Anda di halaman 1dari 10

CONTOH TIGA KASUS PERMASALAHAN

DALAM BIDANG KONSTRUKSI

TUGAS MATA KULIAH

Oleh:

FITRIYA RAHMAWATI
NIM 25819007

PROGRAM STUDI MAGISTER PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sebuah sarana maupun
prasarana dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil. Secara ringkas konstruksi
didefinisikan sebagai objek keseluruhan yang terdirri dari bagian-bagian struktur.
Misal, kosntruksi bangunan adalah bentuk bangunan secara keseluruhan. Contoh lain
konstruksi adalah konstruksi jalan raya (jalan), konstruksi jembatan (jembatan),
konstruksi baja (crane), dan lain-lain.
Suatu pelaksanaan proyek konstruksi terdiri dari serangkaian aktivitas-
aktivitas yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan suatu
manajemen konstruksi yang tepat dan dapat mengendalikan suatu proyek konstruksi
mulai dari tahap perencanaan, perancangan, pelelangan, pelaksanaan dan tahap
sesudah pelaksanaan (Tuelah et al., 2014).
Masyarakat mengartikan sebuah proyek konstruksi sebagai sebuah proses
pelaksanaan pembangunan fisiknya saja, yang dimotori dan dilaksanakan oleh sebuah
penyedia jasa (kontraktor). Sedangkan proyek konstruksi sebetulnya sudah dimulai
sejak timbulnya prakarsa dari pemilik proyek untuk membangun, yang selanjutnya
dalam proses akan dipengaruhi dan melibatkan berbagai unsur seperti konsultan,
kontraktor, termasuk pemiliknya sendiri (owner).
Seringnya terjadinya kegagalan kontruksi yang terjadi di Indonesia beberapa
tahun belakangan ini tidak hanya menyebabkan kerugian kepada pihak pengguna,
owner, penyedia jasa konstrusi saja namun juga menyebabkan banyak korban
meninggal. Kegagalan konstruksi tidak hanya disebabkan oleh penyedia jasa
konstruksi dalam pembangunannya, tetapi juga memungkinkan pihak owner dan
pengguna menyebabkan kegagalan sebuah konstruksi.
Penggunaan konsultan manajemen untuk suatu konstruksi biasanya digunakan
pada proyek berskala besar, dan merupakan suatu tim kerja yang memiliki keahlian
dalam mengelola manajemen proyek dan bertugas memantau, mengendalikan serta
ikut terlibat pada proses proyek. Tim ini yang berfungsi sebagai konsultan dari
pelaksanan proyek di lapangan, dimana peranan mereka dimulai sejak tahapan
perencanan hingga tahap konstruksi (Tuelah et al., 2014).
Namun demikian kenyataannya, masih saja sering terjadi keterlambatan dan
penyimpangan kualitas konstruksi pada tahap pelaksanan proyek bukan hanya
disebabkan oleh faktor alam, tetepi juga disebabkan oleh beberapa hal antara lain
koordinasi, komunikasi, administrasi, pemberdayaan tenaga kerja sebagai sumber
daya manusia yang optimal. Beberapa contoh pelanggaran kode etik yang terjadi di
pihak penyedia jasa dan pemilik yang tidak dapat diabaikan karena berkaitan langsung
dengan nilai integritas dan berdampak kepada masyarakat luas.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai beberapa macam pelanggaran terhadap etika profesi yang telah terjadi di
lapangan dan faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan konstruksi tersebut.

1.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu mmahami
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di bidang jasa konstruksi serta memahami
faktor penyebab terjadinya kegagalan konstruksi.

1.4 Batasan Masalah


Dalam makalah ini mengidentifikasi penyimpangan kode etik profesi serta
faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi yang terjadi di bidang konstruksi.
Pertanggung jawaban pengguna maupun penyedia jasa pada kasus kegagalan
konstruksi.

1.5 Metode
Metode yang digunakan pada studi kasus ini yaitu menjelaskan kode etik
konsultan dan pemilik sebagai salah satu unsur dari proyek konstruksi beserta
pelanggaran-pelanggaran terhadap kode etik profesi berdasarkan suatu kasus yang
kemudian dianalisis terhadap kode etik profesi yang berlaku. Langkah awal studi
kasus ini yaitu pemilihan kasus dan kemudian dilanjutkan dengan analisis kasus
terhadap kode etik yang kemudian disimpulkan.
BAB II

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

2.1 544 Kilometer Jalan di Sumatera Selatan Rusak Berat

[Jalan rusak di Kecamatan Batumarta Kabupaten OKU, Sumatera Selatan yang dijadikan objek foto]

Jumlah ruas jalan rusak di Sumatera Selatan (Sumsel) terus bertambah dengan tingkat
kerusakan yang semakin parah. Dinas PU Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Sumsel
mengungkapkan, di awal tahun 2019, sepanjang 1.513 km jalan provinsi sebanyak 74
persen dalam kondisi mantap. Namun, hasil pantauan langsung dilapangan dalam
sebulan terakhir oleh pemerhati jalan menunjukkan ruas jalan yang rusak semakin
banyak. Hasil kalkulasi Dinas PU mencatat jalan provinsi dalam kondisi mantap hanya
tersisa 64 persen, yang berarti sebanyak 36 persennya atau sekitar 544 km dalam kondisi
rusak.

Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumsel, Dharma Budhy, mengungkapkan, titik
yang mengalami banyak kerusakan sebagian besar berada di daerah OKU Raya seperti di
Ogan Komering Ulu, OKU Timur dan OKU Selatan dan Ogan Komering Ilir. Titik
paling parah itu di ruas jalan Kurungan Nyawa-Gumawang dengan panjang 28 km. Jalan
itu sudah tidak layak lagi untuk dilintasi. Jarak tempuhnya saat ini bisa mencapai 2 jam.

2.1.1 Penyebab Jalan di Sumatera Selatan Rusak Berat

Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumsel, Dharma Budhy, mengungkapkan hal ini
diakibatkan minimnya anggaran pemeliharaan dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini
semakin diperparah dengan masalah kendaraan dengan tonase berlebih yang belum
ditangani secara optimal. Apalagi tiga tahun lalu anggaran pemeliharaan jalan tidak
begitu besar karena Negara sedang fokus untuk menghadapi Asian Games. Selain itu,
kendaraan berat juga masih bebas melintas dan penanganannya belum optimal. Karena
owner (Pemerintah) mengabaikan jalan rusak ini menimbulkan kerugian kepada
masyarakat sebagai pengguna.

2.2 Alat Berat Proyek Pembangunan Empat Jalur Kereta Yang


Menghubungkan Manggarai dan Jatinegara Ambruk

[Kondisi terakhir crane yang ambruk pada Minggu (04/02) pagi]

Alat berat proyek pembangunan empat jalur kereta atau (double-double track) yang
menghubungkan Manggarai dan Jatinegara di Mataraman, Jakarta Pusat, ambruk pada
Minggu pagi tanggal 4 Februari 2018. Berdasarkan informasi dari pihak Kepolisian Sektor
Jatinegara, insiden ambruknya alat berat crane di proyek DDT ini terjadi ketika lima orang
pekerja sedang menaikkan bantal rel dengan menggunakan alat berat jenis crane. Ketika
bantalan rel sudah berada di atas namun dudukannya tidak pas sehingga bantal rel jatuh
menimpa korban yang mengakibatkan keempat korban meninggal dunia.

Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Arie
Setiadi Moerwanto, mengaku insiden ini bukanlah yang pertama, dan menyebutkan
minimnya pengawasan jadi penyebab kecelakaan dalam proses kontruksi. Untuk mencegah
kecelakaan dalam proyek infrastruktur sebenarnya telah dibentuk Komite Keselamatan
Konstruksi (KKK), dengan salah satu tugasnya adalah pengawasan.

