Anda di halaman 1dari 8

Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung

Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat


Ainun Nurhidayah
1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Indonesia
jurnalteknik@unjani.ac.id, x@unjani.ac.id, y@unjani.ac.id, ainunnurh07@gmail.com
Abstrak
Tugas besar ini berisi tentang stabilitas tanah timbunan dan penanganannya pada jalan di daerah Gunung
Bohong, kecamatan Cimahi Tengah, Jawa Barat. Dengan kondisi tanah yang kurang baik dan masa layan yang
sudah sangat lama membuat timbunan pada bahu jalan mengalami longsoran rayapan tanah, dimana longsoran akan
terlihat setelah setelah beberapa tahun. Analisa dilakukan dengan metode irisan sederhana dan program Plaxis V20.
Berdasarkan perhitungan dengan metode irisan sederhana didapat FS 1.314 dan dengan Plaxis didapat 1.453. Nilai
faktor keamanan tersebut masih kurang dari persyaratan keamanan izin pada lereng sehingga timbunan perlu diberi
perkuatan yaitu dengan dipasangkan geogrid secara horizontal pada bidang longsoran timbunan tersebut. Setelah
diberi perkuatan nilai FS didapat 1.749. Untuk di lapangannya sendiri, beberapa titik timbunan sudah diberi
perkuatan terlebih dahulu yaitu dengan diberinya dinding penahan batu kali.
Kata kunci: stabilitas lereng, timbunan, safety factor, geogrid, plaxis
Abstract
This major task contains the stability of embankment soil and its handling on roads in the Gunung Bohong area,
Central Cimahi sub-district, West Java. Due to poor soil conditions and a very long service life, the embankment on
the road shoulder experiences a landslide, where the landslide will be visible after a few years. The analysis was
carried out using a simple slice method and the Plaxis V20 program. Based on calculations using the simple slice
method, FS is 1.314 and Plaxis is obtained 1.453. The value of the safety factor is still less than the permit safety
requirements on the slopes so that the embankment needs to be strengthened by installing a geogrid horizontally on
the avalanche plane of the embankment. After being strengthened, the FS value was obtained 1.749. In the field
itself, several embankment points have been previously strengthened, namely by providing a river stone retaining
wall.
Keywords: slope stability, embankment, safety factor, geogrid, plaxis
1. Pendahuluan
Kota Cimahi secara geografis terletak di antara 107°30’30” – 107°34’30” BT dan 6°50’00” – 6°56’00” Lintang
Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi sebesar 40,2 km 2. Berdasarkan fungsi kota secara umum, jenis kegiatan
Kecamatan Cimahi Utara diarahkan untuk perumahan, pendidikan dan pelayanan umum. Kecamatan Cimahi
Tengah, jenis kegiatannya diarahkan untuk perdagangan dan jasa, pemerintahan, serta pendidikan. Kecamatan
Cimahi Selatan, jenis kegiatannya diarahkan untuk Industri, perumahan, pendidikan dan pelayanan umum.
Salah satu kecamatan di Kota Cimahi adalah Cimahi Tengah, di kecamatan tersebut terdapat daerah bernama
Jl.Lapang Tembak Gunung Bohong yang jaraknya hanya 0,7 km dari kampus Universitas Jenderal Achmad Yani.
Pada tahun 2013, di daerah Gunung Bohong telah dibangun jalan yang terbuat dari timbunan dan paving block
dengan timbunan berupa tanah lempung berlanau di bahu jalannya. Dalam kasus Tugas Besar ini, terjadi longsoran
akibat sudah lamanya masa layan dari jalan dan timbunan tersebut, curah hujan yang tinggi juga menyebabkan
longsoran pada timbunan di bahu jalan.
2. Penyebab Longsor
Masa layan yang sudah hampir 10 tahun menyebabkan turunnya tanah material timbunan. Selain itu
meningkatnya intensitas curah hujan menyebabkan peningkatan kadar air pada timbunan sehingga menimbulkan
pergerakan tanah secara lateral.
Selain karena masa layan yang sudah sangat lama dan meningkatnya intensitas hujan, kemiringan pada timbunan
serta beban yang ada di jalan dan bahu jalan menjadi penyebab utama dalam
Info Makalah: peristiwa longsoran ini. Jenis material timbunan tentunya sangat berpengaruh
Dikirim : 06-26-22;
Revisi 1 : 06-26-22; dalam stabilitas lereng, jenis tanah yang digunakan pada timbunan ini yaitu
Revisi 2 : 06-26-22; lempung berlanau, tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah
Diterima : 06-26-22. longsor terutama pada saat sedang hujan.
Penulis Korespondensi: 3. Jenis Longsoran yang Terjadi
Telp : +62-XXX-XXX
e-mail : jurnalteknik@unjani.ac.id Longsoran yang terjadi pada timbunan ini yaitu longsoran jenis rayapan
tanah, dimana longsoran ini terjadi karena adanya pergerakan tanah yang
sangat lambat dan halus, biasanya longsoran ini cenderung tidak bisa dikenali

This is an open access article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/). 1


Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

dengan kasat mata, tetapi longsoran bisa dikenali dalam waktu yang lama, karena material timbunan sudah mulai
turun dari keadaan awal.

Gambar 1. Kondisi Timbunan di Lapangan

Gambar 2. Kondisi Timbunan di Lapangan

Gambar 3. Kondisi Timbunan di Lapangan

2
Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

4. Analisis Stabilitas Timbunan (Metode Irisan Sederhana)


Analisis stabilitas timbunan dengan metode ini merupakan metode yang paling sederhana, dimana bidang
longsor dibagi menjadi beberapa irisan/bagian yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan faktor keamanan
suatu timbunan.
Tabel 1. Parameter Desain Material
C ф γ θ H
kN/m2 ° kN/m3 ° m
11.768 9 14.024 34 4.5

Dari data di atas dapat dibuat sketsa bidang longsor pada timbunan, kemudian dengan bantuan software
AutoCad dari sketsa di bawah didapat data luas, sudut, dan panjang lengkungan per-irisan.

Gambar 4. Bidang Longsor

Tabel 2. Hasil Perhitungan Stabilitas Timbunan Menggunakan Metode Irisan Sederhana


Irisan Luas (A) Wn αn ΔLn Wn Sin αn Wn Cos αn
Sin αn Cos αn
No. m2 (KN/m) (deg) (m) (KN/m) (KN/m)
1 0.578 8.11 63 0.891 0.454 1.71 7.222 3.680
2 1.3236 18.56 51 0.777 0.629 1.21 14.425 11.681
3 1.5587 21.86 42 0.669 0.743 1.01 14.626 16.244
4 1.6286 22.84 34 0.559 0.829 0.91 12.771 18.934
5 1.5847 22.22 27 0.454 0.891 0.84 10.089 19.801
6 1.4514 20.35 20 0.342 0.940 0.8 6.961 19.126
7 1.2422 17.42 13 0.225 0.974 0.77 3.919 16.974
8 0.9647 13.53 7 0.122 0.993 0.76 1.649 13.428
9 0.6238 8.75 0 0.000 1.000 0.79 0.000 8.748
10 0.2181 3.06 6 0.105 0.995 0.75 0.320 3.042
Σ 9.55 71.982 131.658

Dari hasil perhitungan di atas, dapat dihitung nilai faktor keamanan padaa timbunan dengan persamaan 1.
( ΔLn x C ) +(Wn cos αn tanф)
FS= 1
Wn sin αn
Dari persamaan di atas didapat nilai FS sebesar 1.314, dimana lereng timbunan tidak aman karena nilai FS masih
lebih kecil dari 1.5. Hal ini berarti lereng timbunan perlu diberi perkuatan.
5. Metodologi Penelitian
Dalam analisa geoteknik dalam evaluasi kelongsoran lereng timbunan di daerah Gunung Bohong ini, dilakukan
dari persiapan, mengidentifikasi kebutuhan data, mengidentifikasi masalah, menyiapkan studi pustaka yang akan
dipakai, melakukan analisa dan pembahasan sehingga didapat hasil dan kesimpulan. Seperti flowchart pada Gambar
5 berikut.

3
Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

6. Analisis Data

Gambar 5. Flowchart Penyusunan Laporan

Tabel 3. Parameter Desain Material pada Simulasi Kelongsoran


Properties Clay Clay
Material model Model Type Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb
Type of material undrained undrained
behaviour    
Soil unit weight above phreatic level γ dry (kN/m³) 14.024 17.387
Soil unit weight below phreatic level γ sat (kN/m³) 16.711 12.611
Young's modulus E (kN/m²) 13000 13000
Cohesion C (kN/m²) 9.807 17.652
Friction angle ф (°) 0.4 9
Void ratio E 1.286 1.066

Gambar 6. Pemodelan Lereng Timbunan Plaxis

4
Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

Berdasarkan kondisi lapangan, geometrik potongan melintang dari lereng timbunan ini yaitu jalan dan timbunan
dengan tinggi 1 meter dan kedalaman lapisan tanah lunak sedalam 1 meter dengan beban kendaraan di atasnya yaitu
sebagai beban merata sebesar 16 kN/m2. Pemodelan menggunakan program Plaxis V20.

Gambar 7. Deformasi Yang Terjadi Pada Lereng Timbunan


Deformasi yang terjadi pada lereng timbunan sebesar 0.6631 m.

Gambar 8. Kurva Safety Factor


Hasil perhitungan menggunnakan plaxis dengan pemodelan lereng seperti pada Gambar 6 diperoleh nilai faktor
keamanan lereng timbunan sebesar 1.453. Hasil tersebut tidak terlalu berbeda dengan perhitungan manual
dikarenakan pada perhitungan manual, yang diperhitungkan hanya bidang longsornya saja yaitu didapat 1.314.
Karena faktor keamanan yang diperoleh kurang dari faktor keamanan yang disyaratkan (FS1.5) maka dapat
dikatakan bahwa lereng timbunan rentan terhadap longsoran sehingga lereng timbunan perlu diberi perkuatan.
Berikut adalah Gambar 9 yang merupakan bidang longsoran pada lereng timbunan.

Gambar 9. Bidang Longsoran Pada Lereng Timbunan


7. Alternatif Penanganan Longsoran
7.1 Geogrid
Alternatif penanganan yang pertama yaitu dengan pemasangan geogrid secara horizontal pada bidang longsor
dan pada pertemuan antara bidang longsor dengan lapisan tanah lunak.

5
Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

Gambar 10. Penggunaann Geogrid pada Timbunan

Gambar 11. Deformasi pada Timbunan Setelah Pemasangan Geogrid


Deformasi yang terjadi pada timbunan menurun menjadi sebesar 0.03311 m, namun dapat terlihat pada Gambar
11 geogrid mengalami deformasi yang cukup parah karena harus menahan beban yang ada di atasnya.

Gambar 12. Kurva Safety Factor


Hasil perhitungan menggunnakan plaxis dengan pemodelan lereng setelah diberi perkuatan geogrid seperti pada
Gambar 12 diperoleh nilai faktor keamanan lereng timbunan sebesar 1.749. Nilai FS tersebut sudah memenuhi
keamanan izin pada lereng, sehingga dapat dikatakan bahwa timbunan aman setelah diberi perkuatan geogrid.

6
Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

Gambar 12. Bidang Longsoran Pada Lereng Timbunan


7.2 Perkuatan Dinding Penahan Batu Kali
Pada lapangan, di beberapa titik timbunan sudah ada yang diberi perkuatan sederhana, yaitu dengan diberinya
dinding penahan menggunakan material batu kali. Dengan diberinya perkuatan ini, lereng timbunan dapat dikatakan
aman, karena untuk FS timbunan tanpa perkuatan pun hasilnya sebesar 1.453 dimana hasil tersebut sudah mendekati
persyaratan keamanan untuk lereng, sehingga dengan diberinya dinding penahan batu kali akan memperkuat
timbunan dan timbunan akan aman.

Gambar 13. Kondisi Lapangan Timbunan yang Diberi Perkuatan Dinding Penahan Batu Kali

Kesimpulan
Dari hasil analisa stabilitas lereng timbunan didapat alternatif penanganan untuk lereng timbunan dengan FS
sebesar 1.453 yaitu dengan digunakannya geogrid. Dengan pemasangan geogrid secara horizontal dapat
meningkatkan FS pada lereng timbunan menjadi 1.749. Namun untuk penerapan di lapangan, lereng timbunan sudah
diberi perkuatan sederhana dengan dibuatnya dinding penahan dari material batu kali.
Untuk pemasangan perkuatan geogrid masih perlu diperhatikan lagi cara pemasangannya agar lebih tepat dan
tidak menimbulkan efek yang lebih buruk lagi.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Xbal Meiprastyo, ST., M.Eng. selaku dosen pengampu yang
memberi bimbingan serta arahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberi
semangat dan dukungan, tidak lupa kepada teman-teman yang sangat kooperatif dan selalu baik dalam berdiskusi.
Daftar Notasi
C = kohesi [kN/m2]
Ф = sudut geser dalam [°]
γ = berat volume kering [kN/m3]
γs = berat volume jenuh [kN/m3]
θ = kemiringan lereng [°]
H = kedalaman [m]
A = luas [m2]
Wn = berat segmen tanah [kN/m]
αn = sudut tiap irisan [°]
ΔLn =panjang lengkungan tiap irisan [m]
Σ = jumlah
FS = safety factor/faktor keamanan
e = angka pori
n = porositas
E = modulus young [kN/m²]

Daftar Pustaka

7
Analisis Stabilitas Timbunan Dengan Perkuatan Geogrid di Daerah Gunung Bohong, Cimahi Tengah, Jawa Barat

Pratama, R.B., Muhibbi, I.M, A. Indrastono, D., & Hardiyati, Siti. (2014). Analisis Stabilitas Lereng Dan Alternatif
Penanganannya (Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif Tawangmangu STA 3+150 - STA 3+200,
Karanganyar). Jurnal Karya Teknik Sipil, 3(3), 573-585.
PT. Prima Geotex Indo. (2019). Apa Itu Georid dan Apa Saja Jenis Geogrid Yang Ada Di Indonesia. Retrieved June
26, 2022, from https://www.primageotex.co.id/apa-itu-geogrid.php

Anda mungkin juga menyukai