Pondasi Dalam
Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi
yang tetap. Jika seluruh permukaan di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam dan penurunan terjadi tidak
berlebihan, maka turunnya bangunan akan tidak nampak oleh pandangan mata dan penurunan yang terjadi tdak menyebabkan
kerusakan bangunan.
DISTRIBUSI TEGANGAN DI DALAM TANAH
Analisis tegangan di dalam tanah didasarkan pada anggapan bahwa tanah bersifat elastis, homogen, isotropis, dan terdapat
hubungan linier antara tegangan dan regangan.
1. Beban titik
Boussinesq (1885) memberikan persamaan penyebaran beban akibat pengaruh beban titik di permukaan.
( )
5/2
3Q 1
∆ σz= 2 2
2 π z 1+ ( r / z )
dengan:
r : jarak horizontal titik di dalam tanah terhadap garis kerja beban (m)
gambar :
( )
5 /2
3 1
I=
2 π 1+ ( r / z )2
Q
∆ σz= 2
I
z
Gambar :
2. Beban terbagi rata (persegi panjang)
∆ σ z =qI
Dimana :
( )
2 2 1/ 2 2 2 2 2 1 /2
1 2mn (m +n +1) (m +n +2) −1 2 mn(m + n + 1)
I= × + tan
4 π m 2 +n2 +1+m 2 n2 (m 2 +n2 +1) 2 2
m +n +1−m n
2 2
Dengan:
B
m=
z
L
n=
z
Gambar :
HITUNGAN PENURUNAN
Penurunan (settlement) pondasi yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu:
penurunan-segera (immediate settlement), penurunan konsolidasi primer, dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan
total adalah jumlah dari ketiga komponen penurunan tersebut, atau bila dinyatakan dalam persamaan:
S=S i+ S c + S s
Dengan:
S : penurunan total
Si : penurunan segera
Gambar :
Penurunan-segera atau penurunan elastis adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan
terjadi pada volume konstan.
1. Tanah homogen dengan tebal tak terhingga
Persamaan penurunan-segera atau penurunan elastis dari pondasi yang terletak di permukaan tanah yang homogen, elastis,
isotropis, pada media semi tak terhingga, dinyatakan oleh:
qB 2
Si= (1−μ ) I p
E
Dengan:
Si : penurunan-segera (m)
μ : rasio Poisson
Ip : faktor pengaruh
Nilai faktor pengaruh bergantung pada lokasi titik yang ditinjau di mana penurunan akan dihitung, bentuk dan kekakuan
pondasi. Untuk pondasi fleksibel, Terzaghi (1943) menyarankan nilai I p untuk menghitung penurunan pada sudut luasan empat
persegi panjang sebagai berikut :
[ [ 1+ √( L/B) +1
] [ ]]
2
1 L L
+ ln + √ ( L/B ) +1
2
I p= ln
π B L/ B B
Dengan:
Jika tebal lapisan terbatas (H), dan lapisan yang mendasari lapisan tersebut berupa lapisan keras tak terhingga, maka
penurunan-segera pada sudut luasan beban terbagi rata empat persegi panjang fleksibel yang terletak di permukaan, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan yang diusulkan Steinbrenner (1934):
qB
Si= I
E p
Dengan:
Ip : (1 – μ2) F1 + (1 – μ - 2 μ2) F2
q
Si = (I B +I B +I B +I B )
E p1 1 p2 2 p3 3 p 4 4
Dengan:
B : lebar pondasi
q : tekanan pondasi neto
Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap penurunan konsolidasi primer dan tahap penurunan konsolidasi
sekunder. Penurunan konsolidasi merupakan fungsi dari waktu. Penurunan konsolidasi sekunder, adalah penurunan yang
tergantung dari waktu juga, namun berlangsung pada waktu setelah konsolidasi primer selesai, dimana tegangan efektif akibat
bebannya telah konstan.
Pengurangan volume air di dalam rongga pori, menyebabkan pengurangan volume tanah. Karena permeabilitas lempung
rendah, perubahan volume tersebut berlangsung lama dan merupakan fungsi dari waktu. Tanah yang sedang mengalami proses
demikian disebut sedang berkonsolidasi, dan perubahan volume dalam arah vertikalnya disebut penurunan konsolidasi primer.
