Anda di halaman 1dari 40

PENURUNAN

Dr. Ir. Marthen M Tangkeall0,ST.,MT,IPM

Pertemuan 9 & 10
Contoh soal
Fondasi fleksibel dengan panjang L = 40 m dan lebar B = 10 m terletak pada
kedalaman 3 m. Tanah di bawah bangunan berupa lempung jenuh yang
mempunyai modulus elastisitas yang bervariasi (Gambar C8.2). akibat beban
bangunan total, tekanan fondasi ke tanah menghasilkan beban terbagi rata,
q = 154 kN/m2 .
Data lapisan tanah :
Lapisan 1,kedalaman 3 – 13 m : E1 = 20000 kN/m2, 1
= 18 kN/m3
2 .13 – 18 m : E2 = 30000 kN/m2
3. 18 – 28 m : E3 = 40000 kN/m2
Seluruh lapisan dianggap mempunyai rasio Poisson
µ = 0,5. Hitung penurunan segera rata-rata dengan
cara Janbu et al. (1956)

(Gambar C8.2).
Penyelesaian :
Tekanan fondasi neto : qn = q - Df1 = 154 – (3x18) = 100 kN/m2
Fondasi dengan lebar B = 10 m; Df = D = 3 m dan L = 40 m, maka D/B = 0,3
dan L/B = 4
Dari Gambar 8.6a, µ0 = 0,96.
Untuk lapisan 1, dengan H/B = 1 dan L/B = 4.
Dari Gambar 6.6b, µ1 = 0,55.
0,96
Untuk lapisan 1, dengan H/B = 1 dan L/B = 4.
Dari Gambar, µ1 = 0,55.
Si = Penurunan segera rata-rata (m)
 µ0 = faktor koreksi untuk kedalaman fondasi Df
µ1 = faktor koreksi untuk lapisan tanah tebal terbatas H
B = lebar beban terbagi rata untuk luasan empat persegi
Penurunan pada lapisan 1 (qn = 100 kN/m2): penjang atau diameter lingkaran pada beban
lingkaran (m)
qn = tambahan teganagan neto (kN/m2)

Si = µ1µ0 (hanya untuk µ = 0,5)


Si(1) = 0,55 x 0,96 x = 0,026 m

Dianggap lapisan 2 berketebalan sampai ke dasar fondasi dan mempunyai dasar


yang keras pada kedalaman 15 m di bawah dasar fondasi. Dihitung H/B = (10 +
5)/10 = 1,5 dan L/B = 4, dari Gambar 8.6b, µ1 = 0,67.

Kombinasi penurunan lapisan 1 dan 2, jika dianggap E1 = E2 = 30000 kN/m2


dan jika lapisan 2 dianggap mempunyai dasar yang keras,

Si(2) = 0,67 x 0,96 x = 0,022 m


0,67
Penurunan lapisan 1 jika dianggap E1 = E2 = 30000 kN/m2 dan lapisan dianggap
mempunyai dasar yang keras,

Si(3) = 0,55 x 0,96 x = 0,018 m

Dengan menganggap lapisan 3 berketebalan sampai kedasar fondasi, H/B =


(10+5+10)/10 = 2,5 dan L/B = 4, dari Gambar 8.6b, µ1 = 0,88. Penurunan

lapisan 1, 2 dan 3, jika E1 = E2 = E3 = 40000 kN/m2, adalah :

Si(4) = 0,88 x 0,96 x = 0,022 m


0,88
Kombinasi penurunan lapisan 1 dan 2, jika E1 = E2 = 40000 kN/m2, dan jika
lapisan 2 dianggap mempunyai dasar yang keras,

Si(5) = 0,67 x 0,96 x = 0,016 m

Penurunan segera rata-rata total dari seluruh klapisan tanah adalah :

Si = Si(1) + Si(2) - Si(3) + Si(4) - Si(5)­

= 0,026 + 0,022 – 0,018 + 0,022 – 0,016

= 0,036 m = 36 mm

Di alam, tanah dengan µ = 0,5, umumnya adalah lempung jenuh.


