Anda di halaman 1dari 14

Dinding Penahan Tanah

Suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan
mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak
dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan
dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser (Tanjung, 2016).
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya
dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri
maupun akibat beban yang bekerja di atasnya (Tanjung, 2016).
Jenis Dinding Penahan Tanah
1. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan
batu, terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada
permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan
akibat perubahan temperature (Tanjung, 2016).
Jenis Dinding Penahan Tanah
2. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang
yang berbentuk huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari
berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak
(hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver,
yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki
tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7
meter (Tanjung, 2016).
Jenis Dinding Penahan Tanah
3. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort
Dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam dinding pada
jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut
counterfort (dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi
dengan tanah urug. Apabila tekanan tanah aktif pada dinding
vertikal cukup besar, maka bagian dinding vertikal dan tumit perlu
disatukan. Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding
vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal
jarak tertentu. Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan
bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter (Tanjung, 2016).
Jenis Dinding Penahan Tanah
4. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress
Dinding buttress hampir sama dengan dinding counterfort, hanya
bedanya bagian counterfort diletakkan di depan dinding (bentuk
trapesium). Struktur counterfort berfungsi memikul tegangan tekan.
Pada dinding ini, bagian tumit 10 lebih pendek dari pada bagian kaki.
Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan
dan berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini dibangun pada sisi
dinding di bawah tertekan untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja
pada dinding memanjang dan pelat lantai. Dinding lebih ekonomis
untuk ketinggian lebih dari 7 meter. Kelemahan dari dinding adalah
penahannya yang lebih sulit daripada jenis lainnya dan pemadatan
dengan cara rolling (bergulir) pada tanah di bagian belakang adalah jauh
lebih sulit (Tanjung, 2016).
Secant Pile
Secant pile merupakan dinding penahan tanah pada suatu galian yang
terdiri dari beton tidak bertulang. Dalam lapangan secant pile digunakan
untuk menghindari agar tanah dan material lainnya tidak longsor atau
runtuh, juga untuk menjaga kestabilan dan daya dukung tanah.
Struktur secant pile tersusun atas barisan pile beton tak bertulang yang
disebut dengan primary pile dan pile beton bertulang yang disebut
secondary pile. Primary pile dicor terlebih dahulu. Begitu pula dengan
secondary pile yang dicor secara overlap terhadap primary pile,
keduanya disusun saling menyambung hingga membuat dinding.
Primary pile berfungsi sebagai penutup galian dan pengendap,
sedangkan secondary pile berfungsi sebagai elemen struktural yang
memberikan kapasitas lentur sistem secant pile. Kedalaman secondary
pile tergantung dari tinggi dinding galian dan jenis tanah.
Secant Pile
Keuntungan dari penggunaan secant pile yaitu tidak membutuhkan area
yang luas untuk membuat konstruksi dan menahan rembesan serta
dapat diterapkan pada tanah dengan kondisi sulit atau level muka air
yang tinggi sedangkan kerugian dari secant pile waktu pengerjaan lebih
lama karena pengecoran dinding banyak dan pelaksanaan
pemasanganyang tidak presisi akan membuat bentuk secant pile.
Tanah
Sebuah material yang terdiri dari campuran-campuran butiran dengan atau
tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran yang mudah dipisahkan
dengan kocokan air. Tanah berasal dari pelapukan batuan yang prosesnya
dapat secara fisik atau kimia. Sifat-sifat teknis tanah kecuali dipengaruhi- oleh
sifat dari induk bantuannya juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang
menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut (Hardiyatmo, 2003).
1. Tekanan Tanah Lateral Saat Diam
Menurut Hardiyatmo, 2003 tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan
oleh akibat dorongan tanah dibelakang struktur penahan tanah. Besar tekanan
lateral sangat dipengaruhi oleh perubahan letak (displacement) dari dinding
penahan dan sifat-sifat tanah asli.
Tanah dibatasi oleh dinding dengan permukaan licin (frictionless wall) AB yang
dipasang sampai kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang terletak
pada kedalaman z akan mendapatkan tekanan ke arah vertikal σv dan horisontal
σh, dimana σv dan σh merupakan tekanan efektif dan takanan total tanah. Tanah
akan berada dalam keadaan keseimbangan elastis (elastic equilibrum) apabila
dinding dalam keadaan diam. Koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam
(coefficient of earth pressure at rest) Ko yaitu tekanan arah horisontal dan
vertikal,
Menurut Das, 1993 persamaanya dapat ditulis sebagai berikut:

Karena σv = , maka tekanan lateral saat diam adalah:

Nilai gaya total per satuan lebar dinding Po sama dengan luas dari diagram tekanan tanah.
Diagram tekanan tanah dalam keadaan diam yang bekerja pada dinding setinggi H
Menurut Das, 1993 persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

atau
dengan:
σh = Tegangan horisontal efektif (kN/m3)
σv = Tegangan vertikal efektif ( kN/m3)
Ko = Koefisien tekanan tanah saat diam
z = Kedalaman dari muka air (m)
γ = Berat volume tanah (kN/m3)
Galian Dalam
Galian dalam (deep excavation) adalah proses penggalian atau pengerukan tanah
yang dilakukan hingga kedalaman 6 meter atau lebih. Suatu galian dalam
memerlukan desain dan perencanaan yang hati-hati untuk daerah perkotaan.
Dinding penahan tanah dan sistem daya dukung dapat memiliki dampak yang
signifikan pada waktu biaya dan kinerja.
Metode yang biasa digunakan dalam proses pengerjaan galian dalam antara lain :
1. Metode Galian Terbuka
Metode ini dilakukan dengan membuat galian dengan kemiringan tanah (slope),
pada sisi-sisinya sehingga tidak terjadi keruntuhan pada dinding galian. Metode
ini tergolong ekonomis untuk galian yang tidak terlalu dalam.
Galian Dalam
2. Metode Galian Kantilever
Metode ini terdapat struktur penahan keruntuhan dinding galian
yang ditancapkan pada kedalaman tertentu sehingga ketika
dilakukan galian, struktur penahan ini berfungsi sebagai penahan
dengan sifat kantilever.
3. Metode Braced Excavation
Metode ini memiliki penopang di depan dinding secant pile di
sepanjang area pengerjaan galian dalam arah horizontal. Penopang
berfungsi sebagai sarana untuk meneruskan gaya lateral dinding
galian ke belakang dinding penahan tanah.
Galian Dalam
4. Metode Anchored Excavation
Metode anchored excavation atau galian dengan angkur hampir sama
dengan metode braced excavation. Metode ini menggantikan penopang
dengan angkur yang ditancapkan pada tanah seperti Gambar 2.4 untuk
melawan gaya lateral yang ditimbulkan oleh dinding galian dalam.
5. Metode Island Excavation
Metode ini dilakukan dengan cara menggali bagian tengah dari galian
dalam dan secant pile dibuat agar dapat menopang gaya lateral dari
tanah. Kemudian sekeliling struktur tersebut digali dan dipasang
penyokong yang diarahkan pada struktur yang berada di tengah.
Galian Dalam
6. Metode Top Down
Metode ini dilakukan dengan mengecor lantai pada setiap
kedalaman galian tertentu seperti Gambar 2.6 yang langsung
menjadi lantai dari setiap basement. Pelat lantai yang langsung di
buat tersebut akan menggantikan penopang yang biasa digunakan
untuk mencegah keruntuhan dinding galian.

Anda mungkin juga menyukai