∆e e 1−e 0
Sc = H= H
1+e 0 1+ e0
Dengan:
Jika penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan indeks pemampatan (C c) dan indeks pemampatan kembali (C r), maka Cc dan Cr
diperoleh dari grafik e – log p’.
e1−e2
C c= ;( pada bagian linier kurva pembebanan)
log ( p2 ' / p 1 ' )
dan
e 4−e 3
C c= ;( pada kurva pelepasan beban)
log ( p3 ' / p4 ' )
Untuk lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated), yaitu jika, P0’ = Pc’, perubahan angka pori (Δe) akibat konsolidasi
dinyatakan oleh:
P0 '+ ∆ p
∆ e=Cc log
P0 '
Terzaghi dan Peck (1967)
C c =0,009(¿−10)
2. Penurunan konsolidasi sekunder
Penurunan konsolidasi sekunder terjadi pada tegangan efektif konstan, yaitu setelah penurunan konsolidasi primer berhenti.
Besar penurunanya merupakan fungsi waktu (t) dan kemiringan kurva indeks pemampatan sekunder (C α). Kemiringan Cα
dinyatakan dalam persamaan:
∆e
C α=
log (t 2 /t 1)
Penurunan konsolidsi sekunder, dihitung dengan persamaan:
Cα t2
Ss = H log
1+ e p t1
Atau
t2
Ss =C αε H log
t1
3. Kecepatan penurunan konsolidasi
2
T v Ht
t=
Cv
Dengan:
Tv : faktor waktu
Ht : panjang lintasan drainase (Ht = H/2, untuk drainase dobel dan Ht = H, untuk drainase tunggal) (m)
Menentukan nilai Cv :
Metoda Casagrande dan Fadum digunakan untuk menghitung nilai C v sehubungan dengan derajat konsolidasi U = 50%. Pada
derajat konsolidasi tersebut Tv = 0,197. Untuk ini, Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,197 H t
C v=
t 50
Metode Taylor digunakan untuk menghitung C v pada kedudukan derajat konsolidasi U = 90%. Pada kedudukan ini, T v = 0,848.
Nilai Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,848 H t
C v=
t 90
Casagrande (1938) dan Taylor (19480 mengusulkan hubungan Tv dengan U rata-rata, sebagai berikut:
S=S i+ U S c
Dengan:
Terzaghi dan Peck (1967) menyarankan persamaan penurunan pondasi dengan intensitas beban q dan lebar B yang terletak
pada pasir, sebagai berikut:
S B= ( )
2B 2
B+b
× Sb
Dengan:
Meyerhof (1965)
4q
Si=
N
Si =
N B+1( )
6q B 2
; untuk B > 1,2 m
Dengan:
Bowles (1977)
2,5 q n
Si= ; untuk B ≤ 1,2 m
N
( )
4 qn B 2
Si = ; untuk B > 1,2 m
N B+ 1
Dengan:
Meyerhof (1974) mengusulkan hubungan empiris untuk penurunan pada pondasi dangkal sebagai berikut:
q √B
Si = → untuk pasir dan kerikil
2N
q √B
Si = → untuk pasir berlanau
N
Dengan:
Si : penurunan (in.)
Penurunan pondasi pada tanah granuler dapat dihitung dari hasil uji kerucut stattis. De Beer dan Marten mengusulkan
persamaan angka kompresi (C) yang dikaitkan dengan persamaan Buismann, sebagai berikut:
1,5 qc
C=
P0 '
Dimana :
H P0 '+∆ p
Si = ln
C P0'
Dengan:
P0’ : tekanan overburden efektif rata-rata, atau tegangan efektif sebelum penerapan beban, di tengah-tengah lapisan (kN/m 2)
Δp : Δσz : tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan yang ditinjau terhadap tekanan pondasi neto (kN/m 2)
Schmertmann et al. (1978), menyarankan cara untuk menghitung penurunan pondasi pada tanah granuler.
2B
Iz
Si=C 1 C 2 qn ∑ ∆z
0 E
Dengan:
Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah keras terletak sangat dalam. Pondasi tiang juga
digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi
yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin dan bangunan lainnya yang dipengaruhi oleh gaya
gelombang dan benturan.
PONDASI TIANG
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak ke lapisan pendukung yang lebih kuat
4. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah digerus air
5. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatis atau momen
guling
2. Tiang bor, Pondasi tiang bor dikonstruksikan dengan cara membuat sebuah lubang bor dengan diameter tertentu hingga
kedalaman yang diinginkan. Umumnya tulangan yang telah dirangkai kemudian dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan
diikuti dengan pengisian material beton ke dalam lubang bor tersebut.
3. Pondasi Kaison,
Pondasi Tiang
1. Pemilihan jenis pondasi tiang harus didasarkan kepada kondisi pelapisan tanah setempat, sifat dan tingkan
kepentingan struktur, pola dan besarnuya beban serta kelayakan teknis maupun ekonominya.
2. Pemilihan akhir harus didasarkan pada evaluasi dari kelayakan teknis dan perbandingan biaya untuk laternatif yang
potensial dengan memperhitungnan faktor keamanan (safety factor), kehandalan (reliability), kemudahan konstruksi
(constructability) dan ketahannya di dalam tanah
1. Beban biasa, Beban biasa adalah kondisi pembebanan yang tergantung pada fungsi primer dari bangunan dan dapat
diperkirakan dengan cukup akurat. Sifat beban ini umumnya berjangka panjang dan konstan atau berulang (seperti
halnya beban lalu lintas)
2. Beban tidak biasa, Yang termasuk dalam beban tidak biasa adalah beban-beban pada saat konstruksi, operasional
dan pemeliharaan yang sifatnya berjangka pendek dan tidak berlangsung selama umur bangunan
3. Beban luar biasa, Beban luar biasa (ekstrim) mengacu pada beban-beban yang besar tetapi dengan probabilitas
kejadian yang relatif rendah. Beberapa kejadian yang termasuk beban luar biasa adalah beban impak akibat tabrakan,
ledakan, serta bencana alam seperti misalnya gempa bumi dan angin topan
1. Beban yang diterima oleh pondasi tidak boleh mengakibatkan tegangan yang melebihi daya dukung tanah maupun
kekuatan bahan tiang untuk menjamin keamanan pondasi tiang tersebut
2. Deformasi yang terjadi pada pondasi tiang, baik deformasi aksial maupun lateral, tidak boleh melebihi deformasi
maksimum yang disyaratkan sehingga tidak mengakibatkan kerusakan struktur
3. Pengendalian atau pencegahan efek dari metode konstuksi pondasi seperti misalnya getaran saat pemancangan,
galian atau pekerjaan pondasi yang lain untuk membatasi pergerakan bangunan atau struktur lain disekitarnya.
1. Menentukan profil dan karakteristik teknis tanah , Penentuan stratifikasi atau pelapisan tanah, penggambaran profil
kadar air dan batas-batas Atterberg, menentukan kuat geser tak terdrainase (undrained) dari uji triaksial UU atau uji
geser baling (vane shear test), dan menggambarkan hasil uji lapangan (in-situ test)
2. Penentuan kedalaman pondasi, Tentukan lapisan pendukung yang baik dan dapat memikul beban berdasarkan profil
tanah di lapangan. Bila terdapat lapisan yang kompresibel dibawahnya, pondasi dapat diperdalam atau perkiraan
penurunan perlu dilakukan. Bila lapisan tanah keras tidak didapatkan hingga kedalaman tertentu, tiang dapat
direncanakan sebagai tiang gesekan
3. Penentuan jenis dan dimensi pondasi tiang , Jenis dan dimensi pondasi tiang, baik tiang pancang atau tiang bor atau
pondasi khusus berdasarkan pertimbangan beberapa faktor : daya dukung tanah aksial dan lateral; kapasitas
penampang terhadap tekan, tarik dan lentu;, ketersediaan peralatan; pengalaman konstruksi; pertimbangan
lingkungan; biaya (ekonomi)
4. Perencanaan pondasi tiang, Prosedur perencanaan pondasi tiang mengikuti cara umum, yaitu penentuan daya
dukung ujung tiang, daya dukung gesekan selimut dan daya dukung lateral
5. Pengaruh konstruksi pada bangunan di sekitar proyek , Pengaruh penggalian untuk pile cap maupun besmen
terhadap kestabilan lereng di sekitar proyek maupun pengaruh vibrasi akibat pemancangan harus ikut
diperhitungkan. Perubahan muka air tanah akibat adanya pemompaan air atau dewatering juga perlu dianisipasi
pengaruhnya terhadap bangunan di sekitar proyek
1. Tiang dengan perpindahan besar, yaitu Tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam
tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar. Contohnya : tiang kayu, tiang beton pejal, tiang
beton prategang (pejal atau berlubang).
2. Tiang dengan perpindahan kecil, yaitu Tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam
tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relatif kecil. Contohnya : tiang beton berlubang dengan ujung
terbuka, tiang baja profil H, tiang baja bulat ujung terbuka dsb.
3. Tiang tanpa perpindahan, terdiri dari tiang yang dipasang ke dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor
tanah seperti tiang bor.
1. Tiang kayu, tiang berbahan kayu yang umumnya berukuran diameter 8 – 25 cm dan panjang 4 m dan dapat memikul
beban maksimum 30 ton. Tiang kayu lebih murah dan mudah penanganannya dan pada kondisi tertentu dapat
bertahan lama. Kelemahan pondasi ini adalah dapat mengalami pembusukan atau dimakan rayap, sehingga
dibutuhkan perlakuan khusus terhadap lapisan permukaannya dan pada saat pemasangannya (tergantung jenis
tanah).
2. Tiang beton pracetak, tiang dari beton yang dicetak, di curring dan disimpan disuatu tempat (pabrik) dengan kualitas
mutu yang terjamin sesuai kebutuhan. Dibuat dengan ukuran dan bentuk penampang yang bermacam-macam namun
umumnya berbentuk lingkaran, bujursangkar, segitiga dan oktagonal.
Gambar :
Klasifikasi Pondasi Tiang
Keuntungan :
Kerugian :
4. Pemancangan menimbulkan getaran dan polusi suara yang dapat menimbulkan kerusakan bangunan di sekitar
30 300 - 700
35 350 – 850
40 450 – 1200
45 500 – 1400
50 700 – 1750
60 800 – 2500
○ Tiang berselubung pipa, pada tiang ini pipa dipancang lebih dulu ke dalam tanah kemudian kedalam lubang tersebut
dimasukan adukan beton yang pada akhirnya pipa tersebut tetap berada dalam tanah.
○ Tiang tanpa selubung pipa, pada tiang ini pipa baja yang berlubang dipancang lebih dulu ke dalam tanah kemudian
kedalam lubang tersebut dimasukan adukan beton dan pipa ditarik keluar ketika atau sesudah pengecoran. Termasuk
di dalamnya adalah tiang Franki atau Franki Pile.
Keuntungan :
1. Tiang dapat dipancang dengan ujung tertutup sehingga tidak terpengaruh oleh air tanah
3. Dapat dilakukan pembesaran ujung tiang sehingga menambah kapasitas dukung tiang
Kerugian :
1. Gangguan tanah dapat menimbulkan terjadinya rekonsolidasi dan gaya gesek negatif dinding tiang yang akan
menurunkan kapasitas dukung
2. Mutu beton tidak dapat diketahui setelah selesai pelaksanaan terutama saat pencabutan pipa
4. Tiang baja profil, tiang ini termasuk jenis tiang pancang dengan bahan dasar baja profil. Pondasi ini umumnya
berbentuk pipa, empat persegi panjang, segi enam dan profil H. Sifatnya yang ringan dan kuat menjadikannya mampu
menahan beban yang berat, mampu menudukung pukulan yang besar dan penyambungan tiang dapat dilakukan
dengan mudah yaitu dengan las.
5. Tiang Komposit, marupakan modifikasi atau penggunaan lebih dari 2 material yang berbeda tiang untuk keperluan
tertentu misalnya baja dengan beton, baja dengan kayu atau beton dengan kayu. Hal utama yang harus diperhatikan
adalah sambungan antara kedua jenis material tersebut.
Gambar :
Pemancangan Tiang
2. Pengangkatan tiang
1. Drop Hammer
2. Diesel Hammer
3. Vibratory Hammer
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile), adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang.
Pada umumnya, tiang dukung ujung ini berada pada zona tanah-tanah lunak yang didasari oleh tanah keras yang tidak
menimbulkan penurunan berlebihan. Kapasitas dukung sepenuhnya ditentukan oleh tahanan dukung tanah keras di
ujung tiang.
2. Tiang gesek (friction pile), adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek dinding
tiang dengan tanah di sekelilingnya. Perhitungan kapasitas dukungnya juga memperhatikan pengaruh konsolidasi
yang terjadi.
2. Relaksasi, kapasitas dukung tiang pancang juga bisa berkurang setelah proses pemancangan tiang yang disebut
dengan relaksasi. Fenomena ini terjadi bila tiang dipancang pada tanah berbutir halus padat yang jenuh air.
Pondasi tiang bor mempunyai karakteristik khusus karena cara pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan perbedaan
perilakunya di bawah pembebanan dibandingkan dengan tiang pancang. Hal-hal yang mengakibatkan perbedaan tersebut
diantaranya adalah:
1. Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang por dan mengisinya dengan material beton, sedangkan tiang pancang
dimasukkan ke tanah dengan mendesak tanah disekitarnya (displacement pile)
2. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing di bawah tanah
3. Kadang-kadang digunakan casing untuk menjaga stabilitas dinding lubang cor dan dapat pula casing tersebut tidak
dicabut karena kesulitan di lapangan
4. Kadang-kadang digunakan slurry untuk menjaga stabilitas lubang bor yang dapat membentuk lapisan lumpur pada
dinding galian serta mempengaruhi mekanisme gesekan tiang dengan tanah
Gambar :
Keuntungan :
Kerugian:
2. Pengecoran beton agak sulit karena pengaruh muka air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik
3. Mutu beton bila tidak seragam di sepanjang tiang bor akan mengurangi kapasitas dukung tiang
4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau kerikil
5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah
Langkah-langkah pelaksanaan tiang bor pada tanah yang tidak mudah longsor :
1. Metode kering, Cara ini sesuai untuk jenis tanah kohesif dan pada tanah dengan elevasi muka air tanah yang berada
di bawah dasar lubang bor, atau jika pemeabilitas tanah sangat kecil sehingga pengecoran beton dapat dilakukan
sebelum air tanah masuk ke dalam lubang bor
Kerugian:
2. Metode Basah, Metode ini diperlukan untuk kondisi yang sama halnya dengan kondisi yang membutuhkan casing.
Perlu dicatat disini bahwa tinggi slurry dalam lubang bor harus mencukupi untuk memberikan tekanan yang lebih
tinggi dari tekanan air di sekitar lubang bor. Bentonite adalah bahan yang umum digunakan sebagai slurry dengan
mencampurkannya dengan air
3. Metode casing, Casing diperlukan jika reruntuhan tanah (caving) atau deformasi lateral yang berlebihan dalam
lubang bor dapat terjadi. Perlu dicatat bahwa slurry perlu dipertahankan sebelum casing masuk, dan untuk kondisi
tertentu casing harus dimasukkan dengan menggunakan alat penggetar (vibrator)
Qu=Q p +Q s−W p
Dimana:
Qu
Q a=
FK
atau
Qp Qs
Q a= +
FK ujung FK selimut
Dimana :
FK : Faktor keamanan
1. Cara statik
2. Cara Dinamik
Tanah Pasir
𝑄_𝑝1=𝐴_𝑝∙𝑞_𝑝=𝐴_𝑝∙𝑞^′∙〖𝑁_𝑞〗^∗
Dengan:
Nilai qp tidak dapat melebihi daya dukung batas q1 karena itu daya dukung ujung tiang maksimum perlu ditentukan sebagai
berikut:
Q p 2= A p ∙ q1 =A p ∙ ( 5 ∙ N q∗∙ tan ϕ )
Dengan :
Tanah Pasir
Qs =∑ ( A s ∙ f s )
f s=K ∙ σ ' v ∙ tan δ
Dimana:
K : konstanta
σ'v : tegangan vertikal efektif tanah, yang dianggap konstan setelah mencapai kedalaman lebih dari 15 ∙D
K = K0 (batas bawah)
Dimana:
Qs =A s ∙ f s
dengan
Qb= A b ∙ f b
dengan
f b= pb ' ∙ N q
Daya Dukung Selimut Tiang :
Qs =A s ∙ f s
dengan
Bahan Tiang δ
Baja 0,67ϕ‘ – 0,83ϕ‘
Qs =A s ∙ f s
dengan
' Kd δ
f s=K 0 . p0 .( )( )
K 0 φ'
Nilai
( )
Kd
K0
δ
dan ( ' ) dapat dilihat pada tabel berikut
φ
Q p= A p ∙ q p= A p ∙ ¿
Dimana:
Qs =A s ∙ f s
dengan
f s= λ(P0’ + 2Cu)
atau
'
f s ave =λ ∙( σ v ave +2 ∙ c u ave )
Koefisien λ
Dimana:
λ : konstanta