Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Informasi Proyek
1. Nama Proyek : Pembangunan Showroom Auto2000 Kab.
Tulungagung
2. Lokasi Proyek : Jl. Pahlawan No. 157-B Desa. Rejoagung,
Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 1.1 Lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen

3. Fungsi Bangunan 2 lantai ini:


a. Showroom penjualan mobil merk Toyota
b. Bengkel resmi mobil Toyota
c. Penjualan suku cadang resmi Toyota
4. Sumber Dana : PT. Astra International Tbk
5. Pengelola Proyek
a. Pemilik Proyek : PT. Astra International Tbk
b. Konsultan Perencana : PT. Arsitek Arupadatu
c. Kontraktor Pelaksana : PT. Sinar Mutiara Indah
d. Manajemen Konstruksi : PT. Atelier Enam Project Manager
6. Tanggal Dimulai Pekerjaan : Maret 2017

1
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 120 hari Kalender

B. Analisis Bangunan
1. Arsitektural
a. Organisasi Ruang
Isi bangunan dan penyusunan kegiatan yang terjadi di dalam
meliputi manajemen penataan ruang yang mempengaruhi kenyamanan
pengguna. Showroom Auto2000 ini terdiri dari dua lantai dengan ukuran
yang berbeda. Lantai 1 digunakan sebagai showroom, bengkel, dan
penjualan suku cadang yang terdiri dari ruang tunggu servis, kasir, ruang
pegawai, ruangan khusus, area merokok, musholla, kamar mandi, ruang
suku cadang, ruang peralatan bengkel, ruang pompa hidrolik, ruang pompa
kompresor, ruang genset, dan ruangan tempat singgah montir .Lantai 2
untuk kantor dan tempat pertemuan yang terdiri dari ruang kepala cabang,
ruang rapat, aula pertemuan, ruang khusus montir, ruang pelatihan, ruang
khusus pemasaran, musholla, toilet, dapur, kamar mandi, ruang loker.
Secara umum ruangan-ruangan yang terdapat pada gedung ini dapat
didefinisikan sebagai berikut:
a. Gambar detail organisasi ruang lantai 1

Gambar 1.2 Denah lantai 1

2
Tabel 1.1 Jenis Ruangan dan Ukuran Lantai 1

Ukuran Luas Jumlah Luas Total


No Jenis Ruang Sifat
(m) (bh) (m2)
1 Ruang kasir x 1
2 Ruang pegawai x 1
3 Ruangan khusus x 1
4 Area merokok x 1
5 Musholla x 1
6 Kamar mandi x 1
7 Ruang suku cadang x 1
8 Ruang pompa x 4
9 Ruang kompresor x 1
10 Ruang genset x 1
11 Ruang singgah montir x 1
12 Showroom x 1
13 Ruang tunggu servis x 1
14 Bengkel x 1
15 Koridor x 1
Jumlah Luas Ruangan

b. Gambar detail organisasi ruang lantai 2

Gambar 1.3 Denah lantai 2

Tabel 1.2 Jenis Ruangan dan Ukuran Lantai 2


Luas
Ukuran Luas Jumlah
No Jenis Ruang Sifat Total
(m) (bh) (m2)
1 Ruang kepala cabang x
2 Ruang rapat x
3 Aula pertemuan x
4 Ruang khusus montir x

3
5 Ruang pelatihan x
6 Ruang khusus pemasaran x
7 Musholla x
8 Toilet x
9 Dapur x
10 Ruang loker x
11 x
12 Koridor total x
Jumlah Luas Ruangan
Total Luas ruangan 2 Lantai bangunan = 1856.3 m2

b. Penghawaan
Sistem penghawaan yang di gunakan pada gedung ini adalah sistem
penghawaan alami dan sistem penghawaan buatan. Namun sebagian
besar menggunakan penghawaan buatan (Air Conditioner) dikarenakan
alasan kenyamanan konsumen, penghawaan buatan dilakukan dengan
cara membuat ventilasi dan hanya digunakan pada ruangan bengkel
kerena mengutamakan keamanan dan kenyamanan montir.
c. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang terdapat
pada bangunan, sebab ruang yang terdapat dalam bangunan tidak akan
berfungsi dengan baik apabila kurang optimalnya pencahayaan yang ada
di dalamnya. Pada umumnya sistem pencahayaan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan.
Sistem pencahayaan alami dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan
sinar matahari sebagai pencahayaan dalam ruangan. Pemanfaatan sinar
matahari sebagai sistem pencahayaan dapat digunakan untuk mengurangi
pemanfaatan sistem pencahayaan buatan yang berlebihan.
Bangunan Showroom Auto2000 menggunakan dua sistem
pencahayaan, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan
buatan. Sistem pencahayaan alami sendiri diperoleh dari pemanfaatan
jendela kaca sebagai tempat masuknya sinar matahari yang diletakkan
pada tempat-tempat tertentu. Untuk pencahayaan alami dapat dilihat
ditabel 1.4 dibawah ini:
Tabel 1.4 Kebutuhan pencahayaan alami

Jenis Jumlah Jumlah


No Ruang Total
Pencahayaan Pencahayaan Ruan

4
A. Lantai 1
Showroom Jendela (J-1) 5 1
A. Lantai 2
1 Ruang Kepala Jendela (J-1) 5
Cabang
Ruang Pemasaran Jendela (J-1) 4
d. Sirkulasi Horizontal dan Vertikal
Sistem sirkulasi yang digunakan pada bangunan Showroom
Auto2000 dibedakan menjadi dua, yaitu sistem sirkulasi horisontal dan
sistem sirkulasi vertikal. Sistem sirkulasi horisontal sendiri merupakan
jalan lalu lalang antar ruang dalam satu lantai. Sistem sirkulasi horizontal
yang digunakan yaitu dengan pemanfaatan koridor. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 1.4.
Sedangkan sistem sirkulasi vertikal merupakan model transportasi
yang digunakan untuk mengangkut sesuatu dari bawah ke atas ataupun
sebaliknya. Sistem sirkulasi vertikal yang digunakan yaitu dengan
pemanfaatan tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.5.
Warna merah: Vertikal, Warna Biru: Horizontal

Gambar 1.4 Sirkulasi Horizontal dan Vertical Lantai 1

5
Gambar 1.5 Sirkulasi Horizontal dan Veritical Lantai 2

2. Struktur Bangunan
a. Struktur Bawah
Struktur bawah yang dimaksud adalah struktur bangunan yang
berada di bawah permukaan lantai, seperti pondasi dan sloof. Struktur
bawah dari bangunan gedung ini meliputi:
1. Pondasi
Pondasi adalah struktur bangunan bagian bawah yang berfungsi
meneruskan beban dari struktur diatasnya untuk disalurkan ke lapisan
tanah keras. Kekokohan bangunan bergantung pada kuat atau tidaknya
pondasi yang menopangnya. Bangunan ini menggunakan 2 pondasi strauss
dan 1 bored-pile dengan 2 tipe pondasi strauss yaitu PC 1 dan PC 2 dan 1
tipe bored-pile dengan tipe P1. Jumlah pondasi strauss tipe PC1 yang
digunakan sebanyak 13 buah, pondasi strauss tipe PC2 sejumlah 32 buah
sedangkan tipe P1 berjumlah 9 buah. Letak masing-masing pondasi pada
bangunan dijelaskan dalam gambar denah berikut.

6
Gambar 1. 6 Denah Pondasi strauss

Gambar 1. 7 Potongan Pondasi

Gambar 1. 8 Pondasi Strauss tampak atas

7
2. Tiebeam
Tiebeam adalah struktur bangunan yang terletak diatas pondasi bangunan.
Tiebeam berfungsi sebagai perata beban yang diterima oleh pondasi.
Selain itu tiebeam juga berfungsi sebagai pengunci dinding agar tidak
roboh apabila terjadi pergerakan tanah. Pergerakan tanah dapat terjadi
karena gempa.

Gambar 1. 10 Denah Tiebeam

Gambar 1.11 Detail Tiebeam

8
b. Struktur Atas
Struktur atas merupakan struktur yang terletak diantara struktur bawah
bangunan dan struktur atap. Struktur atas meliputi kolom, balok induk,
balok anak, pelat lantai, dan tangga.
1. Kolom
Terdapat 2 tipe kolom struktur yaitu K1, K2 serta 3 kolom pedestial yaitu
PD1 PD2 dan PD1 komposit. Masing-masing tipe kolom disajikan dalam
tabel berikut. Jumlah masing-masing tipe kolom pada tiap lantai berbeda
antara lantai satu dengan yang lain maka data jumlah masing-masing tipe
kolom pada tiap lantai diberikan pada gambar dan tabel berikut.

Gambar 1.12 Tabel Tipe-tipe Kolom

2. Balok
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal
bangunan akan beban-beban. Ada 4 jenis balok yang digunakan pada bangunan ini,
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.18 Tabel Detail Balok

9
Gambar 1.19 Denah Balok

3. Pelat Lantai
Plat lantai direncanakan untuk memikul beban merata yang bekerja pada seluruh
luas permukaan. Mutu betonnya menggunakan K-300, tebal plat 12 cm, dan ada 3
macam tipe platnya yaitu plat level, lantai, plat atap. Contoh salah satu tipe platnya
yaitu plat lantai yang bisa dilihat pada gambar.

Gambar 1.23 penulangan plat lantai

c. Struktur Atap
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup
atau pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan
kenyamanan bagi penggunan bangunan.
Struktur atap pada gedung ini menggunakan rangka atap baja, jenis kuda-kuda
single beam WF 300.150.6,5.9 dan gording dengan profil canal 150.75.5.7. Untuk
reng dan usuknya dari galvalum, lisplank dari kayu 3-3/30. Sedangkan jenis
penutup atapnya menggunakan genteng.

10
Gambar 1.24 Rencana Atap

Gambar 1.25 Detail Kuda-Kuda Baja WF

11
3. Mekaninal Elektrikal (ME)
Fungsi sistem instalasi mekanikal dan elektrikal (ME) di suatu bangunan
antara lain untuk menunjang kelancaran, kenyamanan, keselamatan penghuni
dalam melakukan kegiatan yang dilakukan. Sumber daya utama yang
digunakan pada adalah energi listrik yang bersumber dari PLN.
4. Instalasi Air Bersih dan Kotor
a. Air Bersih
Instalasi air bersih menggunakan pipa Galvanis, untuk fitting pipa
menggunakan ukuran Ø 15 mm s/d 50 mm.
b. Air Kotor
Instalasiair kotor, air hujan, air bekas menggunakan PVC (Poly Vinyl
Carbonat), untuk fitting pipa air kotor menggunakan ukuran Ø 15 mm s/d
50 mm.

