Anda di halaman 1dari 25

Pondasi Dangkal

1. Pondasi telapak (spread footing),

2. Pondasi memanjang atau pondasi kontinyu (continous footing),

3. Pondasi rakit (raft foundation atau mat foundation)

Pondasi Dalam

1. Pondasi tiang pancang

2. Pondasi tiang bor

 Penurunan Pondasi (Settlement)

Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi
yang tetap. Jika seluruh permukaan di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam dan penurunan terjadi tidak
berlebihan, maka turunnya bangunan akan tidak nampak oleh pandangan mata dan penurunan yang terjadi tdak menyebabkan
kerusakan bangunan.
 DISTRIBUSI TEGANGAN DI DALAM TANAH

Analisis tegangan di dalam tanah didasarkan pada anggapan bahwa tanah bersifat elastis, homogen, isotropis, dan terdapat
hubungan linier antara tegangan dan regangan.

1. Beban titik

Boussinesq (1885) memberikan persamaan penyebaran beban akibat pengaruh beban titik di permukaan.

( )
5/2
3Q 1
∆ σz= 2 2
2 π z 1+ ( r / z )
dengan:

Δσz : tambahan tegangan vertikal (kN/m2)

z : kedalaman titik yang ditinjau (m)

r : jarak horizontal titik di dalam tanah terhadap garis kerja beban (m)

gambar :

Jika faktor pengaruh untuk beban titik didefinisikan sebagai berikut :

( )
5 /2
3 1
I=
2 π 1+ ( r / z )2

Maka persamaan akan menjadi :

Q
∆ σz= 2
I
z
Gambar :
2. Beban terbagi rata (persegi panjang)

Untuk pembebanan seperti ini, digunakan persamaan :

∆ σ z =qI
Dimana :

( )
2 2 1/ 2 2 2 2 2 1 /2
1 2mn (m +n +1) (m +n +2) −1 2 mn(m + n + 1)
I= × + tan
4 π m 2 +n2 +1+m 2 n2 (m 2 +n2 +1) 2 2
m +n +1−m n
2 2

Dengan:

q : tekanan sentuh atau tekanan pondasi ke tanah

B
m=
z
L
n=
z
Gambar :
 HITUNGAN PENURUNAN

Penurunan (settlement) pondasi yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu:
penurunan-segera (immediate settlement), penurunan konsolidasi primer, dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan
total adalah jumlah dari ketiga komponen penurunan tersebut, atau bila dinyatakan dalam persamaan:

S=S i+ S c + S s  
Dengan:

S : penurunan total

Si : penurunan segera

Sc : penurunan konsolidasi primer

Ss : penurunan konsolidasi sekunder

Gambar :

 Penurunan Segera (Immidiate settlement)

Penurunan-segera atau penurunan elastis adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan
terjadi pada volume konstan.
1. Tanah homogen dengan tebal tak terhingga

Persamaan penurunan-segera atau penurunan elastis dari pondasi yang terletak di permukaan tanah yang homogen, elastis,
isotropis, pada media semi tak terhingga, dinyatakan oleh:

qB 2
Si= (1−μ ) I p
E
Dengan:

Si : penurunan-segera (m)

q : tekanan pada dasar pondasi (kN/m2)

B : lebar pondasi (m)

E : modulus elastis (kN/m2)

μ : rasio Poisson

Ip : faktor pengaruh

Nilai faktor pengaruh bergantung pada lokasi titik yang ditinjau di mana penurunan akan dihitung, bentuk dan kekakuan
pondasi. Untuk pondasi fleksibel, Terzaghi (1943) menyarankan nilai I p untuk menghitung penurunan pada sudut luasan empat
persegi panjang sebagai berikut :

[ [ 1+ √( L/B) +1
] [ ]]
2
1 L L
+ ln + √ ( L/B ) +1
2
I p= ln
π B L/ B B
Dengan:

L, B : panjang dan lebar pondasi

2. Lapisan tanah pendukung pondasi dibatasi lapisan keras

Jika tebal lapisan terbatas (H), dan lapisan yang mendasari lapisan tersebut berupa lapisan keras tak terhingga, maka
penurunan-segera pada sudut luasan beban terbagi rata empat persegi panjang fleksibel yang terletak di permukaan, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan yang diusulkan Steinbrenner (1934):

qB
Si= I
E p
Dengan:

Ip : (1 – μ2) F1 + (1 – μ - 2 μ2) F2

Penurunan di sembarang titik:

q
Si = (I B +I B +I B +I B )
E p1 1 p2 2 p3 3 p 4 4
Dengan:

Si : penurunan segera rata-rata untuk pondasi di permukaan

μ : faktor koresi untuk lapisan tanah tebal terbatas

F1, F2 : koefisien-koefisien yang diusulkan oleh Steinbrenner

B : lebar pondasi
q : tekanan pondasi neto

E : modulus elastis tanah

 Penurunan Konsolidasi

Penurunan konsolidasi terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap penurunan konsolidasi primer dan tahap penurunan konsolidasi
sekunder. Penurunan konsolidasi merupakan fungsi dari waktu. Penurunan konsolidasi sekunder, adalah penurunan yang
tergantung dari waktu juga, namun berlangsung pada waktu setelah konsolidasi primer selesai, dimana tegangan efektif akibat
bebannya telah konstan.

1. Penurunan konsolidasi primer

Pengurangan volume air di dalam rongga pori, menyebabkan pengurangan volume tanah. Karena permeabilitas lempung
rendah, perubahan volume tersebut berlangsung lama dan merupakan fungsi dari waktu. Tanah yang sedang mengalami proses
demikian disebut sedang berkonsolidasi, dan perubahan volume dalam arah vertikalnya disebut penurunan konsolidasi primer.

∆e e 1−e 0
Sc = H= H
1+e 0 1+ e0
Dengan:

Δe : perubahan angka pori akibat pembebanan

e0 : angka pori awal

e1 : angka pori saat berakhirnya konsolidasi

H : tebal lapisan tanah yang ditinjau

Jika penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan indeks pemampatan (C c) dan indeks pemampatan kembali (C r), maka Cc dan Cr
diperoleh dari grafik e – log p’.

e1−e2
C c= ;( pada bagian linier kurva pembebanan)
log ( p2 ' / p 1 ' )
dan

e 4−e 3
C c= ;( pada kurva pelepasan beban)
log ( p3 ' / p4 ' )
 

Untuk lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated), yaitu jika, P0’ = Pc’, perubahan angka pori (Δe) akibat konsolidasi
dinyatakan oleh:

P0 '+ ∆ p
∆ e=Cc log
P0 '
Terzaghi dan Peck (1967)

C c =0,009(¿−10)
2. Penurunan konsolidasi sekunder

Penurunan konsolidasi sekunder terjadi pada tegangan efektif konstan, yaitu setelah penurunan konsolidasi primer berhenti.
Besar penurunanya merupakan fungsi waktu (t) dan kemiringan kurva indeks pemampatan sekunder (C α). Kemiringan Cα
dinyatakan dalam persamaan:
∆e
  C α=
log (t 2 /t 1)
Penurunan konsolidsi sekunder, dihitung dengan persamaan:

Cα t2
Ss = H log
1+ e p t1
Atau

t2
Ss =C αε H log
t1
3. Kecepatan penurunan konsolidasi
2
T v Ht
t=
Cv
Dengan:

Tv : faktor waktu

Ht : panjang lintasan drainase (Ht = H/2, untuk drainase dobel dan Ht = H, untuk drainase tunggal) (m)

H : tebal lapisan lempung yang mampat (m)

Cv : koefisien konsolidasi pada interval tekanan tertentu (m 2/det)

Menentukan nilai Cv :

Metoda Casagrande dan Fadum digunakan untuk menghitung nilai C v sehubungan dengan derajat konsolidasi U = 50%. Pada
derajat konsolidasi tersebut Tv = 0,197. Untuk ini, Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,197 H t
C v=
t 50
Metode Taylor digunakan untuk menghitung C v pada kedudukan derajat konsolidasi U = 90%. Pada kedudukan ini, T v = 0,848.
Nilai Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,848 H t
C v=
t 90
Casagrande (1938) dan Taylor (19480 mengusulkan hubungan Tv dengan U rata-rata, sebagai berikut:

Untuk U < 60%:


2
T v =(π / 4) U
Untuk U > 60%:

T v =−0,933 log ( 1−U )−0,085


atau

T v =1,781−0,933 log ( 100−U % )


