Anda di halaman 1dari 31

MEKANIKA TANAH II

“TEKANAN TANAH LATERAL DAN STRUKTUR


DINDING PENAHAN TANAH”

OLEH :
PATTRIX SEVTYANSS MANGOKI
P3A117083

DIII TEKNIK SIPIL


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah Tugas Mekanika Tanah mengenai Tekanan Tanah Lateral
dan Struktur Dinding Penahan Tanah ini dengan baik meskipun terdapat
kekurangan dalam makalah ini.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


pengetahuan pembaca mengenai fungsi dan perencanaan dinding penahan tanah
dalam pekerjaan sipil di lapangan. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Kendari, Desember 2018

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………...……………………………………………………i

Daftar Isi ………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULIAN……………………………………………………………

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………

2.1 Dinding Penahan Tanah ……………………………………………………


2.2 Tekanan Tanah Lateral …………………………………………………...

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hitungan Tanah lateral Cara Grafis………………………………………...

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………...

4.2 Saran……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman.
Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan
pesat, termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Bidang geoteknik
merupakan bidang ilmu tersendiri ddan menitikberatkan pada aplikasi teknik
sipil dalam masalah – masalah yang berhubungan dengan sifat mekanis tanah
dan batuan (Suryolelono, 1996).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh air, udara, dan pergeseran lempeng bumi.
Salah satu akibat dari perubahan itu adalah adanya lereng. Lereng adalah
permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang
horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau
karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya
lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain
yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api,
bendungan, tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran
adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga
terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi
dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan
ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.
Untuk menjaga kestabilan lereng – lereng tersebut dan mencegah
supaya tanah tidak mengalami longsor, maka dibuatlah dinding penahan
tanah. Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan
penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang
berhubungan dengan tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi
berbeda. Secara singkat dinding penahan merupakan dinding yang dibangun
untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat.
Struktur atau bangunan penahan tanah seperti dinding penahan
(retaining wall), dinding ruang bawah tanah (basement wall), pangkal
jembatan (abutment),dan turap baja pada umumnya digunakan dalam teknik
pondasi. Konstruksi penahan tanah tersebut biasanya digunakan untuk
menahan massa tanah dengan talud vertical. Agar dapat merencanakan
konstruksi penahan tanah dengan benar, maka kita perlu mengetahui gaya
lateral yang bekerja antara konstrruksi penahan dan massa tanah yang ditahan.
Gaya lateral disebabkan oleh tekanan tanah arah horizontal dan perubahan
letak (displacement) dari dinding penahan dan sifat-sifat tanahnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa fungsi dari dinding penahan tanah?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis dinding penahan tanah?
1.2.3 Bagaimana control stabilitas pada dinding penahan tanah?
1.2.4 Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan mengenai tekanan
tanah lateral terhadap dinding penahan tanah berdasarkan teori-teori yang
ada?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan fungsi dinding penahan tanah
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis dinding penahan tanah
1.3.3 Untuk mengetahui kontrol stabilitas dinding penahan tanah
1.3.4 Agar dapat menyelesaikan permasalahan mengenai tekanan tanah
lateral terhadap dinding penahan tanah berdasarkan teori-teori yang ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah merupakan jenis struktur di bidang
geoteknik yang berfungsi untuk menahan massa tanah dimana terdapat
perbedaan kontur ataupun elevasi yang berbeda. Jenis struktur semacam ini
biasa terbuat dari material kayu, batu, beton, ataupun baja. Adapun yang
menggabungkan struktur penahan tanah dengan material geosyntetic untuk
menaikan stabilitas ataupun kekuatan tanah.