5. Bangunan Pendukung
Bangunan pendukung disini diartikan sebagai bangunan ataupun sarana
prasarana yang dapat menunjang segala aktifitas yang dilakukan oleh
pengguna di Gedung Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen. Bangunan
pendukung yang ada disekitar bangunan ini yaitu Masjid, kamar mandi dan
bangunan pendukung lainnya yang ada disekitar Bangunan ini.
C. Data Teknis Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelaksanaan Pekerjaan Arsitektural
Pekerjaan arsitektural adalah pekerjaan yang dilaksanakan setelah pekerjaan
struktural selesai dikerjakan. Pekerjaan arsitektural pada proyek pembangunan
Gedung Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen dilaksanakan sesuai
dengan RKS. Adapun pekerjaan arsitektural pada bangunan ini meliputi:
a. Pekerjaan Dinding (Pasangan Batu Bata)
1) Persyaratan Bahan
a) Batu Bata

12
 Batu bata yang akan digunakan harus baru, terbuat dari tanah
yang baik sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam SH-
0285-84, berkualitas baik dan telah diperiksa/disetujui Direksi.
 Batu bata harus berkekuatan tekan/compressive strength
sebesar 30 kg/cm2, dan bisa menahan gaya horizontal/shear
strength sebesar 1,7 kg/cm2.
 Batu bata harus matang, bila direndam air akan tetap utuh,
tidakpecah atau hancur
 Batu bata yang pecah/retak tidak dibenarkan digunakan untuk
dipasang, kecuali untuk melengkapi, misalnya sudut.
 Sebelum dipasang batu bata harus direndam air hingga jenuh air.
 Ukuran-ukuran bata harus seragam dan dapat disesuaikan
berdasarkan tebal dinding akhir yang disyaratkan dalam gambar
kerja.
b) Portland Cemen
 Mutu/kwalitas harus sama dengan PC yang digunakan untuk
konstruksl beton, tidak keras, tidak mengandung butiran dan
tidak adanya gejala-gejala membatu.
 Pemakaian semen di dalam satu campurah tidak dibenarkan
lebih dari satu merk.
 Untuk bahan bangunan, ramuan campurah menggunakan
semen (berdasarkan kwalitas yang ditetapkan dalam SKSNI-
1991).
 Semen yang datang dl tempat pekerjaan/lapangan harus
disimpan dalam gudang yang lantainya kering dan minimum 30
cm lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya.
 Portland Cement yang digunakan : Semen Gresik, Semen
Tiga Roda, Semen Padang atau setara;
 Dari pilihan Portland Cement tersebut diatas, calon
penyedia jasa harus menetapkan satu merk yang akan dipakai
serta dilengkapi dengan (1) surat dukungan dari

13
vendor/pemasok material dan (2) pernyataan ketersediaan
material
c) Pasir
Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari segala macam
kotoran, baik dari bahan organis dan alkalis maupun lumpur,
tanah karang, garam/basa dan sebagainya sesuai dengan syarat-
syarat dalam PBI 1971.
d) Jenis Campurah
 Campurah untuk pasangan kedap air adalah 1 bagian semen pc
dan 2 bagian pasir pasang (trasram),
 Campurah untuk pasangan dinding biasa (di atas trasram) adalah
1 bagian semen pc dan 4 bagian pasir pasang.
b. Pekerjaan Lapisan Dinding (Plester Acian)
1) Persyaratan bahan:
 Semen dan pasir
 AirKerja
Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari segala macam
campuran atau larutan minyak, asam garam/basa dan bahan
organis lainnya. Air yang digunakan tersebut harus sesuai
persyaratan yang sudah ditentukan.

2) Daerah Plesteran:
Daerah plesteran antara lain pada bata trasram 1: 2, Batu bata 1: 4,
kolom beton 1: 3 diatas elevasi 0.00 dan pada daerah yang
disesuaikan dengan gambar.
3) Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran:
 Tebal plesteran harus setebal 1 s/d 2 cm, tebal pasangan bata
jadi max. 15 cm,
 Sebelum pekerjaan plesteran dimulai terlebih dahulu
permukaan pasangan batu bata dan beton dibasahi atau disiram
air terlebih dahulu,
 Semua siar permukaan dinding batu bata hendaknya dikerok
sedalam kira-kira 1 cm agar plesteran dapat lebih merata.

14
c. Pekerjaan Lantai (Lantai Keramk)
Syarat dan ketentuan untuk pekerjaan lantai meliputi:
 Pekerjaan pemasangan lantai menggunakan Granite tile. Granite
tile yang dimaksud adalah homogenius tile. Granite tile yang
dipakai ukuran 60 x 60 cm gloss atau polish untuk lantai
ruangan dan tangga utama mulai lantai 2 (dua), sedangkan
untuk lantai KM/WC dan areal basah lainnya dipakai granite tile
60 x 60 cm matt atau unpolish, Lantai harus dikerjakan secara
presisi, rata, rapih, kuat, dan mempunyai permukaan yang tidak
bergelombang, serta didapatkan Nat-Nat yang lurus dan tegak
lurus.
 Khusus sebelum dipasang finishing lantai harus di-leveling/di-
screeding terlebih dahulu dengan beton K-100 atau campurah 1:
3: 5 dengan tebal 4 s/d 5 cm, guna mencapai tinggi pasang
penutup lantai rencana;
 Homogenous Tile atau Granite tile yang dipakai adalah
produk White-Horse, atau produk setara lainnya;
 Keramik yang dipakai adalah produk Roman, Asia tile,
Mulia, Platinum atau produk setara lainnya;
d. Pekerjaan Plafond
Syarat dan ketentuan untuk pekerjaan plafond.

1) Spesifikasi Bahan:
 Jenis Bahan : Gypsum Board dan Kalsiboard unt areal
Kamar Mandi
 Ketebalan : 9 mm unt gypsum board dan 6mm untuk
Kalsiboard
 Mutu Bahan : Buatan dalam negeri merek Jayaboard atau
setara
 Pola Ukuran : Sesuai gambar dan ruangan
 Penggantung : Galvanized wired rod M5 drat + U clamp
channel K4 TB.C

15
 Rangka : Metal furring (setara boral)
 Finish : Flat Joint Compound + textile tape
 Kelembaban :Pelindung rangka dari bahan menie/catn
rangka
2) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
pada NI-5 dan memenuhi SII-0404/81.
3) Rangka langit-langit metal furring dengan penggantung galvanized
wire rod diameter 4,5 mm. yang dilengkapi dengan
mur dan klem, penggantung-penggantung terikat kuat pada
beton, dinding atau rangka baja yang ada;
4) Rangka langit-langit dipasang setelah sisi bagian bawah
diratakan, pemasangan sesuai dengan pola yang
ditunjukkan/disebutkan dalam gambar dengan memperlihatkan
modul pemasangan penutup langit-langit yang dipasangnya;
5) Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak
cembung, kaku dan kuat, kecuali bila dinyatakan lain, misal
permukaan merupakan bidang miring/tegak sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar.
e. Pekerjaan Pengecatan
Syarat dan ketentuan untuk pekerjaan pengecatan:
1) Semua bahan cat yang digunakan adalah : Produk setara
Catylac weathershield untuk dinding eksterior dan produk setara
Catylac pentalite untuk partisi, dinding bagian dalam dan plafond.
2) Sifat-sifat umum ;
 Tahan terhadap pengaruh cuaca,
 Tahan terhadap gesekan dan mudah diberslhkan,
 Mengurangi Pori-Pori dan tembus uap air,
 Tidak berbau,
 Daya tutup tinggi.
3) Cat yang digunakan berada dalam kaleng yang masih disegel dalam
kemasan 5 kg atau 25 kg, tidak pecah atau bocor dan mendapat
persetujuan Pemilik Proyek atau Manager Konstruksi, Pengiriman

16
cat harus disertakan sertifikat dan agen/distributor yang menyatakan
bahwa cat yang dikirim dijamin keasliannya,Pemborong
bertanggung jawab bahwa warna dan bahan cat adalah tidak
palsu dan sesual dengan RKS.
f. Pekerjaan Kusen, pintu dan Jendela
Syarat dan ketentuan untuk pekerjaan kusen, daun pintu dan daun
jendela
1) Bahan:
 Kusen pintu, jendela, penerangan atau ventilasi menggunakan
kusen aluminium finishing powder coating warna, penempatan
dan ukuran sesuai gambar,
 Daun pintu menggunakan panil solid core finishing
melamin, dimensi sesuai gambar,
 Daun jendela dan Boven menggunakan kaca dengan rangka
aluminium finishing powder coating warna, dimensi sesuai
gambar,
 Kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan : alumunium 4”
SF 100 tebal 1mm finish produk Indalex atau setara, finishing
powder coating warna,
 Dari pilihan alumunium tersebut diatas, calon penyedia jasa
harus menetapkan satu merk yang akan dipakai serta dilengkapi
dengan (1) surat dukungan dari vendor/pemasok material dan
(2) surat pernyataan ketersediaan material sesuai dengan
volume yang dibutuhkanserta ketersediaan bahan bila terjadi
kerusakan waktu pelaksanaandan (3) brousur.
2) kusen, rangka daun jendela dan rangka boven
menggunakan aluminium finishing powder coating warna,
3) Pembuatan dan pemasangan jendela aluminium untuk
bangunan ini beserta fabrikasi dan instalasi alat penggantung
dan pengunci harus memenuhi persyaratan dari aluminium
Window Manufature Association Master Spesification dan
ASTM,
4) Bahan aluminium yang akan dipergunakan dharus merupakan

17
produksi suatu pabrik yang mutunya telah”quality approved”,
 Supplier harus melampirkan harus melampirkan hasil penelitian
laboratorium dari suatu testing laboratory yang indipenden dan
diakui.
 Bahan-bahan aluminium yang terbuat dari textured
aluminium, tebalnya 1.15s/d 1.35 mm.
5) Bahan untuk penguat atau penyambung (skrup, mur dan
sebagainya) harus terbuat dari aluminium,
6) Demikian juga alat-alat penggantung dan pengunci jika bukan
terbuat dari aluminim dan non corrosive stainless steel,
g. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci
1) Bahan-bahan:
 Kunci 2 (dua) slag harus berkotak baja dengan finish akan
ditentukan kemudian, baut-baut dan ungkitnya harus dari
kuningan. Tiap kunci harus mempunyai 3 anak kunci yang
berselaput nikel dijadikan satu dengan ring dari kawat baja,
 Type-type kunci harus sesuai dengan fungsi ruangannya,
 Engsel dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap daun
pintu dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna
yang sama dengan engselnya, jumlah engsel yang dipasang
harus diperhitungkan menurut beban berat daun pintu. Tiap
engsel memikul beban maksimum 20 kg
2) Jenis Kunci:
Kunci pintu dipakai setara Dekson, Solid, dan Fino atau setara

3) Pelaksanaan:
 semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik
atau tempat aslinya setelah dicoba dan pemasangan dilakukan
setelah bangunan selesai dicat,
 Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang,
jangan memukul sekrup, cara pengokohan hanya diputar

18
sampai ujung, sekrup yang rusak waktu dipasang harus
dicabut kembali dan diganti,
 Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan
bawah, sedangkan
 engsel ketiga dipasang di tengah-tengah,
 Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka
daun pintu dipasang setinggi 90 cm dari lantal atau sesuai
gambar.
h. Pekerjaan Penutup Atap
Syarat dan ketentuan untuk pekerjaan penutup atap
1) Jenis Material penutup atap adalah Genteng Beton type flat
Monier dan Zincaluminium berkualitas baik, motif dan warna
disetujui direksi,
2) Material atap harus memiliki ukuran yang sama, kedap air,
permukaannya licin untuk memperlancar mengalirnya air,
3) Presisi rapat hubungannya satu sama lain tidak melintir ke berbagali
arah.
2. Pelaksanaan Pekerjaan Struktural
a. Struktur Bawah
1) Pondasi gedung menggunakan starauss dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Bahan-bahan
1. Besi ulir 13, 16, 19
2. Besi polos 12
3. Portland Cement (PC)
4. Pasir Cor
5. Batu pecah mesin 2/3

b) Syarat-syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Besi Tulangan
 Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy = 320 Mpa
(U-32) dan fy = 240 Mpa (U-24) dengan tegangan leleh
minimum 3.200 kg/cm2 dan 2.400 kg/cm2.

19
 Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan minyak dan
bahan lainnya yang dapat mengurangi daya lekat beton.
 Sebelum pengecoran, rangkaian tulangan harus sudah
dilengkapi dengan penahan jarak yang jumlah, penempatan,
mutunya harus disetujui direksi.
 Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan,
Pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan dan lain-lain)
harus memenuhi PBI 1971.
2. Agregat Kasar
 Agregat kasar berupa kerikil, pecah mesin ukuran 2/3 cm
dan mempunyai gradasi kekerasan yang cukup.
3. Campurah
 Campurah beton bertulang dengan mutu K300.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
 Penyetelan dan pemasangan besi tulangan
Semua tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat
sehingga tidak dapat berubah dan bergeser pada waktu
campurah digetarkan. Penyetelan besi tulangan harus
diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran
yang ditentukan.
 Pengecoran
 Alat penggetar pada waktu pengecoran dapat digunakan
bambu bulat.
 Pengcampurah harus rata dan sama kentalnya setiap
kali membuat. Campurah yang mengeras tidak boleh
dipakai.
 Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini harus
dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong.

2) Pondasi batu kali
a. Bahan-bahan

20
 Batu belah yang tidak poros dan belum dipakai, serta harus
dimintakan persetujuan terlebih dahulu kepada Pengawas.
 Perekat yang digunakan dalam komposisi campurah dengan
perbandingan (1 PC: 6 Ps) dan transram (1 PC: 2 Ps)
 Pasangan aanstamping dari batu belah yang disusun padat celah-
celahnya diisi pasir dan disiram air.
 Pasir urug digunakan untuk alas pondasi sebelum dipasang
aanstamping dengan tebal urugan 10 cm dan dipadatkan.
b. Syarat-syarat Pelaksanaan Pekerjaan
 Sebelum pelaksanan pekerjaan. Kontraktor Pelaksana
melaksanakan pengukuran lebih dulu kepada Konsultan
Pengawas jika akan dimulai.
 Pemborong harus selalu berkonsultasi apabila mendapatkan
perbedaan antara gambar konstruksi dan gambar arsitektur atau
hal-hal yang kurang jelas.
 Ukuran balok sloof disesuaikan dengan gambar konstruksi untuk
masing-masing keperluan pondasi.
 Bentuk galian untuk pondasi harus disesuaikan dengan gambar
rencana, dan kemiringan disesuaikan dengan keadaan serta sifat
tanah setempat agar lobang galian tidak mudah longsor.
 Lobang galian untuk pondasi harus dihindarkan dari genangan
air, karena pemborong harus menghisap keluar genangan air
yang terjadi.
b. Struktur Atas
Data teknis untuk pekerjaan struktur atas antara lain sebagai berikut:
1) Bekisting
a. Bahan untuk bekisting terdiri atas:
 Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
 Klem bekisting.
 Perancah dan penyangga lainnya menggunakan kayu ukuran 5/7
atau menggunakan scafolding.
b. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga:

21
 kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban
campurah beton dan atau tekanan lateralnya pada saat
pengecoran.
 Tidak menyebabkan campurah beton terurai, dalam hal ini
khusus untuk bekisting kolom disyaratkan tinggi penulangan
maksimum adalah 2 cm dari permukaan dasar yang telah
mengeras.
 Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi
lain yang sudah selesai dikerjakan.
Untuk dapat memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus
membuat gambar pelaksanaan (shop drawing) lebih dahulu beserta
perhitungan konstruksinya, dan telah mendapatkan persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas sebelum pemasangan bekisting
dilaksanakan.
c. Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali
kecuali dengan ijin Direksi/Konsultan Pengawas secara tertulis.
d. Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain
yang disebutkan di atas, boleh dilakukan sepanjang telah
memperoleh ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
e. Apabila menginginkan hasil beton cor berbentuk bulat, disarankan
menggunakan bekisting/cetakan dari besi yang siap pakai dan telah
mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
2) Tulangan
a. Besi tulangan secara umum adalah besi tulangan ulir D13, D16,
D19, Ø12 sedangkan besi begel Ø8, Ø10 dengan mutu besi rencana
fy = 320 Mpa dan fy = 240 Mpa, di dalam gambar perencanaan
ditandai dengan Ø sebagai kode diameternya untuk tulangan polos
dan D untuk tulangan ulir.
b. Besi tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya
harus dilakukan pengujian laboratorium lebih dahulu menurut
prosedur teknis yang berlaku, dan biaya pengujian sepenuhnya
harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus dianggap
telah termasuk di dalam faktor-faktor penawaran.

22
c. Bila tulangan yang didatangkan di lapangan tidak diperkenankan
langsung dikerjakan sebelum mendapatkan
pembenaran/persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
d. Bila besi tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak
ada/sulit dipasaran, Kontraktor Pelaksana harus segera mengajukan
permintaan ijin tertulis yang dilampiri dengan rencana perubahan
beserta perhitungan teknis dan waktu pelaksanaannya.
e. Bila Direksi/Konsultan Pengawas meluluskan, maka Kontraktor
Pelaksana dapat melaksanakannya sesuai dengan ijin Direksi.
f. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan,
pemasangan tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi
standart yang telah disyaratkan di dalam SKSNI 03 2001, tentang
tata cara pembetonan.
g. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi
dengan beton decking yang jumlah, penempatan dan mutunya
harus disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
h. Besi-besi tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan
pengecoran harus bebas dari kotoran, lemak atau karat serta
kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat antara
campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
i. Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia
penghilang karat (Rust Remover) yang tidak mengurangi diameter
dan kekuatan baja tulangan.
j. Untuk penggunaan bahan kimia tersebut Kontraktor harus
memperoleh petunjuk yang jelas dari Produsen dan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

3) Campurah Beton
a. Campurah beton harus memenuhi mutu karakteristik beton K300
Mpa sesuai dengan rekomendasi di dalam SKSNI 03 2001.
b. Sebelum mix design dilakukan, Kontraktor Pelaksana harus
melakukan pengujian agregat di laboratorium. Bahan agregat yang
dipakai untuk perencanaan campuran beton (mix design) harus
telah mendapatkan rekomendasi dari laboratorium dan dipakai
23
sebagai tolak banding pemeriksaan dengan agregat yang
didatangkan di lapangan.
c. Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman
didalam pelaksanaan pekerjaan ini harus dikalibrasikan dalam
perbandingan campuran dengan satuan volume (bukan berat) yang
selanjutnya dinyatakan dalam takaran bahan di lapangan.
d. Kontraktor juga harus menyediakan beton molen dengan kapasitas
memadai dan dalam kondisi baik serta harus dijamin dapat
berfungsi baik selama masa pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi
beton molen tidak dapat berfungsi dengan baik/rusak, maka
kontraktor berkewajiban untuk segera memperbaikinya atau
mengganti dengan yang baru sepanjang tidak mengganggu jadual
waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran.
e. Penggunaan beton molen dan kapasitasnya harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas. Penggunaan molen
adalah apabila dianggap penggunaan ready mixed tidak
memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton di lokasi
proyek, atau volume yang akan di cor terlalu sedikit.
4) Pengecoran Beton
a. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan
pengecoran beton, maka Kontraktor harus memberitahukan secara
tertulis kepada Direksi kapan pengecoran dilaksanakan.
b. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila:
 Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan,
bekisting serta pemasangan beton decking secara sempurna
dan bersih serta telah mendapatkan persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas.
 Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan
tenaga serta dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga
kerja.
 Kontraktor telah membuat Schedule Rencana pengecoran dan
strategi pengecoran berupa gambar tataletak bahan serta arah
pengecoran.

24
 Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk
pelaksanaan pekerjaan pentahapan telah dipersiapkan dan
dibuat terlebih dahulu.
 Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut didalam sub butir
a, b, c dan d di atas telah mendapatkan pembenaran dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Seluruh persiapan di atas,
apabila telah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas
berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian di lapangan
pekerjaan, maka Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.
c. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-
hal sebagai berikut:
 Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari
beton molen. Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai
dengan yang disyaratkan didalam SKSNI 03 2001. serta harus
sesuai dengan rekomendasi dari laboratorium yang telah
ditunjuk.
 Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton
dengan rasio sesuai yang diatur di dalam SKSNI 03 2001,
maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Setelah pencapaian umur yang cukup, benda-benda
uji ini harus ditestkan ke laboratorium dengan biaya
Kontraktor. Bila hasil laboratorium ternyata mutu beton yang
telah dilaksanakan tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-
test selanjutnya di lapangan sesuai prosedur yang telah di atur
di dalam SKSNI 03 2001. Bila test-test di lapangan ini masih
mendapatkan hasil mutu beton dibawah Fc 30 Mpa maka
Kontraktor berkewajiban membongkar pekerjaan ini dan
melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi apapun.
 Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator.
Pelaksanaannya harus dilakukan secara semestinya yakni
pencelupan vibrator harus diusahakan tegak lurus, secara
perlahan-lahan, demikian juga penarikan vibrator. Selama
pengecoran, vibrator tidak boleh disentuhkan tulangan dan

25
bekisting. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan sedikitnya
1 (satu) buah vibrator cadangan selama pekerjaan pengecoran
berlangsung.
 Dalam hal menggunakan ready mix, maka harus mematuhi
“retention time” yang telah ditentukan.
d. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di
atas, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menghentikan pekerjaan
ini dan semua resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
c. Struktur Atas
1) Bahan-bahan
Atap baja WF
Genteng beton
2) Syarat-syarat Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan Atap Baja WF
 Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan
sarana peralatan untuk untuk menunjang pekerjaan ini.
 Sebelum pemasangan, Kontraktor harus mengajukan gambar
shop drawing yang dilengkapi dengan perhitungan teknis
konstruksi dari Subkon/Distributor.
b. Pekerjaan Penutup Atap Genteng
 Bahan penutup atap dipakai genteng beton kualitas baik dan
memenuhi syarat PUBB 1971. Untuk seluruh bangunan
menggunakan bahan penutup atap dari satu pabrik.
 Sebelum dipesan atau dikirim ke pekerjaan, pemborong terlebih
dahulu mengajukan contoh kepada direksi (minimal3 produk)
untuk mendapatkan persetujuan. Bahan penutup atap yang
cacat/retak tidak dibenarkan untuk dipakai.
 Sebelum pemasangan penutup atap dilaksanakan, haruslah dicek
kemiringan dan kerataan rangka atap, sehingga diperoleh bidang
yang rata.