Penurunan total pada sembarang waktu t, dinyatakan oleh persamaan:

S=S i+ U S c
Dengan:

S : penurunan total saat t tertentu (m)

Si : penurunan segera (m)

U : St/Sc : derajat penurunan konsolidasi

St : penurunan konsolidasi saat waktu tertentu (m)

Sc : penurunan konsolidasi primer total (m)

 Penurunan segera berdasarkan hasil pengujian lapangan

1. Penurunan segera dari hasil uji beban pelat

Terzaghi dan Peck (1967) menyarankan persamaan penurunan pondasi dengan intensitas beban q dan lebar B yang terletak
pada pasir, sebagai berikut:

S B= ( )
2B 2
B+b
× Sb

Dengan:

SB : penurunan pondasi (m)

Sb : penurunan pada uji beban pelat (m)

b : lebar pelat uji (m)

2. Penurunan segera dari hasil uji SPT

Meyerhof (1965)

4q
Si=
N

Si =
N B+1( )
6q B 2
; untuk B > 1,2 m

Dengan:

q : intensitas beban dalam k/ft2 (1 k/ft2 = 48,07 kN/m2)

B : lebar pondasi dalam ft (1 ft = 30,58 cm)

Si : penurunan dalam inci (1 in. = 2,54 cm)

N : jumlah pukulan dalam uji SPT

Bowles (1977)

2,5 q n
Si= ; untuk B ≤ 1,2 m
N
( )
4 qn B 2
Si = ; untuk B > 1,2 m
N B+ 1
 

Dengan:

B : lebar pondasi (ft)

qn : tekanan pondasi neto (k/ft2)

Si : penurunan segera (in.)

Meyerhof (1974) mengusulkan hubungan empiris untuk penurunan pada pondasi dangkal sebagai berikut:

q √B
Si = → untuk pasir dan kerikil
2N
q √B
Si = → untuk pasir berlanau
N
Dengan:

Si : penurunan (in.)

q : intensitas beban yang diterapkan (t/ft2)(1 t/ft2 ≈ 1 kg/cm2)

B : lebar pondasi dalam (in.)

3. Penurunan segera dari hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir)

Penurunan pondasi pada tanah granuler dapat dihitung dari hasil uji kerucut stattis. De Beer dan Marten mengusulkan
persamaan angka kompresi (C) yang dikaitkan dengan persamaan Buismann, sebagai berikut:

1,5 qc
C=  
P0 '
Dimana :

C :  angka   pemampatan  ( angka   kompresibilitas )


q c : tahanan   kerucut  statis aau   tahanan   konus   sondir
P 0 : tekanan  overburden  efektif rata-rata atau tegangan efektif di tengah-tengah lapisan yang ditinjau
Persamaan Terzaghi untuk penurunan pada lapisan tanah yang ditinjau, yaitu:

H P0 '+∆ p
Si = ln
C P0'
Dengan:

Si : penurunan akhir (m) dari lapisan setebal H (m)

P0’ : tekanan overburden efektif rata-rata, atau tegangan efektif sebelum penerapan beban, di tengah-tengah lapisan (kN/m 2)

Δp : Δσz : tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan yang ditinjau terhadap tekanan pondasi neto (kN/m 2)
Schmertmann et al. (1978), menyarankan cara untuk menghitung penurunan pondasi pada tanah granuler.
2B
Iz
Si=C 1 C 2 qn ∑ ∆z
0 E
Dengan:

C1 : faktor koreksi kedalaman

C2 : faktor rangkak (creep)

qn : tekanan pondasi neto (kN/m2)

B : lebar pondasi (m)

Iz : faktor pengaruh regangan lateral

E : modulus elastis tanah (kN/m2)

Δz : ketebalan lapisan (m)

 Pondasi Dalam (Deep Foundation)

Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah keras terletak sangat dalam. Pondasi tiang juga
digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi
yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin dan bangunan lainnya yang dipengaruhi oleh gaya
gelombang dan benturan.