Berdasarkan klasifikasinya struktur penahan tanah pada umumnya


dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Gravity wall
Gravity wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memanfaatkan
berat sendiri struktur untuk menahan beban tanah dari kegagalan
bearing capacity, overturning, maupun sliding
b. Cantilever wall

Cantilever wall adalah jenis struktur penahan tanah yang biasa terbuat
dari material beton bertulang dan memiliki plat pada dasar struktur (key
base slab)

c. Counterford wall
Counterford wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memiliki
siar penyangga pada bagian belakang struktur tersebut yang berfungsi
untuk menyeimbangkan struktur akibat beban tanah
d. Butressed Wall
Butressed wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memiliki
prinsip kerja yang sama dengan counterford wall dimana terdapat siar
penyangga namun di bagian depan struktur
(Sumber : Earth Retaining Wall Structures Manual, 2010)

Gambar 2.1 Struktur Penahan Tanah

e. Abutment Jembatan (Bridge Abutmeent)

Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan


tahanan horizontal dari tanah timbunan dibelakangnya. Pada
perencanaanya,struktur dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar
dan tumpu bebas pada bagian atas.
f. Box Culvert
Dalam memilih jenis dinding penahan tanah yang ekonomis, faktor-
faktor yang mempengaruhi diantaranya sifat tanah, kondisi lokasi,
metode pelaksanaan dan ketinggian. Sebagai pegangan, ketinggian
dinding penahan digunakan sebagai standar perencanaan kontruksi
dinding penahan tanah.
Dinding penahan tanah pada dasarnya berfungsi untuk menahan
tekanan tanah lateral yang dapat disebabkan oleh tanah urug atau tanah
asli yang labil. Jenis struktur ini biasa banyak diaplikasikan pada dunia
teknik sipil terutama untuk proyek-proyek seperti irigasi, pelabuhan,
jalan raya, bendungan, dinding basement, pangkal jembatan, dan lain-
lainnya. Berikut adalah detail aplikasi yang umum digunakan dengan
struktur dinding penahan tanah :
a. Jalan raya atau jalan kereta api yang ditinggikan atau direndahkan
sesuai dengan elevasi rencana
b. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibangun di daerah lereng
c. Dinding penahan tanah sebagai batas pinggiran kanal
d. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan atau mengurai
banjir akibat sungai yang disebut flood walls
e. Dinding penahan tanah yang biasa digunakan pada struktur
jembatan yang disebut abutment
f. Dinding penahan sebagai tempat untuk menyimpan material-
material tertentu

(Sumber : Hungtington, 1961)

Gambar 2.1. Aplikasi Struktur Penahan Tanah

2.2 Tekanan tanah lateral


Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat
dorongan tanah di belakang struktur penahan tanah. Besarnya tanah lateral
sangat dipengaruhi  oleh perubahan letak dari dinding penahan tanah dan sifat
tanahnya. Tekanan tanah lateral yang terjadi dibedakan atas 3 keadaan,yakni :
Tekanan tanah pada keadaan diam.
Tekanan tanah ini akan terjadi dan bekerja pada suatu retainig wall
apabila retaining wall tersebut sama sekali tidak bisa bergerak di dalam tanah.
Hal ini dinyatakan dalam persamaan : 
P₀  =  K₀  x  γ  x H 

Di mana  :

γ    :   Berat volume tanah 

K₀  :   Koefisien tekanan tanah pada keadaan diam 

Tekanan tanah aktif 

Tekanan tanah aktif akan terjadi dan bekerja pada suatu retaining wall
apabila retaining wall tersebut harus menahan lomgsornya tanah. Dengan kata
lain tekanan tanah aktif dapat terjadi apabila retaining wall bergerak menjahui
tanah. Hal ini dinyatakan dalam persamaan : 

Pa  =  Ka  x  γ  x H

 Di mana :

 Ka  :   Koefisien tekanan tanah aktif.

Tekanan tanah pasif 


Tekanan tanah pasif akan terjadi dan bekerja pada suatu retaining wall
apabila tanah tersebut harus menahan bergeraknya retaining wall , tau dengan
kata lain tekanan tanh pasif akan terjadi apabila dinding didorong menuju
tanah. Hal ini dinyatakan dalam persamaan :  
 Pρ  =  Kρ  x  γ  x H

 Di mana

Kρ   :   Koefisien tekanan tanah pasif. Adapun teori lain yang mengalaisa


tentang tekanan tanah lateral yaitu teori Rankine. Menurut teori rankine,
analisa tekanan tanah lateral ditinjau pada kondiasi keseimbangan plastis,
yaitu saat masa tanah pada kondisi tepat akan ruintuh ( Rankine, 1857 ).
Tanah dianggap tidak berkohesi yang homogen dan isotropis yang
terbentuk pada ruangan semi tak ter hingga dengan permukaan horisontal
dan dinding vertikal berupa dinding yang licin dan sempurna. Dalam teori
ini , kondisi koefisien tekanan aktif persamaannya adalah sebagai berikut:
Ka       =   tan² (45 - f⁄2)    ,  b  = 0