26
 Pemasangan bubungan digunakan campurah 1 semen: 3 pasir.
Pemasangan penutup atap yang tidak rapi, rata dan berombak
hatus diperbaiki atas biaya pemborong.
3. Pelaksanaan Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
1) Dasar perancangan digunakan standar dan peraturan yang berlaku yaitu
 Pertimbangan-pertimbangan PraRancanganTeknikElektrikal.
 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), SNI 04-0225-
2000. c. Standar Industri Indonesia (SII).
 StandarPLNdalamwilayahdaerahsetem pat. Standar negara lain yang
berlaku di Indonesia seperti :EC VDE, DIN, NEMA, JIS, NFPA,dan
lain-lain.
 Peraturan-Peraturanlainyangterkait
2) Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Stopkontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM,
NYY)
3) Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode warna
minsulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
 Fasa R : merah
 fasa S : kuning
 fasa T : hitam
 netral : biru
 pembumian : hijau/kuning c.
4) Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah konduit PVC high
impact. Pipa, elbow, socket, clamp dan accessories lainnya harus sesuai
yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter19-25 mm.
5) Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara Stop
sambung (T-Junction box) dan armatur lampu.
6) Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Stop kontak
dengan pipa konduit PVC, high impact conduit-heavy gauge, sekurang-
kurangnya diameter 19-25 mm.
7) Rak Kabel, yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable
tray yang terbuat dari plat mild steel dengan ketebalan sekurang- kurangnya

27
2,0 mm, dan difinish hotdip galvanis dilapisi oleh zinchromate, harus tahan
terhadap bahan kimia dan gas kimia. Demikian pula untuk rak kabel yang
berfungsi sebagai jalur kabel NYM untuk penerangan dan Stopkontak, yang
terbuat dari sheet steel dengan ketebalan sekurang- kurangnya 2,0 mm
dengan difinish hotdip galvanized.
8) Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti
yang tertera pada gambar-gambar perancangan.
9) Semua armatur lampu harus mempunyai terminal grounding.
10) Semua lampu fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat
terhadap kenaikan suhu dan beban mekanis dari louver.
11) Pemasangan stop kontak dan saklar dipasang ditanam di dinding (inbow)
yang penempatannya ditunjukkan dalam gambar rencana, Stop Kontak dan
Saklar dipasang pada jarak 150 cm dari lantai jadi.
12) Stop kontak dinding yang dipakai adalah Stop kontak industrial 1 fasa+ N +
E, rating 250 VAC, 16A, untuk pemasangan di dinding/kolom.
4. Pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Kotor
a. Air Bersih
1) Pipa Instalasi Air Bersih, Galvanized SteelPipe, MediumClass, 10kg/cm2
Standard: SNI0039-87/BS, 1387- 67 Polypropylenepipe, PN.10 Class,
10kg/cm2. Standard:SNI,
2) Fitting Pipa Instalasi Air Bersih, Untuk ukuran Ø15 mm s/d 50 mm :
Thread Conection, Melleable CastIron, 16kg/cm2. Standard: SNI, ANSI,
Untuk ukuran Ø65 mm s/d 300 mm: Flange connection, Steel Butt- Weld,
16kg/cm2. Standard: SNI, ANSI.
3) Air bersih berasal dari air PDAM dan atau sumur dangkal dan sumur
dalam. Air yang berasal dari PDAM akan masuk langsung ke dalam
Ground Tank. Untuk air dari sumur dangkal atau sumur dalam, air bersih
ditransfer untuk ditampung ke Ground Tank dengan menggunakan
pompa jet pump atau memakai pompa deepwell. Sebelum masuk Ground
Tank Air sumur melewati Sand Filter dan Carbon Filter untuk pengolahan
air sumur menjadi air bersih. Selanjutnya air bersih dari Ground Tank
ditransfer keTower Tank dengan menggunakan Lifting Pump. Dari

28
TowerTank air selanjutnya di distribusikan secara gravitasi melalui
pipa tegak dalam shaft dan datar keplumbing fixture di Toilet danPantry
uni thunian.
b. Air Kotor
1) Pipa Instalasi Pipa Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan Poly Vinyl
Carbonat (PVC) Pipe, AW Class, 10kg/cm2. Standard: SNI06-0084-2002,
2) Fitting Instalasi Pipa Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan, untuk ukuran
Ø 15 mm s/d 50 mm: Injection Moulding Connection, AW Class10
kg/cm2, Standard: SNI06-01351989. Untuk ukuran Ø65 mm s/d 300
mm: Slip-on Ring Connection, AW Class, 10kg/cm2, Standard: SNI06-
0135-1989.
3) Instalasi Sistem Air Bekas merupakan sistem penyaluran air
buangan yang berasal dari air buangan floor drain dan sink di toilet
maupun pantry melewati pipa datar dan pipa tegak menuju saluran
gedung/kawasan/kota atau ke unit pengolahan limbah. Instalasi SistemAir
Kotor merupakan sistem penyaluran air buangan yang berasal dari air
buangan closet dan urinal di toilet melewati pipa datar dan pipa tegak
menuju ke unit pengolahan limbah. Instalasi Sistem Air Hujan merupakan
sistem penyaluran air hujan yang berasal dari atap gedung, dan atau
tampias hujan di balkon melewati pipa datar dan pipa tegak menuju
kesaluran gedung/kawasan/kota atau ke unit pengolahan limbah. Instalasi
Sistem Pengolah Air Limbah merupakan sistem pengolah air limbah yang
berasal dari gedung kemudian diolah Unit Pengolah Air Limbah sehingga
air keluar menuju ke saluran gedung/kawasan/kota memenuhi
persyaratan/ketentuan air limbah.
5. Pengadaann Material Bangunan
Pengadaan jenis material bangunan yang digunakan dalam proyek
pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen adalah
sebagai berikut:

29
Tabel 1.6 Pengadaan material

NO BAHAN BANGUNAN SATUAN

I PEKERJAAN TANAH
1 Pasir Urug Lokal 1 m3
2 Pasir Pasang 1 m3
3 Pasir Cor 1 m3
II BATU, BATA DAN BETON
4 Batu Belah Kali 1 m3
5 Stenslah/batu pecah tangan 2/3 1 m3
6 Batu pecah mesin 2/3 1 m3
7 Bata Merah 1 bh
8 Portland Cement (PC) 1 Kg
9 Ready mix K-300 1 m3
10 Ready mix K-250 1 m3
10 Ready mix K-175 1 m3
III KAYU (Meranti)
11 Kayu : 4/6 1 m3
12 Balok Uk. 6 x 12 x 400 cm 1 m3
13 Papan 1 m3
14 Begesting 1 m3
*15 Dolken Kayu Dia 8 cm 1 m3
*16 Triplek 4 mm 1 lbr
*17 Multiplek 9 mm 1 lbr
IV BESI DAN BAJA
16 Kawat Beton/Bendrat RRT 1 kg
17 Paku Segala Ukuran 1 kg
18 Baut Segala Ukuran 1 kg
19 Besi Polos 1 kg
20 Besi Ulir 1 kg
21 Baja Plat 15mm 1 kg
22 Baja Plat 10mm 1 kg
V LAIN-LAIN
23 Cat meni besi 1 kg
24 Minyak Pelumas 1 kg
Seng Gelombang 240 x 80 x 0.20 cm sekualitas
25 elephant 1 lbr
26 Baja WF 350.175.7.11 1 kg
27 Baja WF 300.150.6,5.9 1 kg
28 Baja canal 200.70.20.3,2 1 kg
Jendela Nako - Rangka Lbr. 80 Cm + Kaca Lbr. 10 Cm,
29 Tbl. 5 Mm) 1 bh
30 Kaca Polos Bening 3mm 1 m2
31 Kunci Tanam 1 m2
32 Welding Set 1 jam

30
33 Solar 1 ltr
34 kawat Las 1 kg
35 Baut Angker f 16 mm 1 kg

6. Peralatan
Tabel 1.7 Kebutuhan alat

No Alat Jumlah Fungsi


Bulldozer 1 Meratan dan memadatkan tanah
Dump Truck 4 Mengangkut Material
Stamper 1 Pemadatan tanah
Scafolding 1000 Alat bantu penyangga
Vibrator 5 Meratakan sekaligus memadatkan beton
yang sedang di cor
Genset 2 Alat bantu daya listrik
Bar cutter dan Bar Bander 2 Pemotong besi
Pemotong pipa 2 memotong pipa
theodolith 2 Menentukan ketinggian tanah dengan
sudut mendatar dan sudut tegak
Total staton 1
Waterpass 2 Menentukan kerataan bidang, vertical
maupun horozontal
Concrete pump 1 Menyalurkan beton ready mix dari trux
mixer
Truck mixer 10 Membuat dan mengaduk campuran beton
ready mix

7. Mobilisasi Tenaga Kerja


Mobilisasi tenga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan
pelaksanaan pekerjaan. Tenaga kerja yang di persiapkan untuk dimobilisasi
antara lain:
Tabel 1.8 Pengadaan tenaga kerja

No Tenaga kerja Jumlah


1 Tenaga Ahli jasa Konstruksi (SKA)
1.1 Project Manager 1
1.2 Deputy Project Manager 1
1.3 Site Manager 1
1.4 Quality Control 1
2 Tenaga Ahli Pendukung Engineer
2.1 Tenaga Ahli Elektrikal 1
2.2 Tenaga Ahli Struktur 1
2.3 Tenaga Ahli Arsitektur 1
2.4 Tenaga Ahli Mekanikal 1
2.5 Safety Engineer 1
3 Tenaga Ahli Pendukung Pelaksana
3.1 Pelaksana Struktur 1 1
3.2 Pelaksana Struktur 2 1
3.3 Pelaksana Arsitektur 1 1
3.4 Pelaksana Arsitektur 2 1

31
3.5 Pelaksana Elektrikal 1 1
3.6 Pelaksana Elektrikal 2 1
3.7 Pelaksana Plumbing 1
3.8 Quantity Surveyor 1
3.9 Surveyor 1
3.10 Juru Ukur Kuantitas 1 1
3.11 Juru Ukur Kuantitas 2 1
3.12 Juru Gambar 1 1
3.13 Juru Gambar 2 1
3.14 Mandor 4
3.15 Kepala Tukang 8
3.16 Tukang 50
3.17 Pekerja 100

32
BAB II
PELAKSANAAN BANGUNAN

A. Pekerjaan Bangunan (Site Preperation)


1. Pembersihan Lokasi dan Perataan Tanah
Pekerjaan ini adalah pekerjaan pembersihan lahan dari tanaman dan perataan tanah
urug di lokasi pembangunan. Pembersihan dan perataan tanah pada lahan seluas 102.50
m x 43.95 m

2. Mengadakan Pengaman Lokasi Proyek


Pekerjaan pengaamanan ini meliputi pembuatan pagar proyek dan pos jaga. Pagar
proyek terbuat dari Tiang-tiang kayu yang di rangkai sebagai kolom dan balok dengan
bahankayu 5/7. Untuk bahan penutupnya menggunakan seng gelombang. Pagar
pengaman proyek ini di buat 2,5 meter.

Gambar 2.1 Pagar pengaman


3. Pos Jaga
Pembuatan pos jaga menggunakan bahan kayu dengan ukuran bangunan 2 x 2
meter dengan ketinggian 3 meter yang dibangun bersebelahan dengan lokasi
penyimpanan material dan alat, serta dibangun bersebelahand dengan pintu masuk dan
keluar proyek

33
4. Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pengukuran dilakukan dengna menggunakan alat theodolit. Adapun
pekerjaan pengukuran ini meliputi:
a. pembuatan patok permanen dari beton
b. pengukuran elevasi datar
pengukuran elevasi datar meliputi:
1. pengukuran batas kapling
2. penentuan garis sempadan bangunan

5. Pemasangan Bouwplank
Pemasangan Bouwplank pada pembangunan proyek gedung Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Kepanjen menggunakan bahan sebagai berikut:

a. tiang bouwplank menggunakan kayu ukuran 5/7 dipasang setiap jarak 2m’,
sedangkan papan bouwplank ukuran 2/20 diketam halus dan lurus bagian atasnya
dan di pasang datar
b. Bouwplank harus di pasang pada patok-patok yang tertancap kuat kedalam tanah
dan tidak dapat di gerakkan
c. Titik-titik As bangunan harus di jaga kebenarannya agar tidak berubah letaknya.
d. Jika tidak terpaksa harus dipindahkan, pemndahan As-As bangunan ddalam
bouwplank tidak di benarkan

Gambar 2.2 Bouwplank

34
6. Pembuatan Papan Nama
Papan nama pada proyek pembangunan gedung kantor pelayanan pajak pratama
kepanjen, terbuat dari:

a. papan nama kegiatan dibuat dari bahan tripleks dengan ukuran (1 x 2 x 0,012) m.
b. Tiang papan terbuat dari kayu 5/7
c. Adapun Isi papan nama poryek meliputi:
 Nama proyek
 Pemilik proyek
 Kontraktor pelaksana
 Konsultan pengawas
 Sumber dana proyek
 Nilai proyek
 Waktu pelaksanaan

Umpak Pas. Batu kali

Gambar 2.3 Papan Nama Proyek

35
7. Pengadaan Penerangan
Tempat-tempat yang memerlukan pnerangan antara lain direksi keet, pos
penjagaan, gudang, KM/WC, barak pekerja, serta lapangan kerja terutama pada waktu
dilakukan kegiatan kerja lembur.