 PONDASI TIANG

Pondasi Tiang digunakan untuk beberapa maksud :

1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak ke lapisan pendukung yang lebih kuat

2. Untuk menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring

3. Untuk memadatkan tanah pasir sehingga daya dukunya bertambah

4. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah digerus air

5. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatis atau momen
guling

6. Untuk menahan longsoran

7. Untuk mengurangi penurunan struktur

8. Sebagai barisan tiang (soldier piles) untuk keperluan tertentu

 Klasifikasi Pondasi Tiang

Berdasarkan metode instalasinya, pondasi tiang dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Tiang Pancang, Pondasi tiang pancang merupakan pondasi tiang yang dibuat terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
tanah hingga mencapati kedalaman tertentu. Metode yang paling umum untuk memasukkan tiang ke dalam tanah adalah
dengan memukul kepala tiang berulang-kali dengan sebuah palu khusus yang disebut sebagai pemancang tiang. Namun
demikian istilah “pemancangan” tidak hanya terbatas pada pemukulan tiang dengan palu saja, tetapi juga meliputi metode
penggetaran tiang dan penekanan tiang secara hidrolis. Pondasi tiang yang dipancang umumnya menyebabkan desakan dalam
tanah sehingga mencapai tegangan kontak antara selimut tiang dengan tanah yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
tiang bor.

2. Tiang bor, Pondasi tiang bor dikonstruksikan dengan cara membuat sebuah lubang bor dengan diameter tertentu hingga
kedalaman yang diinginkan. Umumnya tulangan yang telah dirangkai kemudian dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan
diikuti dengan pengisian material beton ke dalam lubang bor tersebut.

3. Pondasi Kaison,

 Pondasi Tiang

Pertimbangan pemilihan pondasi tiang:

1. Pemilihan jenis pondasi tiang harus didasarkan kepada kondisi pelapisan tanah setempat, sifat dan tingkan
kepentingan struktur, pola dan besarnuya beban serta kelayakan teknis maupun ekonominya.

2. Pemilihan akhir harus didasarkan pada evaluasi dari kelayakan teknis dan perbandingan biaya untuk laternatif yang
potensial dengan memperhitungnan faktor keamanan (safety factor), kehandalan (reliability), kemudahan konstruksi
(constructability) dan ketahannya di dalam tanah

Pertimbangan beban kerja :

1. Beban biasa, Beban biasa adalah kondisi pembebanan yang tergantung pada fungsi primer dari bangunan dan dapat
diperkirakan dengan cukup akurat. Sifat beban ini umumnya berjangka panjang dan konstan atau berulang (seperti
halnya beban lalu lintas)

2. Beban tidak biasa, Yang termasuk dalam beban tidak biasa adalah beban-beban pada saat konstruksi, operasional
dan pemeliharaan yang sifatnya berjangka pendek dan tidak berlangsung selama umur bangunan

3. Beban luar biasa, Beban luar biasa (ekstrim) mengacu pada beban-beban yang besar tetapi dengan probabilitas
kejadian yang relatif rendah. Beberapa kejadian yang termasuk beban luar biasa adalah beban impak akibat tabrakan,
ledakan, serta bencana alam seperti misalnya gempa bumi dan angin topan

Persyaratan pondasi tiang:

1. Beban yang diterima oleh pondasi tidak boleh mengakibatkan tegangan yang melebihi daya dukung tanah maupun
kekuatan bahan tiang untuk menjamin keamanan pondasi tiang tersebut

2. Deformasi yang terjadi pada pondasi tiang, baik deformasi aksial maupun lateral, tidak boleh melebihi deformasi
maksimum yang disyaratkan sehingga tidak mengakibatkan kerusakan struktur

3. Pengendalian atau pencegahan efek dari metode konstuksi pondasi seperti misalnya getaran saat pemancangan,
galian atau pekerjaan pondasi yang lain untuk membatasi pergerakan bangunan atau struktur lain disekitarnya.

Prosedur Perencanaan pondasi tiang:

1. Menentukan profil dan karakteristik teknis tanah , Penentuan stratifikasi atau pelapisan tanah, penggambaran profil
kadar air dan batas-batas Atterberg, menentukan kuat geser tak terdrainase (undrained) dari uji triaksial UU atau uji
geser baling (vane shear test), dan menggambarkan hasil uji lapangan (in-situ test)

2. Penentuan kedalaman pondasi, Tentukan lapisan pendukung yang baik dan dapat memikul beban berdasarkan profil
tanah di lapangan. Bila terdapat lapisan yang kompresibel dibawahnya, pondasi dapat diperdalam atau perkiraan
penurunan perlu dilakukan. Bila lapisan tanah keras tidak didapatkan hingga kedalaman tertentu, tiang dapat
direncanakan sebagai tiang gesekan
3. Penentuan jenis dan dimensi pondasi tiang , Jenis dan dimensi pondasi tiang, baik tiang pancang atau tiang bor atau
pondasi khusus berdasarkan pertimbangan beberapa faktor : daya dukung tanah aksial dan lateral; kapasitas
penampang terhadap tekan, tarik dan lentu;, ketersediaan peralatan; pengalaman konstruksi; pertimbangan
lingkungan; biaya (ekonomi)

4. Perencanaan pondasi tiang, Prosedur perencanaan pondasi tiang mengikuti cara umum, yaitu penentuan daya
dukung ujung tiang, daya dukung gesekan selimut dan daya dukung lateral

5. Pengaruh konstruksi pada bangunan di sekitar proyek , Pengaruh penggalian untuk pile cap maupun besmen
terhadap kestabilan lereng di sekitar proyek maupun pengaruh vibrasi akibat pemancangan harus ikut
diperhitungkan. Perubahan muka air tanah akibat adanya pemompaan air atau dewatering juga perlu dianisipasi
pengaruhnya terhadap bangunan di sekitar proyek

 Kategori Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 kategori :

1. Tiang dengan perpindahan besar, yaitu Tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam
tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar. Contohnya : tiang kayu, tiang beton pejal, tiang
beton prategang (pejal atau berlubang).

2. Tiang dengan perpindahan kecil, yaitu Tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam
tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relatif kecil. Contohnya : tiang beton berlubang dengan ujung
terbuka, tiang baja profil H, tiang baja bulat ujung terbuka dsb.

3. Tiang tanpa perpindahan, terdiri dari tiang yang dipasang ke dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor
tanah seperti tiang bor.

 Klasifikasi Pondasi Tiang Pancang

Berdasarkan jenis material/bahan :

1. Tiang kayu, tiang berbahan kayu yang umumnya berukuran diameter 8 – 25 cm dan panjang 4 m dan dapat memikul
beban maksimum 30 ton. Tiang kayu lebih murah dan mudah penanganannya dan pada kondisi tertentu dapat
bertahan lama. Kelemahan pondasi ini adalah dapat mengalami pembusukan atau dimakan rayap, sehingga
dibutuhkan perlakuan khusus terhadap lapisan permukaannya dan pada saat pemasangannya (tergantung jenis
tanah).

2. Tiang beton pracetak, tiang dari beton yang dicetak, di curring dan disimpan disuatu tempat (pabrik) dengan kualitas
mutu yang terjamin sesuai kebutuhan. Dibuat dengan ukuran dan bentuk penampang yang bermacam-macam namun
umumnya berbentuk lingkaran, bujursangkar, segitiga dan oktagonal.

Gambar :
 Klasifikasi Pondasi Tiang

Keuntungan :

1. Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan

2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah

3. Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam

4. Pemancangan tiang dapat meningkatkan kepadatan tanah granuler

Kerugian :

1. Terjadi pengembungan permukaan tanah

2. Kepala tiang kadang-kadang pecah akibat pemancangan

3. Proses pemancangan akan sulit jika diameter tiang terlalu besar

4. Pemancangan menimbulkan getaran dan polusi suara yang dapat menimbulkan kerusakan bangunan di sekitar

Nilai-nilai tipikal beban ijin tiang beton pracetak :

Diameter Tiang Beban Maks.


(cm) (kN)

30 300 - 700

35 350 – 850

40 450 – 1200

45 500 – 1400

50 700 – 1750

60 800 – 2500

 Berdasarkan jenis material/bahan :


3. Tiang beton cetak di tempat, terdiri dari 2 tipe yaitu :

○ Tiang berselubung pipa, pada tiang ini pipa dipancang lebih dulu ke dalam tanah kemudian kedalam lubang tersebut
dimasukan adukan beton yang pada akhirnya pipa tersebut tetap berada dalam tanah.