Penurunan Segera pada Fondasi Kaku

Penurunan segera pada fondasi kaku yang terletak dipermukaan


lebih kecil dari penurunan rata-rata dari fondasi fleksibel dengan
dimensi yang sama, sehingga penurunan untuk fondasi kaku yang
terletak dipermukaan adalah sama dengan besarnya penurunan
fondasi fleksibel dikalikan dengan faktor tertentu (Sowers, 1979):

Si(kaku) 0.93 x Si (rata-rata, fleksibel)

Si(rata-rata-fleksibel) 0.85 x Si (dipusat, fleksibel)

Si(kaku) 0.80 x Si (dipusat, fleksibel)


Perkiraan Penurunan pada Tanah Pasir dengan Menggunakan Korelasi Empiris

1 Perkiraan Penurunan dengan Menggunakan Hasil Uji Beban Pelat

Mengadakan uji beban di lapangan dengan skala penuh untuk menghitung penurunan sangat mahal. Karena
itu uji beban pelat (plate load test) di anggap lebih menguntungkan di kerjakan untuk meramalkan
kelakuan fondasi yang sebenarnya. Didasarkan pada beberapa uji beban, Terzaghi dan Peck ( 1967)
menyerahkan persamaan penurunan untuk fondasi pada tanah pasir dengan intensitas beban q dan lebar B,
sebagai berikut :

SB = x Sb

SB = penurunan fondasi sebenarnya

Sb = Penurunan pada uji beban pelat


b = lebar pelat pengujian
B = lebar fondasi sebenarnya
Contoh soal

Hasil uji beban pelat pada tanah pasir diperlihatkan dalam Gambar dibawah ini. Hitung penurunan fondasi
dengan lebar B = 2 m, pada penurunan pelat uji sebesar 2,5 mm. Dimensi pelat uji 30 cm x 30 cm.

Penyelesaian :

SB = x Sb

SB = x 2,5

= x 2,5 = 7,6 mm

Jadi, penurunan pada fondasi dengan


B = 2 m, adalah 7,6 mm
2 Perkiraan Penurunan dengan Menggunakan Hasil Uji SPT

Hasil penyelidikan lapangan dari uji SPT (Standard Penetration Test) yang
dilakukan oleh Meyerhof (1965) untuk tanah pasir memberikan hubungan
persamaan sebagai berikut:
Si = untuk B ≤ 1,2 m
dan

Si = untuk B > 1,2 m

q = intensitas beban yang diterapkan dalam kip/ft 2 (1 kip/ft2)


= 0,49 kg/cm2
B = lebar fondasi dalam ft (1 ft = 30,48 cm)
S1 = penurunan segera dalam inci (1 inci = 2,54 cm)
N = jumlah pukulan pada uji SPT
Pengamatan menunjukkan bahwa hasil penurunan dari hitungan diatas memberikan nilai yang
cenderung aman, karena nilainya lebih besar. Bowles (1977) menyarankan bahwa untuk
penyesuaian yang lebih baik lagi, dimodifikasikan sebagai berikut :

Si = untuk B ≤ 1,2 m Si = untuk B > 1,2 m

dan

Berdasarkan data lapangan,Meyerhof (1974) memberikan hubungan empiris


untuk penurunan fondasi dangkal sebagai berikut

Si = (untuk pasir dan kerikil)

Si = (untuk pasir berlanau)


Si = penurunan segera dalam inci
q = Intensitas beban yang diterapkan dalam ton/ft2
B = lebar fondasi dalam inci
3 Perkiraan Penurunan dengan Menggunakan Hasil Uji Penetrasi Kerucut
Statis (Sondir)
a. Metode De Beer dan Marten (1957)

Penurunan fondasi pada tanah granuler dapat di hitung dari hasil uji kerucut statis
(Static cone penetration test). De Beer dan Marten (1957) mengusulkan
persamaan angka komperesi (C) yang dikaitkan dengan persamaan Buismann,
sebagai berikut :

C=

C = angka pemampatan (angka kompresibilitas)

qc = tahanan kerucut statis (sondir)

P0′ = tekanan overburden efektif


Satuan qc dan P0′ harus sama. Nilai C ini, kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan
Terzaghi untuk penurunan pada lapisan tanah yang ditinjau, yaitu :

Si =

Si = penurunan akhir (m) dari lapisan setebal H

P0′ = tekanan overburden efektif awal, yaitu tegangan efektif sebelum

beban bekerja

= tambahan tegangan vertical di tengah-tengah lapisan oleh tegangan

akibat beban fondasi neto


Dalam menentukan konstanta kompresibilitas (C) diperlukan nilai qc
rata-rata. Penurunan di setiap lapisan yang tertekan oleh beban
fondasi dihitung terpisah, dan hasilnya ditambahkan bersama-sama.
Hasilnya akan merupakan penurunan total dari seluruh lapisannya

Sebagai nilai pendekatan antara nilai qc dan N , untuk tanah pasir


Meyerhof (1956) mengusulkan korelasi antara nilai N dari SPT dan
tahanan kerucut statis (qc) yang diperoleh dari uji kerucut statis,
sebagai berikut :
qc = 4 N (kg/cm2)
b) Metode Schmertmann (1978)

Schmertmann et al. (1978), menyarankan cara untuk menghitung penurunan fondasi pada tanah granuler
(tanah berbutir kasar) dengan berdasarkan hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir).