Palb  =  0,5' ( g' H²' Ka )

kondisi koefisien tekanan pasif persamaannya adalah :


Kρ       =   tan² (45 - Φ⁄2)    ,  β  = 0
Pρlb  =  0,5  ( γ x H² x Kρ )

Keterangan :

Ka        :  Koefisien tekanan aktif 


Kρ           :  Koefisien tekanan pasif 

Palb   :  Tekanan horisontal aktif  (t/m)

Pρlb   :  Tekanan horisontal pasif   (t/m)

β  =  0   :  Kemiringan di atas tanah 

H          :  Tinggi dinding (m)

 Φ         :  Sudut geser dalam tanah

 γ       :  Berat volume tanah (t/m³)

Setelah diperoleh tekanan tanah (horisontal aktif dan pasif) , kita lakukan
pengecekan terhadap stabilitas dinding penahan tersebut dari bahaya Geser
, Guling , dan daya dukung tanah yang bersangkutan supaya jangan
sampai terlampaui.

Pengaruh Terhadap Beban Merata

Persamaannya adalah sebagai berikut:

Palb  =   ( Ka  x  q  x  H )  +  ( 1/2 Ka  x  γ x  H²  )


Dimana :
q       :   Beban merata

Pengaruh Air Tanah


Bagian atas mukan air tanah, dapat berubah tanah saturated  atau
tanah timbunan, tergantung jenis tanahnya sehingga berat janisnya dapat
g (berat jenis tanah timbunan) atau gsat  (berat jenis tanah
saturated). Tanah di bawah muka air tanah akan menjadi tanah rendam
dengan berat jenis tanah terendam.

Pengaruh Tanah Fisik yang Berbeda


Jika tanah di belakang dinding penahan terdiri beberapa lapisan
tanah yang berbeda, persamaannya adalah :

 Palb 1  =  → Pengaruh air lapisan 1 di belakang dinding setinggi H₁


                  Palb 1  =  1/2 Ka₁  x  γ₁  x  H₁

 Palb 2    =   → Sebagai beban terbagi rata dengan  q  =  H₁ x γ₁


                  Palb 2  =  q x  Ka₂  x H₂ 

 Palb 3    =  → Pengaruh air lapisan 2 di belakang dinding setinggi H₂²


                  Palb 3  =  1/2 Ka₂  x  γ₂  x  H₂²

Pengaruh Kohesi Terhadap Tekanan Tanah


Kohesi akan mempengaruhi tekanan tanah aktif dan menambah
tekanan tanah pasif (jadi menmbabah stabilitas). Persamaannya adalah
sebagai berikut :

 Tanpa Kohesi
                      Pa ¹     =  1/2 H ² x   γ  x  Ka

 Dengan Kohesi
                       Pa      =  Pa  '    -  Pa " 
Dimana  Pa " =  2  x  H  x  c  x  √Ka

Jadi kohesi akan mengurangi tekanan tanah aktif sebesar : 2  x  H  x  c  x


√Ka
Adapun pengaruh lain yang akan kita bahas di materi akan kita lanjutkan
posting ini pada label berikutnya.Sedangkan untuk koefisien tegangan
tanah lateral dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut :

2.2.1. Koefisien Tanah Lateral dalam Keadaan Diam (Ko)


Koefisien tanah lateral dimana tanah dalam keadaan diam (at rest)
sehingga tidak terjadi pergerakan pada struktur penahan tanah. Massa tanah
berada dalam kondisi elastic equilibrium

(Sumber : Principles of Geotechnical Engineering, Braja M.Das, 5th , 2002)

Gambar 2.2. Tekanan Tanah Lateral At Rest

Pada Gambar 2.3. terlihat suatu massa tanah yang ditahan oleh struktur penahan
tanah AB dengan tinggi H. Dinding penahan AB berada dalam keadaan diam,
sedangkan untuk massa tanah dalam keadaan keseimbangan elastic (elastic
equilibrium). Koefisien tekanan tanah lateral dalam keadaan diam dapat
dituliskan berdasarkan hubungan empiris yang dikenalkan oleh Jaky (1944)
ebagai berikut :

K 0=1−sin φ

2.2.2. Koefisien Tanah Lateral Aktif (Ka)


Koefisien tanah lateral dimana tanah bergerak mendorong searah dengan
pergerakan tanah. Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic equilibrium.