○ Tiang tanpa selubung pipa, pada tiang ini pipa baja yang berlubang dipancang lebih dulu ke dalam tanah kemudian
kedalam lubang tersebut dimasukan adukan beton dan pipa ditarik keluar ketika atau sesudah pengecoran. Termasuk
di dalamnya adalah tiang Franki atau Franki Pile.

Keuntungan :

1. Tiang dapat dipancang dengan ujung tertutup sehingga tidak terpengaruh oleh air tanah

2. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan kondisi tanah

3. Dapat dilakukan pembesaran ujung tiang sehingga menambah kapasitas dukung tiang

Kerugian :

1. Gangguan tanah dapat menimbulkan terjadinya rekonsolidasi dan gaya gesek negatif dinding tiang yang akan
menurunkan kapasitas dukung

2. Mutu beton tidak dapat diketahui setelah selesai pelaksanaan terutama saat pencabutan pipa

3. Tiang dengan diameter besar tidak bisa dipancang

4. Kerusakan akibat pemancangan terhadap bangunan sekitarnya

Gambar tiang franki :

Berdasarkan jenis material/bahan :

4. Tiang baja profil, tiang ini termasuk jenis tiang pancang dengan bahan dasar baja profil. Pondasi ini umumnya
berbentuk pipa, empat persegi panjang, segi enam dan profil H. Sifatnya yang ringan dan kuat menjadikannya mampu
menahan beban yang berat, mampu menudukung pukulan yang besar dan penyambungan tiang dapat dilakukan
dengan mudah yaitu dengan las.
5. Tiang Komposit, marupakan modifikasi atau penggunaan lebih dari 2 material yang berbeda tiang untuk keperluan
tertentu misalnya baja dengan beton, baja dengan kayu atau beton dengan kayu. Hal utama yang harus diperhatikan
adalah sambungan antara kedua jenis material tersebut.

Gambar :

 Pemancangan Tiang

Secara umum, pemancangan tiang akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi titik di mana tiang akan dipancang

2. Pengangkatan tiang

3. Pemeriksaan kelurusan tiang

4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik

Jenis-jenis hammer yang umumnya digunakan :

1. Drop Hammer

2. Diesel Hammer

3. Vibratory Hammer

 Klasifikasi Pondasi Tiang Pancang

Ditinjau dari cara mendukung beban :

1. Tiang dukung ujung (end bearing pile), adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang.
Pada umumnya, tiang dukung ujung ini berada pada zona tanah-tanah lunak yang didasari oleh tanah keras yang tidak
menimbulkan penurunan berlebihan. Kapasitas dukung sepenuhnya ditentukan oleh tahanan dukung tanah keras di
ujung tiang.

2. Tiang gesek (friction pile), adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek dinding
tiang dengan tanah di sekelilingnya. Perhitungan kapasitas dukungnya juga memperhatikan pengaruh konsolidasi
yang terjadi.

 Istilah-istilah dalam pemancangan tiang

Pengaruh waktu pada kapasitas dukung tiang :


1. Soil setup, ketika tiang dipancang pada tanah kohesif yang jenuh, maka tekanan air pori akan meningkat sebagai
akibat geseran dan perubahan bentuk tanah. Bila diameter tiang semakin besar maka kenaikan tekanan air pori juga
akan semakin besar. Tekanan air pori ini mengurangi tegangan efektif yang bekerja pada tiang sehingga mengurangi
kuat geser tanah yang berakibat menurunnya kapasitas dukung tiang selama pemancangan. Setelah tiang dipancang,
tekanan air pori akan berkurang melalui aliran radial dengan arah menjauhi tiang. Berkurangnya tekanan air pori ini,
tanah mengalami proses rekonsolidasi (butiran tanah merapat atau memadat) sehingga kuat geser bertambah.
Kenaikan kuat geser ini akan menaikkan kapasitas dukung yang disebut dengan fenomena soil setup.

2. Relaksasi, kapasitas dukung tiang pancang juga bisa berkurang setelah proses pemancangan tiang yang disebut
dengan relaksasi. Fenomena ini terjadi bila tiang dipancang pada tanah berbutir halus padat yang jenuh air.

