Tekanan lateral tanah adalah tekanan oleh tanah pada bidang horizontal. Contoh
aplikasi teori tekanan lateral adalah untuk desain-desain seperti dinding penahan tanah,
dinding basement, terowongan, dll. Tekanan lateral tanah dapat dibagi menjadi 3
kategori, yaitu:
• Jika dinding tidak bergerak K menjadi koefisien tekanan tanah diam (K0)
Gambar di bawah ini mendeskripsikan tentang arah pergerakan dinding menurut tekanan
Jenis tanah, tinggi dinding dan tekanan lateral yang bekerja mempengaruhi
tentang korelasi jenis tanah, tinggi dinding dan perpindahan dinding akibat tekanan
Tabel 2.1 Hubungan Jenis Tanah, Tinggi Dinding & Perpindahan Dinding Untuk
Tekanan Aktif
Tekanan Pasif
σh´
Titik Pasif
σ´hp
Titik Ko
Titik Aktif
∆xaktif ∆xpasif
(Sumber: Gouw, 2009)
Gambar 2.2 Grafik Arah Perpindahan Dinding Terhadap Tekanan Yang Bekerja
Beberapa teori tentang tekanan tanah aktif dan pasif, serta tekanan tanah diam
adalah teori Rankine dan Coulomb. Adapun penjelasan mengenai teori-teori tersebut
A. Teori Rankine (1857)
• Tidak ada adhesi atau friksi antara dinding dengan tanah (friksi sangat kecil
sehingga diabaikan).
• Kelongsoran (pada urugan) terjadi sebagai akibat dari pergeseran tanah yang
• Tekanan lateral bervariasi linier terhadap kedalaman dan resultan tekanan yang
Disebut tekanan tanah aktif jika tekanan yang bekerja mengakibatkan dinding
menjauhi tanah yang ditahan, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
∆x
Zona Aktif
σv´
σh´ H
45° + ϕ´/2
Titik Rotasi
φ'
adalah sebesar 45 + ), sehingga keruntuhan akan terjadi. Tahanan geser tanah
2
mengikuti persamaan:
dimana:
c´ : kohesi tanah
Gaya
Geser
Garis Keruntuhan
45 + ϕ´/2
τf = c´ + σv´ tan ϕ´
ϕ´ c´ 90 + ϕ´ Gaya
σ´ha σh´ Ko·σv σv´ Normal
σv´ = σ´1
σh´ = σ´3
φ' φ'
σ'1 = σ' 3 tan 2 45 + + 2c' tan 45 + ................................. (2.2)
2 2
φ' φ'
σ' 3 = σ'1 tan 2 45 − − 2c' tan 45 − .................................. (2.3)
2 2
dimana:
c´ : kohesi tanah
φ'
Ka : koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 (45 - )
2
φ'
Karena Ka = tan2 (45 - ), maka besar tekanan saat terjadi keruntuhan
2
φ' φ'
σ' ha = σ' v ⋅ tan 2 45 − − 2c'⋅ tan 45 −
2 2
σ' ha = σ' v ⋅K a − 2c' K a .............................. (2.4)
dimana:
φ'
Ka : koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 (45 - )
2
Resultan tekanan aktif akibat beban luar dan pengaruh air dapat dideskripsikan
-2c´·√Ka
Z
Akibat beban luar
posisi muka air tanah
H
Akibat pengaruh
Pa
dimana:
c´ : kohesi tanah
15
φ'
Ka : koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 (45 - )
2
Jika permukaan tanah yang ditahan, pada permukaan atas elevasinya meningkat,
dimana:
φ'
Ka : koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 (45 - )
2
15°
Gambar 2.6 Contoh Dinding Penahan Tanah dengan Permukaan Atas Yang
Meningkat Elevasinya
dimana:
φ'
Ka : koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 (45 - )
2
Disebut tekanan tanah pasif jika tekanan yang bekerja mengakibatkan dinding
∆x
Zona Pasif
σv´
σh´
H 45 ° + ϕ´/2
Titik Rotasi
Gaya
Geser
Garis Keruntuhan
s = c´ + σv´ tan ϕ´