Tabel 2.1 Jenis Penerangan

Jumlah Jumlah
Total
No Jenis Ruangan Jenis Pencahayaan Lampu Ruang
(bh) (bh) (bh)
Direksi keet Lampu SL 18 Watt 2 1 2
Pos Jaga Lampu SL 18 Watt 1 1 1
Gudang Lampu SL 18 Watt 2 1 2
Barak Kerja Lampu SL 18 Watt 2 1 2
KM/WC Pekerja Lampu SL 11 Watt 1 2 2
Lapangan Kerja (Jika Lampu Sorot Halogen 3 1 3
terdapat pekerjaan 100 Watt
Lembur)

8. Pengadaan Material
Pengadan material dalam pembangunan gedung kantor pelayanan pajak pratama
kepanjen harus memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Untuk bahan yang memerlukan pemesanan, pemesanan dilakukan minimal satu


bulan sebelum bahan tersebut digunakan.
b. Pengiriman material tidak diperbolehkan menggunakan mobil angkut yang
melebihi tonase/kemampuan berat jalan dan elemen-elemen yang dilalauinya.
c. Rencana pengadaan material adalah di bayar cash
d. Material diperoleh/dibeli dari daerah sekitar pembangunan atau seluruh wilayah
kabupaten malang
e. Penempatan material harus ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan.
f. Pengiriman material melalui yang telah di setujui oleh kontraktor.

Tabel 2.2 Material


Tempat
No Sifat Bahan Jenis Bahan Pelakuan
Penyimpanan
1 Tidak tahan terhadap Besi beton, Diluar Gudang Memberikan alas dan
kelembapan Kayu penutup
2 Sensitif terhadap kondisi Semen Didalam Gudang Memberikan alas atau
lingkungan sekitar tatakan, dana tap
gudang tidak boleh
bocor

36
3 Tahan cuaca Diluar Gudang Diluar Gudang -

9. Pengadaan Tenaga Kerja


Pengadaan tenaga kerja dilakukan oleh mandor dengan cara recruitmen yang
kemudian diadakan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja sesuai
keterampilan yang dimiliki.

10. Pengadaan Peralatan Kerja


Peralatan kerja merupakan peralatan mekanis yang minimal harus dimiliki dan
digunakan di lapangan oleh Kontraktor dalam kondisi layak untuk di pakai dan
memenuhi sarat keamanan yang di tentukan. Peralatan yang dipakai misalnya molen,
peralatan untuk pekerjaan pengukuran, pekerjaan beton, pekerjaan kayu, pekerjaan
baja, pekerjaan keramik, dan pekerjaan finishing, tanggung jawab keberadaan peralatan
diserahkan pada kontraktor.

11. Pekerjaan pembuatan akses jalan


Akses jalan untuk masuk ke proyek ini melalui jalan utama yang telah tersedia dan
telah disetujui oleh pihak kontraktor serta pihak sekolah. Jika berlangsung kegiatan
pengecoran balok dan plat lantai maka di perlukan kerja sama dengan keamanan
sekolah (satpam) guna membantu kelancararan lalu lintas ready menuju lokasi
pembangunan.

12. Penyiapan Peralatan kesehatan dan Keselematan Kerja (K3)


Peralatan K3 pekerja meliputi helm proyek dan rompi pekerja. Jumlah helm proyek
dan rompi pekerja sejumlah pekerja yang sedang bekerja pada proyek tersebut.
Kemudian menyediakan kotak P3K dan APAR (alat pemadam api ringan) serta
perlengkapannya, untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja selam
berlangsung pekerjaan.

13. Pengadaan Air Bersih


Pengadaan air bersih yang digunakan dalam pekerjaan proyek dapat diperoleh dari
instalasi PDAM yang telah ada dengan perimbangan meminta ijin terlebih dahulu
kepada pihak yayasan untuk mempergunakan menyambung pipa air yang telah ada
dengan meteran air sendiri guna memperhitungkan pembayarannya.

37
B. Penataan Lokasi (Site Installation) Pekerjaan

No Ruang Ukuran
1. Direksi Keet 3.00 m x 6.00 m
2. Bengkel Kerja
Pekerjaan Besi 15.00 m x 6.00 m
Pekerjaan Kayu 8.00 m x 6.00 m
3. Gudang Penyimpanan 4.00 m x 6.00 m
4. Barak Kerja @3.00 m x 3.00 m
5. Penimbunan Material
Kerikil 3.00 m x 3.00 m
Pasir 3.00 m x 3.00 m
Bata Merah 3.00 m x 2.00 m
6. KM/WC @1.50 m x 1.50 m
7. Pos Jaga 2.00 m x 2.00 m

1. Pembuatan Direksi Keet


Direksi Keet berukuran 3 m x 6 m atau 24 m2 dengna dinding terbuat dari tripleks
dengan tebal 3 mm, rangaka kayu meranti 5/7, kolom terbuat dari kayu ukuran 6 cm
x 12 cm, lantai tanah, penutup atap dari asbes gelombang dan jendela kayu. Faktor
yang harus di perhatikan dalam pembuatan direksi keet adalah nyaman, aman dan
mampu menampung beberapa sarana kantor antara lain papan tempel, meja rapat,
kursi, almari serta dokumen proyek.

Gambar 2.5 Direksi Keet

2. Pembuatan Workshop

38
Bengkel kerja ini terdiri dari bengkel kerja kayu dan bengkel kerja besi
(pembesian). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.3 Spesifikasi Bengkel Kerja

Nama Bengkel Kerja Kayu (8,00 x 6,00) m Besi (15,00 x 6,00) m


Dinding Tertutup (dinding triplek) Tertutup (dinding triplek)
Kolom Kayu meranti 6/12 Kayu meranti 6/12
Rangka Atap Balok Baso 5/7 Balok Baso 5/7
Penutup Atap Terpal Terpal
3. Gudang Penyimpanan
Gudang terbuat dari dinding seng BJLS 20, baja ringan dan atap asbes gelombang
dengan dilengkapi pintu pengaman dan bantalan material dari multiplek 10 mm dan
kayu 6/12. Gudang penyimpanan memiliki lantai kuat di buat dari pasangan rabat
bata tebal 10cm. Ketinggian penyimpanan material 30 cm dari lantai, dengan
ketinggian tumpukan semen atau material lain kurang dari 2 m. Posisi perletakan
material diatur sedeminikian rupa disesuaikan dengan tanggal penerima serta
disediakan penjaga untuk mengawasi dan mencatat aktivitas di gudang

Gambar 2.6 Gudang material


4. Barak Kerja
Pembuatan barakrak pekerja terbuat dari kayu dengan lantai perkerasan beton
campuran 1 pc: 2 ps: 3 kr dengan permukaan diperhalus dengan acian beton.
Dinding barak pekerja dari bahan multipleks tebal 6 mm dengna rangka kayu 5/10
cm. Atap barak pekerja dari bahan asbes gelombang.

39
Gambar 2.7 Barka pekerja

5. KM/WC
Adalah tempat pekerja untuk mandi, mencuci dan kakus terbuat dari rangka kayu
meranti 5/7, dinding pasangan bata setinggi 2 m, atap seng BJLS 20, lantai semen,
terdapat pintu lebar 70 cm. Penempatan agak jauh dari gudang, barak pekerja.
Pengambilan air melalui saluran air kerja yang sudah ada melalui penyambungan
pipa sanitasi, pembuangan dibuat sementara.
Ukurannya : Panjang 2 m, Lebar 1,5 m.
Luas : 3 m2

6. Pos Jaga
Pos penjagaan merupakan ruang tempat tugas petugas keamanan di dalam proyek,
juga berfungsi tempat lapor setiap tamu yang datang ke proyek. Pos ini terbuat dari
kayu5/7, atap dari seng gelombang, dinding dari multiplek 6mm. Pos penjagaan
diletakkan pada bagian pintu masuk yang sekaligus menjadi pintu keluar proyek

7. Pembuatan lahan parkir


Pembuatan lahan parkir bertujuan untuk tempat parkit sepeda para pekerja dan
pelaksana agar aman dan tidak mengganggu sirkulasi pelaksanaan pekerjaan di
proyek. Pembuatan lahan parkir ini hanya dilakukan dengan penyediaan lahan
untuk dijadikan parkir

40
C. Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
1. Mekanisme Pekerjaan Konstruksi Pra-pelaksanaan
Diagram alir mekanisme pelaksanaan

Keterangan:
RFI = Request For Information

a. Identifikasi pekerjaan dari dokumen kontrak oleh pelaksana


Identifikasi pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksud terdiri atas:
 Kelengkapan gambar Shop drawing
 Ukuran dan detail gambar shop drawing, dan lain-lain

41
b. Selanjutnya dokumen kontrak diserahkan kepada pengawas untuk diperiksa
dan dicek, apabilsa detail dokumen kontrak tidak jelas maka dilanjutkan
sebagai permintaan informasi kepada perencana.
c. Melaksanakan perencanaan pembuatan shop drawing yang selanjutnya
diserahkan kepada pengawas untuk diperiksa dan diteruskan kepada
pelaksanan untuk melengkapai dokumen kontrak dan apabila shop drawing
tidak disetujui maka harus diperbaiki oleh perencana.
d. Persertuuan shop drawing harus di setujui oleh pengawas dan selanjutnya shop
drawing siap untuk di laksanakan ole pelaksana, dengan spesifikasi pekerjaan
sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disetujui pengawas.
e. Pekerjaan pelaksanaan kontruksi dilaksanakan sampai selesai.

2. Mekanisme Penjelasan RKS dan Gambar


a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka gambar
detail yang diikuti.
b. Bila pada gambar terdapat perbedaan antara skala dan ukuran maka ukuran
dengan angka dalam gambar yang diikuti.
c. Bila terdapat perbedaan ukuran, jumlah serta bahan-bahan yang diperlukan,
maka RKS yang diikuti.
d. Bila owner meragukan perbedaan antara gambar-gambar yang ada dengan
RKS, baik tentang mutu bahan maupun konstruksi, maka owner wajib bertanya
kepada Pengawas secara tertulis.
e. Sebelum melaksanakan pekerjaan, owner harus meneliti kembali semua
dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan
(Aanwijzing).
f. Kekeliruan pelaksanaan akibat kelalaian hal-hal diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor

42
D. Metode Konstruksi
1. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah (Sub structure)
1.1 Pekerjaan Pondasi

a. pondasi strauss
Metode konstruksi yang di gunakan dalam pekerjaan pondasi strauss adalah:
1) Pengukuran
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, dilaksanakan pekerjaan pengukuran terlebih
dahulu untuk menentukan titik-titik as pondasi sesuai dengan gambar rencana. Melalui

43
titik-titik yang sudah ada pada bouwplank, diberi cat merah dan paku dengan
jarak/dilebihi 1 cm tujuannya untuk menaruh benan. Setelah itu di ambil unting-unting
jatuhkan ketanah sebagai titik pindah as pondasi. Dari titik tersebut baru diukur galian
pondasi baru diadakan penggalian pondasi

2) Galian tanah
Pada pekerjaan galian pilecap dilakukan secara manual mengguanakan cankul. Ukuran
galian sesuai gambar kerja yaitu x m. Untuk keperluan pekerja dalam pemasangan
begesting pilecap maka lebar dan panjang galian ditambah 0.20 m. Sedangkan untuk
galian strause dilakukan secara manual menggunakan bor dengan ukuran galian Ø30
cm dengan kedalaman 2 meter. Jika tinggi muka air tanah (MAT) tertinggi melebihi
dasar pondasi, maka dalam pelaksanaan pemasangan pondasi diadakan pengeringan
air dengan cara dipompa.
3) Pembuatan lantai kerja
Pembuatan lantai kerja dilakukan setelah pengecoran strause. Sebelum dilakukan
pembuatan lantai kerja, terlebih dahulu dilakukan perbaikan tanah dengan cara
mengurug tanah dengan pasir setebal 10 cm. Pasir disiram dengan air sampai pasir
dalam kondisi jenuh untuk mendapatkan hasil yangg baik kemudian dipadatkan.
Setelah diperoleh lapisan yang padat dan datar kemudian lantai kerja dibuat dari beton
menggunakan perbandingan 1 Pc: 3 Ps: 5 Krl setebal 7 cm. Jika pada saat pengecoran
lantai kerja terganggu oleh genangan air maka dilakukan pengeringan air
menggunakan cara disedot dengan pompa atau dengan memindahkan air secara
manual dengan timba.

