Anda di halaman 1dari 43

PBGN6020 Teknik Pondasi

PERTEMUAN KE 6

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI


DENGAN PEMBEBANAN EKSENTRIS
PEMBEBANAN EKSENTRIS

Gambar
(a) Pembebanan eksentris pada lokasi memanjang
(b) Pengaruh eksentrisitas pembebanan pada daya
dukung pondasi memanjang yang dibebani
secara vertical (Meyerhof, 1953)
PERSAMAAN DAYA DUKUNG UNTUK BEBAN EKSENTRIS

 Pengaruh pembebanan vertikal yang eksentris pada pondasi memanjang yang


terletak di permukaan tanah kohesif ( = 0) dan tanah granuler (c = 0 dan  = 35°),
secara kuantitatif diperlihatkan oleh Meyerhof (1953).
 Faktor reduksi daya dukung rnerupakan fungsi dari eksentrisitas beban.
 Pada tanah-tanah granuler reduksi daya dukung Iebih besar daripada tanah
kohesif.
 Daya dukung ultimit pembebanan vertikal-eksentris (qu) diperoleh dengan
mengalikan daya dukung ultimit pondasi dengan pembebanan vertikal-terpusat
dengan faktor reduksi, Re, yaitu
qu’ = Re qu
dengan :
qu’ = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal-eksentris
Re = factor reduksi akibat pembebanan eksentris
qu = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal-terpusat

 Jika e/B = 0,5, maka daya dukung ultimit dama dengan nol (Re = 0).
 Jika e/B = 0 atau beban vertikal di pusat pondasi, maka daya dukung ultimit
menjadi bernilai penuh (Re = 1).
AREA KONTAK EFEKTIF

(a). Eksentrisitas satu arah; (b). Eksentrisitas dua arah;


(c). Eksentrisitas dua arah dan disederhanakan (Meyerhof, 1953)
EKSENTRISITAS BEBAN SATU ARAH
 Meyerhof (1953) menganggap bahwa pengaruh eksentrisitas beban pada daya
dukung adalah mereduksi dimensi pondasinya.
 Bila area pondasi sebenarnya berukuran B dan L, akibat pengaruh beban yang
eksentris, Meyerhof memberikan koreksi untuk lebar dan panjangnya yang
dinyatakan oleh dimensi efektif pondasi B' dan L'.
 Untuk eksentrisitas beban satu arah, dimensi efektif pondasi dinyatakan sebagai
berikut:
(1) Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar efektif pfondasi dinyatakan oleh:
B' = B-2ex, dan L' = L
(2) Jika beban eksentris pada arah memanjangnya, panjang efektif pondasi
dinyatakan oleh:
L' = L - 2ey, dan B' = B
dengan ex dan ey, adalah eksentrisitas resultan beban pada arah x dan y
EKSENTRISITAS BEBAN DUA ARAH

 Jika eksentrisitas beban dua arah, yaitu ex dan ey, maka lebar efektif pondasi
ditentukan sedemikian hingga resultan beban terletak di pusat berat area efektif A’
 Komponen vertikal beban total (P) yang didukung oleh pondasi dengan beban
eksentris dinyatakan oleh :

P’ = qu . A’ = qu B’L’

 Dengan A adalah luas efektif dengan sisi terpanjang L’, sedemikian hingga pusat
beratnya berimpit dengan garis kerja resultan beban pondasi, dalam hal ini B’ =
A’/L’.
 Untuk eksentrisitas beban dua arah, Meyerhof (1953) menyarankan
penyederhanaan luas dasar pondasi efektif sebagai berikut :
B’ = B – 2 ex dan L’ = L – 2 ey
Soal 1
P= ?
ex = 0,2 m