45 + ϕ´/2
90 + ϕ´
c´
ϕ Gaya
´ Normal
Ko·σh σh´ σ´hp
σv´ = σ´3
σh´ = σ´1
φ' φ'
σ'1 = σ' 3 tan 2 45 + + 2c' tan 45 +
2 2 .................................. (2.8)
dimana:
c´ : kohesi tanah
φ'
Kp : koefisien tekanan tanah aktif, Kp = tan2 (45 + )
2
Karena Kp = tan2 (45 + ϕ´/2), maka besar tekanan lateral saat terjadi keruntuhan
mengikuti persamaan:
φ φ
σ' hp = σ v '⋅ tan 2 45 + + 2c'⋅ tan 45 +
2 2
σ' hp = σ v '⋅K p + 2c' K p
................................ (2.9)
dimana:
c´ : kohesi tanah
φ'
Kp : koefisien tekanan tanah aktif, Kp = tan2 (45 + )
2
Resultan tekanan pasif akibat beban luar dan pengaruh air dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
Akibat beban luar
posisi muka air tanah
H
Akibat pengaruh
Jika permukaan tanah yang ditahan, pada permukaan atas elevasinya meningkat,
dimana:
φ'
Kp : koefisien tekanan tanah aktif, Kp = tan2 (45 + )
2
15°
dimana:
φ'
Kp : koefisien tekanan tanah aktif, Kp = tan2 (45 + )
2
Besar rasio umum koefisien tekanan lateral tanah dapat diperkirakan melalui tabel di
bawah ini:
K0 K0
0,4 – 0,6 0,4 – 0,8
Ka Ka
0,22 – 0,33 0,5 – 1,0
(* Sumber: Gouw, 2009)
berbentuk planar
• Tekanan lateral bervariasi linier terhadap kedalaman dan resultan tekanan yang
Menurut Coulomb, friksi antara dinding dengan tanah dapat dimasukkan dalam
α α
W
γ´, ϕ´, c´ = 0
Pa = 0,5·γ´·H2·Ka
H δ ϕ´ H
Pa R
δ σ´v ·Ka = γ´·H·Ka
β β
Gambar 2.11 Konsep Gaya Yang Bekerja Menurut Teori Coulomb (Tekanan Aktif)
Keterangan gambar:
δ : sudut dilatasi Pa
c´ : kohesi tanah
sin 2 (β + φ')
Ka = ............ (2.13)
sin (φ'+ δ ) ⋅ sin (φ'−α )
2
sin 2 ⋅ β ⋅ sin (β − δ )1 +
sin (β − δ ) ⋅ sin (α + β)
Pada tekanan tanah pasif, konsep-konsep gaya yang bekerja dideskripsikan oleh
Pp R
δ ϕ´
H H
δ
Pp = 0,5·γ´·H2·Kp
β β
Gambar 2.12 Konsep Gaya Yang Bekerja Menurut Teori Coulomb (Tekanan Pasif)
Keterangan gambar:
δ : sudut dilatasi Pp
c´ : kohesi tanah
Disebut tekanan tanah diam jika tekanan yang bekerja tidak membuat dinding
penahan tanah bergerak. Nilai tipikal K0 ditunjukkan pada tabel berikut ini:
v
K0 =
1 − v ............................................................................... (2.17)
v : poisson ratio
Secara bahasa Geosynthetics (geosintetik) terdiri dari kata Geo, yang artinya
bumi, dan Sintetik, yang artinya buatan. Sehingga geosintetik adalah material buatan
yang digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bumi atau tanah. Secara
istilah, geosintetik artinya material buatan, terutama dari material polimer (sejenis
polyvinyl chloride (PVC), nylon, chlorinated pol-ethylene, dan lain-lain. Yang termasuk
geonet, geomat, geosynthetic clay liner (GCL), geopipe, geocomposit, geocell dan
(Sumber: http://geotextile.web.id)
• Separator
Fungsi separasi misalnya pemisahan tanah timbunan dengan tanah asli yang
kurang baik untuk konstruksi (seperti tanah asli yang berlumpur, tanah rawa, dll).
• Filtrasi
Fungsi filtrasi atau penyaringan seperti menyaring air hujan pada lapangan
sepakbola. Hal ini untuk mencegah erosi akibat akumulasi aliran air hujan.
• Drainase
penahan tanah.
