Anda di halaman 1dari 14

MEKANIKA TANAH 2

PTS 213 (2 SKS)

Kuliah ke 2 & 3

Dosen Pengampu

Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


NIP. 19600815 198603 1 004

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2021

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH

1. PENGERTIAN DASAR

Tegangan di dalam tanah yang timbul akibat adanya beban dipermukaan


dinyatakan dalam istilah tambahan tegangan (stress increment), karena
sebelum tanah dibebani, tanah sudah mengalami tekanan akibat beratnya
sendiri yang disebut tekanan overburden (overburden pressure)

Analis tegangan di dalam tanah didasarkan pada anggapan bahwa tanah


bersifat elastis, homogen, isotropi,dan terdapat hubungan linier antara
tegangan dan regangan. Dalam analisisnya, regangan volumetric pada
bahan yang bersifat elastis dinyatakan oleh persamaan:


= + + (1)

Dengan
∆V = perubahan volume
V = volume awal
µ = angka poison
E = modulus elastis
σx,σy, σz = tegangan-tegangn dalam arah x, y, dan z

Dalam Persamaan (1), bila pembebanan yang mengakibatkan penurunan,


terjadi pada kondisi tak terdrainase (undrained), atau penurunan terjadi
pada volume konstant, maka ∆V/V = 0. Dalam kondisi ini, angka poison
µ= 0,5. Jika pembebanan menyebabkan perubahan volume (contohnya
penurunan akibat proses konsolidasi), sehingga ∆V/V .0, maka µ < 0,5.

2. BEBAN TITIK METODE BOUSSINESQ

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Boussinesq (1885) memberikan persamaan penyebaran beban akibat
pengaruh beban titik dipermukaan . Tambahan tegangan vertikal (∆σz)
akibat beban titik dianalisi dengan meninjau sistem tegangan pada kordinat
silender (Gambar.3). Dalam teori ini, tambahan tegangan vertikal (∆σz)
pada suatu titik dalam tanah akibat beban titik Q di permukaan, dinyatakan
oleh persamaan:
/
∆ = (2)
/

dengan :
∆σz = tambahan tegangan vertikal
z = kedalaman titik yang ditinjau
r = jarak horizontal titik di dalam tanah terhadap garis kerja
beban

Jika faktor pengaruh untuk beban titik didefinisikan sebagai :

/
= (3)
/

Maka Persamaan (2) akan menjadi

∆ = (4)

Nilai pengaruh I-Boussinesq disajikan dalam bentuk grafik diperlihatkan dalam


Gambar 4 (Taylor,1984)

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Gambar 3 Tambahan tegangan vertikal akibat beban titik

Gambar 4 Faktor pengaruh (I) akibat beban titik, didasarkan teori


Boussinesq (Taylor, 1948)

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Contoh Soal:
Susunan fondasi diperlihatkan dalam Gambar C1 Beban kolom A = 400 kN,
kolom B = 200 kN dan kolom-kolom C = 100 kN. Bila beban kolom dianggap
sebagai beban titik, hitung tambahan tegangan di bawah pusat fondasi-fondasi
A, B, dan C, pada kedalaman 6 m di bawah pondasi.

Penyelesaian:
Beban-beban kolom dianggap sebagai beban titik, karena itu tambahan
tegangan di bawah masing-masing fondasi dapat dihitung dengan persamaan :

∆ =

Fondasi-fondasi diberi nama menurut nama kolom. Dalam soal ini,


karena susunan fondasi simetri, tambahan tegangan di bawah pondasi B
dan C, pada kedalaman yang sama akan menghasilkan z yang sama.

Gambar C1

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


(1) Untuk fondasi-fondasi B:
z (B1) = z (B2) = z (B3) = z (B4)
(2) Untuk fondasi-fondasi C:
z (C1) = z (C2) = z (C3) = z (C4)

(a) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi A

Hitung faktor pengaruh I pada kedalaman 6 m di bawah fondasi A,


dilakukan dalam Tabel C1a.