± 0.00
m Suatu pondasi berbentuk bujur
Df = 2 m
- 1.00 sangkar (4 m x 4 m) dengan data-
m- 2.00 data karakteristik tanah seperti
m pada gambar. Tentukan besarnya
B=4m
Lempung beban maksimum yang bekerja,
 = 0o bila faktor aman terhadap
C = 50 kN/m2 keruntuhan kapasitas dukung
b = 18 kN/m3 adalah F = 3
sat = 20
kN/m3
Penyelesaian Soal 1
Eksentrisitas e x = 0,2 m, sehingga :
B’ = B – 2 ex = 4 – (2 x 0,2) = 3,6 m
Untuk  = 0o, maka dari grafik faktor pengaruh daya dukung menurut Meyerhof
diperoleh : Nc = 6,16, dan Nq = 1, N = 0, sehingga :
Kapasitas dukung ultimit untuk pondasi bujur sangkar pada tanah lempung :
qu = c Nc + Po Nq + 0,4 ‘B’ N
= (50 x 5) + [((18 x 1) + (20-10)x1)x1] + 0,4 x (20-10) x 3,6 x 1
= 292,40 kN/m2
Kapasitas dukung ultimit netto :
qun = qu -Po
= 292,40 – 28 = 264,40 kN/m2
Tekanan pondasi netto :
qn = q – Po = P/A – Po = P/(B’ x B’) – 28
Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung F = 3, maka :
F = qun / qn
3 = (264,40/[(P/3,62) – 28]
P = 1505 kN
Sehingga diperoleh beban maksimum yang bekerja pada pondasi adalah 1505 kN
Penyelesaian Soal 1
qu = Po Nq + 0,4 ‘B N
= (38 x 41,4) + [0,4 x (20-10) x B x 42,4]
= 1573,2 + 169,6 B
Kapasitas dukung ultimit netto :
qun = qu -Po
= 1573,2 + 169,6 B – 38 = 1535,2 +169,6 B
Tekanan pondasi netto :
qn = q – Po = P/A – Po = (1000/B2) – 38
Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung F = 3, maka :
F = qun / qn
3 = (1535,2 +169,6 B)/[(1000/B2) – 38]
[(3000/B2) – 114] = 1535,2 +169,6 B  169,6 B3 + 1687,2 B2 - 3000 = 0
Dengan cara coba-coba diperoleh lebar pondasi B = 1,26 m.
ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI
PADA TANAH BERLAPIS
PONDASI TERLETAK PADA DUA LAPISAN
LEMPUNG DENGAN SIFAT BERBEDA
(Analisis Button)

Persamaan daya dukung pondasi yang terletak diatas dua


lapisan tanah lempung yang berbeda adalah sebagai berikut
(Button, 1953) :

qu = c1 Nc’
dengan :
 c1 adalah kohesi tanah lapisan atas dan Nc’ adalah faktor
daya dukung
 bidang keruntuhan dianggap berbentuk silinder dan sudut
geser dalam tanah () dianggap nol.
Faktor daya dukung pondasi yang terletak diatas dua lapisan lempung
(Button, 1953)
PONDASI TERLETAK PADA DUA LAPISAN
LEMPUNG DENGAN SIFAT BERBEDA
(Analisis Vesic)
A. JIKA TANAH LEMPUNG PADA LAPISAN ATAS LEBIH LUNAK
DARIPADA LAPISAN DIBAWAHNYA :
qu = c1 Nm + Df 
Daya dukung ultimit netto :
qun = c1 Nm
dengan :
c1 = kohesi lapisan lempung bagian atas
Nm = faktor daya dukung
Df = kedalaman pondasi
 = berat volume tanah
 Nilai-nilai Nm relatif aman untuk pondasi yang sangat kaku, dan
harus dipakai dengan hati-hati bila pondasinya fleksibel.
 Vesic menyarankan faktor reduksi c1, bila tanah lempung
mempunyai sensitivitas ± 2, maka c1 digantikan dengan 0,75 c1.
PONDASI TERLETAK PADA DUA LAPISAN
LEMPUNG DENGAN SIFAT BERBEDA
(Analisis Vesic)

B. JIKA TANAH LEMPUNG PADA LAPISAN ATAS LEBIH KAKU


DARIPADA LAPISAN DIBAWAHNYA,
Analisisnya harus memperhatikan keruntuhan penetrasi ditepi pondasi dan
faktor daya dukung Nm dinyatakan dengan :
Nm = 1/ + (c2/c1)c Nc (dengan Nm ≤ c Nc)

Dengan :
 = indeks penetrasi = BL /[2H(B + L)]
H = Jarak permukaan lapisan lempung bagian bawah dg dasar pondasi
L, B = panjang dan lebar pondasi
c Nc = Nc’ = faktor daya dukung dg memperhatikan koreksi bentuk pondasi
c1, c2 = kohesi tanah pada lapisan bagian atas dan bawah

 Nilai Nm tidak boleh melebihi  c Nc.


 Untuk pondasi lingkaran dan bujur sangkar,  = B/4H dengan Nc’ = 6,17.
 Untuk pondasi memanjang,  = B/2H dengan Nc’ = 5,14
Faktor daya dukung Vesic untuk pondasi diatas tanah kohesif berlapis
(dari Ramiah dan Chikanagappa, 1981)
Faktor daya dukung Nm Vesic untuk pondasi
B/H empat persegi panjang
c2/c1 dengan L/B ≤ 5 (dari Ramiah dkk., 1981)
2 4 6 8 10 20 ∞
1 5,14 5,14 5,14 5,14 5,14 5,14 5,14
1,5 5,14 5,31 5,45 5,59 5,70 6,14 7,71
2 5,14 5,43 5,69 5,92 6,13 6,95 10,28
3 5,14 5,59 6,00 6,38 6,74 8,16 15,42
4 5,14 5,69 6,21 6,69 7,14 8,66 20,56
5 5,14 5,76 6,35 6,90 7,42 9,02 25,70
10 5,14 5,93 6,69 7,43 8,14 11,40 51,40
∞ 5,14 6,14 7,14 8,14 9,14 14,14 ∞
Faktor daya dukung Nm Vesic untuk pondasi empat persegi panjang
dengan L/B = 1 (dari Ramiah dkk., 1981)

B/H
c2/c1
4 6 8 10 20 40 ∞
1 6,17 6,17 6,17 6,17 6,17 6,17 6,17
1,5 6,17 6,34 6,49 6,63 6,76 7,25 9,25
2 6,17 6,46 6,73 6,98 7,20 8,10 12,34
3 6,17 6,63 7,05 7,45 7,82 9,36 18,51
4 6,17 6,73 7,26 7,75 8,23 10,24 24,68
5 6,17 6,80 7,40 7,97 8,51 10,88 30,85
10 6,17 6,96 7,76 8,49 9,22 12,58 61,70
∞ 6,17 7,17 8,17 9,17 10,17 15,17 ∞
PONDASI TERLETAK PADA TANAH GRANULER
DIATAS TANAH LEMPUNG (Giroud, 1976)
Pondasi terletak diatas dua lapisan tanah, tanah granuler setebal H (c1 = 0, 1 > 0)
dan lempung jenuh (c2 > 0, 2 = 0) tebal tak terhingga (Giroud, 1976)
 Pada B tertentu, jika bidang runtuh melewati
kedua lapisan, nilai daya dukung berada
diantara pondasi pada pasir dan
lempung.
 Jika B kecil, bidang runtuh hanya akan
melewati lapisan pasir, maka :
qu = ½ B 1 N
(daya dukung pondasi diatas tanah pasir )

 Jika B > H, maka daya dukungnya lebih mendekati daya dukung pondasi pada
tanah lempung.
 Jika B sangat besar, maka daya dukung pondasi sama dengan daya dukung
pondasi pada tanah lempung, lapisan pasir tidak berpengaruh sama sekali
qu2 = c2 Nc
Variasi lebar pondasi (B) terhadap daya dukung ultimit (qu)
(Giroud, 1976)

Suatu nilai lebar pondasi (B) optimum menghasilkan daya dukung ultimit
maksimum.
PONDASI TERLETAK PADA TANAH GRANULER
DIATAS TANAH LEMPUNG (Tsheng, 1957)
Persamaan daya dukung untuk pondasi memanjang yang terletak dipermukaan pada
kondisi jangka pendek atau kondisi tak terdrainase, menurut Tsheng (1957) :

qu = c2 Nc’ ; untuk 0 < H/B < 1,5


qu = c2 Nc’ + ½ B 1 N ; untuk 1,5 < H/B < 3,5
qu = ½ B 1 N ; untuk H/B > 3,5
dengan:
qu = daya dukung ultimit pondasi memanjang di permukaan
c2 = kohesi tanah kondisi tak terdrainase pada lapisan tanah lempung
Nc’, N = faktor daya dukung dg memperhatikan koreksi bentuk pondasi
1 = berat volume tanah granuler

Jika tebal lapisan tanah granuler 3,5 B, maka bidang keruntuhan yang terjadi
hanya melewati lapisan tanah granuler
Faktor daya dukung pondasi diatas tanah berlapis yang terdiri dari tanah
granuler dan tanah lempung (Tsheng, 1957)
PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PADA TANAH BERLAPIS
DENGAN MENGANGGAP LEBAR PONDASI FIKTIF

 Pondasi terletak pada lapisan tanah kuat


setebal H, dibawahnya terdapat lapisan
tanah lunak.
 Dasar pondasi terletak pada kedalaman
Df dari permukaan tanah.
 Pada lebar pondasi tertentu, daya
dukung pondasi dipengaruhi oleh lapisan
Daya dukung pondasi pada tanah berlapis tanah lunak dibawahnya.
dengan menganggap lebar pondasi fiktif

 Pada analisis daya dukung, tanah lunak dibagian bawah dianggap menerima
tekanan dengan penyebaran beban sebesar 2 V : 1H. maka lapisan tanah kuat
diatasnya seakan-akan berfungsi sebagai pondasi pelat fiktif, dengan lebar fiktif :
Bf = B + H
Dengan :
Bf = lebar pondasi fiktif
B = lebar pondasi sebenarnya
H = jarak dasar pondasi terhadap lapisan tanah lunak dibawahnya
PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PADA TANAH BERLAPIS
DENGAN MENGANGGAP LEBARPONDASIFIKTIF

 Persamaan umum daya dukung pondasi memanjang dengan lebar fiktif Bf dan
kedalaman (Df + H), adalah :
quf = c2 Nc+ 1 (Df + H)Nq + ½ Bf 2 N
dengan :
quf = daya dukung ultimit pondasi dengan lebar fiktif Bf, kedalaman (Df + H)
c1, c2 = kohesi tanah pada lapisan ke-1 dan ke-2
1 2 = berat volume tanah pada lapisan ke-1 dan ke-2
Df = kedalaman pondasi
H = jarak antara dasar pondasi dan permukaan lapisan tanah ke-2
Nc, Nq, N = faktor daya dukung
 Daya dukung ultimit pondasi memanjang sebenarnya (qu), dengan lebar B dan
kedalaman Df, dg memperhitungkan pengaruh lapisan tanah lunak dibawahnya:
B 
qu  (quf - 1 H)  f 
B
 Bila bentuk pondasi empat persegi panjang (B x L), maka persamaan daya dukung
ultimit pada persamaan di atas menjadi : B L 
qu  (quf - 1 H)  f f 
 BL 
TANAH PONDASI DIBATASI LAPISAN SANGAT KERAS
(Mandel dan Salencon, 1969)

 Persamaan daya dukung ultimit untuk pondasi


memanjang dinyatakan dalam persamaan (Mandel
dan Salencon, 1969) :
qu = xc c Nc+ xq Po Nq + x ½ B  N
 Persamaan daya dukung ultimit diatas, didasarkan
pada anggapan bahwa gesekan tanah pada
Pondasi pada tanah pendukung
yang terletak pada lapisan keras
pertemuan kedua lapisannya dapat berkembang
tak terhingga secara penuh saat terjadi keruntuhan pondasi

dengan :
qu = daya dukung ultimit pondasi memanjang
C = kohesi tanah pada lapisan bagian atas
Po = Df .  = tekanan overburden pada dasar pondasi
Df = kedalaman pondasi
 = berat volume tanah pada lapisan bagian atas
B = lebar pondasi
Nc, Nq, N = faktor daya dukung, fungsi dari sudut geser dalam tanah bagian atas
xc, xq, x = koefisien kenaikan daya dukung
Koefisien-koefisien kenaikan daya dukung
(Mandel dan Salencon, 1969, dari Ramiah, dkk. 1981)

 B/H 1 2 3 4 5 6 8 10

 = 1, untuk 1,02 1,11 1,21 1,30 1,40 1,59 1,78


0o B/H < 1,41 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

 = 1, untuk 1,11 1,35 1,62 1,95 2,33 3,34 4,77


10o B/H < 1,12 1,07 1,21 1,37 1,56 1,79 2,39 3,25

 = 1, untuk 1,01 1,39 2,12 3,29 5,17 8,29 22,0 61,5


20o B/H < 0,86 1,01 1,33 1,95 2,93 4,52 7,14 18,7 51,4

 = 1, untuk 1,13 2,50 6,36 17,4 50,2 150 1.444 14.800


30o B/H < 0,63 1,12 2,42 6,07 16,5 47,5 142 1.370 14.000
Koefisien g
(Mandel dan Salencon, 1969, dari Ramiah, dkk. 1981)

 B/H 2 3 4 5 6 8 10

0o  = 1, untuk sembarang B/H

10o  = 1, untuk B/H < 4,07 1,01 1,04 1,12 1,36

20o  = 1, untuk B/H < 2,14 1,07 1,28 1,63 2,20 4,41 9,82

30o  = 1, untuk B/H < 1,30 1,20 2,07 4,23 9,90 24,8 178 1.450
DAYA DUKUNG PONDASI YANG
BERDEKATAN
 Stuart (1962) dan Mandel (1963, 1965), daya dukung pondasi yang
letaknya sejajar dan dibebani secara serentak, jika pondasi letaknya
berdekatan maka daya dukung pondasinya akan saling mempengaruhi
satu sama lain, sehingga menghasilkan kenaikan daya dukung, yang
tergantung dari sudut geser dalam tanah ()
 Vesic (1973), pengaruh jarak pondasi yang berdekatan akan mengecil
bila nilai banding panjang dan lebarnya (L/B) mendekati 1. Bila
kompressibilitas tanah berkurang, jarak pondasi yang berdekatan
mungkin tidak mempengaruhi daya dukungnya. Untuk model keruntuhan
pondasi tipe keruntuhan penetrasi hampir tidak ada pengaruh sama
sekali dengan adanya pondasi didekatnya.
 Dalam perancangan pada umumnya kenaikan daya dukung akibat
letak pondasi yang berdekatan tidak diperhatikan, karena
pertimbangan keamanan. Lagipula bila jarak pondasi berdekatan tekanan
pada tanah dibawah pondasi menjadi bertambah, maka kriteria
penurunan toleransi sering lebih menentukan dalam perancangannya.
ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI
DARI HASIL PENGUJIAN TANAH
DI LAPANGAN

DAYA DUKUNG DARI HASIL PENGUJIAN KERUCUT STATIS


(SONDIR – CONE PENETRATION TEST/ CPT)
DAYA DUKUNG DARI HASIL PENGUJIAN
KERUCUT STATIS (SONDIR)

qt (MPa) Friction Ratio (%) u2 (kPa) Vs (m/sec)


0 5 10 15 20 25 012345678 -500 500 1500 2500 0 250 500
0 0 0 0 SM
Clayey Silt

5 5 5 5 Dense Sand

Dense Sand
Depth BGS (m)

10 10 10 10

15 15 15 15 Stiff Clay

20
20 20 20

25
25 25 25
DAYA DUKUNG DARI HASIL PENGUJIAN
KERUCUT STATIS (SONDIR)
Hubungan qc/N pada Tanah Granular

qc in kg/cm2 (1 kg/cm2 = 98.07 kPa)


’ dari uji SPT/CPT pada Tanah Granular

After Peck et al. (1974) After Meyerhof (1976)


DAYA DUKUNG DARI HASIL PENGUJIAN
KERUCUT STATIS (SONDIR)
TANAH PASIR
Persamaan qa, berdasarkan kurva Terzaghi dan Peck (1943) untuk pondasi pada
pasir kering yang dimensinya tidak begitu besar, (Meyerhof, 1956) :
 Pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan lebar B ≤1,20 m

 Pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan lebar B 1,20 m

dengan :
qa = kapasitas dukung ijin untuk penurunan 2,54 cm
qc = tahanan ujung kerucut statis (kg/cm2)
B = lebar pondasi (m);
qc = 4N: nilai N diperoleh dari uji SPT
Bila menggunakan hubungan qc = 4N (Meyerhof, 1956) , d e n g a n N diperoleh dari
uji SPT :
 Pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan lebar B ≤1,20 m

 Pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan lebar B 1,20 m

CATATAN:
B = Lebar pondasi
Kd = 1 + 0,33 D/B ; dengan D adalah kedalaman dasar pondasi
Nilai maksimum Kd = 1,33
Nilai Tahanan Konus (q c ) yang digunakan adalah rata-rata pada kedalaman
0 sampai B dari dasar pondasi
CATATAN:
 Jika pondasi terletak pada tanah pasir terendam air, nilai qa diatas harus dibagi 2.
 Untuk pondasi rakit dan pondasi sumuran, nilai qa dikalikan 2 (jika tanahnya
kering), dan nilai qa sama (jika tanah pasir terendam air).
 Tomlinson (1969) menyarankan nilai qa yang diperoleh masih harus dikontrol
terhadap penurunan yang terjadi.
TANAH LEMPUNG
TANAH LEMPUNG
DAYA DUKUNG DARI HASIL PENGUJIAN
KERUCUT STATIS/ CONE PENETRATION TEST/CPT
(SONDIR)
MENURUT SCHMERTMANN (1978)
DAYA DUKUNG BATAS PADA TANAH NON KOHESIF
MENERUS : qu = 28 – 0,0052(300-qc)1,5
BUJUR SANGKAR : qu = 48 – 0,0090(300-qc)1,5

DAYA DUKUNG BATAS PADA TANAH KOHESIF


MENERUS : qu = 2 + 0,28 qc
BUJUR SANGKAR : qu = 5 + 0,34 qc
qu dan qc dalam tsf atau kg/cm2

CATATAN:
• Rumus Tersebut Dapat Diterapkan Untuk D/B  1,5
• qc Merupakan Nilai Rata-rata Pada Selang Kedalaman Dari B/2 Diatas
Sampai Dengan 1,1B Dibawah Dasar Pondasi
38
CONTOH SOAL:
FAKTOR KEAMANAN
 Pada perancangan, beban yang harus didukung oleh pondasi untuk
mendukung beban struktur relatif lebih kecil dibandingkan dengan beban
maksimum yang mengakibatkan keruntuhan daya dukungnya.
 Nilai-nilai daya dukung yang aman, ditentukan dari perhitungan daya dukung
ultimit dibagi dengan faktor keamanan, berguna untuk memberikan keamanan
terhadap hal-hal berikut ini :
1. Nilai kuat geser tanah yang pada kondisi alamnya bervariasi dari setiap
lapisan
2. ketidaktentuan dari ketelitian hasil pengujian kuat geser tanah di
laboratorium dan penggunaan persamaan-persamaan daya dukung tanah
ataupun metode empiris yang digunakan dalam perhitungan
3. penurunan yang berlebihan
4. kerusakan tanah secara lokal yang terjadi pada waktu pelaksanaan
pembangunan pondasi yang mengakibatkan pengurangan daya dukung.
PERKIRAAN DAYA DUKUNG AMAN
BERDASARKAN JENIS TANAH
Daya dukung aman
No. Macam Tanah Keterangan
(kg/cm2)
a Tanah-tanah granuler Kelompok (a) :
 Lebar fondasi B > 1
 Kerikil padat/pasir bercampur kerikil
> 6,0  Kedalaman muka air
padat
tanah > B dari dasar
 Kerikil kepadatan sedang/ pasir fondasi
2–6
berkerikil kepadatan sedang
 Kerikil tak padat/ pasir berkerikil tak
<2
padat
 Pasir padat >3
 Pasir kepadatan sedang 1–3
 Pasir tak padat <1
b. Tanah-tanah kohesif Kelompok (b) :
Sangat dipengaruhi
Lempung keras 3–6
oleh konsolidasi
Lempung pasir dan lempung kaku 2–4 jangka panjang
Lempung agak kaku 0,5 – 1
Lempung sangat lunak dan lanau < 0,75
SELESAI
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai