Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

PEKERJAA
N:

DETAILED ENGINEERING DESIGN PEMBANGUNAN


JEMBATAN JALUR GANDA KERETA API (10 BH)
ANTARA RANGKASBITUNG-WALANTAKA LINTAS
RANGKASBITUNG - MERAK (SEGMEN I)
TAHUN ANGGARAN
2014

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERKERETAAPIAN
KERANGKA ACUAN KERJA
(KAK)
SATUAN KERJA PENGEMBANGAN DAN
PENINGKATAN PRASARANA
PERKERETAAPIAN
PEKERJAA
N:

DETAILED ENGINEERING DESIGN PEMBANGUNAN


JEMBATAN JALUR GANDA KERETA API (10 BH)
ANTARA RANGKASBITUNG-WALANTAKA LINTAS
RANGKASBITUNG MERAK (SEGMEN I)

DITETAPKAN/DISAHKA
N OLEH :
MENGETAHUI/MENYETUJ
UI: PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN
FASILITAS PRASARANA
DIREKTUR PERKERETAAPIAN PEJABAT PEMBUAT
PRASARANA KOMITMEN
PERKERETAAPIAN

UMAR PRIONO ADJI, ST,


Ir. ARIEF HERIYANTO, MMTr
MM Pembina Utama Penata -
(III/c)
Muda (IV/c) NIP.
NIP. 19750310 200312 1
19550403 198303 1 001
001
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
(Term Of Reference)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perhubungan


UNIT ORGANISASI : Direktorat Jenderal Perkeretaapian
PROGRAM : Program Restrukturisasi dan Reformasi Kelembagaan
Perkeretaapian
SASARAN PROGRAM : Tersedianya Pedoman Teknis Bidang Prasarana
Perkeretaapian
USULAN SBK : Kegiatan / Sub Kegiatan / Detail Kegiatan
KEGIATAN : Survey / Studi Kelayakan / Penyusunan Master Plan /
DED / SID
SUB KEGIATAN : Penyusunan Detail Desain
DETAIL KEGIATAN : Detail Engineering Design Pembangunan Jembatan
Jalur Ganda Kereta Api (10 BH) antara
Rangkasbitung - Walantaka lintas Rangkasbitung -
Merak (Segmen I)

1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
1.) Dasar Hukum
a.) Undang Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b.) Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian ;
c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Kereta
Api; d.) Peraturan peraturan lain yang terkait.

2.) Gambaran Umum


Permintaan pengguna jasa angkutan kereta api lintas Rangkasbitung - Merak menunjukkan
perlunya peningkatan pelayanan akan jasa angkutan kereta api dari segi waktu dan jumlah
perjalanan, akibatnya hal ini menjadi dasar perlunya peningkatan pelayanan yang
salah satunya adalah pembangunan jalur ganda pada lintas tersebut.
Pembangunan jalur ganda lintas ini akan meningkatkan kapasitas lintas dari kapasitas
eksisting. Selain hal tersebut secara ilmiah dan hukum pembangunan jalur kereta api harus
berdasarkan kajian teknis, mulai dari desain jalan rel kereta api hingga bangunan
pendukungnya, seperti jembatan.
Desain untuk jalan rel kereta api telah dilakukan sebelumnya namun untuk mendukung
dan
dapat segera dilakukannya pembangunan maka perlu dilakukan juga pekerjaan Detail
Engineering Design Jembatan pada lintas Rangkasbitung - Merak. Adapun hasil dari
kegiatan detail desain jembatan pada lintas ini akan segera dilaksanakan pembangunannya.

b. Maksud Dan Tujuan


1.) Maksud Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan gambar detail desain, rencana
kerja & syarat spesifikasi teknis termasuk BOQ dan RAB untuk pembangunan jembatan
kereta api jalur ganda.
2.) Tujuan Kegiatan
a.) Tersedianya dokumen perencanaan (detailed design) yang berkualitas, yang dapat
dijadikan panduan secara teknis dalam proses pembangunan jembatan kereta api jalur
ganda pada lintas ini.
b.) Dapat segera terlaksanakannya pekerjaan pembangunan jembatan kereta api jalur
ganda secara fisik pada lintas ini.

