Anda di halaman 1dari 46

Review Teknis Perkuatan Tebing Sungai Musi

Desa Bailangu Kabupaten Musi Banyuasin

1. Latar Belakang
Sungai Musi membentang sepanjang 750 km di pulau Sumatera melalui empat provinsi yaitu
Sumatra Selatan, Bengkulu, Jambi dan Lampung. Sungai ini memiliki mata air yang berasal dari
daerah Kepahiang, Bengkulu dan bermuara di Selat Bangka. Sungai Musi merupakan salah satu
sungai yang berbentuk meander. Sungai meander dapat didefinisikan sebagai sungai yang
mempunyai alur berbelok-belok, sehingga hampir menyerupai huruf “S” berulang. Sungai
bermeander terbentuk oleh adanya pergerakan menyamping akibat 523 O.Augustio, et al. arus
sungai yang menggerus bagian dinding sungai. Arus yang berbelok-belok juga akan terjadi pada
sungai yang relatif lurus. Pada kenyataannya, hampir sebagian besar pada sungai yang lurus
akan terjadi arus yang berbelokbelok dan akan terjadi endapan setempat-setempat yang
selanjutnya dalam perkembangannya dapat terbentuk meander (BPSDM PU, 2017.)

Sungai meander umumnya akan terus mengalami perkembangan geometrinya. Perpindahan


aliran dapat membuat lebar sungai menjadi lebih lebar ataupun sempit disebabkan aktivitas
erosional, pada sungai meander aktivitas gerusan air terjadi pada bagian dinding kelokan sungai
dengan dimensi yang semakin membesar dan sebaliknya pada bagian lain sungai terjadi
pengendapan sedimen berupa gosong sungai yang diakibatkan adanya penurunan energi saat
transportasi material sedimen. Perkembangan tersebut mempengaruhi kondisi morfometri yang
akan terus berubah dan berpengaruh pemanfaatan penggunaan lahan di sekitar aliran sungai.

Permasalahan ini juga terjadi pada aliran yang melewati Desa Bailangu Kabupaten Musi
Banyuasin. Tebing diaderah ini sudah mengalami keruntuhan bahkan ada gedung yang ambruk
akibat kejadian ini.
Oleh Karena itu review teknis ini dilakukan untuk melihat perencanaan dari perkuatan tebing
yang telah direncanakan apakah sudah sesuai standar perencanaan perkuatan tebing yang
berlaku di Indonesia.

2. Tujuan
Review teknis ini bertujuan untuk memberikan masukan terkait perencanaan yang telah
dilakukan dan analisa ulang sesuai dengan kaidah teknik

3. Tinjauan masalah
Ada dua hal yang menjadi tinjauan dalam review teknis pada permasalahan ini :
A. Dinding penahan tanah
B. Pengaruh Getaran terhadap tanah
C. Desain Krib terhadap Gerusan Arus Sungai
4. Landasan teori
A. Dinding Penahan
Tanah Dinding penahan tanah adalah sebuah struktur yang didesain dan dibangun untuk
menahan tekanan lateral (horisontal) tanah ketika terdapat perubahan dalam elevasi tanah yang
melampaui sudut at-rest dalam tanah. Faktor penting dalam mendesain dan membangun
dinding penahan tanah adalah mengusahakan agar dinding penahan tanah tidak bergerak
ataupun tanahnya longsor akibat gaya gravitasi.
Tekanan tanah lateral di belakang dinding penahan tanah bergantung kepada sudut
geser dalam tanah (phi) dan kohesi (c). Tekanan lateral meningkat dari atas sampai ke bagian
paling bawah pada dinding penahan tanah. Jika tidak direncanakan dengan baik, tekanan tanah
akan mendorong dinding penahan tanah sehingga menyebabkan kegagalan konstruksi serta
kelongsoran. Jenis Dinding Penahan Tanah
1. Dinding grafitasi (grafity waal)
2. Dinding penahan kantilever (Kantilever Retaining Wall)
3. Dinding counterfort (counterfort wall)
4. Dinding butters (butters wall)

B. Tanah
Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu sendiri.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang memadai tentang tanah untuk dapat mendesain
dinding penahan tanah. Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan
gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay),
tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Untuk
menerangkan hal di atas, berikut adalah gambar diagram fase tanah. Gambar Diagram Fase
Tanah Besarnya kadar air dan udara berpengaruh besar pada stabilitas tanah, oleh karena itu
tidak semua jenis tanah dapat digunakan untuk timbunan di belakang dinding penahan tanah.
Bahan yang paling baik digunakan adalah tanah yang kering dan tidak kohesif

C. Timbunan.
Kriteria Umum Tanah Timbunan Sebelum melakukan desain, terlebih dahulu kita harus
mengetahui nilai-nilai berat volume (γ), kohesi (c), sudut geser dalam tanah ( ø) yang digunakan
dalam hitungan tekanan tanah lateral. Nilai-nilai c dan ø dapat ditentukan dari uji geser dan tes
triaksial. Tipe-tipe tanah timbunan untuk dinding penahan tanah menurut Terzaghi dan Peck
(1948) adalah :
a. Tanah berbutir kasar, tanpa campuran partikel halus, sangat lolos air (pasir bersih
atau kerikil).
b. Tanah berbutir kasar dengan permeabilitas rendah karena tercampur oleh partikel
lanau.
c. Tanah residu (residual soil) dengan batu-batu, pasir berlanau halus dan material
berbutir dengan kandungan lempung yang cukup besar.
d. Lempung lunak atau sangat lunak, lanau organik, atau lempung berlanau.
e. Lempung kaku atau sedang yang diletakkan dalam bongkahanbongkahan dan dicegah
terhadap masuknya air hujan ke dalam selasela bongkahan tersebut saat hujan atau
banjir.
Pemadatan Tanah Timbunan Proses pemadatan tanah timbunan harus
dilakukan lapis per lapis. Untuk menghindari kerusakan pada dinding penahan tanah dan
tekanan tanah lateral yang berlebihan, digunakanlah alat pemadat yang ringan. Sebab
pemadatan yang berlebihan dengan alat yang berat, akan menimbulkan tekanan tanah
lateral yang bahkan beberapa kali lebih besar daripada tekanan yang ditimbulkan oleh
tanah pasir yang tidak padat. Jika memakai tanah lempung sebagai tanah timbunan
maka diperlukan pengontrolan yang sangat ketat. Bahkan walaupun timbunan berupa
tanah berbut ir dengan penurunan yang kecil dan dapat ditoleransikan, tanah timbunan
harus dipadatkan lapis per lapis dengan ketebalan maksimum 22.5 cm. Pekerjaan
pemadatan sebaiknya tidak membentuk permukaan miring, karena akan menyebabkan
pemisahan lapisan dan akan berdampak pada keruntuhan potensial. Oleh karena itu
sebaiknya dilakukan dengan permukaan tanah horisontal.

D. Sistem Drainase Pada Dinding Penahan Tanah


Satu hal yang lebih penting lagi dalammembangun sebuah dinding penahan
tanah adalah memadainya sistem drainase karena air yang berada di belakang dinding
penahan tanah mempunyai pengaruh pada stabilitas struktur. Drainase berfungsi untuk
mengalirkan air tanah yang berada di belakang dinding . Dinding penahan yang tidak
mempunyai sistem drainase yang baik dapat mengakibatkan peningkatan tekanan tanah
aktif di belakang dinding, berkurangnya tekanan pasif di depan dinding, berkurangnya
resistansi friksional antara dasar dinding dan tanah serta kuat geser tanah yang akhirnya
akan berdampak pada berkurangnya daya dukung tanah. Jenis Drainase Pada Dinding
Penahan Tanah
1. Drainase Dasar (bottom drain)
2. Drainase Punggung (back drain)
3. Drainase Inklinasi (inclined drain) Dan Drainase Horisontal (horisontal drain)

E. Tekanan Tanah Lateral


Analisis tekanan tanah lateral digunakan untuk perencanaan dinding penahan
tanah. Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan tanah
di belakang struktur penahan tanah. Besarnya tekanan lateral sangat dipengaruhi oleh
perubahan letak (displacement) dari dinding penahan dan sifat-sifat tanahnya. Tekanan
Tanah Dalam Keadaan Diam (At-Rest) Suatu elemen tanah yang terletak pada
kedalaman tertentu akan terkena tekanan arah vertikal (σv) dan tekanan arah horisontal
(σh)

2. Krib
Krib merupakan suatu bentuk pelindung tebing yang digunakan untuk melindungi tebing
sungai dari bahaya gerusan lokal dan gejala meander karena arus, krib berfungsi mengarahkan
arus (aliran) sungai. Krib adalah bangunan yang di mulai dari tebing sungai kearah tengah guna
mengatur arah aliran sungai, dan dapat berfungsi mengurangi kecepatan aliran sungai,
mengendalikan arah sedimentasi dan dapat mengurangi dampak kerusakan tebing sungai
terhadap gerusan. konstruksi krib merupakan konstruksi bangunan pengaman tebing, kontruksi
ini dibuat jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang menguntungkan dan perlu
diubah atau dikendalikan ke kondisi yang lebih baik. Krib adalah bangunan yang dibuat mulai
dari tebing sungai kearah tengah, guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah :
1. Mengatur arah arus sungai,
2. Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai,
3. Mempercepat sedimentasi,
4. Menjamin keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan,
5. Mempetahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai,
6. Mengonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

Gambar 1 Dinding Krib

Krib adalah bangunan air yang secara aktif mengatur arah arus sungai dan mempunyai efek positif yang
besar jika dibangun secara benar. Sebaliknya, apabila krib dibangun secara kurang semestinya, maka
tebing di seberangnya dan bagian sungai sebelah hilir akan mengalami kerusakan. Karenanya, haruslah
dilakukan penelaahan dan penelitian yang sangat seksama sebelum penetapan type suatu krib yang
akan di bangun.

Gambar 2 Penggunaan Krib


Tujuan dari pengaturan alur sungai antara lain adalah sebagai berikut :

 Mengatur aliran sungai sedemikian rupa sehingga pada waktu banjir air dapat mengalir dengan
cepat dan aman,
 Mengatur kecepatan aliran sungai yang memungkinkan adanya pengendapan dan pengangkutan
sedimen dengan baik,
 Mengarahkan aliran ke tengah alur sungai agar tebing sungai tidak terkikis,

Mengarahkan aliran sungai sehingga dapat dipergunakan untuk pelayaran.

Gambar 3 Krib untuk melindungi tebing sungai terhadap longsor

KLASIFIKASI KRIB

A. Krib Permeable

Pada tipe permeable, air dapat mengalir melalui krib. Bangunan ini akan melindungi tebing terhadap
gerusan arus sungai dengan cara meredam energy yang terkandung dalam aliran sepanjang tebing
sungai dan bersamaan dengai itu mengndapkan sendimen yang terkandung dalam aliran. Krib
permeable terbagi dalam beberapa jenis, antara lain jenis tiang pancang, rangka pyramid, dan jenis
rangka kotak. Krib permeable disebut juga dengan krib lolos air. Krib lolos air adalah krib yang diantara
bagian-bagian konstruksinya dapat dilewati aliran, sehingga kecepatannya akan berkurang karena
terjadinya gesekan dengan bagian konstruksi krib tersebut dan memungkinkan adanya endapan
angkutan muatan di tempat ini.
Gambar 4 Permeable Krib

B. Krib Impermeable

Krib dengan konstruksi tipe impermeable disebut juga krib padat atau krib tidak lolos air, sebab air
sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib. Bangunan ini digunakan untuk membelokkan arah arus
sungai dan karenanya sering terjadi gerusan yang cukup dalam di depan ujung krib atau bagian sungai di
sebelah hilirnya. Untuk mencegah gerusan, di pertimbangkan penempatan pelindung dengan konstruksi
fleksibel seperti matras atau hamparan pelindung batu sebagai pelengkap dari krib padat. Dari segi
konstruksi, terdapat beberapa jenis krib impermeable misalnya brojong kawat, matras dan pasangan
batu.

Gambar 5 Krib Impermeable

C. Krib Semi Permeable

Krib semi permeable ini berfungsi ganda yaitu sebagai krib permeable dan krib padat. Biasanya bagian
yang padat terletak disebelah bawah dan berfungsi pula sebagai pondasi. Sedangkan bagian atasnya
merupakan konstruksi yang permeable disesuaikan dengan fungsi dan kondisi setempat. Krib semi
permeable disebut juga dengan Krib semi lulus air adalah krib yang dibentuk oleh susunan pasangan
batu kosong sehingga rembesan air masih dapat terjadi antara batu-batu kosong.
D. Krib Silang dan Memanjang

Krib yang formasinya tegak lurus atau hamper tegak lrus sungai dapat merintangi arus dan dinamakan
krib melintang. Sedangkan krib yang formasinya hamper sejajar arah arus sungai di sebut krib
memanjang.

PERENCANAAN KRIB

Dalam mempersiapkan perencanaan krib, diperlukan survey mengenai topografi, debit dan kecepatan
aliran sungai dan transportasi sedimen yang ada disungai. Tipe dan cara pembuatan krib ditetapkan
secara empiris dengan memperhatikan pengalaman masalalu dalam pembuatan krib yang hamper
sejenis.

Secara umum, hal-hal yang perlu di perhatikan dalam perencanaan krib adalah sebagai berikut :

 Karena cara pembuatan krib sangat tergantung pada resim sungai, perlu diperoleh data mengenai
pengalaman pembuatan krib pada sungai yang sama atau hampir sama, kemudahan
pelaksanaanya dan besarnya pembiyayaan.
 Untuk mengurangi turbulensi aliran pada sungai yang terlalu lebar, maka permukaan air sungai
normal harus dinaikan dengan krib yang panjang, dengan memperhatikan biaya pelaksanaan dan
pemeliharaannya.
 Jika krib yang akan dibangun dimaksud pula untuk melindungi tebing sungai terhadap pukulan air,
panjang krib harus diperhitungkan pula terhadap timbulnya pukulan air pada tebing sungai di
seberangnya.
 Krib tidak berfungsi baik pada sungai keeil dan sempit alurnya.
 Apabila pembuatan krib dimaksudkan untuk menaikan permukaan normal air sungai, perlu
dipertimbangkan kapasitasnya disaat terjadinya debit yang lebih besar atau debit banjir.

Terdapat 3 macam formasi krib yaitu :

 Krib Tegak lurus : krib yang arahnya tegak lurus aliran.


 Krib condong kearah hulu disebut juga sebagai krib tajam : krib yang arahnya menyerong ke hulu
 Krib condong kearah hilir.

Penetapan tinggi krib pada umumnya akan lebih menguntungkan apabila evaluasi mercu krib dapat
dibuat serendah mungkin ditinjau dari stabilitas bangunan terhadap gaya yang mempengaruhinya,
sebaiknya elevasi mercu dibuat 0,50-1,00 meter diatas elevasi rata-rata permukaan air rendah. Dari hasil
pengamatan terhadap tinggi berbagai jenis krib yang telah dibangun dan berfungsi dengan baik,
diperoleh angka perbandingan antara tinggi krib dan kedalaman air banjir (hg/h) sebesar 0,20 – 0,30

.
Tabel 1 Arah Aliran dan Sumbu Krib

Panjang dan jarak antara krib ditetapkan secara empiris yang didasarkan pada pengamatan data sungai
yang bersangakutan antara lain situasi sungai, lebar sungai, kemiringan sungai, debit banjir, kedalaman
air, debit normal, transportasi sedimen dan kondisi sekeliling sungai. Krib memanjang adalah krib yang
ditempatkan hampir sejajar dengan arah arus sungai dan biasanya digunakan untuk melindungai tebing
alur sungai dan mengatur arah arus sungai agar alur sungai tidak mudah berpindah-pindah.

KONSTRUKSI KRIB
 Krib tiang pancang : adalah contoh krib permeabel dan dapat digunakan baik untuk krib
memanjang maupun krib melintang. Konstruksinya sangat sederhana dan dapat meningkatkan
proses pengendapan serta sangat cocok untuk bagian sungai yang tidak deras arusnya.

Gambar 6 Krib tiang pancang

 Krib rangka : adalah krib yang cocok untuk sungai-sungai yang dasarnya terdiri dari lapisan batu
atau krikil yang sulit dipancang dan krib rangka ini mempunyai kemampuan bertahan yang lebih
besar terhadap arus sungai dibandingkan dengan krib tiang pancang.

Gambar 7 Krib Rangka


 Krib blok beton : krib blok beton mempunyai kekuatan yang baik dan awet serta sangat fleksibel
dan umumnya dibangun pada bagian sungai yang arusnya deras. Bentuk dan denah krib serta
berat masing-masing blok beton sangat bervariasi tergantung dari kondisi setempat antara lain
dimensi serta kemiringan sungai dan penetapannya didasarkan pada contoh-contoh yang sudah
ada atau pengalaman-pengalaman pada krib-krib sejenis yang pemah dibangun.

Gambar 8 krib blok beton

Gambar 9 krib blok beton

PEMILIHAN TIPE KRIB


Tipe krib yang cocok untuk suatu lokasi haruslah ditentukan berdasarkan resim sungai pada lokasi
tersebut dengan memperhatikan tujuan pembuatannya, tingkat kesulitan dan jangka waktu
pelaksapannya. Jadi hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipelajari adalah bentuk denah, kemiringan
memanjang dan bentuk penampung lintang krib, elevasi muka air, debit, keeepatan arus baban dasar
dan arab pergeseran pada sungai. Selanjutnya tipe krib ditetapkan berdasarkan fungsi hidrolika dari krib,
pengalaman-pengalaman yang pemah ada dan contoh-contoh bangunan krib-krib yang dibuat di waktu-
waktu yang lalu.
Dalam proses penentuaqn tipe kirb diperlukan perhatian khusus pada hal-hal sebagai berikut :
 Krib permeabel yang rendah dengan konsolidasi pondasi biasanya cukup memadai untuk
melindungi tebing sungai.
 Krib tidak cocok untuk sungai-sungai yang sempit alumya atau untuk sungai-sungai kecil.

5. Hasil dan pembahasan

A. Deskripsi area
Sungai Musi yang membelah Kota Palembang memiliki panjang sungai 27,47 Km. Dari total
panjang sungai tersebut. Secara geologi, sempadan sungai di daerah penelitian dominan tertutup
oleh endapan rawa dan alluvium yang merupakan sedimen pada Masa Kuarter. Kedua endapan ini
di daerah Ilir menutupi Formasi Muaraenim bagian bawah yang berumur Miosen. Badri (1983)
mendeskripsikan bahwa Formasi Muaraenim bagian bawah memiliki sebaran yang cukup luas dan
umumnya telah mengalami perlipatan, terdiri atas batu lempung dan batu lanau tufan dengan
sisipan batubara. Endapan alluvium yang dominan terdapat di Sempadan Sungai Musi Kecamatan
Seberang Ulu I dan Seberang Ulu II menurut Moechtar (2007) memiliki lithologi batuan yang terdiri
atas pasir kasar, pasir halus, lanau, lempung, lempung lanauan, lempung tufan, lanau berhumus
bersifat lempungan sampai ke lempung bergambut, sedangkan endapan rawa memiliki lithologi
batuan yang terdiri atas lanau organik bersifat lempungan, lempung organik dengan sedikit
kandungan pasir yang berwarna gelap. Iklim di wilayah DAS Musi tergolong iklim basah. Berdasarkan
klasifikasi Schmidt dan Ferguson tipe iklim di Wilayah DAS Musi sebagian besar adalah tipe A (sangat
basah). Suhu udara rata-rata berkisar antara 26-28,7°C Musim hujan terjadi antara bulan November
hingga April dengan curah hujan rata-rata 5 sebesar 202,7 mm dan jumlah hari hujan terbanyak
pada bulan Desember dengan kelembaban relatif rata-rata adalah 83,0% (BP DAS Musi dan Forum
DAS Sumsel, 2011; BPS Kota Palembang, 2015). Kondisi iklim yang sangat basah berperan besar
dalam menunjang proses erosi dan sedimentasi di DAS. Hasil analisa dari BP DAS Musi dan Forum
DAS Sumsel (2011) menyebutkan bahwa tingkat erosi di DAS Musi Hilir dan DAS Batang Peledas
berada pada kategori erosi kelas I (<15 Ton/Ha/Th) dengan luas masing-masing sebesar 224.638,62
Ha dan 84.456,05 Ha. Luasan wilayah ini mencakup penyebaran lahan kritis di dua DAS tersebut
mulai dari tingkat tidak kritis hingga sangat kritis.
Area pekerjaan penahan tebing