Tabel C1a. Faktor pengaruh I dibawah fondasi A

Tambahan tegangan akibat beban fondasi A ∆ =

z = 1 x 400/62 x 0,478 = 5,2 kN/m2


Tambahan tegangan akibat beban fondasi B
z = 4 x 200/62 x 0,273 = 6,0 kN/m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi C
z = 4 x 100/62 x 0,172 = 1,9 kN/m2
Tambahan tegangan di bawah fondasi A pada kedalaman 6 m:

z (A) = 5,2 + 6,0 + 1,9 = 13,1 kN/m2

RR (TUGAS MHS)
Hitung distribusi tegangan (penambahan tegangan (z) pada titik-titik pondasi
lainnya (B1, B2, B3, B4, C1, C2, C3, dan C4)

Batas kuliah ke 2/3

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


3. BEBAN TERBAGI RATA BENTUK LAJUR MEMANJANG METODE
BOUSSINESQ

Tambahan tegangan vertikal pada titik A didalam tanah akibat beban terbagi
rata q fleksible berbentuk lajur memanjang ( Gambar 5), dinyatakan oleh
persamaan :

q
z =  sin cos 2 (5)

dengan  dan β dalam radian yang sudut ditunjukkan dalam Gambar 5. Isobar
tegangan yang menunjukkan tempat kedudukan titik- titik yang mempunyai tegangan
vertikal yang sama oleh akibat beban berbentuk lajur memanjang ditunjukkan dalam
Gambar 6

Gambar 6 Isobar tegangan untuk beban terbagi


Gambar 5. Tegangan akibat beban q rata berbentuk lajur memanjang dan bujur sangkar
terbagi rata berbentuk lajur memanjang teori Boussinesq

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


4. BEBAN TERBAGI RATA BE NTUK EMPAT PERSEGI PANJANG

Tambahan tegangan vertikal akibat beban terbagi rata fleksible berbentuk


lempat persegi panjang, dengan ukuran panjang L dan lebar B (Gambar 7) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari penjabaran
persamaan Boussinesq, sebagai berikut

∆σz = ql

Dalam persamaan tersebut

Dari (Gambar 7) diperoleh B = mz dan L = nz, sedangkan ∆σz = qI dan faktor


pengaruh I dapat ditentukan dengan Grafik Gambar. 8 atau rumus berikut ini.

#$ %# $ & # $ #$ %# $ &
= [ + '() *+ ]
! # $ # $ # $ # $ # $

Gambar 7 Tegangan di bawah beban terbagi rata berbentuk empat persegi panjang

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Gambar 8. Faktor pengaruh I untuk tegangan vertical di bawah
sudut luasan beban terbagi rata berbentuk empat
persegi panjang fleksibel (US. Navy, 1971)

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Contoh Perhitungan

Menentukan I faktor pengaruh distribusi tegangan di bawah pondasi (B x L) pada kedalaman z

=4  I qn qn = P/A - Po = P/(BxL) - Sg' h

A B C

B
A B C
I = (1/4  x ( A x B + arc tan C)
D E F
L
Df B L Beban P q
2 2
(m) kN ton kN/m kN/m
2 7 7 3000 305.81 61.22 G H I

Pondasi tapak dibagi 4 bagian sehingga B dan L tapak menjadi 1/2 dari tapak sebenarnya

Perhitungan Faktor Pengaruh Distribusi Tegangan I

No Dimensi Tapak Titik Fak pengaruh


2 2
Titik Pondasi (m)  m = B/z n = L/z m n Grafik 4.8
Tapak Df B L z I
E 2 3.5 3.5 6 0.58 0.58 0.3403 0.3403 0.103 Bagi 4
D 3.5 7 6 0.58 1.17 0.3403 1.3611 0.140 Bagi 2
A 7 7 6 1.17 1.17 1.3611 1.3611 0.193 utuh

Tambahan tegangan pada titik yang ditinjau z =  = 4 I qn

Depth h g Po qn 
Point Layer 3 2 I 2
(m) kN/m kN/m kN/m
I 0 - 1.5 1.5 17.5
30.1 31.13
II 1.5-2.0 0.5 17.5
E pusat tapak   = 4 I qn 0.103 12.85
D/F/B/H pinggir as tapak   = 2 I qn 0.140 8.69
A/C/G/I sudut tapak   = I qn 0.193 6.00

METODE PENGARUH LINGKARAN NEWMARK


Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU
Contoh cara
menggambar
lingkaran Newmark
adalah:

AB (skala
kedalaman) = 2.5
cm.
Maka lingkaran ke 2
digambar dengan
jari-jari:
R = 0,27 x 2,5 =
0,675 cm
lingkaran ke 9
digambarkan
dengan jari-jari :
R = 1,39 x 2,5 = 3,47
cm
dst

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Contoh Soal.
Diketahui bentuk luasan beban ditunjukkan dalam Gbr C4.4. Beban terbagi rata q
= 100 kN/m2 bekerja pada luasan beban tersebut. Hitung tambahan tegangan di
bawah titik P pada kedalaman 6 m.
Pada Gbr C4.4 skala AB pada gambar ekivalen dengan z = 6 m. Denah luasan
beban digambar dengan skala garis AB yang dianggap mempunyai panjang 6m.
karena tambahan tegangan yang akan dihitung di bawah titik P, maka P
diketakkan di pusat lingkaran Newmark.
Selanjutnya dalam menggambar: Misal untuk z = 6m = AB = digambar 2,5 cm
PQ = 9m, digambar pada lingkaran Newmark= (9/z)xAB = (9/6)x2,5 cm = 3,75 cm
QR = 6m, digambar pada lingkaran Newmark= (6/z)xAB = (6/6)x2,5 cm = 2,50 cm
RS = 3m, digambar pada lingkaran Newmark= (3/z)xAB = (3/6)x2,5 cm = 1,25 cm
demikian seterusnya untuk ST, TU, dan UP

Perhitungan Tambahan Tegangan

Jumlah elemen tertutup denah


pondasi n = 42,1

Tambahan tegangan pada


kedalaman 6 m di bawah titik P =

z = q n I = 100 x 42,1 x 0.005


= 21 kN/m2
PR
Hitung z pada titik-titik lainnya:
Q, R, S, T, dan U

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


METODE PENYEBARAN 2V:1H.

Metode ini merupakan salah satu cara pendekatan yang sangat sederhana untuk
menghitung penyebaran tegangan akibat pembebanan yang diberikan oleh
Boussinesq.
Caranya dengan membuat garis penebaran beban 2V:1H (2vertikal dibanding satu
horizontal ). Dalam cara ini, beban fondasi Q dianggap didukung oleh piramid yang
mempunyai kemiringan sisi 2V:1H (Gambar 13). Dengan cara pendekatan ini, lebar
dan panjangnya bertambah 1meter untuk tiap penambahan kedalaman 1 meter.

Gambar 13. Cara penyebaran tegangan 2V : 1H

Untuk fondasi 4 persegi panjang:

-
∆ =
.+ / 0+

atau
1.0
∆ =
.+ / 0+

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU


Dengan:
σz = tamabahan tegangan vertikal pada kedalaman z (kN/m2)
Q = beban total (kN)
q = tekanan terbagi rata (kN/m2)
L = Panjang luasan beban (m)
B = Lebar luasan beban (m)
Z = kedalaman (m)

Cara ini dapat juga untuk menghitung fondasi berbentuk memanjang. Tambahan
tegangan vertikal pada fondasi memanjang dinyatakan dengan persamaan berikut.

1.
∆ =
.+
MEKANIKA TANAH 2
Contoh soal :
Luasan beban berbentuk bujur sangkar fleksibel berukuran 3 m x 3 m terletak
dipermukaan tanah. Di pusat luasan beban bekerja beban titik sebesar 100 kN.
Berapa
tambahan tegangan yang terjadi pada kedalaman 4 m, bila dipakai cara penyebaran
2V:1H

Penyelesaian :
Tambahan tegangan pada kedalaman z = 4m:

566
∆ = = = 2,04 kN/m2
2 3 4 7 8 3 7 8

Mekanika Tanah 2 Ir. Banta Chairullah, M.Ing., IPU

Anda mungkin juga menyukai