2. LOKASI KEGIATAN
a. Peta Lokasi Kegiatan

b. Daftar Lokasi Jembatan

LETA BENTA BOR SONDI


NO BH K NG MESIN R
(KM
Rangkas Bitung (m (ttk (ttk
1 340 79+69480+3 40+40+25 4 4
2 346 61
81+4 12. 2 2
3 347 92
82+3 5
5+5 4 4
4 352 23
83+9 +5
12. 2 2
5 356 02
85+5 5
5+5 4 4
72 87+648
Jambu +5
Catang 90+647
6 362 92+2 10+20+10 4 4
7 363 73
92+7 10 2 2
93
Pasirmanggu
8 366 94+370
94+9 4+15 4 4
9 370 22
96+5 +4
12,5+20+12, 4 4
72 97+327
Cikusal 5
10 374 98+2 15+15+15+1 5 5
379 15
100+5 010+12,5+10 Lingkup Segmen - 2
382 21
101+2 10 Lingkup Segmen - 2
394 83
104+2 3+12,5+3 Lingkup Segmen - 2
27
Walantaka
104+908
3. RUANG LINGKUP KEGIATAN
a. Pengumpulan Data Sekunder
1.) Instansional
a.) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah Pengumpulan data-data yang relevan dari
berbagai pihak/instansi yang terkait untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kegiatan ini.
b.) Ketentuan kegiatan
Dalam Pengumpulan data sekunder, minimal konsultan mendapatkan dan atau
memiliki data-data sebagai berikut:
(1) Peta rupa bumi BIG (Badan Informasi Geospasial) atau peta Topografi Jantop
dalam skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar;
(2) Peta Geologi skala 1:250.000 atau skala 1:100.000;
(3) Data-data hidrologi seperti data curah hujan stasiun sekitar dan data
banjir; (4) Data sungai dan sistem drainase perkotaan/wilayah;
(5) Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
(6) Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan desain yang pernah
dilakukan sebelumnya dan terkait dengan pekerjaan ini;
(7) Data gambar desain jembatan eksisting, baik struktur bangunan atas maupun
struktur bangunan bawah jembatan (pangkal/pilar, daftar letak jembatan dan sejarah
RM pada saat awal pembangunan lintas yang bersangkutan);
(8) Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025;
(9) Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;
(10) Data lain yang terkait dan relevan serta diperlukan untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan ini.

2.) Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)


a.) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan peninjauan awal/pendahuluan
ke lapangan untuk mengadakan evaluasi secara visual pada lokasi kegiatan.
b.) Ketentuan kegiatan
Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan awal/pendahuluan, minimal
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut
(1.) Survei Geodesi / Topografi
(a) Penentuan lokasi jembatan yang diperoleh dari data-data hasil pradesain
sebelumnya, baik posisi jembatan, jarak antar jembatan, posisi pangkal-pilar
dan bentang jembatan termasuk memperhatikan batas-batas lahan yang ada;
(b) Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu dilakukan
pengukuran khusus atau lebih mendetail (bila diperlukan);
(c) Mencari titik tetap (BM = Bench Mark) hasil pradesain jembatan
sebelumnya atau BM yang terdekat dengan lokasi rencana jembatan;
(d) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal;
(e) Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi sampai
penggambaran.
(2.) Survei Geoteknik / Penyelidikan Tanah
(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaian dengan karakteristik
tanah di lokasi rencana jembatan yang mungkin/diperkirakan akan berpengaruh
terhadap konstruksi;
(b) Mengamati area-area khusus seperti lokasi yang diperkirakan rawan
longsor dan lain-lain;
(c) Memperkirakan posisi dan lokasi pelaksanaan pekerjaan bor mesin dan sondir
dengan memperhatikan hal-hal teknis termasuk akses kerja dan
kemudahan pelaksanaannya;
(d) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan
awal; (e) Membuat rencana kerja untuk survey detail geoteknik.
(3.) Survei Hidrologi Hidrolika
(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik
sungai dan atau DAS setempat termasuk bangunan air yang ada, yang
mungkin/diperkirakan akan berpengaruh terhadap desain konstruksi, baik pada
jembatan eksisting maupun pada rencana jembatan baru;
(b) Melakukan wawancara dengan warga sekitar, terkait histori banjir yang pernah
terjadi;
(c) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan
awal; (d) Membuat rencana kerja untuk survey detail hidrologi.
(4.) Survei Geometrik / Alinyemen
(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan alinyemen
horisontal dan vertikal jalan rel kereta api, baik pada jembatan eksisting maupun
pada rencana jembatan baru, yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pelaksanaan detail desain;
(b) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal.
(5.) Survei Jembatan
(a) Memperkirakan tipe konstruksi, kelas pembebanan, total panjang dan lebar
jembatan dengan memperhatikan segi estetika;
(b) Memperkirakan ukuran dan tipe abutmen, pilar, pondasi serta bangunan
perkuatan/pengaman (bila diperlukan) dengan mempertimbangkan lebar sungai,
kedalaman sungai sifat tebing, sifat aliran termasuk penggerusan (scouring),
sedimentasi/endapan pada sungai yang pernah terjadi;
(c) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal;
(d) Membuat rencana kerja untuk detail desain
jembatan. (6.) Survei Lingkungan
(a) Mengamati kondisi aktual pada lokasi jembatan eksisting maupun pada lokasi
rencana jembatan baru, khususnya bila terjadi perubahan kondisi lingkungan
dilapangan yang cukup signifikan;
(b) Mengamati kondisi aktual pada wilayah sekitar jembatan termasuk bangunan-
bangunan yang mungkin ada serta tata guna lahan lainnya dengan
memperhatikan dengan rencana tata ruang wilayah pada lokasi tersebut;
(c) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal.

