pondasi rakit (raft foudations)

PONDASI DALAM  pondasi tiang pancang


 Lapisan tanah keras dalam  pondasi sumuran (dengan dan tanpa
casing)
 Beban bangunan relatif berat
 pondasi caisson
Pondasi dangkal
 Pondasi yang kedalamannya dekat dengan permukaan
tanah.
 Pondasi yang mendukung beban secara langsung.
 Syarat: D/B <1

Pondasi dalam
Pondasi yang kedalamannya cukup jauh dari permukaan
tanah.
 Pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras/batu yang relatif lebih jauh dari permukaan.
 Syarat:D/B >4 D : kedalaman pondasi B : lebar pondasi
Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu memperhatikan apakah
pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan serta dapat
diselesaikan secara ekonomis sesuai jadwal kerja, maka perlu
pertimbangan:
 Keadaan tanah pondasi
 Batasan akibat kostruksi diatasnya
 Batasan dari sekelilingnya
 Waktu dan biaya pengerjaan
 Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang keras dengan
daya dukung tanah yang cukup kuat.
 Konstruksi harus aman terhadap guling, geser, rotasi dan keruntuhan
geser tanah.
 Muatan sedapat mungkin merata.
 Pondasi harus ekonomis dalam pelaksanaan.
 Daya dukung ijin pondasi diperoleh dari daya dukung ultimit dibagi
dengan factor keamanan yang besarnya minimum 3 untuk pondasi
dangkal dan minimum 2,5 untuk pondasi dalam
Keretakan yang
terjadi
Dipasang
Sudut 60° Penulangan tarik

Penulangan tegangan
horisontal
 Penggalian dilakukan untuk mendapatkan penampang, ketinggian, pelurusan atau
bentuk tertentu sesuai gambar rencana.
 Jika penggalian dilakukan terlalu berlebihan, maka dilakukan penimbunan
kembali (re-filled) dengan material yang baik dan diberi lapis lean concrete untuk
mendapatkan elevasi dasar bangunan (fondasi) seperti ketentuan gambar, dan
harus disetujui perencana.
 Material timbunan harus memenuhi semua persyaratan material timbunan
yang disyaratkan, yang perlu diperhatikan yaitu grain size distribution, kadar
air, kebersihan dari bahan organik, specific grafity, dan sumber material itu
sendiri.
 Penimbunan harus dilakukan secara lapis demi lapis, tebal tiap lapisan tidak
boleh lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan.
 Pemadatan harus dilakukan dengan peralatan yang telah disetujui oleh
perencana.
 Pondasi Bored Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah
sampai lapisan tanah keras di bawahnya.
 Pondasi ini sangat cocok apabila digunakan pada tempat-tempat yang padat oleh
bangunan-bangunan, karena tidak terlalu bising dan getarannya tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan di sekelilingnya
 Jika jenis tanah bersifat kohesif maka lebih cocok memakai metode bore pile, jika
jenis tanah non kohesif maka lebih cocok memakai metode tiang pancang
 Jenis tanah yang sesuai untuk system pengeboran kering tanah kohesif dengan
nilai SPT 9-15 konsistensi kaku
 Tanah di bor dengan menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata
bor dan diangkat setiap interval 0,5 meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang
sampai kedalaman yang ditentukan.
 Metode basah umumnya dilakukan bila pengeboran
melewati muka air tanah sehingga lubang bor selalu
longsor bila dindingnya tidak ditahan.
 Agar lubang tidak longsor, di dalam lubang bor diisi
dengan larutan tanah lempung/bentonite atau larutan
polimer
 Jika kedalaman yang diinginkan telah tercapai, lubang
bor dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai
dimasukkan ke dalam lubang bor yang masih berisi
cairan bentonite.
 Adukan beton dimasukan ke dalam lubang bor dengan
pipa tremie. Larutan bentonite akan terdesak dan
terangkut ke atas oleh adukan beton
 Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan bangunan sekitarnya.
 Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile
cap).
 Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak boreed pile.
 Kedalaman tiang dapat divariasikan.
 Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboreatorium.
 Boreed pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan
kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan.
 Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang dapat
dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.
 Tidak ada risiko kenaikan muka tanah.
 Pengecoran bored pile dipengaruhi kondisi cuaca.
 Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak
dapat dikontrol dengan baik.
 Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang
badan bored pile mengurangi kapasitas dukung bored pile, terutama bila bored
pile cukup dalam.
 Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir
atau tanah yang berkerikil.
 Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang. Tetapi dapat di atasi dengan
penyedotan menggunakan mesin sedot air.
 Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka
dipasang temporary casing untuk mencegah terjadinya kelongsoran
 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada
kedalaman sekitar 20 meter dibawah permukaan
tanah.
 Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan
dipikul oleh pondasi terkait dengan beban.
 Melakukan prakiraan dan penilaian teknis tentang
daya dukung tanah pondasi maka diperlukan
pengertian mengenai karakteristik mekanis dari
tanah dengan melakukan percobaan seperti SPT
(Standard Penetrasi Test), Sondir, Boring dan lain
sebagainya.
 Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
 Pastikan Kondisi fisik tiang, Seluruh permukaan
tiang tidak rusak atau retak dan Umur beton telah
memenuhi syarat.
 Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa
sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang
yang telah ditentukan.
 Tiang diangkat pada titik angkat yang telah
disediakan pada setiap lubang.
 Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala
tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu
sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
 Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas
patok pancang yang telah ditentukan.
 Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur
panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass
sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem
dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang
tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang
batang pertama.
 Toleransi Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik
selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan
arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75
 Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan
menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas helmet yang
terpasang diatas kepala tiang dengan catatan Kepala tiang
tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan.
 Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai
final set sesuai perhitungan.
 Nilai final set mengikuti ketentuan Konsultan Desain
atau atas instruksi Konsultan Pengawas atau Manajemen
Konstruksi, dan direkomendasikan untuk pemancangan
awal sebelum dilakukan cross-check dengan PDA Test
diambil nilai final set antara 1 cm - 1,5 cm pada 10
pukulan terakhir, kecuali ditetapkan lebih kecil oleh
Konsultan.
 Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka
pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi final
setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set
yang ditetapkan
 Final set sudah dicapai (end-bearing pile) atau kedalaman
pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile)
 Sudah mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang

 Telah mencapai batas kelangsingan tiang pancang sesuai spesifikasi


material atau ketentuan konsultan : harus dilakukan penambahan titik
pondasi tiang jika diperlukan

 Jika terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) : harus
dilakukan penambahan titik pondasi tiang
 Terjadi kemiringan di luar toleransi : harus dilakukan penambahan
titik pondasi tiang
 Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang
yang sudah selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi
pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan,
yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan
 Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap
harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data
awal
 Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus
dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke
posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal
 Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau
diagonal penampang tiang – ditentukan oleh konsultan desain
 Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari
posisi terdalam lalu melingkar keluar
Bila sebuah tiang berada di dalam tanah timbunan yang cukup tebal
dan ditempatkan di atas lapisan tanah yang kompresibel, maka tanah
akan cenderung bergerak ke bawah. Akibat beban timbunan terjadi
peningkatan tekanan air pori sehingga tanah tersebut mengalami
konsolidasi dan penurunan yang cukup besar. Jika penurunan tanah di
sekitar tiang tiang lebih besar daripada penurunan tiang, maka akan
timbul geseran antara selimut tiang dengan tanah ke arah bawah yang
menyebabkan tiang pancang tertarik ke bawah.
Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method,
yang meliputi pengukuran data kecepatan (velocity) dan
gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike) dan
perhitungan variabel dinamik secara real time untuk
mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi
tiang tunggal.
 daya dukung pondasi tiang tunggal
 integritas atau keutuhan tiang dan sambungan
 efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat
pancang
 Pile cap merupakan elemen struktur yang berfungsi
mengikat tiang-tiang pancang untuk menyebarkan beban
dari kolom ke tiang-tiang
 Pile cap sangat kaku karena ujung atas tiang menggantung
pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen lentur yang
diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
 Susunan tiang dibuat simetris dengan pusat berat
kelompok tiang dan pusat berat pile cap terletak pada satu
garis vertikal.
 Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik
 Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis
 Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
 Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.
 Tiang pancang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam dengan system
sambungan.
 Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertical
 Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
 Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
 Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
 Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit
dan memerlukan alat penyambung khusus.
 Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
1. PONDASI SUMURAN
2. PONDASI FRANKI PILE
3. PONDASI STRAUSS
4. LOADING TES TIANG PANCANG

Anda mungkin juga menyukai