• Perkuatan
Fungsi perkuatan seperti penggunaan pada timbunan jalan, pada lereng yang
sampah. Hal ini untuk mencegah kontaminasi dari material kontaminan tersebut
Adapun tipe geosintetik dan fungsinya diterangkan oleh tabel berikut ini:
Fungsi
Tipe Geosintetik (GS)
Separasi Perkuatan Filtrasi Drainase Perlindungan
Geotekstile (GT) -
Geogrid (GG) - - - -
Geonet (GN) - - - -
Geomembran (GM) - - - -
Geosynthetic Clay Liner (GCL) - - - -
Geopipe (GP) - - - -
Geofoam (GF) - - - -
Geocells (GL) - - -
Drainage Cell (DC) - -
Geocomposite (GC)
(* Sumber: Koerner, 1994)
Contoh penggunaan geosintetik adalah pada proyek-proyek seperti:
atau geocell
Geosintetik yang umum digunakan untuk perkuatan tanah adalah jenis geotekstil
dengan material baja (turap) pada awal 1970 (Holtz, 2001). Keunggulan menggunakan
• Karena terbuat dari polimer, maka bahan ini tidak terdegradasi/rusak oleh
mikroba
Dinding penahan tanah adalah struktur yang bertujuan untuk menahan tekanan
lateral (horizontal) tanah ketika terdapat beda muka elevasi yang melampaui sudut
alamiah kemiringan suatu tanah. Tekanan lateral tanah di belakang dinding penahan
tanah bergantung kepada sudut geser dalam tanah (ϕ´) dan kohesi tanah (c´).
a. Gravity Walls
Gravity walls memanfaatkan beban mati dan ketahanan geser mereka dalam
menahan beban lateral tanah. Gravity walls kemudian dibagi menjadi rigid gravity
walls, prefabricated modular gravity walls, dan mechanical stabilized earth (MSE)
gravity walls.
Rigid gravity walls bisa terbuat dari beton, batu bata ataupun batu keras. Kekuatan
dari material dinding penahan biasanya lebih kuat daripada tanah dasar.
Prefabricated gravity walls terbuat dari material seperti beton, baja, kawat, dll.,
contohnya adalah bronjong (gabions). MSE gravity walls menggunakan turap baja
atau bahan polimer (geosintetik, terutama geogrid) untuk membuat blok dinding
perkuatan tanah.
Arah tekanan lateral
tanah
Arah gaya gravitasi
Arah gaya penahan
b. Cantilever Walls
struktur dinding tertanam kokoh dalam tanah atau batuan. Contohnya adalah soldier
d. Anchored Walls
Anchored Walls hampir mirip dengan cantilever walls, hanya saja ada tambahan
angkur yang melekat pada struktur penahan tanah yang berfungsi mengikat dinding
Geosintetik
Ada beberapa metode desain yang dapat digunakan untuk mendesain sebuah
dinding penahan tanah jenis MSE dengan perkuatan geosintetik. Metode tersebut seperti
metode Rankine (Single Wedge) dan Deutsches Institut Fur Bautechnik (Two Part
A. Metode Rankine
Metode Rankine hanya berlaku untuk kemiringan tanah 90°. Panjang overlap
Sv
H
45 °
1 45° +
ad = H
3
LR LE
Lo
L
ar = 0,5 L
Keterangan gambar:
LR : panjang nonacting
Lo : panjang overlap
LE : panjang penjangkaran
tekanan aktif tanah (Ka), beban hidup (P), beban mati tambahan (q), dan beban tanah
sendiri (Q). Adapun arah gaya ditunjukkan oleh gambar di berikut ini:
P c
σh
γ
Pa R
Q ϕ
Ka
δ
45° +
Titik yang ditinjau
Keterangan gambar:
P : beban terpusat
q : beban merata
R : jarak radial dari titik beban pada dinding penahan tanah dimana tekanan
dihitung
ϕ´ : sudut geser tanah
c´ : kohesi tanah
Berikut ini adalah alur metode perancangan geosintetik pada dinding penahan tanah
Tall
Sv =
σ h ' × FS ...............................................................................................(2.18)
1
Tall = Tult
FS ID × FS CR × FS CD × FS BD ............................................(2.19)
σ hs ' = γ × K a × z ........................................................................................(2.20)
φ
Ka : tan 2 (45° − ) , koefisien tekanan tanah aktif
2
σ hq ' = K a × q
.............................................................................................. (2.21)
D : ketinggian timbunan
x 2z
σ hl ' = P 5
R ...............................................................................................(2.22)
R : jarak radial dari titik beban pada dinding penahan tanah dimana
tekanan dihitung
σ h ' = σ hs + σ hq + σ hl
................................................................................ (2.23)
dimana σh´ : tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu akibat berat tanah