44
Gambar 2.8 Pembuatan lantai kerja

4) Begesting
a) Begisting pilecape terbuat dari pasangan ½ bata dengan campuran 1Pc:6Ps. Ukuran
panjang dan lebar begisting sesuai dengan gambar kerja. Untuk ukuran panjang dan
lebar begisting diambil dari ukuran dalam pasangan bata, lebih detailnya dapat dilihat
pada gambar dibawah ini. Metode pekerjaan bekisting digunakan merupakan
pekerjaan bekisting yang konvensional. Akan tetapi pekerjaan bekisting semacam ini
sangat banyak diaplikasikan di proyek dikarenakan mudah dalam pelaksanaannya

Gambar 2.9 Begisting Pilecape


b) Begisting kolom pondasi terbuat dari bahan besi, dan minyak begisting. Begesting
dibuat saat proses pengecoran pilecape dan pemasangan tulangan selesai.

45
Gambar 2.10 Begesting kolom pondasi
5) Pembesian
a) Pembuatan tulangan pondasi strause dilakukan sesuai dengan ukuran yang terdapat
pada gambar rencana. Pekerjaan ini dilakukan di bengkel kerja besi sebelum kegiatan
pengecoran pondasi strause dilakukan. Adapun alatalat yang digunakan untuk
pekerjaan besi adalah, kunci pembengkok tulangan (Pleser), bantalan pembengkok
tulangan (meja kerja) dan gunting potong baja beton. Dengan menggunakan alat-alat
pemotong di atas baja tulangan dipotong sesuai dengan ukurannya, Selanjutnya
pembengkokkan tulangan baja menggunakan kunci pembengkok dan bantalan
pembengkok baja. Untuk pembengkokkan pada diameter tulangan yang besar tidak
dapat dilakukan dengan bantalan seperti di atas, harus dibuat dengan mesin
pembengkok agar lebih mudah, dan teliti. Pembengkokkan harus dilakukan dengan
gerakan yang halus dan teratur, gerakan cepat dapat menyebabkan pecah-pecah pada
baja tulangan. Khusus pada pekerjaan pembengkokkan ini dilakukan pada saat baja
dalam keadaan dingin. Untuk detail tulangan dapat dilihat pada gambar
b) Secara kesuluruhan metode pembuatan tulangan kolom pondasi sama dengan
pembuatan tulangan pondasi strause. Penulangan kolom dirangkai menjadi satu
dengan penulangan pondasi. Kegiatan ini dilakukan sebelum pengerjaan pengecoran
dan semua proses pembengkokkan tulangan harus dilakukan dibengkel besi tidak pada
saat batang tulangan sudah tertanam di dalam beton. Untuk semua proses perangkaian
tulangan kolom disesuaikan dengan gambar kerja (bestek).
6) Pengecoran
Pengecoran pondasi dan kolom pondasi menggunakan beton Ready-mix dengan mutu
K-300 dengan nilai slump 7,5-10cm. Untuk penuangan campurah beton harus

46
diperhatikan, mengenai waktu penuangan dilakukan secara kontinu, tidak terlalu tinggi
pada saat penuangannya lalu menghindari penuangan campurah pada saat hujan. Pada
saat penuangan ini juga dilakukan proses pemadatan agar tidak terjadi rongga-rongga
udara yang kosong, sarang-sarang kerikil, tertumpuk pada suatu titik, sudut-sudut
cetakan tidak terisi oleh campurah yang menimbulkan lubang-lubang dan bahkan
campurah tertahan oleh tulangan. Tahapan pengecoran pondasi strause sesuai dengan
gambar

1.2 Pekerjaan Sloof

1. Pemgukuran
Pengukuran pertama yang dilakukan dalam pekerjaan balok sloof yaitu menentukan
posisi landasan yang akan digunakan sebagai pedoman pemasangan perancah-
perancah sloof.
2. Galian Tanah

47
Galian tanah rollag dilakukan secara manual menggunakan cangkul dengan lebar
galian 0,40 m, tinggi galian 0,70 m, dan panjang galian sesuai denah sloof S1.
Pelaksanaan galian rollag ini dilakukan setelah galian tanah pilecape selesai.

Gambar 2.11 Galian Rollag


3. Pasangan Rollag
a. Pasangan Rollag Sloof S1
Rollag dipasang sebagai alas sloof S1. Pasngan rollag ini menggunakan batu bata
dengan pasangan 1 bata menggunakan campuran 1Pc:3Ps.

Gambar 2.12 Pasangan Rollag S1


b. Pasangan Rollag Sloof S2
Rollag dipasang sebagai alas sloof S2. Pasngan rollag ini menggunakan batako dengan
pasangan 1/2 bata menggunakan campuran 1Pc:3Ps. Pasangan rollag sloof S2
dipasang setelah beton sloof S1 kering.

Gambar 2.13 Pasangan Rollag S2

4. Pembesian Sloof

48
Untuk fabrikasi tulangan sloof S1 dan S2 dilakukan dilapangan dan dibengkel kerja
besi dengan pengawasan mandor besi.
5. Begesting Sloof
Bahan begesting yang digunakan untuk Sloof S1 menggunakan multiplex tebal 9mm,
balok kayu kelas II, paku 5-12 cm, dan minyak begisting. Sedangkan untuk sloof S2
menggunakan papan kayu kelas III dan minyak begisting. Sketsa begesting sloof S1
dan S2 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.14 Begesting Sloof S1 dan S2


6. Pengecoran Sloof
Pengecoran sloof S1 dan S2 menggunakan beton sitemix dengan mutu K-250 dengan
nilai slump 7,5-10cm. Selanjutnya adalah proses penuangan adonan beton. Namun
sebelumnya bekisting harus disiram dulu dengan air, ini mengantisipasi bekisting
untuk menyerap air semen pada adonan beton. Bekisting juga harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran kayu maupun lainya agar tidak mengurangi kekuatan beton.
Penuangan adonan beton untuk sloof dilakukan dengan cara manual yaitu mengunakan
ember dituangkan dalam bekisting lalu dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
beton.
7. Pelepasan begesting Sloof
Pelepasan begisting kolom pondasi ini dapat dilakukan sehari setelah pekerjaan
pengecoran selesai
1.3 Pekerjaan Kolom

Mulai

Pengukuran

Pekerjaan Kolom
a. Pengukuran

49
b. Pembesian kolom
c. Pemasangan begesting
kolom
d. Pengecoran kolom
e. Pelepasan begesting kolom
f. Perawatan

Selesai

1. Pengukuran
Pengukuran adalah langkah pertama yang lakukan dalam pekerjaan kolom yaitu untuk
menentukan posisi pengerjaan kolom terutama dalam pengerjaan pengukuran
ketinggian kolom agar tegak lurus dengan muka duga ±0.00.
2. Pembesian Kolom
Proses penulangan diawali dengan pemilihan jenis dan dimensi tulangan yang akan
dipakai, pengukuran panjang kebutuhan tulangan, pemotongan dan pembengkokan
tulangan. Penulangan kolom dirangkai menjadi satu dengan penulangan pondsai
strause. Perangkaian dilakukan dibengkel kerja besi. Kemudian dilokasi tinggal
menempatkan rangkaian. Dilakukan sedikitnya dua orang tukang besi untuk satu sub
pekerjaan pembesian. Satu sebagai pemotong yang lain sebagai pemasok besi-besi
yang akan dipotong. Di dalam pelaksanaan pekerjaan penulangan, mandor atau tukang
harus mengikuti shop drawing yang telah dibuat, khususnya pada ukuran panjang
potongan dan dimensi pembengkokan tulangan pokok dan sengkang. Agar tidak
tumpang tindih dalam pelaksanaan, pekerjaan penulangan sengkang dan tulangan
pokok dilakukan bergantian atau dikerjakan tukang yang berbeda-beda. Detail
penulangan kolom dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

50
Gambar 2.15 Detail Penulangan Kolom

3. Pemasangan Begesting Kolom


Setelah tulangan terangkai sesuai dengan gambar kerja, maka dilakukan pemasangan
bekesting. Bekesting yang terpasang harus tegak lurus terhadap lantai karena akan
sangat mempengaruhi hasil pengecoran yang akan dilakukan. Begisting terbuat dari
bahan multipleks 9 mm dengan rangka balok kayu kelas II, paku 5-12 cm dan minyak
begisting

Gambar 2.16 begesting kolom

4. Pengecoran Kolom

51
Pengecoran menggunakan beton ready mix mutu K-300 dengan nilai slump 7,5-10 cm
untuk lantai 1 sedangkan pada lantai 2 menggunakan beton ready mix mutu K-300
dengan nilai slump 7,5-10 cm. Penuangan beton harus dikerjakan dengan cepat dan
diusahakan tidak terjadi penghentian sebelum pengecoran selesai. Untuk itu perlu
dilakukan uji slump agar diketahui kekentalan dari beton yang akan digunakan.
5. Pelepasan Begesting Kolom
Pembongkaran bekesting dilakukan apabila beton dinilai sudah mencapai kekuatan
yang maksimal yaitu 7 hari. Bekesting dapat dilepas setelah mendapat persetujuan dari
dewan direksi.
6. Perawatan
Ketika beton mulai terjadi pengikatan, perlu dilakukan perawatan. Perawatan beton ini
berfungsi untuk :
1. Menghindari kehilangan zat cair yang banyak pada jam-jam awal dari
pengerasan.
2. Menghindari banyaknya penguapan air dari beton pengerasan hari pertama.
3. Menghindari perbedaan temperatur dalam beton yang dapat mengakibatkan
keretakan pada beton.
4. Perawatan beton dilakukan dengan cara penyiraman permukaan beton dengan air
selama 3 x 24 jam berturut-turut.
1.4 Pekerjaan Balok dan Plat lantai

1. Pengukuran Posisi Begs. 1. Pengukuran Posisi Begs.


2. Pemasangan Begesting 2. Pemasangan Begesting
3. Pembesian 3. Pembesian
4. Pengecoran 4. Pengecoran

Proses semua pengecoran memakai jasa beton ready mix. Diawali dengan
persiapan yang meliputi pembuatan gambar kerja, penulangan, pembuatan bekisting
balok serta pengecorannya. Berikut metode konstruksi pekerjaan balok induk:

52
1. Pengukuran
Menentukan posisi begisting dan acuan untuk balok
2. Pemasangan perancah dan landasan begesting balok
- Tiang perancah menggunakan scafolding.
- Landasan balok menggungakan kayu yang terbentar antar kolom
3. Pemasangan begisting balok
- Begisting balok dipasang setelah pekerjaan kolom selesei yaitu setelah
begesting kolom telah dilepas.
- Bahan begisting dari multipleks 9 mm. balok kayu kelas II, paku 5-12 cm,
dolken kayu galam (Ø8-10)cm, dan minyak begisting
4. Pemasangan begesting plat
Dipasang setelah begisting balok selesai.
5. Penulangan balok
- Penulangan balok dilakukan setelah begisting balok dan plat selesai dipasang
- Perangkaian penulangan langsung dilokasi.
- Pembuatan tulangan sengkang dilakukan terlebih dahulu dibengkel kerja besi.
6. Penulangan plat
- Penulangan dilakukan setelah penulangan balok
7. Pengecoran
- Pengecoran balok dan plat dilakukan secara bersamaan.
- Pengecoran menggunakan beton Ready Mix
8. Pelepasan begesting
Beton yang sudah bisa menahan beratnya sendiri maka pembongkaran bekisting
dapat dilakukan. Pada saat bekisting dilepas, tidak boleh terjadi lendutan yang
berlebihan yang nantinya menimbulkan kerusakan pada beton
9. Perawatan
Perawatan beton dilakukan dengan cara penyiramam permukaan beton dengan air.

1.5 Pekerjaan Tangga


1. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk menentukan ukuran lebar dan panjang tangga agar
sesuai dengan gambar kerja.
2. Begesting Tangga

53
Bekisting plat dibuat dari dari panil–panil multipleks dengan tebal minimum 9
mm dengan rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong. Kemudian pada multiplek tebal minimum 12 mm, dan di
permukaannya diberi minyak pelumas agar bila dibongkar beton tidak rusak.
3. Pembesian Tangga
Penulangan tangga dilakukan dilapangan. Diameter dan jarak tulangan sesuai
dengan gambar perencanaan.
4. Pengecoran Tangga
Pengecoran menggunakan beton site mix mutu K-250 dengan nilai slump 7,5-10
cm.
5. Pembuatan Anak Tangga
Pembuatan anak tangga ini mengguakan pasangan bata dengan pasangan satu
bata. Dipasang sesuai dengan mal dan gambar perencanaan. Pemasangan anak
tangga menunggu beton plat tangga kering.

6. Pembongkaran Begesting
Pembongkaran begisting dilakukan setelah beton plat tangga dan bordes kering

1.6 Atap
1. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk menentukan posisi perletakan kuda-kuda dan
kebutuhan material.
2. Persiapan Material
Pengelompokan material-material dasar (profil, baut, dan lain-lain) berdasarkan
tata mutu jenis baja maupun bentuk profil secara sistematis untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan. Semua plat dan batang baja harus diperiksa kerataan dan
kelurusannya, bebas dari puntiran, sehingga apabila dilakukan perakitan akan
rapat.
3. Fabrikasi Kuda-Kuda Baja
Fabrikasi baja dilakukan dilapangan dengan bantuan alat berat yaitu erection
crane. Selain itu untuk peralatan lain yang digunakan dalam fabrikasi baja antara
lain: alat pemotong seperti cutter wheel, gerinda, gergaji besi dll. Dan untuk

54
semua pekerjaan pengukuran harus menggunakan pita baja. Kemudian pekerjaan
pemotongan dan perangkaian disesuaikan dengan gambar kerja.
4. Pemasangan Kuda-Kuda
Sebelum dilakukan pemasangan semua struktur harus dicat terlebih dahulu untuk
menghilangkan lapis kertak permukaan. Setelah itu semua bagian komponen
kuda-kuda dinaikkan satu persatu untuk dipasang di atas kolom portal. Untuk
pekerjaan pengangkatan kuda-kuda digunakan peralatan erection crane. Proses
pengangkatan kuda-kuda adalah satu sisi bagian kapstang terlebih dahulu dan
dinaikkan dengan erection crane, kemudian pada salah satu ujungnya disanggah
dengan menggunakan scaffolding yang diletakkan ditengah bentang dengan sisi
yang lainnya, dipasangkan pada sisi pelat kaki kolom. Kemudian disusul dengan
sisi yang lainnya, titik angkat kuda-kuda harus diperhatikan dititik yang paling
lemah/kecil tegangannya. Pemasangan baut dilakukan sesuai dengan lubang yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Pekerjaan untuk pengelasan baja dilakukan
oleh tenaga ahli bidangnya.

5. Finishing
Setelah semua kuda-kuda terangkai, bagian-bagian yang tergores atau mengelupas
akibat proses perakitan dan pemasangan harus dicat dengan cat meni besi anti
karat. Kemudian dilakukan pengontrolan baut dan las

55
BAB III
MANAJEMEN PELAKSANAAN

Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan


mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai
tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu. Di dalam manajemen
proyek ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan penggunaan sumber
daya (material, alat, dan tenaga kerja), rencana anggaran biaya pelaksanaan, dan
penjadwalan.
A. Perencanaan Penggunaan Sumber Daya
Perencanaan penggunaan sumber daya dibuat sebelum pelaksanaan proyek
dijalankan yang mana didalamnya berisi tentang rincian pekerjaan yang harus
diselesaikan dalam hitungan waktu yang sudah ditentukan, besarnya volume masing-
masing pekerjaan, mekanisme kerja dan durasi waktu pelaksanaan pada masing-
masing item pekerjaan, disesuaikan dengan batas akhir penyelesaian pekerjaan.
Didalam membuat perencanaan pelaksanaan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Perencanaan Tenaga Kerja
Sebagai pelaksana haruslah memiliki kemampuan untuk mengatur atau mengelola
manusia, serta harus mampu menguasai sipil work (pembersihan, pelaksanaan,
dan mempunyai pengalaman, membuat schedule hingga finishing). Didalam
pelaksanaannya tenaga kerja merupakan komponen penting dalam satu proyek.
Dalam proyek ini, kontraktor pelaksana harus menyediakan tenaga inti yang
cukup memadai untuk kegiatan ini. Tenaga kerja dalam proyek ini diambil dari
daerah terdekat.
2. Perencanaan Kebutuhan Material
Bahan material merupakan hal yang penting dalam suatu proyek. Waktu
datangnya bahan material sangat mempengaruhi kelancaran jalannya suatu
proyek. Ketika material datang terlambat, maka penyelesaian pekerjaan juga
terlambat. Sehigga untuk menghindari keterlambatan pekerjaan, dapat dilakukan

56
dengan cara mendatangkan bahan material yang dibutuhkan minimal 1 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut.
3. Perencanaan Peralatan

No Alat Jumlah Satuan


Bulldozer 1 bh
Dump Truck 4 bh
Stamper 1 bh
Scafolding 1000 bh
Vibrator 5 bh

Genset 2 bh
Bar cutter dan Bar 2 bh
Bander
Pemotong pipa 2 bh
theodolith 2 bh
Total staton 1 bh
Waterpass 2 bh
Concrete pump 1 bh
Truck mixer 10 bh

B. Rencana Anggaran Biaya dan Pelaksanaan


Pelaksanaan suatu pembangunan bergantung dari anggaran biaya yang diperlukan.
Maka untuk suatu pembangunan sebuah proyek diperlukan jadwal yang efektif dan
efisien sehingga akan menghemat jumlah anggaran yang diperlukan. Pada bab ini akan
diuraikan rencana anggaran dan biaya pelaksanaan mulai dari harga satuan pekerjaan
sampai dengan jadwal yang nantinya akan digunakan sebagai acuan di dalam
pelaksanaan.
Rencana anggaran biaya pelaksanaan pada proyek pembangunan gedung Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen bisa dilihat pada lampiran.

57
C. Penjadwalan (Scheduling)
Time schedule merupakan susunan dari program-program pekerjaan pada
pembangunan proyek yang disusun untuk pedoman/mengontrol pelaksanaan pekerjaan
di lapangan agar proyek yang dikerjakan selesai dengan waktu yang seefisien
mungkin, serta untuk mengantisipasi/mengatasi keterlambatan dan mendapatkan cara
untuk pemecahan solusinya. Waktu yang direncanakan haruslah cukup, sebab waktu
itu menjadi permasalahan yang cukup serius semakin lama pekerjaan yang kita
selesaikan maka akan semakin banyak pula biaya yang akan kita keluarkan, oleh
karena itu pengaturan jadwal harus dikerjakan dengan perencanaan yang matang, hati-
hati dan teliti. Time schedule menjadi ukuran untuk mengetahui nilai/bobot dari
kemajuan pekerjaan proyek yang kita kerjakan.
Penjadwalan terdiri dari empat macam yaitu penjadwalan pelaksanaan, pengadaan
bahan, pengadaan alat, dan tenaga kerja.
1. Penjadwalan Pelaksanaan
Penjadwalan pelaksanaan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu
kegiatan proyek yang harus diselesaikan, bahan/material, tenaga kerja serta waktu
yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas.
2. Penjadwalan dibutuhkan untuk membantu:
a. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek.
b. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
c. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
d. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan
cara hal-hal kritis pada proyek
4. Penjadwalan Pengadaan Bahan
Penjadwalan bahan adalah kegiatan menetapkan bahan-bahan yang di butuhkan
selama pelaksanaan proyek. Bahan yang di butuhkan harus di jadwal karena jika
terjadi keterlambatan proyek konstruksi karena keterlambatan bahan hal ini akan
mempengaruhi kecepatan/waktu proyek konstruksi.
5. Penjadwalan Pengadaan Alat
Penjadwalan pengadaan alat adalah kegiatan menentukan jangka waktu alat-alat
yang akan digunakan baik milik sendiri mupun sewa dari tempat lain. Alat yang

58
dimaksudkan pada penjadwalan ini adalah alat-alat berat untuk membantu
pekerjaan konstruksi seperti yang terdapat pada bagian sumber daya alat.
6. Penjadwalan Tenaga Kerja
Penjadwalan tenaga kerja adalah kegiatan menentukan jumlah pekerja dalam
masing-masing kegiatan, pekerja dalam penjadwalan ini telah disebutkan dalam
sumber daya bahan. Keuntunganya melakukan penjadwalan tenaga kerja adalah
kontraktor dapat memonitoring kecepatan dan selesainya pekerjaan yang akan
diselesaikan.

D. Pengendalian (Controlling) Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pengendalian Waktu
Pengendalian yang diterapkan dalam operasional pelaksanaan proyek tidak
sekedar berarti pengawasan dan pemeriksaan pekerjaan dan kejadian yang terjadi
di lapangan, tetapi lebih merupakan tindakan yang sekaligus merupakan aktifitas
perencanaan, pengawasan, pemeriksaan, evaluasi, dan tindakan pencegahan atau
perbaikannya. Pengendalian proyek dilakukan agar semua unsur-unsur yang
terlibat dalam proyek dapat berfungsi secara maksimal dan diharapkan dengan
pengendalian pelaksanaan pembangunan akan sesuai dengan rencana yang sudah
dibuat.
Struktur organisasi harus direncanakan dan diperjelas sebaik mungkin, sehingga
setiap bagian dalam struktur organisasi mempunyai peran masing-masing.
Pengendalian proyek dilakukan dengan pengawasan dan pelaporan setiap
seminggu sekali, tetapi jika memungkinkan pengendalian lebih baik dilakukan
setiap hari agar setiap permasalahan atau kekurangan pada proyek dapat segera
diatasi. Selanjutnya dari pemantauan terhadap waktu tersebut, juga dapat
diketahui apabila terdapat hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan hingga dapat
menyebabkan keterlambatan dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Bagi pengelola
proyek hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek harus segera dapat
diidentifikasi untuk dicarikan penyebabnya kemudian segera dianalisa untuk
mendapatkan jalan keluar untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Acuan
pengendalian waktu adalah penjadwalan proyek.

59
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya ini berkaitan dengan persentase pekerjaan yang sudah
dilaksanakan. Pengendalian ini sangat berkaitan dengan kemampuan setiap
pekerja dan untuk menentukan berapa banyak pekerja yang digunakan agar
pekerjaan selesai sesuai dengan target yang direncanakan dan tidak melebihi
waktu yang direncanakan (tidak sampai melewati lintasan kritis).

Gambar 2.17 Grafik Kurva S Earned Value

Keterangan:
EAC = Estimate at Completion (prediksi penyelesaian akhir proyek)
VAC = Variance at Completion (pencapaian pekerjaan)
CV = Cost variance (selisih antara nilai dari pekerjaan yang telah
dilaksanakan)
SV = Schedule Variance (digunakan untuk menghitung selisih
antara  BCWS dengan BCWP)
BCWP = budgeted cost of work performed  (Nilai hasil dari sudut
pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran yang
disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut)
BCWS = Budgeted Cost of Work Scheduled (nilai anggaran untuk suatu
paket pekerjaan yang dipadukan dengan jadwal
pelaksanaannya)

60
Acuan standart mutu telah ada pada RABP, untuk memperlancar pengendalian ini,
seorang site manager harus mengetahui bobot volume pada setiap masing-masing
pekerjaan dan kemampuan setiap pekerja sehingga dituntut harus bisa
menentukan jumlah pekerja dan material yang sesuai dengan jadwal dan sesuai
dengan volume pekerjaan dalam Rencana Anggaran Pelaksanaan. Bobot volume
semakin besar menentukan banyaknya pekerja dan besarnya material yang akan
dipergunakan.
Pengawasan dapat dilakukan dengan cara antara lain :
a. Menentukan berapa banyak material yang dipergunakan
b. Menentukan jenis alat yang akan dipergunakan
c. Menentukan berapa banyak pekerja
d. Mengawasi berapa banyak material yang sudah digunakan dan material sisa
e. Presensi pekerja agar tidak seenaknya dalam bekerja
3. Pengendalian Mutu
Pengendalian kualitas ditujukan pada upaya mengevaluasi : (a) Rancangan
bangun dan rencana, (b) proses pengerjaan (penggunaan sumber-sumber daya,
metode, waktu, bahan dan tenaga), (c) hasil (kekuatan konstruksi, volume
pekerjaan persatuan waktu dll) sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan dalam
RKS, (d) keputusan (nilai ekonomis dan resiko).
Pada pengendalian ini meliputi beberapa tahap kerja yakni :
a. Menetapkan cara pengukuran standar tersebut dengan cara menetapkan
ketelitian dan toleransi setiap pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan RKS
b. Merencanakan hal-hal yang mungkin akan terjadi masalah dalam pelaksanaan
proyek kemudian mencari sumber masalah tersebut dan cara
penanggulangannya
c. Membuat rencana modifikasi dan memodifikasi rencana yang ada berdasar
hasil temuan masalah dalam pelaksanaan proyek dan kemudian melaksanakan
hasil keputusannya.

Timbulnya masalah dalam pelaksanaan harus segera terselesaikan, dengan


mengidentifikasi penyimpangan yaitu menganalisa data-data pelaporan pelaksanaan
kegiatan pada waktu tertentu dan membandingkan dengan yang telah direncanakan,
serta melakukan koordinasi kerja yang membahas beberapa hal tentang informasi
hambatan kerja yang terjadi dan menemukan jalan keluarnya.
61
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keterlambatan waktu
dan perubahan biaya antara lain:

a. Percepatan jadwal
Cara terbaik untuk mempercepat selesainya suatu kegiatan adalah dengan
menambah sumber daya sehingga produktivitas perharinya meningkat. Akan
tetapi keterbatasan sumber daya seringkali menjadi hambatan yang sangat serius.
b. Tanpa tambahan biaya
Agar dapat menyelesaikan kegiatan lebih cepat, biasanya biaya tambahan yang
dibutuhkan lebih besar dari harga standar. Akan tetapi ada beberapa cara/kiat
untuk mempercepat jadwal proyek tanpa menambah biaya, yaitu mengatur
kembali jadwal yang terlambat.
c. Kegiatan tumpang tindih
Setiap kegiatan didalam proyek memiliki hubungan ketergantungan, dimana
sebuah kegiatan tidak berarti bila tidak bermanfaat bagi kegiatan lainnya.
Penghubung tugas memerlukan hubungan mulai-selesai (finish to start) antar
tugas yag dipilih. Jika suatu kegiatan selesai, kegiatan berikutnya bisa dimulai.
Akan tetapi aturan dasar tersebut akan banyak menghabiskan waktu.
Pemendekan waktu dapat dilakukan dengan penumpukan kegiatan sehingga
akan mempercepat waktu tunggu dimulainya suatu tugas. Usaha menyusun
kembali urutan kegiatan yang mengikuti logika ketergantungan akan
dipermudah dengan mencoba menjawab pertanyaan berikut : kegiatan apa yang
harus dimulai terlebih dahulu, kegiatan apa yang berikutnya akan dikerjakan,
adakah kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung sejajar, perlukah kegiatan
tertentu menunggu kegiatan yang lain.
d. Memutus atau memindahkan hubungan ketergantungan
Hubungan ketergantungan antar kegiatan terkadang juga berdasarkan
pemanfaatan tenaga kerja bukan secara teknis. Hubungan ketergantungan yang
demikian dapat diputuskan atau memindahkannya apabila ketergantungan
tersebut dapat menyebabkan keterlambatan
e. Saling tukar tenaga kerja
Penambahan tenaga kerja pada kegiatan yang berada pada lintasan kritis dapat
mempercepat selesainya proyek. Akan tetapi, keterbatasan tenaga kerja selalu
menjadi kendala. Cara lain untuk menambah tenaga kerja pada kegiatan lintasan
62
kritis adalah dengan mengambil atau memindahkan tenaga kerja yang berada
pada kegiatan yang tidak kritis. Akibat hal tersebut, kegiatan yang dipindah
tenaga kerjanya menjadi tertunda. Selama kegiatan tersebut tertunda dalam batas
waktu luang (free float) tidaklah menjadi masalah. Metode saling tukar tenaga
kerja dapat dipakai bila tenaga kerja yang dipertukarkan memiliki keahlian yang
sama. Akan tetapi bila keahliannya berbeda, maka mereka tidak dapat
dipertukarkan
f. Penambahan sumber daya berkualitas
Penambahan sumber daya yang kualitasnya lebih baik dapat mempercepat waktu
kegiatan, namun biaya penggunaan sumber daya tersebut berbeda dengan biaya
sumber daya yang normal.
g. Penambahan waktu kerja atau lembur
Penambahan tenaga kerja seringkali menjadi hambatan. Hal tersebut disebabkan
sulitnya mencari tenaga kerja yang terampil atau sesuai dengan kebutuhan.
Keterbatasan ruag kerja untuk menyelesaikan kegiatan juga mengakibatkan tidak
efektifnya penambahan tenaga kerja. Metode yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi keterlambatan proyek adalah dengan penambahan jam kerja atau
lembur, dimana penurunan kinerja dan penambahan biaya tenaga kerja pada
penambahan waktu tetap ditoleransi. Pelaksanaan metode lembur harus terlebih
dahulu memenuhi kriteria yaitu bersediannya pekerja untuk lembur, adanya izin
dari owner atau pemilik proyek dan tersediannya sarana untuk melaksanakan
kerja lembur.
E. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Untuk menjamin konstruksi dengan angka nol kecelakaan, CV. Adho Mukha
Svanasana menggunakan standar sistem manajemen kualitas internasional ISO 18001-
2007, CV. Adho Mukha Svanasana menunjukkan komitmen keselamatan kerja dalam
kebijakan perusahaan (terlampir).

(1) OHSAS 18001-2007


(2) Technical Specification of The Project
(3) Safety Target of CV. Adho Mukha Svanasana
(4) Safety Manajement
Pelaksanaan SM-K3 berdasarkan OHSAS 18001-2007 mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
63
1) Penyusunan perencanaan pelaksanaan K-3 (Safety Plan) pada masa persiapan
untuk dijadikan panduan oleh tim proyek dalam pengelolaan dalam pelaksanaan.
Kegiatan safety plan terdiri atas:
a. IBPR atau identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko baik di
lapangan maupun di kantor.
b. Penyusunan program peningkatan kesadaran K-3, untuk meningkatkan
kesadaran dan kepedulian setiap karyawan dan pekerja yang berada di dalam
lingkungan proyek.
c. Membuat rencana tanggap darurat dalam menghadapi kondisi yang harus
segera ditangani dalam waktu singkat sehingga tidak menimbulkan kerugian
yang lebih parah.
d. Membuat schedule safety patrol, safety talk dan safety meeting sebagai sarana
dalam melaksanaan pengawasan dan penyampaian secara langsung program-
program K-3 yang telah disusun.
e. Penyediaan form-form administrasi K-3.
f. Identifikasi, akses dan distribusi UU dan peraturan K-3 sehingga seluruh pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dapat mematuhi dan mengikuti SM-
K3 yang diimplementasikan.
2) Pelaksanaan SM-K3 dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai safety plan yang telah
dibuat dan membuat record-record atas kegiatan yang telah dilaksanakan untuk
dilakukan analisis sehingga dapat selalu termonitor.Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan meliputi inspeksi K-3, peningkatan kesadaran K3, mengadakan
safety meeting bulanan dan safety patrol sesuai schedule yang telah dibuat, serta
melakukan pelaporan yang diperlukan. Langkah-langkah dalam meningkatkan
kesadaran K-3 terhadap karyawan dan pekerja antara lain:
a. Menetapkan aktifator berupa:
(1) Membuat komitmen proyek mengenai K3 yang harus ditaati oleh seluruh
karyawan dan pekerja.
(2) Menyelenggarakan safety talk secara periodik minimal seminggu sekali atau
sesuai safety plan.
(3) Memberikan penghargaan kepada karyawan dan pekerja yang dapat
menemukan penyimpangan K3 di proyek.

64
(4) Memberikan sanksi kepada karyawan dan pekerja yang melakukan
pelanggaran K3.
(5) Memberikan visualisasi akibat dari pelanggaran ketentuan K3.
(6) Mengadakan kegiatan yang menambah wawasan K3.
(7) Meningkatkan kompetensi K3 pada bidang kerjanya.
b. Pengukuran tingkat kesadaran K3, meliputi:
(1) Mengukur tingkat kepatuhan terhadap sistem K3 dengan menggunakan
assesment sheet K3 dan Housekeeping.
(2) Mengukur tingkat kekerapan terjadinya kecelakaan.
(3) Mengukur tingkat keparahan akibat kecelakaan.
(4) Mengukur jumlah Non-conforming (Ketidaksesuaian) K3.
(5) Melakukan evaluasi terhadap record-record yang telah dibuat dalam kegiatan
manajement review untuk menentukan langkah-langkah preventif, evaluasi,
dan improvement yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan di proyek.

65

Anda mungkin juga menyukai