Gambar 10 Lokasi Pengamanan tebing sungai musi


B. Identifikasi permasalahan yang terjadi
Pada hari Rabu tanggal 22 Juli 2020 telah dilakukan survey lapangan terkait kondisi existing
pengamanan tebing pada pinggir sungai musi di Desa Bailangu Kabupaten Musi Banyuasin
Palembang. Beberapa kondisi terkait kondisi existing terlihat pada foto-foto berikut:

Gambar 11 Kondisi Existing Pengamanan Tebing Sungai Musi

Dari hasil survey dilapangan terkait kondisi existing pengamanan tebing sungai musi ada
beberapa catatan.
1. Pada gambar A 1 terlihat pengamanan tebing sungai terletak pada pinggir jalan akses jalan
provinsi sehingga kepadatan kendaraan yang lewat cukup besar dan volume kendaraan besar
cukup banyak sehingga dalam perencanaan perlu memikirkan pengaruh getaran akibat
kedaraan yang lewat.
2. Pada gambar A2 Terlihat tanah bagian atas sungai mengalami keretakan dimungkinkan karena
jenis tanah pada daerah tersebut bersifat losse sehingga apabila terkena getaran akan terjadi
retakan
3. Pada gambar B3, C4 dan D5 Terlihat bahwa bagian sheetpile yang mengarah kesungai terjadi
penurunan sehingga sheetpile tersebut jatuh kearah sungai, hal ini dimungkinkan karena
tingginya gerusan yang terjadi pada pinggi sungai/kaki sheetpile sehingga sheetpile tidak bisa
menahan tekanan yang terjadi karena tanah dibagian tersebut mengalami
penurunan/pendangkalan sehingga jepitan kepada sheetpile berkurang. Selain itu anchor
pengunci sheetpile tidak ada pada kontruksi sheetpile tersebut sehingga apabila sheetple
mengalam tekanan akibat tekanan air tanah dan penurunan lekatan tanah akibat gerusan
sheetpile akan terguling
Selain dari pengamatan dilapangan juga dilakukan pengamatan terhadap hasil soil investigasi. Dari
hasil soil investigasi didapatkan bahwa tanah yang ada disekitar daerah tersebut adalah dominan
tanah lempung seperti terlihat pada gambar 13

Gambar 12 Lokasi Pengambilan Soil Investigasi (N-SPT)


Gambar 13 Hasil Soil Investigasi (N-SPT)

C. Pemodelan Kondisi Existing


Setelah dilakukan survey dan soil investigasi dilakukan pemodelan melihat potensi keruntuhan
akibat tekanan tanah dan juga tekanan air tanah menggunakan software plaxis v8.2. Dari
pemodelan dapat terlihat beberapa kondisi terkait permasalahan sebagai berikut:
Gambar 14 Pemodelan Kondisi Existing Pengamanan Tebing Sungai Musi Desa Bailangu Musi
Banyuasin

Dari pemodelan diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya air sungai dan tekanan air tanah
pada gambar A Mengakibat dinding penahan tanahnya akan terdorong ditambah bagian bawah
dinding penahan tanah mengalami gerusan karena arus sungai. Pada gambar B dan C terlihat
akibat beban tanah sebelah luar sungai dan tekanan akibat kendaraan yang lewat (getaran)
dimodelkan dengan sesmic/gelombang mengakibatkan dinding penahan tanah akan terdorong
dan terjadi displacement (pergeseran). Pada gambar D Terlihat tekanan air tanah efektif akan
mengangkat dan menekan dinding penahan tanah dari bawah sehingga perlu diperhatikan
potensi terjadinya uplit pada kasus ini. Sehingga dilakukanlah review terkait pekerjaan ini
dengan 3 tinjauan yaitu:
A. Dinding penahan tanah
B. Pengaruh Getaran terhadap tanah
C. Desain Krib terhadap Gerusan Arus Sungai

D. Review terhadap dinding penahan tanah dan pemancangan


Dari hasil analisa dan pemodelan untuk perencanaaan terbaru dari dinding penahan tanah
dengan software palxis v8.2 dan perhitungan manual dengan memasukkan pengaruh
sesmic/getaran didapat sebagai berikut:
1. Pemodelan plaxis terhadap desain perencanaan
Gambar 15 Pemodelan Kondisi Pengamanan Rencana Tebing Sungai Musi Desa Bailangu Musi
Banyuasin
Dari hasil pemodelan didapatkan dengan perencanaan terbaru yang mana ada penambahan anchor
dan tiang dinding penahannya dipastikan sampai tanah keras displacement/pergeserannya akan
berkurang dan tekanan air tanah mengarah kebagian bawah dinding penahan tanah sehingga takan
terhadap dinding penahan tanah berkurang dengan catatan harus disiapkan jalan untuk air keluar
(permeabilitas).

2. Review terhadap ukuran dinding penahan tanah


Dalam review ini dilakukan dua tinjauan yaitu terhadap kondisi normal dan terhadap kondisi
sesmic/getaran akibat kendaraan. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil seperti terlampir pada
lampiran 1
Dari hasil analisa didapatkan bahwa ukuran dinding penahan tanah perlu ditambah karena
diperhitungkan getaran/sesmic rinciannya sebagai berikut :

Tabel 2 Usulan Perubahan Ukuran Dinding Penahan Tanah


No Perencanaan Review Keterangan
1 3m 4m B (Lebar bawah
dindingpenahan tanah)
2 0.8 m 1.2 m H4 (tebal dinding
penahan tanah bawah)

H4

Gambar 16 Perubahan Ukuran Dinding penahan Tanah


E. Review terhadap Penanganan Getaran yang terjadi akibat kendaraan yang lewat dan gerusan
pada kaki dinding penahan tanah
Dari hasil investigasi dilapangan didapatkan bahwa getaran kendaraan yang melewati jalan pada
pinggir penahan tebing sungai musi terasa sangat keras sehingga diperlukan penanganan oleh
karena itu perlu adanya peredam terhadap getaran tersebut sehingga tidak berakibat pada
dinding penahan tanah. Pada kaki dinding penahan tanah juga perlu diakukan pengamanan
sehingga tidak menggerus kaki dinding penahan tanah tersebut seperti terlihat pada gambar 17

Gambar 17 Pengamanan terhadap potensi getaran dan gerusan

Dari survey dilapangan dan kajianterhadap permasalah ini diusulkan penanganan terhadap
permasalahan diatas sebagai berikut :
1. Pada lingkaran merah no 1 material timbunan diusulkan material timbunan yang
kepadatannya tidak terlalu tinggi dan dapat meredam getaran seperti campuran tanah
lempung dan pasir. Selain itu peerlu juga dipertimbangkan pembuatan parit /drainase
dipinggir jalan karena drainase/parity nag terisi air dapat mengurangi getaran akibat
kendaraan yang lewat.
2. Pada lingkaran merah no 2 perletakan dinding penahan tanah perlu dipertimbangkan
jangan pada bibir sungai disarankan lebih menjorok beberapa meter dari bibir sungai
agar potensi gerusan dapat dikurangi dan juga pemasangan geobag diatur sedemikan
rupa sehingga membentuk lereng yang aman < 45˚
F. Review teknis desain struktur krib

 Jarak antar krib Jarak (interval)


krib biasanya ditetapkan sedemikian rupa sehingga arus sungai diujung krib yang lebih
hulu dapat diterima oleh krib yang dilindungi disebelah hilir krib pertama tersebut. Pada
bagian-bagian sungai yang airnya dalam kemungkinan dapat terjadi pukulan air (water
hammer), (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 : 179), untuk menghitung jarak antar krib
digunakan persamaan sebagai berikut :

dimana Lk = interval/jarak antar krib (m) ; ¥ = parameter empiris ( @ 0,6); Ce = koefisien


Chezy (m1/2/dt) (@ 45 untuk sungai); h = mean (nilai rata-rata) kedalaman air (m); g =
percepatan gravitasi (m/dt2 )

Pada kasus ini diperoleh kedalaman sungai musi rata-rata adalah 10-12 meter
Sehingga
d = 0.6 x 452x11 m / 2 x(9.81)
d = 15.96 m = 15 meter

Diperoleh jarak antar krib disarankan 15 m

 Panjang Krib

Bagian lurus :
d= 2L
15 m = 2 x L
L = 7.5 m

Bagian tikungan luar


d= 1.6 L
L = 9.375 m
L = 10 m (diambil)

Bagian tikungan dalam


d= 3.3 L
L = 4.545m
L = 5 m (diambil)

6. Kesimpulan
Dari survey dan investigasi terhadap permasalahan dinding penahan tebing sungai musi desa
bailangu kabupaten musi banyuasin didapatkan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisa didapatkan bahwa ukuran dinding penahan tanah perlu ditambah karena
adanya potensi getaran/sesmic
2. perletakan dinding penahan tanah perlu dipertimbangkan jangan pada bibir sungai
disarankan lebih menjorok beberapa meter dari bibir sungai agar potensi gerusan dapat
dikurangi dan juga pemasangan geobag diatur sedemikan rupa sehingga membentuk lereng
yang aman < 45˚
3. material timbunan diusulkan material timbunan yang kepadatannya tidak terlalu tinggi dan
dapat meredam getaran seperti campuran tanah lempung dan pasir. Selain itu peerlu juga
dipertimbangkan pembuatan parit /drainase dipinggir jalan karena drainase/parity nag terisi
air dapat mengurangi getaran akibat kendaraan yang lewat.
Lampiran
Location :