L = LE + LR .................................................................................................. (2.25)
φ
L R = (H − z) tan 45° −
2 ............................................................................. (2.26)
S v σ h FS
LE =
2(c + γ ⋅ z tan δ) ...............................................................................(2.27)
c´ : kohesi tanah
S v ⋅ σ h '⋅FS
Lo =
4(c + γ ⋅ z tan δ) ..................................................................................(2.28)
dimana Sv : spasi antar lapisan geosintetik
c´ : kohesi tanah
φ
Ka : koefisien tekanan aktif tanah, Ka = tan 2 (45° − )
2
q ult
FK tan ah pondasi = > 3 ............................................................................. (2.30)
q
q : berat tanah
c : kohesi tanah
c ⋅ L E + Q tan δ
FK geser = > 1,5................................................................... (2.31)
Pa
Q ⋅ ar
FSguling = > 2 ....................................................................................(2.32)
Pa ⋅ ad
ar : 0,5 L
1
ad : H
3
Faktor keamanan terhadap bidang runtuh di dalam perkuatan
g)
Pen ntuh
ron
do
aya Ru
(G ang
an)
H
Bid
nah
(G ogrid
Pe
aya
Ge
θu 59°
LE
maka,
Gaya Penahan
FK =
Gaya Pendorong
∑ T all
FK =
(Q + P ) tan (θ u − φ') ............................................................................. (2.33)
(Overstress)
Tall
FK OS = ......................................................................................... (2.34)
Tpendorong i
Faktor keamanan terhadap tarik dari bidang runtuh yang mencabut geogrid dari
tanah
Tpenahan i
FK PO = ......................................................................................... (2.36)
Tpendorong i
B. Metode Deutsches Institut Fur Bautechnik (Dua Baji /Two Part Wedge)
Metode Deutsches Institut Fur Bautechnik merupakan suatu metode desain yang
berdasarkan pada analisa two part wedge. Untuk pengecekan di dalam blok perkuatan,
metode dua baji membuat asumsi keruntuhan dari berbagai kemungkinan seperti
q 1
q 2
Hi
Pemeriksaan gelincir
sepanjang perkuatan
Pemeriksaan gelincir bidang
yang memotong geogrid
yang tidak berpotongan dengan perkuatan, dan gelincir pada sepanjang lapis perkuatan.
Adapun ketentuan-ketentuan yang digunakan pada analisa two part wedge adalah
sebagai berikut:
sesuai dengan zona yang berbeda dari struktur seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.28 di atas). Untuk timbunan c´ pada umumnya sama dengan nol, dengan nilai
maksimum 5 kPa.
L
• > 0,6 (panjang minimum perkuatan)
H
blok perkuatan. Meskipun demikian c´ dan tekanan air dapat diperhitungkan, demikian
pula dengan pembebanan yang rumit serta geometri pada bagian atas blok perkuatan.
Hal ini tidak dapat dihitung menggunakan rumus tekanan tanah yang sederhana, dan
perhitungan iterasi bidang runtuh cara Coulomb diperlukan untuk memperoleh gaya-
gaya maksimum yang bekerja pada kondisi yang diberikan. Teknik ini dipakai dalam
1998).
q 2
Baji 1
Hi Batas Baji
T3 (Bagian akhir geogrid
perkuatan)
θi T2
T1
L
Dari gambar di atas, konsep two part wedge dapat didefinisikan sebagai berikut:
• Bentuk garis kelongsoran dengan sudut tertentu (θi) yang memotong geogrid
• Titik dimana baji 2 bertemu dengan bagian akhir geogrid perkuatan tanah,
Baji 1 digunakan untuk menghitung tekanan tanah yang bekerja pada bagian
akhir penjangkaran geogrid, dan juga untuk geometri & kondisi sederhana yang dapat
gempa).
Bagaimanapun untuk geometri dan pembebanan seperti gambar di atas, tidak
yang disederhanakan. Dalam situasi ini, untuk mendapatkan tekanan lateral maksimum
tanah oleh pembebanan baji 1, dibutuhkan penggunaan metode irisan coba-coba, dimana
sudut yang dibentuk baji 1 bervariasi hingga didapatkan tekanan lateral maksimum. Cara
ini dikenal dengan Culmann Method atau Coulomb Sweeping Wedge, dan membutuhkan
(Dobie, 2011).
diberikan oleh tanah dengan perkuatan pada baji 2 cukup kuat untuk menghindari
dengan proses yang diulang-ulang. Proses ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
q 1
q 2
Hi Hi berubah sesuai
dengan pemeriksaan
sudut keruntuhan yang
bervariasi
spasi (Sv) kekuatan geogrid yang dibutuhkan (Ti). Selanjutnya, diasumsikan besar sudut
berinterval 3°.