Besarnya penurunan-segera (Si) , dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Si = C1C2qn

C1 = faktor koreksi kedalaman

C2 = faktor rangkak (creep)

qn = tekanan fondasi neto (kN/m2)

B = lebar fondasi (m)

Iz = faktor pengaruh regangan lateral (Gambar)

E = modulus elastis tanah (kN/m2)

= ketebalan lapisan (m).


Faktor koreksi kedalaman dihitung dengan persamaan

C1 = 1 0,5 (dengan C1 0,5)

P0′ adalah tekanan overburden efektif pada dasar fondasi.

Walaupun penurunan tanah granuler dipertimbangkan sebagai


penurunan-segera, pengamatan menunjukan bahwa penurunannya
masih dipengaruhi oleh rangkak (Schmertmann, 1978). Faktor koreksi
akibat rangkak, dihitung dengan

C2 = 1 0,2 log
Faktor pengaruh regangan vertikal diperoleh dari satu dari
dua kurva dalam Gambar 8.7a.

Untuk fondasi bujursangkar (pembebanan aksi simetri),


maka digunakan kurva L/B = 1.

Untuk fondasi memanjang/kontinyu (kasus regangan


bidang) di mana panjang fondasinya lebih dari 10 kali
lebarnya, maka digunakan kurva L/B > 10.

Untuk L/B < 10, maka nilai factor pengaruh diperoleh


dengan cara interpolasi
Hitungan penurunan dilakukan dengan memperhatikan
tahanan kerucut qc sampai pada kedalaman 2B dari dasar
fondasi ( B = lebar fondasi) untuk fondasi bujursangkar,
dan sampai kedalaman 4B untuk fondasi memanjang.
Faktor pengaruh regangan vertical (Iz) maksimum adalah
0,5 dan nilainya dianggap mencapai maksimum pada
kedalaman z = 0,5B (untuk fondasi bujursangkar) dan z =
B (untuk fondasi memanjang).
Dalam Gambar 8.7a, factor pengaruh regangan pada nilai puncak dinyatakan oleh :

Izp = 0,5 + 0,1

= tegangan efektif pada kedalaman Izp (kN/m2)

qn = q – p0′ = tekanan fondasi neto (kN/m2)

q = tekanan kontak pada dasar fondasi (kN/m 2)

p0′ = tegangan efektif pada dasar fondasi (kN/m2)

Dalam mengestimasi penurunan-segera dengan menggunakan, dibutuhkan nilai modulus elastis sekan (E),
Schmertmann et al. (1978) menyarankan hubungan antara modulus elastis (E) tanah pasir dengan qc yang
diperoleh dari uji kerucut statis, sebagai berikut :

E = 2,5 qc (fondasi bujursangkar)

E = 3,5 qc (fondasi memanjang)


Schmertmann (1970) menyarankan hubungan N dan qc menurut jenis tanah
sebagai berikut :

1) Lanau,lanau berpasir, dan pasir berlanau sedikit kohesif, N = 2 qc

2) Pasir bersih halus sampai sedang,pasir sedikit berlanau, N = 3,5 qc

3) Pasir kasar dan pasir dengan sedikit kerikil, N = 5 qc

4) Kerikil berpasir dan kerikil, N = 6 qc.


Hitungan penurunan-segera fondasi pada tanah pasir dilakukan
dengan membagi diagram tahanan kerucut kedalam lapisan-lapisan
yang mempunyai tahanan kerucut (qc) yang dapat dianggap
mendekati sama. Garis untuk faktor pengaruh penurunan diletakkan
di bawah dasar fondasi dan digambar dengan skala tertentu
(Gambar 8.7b). Penurunan akibat beban dihitung dari hitungan E
dan Iz yang sesuai untuk tiap lapisannya. Jumlah penurunan di setiap
lapisan, kemudian dikoreksi terhadap faktor terhadap faktor
kedalaman (C1) dan faktor rangkak (C2).
Tekanan Sentuh
Tekanan yang bekerja diantara dasar fondasi dan tanah
disebut tekanan sentuh (contact pressure).

