I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis, perubahan
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu udara, air, dan pergeseran lempeng
bumi. Pengertian tanah secara umum merupakan himpunan mineral, bahan
organik dan endapan - endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas
batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992). Tanah membagi bahan - bahan yang
menyusun kerak bumi secara garis besar menjadi dua kategori: tanah (soil) dan
batuan (rock), sedangkan batuan merupakan agregat mineral yang satu sama
lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi dkk,
1996) Salah satu akibat dari perubahan tersebut adalah adanya lereng. Lereng
adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan
bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi
atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk alami misalnya lereng -
lereng perbukitan, tebing sungai dan lain sebagainya, sedangkan lereng buatan
antara lain galian dan timbunan badan jalan, bendungan, jalan kereta api, tanggul
sungai, dll. Lereng dapat mengalami pergeseran yang menyebabkan kelongsoran
akibat berbagi pengaruh gaya-gaya yang ada dan membuat lereng menjadi tidak
stabil. Salah satu solusi perkuatan lereng adalah dengan dinding penahan tanah.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalahnya
yaitu :
1. Berapa besar distribusi tekanan tanah lateral yang bekerja pada dinding
penahan tanah ?
2. Bagaimana desain dinding penahan tanah yang aman terhadap
penggeseran, penggulingan dan keruntuhan kapasitas dukung tanah ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut :
D. Ruang Lingkup
Dari latar belakang yang disampaikan maka penulisan ini dibatasi oleh :
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
3
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan proposal skripsi ini terdiri
dari:
I. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup,
dan sistematika penulisan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Retaining Wall
Retaining Wall merupakan istilah di bidang Teknik Sipil yang artinya
dinding penahan. Dinding penahan merupakan struktur bangunan yang digunakan
untuk menahan tanah atau memberikan kestabilan terhadap tanah. (Ir.
Sudarmanto, 1996) menyatakan bahwa Dinding penahan tanah adalah suatu
konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah
keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemampatannya tidak dapat
dijamin oleh lereng tanah itu sendiri.
Dinding penahan tanah merupakan salah satu konsep perkuatan tanah yang
banyak digunakan dalam pekerjaan rekayasa sipil. Dinding penahan tanah
merupakan dinding yang digunakan untuk menahan beban tanah secara vertikal
ataupun terhadap kemiringan tertentu. Hakam, A., & Mulya, R. P. (2011)
mengutip penyataan (Bowles, 1999) menyatakan bahwa, Dinding penahan adalah
konstruksi yang digunakan untuk memberikan stabilitas tanah atau bahan lain
yang kondisi massa bahannya tidak memiliki kemiringan alami, dan juga
digunakan untuk menahan atau menopang timbunan tanah atau onggokan material
lainnya. Secara umum fungsi dari dinding penahan tanah (Retaining wall) adalah
untuk menahan besarnya tekanan tanah akibat parameter tanah yang buruk
sehingga longsor bisa dicegah, serta untuk melindungi kemiringan tanah dan
melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh. Konstruksi dinding penahan
pada umumnya digunakan untuk menjaga kestabilan tanah atau bahan-bahan
lainnya, akibat tidak dapat menahan keadaan lereng yang lebih besar.
5
B. Proporsi Dinding Penahan
Dalam mendesain dinding penahan tanah, seorang penulis harus
memperhitungkan beberapa dimensinya. Disebut proporsional, asumsi seperti itu
memungkinkan insinyur untuk memeriksa bagian percobaan dinding untuk
stabilitas. Jika pemeriksaan stabilitas menghasilkan hasil yang tidak diinginkan,
bagian dapat diubah dan diperiksa ulang . Menurut Braja Das bahwa bagian atas
batang dinding penahan tidak boleh kurang dari sekitar 0,3 m. (=12 inch.) untuk
penempatan beton yang tepat. Kedalaman, D. ke bagian bawah pelat dasar harus
minimal 0,6 m (-2 kaki). Namun, bagian bawah pelat dasar harus ditempatkan di
bawah garis beku musiman.
6
C. Tekanan Tanah Aktif
Menurut Hardiyatmo, (2003) Tekanan tanah aktif adalah tekanan yang
terjadi pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah
luar dari tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah urug akan
bergerak longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya.
Keterangan :
9
E. Teori Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan parameter utama dalam perancangan
dinding penahan tanah. Oleh karena itu diperlukan perkiraan tentang tanah lateral
secara kuantitatif pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisis perencanaan
maupun analisis stabilitas.
Dalam perencanaan dinding penahan tanah diperlukan pengetahuan
mengenai tekanan tanah lateral. Besar dan distribusi tekanan tanah pada dinding
penahan tanah sangat bergantung pada regangan lateral relative terhadap dinding.
Dalam beberapa hal, hitungan tekanan tanah lateral ini berdasarkan pada kondisi
regangannya. Jika analisis tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi, maka
dapat mengakibatkan kesalahan perancangan. Maka dari itu pengertian tentang
hubungan regangan lateral dengan tekanan tanah pada dinding sangat dibutuhkan
10
Gambar 4 : Stabilitas Terhadap Gaya Guling
Sumber (Das,2007)
Nilai kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling
dihitung dengan Persamaan berikut:
Keterangan :
𝚺Mw = jumlah momen melawan guling (kNm)
𝚺Mgl = jumlah momen yang menahan guling (kNm)
W = berat tanah + berat sendiri dinding penahan (kn)
B = lebar kaki dinding penahan (m)
𝚺Pah = jumlah gaya horizontal (kN)
𝚺Pav = jumlah gaya vertical (kN)
11
Nilai Kestabilan struktur terhadap kemungkinan bergeser dihitung dengan
Persamaan berikut :
Keterangan :
𝚺Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap geser
W = berat total dinding penahan dan tanah diatas pelat pondasi
1 2
δh = sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi ( sampai ¿
2 3
Ø
C = kohesi tanah dasar
B = lebar kaki dinding penahan (m)
𝚺Pah= jumlah gaya horizontal
f = tan δb = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar
pondasi
.
C. Stabilitas Terhadap Daya Dukung
Persamaan kapasitas daya dukung untuk menghitung stabilitas
dinding penahan tanah antara lain adalah menggunakan persamaan Hansen
dan Vesic yang digunakan untuk menghitung beban miring dan eksentris.
Untuk contoh keadaan keruntuhan daya dukung tanah yang kemungkinan
terjadi dapat dilihat di Gambar dibawah ini :
12
Gambar 6 : Stabilitas terhadap daya duukung tanah
Sumber (Das,2007)
Nilai kapasitas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan
persamaan Vesic (1975) untuk beban miring dan eksentris seperti rumus
dibawah ini :
qu = dc . ic . C . Nc + dq . iq . Df . γ . Nq + dγ . 0,5 . B . γ . Nγ
Keterangan :
dc,dq,dγ = faktor kedalaman
ic,iq,iγ = faktor kemiringan beban
B = lebar kaki dinding penahan
γ = berat volume tanah (kN/m3)
Nc,Nq,Nγ = faktor kapasitas dukung Hansen dan Vesic
13
Untuk mencari nilai Nc , Nq dan Nγ maka dapat dilihat pada table daya
dukung milik Vesic pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Tabel daya dukung vesic 1975 (Sumber: Hardiyatmo, 2011)
14
Faktor keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
qu
F= ≥2
q
Keterangan :
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk menemukan inspirasi baru
untuk penelitian selanjutnya. Dalam penulisan skripsi ini saya merujuk pada
Jurnal Penelitian Muhammad Syahri Ramadhan (2021).
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu, mendapatkan gaya guling
sebesar 1.2589 ton/m2, gaya geser sebesar 0.59695 ton/m2, gaya
dukung/keruntuhan tanah sebesar 45.996 ton/m2 serta dibantu dengan
penggunaan tiang bor pile sebesar 28,07 ton dan kondisi ini dinilai relatif
aman untuk menahan tanah timbunan tambahan yang diperlukan untuk
rencana jalan nantinya.
15
No Peneliti Judul Peneliti Lokasi Tipe Metode Hasil Analisis
Perkuatan
1 Kalalo (2017) Analisis Stabilitas Desa Dinding penahan manual dan Dari hasil analisis stabilitas dinding penahan tanah dengan
Dinding Penahan Maumbi, Tanah dengan pengaruh beban gempa (zona 5) untuk kondisi 2 menunjukkan kondisi
Tanah (Studi Kasus: Kabupaten program bantu
Sekitar Areal PT. Minahasa Plaxis V.8.2 sudah tidak stabil dan dengan program bantu Plaxis untuk muka air
Trakindo, Desa Utara tanah pada puncak pondasi, menunjukkan dinding penahan tanah yang
Maumbi, Kabupaten
tidak stabil dengan angka faktor keamanan 1.0.
Minahasa Utara)
2 Abdul Hakam Stabilitas Dinding Jalan Silaing Dinding Guling Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa dinding kantilever yang
(2011) Penahan Tanah Padang - penahan Geser terpasang tersebut, dengan dimensi H=8,5, B=3, Ta=0,5, Tb=0,7 Tt=0,7,
Kantilever Pada Ruas Bukittinggi tanah tipe Daya Dukung
Jalan Silaing Padang kantilever Th=0,4 tidak aman karena nilai stabilitasnya tidak sesuai dengan yang
- Bukittinggi Km disyaratkan, yaitu sebesar Fs guling=1,577, Fs Geser=1,384, Fs daya
64+500 dukung tidak dicari karena nilai e lebih kecil dari B/6. Dengan
memperbesar dimensi, H=9,5, B=5, Ta=0,5, Tb=0,95 Tt=0,95, Th=0,95,
D=1,1 dinding kantilever tersebut dinyatakan aman dengan nilai faktor
kemanan sebesar Fs guling=3,547, Fs Geser=2,559, Fs daya
dukung=15,094.
3 Muhammad Perencanaan Dinding Balang ‐ Dinding Metode hasil perhitungan untuk stabilitas dinding penahan tanah Cantilever
Syahri Penahan Tanah Tipe Penajam Paser Penahan Tanah Rankie Wall didapat gaya guling sebesar 1.2589 ton/m2, gaya geser sebesar
Ramadhan Cantilever Wall Pada Utara ‐ Kota Tipe Cantilever
(2021) Akses Jalan Pulau Balikpapan Wall 0.59695 ton/m2, gaya dukung/keruntuhan tanah sebesar 45.996 ton/m2
Balang ‐ Penajam Paser Provinsi serta dibantu dengan penggunaan tiang bor pile sebesar 28,07 ton dan
Utara ‐ Kota Balikpapan Kalimantan kondisi ini dinilai relatif aman untuk menahan tanah timbunan
Provinsi Kalimantan Timur
Timur tambahan yang diperlukan untuk rencana jalan nantinya.
16
Tabel 2 : Penelitian Terdahulu
17
OOO. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian proposal ini penulis melakukan penelitian yang berlokasi
di Desa Soya – Kecamatan Sirimau pada Pembangunan Gedung Gereja Betfage,
Kota Ambon.
GEREJA
BETHFAGE
1. Oven Pemanas
19
Cawan berfungsi sebagai wadah untuk meletakan sampel yang akan
di uji
3. Timbangan
4. Desikator
Perhitungan :
w 1−w 2
Kadar Air (W). = × 100%
w 2−w 3
Dengan :
20
Penentuan berat jenis tanah dilakukan di laboratorium terhadap contoh
tanah yang diambil dari lapangan. Kegunaan hasil uji berat jenis adalah
untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya. Standar
pengujian berat jenis mengacu pada SNI 1964 : 2008
21
4. Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.
Perhitungan :
w 2−w 1
Gs =
( w 4−w 1 )−(w 3−w 2)
Dengan :
Gs = Berat jenis
W1 = Berat piknometer (gram)
W2 = Berat piknometer dan tanah kering (gram)
W3 = Berat piknometer, tanah, dan air (gram)
W4 = Berat piknometer dan air bersih (gram)
22
Saringan No 4 berfungsi sebagai penyaring sampel
4. Oven
Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel
5. Pisau Dumpul
Pisau dumpul berfungsi untuk mencampur sampel dan air pada aquades
6. Desikator
Desikator berfungsi untuk mendinginkan sampel yang akan di uji
7. Plat Kaca
Plat kaca berfungsi sebagai alat untuk mencampur sampel dan air
pada aquades
8. Cassagrande
Cassagrande berfungsi untuk menentukan batas cair
9. Grooving tool
Grooving tool berfungsi sebagai pembuat alur pada cassagrande
23
5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu
sepanjang 13 mm sambilmenghitung jumlah ketukan dengan jumlah
ketukan harus berada diantara 10 – 40 kali.
6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk
pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk
benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga
diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda
yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan.
Perhitungan :
1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah
pukulan
2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada
grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan
sumbu y sebagai kadar air.
3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25
Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas
plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini
menggunakan standar ASTM D-4318.
24
Perhitungan :
1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.
2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah
yang diuji, dengan rumus :
PI = LL – PL
Tata cara pengujian ukuran butiran mengacu pada SNI ASTM C136 :
2012.
25
b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-422, AASHTO T88
(Bowles, 1991).
1. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar
airnya.
2. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan
memasukkan sampel tanah padasusunan yang paling atas kemudian
menutup rapat.
3. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin
penggetar selama kira-kira 15menit.
4. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang
tertahan di atasnya.
26
7. Dolly
untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box
8. Dial
untuk mengukur deformasi vertikal dan horisontal
9. Oven
Untuk mengeringkan sampel yang akan di uji
27
Setelah penggeser tepat bersinggungan dengan shear box
bagian bawah, maka kembalikan lagi clutch pada kedudukan
terkunci, yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya.
5. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box
bagian atas, ini berarti proving ring belum menerima beban.
Jadi dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol,
demikan juga dial pengukur deformasi horisontal.
6. Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan
juga kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertikal.
Atur kedudukan dial ini pada posisi tertentu.
7. Siapkan beban konsolidasinya. Lengan pembebanan ini
mempunyai perbandingan panjang 1:10, jadi beban yang
bekerja juga mempunyai perbandingan 1 : 10.
8. Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan
kecepatan penggeserannya.
9. Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan
yang diinginkan. Kecepatan penggeseran yang umumnya
dipakai ialah : 0,30 mm/menit
10. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial
deformasi horisontal tepat pada posisi normal.
28
ΣMgl = momen yang menyebabkan guling (kNm). Berdasarkan
(BSN, 2017) SNI 8460:2017 tentang faktor keamanan minimum
dinding penahan tanah dikatakan aman terhadap gaya guling jika
nilai SF ≥ 2.
29
keruntuhannya. Kapasitas dukung ultimit dihitung dengan
menggunakan rumus Terzaghi:
qult = c × Nc + Df × γ×Nq + 0,5 × B × γ × Nγ
Dengan:
c = kohesi tanah (kN/m2),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3),
B = lebar pondasi dinding penahan tanah (m),
Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh
besar sudut gesek internal tanah.
Nilai-nilai faktor daya dukung Terzaghi (Nc, Nq, Nγ) dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini
Tabel 3. Nilai faktor daya dukung Terzaghi (Lebao dan Sulistyan, 2016).
qun = qult – γ × Df
Dengan:
Tekanan pondasi neto (net foundation pressure) untuk suatu fondasi pada
kondisi tertentu ialah tambahan tekanan pada dasar pondasi, akibat
adanya beban mati dan beban hidup dari struktur. Dinyatakan dalam
persamaan:
qn = q – γ × Df
dengan:
q = tekanan total pada pondasi (kN/m),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3).
Faktor aman (SF) terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan
sebagai:
qun qult −γ x D f
SF = =
qn q−γ x Df
Dengan:
31
6. Uji Pemadatan
Pemadatan adalah suatu proses merapatkan partikel-partikel tanah
dengan cara mengurangi pori-pori udaranya, biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat-alat mekanis. Kepadatan uang dicapai
tergantung dari banyaknya air dalam tanah tersebut, yaitu kadar
airnya.
Rumus perhitungan pemadatan tanah, yaitu :
Berat isi tanah basah :
B 2−B 2 w
γ= =γ=
V w
dengan :
γ = berat isi tanah basah
B2 = berat mold
B2 = berat mold + berat tanah
V = volume mold
Berat isi tanah kering :
γ
γd =
1+ w
dengan :
33
7. Bobot isi
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan
volume yang ditempati. Hal ini dapat digunakan untuk
mempermudah perbandingan campuran beton menggunakan agregat
dengan perbandingan volume dalam pembuatan beton di lapangan,
karena perbandingan volume campuran dilapangan menggunakan
dolak, (wadah untuk penakaran sehingga satuan volume agregat
berada dalam keadaan gembur, sehingga diperlukan adanya faktor
konversi (faktor pengali). Bobot isi agregat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
C−A
Bobot Isi = (gr/cm3)
V
Keterangan
a. Bahan
1. Agregat kasar
34
Prosedur Pelaksanaan Percobaan
A. Berat Isi Lepas
1. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya
(V).
2. Masukan campuraan agregat kasar dengan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir, dari ketinggian maksimum 5 cm di atas
container dengan menggunakan sendok/sekop sampai penuh.
3. Ratakan permukaan container dengan mistar perata.
4. Timbang berat container + isi (C).
B. Berat Isi Padat
1. Ambil container isi (V = 1 liter atau 1000 cm³).
2. Timbang wadah (A) gram.
3. Masukkan campuraan agregat kasar ke dalam wadah tersebut
kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk-tumbuk dengan batang
pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan campuran agregat kasar
sehingga permukaan atas container (sampai meluap).
6. Ratakan permukaan campuran agregat dengan alat perata.
7. Timbang container.
35
A. Diagram alir penelitian
Adapun tahap penelitian yang disajikan dalam diagram alir sebagai berikut :
Mulai
Studi Pustaka
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Uji Laboratorium :
1. Uji Kadar Air Tanah
Data Primer
2. Uji Berat Jenis Tanah
Parameter Tanah dari hasil
pengujian di laboratorium yaitu : 3. Uji Atterberg Limit
1. Propertis Tanah 4. Uji Analisis Saringan
2. Kuat Geser Tanah 5. Uji Kuat Geser Tanah
6. Uji Pemadatan Tanah
7. Uji Bobot Isi
Analisa Data
1. Hitung tekanan tanah pasif dan
aktif.
2. Hitung kestabilan geser, guling
dan daya dukung.
Kesimpulan
36
Selesai
Bulan
No Kegiatan Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 BAB I
2 BAB II
3 BAB III
4 Ujian Proposal
5 BAB IV
6 Ujian Skripsi
37
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Materials. (2000). ASTM D 854-00: Standard
Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer.
American Society for Testing and Materials. (2002). ASTM D422-63, Standard
test method for particle-size analysis of soils. Annual Book of ASTM
standards.
Analisis dan perancangan FONDASI I EDISI KETIGA, Gadja Mada University
Press “Hary Christady Hardiyatmo”
Arman, A. "Kajian Kuat Tekan Beton Normal Menggunakan Standar SNI 7656-
2012 Dan ASTM C 136-06." Rang Teknik Journal 1.2 (2018): 271221.
Astm, D. (2003). 4318-00, 2003 ASTM D 4318-00, Standard test methods for
liquid limit, plastic limit, and plasticity index of soils. Annual Book of
ASTM standards, 582-595.
ASTM, D. 3080-04.(2004).“. Standard test method for direct shear test of soils
under unconsolidated drained conditions.” ASTM International, West
Conshohocken, PA, USA.
Bowles, J. E., & Silaban, P. (1999). Analisa dan Disain Fondasi Jilid 2.
Bowles, J. (1999). Analisis dan Disain Fondasi” edisi ketiga jilid 2. Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Das, B. M., & Sivakugan, N. (2018). Principles of foundation engineering.
Cengage learning.
Dermawan, A., Syaiful, S., Alimuddin, A., & Fachruddin, F. (2022). Analisis
Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus: Desa Mekarjaya,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor). Rona Teknik Pertanian, 15(2), 67-
81.
38
Figure, J. (2018). 2.2. 3. Particle Size Analysis of Soils (ASTM D 422-03),
AASHTO T 88 00 (2004). SOIL MECHANICS LABORATORY TEST
GUIDE, 21.
Hakam, A., & Mulya, R. P. (2011). Studi Stabilitas Dinding Penahan Tanah
Kantilever Pada Ruas Jalan Silaing Padang-Bukittinggi Km 64+ 500.
Jurnal Rekayasa Sipil, 7(1), 57-74.
Island, N. B., & Territories, N. ASTM, 2000, D 2216 98, Standard Test Method
for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and
Rock by mass. USA. ASTM, 2000, D 2487 00, Standard Practice for
Classification of Soils for Engineering Purpose (Unified Soil Classification
System). ASTM, 2000, D 2937 00, Standard Test Methods for Density of
Soil in Place by. Bull., V, 19, 730-781.
Kalalo, M., Ticoh, J. H., & Mandagi, A. T. (2017). Analisis Stabilitas Dinding
Penahan Tanah (Studi Kasus: Sekitar Areal PT. Trakindo, Desa Maumbi,
Kabupaten Minahasa Utara). Jurnal Sipil Statik, 5(5).
Lebao, K., dan Sulistyan, K. F., 2016, Studi Perencanaan Ulang Dinding Penahan
Pada Hulu Bendung Kramat Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang,
Jurnal Reka Buana, 1(1), 19-25.
39
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Doctoral Dissertation, Universitas
Islam Kalimantan Mab).
Terzaghi, K., Peck, R. B., & Mesri, G. (1996). Soil mechanics in engineering
practice. John wiley & sons.
40
LAMPIRAN
41
42
43
44