Menyusul ambruknya alat berat crane, konsorsium pelaksana proyek ini langsung terjun ke
lapangan untuk memastikan situasi yang kondusif baik bagi para pekerja dan masyarakat
sekitar. Serta memastikan semua peralatan dalam kondisi stabil sehingga dapat memastikan
keamanan bagi masyrakat sekitar lokasi pasca kejadian aman.
2.2.1 Penyebab Alat Berat Proyek Pembangunan Empat Jalur Kereta Yang
Menghubungkan Manggarai dan Jatinegara Ambruk

Pengamat konstruksi menilai kecelakaan konstruksi yakni ambruknya alat berat crane di
proyek pembangunan empat jalur kereta terjadi di Mataraman, lantaran karena kegagalan
manajemen konstruksi. Dalam aspek manajemen konstruksi, faktor keselamatan
konstruksi melibatkan aspek desain, aspek procurement atau pengadaan alat sebelum
konstruksi, dan aspek proses konstruksi. Dalam insiden ambruknya crane proyek DDT di
Matraman, aspek procurement dan aspek proses konstruksi lah yang terjadi yaitu
kegagalan alat. Seharusnya sebelum menggunakan crane yang merupakan alat berat yang
digunakan sebagai alat pengangkat dalam proyek konstruksi semestinya pihak kontraktor
pelaksana melakukan dulu pengecekan besaran alat, proses, beban yang diangkat crane
tersebut, bukan hanya spesifikasi alatnya tetapi juga waktu pemasangan sehingga tidak
menimbulkan kerugian sampai korban jiwa.

2.3 Tiang Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Roboh

[Tiang Tol BORR Roboh (Liputan6/Achmad Sudarno)]

Kepala tiang tol Bogor Outer Ring Road (BORR) di Jalan Tanah Sereal, Bogor (10/7/2019)
Rabu dini hari ambruk. Ambruknya kepala tiang elevated ini diperkirakan menelan kerugian
hingga Rp 1 miliar. Nilai Rp 1 miliar tersebut belum termasuk biaya lain yang harus
ditanggung pihak kontraktor diantaranya dampak sosial dan lalu lintas. Dampak sosial salah
satunya memberi kompensasi kepada rumah makan yang terkena runtuhan konstruksi.
Hendro Atmojo telah memberikan sanksi kepada PT PP, selaku kontraktor proyek elevated
tol Bogor Outer Ring Road (BORR) seksi 3A. Sanksi yang diberikan salah satunya mencopot
pihak yang bertanggung jawab di lapangan yaitu para kerja proyek yang dinilai belum
memiliki pengalaman cukup dibidang konstruksi jalan, jembatan dan terowongan.
infrastruktur elevated tidak menggunakan peralatan yang tidak memenuhi syarat.

2.2.1 Penyebab Tiang Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Roboh

Dari hasil investigasi Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKTJ) insiden
ambruknya bekisting pier head di Pier 10 Jalan Soleh Iskandar, Kota Bogor terjadi
disebabkan kelalaian manusia yaitu akibat kesalahan ukuran scaffolding yang terpasang
untuk menyangga cetakan. Kesalahan yang dilakukan pihak kepala proyek dan konsultan
yaitu kurangnya pengawasan dan pengerjaan fisik infrastruktur elevated tidak menggunakan
peralatan yang tidak memenuhi syarat, sehingga menimbulkan kerugian untuk pihak owner
yang membuat penyelesaian konstruksi tertunda.
BAB III

KESIMPULAN

Segala hal yang berhubungan dengan jasa konstruksi tercantum dalam UU No. 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi. Jasa Konstruksi memiliki arti layanan jasa konsultasi konstruksi
dan/atau pekerjaan konstruksi. Berdasarkan ketiga kasus konstruksi yang telah dijabarkan,
ditemukan adanya penyimpangan terhadap undang-undang jasa konstruksi. Penyimpangan ini
dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa/owner maupun bagi penyedia jasa.