Tekanan sentuh penting diperhitungkan dalam perancangan


fondasi, karena mempengaruhi distribusi momen dan
tegangan geser pada fondasi.

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 8.8a dan 8.8b,


penurunan pada tanah yang diakibatkan oleh fondasi fleksibel
yang bekerja di permukaan tanah besarnya tidak seragam.

Jika fondasi fleksibel, bentuk fondasi setelah turun akan


mengikuti bentuk penurunan tanahnya
Seperti yang diperlihatkan dalam persamaan-persamaan penurunan segera pada fondasi
fleksibel, besarnya penurunan bertambah sebanding dengan tambahan tegangan vertical dan
lebar fondasi.

Perubahan bentuk fondasi karena adanya penurunan pada fondasi fleksibel akan mengikuti
bentuk-bentuk yang ditunjukan pada Gambar 8.8a dan 8.8b. Pada kondisi ini, tekanan
sentuh antara dasar fondasi dan permukaan tanah adalah seragam.

Untuk tanah lempung jenuh homogen yang sangat tebal, nilai E dapat dianggap mendekati
sama pada sembarang kedalaman. Sehingga bentuk penurunan mengikuti bentuk Gambar
8.8a.

Namun untuk fondasi di atas tanah pasir, nilai E akan bervariasi, bergantung pada tekanan
kekang (confining pressure). Untuk fondasi di atas tanah pasir homogen, nilai E bertambah
bila kedalaman bertambah dan bervariasi pada sembarang titik pada dasar fondasinya,
dengan nilai E maksimum di tengah-tengah dan minimum di tepi luasan fondasi fondasi
(Gambar 8.8b).
Jika fondasi yang fleksibel tadi digantikan dengan fondasi yang sangat kaku, pada beban yang
sama akan terjadi perubahan bentuk distribusi tekanan sentuhnya. Tekanan sentuh bertambah
pada titik yang mengalami penurunan lebih kecil, dan sebaliknya berkurang pada titik yang
mengalami penurunan besar. Gambar 8.8c menunjukan gambar sebuah fondasi berbentuk
lingkaran yang sangat kaku, yang terletak pada lapisan tanah homogen yang sangat tebal dan
bersifat elastis. Lapisan tanah ini dapat berupa tanah lempung atau tanah pasir yang mengandung
lapisan-lapisan lempung yang lunak dan tebal. Distribusi tekanan yang terjadi bertambah pada
sisi terluar, dimana secara teoritis di titik terluar ini tekanannya tak terhingga.

Kenyataan, pada titik terluar yang mengalami tegangan paling tinggi, tanah menggeser secara
lokal, dan terdapat peralihan dari kondisi elastis ke kondisi semiplastis atau plastis.

Tekanan sentuh untuk fondasi lingkaran yang kaku, yang terletak diatas tanah tak berkohesi
(seperti pasir) diperlihatkan dalam Gambar 8.8d. Besarnya tekanan, terbesar pada pusatnya dan
berkurang pada sisi terluarnya. Tekanan sentuh pada fondasi kaku yang terletak di atas pasir
menjadi lebih seragam bila lebar dan kedalaman fondasinya bertambah.
Penentuan Modulus Elastis

Untuk menghitung penurunan segera ( immediate settlement )


dibutuhkan nilai modulus elastis atau modulus Young (E). Modulus
elastis (E) dan rasio Poisson () sangat penting untuk hitungan
penurunan. Dalam praktek, sangat sulit untuk menentukan nilai
modulus elastis (E), karena modulus elastis bertambah jika
kedalaman tanah bertambah. Umumnya, modulus elastis ditentukan
dari uji triaksial kondisi undrained, dimana E ditentukan dari
pendekatan kemiringan kurva tegangan-regangan yang diambil pada
½ dari beban ultimit aksial (Gambar 8.9). Angka poisson () dapat
dihitung dari pengukuran regangan kompresi aksial dan regangan
lateral selama uji triaksial
Gangguan benda uji (sample disturbance) mempunyai pengaruh yang besar pada
nilai modulus elastis yang diperoleh. Kendala ini akan sangat berpengaruh pada
selisih hasil hitungan dan pengamatan penurunan bangunan di lapangan. Semakin
besar gangguan benda uji, nilai modulus elastis tanah akan semakin kecil,
sehingga semakin jauh dari nilai aslinya ketika benda uji masih di dalam tanah.

Modulus elastis untuk tanah lempung dapat diperoleh dari uji triaksial undrained
di laboratorium. Beberapa faktor mempengaruhi hasil yang diperoleh. Beberapa
peneliti telah mengamati bahwa tegangan-regangan pada kondisi undrained agak
anisotropis dan bergantung pada faktor waktu. Semakin kecil kecepatan
pembebanan (regangan), semakin kecil nilai modulus elastis undrained (Eu).
Karena sulitnya memperoleh nilai Eu di laboratium,
beberapa peneliti telah mengusulkan besarnya modulus
elastis yang dikorelasikan dengan kuat geser undrained (su

atau cu) untuk memperkirakan besarnya penurunan pada


tanah lempung. Masing-masing peneliti menghasilkan
korelasi nilai Eu dengan su yang berbeda-beda. Sebagai

contoh, Bjerrum telah mengamati nilai Eu antara 250 sampai

500 su. Penelitian selanjutnya, Bjerrum (1972) menunjukan

nilai Eu di antara 500 sampai 1500 su.


Untuk tanah granuler seperti pasir, modulus elastis dapat ditentukan dari uji
triaksial. Nilai modulus elastis (E) telah diketahui proposional dengan (o)n,

dengan o adalah tekanan kekang hidrostatis dan nilai n mendekati 0,5 (Lambe
dan Whitman, 1969). Kondisi tegangan di lapangan adalah anisotropis, karena
elemen tanah pada kedalaman tertentu akan menerima tekanan aksial yang tidak
sama dengan tekanan lateralnya. Karena itu, modulus elastis proporsional dengan
akar dari tegangan utama rata-ratanya (Lambe dan Whitman, 1969), atau

E  

z adalah tekanan overburdren sebelum beban fondasi bekerja dan

Ko = koefisien tekanan tanah lateral saat diam.


Tabel 8.1 Perkiraan modulus elastis (Bowles, 1977)

Macam tanah E (kN/m2)


Lempung :  

Sangat lunak 300 – 3000

Lunak 2000 – 4000

Sedang 4500 – 9000

Keras 7000 – 20000

Berpasir 30000 – 42500


Pasir :  

Berlanau 5000 – 20000

Tidak padat 10000 – 25000

Padat 50000 – 100000


Pasir dan kerikil :  

Padat 80000 – 200000

Tidak padat 50000 – 140000


Lanau 2000 – 20000
Tabel 8.2 Perkiraan rasio Poisson (Bowles, 1977)

Macam tanah

Lempung jenuh 0,40 – 0,50


Lempung tak jenuh 0,10 – 0,30
Lempung berpasir 0,20 – 0,30
Lanau 0,30 – 0,35
Pasir padat 0,20 – 0,40
Pasir kasar (e = 0,4 – 0,7) 0,15
Pasir halus (e = 0,4 – 0,7) 0,25
Batu 0,10 – 0,40
Loess 0,10 – 0,30
Beton 0,15
Karena sulitnya pengambilan contoh asli di lapangan untuk tanah granuler, maka beberapa
pengujian lapangan (in-situ test) telah digunakan untuk mengestimasi nilai modulus elastis
tanah. Selain nilai perkiraan modulus elastis yang diusulkan oleh Schmertmann (1970), terdapat
beberapa ususlan nilai E yang diberikan oleh peneliti yang lain. Hasil-hasil uji kerucut statis
(sondir) yang dilakukan oleh De Beer (1965) memberikan korelasi antara tahanan kerucut qc
dan E, sebagai berikut:

E = 2 qc

dengan qc dalam kg/cm2. Bowles (1977) mengusulkan persamaan yang dihasilkan dari
pengumpulan data uji kerucut statis (sondir), sebagai berikut:

E = 3 qc (untuk pasir)

E = 2 sampai 8qc (untuk lempung)

dengan qc dalam kg/cm2.


Nilai perkiraan modulus elastis dapat pula diperoleh dari uji SPT. Mitchell dan
Gardner (1975) mengusulkan nilai modulus elastisitas yang dihubungkan dengan
nilai SPT, sebagai berikut:

E = 10 (N + 15) k/ft2 (untuk pasir)

E = 6 (N + 5) k/ft2 (untuk pasir berlempung)

dengan 1 k/ft2 = 48 kN/m2 dan N adalah jumlah pukulan dalam uji SPT.Nilai-
nilai modulus elastis (E) dan rasio Poisson () perkiraan untuk berbagai macam
tanah berturut-turut disajikan dalam Tabel 8.1 dan 8.2.
Sekian
Akan berlanjut
PENURUNAN KONSOLIDASI PRIMER

Anda mungkin juga menyukai