 Pondasi Tiang Bor

Pondasi tiang bor mempunyai karakteristik khusus karena cara pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan perbedaan
perilakunya di bawah pembebanan dibandingkan dengan tiang pancang. Hal-hal yang mengakibatkan perbedaan tersebut
diantaranya adalah:

1. Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang por dan mengisinya dengan material beton, sedangkan tiang pancang
dimasukkan ke tanah dengan mendesak tanah disekitarnya (displacement pile)

2. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing di bawah tanah

3. Kadang-kadang digunakan casing untuk menjaga stabilitas dinding lubang cor dan dapat pula casing tersebut tidak
dicabut karena kesulitan di lapangan

4. Kadang-kadang digunakan slurry untuk menjaga stabilitas lubang bor yang dapat membentuk lapisan lumpur pada
dinding galian serta mempengaruhi mekanisme gesekan tiang dengan tanah

5. Cara penggalian lubang bor disesuaikan dengan kondisi tanah

Gambar :

 Keuntungan & Kerugian Pondasi tiang bor

Keuntungan :

1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran

2. Kolom dapat secara langsung dipasang di puncak tiang bor

3. Kedalaman tiang dapat divariasikan

4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokan dengan data laboratorium

5. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan

6. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar

7. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah


8. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile cap)

Kerugian:

1. Pengecoran tiang bor dipengaruhi oleh kondisi cuaca

2. Pengecoran beton agak sulit karena pengaruh muka air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik

3. Mutu beton bila tidak seragam di sepanjang tiang bor akan mengurangi kapasitas dukung tiang

4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau kerikil

5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah

6. Kondisi tanah di kaki tiang seringkali rusak oleh proses pemboran

 Metode pelaksanaan Pondasi tiang bor

Langkah-langkah pelaksanaan tiang bor pada tanah yang tidak mudah longsor :

1. Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki

2. Dasar lubang bor dibersihkan

3. Tulangan yang telah dirakit kemudian dimasukkan ke dalam lubang bor

4. Lubang bor diisi dengan campuran beton (di-cor)

Metode konstruksi pada tiang bor :

1. Metode kering, Cara ini sesuai untuk jenis tanah kohesif dan pada tanah dengan elevasi muka air tanah yang berada
di bawah dasar lubang bor, atau jika pemeabilitas tanah sangat kecil sehingga pengecoran beton dapat dilakukan
sebelum air tanah masuk ke dalam lubang bor

Kerugian:

2. Metode Basah, Metode ini diperlukan untuk kondisi yang sama halnya dengan kondisi yang membutuhkan casing.
Perlu dicatat disini bahwa tinggi slurry dalam lubang bor harus mencukupi untuk memberikan tekanan yang lebih
tinggi dari tekanan air di sekitar lubang bor. Bentonite adalah bahan yang umum digunakan sebagai slurry dengan
mencampurkannya dengan air

3. Metode casing, Casing diperlukan jika reruntuhan tanah (caving) atau deformasi lateral yang berlebihan dalam
lubang bor dapat terjadi. Perlu dicatat bahwa slurry perlu dipertahankan sebelum casing masuk, dan untuk kondisi
tertentu casing harus dimasukkan dengan menggunakan alat penggetar (vibrator)

 Metode pelaksanaan Pondasi tiang bor


 Kapasitas Dukung Pondasi Tiang Pancang

Kapasitas dukung ultimit neto tiang (Qu) :

Qu=Q p +Q s−W p
Dimana:

Qu : daya dukung ultimit tiang

Qp : daya dukung ujung tiang (ultimit)

Qs : daya dukung selimut tiang (ultimit)

Wp : berat sendiri tiang

Qu
Q a=
FK
atau

Qp Qs
Q a= +
FK ujung FK selimut
Dimana :

FK : Faktor keamanan

Kapasitas dukung tiang pancang dapat dihitung dengan 2 cara :

1. Cara statik

2. Cara Dinamik

 Kapasitas Dukung Pondasi Tiang Pancang cara statik

Tanah Pasir

Daya Dukung Ujung Tiang :

𝑄_𝑝1=𝐴_𝑝∙𝑞_𝑝=𝐴_𝑝∙𝑞^′∙〖𝑁_𝑞〗^∗  

Dengan:

Qp : daya dukung ultimit ujung tiang (ton)

qp : q’ ∙ Nq* [daya dukung per satuan luas (ton/m2)]

Ap : luas penampang ujung tiang (m2)


q‘ : tegangan vertikal efektif (ton/m2)

Nq* : faktor daya dukung ujung

Nilai qp tidak dapat melebihi daya dukung batas q1 karena itu daya dukung ujung tiang maksimum perlu ditentukan sebagai
berikut:

Q p 2= A p ∙ q1 =A p ∙ ( 5 ∙ N q∗∙ tan ϕ )
Dengan :

𝜙 : sudut geser dalam

Tanah Pasir

Daya Dukung Selimut Tiang :

Qs =∑ ( A s ∙ f s ) 
f s=K ∙ σ ' v ∙ tan δ  
Dimana:

K : konstanta

σ'v : tegangan vertikal efektif tanah, yang dianggap konstan setelah mencapai kedalaman lebih dari 15 ∙D

fs : gesekan selimut satuan (ton/m2)


Untuk tiang pancang, nilai K dapat ditentukan sebagai berikut:

K = K0 (batas bawah)

K = 1.8 ∙ K0 (batas atas) 

Dimana:

K0 : 1 – sin ϕ (koefisien tekanan tanah lateral pada kondisi at rest)

ϕ : sudut geser dalam (° )

- Nilai K dan δ (Tomlinson, 1986) - Nilai tipikal K0 (Bowles, 1996)

Material δ Nilai K Pasir K0


tiang
Dr Dr Longgar 0,5
rendah Tinggi
Metode Poulos dan Davis
(1967) Sedang 0,45
Baja 20° 0,5 1,0
Daya Dukung ujung :
Padat 0,35
Beton 3 1,0 2,0
ϕ Q b= A b ∙ f b
4
dengan
Kayu 2 1,5 4,0
3 f b= pb ' ∙ N q
ϕ
Daya Dukung Selimut Tiang :

Qs =A s ∙ f s
dengan

f s=K d . p0 ' ∙ tan δ


ϕ‘ = 28° + 15.Dr
 Metode U.S. Army Corps

Daya Dukung ujung :

Qb= A b ∙ f b
dengan

f b= pb ' ∙ N q
Daya Dukung Selimut Tiang :

Qs =A s ∙ f s
dengan

f s=K d . p0 ' ∙ tan δ


ϕ‘ = 28° + 15.Dr

 Nilai δ (U.S. Army Corps)

Bahan Tiang δ
Baja 0,67ϕ‘ – 0,83ϕ‘

Beton 0,90ϕ‘ – 1,00ϕ‘

Kayu 0,80ϕ‘ – 1,00ϕ‘

Tabel di atas hanya berlaku untuk tiang pancang

 Nilai Kd dan Kt (U.S. Army Corps)

Tanah Kd (tiang tekan) Kt (tiang tarik)

Pasir 1,0 – 2,0 0,5 – 0,7

Lanau 1,0 0,5 – 0,7

Lempung 1,0 0,7 – 1,0

 Metode Kulhawy (1983)

Tahanan ujung ultimit :


Q b= A b ∙ f b
dengan
'
f b=d . γ . N γ∗+ p b ∙ N q∗¿
Dimana :

d : diamater/lebar tiang (m)

γ : berat volume tanah (kN/m3)

N γ∗¿ dan N q∗¿ : faktor kapasitas dukung


Tahanan gesek ultimit :

Qs =A s ∙ f s
dengan

' Kd δ
f s=K 0 . p0 .( )( )
K 0 φ'

Nilai
( )
Kd
K0
δ
dan ( ' ) dapat dilihat pada tabel berikut
φ

Faktor kapasitas dukung N γ∗¿ :


Fsaktor kapasitas dukung N q∗¿ :
2. Tanah Lempung

Daya Dukung Ujung Tiang :

Q p= A p ∙ q p= A p ∙ ¿
Dimana:

Qp : daya dukung ultimit ujung tiang (ton)

Ap : luas penampang ujung tiang (m2)

Nc* : faktor daya dukung ujung

cu : kohesi tak terdrainase (ton/m2)

Daya dukung selimut tiang :

 Metode λ (Vijayvergiya & Focht, 1972)

Qs =A s ∙ f s
dengan

f s= λ(P0’ + 2Cu)
atau
'
f s ave =λ ∙( σ v ave +2 ∙ c u ave )
Koefisien λ

Dimana:
λ : konstanta

Anda mungkin juga menyukai