Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENYELEDIKAN

TANAH

DISUSUN OLEH:
FITRIYA RAHMAWATI
MUHAMAD RIZKI RINALDI
RAHMAT EFFENDI
TRISTIA PUTRA PRATAMA

1215011045
1215011073
1215011085
1215011107

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

A. Penyelidikan Tanah Grouting


Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi bawah
tanah untuk perencanaan pondasi bangunan sipil. Penyelidikan tanah harus
mencapai kedalaman dimana tanah memberikan daya dukungnya atau
mengkontribusi penurunan akibat struktur yang akan dibangun. Penyelidikan
tanah mencakup antara lain, pengeboran tanah, pengambilan contoh tanah,
pengujian lapangan, pengujian laboratorium dan observasi air tanah.
Kedalaman penyelidikan tergantung pada Jenis Struktur, Jenis Tanah,
Prakiraan awal jenis pondasi yang akan dipakai.
Penyelidikan tanah di daerah rawa dapat dilakukan dengan beberapa uji
berikut:
1. Uji Sondir
Pengujian sondir test merupakan salah satu pengujian penetrasi yang
bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta
mengetahui kedalaman lapisan pendukung yaitu lapisan tanah keras. Hal
ini dimaksudkan agar dalam mendesain pondasi yang akan digunakan
sebagai penyokong kolom bangunan di atasnya memiliki faktor keamanan
yang tinggi sehingga bangunan di atasnya tetap kuat dan tidak mengalami
penurunan yang dapat membahayakan dari sisi keselamatan akan
pangunan dan penghuni di dalamnya.
Banyak terjadi kegagalan struktur atau bangunan yang runtuh akibat tidak
diperhatikan pentingnya pengujian sondir. Untuk itu sangat disarankan
untuk melakukan pengujian tanah (sondir) ini, sehingga dapat didesain
jenis pondasi yang aman dan efektif sesuai dengan karakteristik tanah dari
bangunan yang akan di bangun.
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.
Biasanya dipakai adalah biconus type begemann yang dilengkapi dengan
selimut untuk mengukur hambatan pelekat lokal dengan dimensi sebagai
berikut:
a. Sudut kerucut conus
: 60o
b. Luas penampang conus
: 10.00 cm2
c. Luas selimut/jacket
: 150 cm2
Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian
perlawanan tanah terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada
selimut silinder diukur. Alat in telah lama di Indonesia dan telah digunakan
hampir pada setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan teknik sipil karena
relatif mudah pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis.

Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima
oleh para praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan
manfaat untuk pendugaan profil atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap
kedalaman karena jenis perilaku tanah telah dapat diidentifikasi dari
kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.
Besaran penting yang diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung
yang diambil sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung
sondir (Qc). Besarnya gaya ini seringkali menunjukkan identifikasi dari
jenis tanah dan konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan ujung jauh leih
besar daripada tanah butiran halus.
Hubungan nilai tahanan konus (Qc) terhadap konsistensi tanah adalah
sebagai berikut:
a. Tanah yang sangat lunak nilai Qc<5 kg/cm2
b. Lunak 5-10 kg/cm2
c. Teguh 10-20 kg/cm2
d. Kenyal 20-40 kg/cm2
e. Sangat kenyal 40-80 kg/cm2
f. Keras 80-150 kg/cm2
g. Sangat keras >150 kg/cm2
Pelaksanaan test sondir ini mengacu pada prosedur ASTM.D.3441, dimana
nilai perlawanan conus (Qc) dan nilai hambatan pelekat lokal atau side
friction (Fs) diamati setiap interwal kedalaman 200 cm dengan kecepatan
penetrasi saat pembacaan nilai Qc dan Fs, diusahakan konstan yaitu
kurang lebih 2 cm/detik.
Test ini dilaksanakan hingga mencapai kemampuan maksimum alat, yakni
nilai tekanan total atau Qc=250 kg/cm2 atau hingga mencapai kedalaman
maksimum di bawah permukaan tanah setempat.
Hasil test sondir ini disajikan berpa diagram atau grafik hubungan antara
kedalaman dengan Qc, Fs, total friction dan friction ratio.
2. Uji Boring
Penyelidikan tanah dengan metode ini bertujuan menentukan jenis dan
sifat-sifat tanah (soil properties) pada lokasi yang akan dibangun pondasi
dari tiap tebal lapisannya. Pengambilan sample tanah ini dikenal dengan
sebutan undisturbed soil sample (pengambilan tanah tidak terganggu).
Pengambilan sample tanah ini adalah dengan cara menge-bor sampai
kedalaman tertentu dengan menggunakan tabung (pipa) logam berongga
kedalam tanah. Di proyek transmisi biasanya dengan metode Hand Auger
(manual), kedalaman umum dengan cara ini bisa sampai 5-6m, kedalaman
ini mungkin memadai untuk penyelidikan tanah pondasi pada tipe pad and
chimney. Tapi tentu saja tidak cukup untuk rencana pondalam (pile

foundation), untuk itu dengan pengeboran dengan mesin diperlukan (deep


boring). Lembaga penyelidikan tanah seperti halnya konsultan tanah,
lembaga PU (Pekerjaan Umum) dan universitas2 tertentu yang memiliki
peralatan dan laboratorium mekanika tanah biasanya jasa mereka selalu
dimanfaatkan dalam melakukan investigasi ini.
Dalam spesifikasi proyek TL, jumlah titik penyelidikan umumnya
dilakukan pada tiap lokasi tower jenis tension atau satu titik tiap jarak 10
km jalur, ataupun berdasarkan usulan kontraktor atau klien dalam
penentuan jumlah titik dan lokasinya. Biasanya pekerjaan bor ini
melengkapi hasil penyelidikan tanah dengan cara sondir, artinya sondir
dilakukan terlebih dahulu. Kelemahan boring adalah kesulitan untuk
menembus lapisan batuan, untuk lapisan batuan diperlukan cara
penyelidikan khusus yaitu core drill.
Tabung-tabung dimasukkan (ditekan/push) kedalam tanah, dengan cara
menyambung ujung-ujungnya bagian demi bagian sampai kedalaman yang
dikehendaki. Sample tanah yang berada dalam tiap bagian tabung
selanjutnya dijaga dan dirawat (ujung-ujung pipa yang berisikan tanah
ditutup dengan bahan khusus/lilin), untuk kemudian dibawa ke
laboratorium penyelidikan tanah. Umumnya untuk menghemat, tidak
seluruh tanah pada tiap lapisan yang dibawa ke laboratorium, hanya tanah
pada lapisan kedalaman desain rencana saja yang dibutuhkan, mungkin
saja sample pada kedalaman 3-4 m.
Hasil uji dilaboratorium akan memberikan beberapa soil data/parameter
penting yang dibutuhkan dalam perhitungan desain pondasi. Untuk itu
dipilih beberapa metode pengujian saja di laboratorium yang akan
menghasilkan data tanah yang diperlukan.
Data tersebut antara lain :
a. Indeks tanah (Y, w, e, gs, dll) :
1) Pengukuran volume dan berat benda uji
2) Uji saringan (sieve analysis test)
3) Atterberg Test
b. Kuat Geser Tanah (c, ):
1) Triaxial Test (UU,CU,CD)
2) Direct Shear Test
3) Unconfined Compression Test
Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat pengawas
lapangan yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal
kecil yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti : pergantian
alat dan tipenya, kedalaman pada waktu penggantian alat, metode
penahanan lubang bor agar stabil atau penahan tebing lobang uji.

Sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya.


Catatan lapangan bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut
dirangkum sedemikian sehingga batas-batas antara material yang berbeda
diplot pada elevasi yang benar, menurut skala yang ditentukan. Semua
hasil-hasil pengeboran dicatat dalam laporan hasil pengeboran (atau
disebut boring log), yang berisi antara lain:
a. Kedalaman lapisan tanah.
b. Elevasi permukaan tiik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
c. Simbol jenis tanah secara grafis.
d. Deskripsi tanah, yaitu posisi dan kedalaman pengambilan contoh.
Disebutkan kondisi contoh terganggu atau tak terganggu.
e. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan
pengeboran.
Dalam penggambaran profil lapisan tanah, lapisan tanah disajikan dalam
bentuk simbol-simbol yang digambar secara vertical. Gambar berikut
menyajikan contoh symbol-simbol tersebut. Kebanyakan tanah terdiri dari
beberapa campuran dari jenis tanah-tanah tertentu, seperti lempung
berlapis, lanau berlapis, lanau berpasir, kerikil berlanau, dan sebagainya.
Dalam kondisi ini, symbol-simbol dapat dikombinasikan, dengan
kandungan tanah yang dominan digambar lebih banyak atau lebih tebal.
3. Uji SPT
Uji penetrasi standar (SPT = Standard penetration test) adalah uji yang
dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik
perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan
teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah
dinding tebal ke dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah pukulan
untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1 ft) vertikal.
Uji penetrasi standar (SPT) dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran
untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan
contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji
pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300
mm (1 ft) vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan
berat 63,5 kg (140 lb) yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi 0,76
m (30 in). Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturutturut setebal 150 mm (6 in) untuk masingmasing tahap. Tahap pertama
dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan
tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N
atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan /0,3 m atau pukulan per
foot). Uji SPT dilakukan pada setiap 2 meter pengeboran dan dihentikan
pada saat uji SPT N diatas 60 N berturut turut sebanyak 3 kali.

Pemeriksaan ini dimaksudkan agar praktikan dapat mengetahui daya


dukung tanah yang akan ditempati pondasi. Yang menjadi permasalahan
pada saat pengujian SPT N dan sering tidak dipererhatikan oleh
pelaksanan pengujian yaitu yang mana didahulukan antara pengambilan
sampel Undisrurbed dengan Pengujian Tes SPT.
Dari data/informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk
menggambarkan profil daya dukung tanah yang di gambarkan pada grasik
SPT.Setelah mengetahui daya dukung tanah, maka letak dan kedalaman
pondasi dapat di tentukan pondasi dapat di tentukan. Alat SPT ada yang
dalam pengoperasiannya menggunakan mesin ada juga yang dioperasikan
secara manual yang tentunya mempunyai hasil pengujian yang berbeda.
Alat SPT yang menggunakan mesin tentu kapasitasnya lebih tinggi dan
diperlukan pada saat pengambilan data tanah untuk kepentingan desain
pondasi. Sedangkan SPT yang dioperasikan secara manual hanya untuk
keperluan praktikum dan kapasitas pengujiannya juga lebih kecil dan
kedalamannya pun tidak lebih dari 10 meter.

B. Fungsi Grouting
Grouting merupakan suatu metode atau teknik yang dilakukan untuk
memperbaiki keadaan bawah tanah dengan cara memasukkan bahan yang
masih dalam keadaan cair, dengan cara tekanan, sehingga bahan tersebut akan
mengisi semua retakan-retakan dan lubang-lubang yang ada di bawah
permukaan tanah, kemudian setelah beberapa saat bahan tersebut akan
mengeras, dan menjadi satu kesatuan dengan tanah yang ada sehingga
kestabilan suatu permukaan tanah akan tetap terjaga.
Grouting juga dapat diartikan sebagai metode penyuntikan bahan semi kental
(slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang bor, dengan
tujuan menutup diskontruksi terbuka, rongga-rongga dan lubang-lubang pada
lapisan yang dituju untuk meningkatkan kekuatan tanah (Dwiyanto, 2005).
Sedangkan bahan-bahan yang biasanya dijadikan sebagai material pengisi
pada grouting diantaranya campuran semen dan air; campuran semen, abu
batu dan air; campuran semen, clay dan air; campuran semen, clay, pasir dan
air; asphalt; campuran clay dan air dan campuran bahan kimia.
Menurut Pangesti (2005), fungsi grouting di dalam tanah atau batuan dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Penetrasi atau Penembusan (permeation/penetration)
Grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan lapisan tipis batuan dengan
pengaruh minimum terhadap struktur asli.

2. Kompaksi atau Pemadatan (compaction/controlled displacement)


Material grouting dengan konsistensi sangat kental dipompakan ke dalam
tanah sehingga mendorong dan memadatkan.
3. Rekah Hidrolik (hydraulic fracturing)
Apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat tarik batuan atau tanah yang
di grouting, akhirnya material pecah dan grouting dengan cepat menembus
zona rekahan

Manfaat dari suatu pekerjaan grouting antara lain adalah sebagai berikut
(Dwiyanto, 2005):
1. Menahan aliran air dan mengurangi rembesan
2. Menguatkan tanah dan batuan
3. Mengisi rongga dan celah pada tanah dan batuan sehingga menjadi padat
4. Memperbaiki kerusakan struktur
5. Meningkatkan kemampuan anchor dan tiang pancang
6. Menghindarkan dari material fluida yang dapat merusak tanah atau batuan

C. Macam-macam Metode Grouting


1. Grouting Tube A Manchette (TAM)
Grouting tube a manchette merupakan sebuah metode injeksi semen
dengan menggunakan pipa manchett. Pada metode ini menggunakan
double packer dan metode up-stage (dari bawah ke atas). Metode TAM
digunakan pada tanah dengan kondisi geologi yang terdiri dari lebih dari
satu jenis batuan dengan tingkat kerusakan geologi yang berbeda- beda.
Hal ini dilihat dari besarnya angka permeabilitas yang mencapai s/d
cm/detik. Kondisi geologi yang buruk tersebut (porous) dapat
menyebabkan menurunnya daya dukung tanah/batuan dan memperbesar
terjadinya rembesan air melalui bawah pondasi waduk. Syarat angka
permeabilitas (k) adalah k n x 10 5 cm/detik dan nilai Lugeon berkisar
antara 1 s/d 5. Angka permeabilitas dan lugeon merupakan acuan dalam

menentukan kelayakan suatu waduk. Pada lokasi yang mempunyai dasar


sungai (riverbed) terdapat endapan sungai berukuran boulder hingga fine
gravel yang bersifat lepas dan mudah runtuh. Kondisi batuan ini
menyebabkan pengeboran dan pemasangan packer sulit untuk
dilaksanakan,sehingga dipilih grouting dengan metode Tube A Manchette
(TAM).
Metode grouting TAM dilakukan karena proses grouting secara
konvensional tidak dapat dilakukan, hal ini dikarenakan struktur lapisan
tanah yang ada di Waduk Bajulmati umumnya batuan lepas. Tahap
pelaksanaan untuk grouting TAM :
a. Grouting TAM bisa dilaksanakan setelah semen pre grout agak
mengeras dan bisa dipecahkan oleh semen grout dalam tekanan
tertentu.
b. Packer set dimasukkan hingga ke dasar lubang untuk selanjutnya
semen ditekan hingga memecah pre-grout dan masuk kedalam
pori/rekahan sekitar lubang.
c. Setelah volume dan tekanan tercapai, grouting dihentikan dan
dilanjutkan dengan grouting pada stage diatasnya yang berjarak 0.5 m
hingga tekanan dan volume tercapai.
d. Grouting per 0.5 m dengan menginjeksikan semen milk hingga tekanan
dan volume tercapai

2. Menurut Warner (2005), grouting dapat dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu:


a. Sementasi Penembusan (Permeation Grouting)
Grouting penembusan (permeationgrouting) disebut juga grouting
penetrasi (penetration grouting), yang meliputipengisian retakan,
rekahan atau kerusakan pada batuan, rongga pada sistem pori-poritanah
serta media porous lainnya. Tujuan grouting penembusan adalahuntuk
mengisi ruang pori (rongga), tanpa merubah formasi serta konfigurasi
maupun volumerongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan untuk
tujuan penguatan formasi, menghentikanaliran air yang melaluinya,
maupun
kombinasikeduanya.
Grouting
penembusan
dapat
meningkatkan kohesi tanah.

b. Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)


Grouting pemadatan dilakukan dengan cara menginjeksi material
grouting sangat kaku (stiff) pada tekanan tinggi kedalam tanah.
Grouting pemadatan merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan
untuk meningkatkan daya dukung tanah. Karenavolume struktur pori
tanah berkurang, maka permeabilitasnya juga akan berkurang.
Meskipun begitu, groutingpemadatan tidak dapat sepenuhnya mencegah
terjadinya rembesan. Grouting pemadatanmampu meningkatkan beban
tanah untuk mengompakkanatau memadatkannya.
c. Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)
Grouting rekahan dilakukan padarekahan hidrolik yang terdapat pada
tanah dengan fluida suspensi atau material groutingslurry, untuk
menghasilkan
hubungan
antar
lensa
grouting
dan
memberikanpenguatan kembali (reinforcement). Umumnya grouting
rekahan digunakan padatanah dengan permeabilitas rendah. Grouting
rekahan dapat dilakukan padabeberapa jenis tanah dan kedalam,
terutama sangat baik pada material lempung.
d. Sementasi Campuran/ Jet (Mixing/ Jet Grouting)
Grouting jet dilakukan dengan caramengikis tanah menggunakan jet
bertekanan tinggi dan injeksi serentak ke dalam tanahyang terganggu
dengan jet monitor. Grouting tipe ini juga dapatdigunakan untuk
melakukan penyemenan di sekeliling tiang atau pondasi.
e. Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alamimaupun buatan, kadangkadang membutuhkansuatu pengisian atau penutupan. Pada jaman
dahulu, pengisian dilakukan menggunakan peralatan yang samadengan
alat grouting tipe lainnya. Saat ini, grouting isi dilakukan
menggunakanperalatan khusus dengan campuran concrete atau mortar.

f. Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)


Umumnya pekerjaan grouting dilakukandengan cara mendorong
material grouting ke dalam formasi dengan tekanantinggi. Akan tetapi,
pada kondisi tertentu hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu,
vakum digunakan untuk menyedot material grouting masuk ke dalam
bagian yangmengalami kerusakan. Kerusakan tersebut harusdiisolasi
dari tekanan barometrik terlebih dahulu, sehingga dengan kondisi yang
vakum, material grouting akan tersedot dan tertarik ke dalam kerusakan
tersebut.

D. Pelaksanaan Pekerjaan Grouting Test


1. Tahapan pekerjaan
Dalam pelaksanaan grouting test di Proyek Pembangunan Waduk Titab
dilakukan beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Untuk melaksanakan pekerjaan grouting perlu dipersiapkan
perlengkapan dan peralatan yang memadai agar nantinya dalam
pelaksanaannya mendapatkan hasil yang diharapkan. Pekerjaan
persiapan ini meliputi pekerjaan pembuatan gudang peralatan,
pembuatan andang (platform) untuk dudukan Mixer, dudukan mesin bor
dan gudang semen. Konstruksi ini dibuat dari balok kayu maupun
bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menahan beban
operasional diatasnya. Untuk gudang semen dilapangan diatasnya perlu
ditutup dengan terpal agar material terhindar dari hujan.
b. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Utama
Pekerjaan utama dalam pelaksanaan grouting adalah penentuan
titik grouting, uji permebilitas, pemboran lubang grout, pemasangan
packer, Injeksi semen, penutupan lubang grout dan pembersihan
kembali lokasi kerja.

1) Penentuan titik grouting


Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang
ditentukan di lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak
tiap-tiap titik grouting disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Uji Permeabilitas atau Test Lugeon
Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada
tahun 1933, yang bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari
deformasi batuan. Nilai lugeon adalah suatu angka yang
menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi
batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit, dengan
menggunakan tekanan standar 10 Bars atau sekitar 10 kg/cm2. Angka
ini hampir sama dengan koefisien kelulusan air sebesar 1 x 10 5
cm/detik. Nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat
aliran dalam batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air
yang melaluinya.
Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air
bertekanan ke dalam lubang bor, menggunakan peralatan yang
disebut rubber packer, yang digunakan untuk menyumbat lubang
bor. Peralatan lain yang digunakan dalam uji permeabilitas antara
lain:
a) Waterflow Meter untuk mengetahui debit air
b) Stop Watch untuk menentukan waktu rembesan
c) Pressure Gauge untuk mengetahui tekanan air
d) Water Pump untuk memompa air

Untuk pengujian dengan tekanan kurang dari 10 kg/cm2, dibuat


ekstrapolasi sehingga bentuk persamaannya menjadi:
Lu= 10Q/PL
Keterangan:
Lu
= Lugeon unit (l/mnt/m)
Q
= debit aliran yang masuk (l/mnt)
P
= tekanan total (Po+Pi) (kg/cm2)
L
= panjang lubang yang di uji (m)
3) Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor.
Dalam grouting ada 2 macam pemboran, yaitu pemboran dengan

pengambilan core dan pemboran tanpa core. Diameter lubang bor


adalah 76 cm untuk pemboran coring dan 46 mm untuk
pemboran non
coring.
Khusus
untuk
permboran
dengan coring diperlukan mesin dengan penggerak hidrolik agar
kualitas core yang dihasilkan lebih bagus.
4) Pemasangan packer
Pemasangan packer dilakukan dengan 3 cara :
Metode Upstage grouting
Metode Down Stage grouting
Metode Pemasangan pipa pvc (perforated) atau Manset.
5) Injueksi semen
Sesuai dengan spesifikasi dan arahan dari Direksi dan Konsultan
Supervisi maka campuran awal dimulai dengan perbandingan W:C
ratio 6:1. Perubahan campuran berikutnya dilakukan bilamana
pemasukan semen mencapai 600 liter per 15 menit maka campuran
dikentalkan diubah menjadi W:C ratio 4:1, 2:1, 1:1 dan campuran
tersebut dipertahankan sampai mencapai 2000 liter. Hal ini dilakukan
mengingat lapisan batuan yang sangat tinggi porositasnya, bilamana
telah mencapai volume tersebut injeksi semen belum jenuh, maka
grouting dihentikan dan dilanjutkan kembali setelah 6 jam atau
menurut petunjuk dan arahan direksi. Pemakaian campuran dan
perubahannya dapat disusun seperti terlihat pada table 2 berikut ini.
6) Penutupan lubang grouting
Pekerjaan penutupan lubang grouting dilakukan setelah semua
rangkaian pelaksanaan pekerjaan grouting selesai. Penutupan lubang
grouting memakai mortar dengan campuran semen dan pasir = 1 : 2.
c. Pelaporan
Laporan harian kegiatan drilling grouting dibuat setiap hari dan
diketahui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Lapangan. Sedang
Laporan Akhir pelaksanaan pekerjaan grouting dibuat setelah seluruh
pekerjaan lapangan selesai. Laporan tersebut merupakan gambaran
pelaksanaan yang disampaikan secara jelas dan rinci.
E. Uji Setelah Grouting
1. Check hole
Setelah pelaksanaan TAM, grouting selesai dilakukan untuk keseluruhan
titiknya, dilakukan check hole untuk mengevaluasi apakah pekerjaan
grouting yang dilakukan telah sesuai dengan yang diharapkan atau perlu
dilakukan perbaikan kembali. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai

kelulusan air (lugeon) setelah dilakukan grouting, apakah sudah memenuhi


syarat yang telah ditetapkan atau belum.
Check hole dilakukan pada titik yang telah ditetapkan, umumnya
ditengahtengah as waduk. Diawali dengan pengeboran secara rotary yang
dilakukan pada titik yang ditetapkan menggunakan bor cekung (coring bit)
dan sebuah core barrel untuk mendapatkan inti batuan yang menerus.
Kemudian dilanjutkan pengujian permeability test untuk mengetahui nilai
kelulusan air lubang grouting.
Tahapan pelaksanaan cek hole, yaitu sebagai berikut:
a. Pengecekan peralatan core drilling yang diperlukan,termasuk air untuk
flush drilling.
b. Pengeboran secara rotary menggunakan core bit dan core barrel untuk
mengambil inti batuan (core) pada setiap kedalaman 1 m hingga
kedalaman 5 m (1 stage).
c. Inti batuan (core) yang didapatkan dimasukan ke dalam core box, untuk
diteliti efektivitas injeksi semen grouting nya di laboratorium.
d. Pengeboran inti batuan (core) dilakukan hingga kedalaman per stagenya
tercapai, kemudian lubang bor dicuci bersih dengan menyemprotkan air
ke dalam lubang sampai air yang keluar sudah jernih.
e. Memasang packer untuk pengujian permeability test agar diketahui nilai
kelulusan air (lugeon) per stage kedalaman lubang grouting.
f. Pengujian permeability test dilanjutkan dengan injeksi semen grouting
ke dalam lubang yang telah dibor tersebut.
g. Injeksi grouting dilakukan secara up-stage yaitu injeksi cairan semen
grouting dari bawah ke atasmulai kedalaman 5 m.
h. Penjenuhan cairan semen grouting yang telah diinjeksikan ditunggu 4
6 jam, baru kemudian pengeboran stage selanjutnya bisa dilakukan.
i. Setelah cairan semen grouting stage telah jenuh, dilakukan core
drillingpada kedalaman stage yang ditentukan.
2. Permeability test
Pengujian ini dilakukan untuk menghitung permeabilitas dalam unit
lugeon yang didefiniskan sebagai sebuah aliran air satuan liter per menit
tiap stage dari sebuah lubang yang dites dengan sebuah tekanan yang
bervariasi. Berikut ini adalah tahapan pelaksanaannya :
a. Pemasangan air packer pada stage lubang bor yang akan di tes, setelah
di setting sejajar dengan lubang bor lalu packer-nya dibuat
mengembang sehingga tidak dapat digerakan lagi.
b. Lalu air ditekan masuk ke dalam lubang dengan melewati flowmeter
dan pressure gauge.

c. Pengecekan sirkulasi air yang melewati peralatan tes, jika terjadi


kebocoran pada air packer terlebih dahulu diperbaiki dengan
memperbesar tekanan angin pada kompresor
d. Penekanan tekanan setiap stage kedalaman lubang bor disesuaikan
dengan tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi. Tekanan
yang digunakan selama permeability test :

e. Untuk stage 1 tekanan awal yang digunakan 1 kg/cm2, kemudian debit


awal aliran air yang melewati flowmeter di catat.
f. Lalu setiap periode 1 menit dilakukan pencatatan debit aliran yang
masuk ke lubang bor, hal ini dilakukan hingga periode waktu 5 menit.
g. Setelah itu tekanan injeksi dinaikan menjadi 1.5 kg/cm2 dan setiap
periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang
bor selama periode waktu 5 menit.
h. Kemudian tekanan dinaikan hingga mencapai tekanan maksimum 2
kg/cm2 dan setiap periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang
masuk ke lubang bor selama periode waktu 5 menit.
i. Dilakukan penurunan tekanan menjadi 1.5 kg/cm2 lalu 1 kg/cm2
dengan metode pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor sama
seperti sebelumnya.
j. Permeability test stage 1 telah selesai, lalu bisa dilanjutkan dengan
pengeboran inti batuan (core) stage 2.
k. Pengujian untuk stage 2 dilakukan setelah pengeboran inti batuan (core)
pada stage 2 telah selesai. Metode pelaksanaan untuk stage 2 dan
selanjutnya hampir sama dengan stage 1, yang membedakan adalah
variasi tekanan per stagenya berbeda sesuai dengan tekanan per stage
yang disyaratkan dalam spesifikasi

DAFTAR PUSTAKA
http://www.soiltest.sienconsultant.com/pengujian-sondir-test.html
https://untungsuprayitno.wordpress.com/2011/05/27/penyelidikan-tanahdengan-metode-pengeboran-boring/
http://kammisiq.blogspot.co.id/2010/09/standard-penetration-test.html
http://varindomegatek.webs.com/apps/blog/show/25653711-berbagaimacam-teknik-grouting
http://knowledge.brantas-abipraya.co.id/wpcontent/uploads/2014/08/Metode-Grouting-TAM-Bajulmati.pdf

Anda mungkin juga menyukai