Tabel 2. 1 Penyimpangan UU No. 2 Tahun 2017

No. Kasus Penyimpangan


1. Sejumlah Ruas Jalan di Sumatera  Kelalaian pihak owner yang tidak
Selatan (Sumsel) Rusak Berat memprioritaskan perbaikan
 kelebihan muatan truk yang melewati jalan.
2. Alat Berat Proyek Pembangunan  Kelalaian dalam hal keamanan dan
Empat Jalur Kereta Yang keselamatan
Menghubungkan Manggarai dan  Kegagalan dalam manajemen konstruksi
Jatinegara Ambruk
3 Tiang Tol Bogor Outer Ring Road  Kegagalan konstruksi. Hasil pembangunan
(BORR) Roboh
tidak sesuai dengann perencanaan sehingga
bangunan terbengkalai dan tidak dapat
digunakan
 Kelalaian dalam pengawasan
Sumber : Hasil Analisa, 2019

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka terdapat penyimpangan yang


melanggar beberapa poin yang terdapat dalam UU No. 2 Tahun 2017. Poin yang dilanggar
yaitu pasal 59 mengenai keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan kostruksi.
Kelalaian akan hal tersebut tidak hanya mengakibatkan kerugian pada molornya jadwal
pembangunan namun juga adanya korban jiwa.
Kasus sejumlah ruas jalan di Sumatera Selatan (Sumsel) rusak berat merupakan
penyimpangan dan melanggar poin menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dengan
tanggung jawab tugas dan pemeliharaan konstruksi (jalan). Sehingga sejumlah ruas jalan di
Sumatera Selatan (Sumsel) tidak dapat digunakan dikarenakan jalan yang rusak berat
(berlubang-lubang).
Kasus Tiang Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) roboh merupakan penyimpangan
dan melanggar poin kegagalan bangunan dan kode etik penyedia jasa. Kegagalan bangunan
yang dimaksud dalam undang-undang jasa konstruksi adalah suatu keadaan keruntuhhan
bangunan atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil jasa konstrukai.
Tiang Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) tidak dapat digunakan dikarenakan pembangunan
yang belum tuntas.
Sedangkan pada kasus runtuhnya alat berat Proyek Pembangunan Empat Jalur Kereta
yang menghubungkan Manggarai dan Jatinegara, penyimpangan yang terjadi melanggar poin
penyedia jasa bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya yaitu dalam kasus ini adalah kegagalan alat. Seharusnya
sebelum menggunakan crane yang merupakan alat berat yang digunakan sebagai alat
pengangkat dalam proyek konstruksi semestinya pihak kontraktor pelaksana melakukan dulu
pengecekan besaran alat, proses, beban yang diangkat crane tersebut, bukan hanya spesifikasi
alatnya tetapi juga waktu pemasangan. Kejadian ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Pada setiap kasus yang terjadi, apabila ditemukan bukti dan dinyatakan bersalah maka
pengguna jasa maupun penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Bentuk pertanggung jawaban penyedia jasa yaitu mengganti atau memperbaiki kegagalan
bangunan yang disebabkan penyedia jasa. Penyedia jasa maupun pengguna jasa wajib
memberikan ganti kerugian dalam hal terkait terjadinya kegagalan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

Febriansyah, Dede. 2019. 544 Kilometer Jalan di Sumatera Selatan Rusak Berat
(https://daerah.sindonews.com/read/1383906/190/544-kilometer-jalan-di-sumatera-
selatan-rusak-berat-1551702110). (28 Agustus 2019)

Amindoni, Ayomi. 2018. Kecelakaan konstruksi terulang lagi, pengamat sebut ada
'kegagalan manajemen'. (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42936868).
(28 Agustus 2019)

Sudarso, Achmad. 2019. Tiang Tol BORR Roboh, Kontraktor Rugi Rp 1 Miliar
(https://www.liputan6.com/news/read/4014711/tiang-tol-borr-roboh-kontraktor-
rugi-rp-1-miliar). (28 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai