Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS DATA TANAH

Pendahuluan
Tanah harus sanggup memikul beban konstruksi tanpa terjadinya kegagalangeser (shear failure)
dan dengan penurunan (settlement) yang dapat ditolerir (Bowles,1991). Untuk memberikan
informasi mengenai kondisi tanah dasar dimana pondasi suatu bangunan akan dibangun maka
Penelitian tanah dilakukan di Lapangan dan di Laboratorium.
Pengujian di Lapangan berupa berupa uji sondir dan pengeboran dengan menggunakan mesin.
Pengujian Sondir menunjukkan nilai perlawanan dari ujung konus (CR) dan nilai hambatan lekat
(TSF). Sedangkan pengujian dengan menggunakan bor adalah untuk memperoleh sampel tidak
terganggu dan terganggu dari lapangan dan juga nilai N – SPT(Bowles,1991). Uji Laboratorium
Tanah menghasilkan properti indeks dan properti teknik yang kemudian dapat dipergunakan
untuk menghitung daya dukung pondasi dan cara perbaikan tanah. Besarnya daya dukung tanah
yang diperoleh sangat mempengaruhi pemilihan bentuk dan dimensi pada perencanaan
pondasi agar perencanaan aman dan efisien.
Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah merupakan syarat yang harus dilakukan apabila akan membangun suatu
bangunan bawah/ pondasi. Informasi yang memadai sangat diperlukan untuk mengkaji berbagai
kemungkinan dan segi ekonomis dari suatu proyek untuk perencanaan bangunan yang akan
diusulkan.
Metode pelaksanaan penelitian tanah yang dilaksanakan mencakup dua pengujian yaitu Uji
Lapangan dan Uji Laboratorium (Shiley, 1994), dimana hasil kedua metode ini akan
dihubungkan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
Pengujian dengan menggunakan alat.
1. Pengujian Tanah dengan cara CPT
Pengujian sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk
mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan
pendukung yaitu lapisan tanah keras. Hal ini dimaksudkan agar dalam mendesain Pondasi
yang akan digunakan sebagai penyokong kolom bangunan diatasnya memiliki faktor
Keamanan (safety factor) yang tinggi sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan tidak
mengalami penurunan atau settlement yang dapat membahayakan dari sisi keselamatan
akan bangunan dan penghuni didalamnya.
Pengujian ini sondir bertujuan untuk mengetahui tahanan penetrasi ujung konus ( CR ) dari
lapisan tanah dasar dan hambatan lekat ( TSF ). CR dinyatakan dengan satuan kg/cm2 dan
TSF dinyatakan dalam satuan kg/cm.Alat Uji Sondir yang dipakai adalah type Dutch Cone
seperti yang kita lihat ada di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Malikussaleh.
Perhitungan daya dukung tanah Pondasi dengan menggunakan alat sondir / CPT menurut
Meyerhoff :

𝑞 𝐵 + 0.3
𝑞 = 33 . 𝑘
𝐵

Dimana 𝑘𝑑 = 1 + (0.33 )

qc = tahanan konus rata-rata hasil sondir pada dasar fondasi ( kg/cm2 )


B = lebar fondasi (m)
Df = Kedalaman fondasi (m)
Menurut Schmertmann (1978) bahwa Daya Dukung Batas Pada Tanah Non Kohesif adalah:
- Bentuk Menerus : qu = 28 – 0,0052(300-qc)1,5
- Bentuk Bujur Sangkar : qu = 48 – 0,0090(300-qc)1,5
Sedangkan daya dukung Batas Pada Tanah Kohesif adalah
- Bentuk Menerus : qu = 2 + 0,28 qc
- Bentuk Bujur Sangkar : qu = 5 + 0,34 qc
qu dan qc dalam tsf atau kg/cm2
2. Pengujian Pengeboran atau SPT
Pengujian tanah dengan menggunakan mesin bor bertujuan untuk : (1) Melihat lapisan
tanah pendukung yang dilakukan secara visual; (2) Mengambil sampel tanah terganggu
maupun tak terganggu sampai kedalaman yang diinginkan, hal ini dilakukan untuk
mendeskripsikan dan mengklasifikasikan tanah serta digunakan sebagai bahan pengujian
laboratorium; (3) Melakukan uji SPT yang akan menghasilkan nilai N-SPT.Uji SPT dilaksanakan
tiap interval 2 atau 3 meter (sesuai kebutuhan); (4) Mengamati dan mengukur Muka
Air Tanah (MAT).
Uji penetrasi standar (SPT) adalah tes penetrasi dinamis in-situ yang dirancang untuk
memberikan informasi tentang sifat-sifat geoteknik tanah Standart Penetration Test (SPT)
dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan relative dari lapisan tanah yang diuji. Untuk
melakukan pengujian SPT dibutuhkan sebuah alat utama yang disebut Standard Split Barrel
Sampler atau tabung belah standar. Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor
terlebih dahulu dengan alat bor. Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan
hingga ujungnya menumpu ke tanah dasar. Setelah menumpu alat ini kemudian dipukul
(dengan alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas. Pada pemukulan pertama alat ini
dipukul hingga sedalam 15,24 cm.Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua
sedalam 30,48 cm. Pada pukulan kedua inilah muncul nilai "N" yang merupakan manifestasi
jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung belah standar mencapai
kedalaman 30,48 cm. Menurut teori Terzaghi dan Peck, hubungan nilai N dengan kerapatan
relatif adalah sebagai berikut:
Menurut teori Terzaghi dan Peck, hubungan nilai N dengan kerapatan relatif adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif

Nilai N Kerapatan Relatif (Dr)


<4 Sangat Tidak Padat
4-10 Tidak Padat
10-30 Kepadatan Sedang
30-50 Padat
>50 Sangat Padat

Nilai N rata-rata ditentukan dengan rumus:


∑ 𝑡𝑖
𝑁=
∑ 𝑡𝑖/𝑁𝑖
Standar tentang ‘Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT’ di Indonesia adalah SNI 4153-2008,
yang merupakan revisi dari SNI 03-4153-1996), yang mengacu pada ASTM D 1586-84
“Standard penetration test and split barrel sampling of soils”.

Untuk analisis perhitungan Pondasi Telapak (Footing) maka Meyerhof (1956,1974) adalah :
𝑁
𝐵 ≤ 4𝑓𝑡 → 𝑞 , = 𝐾
𝐹

𝑁 𝐵+𝐹
𝐵 > 4𝑓𝑡 → 𝑞 , =
𝐹 𝐵
Dimana :
qa,1 = daya dukung ijin utk penurunan 1 inchi
Kd = 1+0,33 D/B ≤ 1,33
Nn = SPT yang dikoreksi
F = faktor tergantung energi pukulan SPT
Dan untuk bentuk Pondasi Pelat (Mat/Raft) :
𝑁
𝑞 , = 𝐾
𝐹
𝑞 = 𝜌𝑞 ,

Pengujian Laboratorium
Sampel tanah terganggu dan tidak terganggu diambil dari lapangan kemudian dibawa ke
Laboratorium agar dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat pengenal (propertis indeks) dan
sifat teknis (propertis teknik).
Metode pengujian yang dilakukan di laboratorium menggunakan metode standar, yaitu ASTM
yang meliputi berbagai pengujian seperti dibawah ini (Das, 1986):
1. Pengujian Index Properties
- Uji kadar air tanah
- Uji berat jenis tanah
- Analisa saringan
2. Pengujian Engineering Properties
- Pengujian berat isi tanah
- Uji geser langsung (Direct Shear Test)

Menurut Terzaghi Dan Peck (1943) Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzaghi dan Peck
(1943) :

qu = c * Nc * (1 + 0.3 * B / L) + Df *  * Nq + 0.5 * B * N * (1 - 0.2 * B / L)

Nc = 1/ tan  * [ a2 / (2 * cos2 (45 + /2) - 1 ]

Nq = a2 / [ (2 * cos2 (45 + /2) ]

N = 1/2 * tan  * [ Kp / cos2  - 1 ]

Kp = 3 * tan2 [ 45 + 1/2*(  + 33) ]


dimana :
c = kohesi tanah (kN/m2)
Df = Kedalaman fondasi (m)
g = berat volume tanah (kN/m3)
B = lebar fondasi (m)
L = panjang fondasi (m)

 = Sudut gesek dalam,


Tegangan Kontak
Tegangan yg bekerja antara dasar pondasi dengan tanah dasar di bawahnya, disebut tegangan
kontak. Pemahaman mengenal tegangan ini erat kaitannya dengan perhitungan tegangan geser
dan penyebaran momen pd telapak pondasi.
Besarnya tegangan kontak dpt dihitung dengan rumus :
Q Mx . X My .Y
q  
A Iy Ix

Atau :
qmax = Pu / A + Mx / Wx + My / Wy + q
dimana :
q = tegangan kontak
Q = beban yg bekerja pd pondasi
A = luas dasar pondasi
Mx, My = momen yg bekerja pd arah sb x dan y
Wx, Wy = Tahanan momen yg bekerja pd arah sb x dan y
Ix, Iy = momen inersia terhadap sb x dan y
x,y = jarak dari pusat pondasi kearah titik yg ditinjau (masing-masing terhadap sisi yg sejajar
dengan sb x atau y).

Anda mungkin juga menyukai