Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan tahapan dalam proses pembangunan suatu konstruksi
bangunan sipil, selalu dibutuhkan suatu perencanaan lengkap dan mendetail tentang
rencana bangunan (drawing design). Untuk itu maka terlebih dahulu dibutuhkan data
perencanaan, antara lain survey lokasi, topografi, geologi, dan penyelidikan tanah lengkap
sebelum pembangunan konstruksi.

Pondasi merupakan salah satu elemen bangunan yang mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menyalurkan gaya dari elemen konstruksi bagian atas ke tanah dasar. Oleh
sebab itu, kekuatan pondasi harus mempertimbangkan kesesuaian antara beban dari
konstruksi dan kemampuan dukung tanah. Bowles (1997: 174) menyatakan ada dua
persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan pondasi. Pertama, tanah dasar
harus mampu mendukung beban konstruksi tanpa mengalami keruntuhan geser (shear
failure), dan yang kedua penurunan pondasi yang akan terjadi harus dalam batas yang
diizinkan.

Hasil perencanaan pondasi berupa tipe, kedalaman, dan dimensi pondasi


berdasarkan data nilai SPT dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
berdasarkan data sifat fisis dan mekanis dari pengujian laboratorium. Perhitungan
daya dukung pondasi berdasarkan data laboratorium dapat menggunakan metode
Terzaghi atau metode Meyerhof. Metode perhitungan daya dukung Meyerhof atau
Terzaghi mendasarkan pada nilai phi (φ) dan kohesi c serta berat volume tanah (γs).
Untuk lokasi pengeboran yang mempunyai sampel UDS berupa tanah lempung juga
diuji sifat konsolidasinya, sehingga dapat juga dihitung potensi penurunan dan lama
waktu penurunan yang akan terjadi. Daya dukung berdasarkan data uji lapangan
dapat menggunakan data SPT atau CPT seperti disarankan oleh Bowles (1997).

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian SPT dan CPT.
b. Untuk mengetahui Penentuan Kapasitas Dukung Tiang Berdasarkan Test CPT.
c. Untuk mengetahui Hubungan nilai N dengan kerapatan relative pada analisis SPT.
BAB II

ISI

A. STATIC CONE PENETRATION TEST (CPT) ATAU UJI SONDIR


Static cone penetration test disebut juga dengan Dutch cone penetration test.
Metode ini telah digunakan di banyak negara dan telah diperkenalkan lebih dari 50 tahun
yang lalu. Salah satu nilai lebih CPT adalah bahwa metode memiliki fungsi sebagai
model skala untuk tes tiang pancang. Korelasi empiris yang telah dilakukan selama
bertahun-tahun telah memberikan kemudahan untuk menghitung daya dukung tiang
pancang secara langsung dari hasil CPT tanpa menggunakan parameter-parameter tanah
konvensional.
Metode CPT telah terbukti sangan berguna untuk menentukan profil tanah karena
tipe tanah dapat diidentifikasi dari kombinasi pengukuran tahanan ujung kerucut dan
friksi selimut jaket. Pengujian memberikkan turunan properti tanah normal seperti
kepadatan, sudut friksi dan kohesi. Beberapa teori telah dikembangkan untuk desain
pondasi.

Popularitas CPT dapat dikelompokkan kedalam tiga faktor penting berikut :


a. Pengenalan umum penetrometer elektrik menmberikan pengukuran yang lebih presisi
dan perkembangan peralatan memberikan penetrasi yang lebih dalam.
b. Kebutuhan akan teknik pengujian in situ penetrometer pada investigasi pondasi lepas
pantai dalam hal tingkat kesulitan dalam mendapatkan kualitas sample yang memadari
pada lingkungan maritim.
c. Penambahan pengukuran simultan yang lain terhadap penetrometer friksi standar seperti
tekanan pori dan temperatur tanah.
Penetrometer

Terdapat beragam bentuk dan ukuran penetrometer yang digunakan. Salah satu yang
menjadi standar di beberapa negara adalah kerucut dengan sudut maksimal 600 dan luas
dasar 10 cm2. Selimut (jaket) telah menjadi item standar untuk penetrometer pada banyak
aplikasi. Pada penetrometer kerucut 10 cm2 selimut friksi harus memiliki luas daerah
150 cm2 sebagai ukuran standar. Rasio friksi samping dan tahanan dukung/rasio friksi
memberikan identifikasi terhadap tipe tanah (Schmermann, 1975) dan menyediakan
informasi yang sangat berguna terutama ketika tidak ada data lubang bor yang tersedia.
Bahkan ketika pemboran dilakukan, rasio friksi tetap memberikan pengecekan atas
akurasi rekam bor.