Ada kasus utama dalam metode dua baji yang harus diperiksa, seperti ditunjukkan oleh
q 1
q 2
Gambar 2.26 Kasus Utama Dalam Two Part Wedge Methods yang Harus Diperiksa
Dalam kasus utama seperti ini, nilai θi ditentukan langsung dengan cara
memotong geogrid dan spasi (Sv) lapis perkuatan yang besar. Dalam kasus Sv yang
seragam dan ada pembebanan, kondisi kritis berada pada level paling bawah.
Bagaimanapun perlu juga untuk memeriksa level atas apabila memiliki spasi (Sv)
50
perkuatan yang semakin besar. Hal ini bisa menjadi kritis apabila ada pembebanan
besar, tepat pada bagian facing. Pemeriksaan ini juga untuk memastikan nilai Sv yang
tidak terlalu besar. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan geser (sliding force).
koefisien interaksi geser (sliding interaction factor) yang rendah, dan umumnya kondisi
stabilitas eksternal maupun internal. Adapun penjelasan mengenai analisa eksternal dan
perkuatan tanah secara menyeluruh, seperti analisa ketahanan geser, kapasitas daya
dukung blok perkuatan (pada pembebanan maksimum, pada keadaan momen guling
maksimum), kapasitas daya dukung pondasi, dan analisa sepertiga bagian inti dasar.
γb × ϕb
Eapv αb
2
γw × ϕw δ= φb
3 h
Eagv Eaph
H
W
Eagh
Keterangan gambar:
Beban tambahan yang merupakan beban hidup diasumsikan tidak berada di atas
zona perkuatan, namun ada di belakang zona perkuatan. Koefisien tekanan tanah aktif
cos 2 (φ b + α b )
K ah = 2 .............. (2.38)
sin(φ b + α b ) sin(φ b − β)
cos 2 α b 1 +
cos(δ − α b ) cos(α b + β)
Untuk menghitung koefisien gesek (µ) pada dasar blok perkuatan, maka digunakan
persamaan:
catatan:
Sedangkan untuk menghitung tekanan lateral dan vertikal aktif tanah digunakan rumus
di bawah ini:
ini:
Pperm Pperm
Ptemp Ptemp
β
γb , ϕ b
Eapv αb
2
γw , ϕ w δ= φb
3 h
d Eagv Eaph
H
W
Eagh
S γf , ϕ f
Bagian belakang zona perkuatan
"O" e
x P
L
R : resultan gaya yang diukur dari sepertiga bagian dari dasar blok
perkuatan tanah
P : beban luar vertikal yang bekerja (beban hidup dan tetap) pada
Pada pembebanan maksimum, beban hidup tambahan diasumsikan ada di atas zona
dengan perkuatan dan di belakang zona perkuatan. Dari gaya-gaya tekanan tanah,
h h h h
OTM = E agh + E aph − E agv L + tan α b − E apv L + tan α b
3 2 3 2 ..............(2.45)
L
sedangkan, jarak e = − x ....................................................................................... (2.47)
2
Besarnya beban vertikal yang bekerja di sepertiga dasar blok perkuatan dihitung
menggunakan persamaan:
Maksimum)
Dalam kasus momen guling maksimum, beban tambahan yang merupakan beban
hidup diasumsikan ada di bagian atas zona perkuatan, di garis tengah dari bagian dasar
dan di belakang zona perkuatan seperti dideskripsikan oleh gambar di bawah ini:
Pperm Pperm Pperm
Ptemp Ptemp
Momen guling, eksentrisitas dan tekanan yang bekerja kemudian diperhitungkan dengan
σf = γf × L´ × Nb × xb ................................................................ (2.50)
3
H
xb = rasio kemiringan 1 − b
Vb
σf
Faktor keamanan (FSb) = > 2,0 ......................................... (2.51)
p
Tabel 2.7 Faktor Daya Dukung Nb Berdasarkan DIN 4017 Part 1, Tabel 2, 08.97
ϕ´f Nb
20,0° 2,0
22,5° 3,0
25,0° 4,5
27,5° 7,0
30,0° 10
32,5° 15
35,0° 23
37,5° 34
40,0° 53
42,5° 83
(*Sumber: Tensar, 1998)
Gambar berikut ini adalah gaya-gaya yang diperhitungkan pada tanah dengan
perkuatan saat dilakukan perhitungan pada bidang runtuh yang memotong geogrid,
dimana pada bagian permukaan tanah ada beban luar yang bekerja:
q 2 q 1
Eav
Eah
Hi Wi
Zi
Ri
θi ϕ
´
L
o Eav : tekanan vertikal akibat berat tanah sendiri dan beban luar
o q2 : beban luar tambahan. Jika beban Q2 adalah beban hidup, maka perlu
Jika gaya-gaya tersebut di uraikan, maka arah gayanya adalah seperti gambar di bawah
ini:
Eah
Ri
Eav
θi - ϕ w
q2
Wi Zi
Gaya yang diperlukan menstabilkan kedua baji adalah gaya Zi. Persamaan untuk
Z i = ∑ H i − ∑ Vi tan (φ' − θ i )
........................... (2.52)
Z i = E ah − ( E av + q 2 + Wi ) tan( θ i − φ w )
dimana
1 & 2)
Nilai Zi dari persamaan di atas kemudian dibandingkan dengan gaya perlawanan dari
La3
Hi 3 T3
Zi
2 T2
La2
1
berkontribusi sebagai gaya penahan terhadap tekanan-tekanan tanah dan beban luar yang
bekerja. Dimulai dari geogrid 3, tegangan geogrid dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini:
Tal
T3 =
FSpo
.............................................................................. (2.53)
T3 =
[2 × L a3 × σ v ' × α p tan φ' ]
.............................................. (2.54)
FS po
Tal
sehingga, FSpo = ............................................................. (2.55)
T3
dimana
T3 : tegangan geogrid 3
61
bekerja
(0,8 – 1,0)
menjadi kondisi terkritis, sehingga faktor keamanan internal yang berlaku adalah dari T3.
Analisa elemen hingga memungkinkan pemodelan perilaku tanah yang non linier
dan rumit melalui sebuah model yang memiliki variasi geometri dengan perbedaan
kondisi. Dengan pemodelan ini dapat diprediksi besarnya tegangan, deformasi dan
hingga dan dimaksudkan untuk analisa deformasi dan stabilitas strukur tanah secara 2
dimensi (2D) & 3 dimensi (3D), seperti groundwater and heat flow, dalam dunia
geoteknik aplikasinya seperti penggalian, pondasi, timbunan, dan tunel (Plaxis, 2012).
melewati banyak pengujian dan validasi, tidak dapat menjamin bahwa program Plaxis
bebas dari kesalahan. Selain itu, simulasi masalah geoteknik dengan menggunakan
metode elemen hingga secara implisit melibatkan kesalahan numerik dan pemodelan
yang salah. Keakuratan terhadap realita sangat bergantung pada keahlian dari pengguna
tanah, dan kemampuan dalam menilai hasil perhitungan. Oleh karena itu pengguna harus
(Plaxis, 2012).
mereduksi sudut geser tanah (ϕ´) dan kohesi (c´) hingga terjadi keruntuhan seperti
tan ϕ´
1
Direduksi bertahap
tan ϕ´reduksi
1
σ´
σ'
Gambar 2.33 Konsep Pereduksian ϕ´
Oleh karena itu, faktor keamanannya didapat menggunakan persamaan di bawah ini:
Sedangkan untuk mengasumsikan angka poisson, dapat menggunakan tabel berikut ini:
Tabel 2.9 Jenis Tanah dan Angka Poissonnya
Jenis Tanah µ
Lempung, jenuh 0,4 - 0,5
Lempung, tidak jenuh 0,1 - 0,3
Lempung berpasir 0,2 - 0,3
Lanau 0,3 - 0,35
Pasir, pasir berkerikil -0,1 - 1
nilai umum 0,3 - 0,4
0,1 - 0,4
Batu
(tergantung jenis batu)
Loess 0,1 - 0,3
Es 0,36
Beton 0,15
Baja 0,33
(*Sumber: Joseph E. Bowles, 1997)
µ Jenis Lempung
0,4 - 0,5 Lempung murni
0,45 - 0,50 Lempung jenuh air
0,3 - 0,4 kohesi rendah - sedang dan padat
0,2 - 0,35 kohesi rendah - lepas hingga padat
(*Sumber: Joseph E. Bowles, 1997)