(Sumber : Principles of Geotechnical Engineering, Braja M.Das, 5th , 2002)

Gambar 2.3. Tekanan Tanah Lateral Aktif

2.2.3. Koefisien Tanah Lateral Pasif (Kp)


Koefisien tanah lateral dimana tanah bergerak mendorong berlawanan arah
dengan pergerakan tanah. Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic
equilibrium

Terdapat beberapa teori yang biasa digunakan untuk menganalisa besarnya


tegangan lateral tanah diantaranya teori Rankine (1857) dan teori Coulomb
(1776). Perbedaan dari kedua teori ini berada pada prinsip-prinsip yang digunakan
dalam analisa.

(Sumber : Principles of Geotechnical Engineering, Braja M.Das, 5th , 2002)

Gambar 2.4. Tekanan Tanah Lateral Pasif


Berikut adalah beberapa teori yang telah dikembangkan dan digunakan
dalam menentukan besarnya nilai tegangan tanah lateral :

2.2.4. Teori Rankine (1857)


Menurut teori Rankine, beberapa anggapan yang digunakan dalam analisis
tekanan tanah adalah sebagai berikut :

1. Tanah adalah bahan yang isotropis, homogen, dan tak berkohesi sehingga
friksi antara struktur dengan tanah diabaikan.
2. Tegangan lateral tanah hanya dibatasi pada dinding vertical 900 (rigid
body).
3. Kegagalan yang terjadi merupakan sliding wedge yang diasumsikan sebagai
kegagalan planar
4. Tekanan tanah lateral bervariasi secara linear dengan kedalaman dan

1
tekanan pada ketinggian dari dasar dinding
3
5. Resultan gaya yang dihasilkan sejajar dengan permukaan backfill

Teori dari Rankine tentang koefisien tekanan tanah aktif dan pasif pada
permukaan tanah datar dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

θ'
Ka=tan 2 45− ( 2 )
θ'
Kp=tan 2 45+ ( 2 )
σ ' h a=σ ' v . K a−2c ' √ K a

σ ' h p =σ ' v . K p +2 c ' √ K p

dimana :
Ka : Koefisien tekanan tanah aktif

Kp : Koefisien tekanan tanah pasif

c’ : Kohesi

φ’ : Sudut geser dalam tanah

σ ' h a: Tegangan tanah lateral aktif

σ ' h p : Tegangan tanah lateral pasif

σ ' v: Tegangan vertical efekti


Sedangkan nilai koefisien tanah aktif (Ka) dan pasif (Kp) untuk permukaan
backfill yang miring mengunakan rumus berikut :

cosβ− √cos 2 β−cos2 φ '


K a =cos β .
cosβ + √ cos 2 β−cos 2 φ'

cosβ + √ cos2 β−cos 2 φ'


K p =cos β .
cosβ−√ cos 2 β−cos 2 φ '

σ ' h a=σ ' v . K a−2c ' √ K a

σ ' h p =σ ' v . K p +2 c ' √ K p

dimana :
Ka : Koefisien tekanan tanah aktif

Kp : Koefisien tekanan tanah pasif

φ’ : Sudut geser dalam tanah

β : Sudut kemiringan backfill


2.2.5. Teori Coulomb (1776)
Menurut teori Coulomb, beberapa anggapan yang digunakan dalam analisis
tekanan tanah adalah sebagai berikut :

1. Terjadi friksi antara struktur dengan tanah.


2. Tegangan lateral tanah tidakdibatasi pada dinding vertical
3. Kegagalan yang terjadi merupakan sliding wedge yang diasumsikan sebagai
kegagalan planar
4. Tekanan tanah lateral bervariasi secara linear dengan kedalaman dan tekanan
pada ketinggian dari dasar dinding
5. Resultan gaya yang dihasilkan sejajar dengan permukaan backfill

Teori dari Coulomb mengenai koefisien tekanan tanah aktif (Ka) dan tekanan
tanah pasif (Kp) dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

sin2 (β +θ' )
Ka=
sin 2 β .sin ( β−δ ) ¿ ¿ ¿¿

sin 2 ( c−θ' )
K p= 2
sin β . sin ( β +δ ) ¿ ¿ ¿ ¿

σ ' h a=σ ' v . K a−2c ' √ K a

σ ' h p =σ ' v . K p +2 c ' √ K p

dimana :

Ka : Koefisien tekanan tanah aktif

Kp : Koefisien tekanan tanah pasif

φ’ : Sudut geser dalam tanah

c’ : Kohesi
α : Sudut kemiringan backfill

β : Sudut kemiringan dinding penahan

δ : Sudut kemiringan tegak lurus tegangan

σ ' h a: Tegangan tanah lateral aktif

σ ' h p : Tegangan tanah lateral pasif

Gambar 2.5. Model Tegangan Coulomb dengan Backfill

2.2.6. Hubungan Pergerakan Dinding dengan Koefisien Tanah Lateral


Hubungan antara pergerakan dinding penahan tanah dengan koefisien tekanan
tanah lateral dapat dlihat sebagai berikut :
(Sumber : Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, Fourth Edition)

Gambar 2.6. Variasi Pergerakan Tekanan Lateral dengan Pergerakan


Dinding

Dari Gambar 2.7. menunjukan dinding penahan tanah dalam kondisi tekanan
tanah pasif dapat bergerak lebih jauh sebelum mencapai mengalami kegagalan.
Sedangkan dalam kondisi aktif, apabila tanah menerima gaya lateral yang sama maka
akan lebih cepat mengalami kegagalan dibanding pada kondisi pasif. Hal ini
disebabkan pergerakan dinding penahan tanah dalam kondisi aktif tidak dapat
bergerak sejauh saat pada kondisi pasif. Berikut adalah jarak pergerakan dinding
penahan tanah sebagai fungsi dari ketinggian yang diperlukan untuk mencapai
kondisi keruntuhan minimal aktif maupun pasif :
Tabel 2.1. Hubungan ketinggian dengan pergeseran horizontal pada kondisi aktif

Pergerakan arah horizontal untuk


Tipe Tanah
mencapai kondisi aktif

Pasir Padat 0.001 H – 0.002 H


Pasir Lepas 0.002 H – 0.004 H
Tanah Lempung Kaku 0.010 H – 0.020 H
Tanah Lempung Lunak 0.020 H – 0.050 H

Tabel 2.2. Hubungan ketinggian dengan pergeseran horizontal pada kondisi pasif

Pergerakan arah horizontal untuk


Tipe Tanah
mencapai kondisi pasif
Pasir Padat 0.005 H
Pasir Lepas 0.010 H dimana :
Tanah Lempung Kaku 0.001 H
Tanah Lempung Lunak 0.050 H H : Ketinggian
dinding penahan

2.2 Jenis-Jenis Beban Eksternal pada Struktur


Dalam melakukan suatu analisis, desain ataupun pemodelan pada struktur perlu
diketahui besarnya beban dan pengaruh pembebanan tersebut pada struktur.
Berdasarkan jenisnya, maka beban dapat dibedakan menjadi 2 garis besar yaitu :

a. Beban statis merupakan beban yang bekerja pada struktur secara tetap dan
memilki sifat steady-states.
b. Beban dinamis merupakan beban yang bekerja pada struktur secara tiba-tiba dan
pada umumnya tidak memiliki sifat steady-states dengan lokasi yang berbeda-
beda pada struktur.

Beban-beban yang bekerja pada struktur dapat diklasifikasikan berdasarkan


beberapa kategori, antara lain :

a. Beban mati (dead loads)


Semua beban yang bersifat tetap terhadap struktur dimana didalamnya
termasuk berat struktur itu sendiri.

a. Beban hidup (live loads)

Beban yang sifatnya dapat berpindah-pindah (beban berjalan) ataupun segala


beban yang sifatnya sementara.

b. Beban gempa (earthquake loads)

Beban pada struktur yang disebabkan adanya pergerakan tanah, dimana dapat
dikarenakan gempa bumi (tektonik ataupun vulkanik) sehingga
mempengaruhi struktur. Beban gempa ini merupakan jenis pembebanan
terhadap fungsi waktu, sehingga respons yang terjadi pada struktur sangat
tergantung pada lamanya beban gempa tersebut terjadi.

c. Beban angin (wind loads)

Beban pada struktur yang disebabkan adanya hambatan aliran angin oleh
struktur, sehingga energi kinetik angin berubah menjadi tekanan energy
potensial yang dapat mempengaruhi struktur.

d. Lain-lain (others loads)

Beban-beban lain yang dapat terjadi karena faktor-faktor tertentu seperti letak
geografis, iklim, dll. Beberapa contoh dari beban ini adalah beban salju
ataupun beban hujan pada beberapa negara.
2.3 Tegangan Tanah Lateral saat Gempa
Beban gempa merupakan salah satu jenis pembebanan yang dapat
mempengaruhi struktur penahan tanah terutama untuk struktur galian dalam. Hal ini
disebabkan adanya penambahan nilai tegangan lateral pada saat terjadinnya gempa
sehingga disebut tegangan lateral total. Tegangan total ini terdiri dari tegangan lateral
tanah mula-mula (sebelum terjadi gempa) dan tegangan lateral tanah yang disebabkan
oleh gempa

Beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-


permasalahan yang disebabkan saat terjadi gempa. Beberapa pendekatan itu di
antaranya :

1. Metode analisis kondisi batas (Limit state analyses) merupakan metode dimana
gerakan relatif dinding penahan tanah dan tanah timbunan cukup besar hingga
dapat mempengaruhi batas kuat geser tanah (batas keruntuhan)
2. Metode pendekatan elastic merupakan metode dimana pergerakan tanah
dengan dinding penahan dibatasi dengan asumsi bahwa deformasi yang
diizinkan hanya dalam batasan elastic linier. Pada metode ini tanah
dimodelkan sebagai material elastic linier
3. Metode Intermediate merupakan metode dimana tanah tidak dimodelkan
sebagai material elastic ataupun batas runtuh, tetapi dimodelkan dalam kondisi
aktual n

BAB III

PEMBAHASAN

HITUNGAN TEKANAN TANAH LATERAL CARA GRAFIS


Penentuan Tekanan Tanah Aktif Cara Culmann

Hitungan tekanan tanah lateral secara grafis dapat dilakukakn dengan cara Culman
(1875). Cara ini digunakan untuk dimana terdapat gesekan antara tanah dan dinding,
bentuk permukaan tanah urugan yang tidak rata, dan kondisi dimana terdapat beban
terbagi rata diatas permukaan tanah. Karena itu, cara ini sangat berguna unutk
memperkirakan besarnya tekanan tanah lateral.

Untuk menganalisis keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada baji tanah


yang diperkirakan akan longsor, ditinjau kondisi seperti yang ditunjukan pada gambar
1. Dengan memutar segitiga gaya searah putaran jarum jam sebesar sudut 90 0 -,
vector W menjadi sejajr dengan garis ACn,reaksi R sejajar garis longsor ACn, dan
tekanan tanah Pa sejajar dengan garis AD. Karena itu, jika berat Wn dari masing-
masing berta tanah yang dianggap akan longsor dipasang dengan skala tertentu
( dihitung dari titik A) di sepanjang garis longsor alam ( AC), dan jika dari ujung
akhir dari garis yang menyatakan berat baji ditarik garis sejajar dengan garis AD,
maka garis paling akhir Pan akan berimpit dengan garis longsor alam AC, jika titik-
titik ujung dari garis-garis Pan dihubungkan, akan terbentuk lengkungan yang disebut
kurva Culmann. Garis Pan yang terpanjang (Pa) dikalikan skala gaya yang dipakai
adalah tekanan tanah aktif yang dihitung.

2.3.1 Tanah Granular

Prosedur untuk menentukan besarnya tekanan tanah aktif cara Culmann pada tanah
granular (kohesi c= 0), adalah sebagai berikut (lihat 2.15);

1. Gambarkan penampang dinding penahan tanah dan urugannya, dalam skala


tertentu.
2. Dari titik A (didasar dari diding penahan), gambarkan garis AC yang
membentuk sudut  (sudut gesek dalam tanah) dengan garis horizontal kea
rah atas.
3. Dari titik A, gambarkan garis yang membentuk sudut θ terhadap garis AC
(dengan θ = -δ,  adalah sudut kemiringan dinding penahan dan δ adalah
sudut gesek anatar tanah dengan dinding ). Diremukan garis posisi AD.
4. Gambarkan beberapa kemungkinan bidang longsor, seperti ABC1, ACB2,
ACB3, …. Dan seterusnya).
5. Hitung berat dari baji tanah ( W1, W2,W3,…. Dan seterusnya).
6. Dengan menggunakan skala tertentu, letakan berat W1, W2,W3,…. Yang
ditarik dari titik A, sepanjang garis AC. Diremukan titik-titik w1, w2,w3,….
Dan seterusnya.
7. Dari titik-titik w1, w2,w3,…. Tarik garis sejajar garis AD, sehingga memotong
garis longsor anggapan ( garis AC1, AC2, AC3,……)
8. Gambarkan kurva Culmann lewat titik-titik potong yang ditemukan dalam
langkah (7).
9. Gambarkan sebuah garis yang menyinggung kurva Culmann, yang sejajar
dengan garis AC. Detemukan sebuah titik singgung.
10. Gambarkan sebuah garis lewat titik singgung kurva Culmann yang telah
ditemukan pada langkah (9), sejajar dengan garis AD, sehingga memotong
garis AC. Panjang dari garis ini dikalikan dengan skala gaya berat yang
dipakai adalah gaya tekanan tanah aktifnya.

Contoh soal

Dinding penahan tanah diperlihatkan gambar dibawah ini, data tanah b= 18
kN/m3;  = 350; =850 dan δ = 200.
Tentukan besarnya tekanan tanah aktif dengan cara grafik Culmann. Hitung berat
baji Tanah per meter lebar (dengan memperhatikan skala gambar).

W1 = 0,5 x 7,8 x 1,7 x 18 = 119,3 kN (berat ABC1)

W2 = 0,5 x 8,5 x 1,8 x 18 = 137,7 kN (berat A C1C2)

W1 = 0,5 x 10 x 2 x 18 = 180 kN (berat A C2C3)

W1 = 0,5 x 11,5 x 1,4 x 18 = 144,9 kN (berat A C3C4)

Panjang vector yang dipasang pada garis AC merupakan berat kumulatif dari baji-
baji tanah yang akan lonsor:

A w1, = W1 = 119,3 kN

Aw1, = W1 + W2 = 257,0 kN

Aw1, = W1 + W2 + W3 = 437 kN

Aw1, = W1 + W2 + W3 + W4 =501,9 kN

Dari penggambaran kurva Culmann dan dengan memperhatikan skala gayanya,


diperoleh Pa = 220 kN/m1.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dinding penahan tanah merupakan dinding yang dibangun untuk menahan

massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. +angunan dinding penahan

umumnya terbuat dari bahan kayu,pasangan batu,beton,baja dan bahan sintetis

mirip kain tebal yang sering disebut sebagai

Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan
tanah di belakang struktur penahan tanah. Besarnya tanah lateral sangat dipengaruhi
oleh perubahan letak dari dinding penahan tanah dan sifat tanahnya
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bing.com/search?
q=makalah+mekanika+tanah&pc=MOZD&form=MOZLBR,
https://www.scribd.com/document/390910919/bab2-tekanan-tanah-lateral,
https://www.scribd.com/doc/52114295/Tekanan-Tanah-Lateral, http://pustaka-
ts.blogspot.com/2010/11/dinding-penahan-retaining-wall-tekanan.htm,
https://lovedoc.org/document/doDownload/link_rand/abglzJgxurNNNsKPFAVw7IV5
gQxCmGmmHsy61FulW8ZzrzfW00iXy3SEKg7WNj9lByhs3,https://www.scribd.com/
doc/53750836/MAKALAH-MEKANIKA-TANAH

Anda mungkin juga menyukai