Dua tipe penetrometer digunakan berdasarkan metode yang digunakan untuk mengukur
tahanan kerucut dan friksi yaitu :

a. Tipe mekanis
b. Tipe elektrik

Tahanan Kerucut qc dan friksi samping lokal fc

Tahanan penetrasi kerucut qc diperoleh dengan membagi gaya total Qc yang bekerja
pada kerucut dengan luas dasar Ac kerucut.

Dengan cara yang sama friksi lokal samping fc adalah

Rasio Friksi, Rf

Rasio friksi Rf dituliskan sebagai

Dimana fc dan qc diukur pada kedalaman yang sama. Rf ditulis dalam persen. Rasio friksi adalah
parameter yang penting dalam pengklasifikasian tanah.

Analisa Daya Dukung berdasarkan data CPT

Bowles (1997:214), mengusulkan persamaan daya dukung menurut data uji


CPT dengan rumus berikut ini.
Tanah tak berkohesi (pasir, kerikil)

• Lajur : qult = 28 – 0,0052 (300 – qc)1,5 (kg/cm2) ..... (2)


• Bujur sangkar: qult = 48 – 0,009 (300- qc)1,5 (
kg/cm2) ..... (3)

Tanah berkohesi (lempung, lanau)

• Lajur: qult = 2 + 0,28 qc (kg/cm2) ..... (4)

• Bujur sangkar: qult = 5 + 0,34 qc (kg/cm2) ..... (5)


Korelasi SPT dengan CPT untuk tanah pasir-kerikil diusulkan oleh Bowles
(1977) adalah:
qc = 4N (kg/cm2) ....... (6)

Penentuan Kapasitas Dukung Tiang Berdasarkan Test CPT


Metode Penentuan Kapasitas Tiang
Test CPT dianggap sebagai test beban tiang dalam skala kecil.beragam metode
menggunakan CPT untuk memprediksi kapasitas vertikal tiang telah dikembangkan. Beberapa
cara diantaranya adalah :
a. Metode Vander Veen
b. Metode Schmertmann

Metode Vander Veen untuk Tanah Nonkohesif

Dalam metode Vander Veen tahanan ujung ultimet tiang diambil sama dengan tahanan
ujung kerucut. Untuk memberikan variasi tahanan kerucut yang biasanya terjadi, metode ini
mempertimbangkan tahanan kerucut rata-rata pada kedalaman tiga kali diameter tiang di atas
ujung bawah tiang dan satu diameter tiang dibawah ujung bawah tiang seperti ditunjukkan pada
gambar 1.

Gambar 1. Kapasitas tiang dengan menggunakan nilai CPT

Pengalaman menunjukkan bahwa jika faktor aman sebesar 2.5 diaplikasikan pada
tahanan ujung ultimet yang ditentukan dari tahanan kerucut, tiang cenderung untuk tidak turun
lebih dari 15 mm di bawah beban kerja (Tomlinson, 1986). Persamaan untuk kapasitas dukung
ultimet dan beban ijin ditulis sebagai :

tahanan ujung tiang,

kapasitas ujung ultimet,


beban ujung ijin,

dimana, qp = tahanan kerucut rata-rata pada kedalaman 4d seperti pada gambar 1 dan Fs = faktor
aman

Friksi kulit pada selimut tiang di tanah non kohesif didapatkan dari hubungan yang
dibuat oleh Meyerhof (1956) sebagai berikut,

untuk tiang displacement,friksi kulit ultimet fs, ditulis sebagai

dimanan qc = tahanan kerucut rata-rata dalam kg/cm2 terhadap panjang selimut tiang yang
ditinjau.

Meyerhof menyatakan bahwa untuk tiang displacement satu sisi, friksi kulit unit
ultimet,fs, memiliki nilai maksimum 107 kPa. Beban kulit ultimet adalah

Kapasitas beban ultimet tiang adalah

Beban ijin adalah

Jika beban kerja Qa didapatkan untuk suatu posisi tertentu pada tiang pada gambar 1
kurang dari kondisi pembebanan yang disyaratkan perencaana struktur, maka kedalaman tiang
harus ditambah untuk meningkatkatkan friksi kulit fs atau tahanan ujung qb.

Metode Schmertmann untuk Tanah Kohesif dan Tanah Nonkohesif

Schmertmann (1978) merekomendasikan satu prosedur untuk semua jenis tanah untuk
menghitung kapasitas dukung tiang. Namun, untuk menghitung friksi samping, Schmermann
memberikan dua pendekatan yang berbeda, untuk pasis dan untuk tanah lempung.