b. Pengumpulan Data Primer


1.) Survei Geodesi / Topografi
Kegiatan ini meliputi pengukuran topografi secara mendetail pada lokasi kegiatan, yang
mana kegiatan topografi ini dilakukan dengan metode digital, baik dalam pelaksanaan
pengukuran di lapangan, pengolahan data sampai dengan proses penggambaran.
Secara umum ketentuan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.
a.) Pengukuran di lapangan
(1) Pengukuran Situasi
Dengan batasan yang dilakukan terhadap daerah rencana jembatan :
(a) Pengukuran minimal harus mencakup 100 meter ke arah belakang masing-
masing pangkal jembatan (100 m + panjang bentang jembatan + 100 m).
(b) Pengukuran minimal harus mencakup 100 meter arah hilir sungai dan 300 meter
arah hulu sungai.
(c) Bila dalam radius minimum 300 meter arah hulu & hilir ada belokan sungai atau
bangunan air/sungai (misalnya ambang bendung dan sebagainya) atau daerah
longsor/gerusan, maka pengukuran harus mencakup lokasi-lokasi tersebut,
(2) Pengukuran potongan memanjang
(a) Pada as sungai, dilakukan pada titik terdalam sepanjang sungai, termasuk
segala perubahan detail yang mencolok pada jalur pengukuran tersebut,
dengan batasan pengukuran sesuai penjelasan pengukuran situasi diatas.
(b) Pada as Jalan rel, dilakukan sepanjang jalur kereta api di area jembatan, baik
pada as jalur kereta eksisting maupun pada as jalur kereta api rencana,
dengan batasan pengukuran sesuai penjelasan pengukuran situasi diatas.
(3) Pengukuran potongan melintang
(a) Pengukuran potongan melintang sungai, dilakukan sepanjang 100 meter
arah hulu dan 100 meter arah hilir sungai, kecuali bila belokan sungai atau
bangunan air lainnya, maka pengukuran harus mencakup lokasi tersebut;
(b) Pengukuran potongan melintang sungai, dilakukan selebar sungai, di tambah 50
meter dari masing-masing tepi sungai;
(c) Pengukuran potongan melintang as jalur kereta api, dilakukan sepanjang as jalur
kereta api pada area jembatan, di tambah 100 meter ke arah belakang masing-
masing pangkal / tepi sungai;
(d) Pengukuran potongan melintang as jalur kereta api, dilakukan selebar 50
meter ke kiri dan kanan dari as jalur kereta api.
(e) Interval pengukuran potongan melintang adalah setiap 25 m.
b.) Referensi Pengukuran
(1) Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya dilakukan pengikatan kepada Titik
GPS (orde 2 atau 3 dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik referensi (BM) hasil pekerjaan
desain sebelumnya yang berada paling dekat ke lokasi kegiatan;
(2) Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan pengikatan kepada Titik Tinggi
(TTG) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) atau titik referensi hasil
pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat ke lokasi kegiatan.
c.) Monumentasi Benchmark (BM)
(1) Pemasangan permanen Benchmark (BM) pada setiap rencana jembatan sebanyak 2
(dua) buah BM yang saling terlihat ditempatkan dimasing-masing pangkal jembatan
yang tidak akan terganggu oleh pekerjaan konstruksi;
(2) Benchmark (BM) terbuat dari konstruksi beton bertulang ukuran 20 x 20 x 125
cm. dan tertera logo Ditjen Perkeretaapian / Kementerian Perhubungan
menggunakan bahan marmer putih ukuran 12 x 15 cm, dilengkapi dengan nomor
urut serta kode/informasi lain yang diperlukan;
(3) Daftar / diskripsi Benchmark (BM) termasuk nilai koordinat (x,y,z), sketsa lokasi dan
photo/dokumentasi dibuat secara lengkap dalam satu buku tersendiri.
(4) Semua Benchmark (BM) dan atau titik-titik tetap lainnya harus dipasang terlebih
dahulu sebelum pengukuran dimulai.
d.) Penggambaran Hasil Pengukuran Topografi
(1) Skala gambar dan ukuran kertas
(a) Peta situasi dengan skala 1 : 1000 dan interval garis kontur 0,5 m
(b) Profil memanjang dengan skala Horizontal 1 : 1000 dan skala Vertikal 1 :
100 (c) Profil melintang dengan skala 1 : 100
(d) Gambar di cetak dalam kertas ukuran A3
(e) Untuk setiap gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1
lembar. (2) Format gambar
(a) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan Ditjen
Perkeretaapian.
(b) Grid beserta harganya harus tercantum dalam gambar, misalnya grid 100
m untuk skala 1: 1000, grid 200 m untuk skala 1: 2000 atau grid 500 m untuk
skala
1: 5000.
(c) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan tahun survei, skala garis, arah
utara dan legenda/keterangan lain yang diperlukan;
(d) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi dan
atau semua Benchmark yang terdapat pada lembar tersebut.
(e) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka ketinggian
yang bulat.
Contoh Konstruksi Bench Mark (BM)

2.) Survei Geoteknik / Penyelidikan Tanah


Kegiatan ini meliputi pelaksanaan penyelidikan tanah secara mendetail pada lokasi
-lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Secara umum ketentuan dalam kegiatan ini
adalah sebagai berikut.
a.) Bor Mesin
1.) Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilar jembatan,
masing- masing minimal 1 titik;
2.) Dilakukan sampai kedalaman maksimum 30 m atau sampai didapat SPT nilai >
60 dengan kedalaman/ketebalan lapisan minimal 6 m;
3.) Pengujian standart penetration Test (SPT) setiap interval kedalaman 3 m atau
sampai ada perubahan lapisan tanah;
4.) Dilakukan diskripsi jenis tanah untuk setiap lokasi bor yang dibuat dalam
suatu borlog, memuat antara lain, jenis dan sifat tanah, kedalaman, muka air
tanah, dan nilai SPT;
5.) Pengambilan contoh asli minimal 5 (lima) sample tiap titik lubang bor atau sesuai
perubahan jenis tanah.
6.) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang
dibuat harus dilampirkan pada laporan.
b.) Sondir
1.) Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilar jembatan, masing-
masing minimal 1 titik;
2.) Dilakukan menggunakan dutch cone penetration test type 2 ton sampai kedalaman
maksimum 30 meter atau sampai kedalaman lapisan tanah dengan tekanan
konus
2
200 kg/cm , dengan pembacaan tekanan konus dan hambatan lekat dilakukan setiap
interval 20 cm;
3.) Dibuat photo dokumentasi dan sketsa setiap lokasi titik pekerjaan;
4.) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang
dibuat harus dilampirkan pada laporan.
c.) Pengujian Tanah
Dilaksanakan pada masing-masing sample dengan ketentuan/kesetaraan
standar pengujian sebagai berikut:

NO JENIS TEST SNI ASTM

1 Berat jenis 03-1964-1990 D 854-92


2 Kadar Air Asli 03-1965-1990 D 2216-92
3 Batas Atterberg 03-1966-1990
D 4318-95a
03-1967-1990
4 Gradasi Butiran 03-1968-1990 D 421-85(1993)
03-3423-1994 D 422-63(1990)
5 Berat Isi 03-3637-1994 C 29-87
6 Permeability 03-2435-1991 D 2434 68(1994)
7 Unconfined Compressive Strength 03-3638-1994
D 2166-91
& Sensitivitas 03-3420-1994
8 Triaxial Compressive Strength 03-2455-1991 D 4767-95
(UU dan CU Test) 03-3420-1994 D 2850-95
9 Geser Langsung 03-2813-1992 D 3080-90
10 Percobaan Consolidasi 03-2812-1992 D 2435-96

Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang


dibuat harus dilampirkan pada laporan.

3.) Survei Hidrologi Hidrolika


Survey ini dilakukan untuk melengkapi parameter-parameter dalam detail desain. Adapun
hal- hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
(a) Karakteristik daerah aliran sungai
(1) Melakukan identifikasi/analisa terhadap kondisi/situasi daerah aliran sungai,
dilokasi kegiatan, baik dari peta topografi maupun dari hasil pemeriksaan langsung;
(2) Survei wawancara dengan warga sekitar terkait histori banjir yang pernah terjadi
pada lokasi kegiatan;
(3) Proses analisa juga harus memperhatikan data curah hujan dari BMKG, intensitas
curah hujan, kemiringan lahan, tata guna lahan, limpasan/run off dan hal-hal lain
sebagai pertimbangan dalam perencanaan desain.
(b) Analisa Data Curah Hujan
(1) Data curah hujan di peroleh dari beberapa stasiun (pengamat) hujan yang lokasinya
paling mendekati dengan lokasi kegiatan.
(2) Data curah hujan yang diperoleh minimal data 10 tahun terakhir secara berturut-
turut, sebagai dasar perhitungan debit.
(3) Analisa hujan rata-rata dapat dilakukan dengan metode yang umum seperti metode
rata-rata hitung (aljabar), metode thiessen dan atau meode isohyet. Metode-metode
yang digunakan sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi lapangan
(4) Apabila terdapat kekosongan data pada salah satu stasiun hujan, maka diperlukan
suatu metode pendekatan untuk memperkirakan data hujan yang kosong tersebut,
dengan membandingkan dengan minimal dua stasiun hujan terdekat pada
tahun yang sama, metode yang sering digunakan antara lain metode aljabar
dan atau metode perbandingan normal.
(5) Data-data hujan dari stasiun hujan agar dilakukan pengujian konsistensi (lengkung
massa ganda), untuk mengetahui apakah terjadi perubahan lingkungan atau
perubahan cara menakar. Apabila terjadi ketidak-konsistenan, maka data-data hujan
tersebut harus dilakukan koreksi.
(c) Analisa Frekuensi Data Hidrologi
(1) Periode ulang yang digunakan adalah 50 tahun
(2) Distribusi frekuensi hujan dilakukan dengan beberapa metode seperti metode
distribusi gumbel, metode distribusi log normal dan metode distribusi log pearson tipe
III;
(3) Uji kesesuaian distribusi dilakukan dengan cara uji smirnov kolmogorof atau cara uji
chi square.
(d) Analisa Debit Banjir Rencana
(1) Analisa debit banjir rencana dilakukan berdasarkan data curah hujan dan/atau
berdasarkan data debit aliran sungai;
(2) Metode yang digunakan dalam analisa debit banjir menggunakan metode yang
sudah umum seperti menggunakan metode empiris dan/atau metode hidrograf
satuan. Perhitungan agar dilakukan dengan beberapa metode dan diambil hasil
perhitungan debit banjir yang terbesar.
(e) Analisa Hidrolika
(1) Analisa hidrolika menggunakan program (software) dengan metode, parameter serta
asumsi berdasarkan data dan teori yang benar;
(2) Apabila sungai berada di dekat muara (laut), agar memperhitungkan back
water effect, yang mungkin terjadi;
(3) Hasil/keluaran dari program (software), minimal memuat muka air normal, muka air
banjir dan limpasan/run off (baik pada kondisi eksisting dan pada kondisi setelah
normalisasi).
(f) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang dibuat
harus dilampirkan pada laporan.

c. Kegiatan Desain
1.) Peraturan dan standar
Dalam kegiatan detail desain ini konsultan melakukan perhitungan-perhitungan teknis
yang mengacu dari referensi dan peraturan yang berlaku antara lain:
a.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012, tentang persyaratan teknis jalur kereta api,
b.) Peraturan Menteri No. 33 tahun 2011, tentang jenis, kelas dan kegiatan di stasiun kereta
api,
c.) Peraturan Menteri No. 36 tahun 2011, tentang perpotongan dan atau persinggungan
antar jalur kereta api dengan bangunan lain.
d.) Peraturan Menteri No. 10 tahun 2011, tentang persyaratan teknis peralatan
persinyalan perkeretaapian
e.) Peraturan Dinas No. 10;
f.) Peraturan Dinas No.10 C, tentang Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI);
g.) Rencana Pembebanan 100 % RM. 1921;
h.) AVBP 1932;
i.) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2002). j.) BMS 6 M.21, Panduan Perencanaan Teknik Jembatan 26 Nov 1992;
k.) Peraturan dan standar lain yang terkait.

2.) Lingkup Rancangan Teknis


Berdasarkan hasil pekerjaan survey sekunder dan primer, selanjutnya penyedia jasa
mengevaluasi dan membuat desain awal mencakup beberapa alternatif lengkap dengan
perkiraan biaya secara kasar, kemudian didiskusikan dengan pemberi tugas. Setelah
disepakati alternatif yang paling menguntungkan, penyedia jasa melakukan perhitungan
- perhitungan teknis termasuk pembuatan gambar rancangan. Kegiatan rancangan teknis
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.) Analisa/Perhitungan struktur bangunan atas dan bangunan bawah jembatan kereta
api,
b.) Analisa/perhitungan struktur pendukung / tembok penahan / perkuatan tanah
(bilamana diperlukan),
c.) Gambar detail desain / perencanaan.

3.) Ketentuan umum desain


a.) Kriteria Desain
(1) Jenis Pembebanan meliputi beban mati, beban hidup (horisontal & vertikal) termasuk
beban sementara.
(2) Faktor Beban dan Kombinasi Pembebanan untuk perhitungan desain struktur
menggunakan kombinasi pembebanan Allowable Strength Design dan/atau Ultimate
Strength Design.
(3) Desain dibuat untuk daya dukung jembatan yang kuat terhadap 100% RM 1921.
(4) Penentuan dimensi dan elevasi dilakukan berdasarkan kajian dan perhitungan
hidrologi dan hidrolika
(5) Struktur bagunan atas jembatan sedapat mungkin dipilih tipe yang memerlukan
pekerjaan pemeliharaan seminimal mungkin (misalnya : struktur beton).
(6) Bila terpaksa bangunan atas jembatan menggunakan struktur baja, pemilihan tipe
sedapat mungkin berdasarkan tipikal yang telah digunakan di jaringan jalan
Kereta Api yang ada sekarang.
(7) Konstruksi penyanggaan sementara untuk pelaksanaan pekerjaan yang nantinya
dilaksanakan meliputi pekerjaan analisis/perhitungan struktur konstruksi penyangga
sementara dan tata cara (contruction method) pelaksanaannya.
b.) Usulan alternatif desain:
(1) Usulan alternatif desain di buat berdasarkan beberapa aspek teknis disertai
penjelasannya
(2) Usulan alternatif desain di buat dalam bentuk matrik kelebihan / kekurangan masing-
masing usulan.
c.) Rekomendasi Desain
(1) Menentukan parameter penilaian;
(2) Membuat matrik penilaian;
(3) Menyampaikan rekomendasi mengenai;
(a) Bentang jembatan
(b) Jarak antar jembatan (Desain Double Track)
(c) Tipe bangunan atas jembatan
d.) Hasil Perencanaan Desain;
(1) Gambar Desain
(a) Peta situasi dengan skala 1 : 1000 dan interval garis kontur 0,5 m
(b) Profil memanjang dengan skala Horizontal 1 : 1000 dan skala Vertikal 1 :
100 (c) Profil melintang dengan skala 1 : 100
(d) Gambar detail struktur = 1 : 20 dan 1 : 50
(e) Gambar di cetak dalam kertas ukuran A3
(f) Untuk setiap gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1 lembar.
(g) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan Ditjen
Perkeretaapian.
(h) Grid beserta harganya harus tercantum dalam gambar, misalnya grid 100 m
untuk skala 1: 1000, grid 200 m untuk skala 1: 2000 atau grid 500 m untuk skala
1: 5000.
(i) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan tahun survei, skala garis,
arah utara dan legenda/keterangan lain yang diperlukan;
(j) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi
dan atau semua Benchmark yang terdapat pada lembar tersebut
(k) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka
ketinggian yang bulat
(2) RKS dan Spesifikasi Teknis
(3) Perhitungan biaya pelaksanaan
(a) Volume Pekerjaan (BOQ)
(b) Rencana anggaran Biaya (RAB)
(c) Analisa harga satuan upah dan bahan

4. TENAGA AHLI
Pelaksanan kegiatan ini dilakukan oleh tenaga ahli berpengalaman dibidangnya dengan
minimum kualifikasi pendidikan, pengalaman dan jumlah sebagai berikut:

JUMLAH KUALIFIKASI PENGALAMAN


NO JABATAN
ORANG PENDIDIKAN (Tahun)

1 Ketua Tim 1 S1 - Teknik Sipil > 13

2 Ahli Jalan KA 1 S1 - Teknik Sipil >8

3 Ahli Jembatan KA 2 S1 - Teknik Sipil >8

4 Ahli Geodesi 1 S1 - T. Geodesi/T. Sipil >8

5 Ahli Geoteknik 1 S1 - T. Geologi/T. Sipil >8

6 Ahli Hidrologi/Hidrolika 1 S1 - Teknik Sipil >8

7 Ahli Perkiraan Biaya 1 S1 - Teknik Sipil >8

8 Ahli Dokumen 1 S1 - Teknik Sipil >8

5. TENAGA PENDUKUNG
Pelaksanaan kegiatan ini dibantu beberapa tenaga pendukung, antara lain:

JUMLAH KUALIFIKASI PENGALAMAN


NO JABATAN
ORANG PENDIDIKAN (Tahun)

1 Sekretaris 1 D3 - Sekretaris >2

2 Computer Operator 1 D3 - Komputer >2

3 CAD Operator / Drafter 5 D3 - Teknik Sipil >4


6. KEBUTUHAN PERALATAN
Dalam pelaksanaan kegiatan ini konsultan wajib menggunakan peralatan minimal sebagai berikut:

NO PERALATAN JUMLAH

1 Alat Sondir 2 Unit


2 Alat Ukur Topografi 2 Unit
3 Bor Mesin 2 Unit
4 Rol meter 5 Buah
5 Komputer 4 Unit
6 Printer 4 Unit
7 Projector/Infocus 1 Unit
8 Kamera/Handycam 1 Unit
9 Kendaraan roda 4 1 Unit

7. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini maksimal 7 (tujuh)
bulan kalender, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.

b. Matrik pelaksanaan
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Konsep Laporan Antara
4 Laporan Akhir

8. LAPORAN
a. Laporan Pendahuluan
Memuat hal-hal sebagai berikut:
1.) Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi,
waktu pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan.
2.) Struktur organisasi tim pelaksana.
3.) Hasil analisa terhadap studi yang pernah di laksanakan dan dari data sekunder
4.) Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan perencanaan antara lain Ditjen
Perkeretaapian, PT KAI (Persero), PSDA, Bappeda, Dinas Tata Ruang, dan lain-lain
5.) Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi.
6.) Pendekatan teknis terhadap hasil survey sekunder, metodologi pelaksanaan
pekerjaan termasuk identifikasi kendala yang mungkin dapat terjadi.
7.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S-Curve.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) rangkap, selambat-lambatnya : 1 (satu) bulan
sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.

b. Laporan Antara
Memuat hal-hal sebagai berikut:
1.) Hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk hasil survey primer seperti, Survey topografi, Survey
Hidrologi/hidrolika dan penyelidikan tanah
2.) Hasil analisa survey sekunder maupun primer dan menentukan Kriteria desain.
3.) Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain Ditjen Perkeretaapian dan instansi
lain yang berkaitan;
4.) Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan
rekomendasi.
5.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S-
Curve.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) rangkap, selambat-lambatnya 4 (empat)
bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.

c. Konsep Laporan Akhir


Memuat hal-hal sebagai berikut:
1.) Hasil detail desain
2.) Hasil perhitungan volume dan biaya
3.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S-
Curve.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) rangkap, selambat-lambatnya : 6 (enam)
bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.

d. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas termasuk buku-buku lampiran terkait pekerjaan ini. Secara
keseluruhan buku-buku yang harus di sampaikan, antara lain:
1.) Buku 1 Laporan Akhir
2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif
3.) Buku 3 Laporan Teknik Desain
4.) Buku 4 Album Gambar Perencanaan
5.) Buku 5 Spesifikasi Teknis dan RKS
6.) Buku 6 BOQ, RAB dan AHS
7.) Buku 7 Laporan Survei Hidrologi dan Hidrolika
8.) Buku 8 Laporan Survei Topografi
9.) Buku 9 Album Gambar Topografi
10.) Buku 10 Laporan Survei Penyelidikan Tanah dan Laboratorium
Test
Laporan diserahkan sebanyak @ 5 (lima) rangkap, selambat-lambatnya 7 (tujuh) bulan sejak
ditandatanganinya kontrak pekerjaan, termasuk softcopy keseluruhan laporan, yang
disimpan/direkam dalam flashdisk sebanyak 2 (buah) buah/rangkap.

9. ALIH PENGETAHUAN
Penyedia Jasa berkewajiban melakukan pembahasan, diskusi dan atau pelatihan (kursus singkat)
terkait dengan substansi pelaksanaan kegiatan termasuk peninjauan ke lapangan dalam rangka
alih pengetahuan kepada Pemberi Tugas.

10. BIAYA
Kegiatan ini dibiayai dari dana APBN DIPA Tahun Anggaran 2014, Satuan Kerja Pengembangan
dan
Peningkatan Prasarana Perkeretaapian.

11. LAIN-LAIN
a. Penjabaran lebih lanjut terhadap pemahaman lingkup pekerjaan oleh Penyedia Jasa,
harus disampaikan untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas pada saat pembahasan
Laporan Pendahuluan.
b. Pada tiap-tiap laporan dan program yang disampaikan, dan setelah diperiksa oleh Pemberi
Tugas ternyata masih terdapat kekurangan atau diperlukan perbaikan/revisi, maka pada setiap
penambahan kekekurangan dimaksud ataupun perbaikan/revisi yang harus dilakukan, masih
merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Hal hal yang bersangkutan dengan pekerjaan/kegiatan ini, yang belum tercantum di dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan dibahas dalam rapat koordinasi secara terjadwal, antara
Pemberi Tugas dan Penyedia Jasa.

Anda mungkin juga menyukai