D1 - Hulu
q (t/m2) b11 b12 b13

Dimension (unit length)


H = 5.80 m B = 4.00 m L = 1.00 m
a
b11 = 0.00 m b12 = 0.50 m b13 = 0.50 m
H=h1
b21 = 3.00 m b22 = 0.60 m b23 = 0.40 m

h1 = 5.80 m h31 = 1.20 m h32 = 0.00 m


h4 = 1.20 m hw1 = 1.20 m hw2 = 0.00 m
hw1
h32
hw2 2
q = 1.00 t/m Kh = 0.18
h4
h31 Backfill soil gc = 2.40 t/m3 gw = 1.00 t/m3
gsoil = 1.80 t/m3
b21 b22 b23 gsat = 2.00 t/m3 a = 0.00 o
(for stability analysis)
B
f = 30.0 o
a = 0.00 o
(for structural analysis)
t/m2 b
o
c = 0.00 = 0.00
Section of Retaining wall Foundation soil
gs' = 1.30 t/m3 Safety factor (normal) (seismic)
fB = 30.0 o
Overturning |e| < B/6=0.97 B/3=1.33
cB = 0.00 t/m2 Sliding fs > 2.00 1.25
Friction coefficient Reaction of foundation soil
m = 0.50 qmax > qa=qu/3 qae=qu/2
Uplift coefficient Allowable stress
2
Um = 1.00 Compressive sca = 60 90 kg/cm
2
Cover of bar Tensile ssa = 1850 2775 kg/cm
Wall Shear ta = 5.5 8.25 kg/cm2
d back = 7 cm Young's modulus ratio
d front = 7 cm 24 16
Footing
d upper = 7 cm
d lower = 7 cm

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


STABILITY
S
: D1 - Hulu

Normal Condition Seismic Condition

a) Stability against overturning a) Stability against overturning

|e| = 0.52 m < B/6 = 0.67 m OK! |e| = 0.66 m < B/3 = 1.33 m OK!

b) Stability against sliding b) Stability against sliding

Fs = 2.03 > 2.00 OK! Fs = 1.30 > 1.25 OK!

c) Reaction of foundation soil c) Reaction of foundation soil

q1 = 18.74 t/m2 < qa = 29.29 t/m2 OK! q1 = 21.09 t/m2 < qae = 43.94 t/m2 OK!
q2 = 5.34 t/m2 < qa = 29.29 t/m2 OK! q2 = 1.23 t/m2 < qae = 43.94 t/m2 OK!

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stressing of Reinforcement and Concrete
Name of Structure : D1 - Hulu
Location : 0
Normal Condition Allowable compressive stress (sca) = 60 kg/cm2
Allowable tensile stress (ssa) = 1850 kg/cm2
Allowable shearing stress (ta) = 5.5 kg/cm2
Young's modulus ratio = 24
Item Section A-A Section B-B Section C-C Section D-D
A A b (cm) 100.0 100.0 100.0 100.0
h (cm) 60.0 60.0 120.0 120.0
D C
d1 (cm) 7.0 back 7.0 back 7.0 lower 7.0 upper
B B d2 (cm) 7.0 front 7.0 front 7.0 upper 7.0 lower
d (cm) 53.0 53.0 113.0 113.0
M (ton m) 11 11 1 11
S (ton) 7 7 6 6
D C
Bar size and spacing (mm)
Bar (As1) D 19 - 200 D 19 - 100 D 16 - 250 D 25 - 100
Section of Retaining wall Bar (As2) D 16 - 250 D 16 - 125 D 16 - 250 D 16 - 250
Stress sc 24 OK! 20 OK! 1 OK! 5 OK!
Stress ss 976 OK! 509 OK! 143 OK! 228 OK!
Stress t 1.25 OK! 1.25 OK! 0.53 OK! 0.50 OK!

Seismic Condition Allowable compressive stress (sca) = 90 kg/cm2


Allowable tensile stress (ssa) = 2775 kg/cm2
Allowable shearing stress (ta) = 8.25 kg/cm2
Young's modulus ratio = 16

Item Section A-A Section B-B Section C-C Section D-D


A A b (cm) 100.0 100.0 100.0 100.0
h (cm) 60.0 60.0 120.0 120.0
D C
d1 (cm) 7.0 7.0 7.0 7.0
B B d2 (cm) 7.0 7.0 7.0 7.0
d (cm) 53.0 53.0 113.0 113.0
M (ton m) 15 16 1 16
S (ton) 9 10 7 7
D C
Bar size and spacing (mm)
Bar (As1) D 19 - 200 D 19 - 100 D 16 - 250 D # - 100
Section of Retaining wall Bar (As2) D 16 - 250 D 16 - 125 D 16 - 250 D 16 - 250
Stress sc 38 OK! 31 OK! 2 OK! 9 OK!
Stress ss 1312 OK! 700 OK! 162 OK! 315 OK!
Stress t 1.78 OK! 1.84 OK! 0.61 OK! 0.66 OK!

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability1/9
1. Design Data
1.1 Dimensions q (t/m2)
b11 b12 b13
B = 4.00 m H = 5.80 m
L = 1.00 m (unit length)

b11 = 0.00 m b21 = 3.00 m


b12 = 0.50 m b22 = 0.60 m
b13 b23 H=h1
= 0.50 m = 0.40 m

h1 = 5.80 m h4 = 1.20 m
h31 = 1.20 m hw1 = 1.20 m
hw1
h32 = 0.00 m hw2 = 0.00 m
h32 hw2
h4
1.2 Parameters h31
2
q = 1.00 t/m (for normal condition) b2 b2 b23
= 0.00 t/m2 (for seismic condition) Section of Retaining
B Wall
gc = 2.40 t/m3
gw = 1.00 t/m3
Backfill soil Foundation soil Safety factor
gsoil = 1.80 t/m3 gs ' = 1.30 t/m3 (=gsat-gw) Overturning
gsat = 2.00 t/m3 cB = 0.00 t/m2 normal |e|<B/6=0.67m
c = 0.00 t/m2 fB = 30.00 o
seismic |e|<B/3=1.33m
f = 30.00 o
m = 0.50 (Friction coefficient) Sliding
Um = 1.00 (Uplift coefficient) normal fs > 2.00
b = 0.000 o
seismic fs > 1.25
a = 0.000 o
(for stability analysis) Reaction of foundation soil
o
= 0.000 (for structural analysis) normal qmax<qa
d = 0.000 o
(for stability analysis in normal condition, d = b) qa=qu/3
= 20.00 o
(for structural analysis in normal condition, d = 2/3 f) seismic qmax<qae
o
= 24.23 (for stability analysis in seismic condition, see Section 2.3) qae=qu/2
= 15.00 o
(for structural analysis in seismic condition, d = 1/2 f)
F = 10.204 o
( = Arc tan(Kh) ) Kh = 0.18

2. Stability Calculation
2.1 Case 1 (Normal condition, with vertical live load)
0.00
q = 1.00 t/m2 0.50
0.50

qa1
9

Pa1
Pa2 10 7
5.80 4.60

qa2 11
8
6 0.00
Pa3
1.20 12 4 5
Pw1 Pa4
1.20 0.00
1 2 3 Pp1 Pw2
1.20
Pu1 O
qw1 qa4 qa3 qp1 qw2
qu2 Pu2
qu1
3.00 0.60 0.40

Acting Load in Case 1

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability2/9
(1) Vertical Load
No. Description W X WxX
1 1.20 x 3.00 x 2.40 8.640 2.500 21.60
2 1.20 x 0.60 x 2.40 1.728 0.700 1.21
3 1.20 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.23
4 0.50 x 0.00 x 3.00 x 2.40 0.000 2.000 0.00
5 0.50 x 0.00 x 0.40 x 2.40 0.000 0.133 0.00
6 0.50 x 4.60 x 0.00 x 2.40 0.000 1.400 0.00
7 4.60 x 0.50 x 2.40 5.520 1.150 6.35
8 0.50 x 4.60 x 0.50 x 2.40 2.760 0.733 2.02
9 0.50 x 4.60 x 0.00 x 1.80 0.000 1.400 0.00
10 3.00 x 4.60 x 1.80 24.840 2.500 62.10
11 3.00 x 0.00 x 1.80 0.000 2.500 0.00
12 0.50 x 3.00 x 0.00 x 2.00 0.000 3.000 0.00
q 1.00 x 3.00 3.000 2.900 8.70
T o t a l(1 to q) 47.640 102.21
Pu1 1.20 x 4.00 x 0.50 x -1.00 -2.400 2.667 -6.40
Pu2 0.00 x 4.00 x 0.50 x -1.00 0.000 1.333 0.00
Total ( 1 to Pu2) 45.240 95.81

(2) Horizontal Load


Coefficient of Active earth pressure
Cos2(f -a)
Ka =
Sin(f+d) x Sinf 2
Cos2a x Cos(a+d) x 1+
Cos(a+d) x Cosa

(for stability analysis)


a = 0.000 o
d = 0.000 o

2
Cos (f -a) = 0.750 Sin(f+d) = 0.500
Cos2a = 1.000 Sinf = 0.500
Cos(a+d) = 1.000 Cosa = 1.000
Ka = 0.333 for stability analysis

(for structural analysis)


a = 0.000 o
d = 20.000 o

2
Cos (f -a) = 0.750 Sin(f+d) = 0.766
Cos2a = 1.000 Sinf = 0.500
Cos(a+d) = 0.940 Cosa = 1.000
Ka' = 0.297 for structural analysis

Coefficient of Passive earth pressure


Cos2(f+a)
Kp =
Sin(f+d) x Sinf 2
Cos2a x Cos(a -d) x 1-
Cos(a -d) x Cosa
a = 0.000 o
d = 0.000 o

Cos2(f+a) = 0.750 Sin(f+d) = 0.500


Cos2a = 1.000 Sinf = 0.500
Cos(a -d) = 1.000 Cosa = 1.000

Kp = 3.000

qa1 = Ka x q = 0.333 ton/m


qa2 = Ka x (h1- hw1) x gsoil = 2.760 ton/m
qa3 = qa1 + qa2 = 3.093 ton/m
qa4 = Ka x hw1 x (gsat - gw) = 0.400 ton/m
qw 1 = hw1 x gw = 1.200 ton/m
qw 2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m
qp1 = Kp x h4 x (gsat - gw) = 3.600 ton/m

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability3/9
No. Description H Y HxY
Pa1 0.333 x 4.60 1.533 3.500 5.37
Pa2 2.760 x 4.60 x 0.50 6.348 2.733 17.35
Pa3 3.093 x 1.20 3.712 0.600 2.23
Pa4 0.400 x 1.20 x 0.50 0.240 0.400 0.10
Pw1 1.200 x 1.20 x 0.50 0.720 0.400 0.29
Pw2 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.00
Pp1 -3.600 x 1.20 x 0.50 -2.160 0.400 -0.86
Total 10.393 24.47

(3) Stability Calculation


a) Stability against overturning
a) -1 Without Uplift
B = 4.00 m
SWxX-SHxY 102.21 - 24.47
X = = = 1.632 m
SW 47.640
B 4.00
e = - X = - 1.632 = 0.368 m < B/6 = 0.667 m OK !
2 2
a) -2 With Uplift
B = 4.00 m
SWxX-SHxY 95.81 - 24.47
X = = = 1.577 m
SW 45.240
B 4.00
e = - X = - 1.577 = 0.423 m < B/6 = 0.667 m OK !
2 2

b) Stability against sliding


b)-1 Without Uplift
Sliding force : SH = 10.393 ton
Resistance : HR = m x S W = 0.50 x 47.640 = 23.820 ton
(friction coefficient : m = 0.50 )
HR 23.820
Fs = = = 2.292 > 2.00 OK !
SH 10.393
b)-2 With Uplift
Sliding force : SH = 10.393 ton
Resistance : HR = m x S W = 0.50 x 45.240 = 22.620 ton
(friction coefficient : m = 0.5 )
HR 22.620
Fs = = = 2.176 > 2.00 OK !
SH 10.393

c) Reaction of foundation soil


SW 6xe
q1,2 = x (1 + )
B B
47.640 6x 0.368
2 2
q1 = x (1 + ) = 18.484 t/m < qa = 29.293 t/m OK !
4.00 4.00
47.640 6x 0.368
2 2
q2 = x (1 - ) = 5.336 t/m < qa = 29.293 t/m OK !
4.00 4.00
Reaction of Foundation Soil in Case 1

2 2
5.336 t/m - t/m
2 2
18.484 t/m - t/m
in case, e > 0 in case, e < 0
(applicable) (not applicable)

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability4/9
2.2 Case 2 (Normal condition, without vertical live load)
0.00
q = 1.00 t/m2 0.50
0.50

qa1
9

Pa1
Pa2 10 7
5.80 4.60

qa2 11
8
6 0.00
Pa3
1.20 12 4 5
Pw1 Pa4
1.20 0.00
1 2 3 Pp1 Pw2
1.20

qw1 qa4 qa3 Pu1 O qp1 qw2


qu2 Pu2
qu1
3.00 0.60 0.40
Acting Load in Case 2

(1) Vertical Load

No. Description W X WxX


1 1.20 x 3.00 x 2.40 8.640 2.500 21.60
2 1.20 x 0.60 x 2.40 1.728 0.700 1.21
3 1.20 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.23
4 0.50 x 0.00 x 3.00 x 2.40 0.000 2.000 0.00
5 0.50 x 0.00 x 0.40 x 2.40 0.000 0.133 0.00
6 0.50 x 4.60 x 0.00 x 2.40 0.000 1.400 0.00
7 4.60 x 0.50 x 2.40 5.520 1.150 6.35
8 0.50 x 4.60 x 0.50 x 2.40 2.760 0.733 2.02
9 0.50 x 4.60 x 0.00 x 1.80 0.000 1.400 0.00
10 3.00 x 4.60 x 1.80 24.840 2.500 62.10
11 3.00 x 0.00 x 1.80 0.000 2.500 0.00
12 0.50 x 3.00 x 0.00 x 2.00 0.000 3.000 0.00
T o t a l (1 to 12) 44.640 93.51
Pu1 1.20 x 4.00 x 0.50 x -1.00 -2.400 2.667 -6.40
Pu2 0.00 x 4.00 x 0.50 x -1.00 0.000 1.333 0.00
Total ( 1 to Pu2) 42.240 87.11

(2) Horizontal Load

Coefficient of Active earth pressure


Cos2a x Cos(a+d) x
Ka = 0.333 (for stability analysis)
Ka ' = 0.297 (for structural analysis)

Coefficient of Passive earth pressure


Kp = 3.000
qa1 = Ka x q = 0.333 ton/m
qa2 = Ka x (h1- hw1) x gsoil = 2.760 ton/m
qa3 = qa1 + qa2 = 3.093 ton/m
qa4 = Ka x hw1 x (gsat - gw) = 0.400 ton/m
qw 1 = hw1 x gw = 1.200 ton/m
qw2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m
qp1 = Kp x h4 x (gsat - gw) = 3.600 ton/m

No. Description H Y HxY


Pa1 0.333 x 4.60 1.533 3.500 5.37
Pa2 2.760 x 4.60 x 0.50 6.348 2.733 17.35
Pa3 3.093 x 1.20 3.712 0.600 2.23
Pa4 0.400 x 1.20 x 0.50 0.240 0.400 0.10
Pw1 1.200 x 1.20 x 0.50 0.720 0.400 0.29
Pw2 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.00
Pp1 -3.600 x 1.20 x 0.50 -2.160 0.400 -0.86
Total 10.393 24.47

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability5/9
(3) Stability Calculation

a) Stability against overturning


a)-1 Without Uplift
B = 4.00 m
SWxX-SHxY 93.51 - 24.47
X = = = 1.547 m
SW 44.640
B 4.00
e = - X = - 1.547 = 0.453 m < B/6 = 0.667 m OK !
2 2
a)-2 With Uplift
B = 4.00 m
SWxX-SHxY 87.11 - 24.47
X = = = 1.483 m
SW 42.240
B 4.00
e = - X = - 1.483 = 0.517 m < B/6 = 0.667 m OK !
2 2

b) Stability against sliding


b)-1 without Uplift Pressure
Sliding force : SH = 10.393 ton
Resistance : HR = m x S W = 0.50 x 44.640 = 22.320 ton
(friction coefficient : m = 0.5 )

HR 22.320
Fs = = = 2.15 > 2.00 OK !
SH 10.393
b)-2 with Uplift Pressure
Sliding force : SH = 10.393 ton
Resistance : HR = m x S W = 0.50 x 42.240 = 21.120 ton
(friction coefficient : m = 0.5 )

HR 21.120
Fs = = = 2.03 > 2.00 OK !
SH 10.393

c) Reaction of foundation soil

SW 6xe
q1,2 = x (1 + )
B B
44.640 6x 0.453
2 2
q1 = x (1 + ) = 18.743 t/m < qa = 29.293 t/m OK !
4.00 4.00
44.640 6x 0.453
q2 = x (1 - ) = 3.577 t/m2 < qa = 29.293 t/m
2
OK !
4.00 4.00

2 2
3.577 t/m - t/m
2 2
18.743 t/m - t/m
in case, e > 0 in case, e < 0
(applicable) (not applicable)

Reaction of Foundation Soil in Case 2

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability6/9
2.3 Case 3 (Seismic condition)
0.00
0.50
0.50

10 7
5.80 Pa1 4.60

11
qa1 8
6 0.00
1.20 Pa2
12 4 5
Pw1
Pa3 1.20 0.00
1 2 3 Pp1 Pw2
1.20

qw1 qa3 Pu1


qa2 O qp1 qw2
qu1 qu2 Pu2
3.00 0.60 0.40
Acting Load in Case 3

(1) Vertical Load = Same as Case 2

(2) Horizontal Load

f = 30.00 o a = 0.000 o (for stability analysis) F = 10.204 o


b = 0.00 o
a = 0.000 o (for structural analysis) (F = Arc tan(Kh) )
2
q = 0.00 t/m (for seismic condition) Kh = 0.18

Coefficient of Active earth pressure

Cos2(f-F-a)
Kae =
2
Sin(f+d) x Sin(f-b-F)
CosF x Cos2a x Cos(a+d+F) x 1+
Cos(a+d+F) x Cos(a-b)

(for stability analysis)


a = 0.000 o
d = 24.23 o

tan d = Sin f Sin ( F + D - b )


1 - Sin f Cos ( F + D - b )
sin D= Sin ( F + b )
Sin f

Sin (F+ b ) == 0.177 Sin f = 0.500


Sin D = 0.354 then D = 20.73
Sin(F+D-b) = 0.514 Cos(F+D-b)= 0.858
tan d = 0.450

Cos2(f-F-a)= 0.885 Sin(f+d) = 0.811


CosF = 0.984 Sin(f-b-F) = 0.339
Cos2a = 1.000 Cos(a-b) = 1.000
Cos(a+d+F) = 0.825

Kae = 0.438 (for stability analysis)

(for structural analysis)


a = 0.000 o
d = 15.00 o

2
Cos (f-F-a)= 0.885 Sin(f+d) = 0.707
CosF = 0.984 Sin(f-b-F) = 0.339
Cos2a = 1.000 Cos(a-b) = 1.000
Cos(a+d+F)= 0.905

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability7/9
Kae = 0.433 (for structural analysis)

Coefficient of Passive earth pressure

Cos2(f-F+a)
Kpe =
2
Sin(f-d) x Sin(f+b-F)
CosF x Cos2a x Cos(a+d-F) x 1-
Cos(a+d-F) x Cos(a-b)

a = 0.000 o
d = 24.23 o

2
Cos (f-F+a)= 0.885 Sin(f-d) = 0.101
CosF = 0.984 Sin(f+b-F) = 0.339
Cos2a = 1.000 Cos(a-b) = 1.000
Cos(a+d-F)= 0.970

Kpe = 1.406

qa1 = Kae x ( h1 - hw1) x gsoil = 3.627 ton/m


qa2 = qa2 = 3.627 ton/m
qa3 = Kae x hw1 x (gsat - gw) = 0.526 ton/m
qw 1 = hw1 x gw = 1.200 ton/m
qw 2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m
qp1 = Kp x h4 x (gsat - gw) = 1.687 ton/m

No. Description H Y HxY


1 0.18 x 8.64 1.555 0.600 0.93
2 0.18 x 1.73 0.311 0.600 0.19
3 0.18 x 1.15 0.207 0.600 0.12
4 0.18 x 0.00 0.000 1.200 0.00
5 0.18 x 0.00 0.000 1.200 0.00
6 0.18 x 0.00 0.000 2.733 0.00
7 0.18 x 5.52 0.994 3.500 3.48
8 0.18 x 2.76 0.497 2.733 1.36
Pw1 0.50 x 1.20 x 1.20 0.720 0.400 0.29
Pw2 0.50 x 0.00 x 0.00 0.000 0.000 0.00
Pa1 0.50 x 3.63 x 4.60 8.341 2.733 22.80
pa2 3.63 x 1.20 4.352 0.600 2.61
Pa3 0.50 x 0.526 x 1.20 0.315 0.400 0.13
Pp1 -1.687 x 1.20 x 0.50 -1.012 1.200 -1.21
Total 16.280 30.69

(3) Stability Calculation

a) Stability against overturning


a)-1 Without Uplift
B = 4.00 m
SWxX-SHxY 93.51 - 30.69
X = = = 1.407 m
SW 44.640
B 4.00
e = - X = - 1.407 = 0.593 m < B/3 = 1.333 m OK !
2 2
a)-2 With Uplift
B = 4.00 m
SWxX-SHxY 87.11 - 30.69
X = = = 1.336 m
SW 42.240
B 4.00
e = - X = - 1.336 = 0.664 m < B/3 = 1.333 m OK !
2 2

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability8/9
b) Stability against sliding
b)-1 Without Uplift
Sliding force : SH = 16.280 ton
Resistance : HR = m x S W = 0.50 x 44.640 = 22.320 ton
(friction coefficient : m = 0.50 )
HR 22.320
Fs = = = 1.37 > 1.25 OK !
SH 16.280
b)-2 With Uplift
Sliding force : SH = 16.280 ton
Resistance : HR = m x S W = 0.50 x 42.240 = 21.120 ton
(friction coefficient : m = 0.50 )
HR 21.120
Fs = = = 1.30 > 1.25 OK !
SH 16.280
c) Reaction of foundation soil

c-1) in case, |e| < B/6 (applicable)


SW 6xe
q1,2 = x (1 + )
B B
44.640 6x 0.593
q1 = x (1 + ) = 21.087 t/m2 < qae = 43.940 t/m2 OK !
4.00 4.00
44.640 6x 0.593
q2 = x (1 - ) = 1.233 t/m2 < qae = 43.940 t/m2 OK !
4.00 4.00

c-2) in case, B/6 < |e| < B/3 (not applicable)

2xSW
q1' = = = - t/m2 qae = - t/m2
3 x (B/2-|e|)

2
1.233 t/m

2 2
21.087 t/m - t/m
in case, e > 0 and e < B/6 in case, e > 0 and B/6 < e < B/3
(applicable) (not applicable)

2
- t/m

2 2
- t/m - t/m
in case, e < 0 and |e| < B/6 in case, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
(not applicable) (not applicable)

Reaction of Foundation Soil in Case 3

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Stability9/9
2.4 Bearing Capacity of soil

(1) Design Data


fB = 30.00 o
cB = 0.00 t/m2 gs ' = 1.30 t/m3 (=gsat-gw)

B = 4.00 m z = 1.20 m L = 1.00 m (unit length)

(2) Ultimate Bearing Capacity of soil, (qu)

Calculation of ultimate bearing capacity will be obtained by applying the following


Terzaghi's formula :

qu = (a x c x Nc) + (gsoil' x z x Nq) + (b x gsoil x B x Ng)

Shape factor (Table 2.5 of KP-06)


a = 1.00 b = 0.50
Shape of footing : 1 (strip)
Shape of footing a b
1 strip 1.00 0.50
2 square 1.30 0.40
3 rectangular, B x L 1.14 0.40
(B < L) (= 1.09 + 0.21 B/L)
(B > L) (= 1.09 + 0.21 L/B)
4 circular, diameter = B 1.30 0.30

Bearing capacity factor (Figure 2.3 of KP-06, by Capper)


Nc = 36.0 Nq = 23.0 Ng = 20.0
f Nc Nq Ng
0 5.7 0.0 0.0
5 7.0 1.4 0.0
10 9.0 2.7 0.2
15 12.0 4.5 2.3
20 17.0 7.5 4.7
25 24.0 13.0 9.5
30 36.0 23.0 20.0
35 57.0 44.0 41.0
37 70.0 50.0 55.0
39 > 82.0 50.0 73.0

(a x c x Nc) = 0.000
(gsoil x z x Nq) = 35.880

(b x gsoil x B x Ng) = 52.000

2
qu = 87.880 t/m

(3) Allowable Bearing Capacity of soil, (qa)

2
qa = qu / 3 = 29.293 t/m (safety factor = 3 , normal condition)
2
qae = qu / 2 = 43.940 t/m (safety factor = 2 , seismic condition)

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure1/5

3. Structure Calculation
3.1 Normal Condition

(1) Wall 0.00


q = 1.00 t/m2 0.50
0.50

qa1

Pa1
4.60 Pa2

A A 0.9
qa2
0.00 Pw1 Pa4 Pw2 0.00
Pa3 B B
0.00 qw2
qw1 qa4 qa3
1.20 1.20

3.00 0.60 0.40

Load Diagram on Wall in Normal Condition


Ka = 0.297
a = 0o
d = 20.00 o
cos (a+d) = 0.940
Kha = Ka x cos (a+d) = 0.279

a) Section A - A

h = 4.60 m
qa1 = Kha x q = 0.279 ton/m
qa2 = Kha x h x gsoil = 2.313 ton/m

No. Description Ha Y (from A-A) Ha x Y


Pa1 0.279 x 4.60 1.285 2.300 2.955
Pa2 2.313 x 4.60 x 0.50 5.320 1.533 8.157
Total 6.605 11.112

Sa = 6.605 ton Ma = 11.112 ton m

b) Section B - B

h = 4.60 m hw1 = 0.00 m hw2 = 0.00 m


qa1 = Kha x q = 0.279 ton/m
qa2 = Kha x h x gsoil = 2.313 ton/m
qa3 = qa1 + qa2 = 2.592 ton/m
qa4 = Kha x hw2 x (gsat - gw) = 0.000 ton/m
qw1 = hw1 x gw = 0.000 ton/m
qw2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m

No. Description Hb Y (from B-B) Ha x Y


Pa1 0.279 x 4.60 1.285 2.300 2.955
Pa2 2.313 x 4.60 x 0.50 5.320 1.533 8.157
Pa3 2.592 x 0.00 0.000 0.000 0.000
Pa4 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw1 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw2 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Total 6.605 11.112

Sb = 6.605 ton Mb = 11.112 ton m

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure2/5

(2) Footing
Case 1 (with vertical live load) Case 2 (without vertical live load)
q = 1.00 t/m2 q = 1.00 t/m2

4.60 4.60
4 4

0.00 D C 0.00 D C
0.00 0.00
1.20 1.20
3 1 3 1

D C D C
3.00 0.60 0.40 3.00 0.60 0.40

5
4 4

3 3 1
1

in case, e > 0 in case, e > 0


6 6
13.148 2 2
2 2
16.183 5.336 t/m 3.577 t/m
2 2
15.197 t/m 14.952 t/m
2 2
17.169 t/m 17.226 t/m
2 2
18.484 t/m 18.743 t/m

in case, e < 0 in case, e < 0


2 2
6 6

2 2 2 2
- t/m - t/m - t/m - t/m

2 2 2 2
- t/m - t/m - t/m - t/m

Load Diagram on Footing in Normal Case

a) Section C - C

Case 1 (with vertical live load)


No. Description Hc X (from C-C) Hc x X
1 1.200 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.230
0.000 x 0.40 x 2.40 x 0.50 0.000 0.133 0.000
2 -17.169 x 0.40 -6.868 0.200 -1.374
-1.315 x 0.40 x 0.50 -0.263 0.267 -0.070
Total -5.979 -1.213

Case 2 (without vertical live load)


No. Description Hc X (from C-C) Hc x X
1 1.200 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.230
0.000 x 0.40 x 2.40 x 0.50 0.000 0.133 0.000
2 -17.226 x 0.40 -6.891 0.200 -1.378
-1.517 x 0.40 x 0.50 -0.303 0.267 -0.081
Total -6.042 -1.229

Case 1 Sc = -5.979 ton Mc = -1.213 ton m


Case 2 Sc = -6.042 ton Mc = -1.229 ton m

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure3/5

b) Section D - D

Case 1 (with vertical live load)


No. Description Hd X (from D-D) Hd x Y
3 1.200 x 3.00 x 2.40 8.640 1.500 12.960
0.000 x 3.00 x 2.40 x 0.50 0.000 1.000 0.000
4 4.600 x 3.00 x 1.80 24.840 1.500 37.260
0.000 x 3.00 x 2.00 0.000 1.500 0.000
0.000 x 3.00 x 2.00 x 0.50 0.000 2.000 0.000
5 1.000 x 3.00 3.000 1.500 4.500
6 -5.336 x 3.00 -16.008 1.500 -24.012
-9.861 x 3.00 x 0.50 -14.792 1.000 -14.792
Total 5.680 15.917

Case 2 (without vertical live load)


No. Description Hd X (from D-D) Hd x Y
3 1.200 x 3.00 x 2.40 8.640 1.500 12.960
0.000 x 3.00 x 2.40 x 0.50 0.000 1.000 0.000
4 4.600 x 3.00 x 1.80 24.840 1.500 37.260
0.000 x 3.00 x 2.00 0.000 1.500 0.000
0.000 x 3.00 x 2.00 x 0.50 0.000 2.000 0.000
6 -3.577 x 3.00 -10.731 1.500 -16.097
-11.375 x 3.00 x 0.50 -17.062 1.000 -17.062
Total 5.687 17.062

Case 1 Sd = 5.680 ton Md = 15.917 ton m


case 2 Sd = 5.687 ton Md = 17.062 ton m

3.2 Seismic Condition

(1) Wall 0.00


0.50
0.50

Pa1 1 2 3
4.60
4.60
A A

qa1
Pa2
0.00 Pw1 Pa3 Pw2 0.00
B B
0.00 qw2
qw1 qa3 qa2
1.20 1.20

3.00 0.60 0.40

Load diagram on Wall for Seismic case


Kae = 0.433
a = 0o
d = 15.00 o
cos (a+d) = 0.966
Khea = Kae x cos (a+d) = 0.418 Kh = 0.18

a) Section A - A

h = 4.60 m
qa1 = Khae x h x gsoil = 3.463 t/m
No. Description Hae Y (from A-A) Hae x Y
1 0.500 x 4.600 x 0.000 x 2.400 x 0.180 0.000 1.533 0.000
2 4.600 x 0.500 x 2.400 x 0.180 0.994 2.300 2.285
3 0.500 x 4.600 x 0.500 x 2.400 x 0.180 0.497 1.533 0.762
Pa1 3.463 x 4.600 x 0.500 7.965 1.533 12.213
Total 9.455 15.260

Sae = 9.455 ton Mae = 15.260 ton m


b) Section B - B

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure4/5

h = 4.60 m hw1 = 0.00 m hw2 = 0.00 m


qa1 = Khae x h x gsoil = 3.585 t/m
qa2 = qa1 = 3.585 t/m
qa3 = Khae x hw1 x ( gsat - gw) = 0.000 t/m
qw1 = hw1 x gw = 0.000 ton/m
qw2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m

No. Description Hbe Y (from B-B) Hbe x Y


Pa1 3.585 x 4.60 x 0.50 8.246 1.533 12.644
Pa2 3.585 x 0.00 0.000 0.000 0.000
Pa3 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw1 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw2 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
1 0.500 x 4.60 x 0.00 x 2.40 x 0.18 0.000 1.533 0.000
2 4.600 x 0.50 x 2.40 x 0.18 0.994 2.300 2.285
3 0.500 x 4.60 x 0.50 x 2.40 x 0.18 0.497 1.533 0.762
Total 9.736 15.691

Sbe = 9.736 ton Mbe = 15.691 ton m

(2) Footing
in case, e < B/6 in case, B/6 < e < B/3

4.60 4.60
4 4

0.00 D C 0.00 D C
0.00 0.00
1.20 1.20
3 1 3 1

D C D C
3.00 0.60 0.40 3.00 0.60 0.40

4 4
3 1 3 1

in case, e > 0 ande < B/6 in case, e > 0 and B/6 < e < B/3

5 6
2 2
2 2
1.233 t/m - t/m
2
16.124 t/m
2 2
19.102 t/m - t/m
2 2
21.087 t/m - t/m

in case, e < 0 and |e| < B/6 in case, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
2
2 6
6

2 2 2 2
- t/m - t/m - t/m - t/m

2 2 2
- t/m - t/m - t/m

Load Diagram on Footing in Seismic Case

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure5/5

a) Section C - C

No. Description Hce X (from C-C) Hce x X


1 1.200 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.230
0.000 x 0.40 x 2.40 x 0.50 0.000 0.133 0.000
2 -19.102 x 0.40 -7.641 0.200 -1.528
-1.985 x 0.40 x 0.50 -0.397 0.267 -0.106
Total -6.886 -1.404

Sce = -6.886 ton Mce = -1.404 ton m

b) Section D - D

No. Description Hde X (from D-D) Hde x X


3 1.200 x 3.00 x 2.40 8.640 1.500 12.960
0.000 x 3.00 x 2.40 x 0.50 0.000 1.000 0.000
4 4.600 x 3.00 x 1.80 24.840 1.500 37.260
0.000 x 3.00 x 2.00 x 0.50 0.000 2.000 0.000
5 -1.233 x 3.00 -3.699 1.500 -5.549
-14.891 x 3.00 x 0.50 -22.336 1.000 -22.336
Total 7.445 22.336

Sde = 7.445 ton Mde = 22.336 ton m

3.3 Design Bending Moment and Shear Force

(1) Bending moment and shear force in each case

Description Bending Moment Shear Force


Normal Seismic Normal Seismic
Case 1 Case 2 Case 3 Case 1 Case 2 Case 3
Section A-A 11.112 11.112 15.260 6.605 6.605 9.455
Section B-B 11.112 11.112 15.691 6.605 6.605 9.736
Section C-C 1.213 1.229 1.404 5.979 6.042 6.886
Section D-D 15.917 17.062 22.336 5.680 5.687 7.445

(2) Design bending moment and shear force

Description Bending Moment Shear Force


Normal Seismic Normal Seismic
Section A-A 11.112 15.260 6.605 9.455
Section B-B 11.112 15.691 6.605 9.736
Section C-C 1.229 1.404 6.042 6.886
Section D-D 11.112 15.691 5.687 7.445
Notes: - Moment at Section C-C < Moment at Section B-B
- Moment at Section D-D < Moment at Section B-B

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure (2)1/5

3. Structure Calculation
3.1 Normal Condition

(1) Wall 0.00


q = 1.00 t/m2 0.50
0.50

qa1

Pa1
4.60 Pa2

A A 0.9
qa2
0.00 Pw1 Pa4 Pw2 0.00
Pa3 B B
0.00 qw2
qw1 qa4 qa3
1.20 1.20

3.00 0.60 0.40

Load Diagram on Wall in Normal Condition


Ka = 0.297
a = 0o
d = 20.00 o
cos (a+d) = 0.940
Kha = Ka x cos (a+d) = 0.279

a) Section A - A

h = 4.60 m
qa1 = Kha x q = 0.279 ton/m
qa2 = Kha x h x gsoil = 2.313 ton/m

No. Description Ha Y (from A-A) Ha x Y


Pa1 0.279 x 4.60 1.285 2.300 2.955
Pa2 2.313 x 4.60 x 0.50 5.320 1.533 8.157
Total 6.605 11.112

Sa = 6.605 ton Ma = 11.112 ton m

b) Section B - B

h = 4.60 m hw1 = 0.00 m hw2 = 0.00 m


qa1 = Kha x q = 0.279 ton/m
qa2 = Kha x h x gsoil = 2.313 ton/m
qa3 = qa1 + qa2 = 2.592 ton/m
qa4 = Kha x hw2 x (gsat - gw) = 0.000 ton/m
qw1 = hw1 x gw = 0.000 ton/m
qw2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m

No. Description Hb Y (from B-B) Ha x Y


Pa1 0.279 x 4.60 1.285 2.300 2.955
Pa2 2.313 x 4.60 x 0.50 5.320 1.533 8.157
Pa3 2.592 x 0.00 0.000 0.000 0.000
Pa4 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw1 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw2 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Total 6.605 11.112

Sb = 6.605 ton Mb = 11.112 ton m

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure (2)2/5

(2) Footing
Case 1 (with vertical live load) Case 2 (without vertical live load)
q = 1.00 t/m2 q = 1.00 t/m2

4.60 4.60
4 4

0.00 D C 0.00 D C
E E
0.00 0.00
1.20 1.20
3 1 3 1

E D C E D C
3.00 0.60 0.40 3.00 0.60 0.40

5
4 4

3 3 1
1

in case, e > 0 in case, e > 0


6 6
13.148 2 2
2 2
16.183 5.336 t/m 3.577 t/m
2 2
15.197 t/m 14.952 t/m
2 2
10.267 17.169 t/m 9.264 17.226 t/m
2 2
18.484 t/m 18.743 t/m

in case, e < 0 in case, e < 0

2 2
6 6

2 2 2 2
- t/m - t/m - t/m - t/m

2 2 2 2
- t/m - t/m - t/m - t/m

Load Diagram on Footing in Normal Case

a) Section C - C

Case 1 (with vertical live load)


No. Description Hc X (from C-C) Hc x X
1 1.200 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.230
0.000 x 0.40 x 2.40 x 0.50 0.000 0.133 0.000
2 -17.169 x 0.40 -6.868 0.200 -1.374
-1.315 x 0.40 x 0.50 -0.263 0.267 -0.070
Total -5.979 -1.213

Case 2 (without vertical live load)


No. Description Hc X (from C-C) Hc x X
1 1.200 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.230
0.000 x 0.40 x 2.40 x 0.50 0.000 0.133 0.000
2 -17.226 x 0.40 -6.891 0.200 -1.378
-1.517 x 0.40 x 0.50 -0.303 0.267 -0.081
Total -6.042 -1.229

Case 1 Sc = -5.979 ton Mc = -1.213 ton m


Case 2 Sc = -6.042 ton Mc = -1.229 ton m

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure (2)3/5

c) Section E - E

Case 1 (with vertical live load)


No. Description Hd X (from D-D) Hd x Y
3 1.200 x 1.50 x 2.40 4.320 0.750 3.240
0.000 x 1.50 x 2.40 x 0.50 0.000 0.500 0.000
4 4.600 x 1.50 x 1.80 12.420 0.750 9.315
0.000 x 1.50 x 2.00 0.000 0.750 0.000
0.000 x 1.50 x 2.00 x 0.50 0.000 1.000 0.000
5 1.000 x 1.50 1.500 0.750 1.125
6 -5.336 x 1.50 -8.004 0.750 -6.003
-4.931 x 1.50 x 0.50 -3.698 0.500 -1.849
Total 6.538 5.828

Case 2 (without vertical live load)


No. Description Hd X (from D-D) Hd x Y
3 1.200 x 1.50 x 2.40 4.320 0.750 3.240
0.000 x 1.50 x 2.40 x 0.50 0.000 0.500 0.000
4 4.600 x 1.50 x 1.80 12.420 0.750 9.315
0.000 x 1.50 x 2.00 0.000 0.750 0.000
0.000 x 1.50 x 2.00 x 0.50 0.000 1.000 0.000
6 -3.577 x 1.50 -5.366 0.750 -4.024
-5.687 x 1.50 x 0.50 -4.265 0.500 -2.133
Total 7.109 6.398

Case 1 Sd = 6.538 ton Md = 5.828 ton m


Case 2 Sd = 7.109 ton Md = 6.398 ton m

3.2 Seismic Condition

(1) Wall 0.00


0.50
0.50

Pa1 1 2 3
4.60
4.60
A A

qa1
Pa2
0.00 Pw1 Pa3 Pw2 0.00
B B
0.00 qw2
qw1 qa3 qa2
1.20 1.20

3.00 0.60 0.40

Load diagram on Wall for Seismic case


Kae = 0.433
a = 0o
d = 15.00 o
cos (a+d) = 0.966
Khea = Kae x cos (a+d) = 0.418 Kh = 0.18

a) Section A - A

h = 4.60 m
qa1 = Khae x h x gsoil = 3.463 t/m
No. Description Hae Y (from A-A) Hae x Y
1 0.500 x 4.600 x 0.000 x 2.400 x 0.180 0.000 1.533 0.000
2 4.600 x 0.500 x 2.400 x 0.180 0.994 2.300 2.285
3 0.500 x 4.600 x 0.500 x 2.400 x 0.180 0.497 1.533 0.762
Pa1 3.463 x 4.600 x 0.500 7.965 1.533 12.213
Total 9.455 15.260

Sae = 9.455 ton Mae = 15.260 ton m


b) Section B - B

h = 4.60 m hw1 = 0.00 m hw2 = 0.00 m


qa1 = Khae x h x gsoil = 3.585 t/m
dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020
Structure (2)4/5

qa2 = qa1 = 3.585 t/m


qa3 = Khae x hw1 x ( gsat - gw) = 0.000 t/m
qw1 = hw1 x gw = 0.000 ton/m
qw2 = hw2 x gw = 0.000 ton/m

No. Description Hbe Y (from B-B) Hbe x Y


Pa1 3.585 x 4.60 x 0.50 8.246 1.533 12.644
Pa2 3.585 x 0.00 0.000 0.000 0.000
Pa3 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw1 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
Pw2 0.000 x 0.00 x 0.50 0.000 0.000 0.000
1 0.500 x 4.60 x 0.00 x 2.40 x 0.18 0.000 1.533 0.000
2 4.600 x 0.50 x 2.40 x 0.18 0.994 2.300 2.285
3 0.500 x 4.60 x 0.50 x 2.40 x 0.18 0.497 1.533 0.762
Total 9.736 15.691

Sbe = 9.736 ton Mbe = 15.691 ton m

(2) Footing
in case, e < B/6 in case, B/6 < e < B/3

4.60 4.60
4 4

0.00 D C 0.00 D C
0.00 0.00
1.20 1.20
3 1 3 1

D C D C
3.00 0.60 0.40 3.00 0.60 0.40

4 4
3 1 3 1

in case, e > 0 ande < B/6 in case, e > 0 and B/6 < e < B/3
5 6
2 2
2 2
1.233 t/m - t/m
2
16.124 t/m
2 2
8.678 19.102 t/m - t/m
2 2
21.087 t/m - t/m

in case, e < 0 and |e| < B/6 in case, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
2
2 6
6

2 2 2 2
- t/m - t/m - t/m - t/m

2 2 2
- t/m - t/m - t/m

Load Diagram on Footing in Seismic Case

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


Structure (2)5/5

a) Section C - C

No. Description Hce X (from C-C) Hce x X


1 1.200 x 0.40 x 2.40 1.152 0.200 0.230
0.000 x 0.40 x 2.40 x 0.50 0.000 0.133 0.000
2 -19.102 x 0.40 -7.641 0.200 -1.528
-1.985 x 0.40 x 0.50 -0.397 0.267 -0.106
Total -6.886 -1.404

Sce = -6.886 ton Mce = -1.404 ton m

b) Section E - E

No. Description Hde X (from D-D) Hde x X


3 1.200 x 1.50 x 2.40 4.320 0.750 3.240
0.000 x 1.50 x 2.40 x 0.50 0.000 0.500 0.000
4 4.600 x 1.50 x 1.80 12.420 0.750 9.315
0.000 x 1.50 x 2.00 x 0.50 0.000 1.000 0.000
5 -1.233 x 1.50 -1.850 0.750 -1.387
-7.445 x 1.50 x 0.50 -5.584 0.500 -2.792
Total 9.307 8.376

Sde = 9.307 ton Mde = 8.376 ton m

3.3 Design Bending Moment and Shear Force

(1) Bending moment and shear force in each case

Description Bending Moment Shear Force


Normal Seismic Normal Seismic
Case 1 Case 2 Case 3 Case 1 Case 2 Case 3
Section A-A 11.112 11.112 15.260 6.605 6.605 9.455
Section B-B 11.112 11.112 15.691 6.605 6.605 9.736
Section C-C 1.213 1.229 1.404 5.979 6.042 6.886
Section E-E 5.828 6.398 8.376 6.538 7.109 9.307

(2) Design bending moment and shear force

Description Bending Moment Shear Force


Normal Seismic Normal Seismic
Section A-A 11.112 15.260 6.605 9.455
Section B-B 11.112 15.691 6.605 9.736
Section C-C 1.229 1.404 6.042 6.886
Section E-E 6.398 8.376 7.109 9.307
Notes: - Moment at Section C-C < Moment at Section B-B
- Moment at Section D-D < Moment at Section B-B

dinding penahan tanah sungai musi review-8/6/2020


CL
GARIS TIMBUNAN EKSISTING

COUNTERFORT WALL TIMBUNAN PILIHAN

El. +98.00
RETAINING WALL
ANCHOR

COVER (BETON
COVER (BETON)
GEOTEXTILE NON - WOVEN KLEM SLING
BASE PLATE

2
TIANG PANCANG PIPA BAJA DIA. 600 MM
1

GEOBAG PASIR Uk. 2,38 x 1,45 x 0,45

M. A. N +93.00 El. +93.00

BETON TUMBUK t= 10 cm

PIPA BAJA 24" (t= 9 mm)


SPIRAL WELDED (ASTM A252 GRADE 3)
min SMYS = 46 ksi (316 MPa)
min SMTS = 66 ksi (464 MPa)
ISI BETON BERTULANG L=11 m,
Geobag PASIR L= 11 m
Uk. (2.38x1.45x.45)m
149.86

PIPA BAJA dia 24'


Tiang pancang Baja Dim. 12"

19.98 19.98 19.98 19.98 19.98 19.98

119.88

PASIR L = 11 m

Propinsi : Sumatera Selatan

DIREKTORAT JENDRAL SUMBER DAYA AIR Perkerjaan : Pembangunan & Peningkatan


BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII Perkuatan Tebing Sungai Musi
Kab. Musi Banyuasin (Lanjutan)
SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR SUMATERA VIII PROV. SUMATERA SELATAN
J l . S o e k a r n o - H a t t a N o . 8 6 9 T e l p . ( 0 7 1 1 ) 4 1 4 0 1 9 P a l e m b a n g

POTONGAN Ka. SNVT PJSA


Mengetahui Disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen
Lokasi : Desa Bailangu Kab. Musi Banyuasin

Skala 1 : 100 LUFIANDI, S.T. Sungai Dan Pantai


NIP. 1970 0503 200212 1 001
Kabid Prog dan Perencanaan Umum Team Leader Draftman No. Reg :
No. Lbr :
AGUS SAFARI, S.T., M.T. Peri Eka Putra, ST Jonnaidi, A.Md
NIP. 1969 0818 1998 03 1 002 No. Kontrak :
Kabid PJSA Direksi Supervisi Tanggal :

Diperiksa Bambang Waluyo


DAVE HAROLD IRHAJDI MUCHAIMIN, S.T., M.T. Heru Gunawan Apriadi,S.T. NIP. 19690909 200212 1 002
NIP. 1971 0704 1999 03 1 004 NIP. 19840405 200903 1 003
D19-150
D19-200
D19-150 D19-300

D19-600 D19-300 D19-300 D19-300 D19-300

D19-200 D19-200 D19-200 D19-200

D19-150
D19-150
D16-150
D19-200 D19-200
D19-200
D19
D16-150

16 D25
D19
D13-200
D19-150

D19 D19-150 D19 D19 D19

D19-200 D19-200 D19-200 D19-200

PEMBESIAN TIANG PANCANG, PILE CAP DAN DINDING


Skala 1 : 100

Propinsi : Sumatera Selatan

DIREKTORAT JENDRAL SUMBER DAYA AIR Perkerjaan : Pembangunan & Peningkatan


BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII Perkuatan Tebing Sungai Musi
Kab. Musi Banyuasin (Lanjutan)
SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR SUMATERA VIII PROV. SUMATERA SELATAN
J l . S o e k a r n o - H a t t a N o . 8 6 9 T e l p . ( 0 7 1 1 ) 4 1 4 0 1 9 P a l e m b a n g

Mengetahui Disetujui Lokasi : Desa Bailangu Kab. Musi Banyuasin


Ka. SNVT PJSA Pejabat Pembuat Komitmen
LUFIANDI, S.T. Sungai Dan Pantai
NIP. 1970 0503 200212 1 001
Kabid Prog dan Perencanaan Umum Team Leader Draftman No. Reg :
No. Lbr :
AGUS SAFARI, S.T., M.T. Peri Eka Putra, ST Jonnaidi, A.Md
NIP. 1969 0818 1998 03 1 002 No. Kontrak :
Kabid PJSA Direksi Supervisi Tanggal :

Diperiksa Bambang Waluyo


DAVE HAROLD IRHAJDI MUCHAIMIN, S.T., M.T. Heru Gunawan Apriadi,S.T. NIP. 19690909 200212 1 002
NIP. 1971 0704 1999 03 1 004 NIP. 19840405 200903 1 003

Anda mungkin juga menyukai