Kapasitas Dukung Ujung Qb pada Semua Jenis Tanah

Metode yang disarankan oleh Schmertmann (1978) sama dengan prosedur yang
dikembangkan oleh De Ruiter dan Beringen (1979) untuk pasir. Prinsip metode ini berdasarkan
pada metode yang disarankan oleh Vander Veen (1975) seperti yang dijelaskan di atas.
Prosedur yang digunakan dalam kasus ini melibatkan penentuan nilai penetrasi ujung kerucut
qp pada kedalaman antara 0.7 sampai 4d dibawah ujung bawah tiang dan 8d di atas ujung bawah
tiang seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Kapasitas dukng tiang menggunakan CPT metode Schmertmann

Nilai qp dapat dituliskan sebagai

dimana qc1 = tahanan kerucut rata-rata dibawah ujung tiang pada kedalaman yang bervariasi
antara 0.7d dan 4d dengan d adalah diameter tiang.

qc2 = tahanan kerucut minimum yang diukur dibawah ujung tiang pada kedalaman 0.7 sampai
4d.

qc3 = rataan daerah tahanan kerucut minimum yang diukur di atas ujung bawah tiang hingga
ketinggian 8d.

tahanan unit tiang qb adalah

Tahanan ujung ultimet tiang Qf adalah

Dan beban ujung ijin Qa adalah


Metode Standard Penetration Test (SPT)

Uji penetrasi standar (SPT) adalah tes penetrasi dinamis in-situ yang dirancang untuk
memberikan informasi tentang sifat-sifat geoteknik tanah

Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan relatif dari
lapisan tanah yang diuji. Untuk melakukan pengujian SPT dibutuhkan sebuah alat utama yang
disebut Standard Split Barrel Sampler atau tabung belah standar. Alat ini dimasukkan ke dalam
Bore Hole setelah dibor terlebih dahulu dengan alat bor.

Analisa Daya Dukung berdasarkan data SPT


Daya dukung lapisan pondasi dangkal berdasarkaan data SPT untuk
penurunan izin 2,5 cm diusulkan menggunakan persamaan berikut ini.
qa = ( N/F2)[(B+F3)/B)]2 Kd.................................................. (1)
→ Kd = 1 + 0,33 D/B ≤ 1,33
untuk B > 1,2 sebagai contoh 1,5 m maka
qa = 30 N
qa = daya dukung izin dalam satuan kPa

Penggunaan persamaan SPT tersebut di atas sejalan dengan persamaan daya


dukung berdasarkan data sondir CPT yang dikemukakan oleh Bowles (1997:214).
Perkiraan daya dukung dengan data CPT untuk perencanaan pondasi tapak dapat
mengacu pada beberapa persamaan empiris seperti yang diusulkan atau
direkomendasikan oleh Meyerhof (1976), Begemann (1965), Vesic (1967), dan Van
der Veen (1957), ataupun yang direkomendasikan oleh Bowles (1997) dengan
memperhatikan jenis dan ukuran pondasi serta keadaan lapisan tanah.

Menurut teori Terzaghi dan Peck, hubungan nilai N dengan kerapatan relatif adalah
sebagai berikut:Tabel 1. Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif
Nilai N Kerapatan Relatif (Dr)

<4 Sangat Tidak Padat

4-10 Tidak Padat

10-30 Kepadatan Sedang

30-50 Padat

>50 Sangat Padat

Nilai N rata-rata ditentukan dengan rumus:

Standar tentang ‘Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT’ di Indonesia adalah SNI 4153-
2008, yang merupakan revisi dari SNI 03-4153-1996), yang mengacu pada ASTM D 1586-84
“Standard penetration test and split barrel sampling of soils”
BAB III

PENUTUP

1.3 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah, yaitu :
a. CPT adalah bahwa metode memiliki fungsi sebagai model skala untuk tes tiang
pancang. Korelasi empiris yang telah dilakukan selama bertahun-tahun telah
memberikan kemudahan untuk menghitung daya dukung tiang pancang secara
langsung dari hasil CPT tanpa menggunakan parameter-parameter tanah
konvensional.
SPT adalah Uji penetrasi standar (SPT) adalah tes penetrasi dinamis in-situ yang
dirancang untuk memberikan informasi tentang sifat-sifat geoteknik tanah. Standart
Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan relatif dari
lapisan tanah yang diuji.
b. - Metode Penentuan Kapasitas Tiang.
-Metode Vander Veen untuk Tanah Nonkohesif.
- Metode Schmertmann untuk Tanah Kohesif dan Tanah Nonkohesif.
c.
Daftar Pustaka

- L.D. Wesley, “Mekanika Tanah”, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta,


1977
- http://teras.unimal.ac.id/index.php/teras/article/view/43/40
- https://www.slideshare.net/akkuanblog/sni-2827-2008
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai