LAPORAN PRAKTIKUM
KERJA ASPAL
LEMBARAN ASISTENSI
LAPORAN PRAKTIKUM KERJA ASPAL
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan hasil
dari praktek yang telah dilakukan di bengkel yang dituangkan dalam bentuk tulisan
guna untuk menjelaskan langkah-langkah, bahan, cara kerja serta semua yang berkaitan
dengan praktek tersebut
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen pembimbing
Bapak Josephus R. Matitaputty, S.T yang telah membimbing penulis dalam masa
praktikum dan sampai dalam penyelesaian laporan ini. Juga kepada kepada teman teman
yang telah bekerja sama dengan baik selama proses praktikum berlangsung.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, hal ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, oleh
karena itu kritik dan sarannya sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini
di masa yang akan datang akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun masyarakat luas .
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBARAN ASISTENSI...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan........................................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI...........................................................................................3
2.1 Jenis-Jenis Aspal..........................................................................................................3
2.2 Fungsi Dan Kemampuan Aspal...................................................................................4
BAB 3 PEMBAHASAN HASIL PRAKTEK................................................................6
3.1 Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen................................................................6
3.2 Pengujian Titik Leleh Aspal Dan Ter..........................................................................9
3.3 Pengujian Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi......................................................13
3.4 Pengujian Analisis Saringan......................................................................................17
3.5 Perencanaan Campuran Metode Bina Marga............................................................19
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................28
4.1 Kesimpulan................................................................................................................28
4.2 Saran..........................................................................................................................29
DOKUMENTASI...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan melaksanakan praktikum laboratorium uji aspal adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang memenuhu ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan pada kriteria pencapuran.
2. Mengamati dan mempelajari secara langsung hal-hal yang ada di laboratorium
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman.
3. Sebagai studi perbandingan antara teori-teori yang diperoleh sewaktu belajar
dikelas dengan keadaan yang sebenarnya di laboratorium.
4. Megetahui secara langsung prosedur pelaksanaan di laboratorium.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Aspal Busa (foamed asphalt)
Aspal Busa adalah aspal panas yang dicampurkan dengan air secara mendadak
sehingga aspal berbusa dan seketika menjadi semacam emulsi yang dapat dimanfaatkan
keencerannya untuk membentuk lapis tipis aspal yang menyelimuti agregat. Aspal busa
ini kita kenal sebagai bagian dari proses Recycling beton aspal yang dilakukan di
ebagian ruas permukaan jalan di Pantura.
Cutback asphalt
Cutback asphalt dalah aspal yang dicairkan dengan cara ditambah pelarut dari
keluarga hidrokarbon (minyak tanah/kerosin, bensin, solar). Untuk Primecoat dan
Tackcoat digunakan jenis Rapi Curing (RC), Medium Curing (MC) atau Slow Curing
(SC). Saat ini, aspal Emulsi mulai digunakan sebagai Tackcoat karena aspal Cutback
yang dicampur bensin sering menimbulkan kebakaran, demikian juga bila menggunakan
pelarut kerosene atau solar sering tidak sempat menguap, sehingga ketika campuran
beton aspal harus digelar diatasnya, aspal beton terkontaminasi pelarut yang
mengakibatkan aspal beton menjadi lunak dan pada akhirnya menimbulkan problem
perubahan bentuk (deformasi, bleeding, licin).
Aspal Modifikasi
Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt (PMA) atau
Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak ditambah dengan bahan
tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya, yaitu aspal yang tahan beban dan
tahan lama (awet). Di Indonesia, kesadaran untuk menggunakan aspal modifikasi karena
diperlukan hal-hal.
Aspal Buton (asbuton)
Aspal Buton adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, berupa batuan yang
mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak tahun 1920, dengan cadangan
lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada dua lokasi tambang di Buton, yaitu di
Kabungka dan Lawele.
4
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada
dari agregat itu sendiri.Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan
& Jembatan Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur Karena itu, untuk
dapat berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, aspal haruslah
mempunyai kemampuan daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca,
mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik.
Uraian tentang kemampuan aspal ini adalah sebagai berikut :
a. Daya tahan (durability) aspal. Adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan
sifat dari campuran aspal, yang tergantung dari sifat agregat yang terseliputi
aspal, tergantung juga dengan faktor pelaksanaan. Sifat ini dapat diperkirakan
dalam pemeriksaan Thin Film Oven Test (TFOT).
b. Adhesi dan Kohesi Aspal. Sifat Adhesi aspal adalah kemampuan aspal untuk
mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan
aspal, sedangkan Kohesi aspal adalah kemampuan aspal untuk tetap
mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur. Aspal adalah material yang termoplastis,berarti
akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang, dan akan lunak
atau cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap
perubahan temperatur.
d. Kekerasan Aspal. Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur
dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan
kepermukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Setelah
campuran aspal tergelar dan dipadatkan, maka terjadi proses oksidasi yang akan
menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi), ini adalah
proses perapuhan. Jadi selama masaDiklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk
Pekerjaan Jalan & Jembatan Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur
pelayanan aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi
juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal,
semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.
5
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM
b. Tujuan pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang
dinyatakan dalam masukan jarum dengan beban tertentu dengan kurun waktu
tertentu pada suhu kamar. Tingkat kekerasan ini merupaka klasifikasi aspal.
c. Peralatan
1. alat-alat penetrasi yang dapat menggerakan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm. Pemegang jarum seberat
(47,5 & 0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi untuk
peneraan.
6
2. Pemberat sebesar (50 & 0,05) gr dan (100 & 0,05) gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
Jarum penetrasi dibuat dari srainless steel mutu 440'C, atau HRC 54 sampai 60.
Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata-rata berukuran sebagai berikut:
Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1”C.
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas
dasar bejana. Permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml di atas pelat dasar
berlubang.
Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tingggi yang
cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
Pengukur waktu.
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan skala
pembanding terkecil 0,1 atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik.
Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak
bpleh melebihi 0,1 detik.
7
Setelah contoh cair merata, tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan
hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm. buatlah dua benda uji (duplo).
Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
8
Catatan :
Termometer untuk bak perendam harus di tera
Bitumen dengan penetrasi kurang dari 350 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 dan 500 perlu
dilakukan dengan alat-alat lain.
Untuk penetrasi dengan nilai lebih besar dari 200 sedikitnya digunakan 3 jarum
penetrasi. Untuk tiap penusukan digunakan satu jarum dan jarum tidak usah
ditarik kembali sampai pengujian selesai. Hal ini dikarenakan untuk penetrasi
lebih dari 200 lebih rentan terhadap kerusakan dibanding benda uji dengan nilai
penetrasi yang lebih kecil.
Apabila pembacaan stop watch lebih dari ($ & 0,1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku (diabaikan).
3. 2 Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter (Softening Point With Ring And Ball
Test)
a. Pengertian
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mancair, sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun
demikian perilaku/respon material aspal tersbut terhadap suhu pada prinsipnya
9
membentuk suatu spektrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur
penyusunnya.
Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (softening) bahan-bahan aspal dan
ter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi lebih merupakan perubahan
gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu, setiap prosedur yang
dipergunakan/di-adopt untuk menentukan titik lembek aspal atau ter, hendaknya
mengikuti sifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Dalam percobaan ini titik lembek ditunjukkan dengan suhu pada saat bola baja,
dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan di
dalam cincin berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat
dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan.
Titik lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun konstruksi perkerasan
jalan. Titik lembek hendaknya lebih tinggi dari suhu dipermukaan jalan sehingga
tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan. Titik lembek aspal
dan ter adalah 30”C-200”C, yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang
hampir sama dengan suhu permukaan jalan pada umumnya. Untuk itu dilakukan
usaha untuk mempertinggi titik lembek ini antara lain dengan menggunakan filler
terhadap campuran beraspal.
Metode Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini,
dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid. Titik lembek adalah
besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) di
bawah kondisi spesifik dari tes. Berdasarkan tes/apparatus yang ada disimpulkan
bahwa pengujian titik lembek dipengaruhi banyak faktor.
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek untuk aspal keras Pen 40 (Ring and
Ball Testy adalah 51℃ (minimum) dan 63℃ (maksimum), sedangkan untuk Pen
60 adalah minimum 48℃ dan maksimum 58℃ faktor yang mempengaruhi
pengujian titik lembek :
Kualitas dan jenis cairan penghantar
Berat bola besi
Jarak antara ring dengan dasar plat besi
Besarnya suhu pemanasan
10
b. Tujuan pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal dan juga ter mulai
lembek dan dapat digunakan dengan menggunakan alat Ring and Ball. Suhu ini pun
yang menjadi acuan dilapangan atas kemampuan aspal dan juga ter menahan suhu
permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga dapat mengurangi daya lekatnya.
c. Peralatan:
1. Cincin kuningan
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gr
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
dan tinggi & 12 cm berkapasitas 800 ml.
5. Termometer
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola.
11
Hal — hal yang harus diperhatikan :
Suhu pemanasan aspal maksimal adalah titik lembek perkiraan ditambah 50
℃ (kira-kira 100℃ )
Lamanya pemanasan di atas api tidak lebih dari 30 menit dan di dalam oven
tidak lebih dari 2 jam.
Larutan gliserin dan talk di gunakan pada permukaan plat alas besi bukan
pada dinding ring benda uji.
Contoh aspal yang telah dipanaskan, dituang ke dalam cetakan benda uji dan
didiamkan selama 30 menit, dipotong dengan spatula panas dan disimpan di
dalam ruangan pendingin (& 5℃ ) selama 30 menit.
Proses penuangan sampai percobaan selesai tidak boleh kurang dari 240
menit.
12
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan maka pekerjaan diulangi.
Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam 6 melebihi 1 maka
pekerjaan diulangi
3.3 Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles (Los Angeles Abrassion
Test)
a. Pengertian
Durabilitas atau ketahanan terhadap kerusakan sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa agregat yang memiliki kekuatan standar pun
akan mengalami kerusakan saat di stockpile atau saat masa layan di jalan. Pada
hakekatnya ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang
menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses peredaman air seperti akibat cuaca,
pembekuan dan lain-lain. Ada dua aspek yang menguji durabilitas agregat ini, yaitu :
Kerusakan mekanis
Kerusakan diakibatkan reaksi physico-chemical, seperti pelapukan Dalam uji
abrasi ini tipe tes durabilitas yang diambil adalah tipe tes kerusakan mekanis.
13
Tipe tes kerusakan mekanis ini sendiri memiliki berbagai macam tipe yaitu :
Aggregate Abrasion Value
Aggregate Attrition Value
Los Angeles Abrasion Value
Poloshed Stone Value
Prinsip pengujian Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi
satandarnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan, dan penggilasan di dalam drum
baja. Ketika drum berputar, bilah baja yang terdapat di dalamnya, mengangkat sampel
dan bola baja, membawanya berputar sampai kembali jatuh, mengakibatkan efek
tumbuk-tekan/impact-crushing pada sampel. Sampel sendiri kemudian berguling dengan
mengalami aksi abrasi dan penggilasan sampai bilah baja kembali menekan dan
membawanya berputar. Demikianlah siklus yang terjadi di dalam mesin Los Angeles.
Pengujian/tes Los Angeles telah digunakan secara luas sebagai indikator dari
kualitas atau kemampuan berbagai sumber agregat yang mempunyai komposisi mineral
yang sama. Hasil dari pengujian ini tidak langsung secara sah membenarkan
perbandingan antara sumber-sumber agregat yang jelas berbeda dari asal, komposisi,
maupun strukturnya.
b. Tujuan pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengan cara mekanis
dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion Test. Pemeriksaan ini adalah untuk
agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm.
c. Peralatan :
1) Mesin abrasi Los Angeles, yaitu mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28”) dan panjang 50 cm (20”). Silinder
ini bertumpu pada dua poros pendek tidak menerus yang berputar pada poros
mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan sampel. Penutup lubang
terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian
dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
2) Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dan berat masing-
masing antara 400 gram sampai 440 gram.
14
3) Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1 12”) sampai 2,36 mm (No.8).
4) Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dan ketelitian! gram
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±5)
℃
d. Benda uji :
Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran. Debu, bahan
organik atau terselimuti oleh bahan lain, maka smpel harus dicuci sampai bersih
kemudian dikeringkan dalam suhu (110±5) C sampai berat tetap.
Pisahkan sampel ke dalam ukuran fraksi masing-masing sesuai pada tabel di
bawah ini dan gabungkan, timbang.
e. Langlah-langkah pengujian :
1) Sampel dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles dan mesin
diputar dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm untuk 500 putaran
15
2) Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian lakukan penyaringan awal
dengan diameter saringan lebih besar dari 1,7 mm (No.12). Saring bagian
sampel yang lebih halus dengan saringan 1,7 mm (No.12). Butiran yang
tertahan/lebih besar dari 1,7 mm (No.12) dicuci bersih kemudian dikeringkan
dalam oven suhu (110 & 5"C) sampai berat
tetap, lalu timbang (B).
Catatan :
Tidak dilakukan proses pencucian sampel setelah tes Los Angeles ini kadang
kadang akan mengurangi pengukuran, kehilangan sekitar lebih dari 0,290 dari
berat sampel awal.
16
B = berat sampel yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (gram)
SAMPEL 1
A = 5000 gr
B = 3330,38 gr
Keausan = A – B / A x 100%
= 5000 – 3330,38 / 5000 x 100 %
= 33,4 %
SAMPEL 2
A = 5000 gr
B = 3568,23 gr
Keausan = A – B / A x 100%
= 5000 – 3568,23/ 5000 x 100 %
= 26,8%
Keterangan : - Jumlah bola baja = 11
- Jumlah Putara = 500 putaran
b. Tujuan pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat dalam
bentuk grafik yang dapat memeperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat
dengan menggunakan saringan
17
c. Peralatan :
1) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0, 2% dari berat sampel.
2) Satu set saringan
3) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110
± 5℃
4) Alat pemisah contoh
5) Mesin pengguncang saringan
6) Talam-talam
7) Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya
d. Benda Uji:
1) Agregat halus : Material lolos saringan 4.75 mm 1000 gr
2) Agregat sedang: Material lolos saringan 9.50 mm 1500 gr
3) Agregat kasar : Material lolos saringan 25.4 mm 2000 gr .
e. Langkah-langkah Pengujian :
1) Sampel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 110 & 58C sampai berat tetap.
2) Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali
proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air 0.1 ¿%
3) Sampel disaring dengan susunan saringan dimana ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas.
4) Saringan diguncang manual atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit.
Saringan Berat Saringan Kosong (gr) Berat Saringan dengan Material Berat Tertahan Kumulatif Tertahan %Tertahan %Lolos
1 617,62 617,62 0 0 0 100
3/4'' 569,49 569,49 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2'' 551,49 551,48 0 0 0,00 100,00
3/8'' 526,74 526,74 0 0 0,00 100,00
4 561,27 561,36 0,09 0,09 0,01 99,99
8 541,75 635,49 93,74 93,83 9,38 90,62
30 337,57 708,38 370,81 464,64 46,46 53,54
50 267,46 553,92 284,03 748,67 74,87 25,13
100 264,32 277,95 13,43 762,1 76,21 23,79
200 371,62 603,15 231,53 993,63 99,36 0,64
PAN 408,44 414,81 6,37 1000 100 0,00
Total 1000
18
Data agregat sedang (1500 gr) Lolos Saringan 3/8”
Agregat sedang Berat Benda Uji 1500 gr
Saringan Berat Saringan Kosong (gr) Berat Saringan dengan Material Berat Tertahan Kumulatif Tertahan %Tertahan %Lolos
Saringan Berat Saringan Kosong (gr) Berat Saringan dengan Material Berat Tertahan Kumulatif Tertahan %Tertahan %Lolos
19
aplikasinya, campuran laston dapat digunakan sebagai lapis permukaan, levelling
course, dan binder atau intermediate course.
Dalam terminologi perkerasan di Indonesia, dikenal juga jenis campuran Laston
Atas dan Laston Bawah. Laston Atas adalah Lapis Aspal Beton yang digunakan
sebagai material Lapis Pondasi dan termasuk sebagai Base Course (Amerika
Serikat) atau Road Base (Inggris). Sementara itu Laston Bawah adalah lapis aspal
beton yang digunakan sebagai material pondasi bawah yang dipasang di atas tanah
dasar. Kedua jenis laston ini (Laston Atas dan Laston Bawah) berbeda dengan jenis
Laston yang dibahas ini.
b. Perencanaan Campuran
Persiapan Material :
Kadar aspal optimum untuk laston umumnya berkisar antara 4% sampai
7% terhadap berat campuran. Dalam menentukan kadar aspal optimum dengan
menggunakan pengujian Marshall, maka diperlukan sedikitnya enam variasi
kadar aspal dengan kenaikan ½ %. Setiap nilai kadar aspal diperlukan minimal
tiga sampel atau spesimen Marshall, sehingga untuk mencari kadar aspal
optimum diperlukan setidaknya 18 sampel. Berat satu sampel Marshall adalah
sekitar 1200 gr agregat dan secara umum maka diperlukan sekitar 23 kg agregat
dan sekitar 4 kg sampai 5 Kg aspal.
c. Perlengkapan:
1) Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi
7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2) Mesin penumpuk manual atau otomatis lengkap dengan :
Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbak rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm: dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton di
keempat bagian sudutnya.
Pemegang cetakan benda uji
20
3) Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan
dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10
cm.
4) Alat Marshall lengkap dengan :
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
Cicin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya.
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai
2000.
6) Bak perendam (water bath).
7) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1
gram. « Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 2500C dan
100C dengan ketelitian 16 dari kapasitas. s Perlengkapan lain :
Panci — panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
Sendok pengaduk dan spatula
Kompor dan pemanas (hot plate)
Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker.
Kantong plastik berkapasitas 2 kg
Kompor gas elpiji atau minyak tanah
d. Pembuatan benda uji
Agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang
baik, maka salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian
sehingga peran aspal dalam proses pencampuran dan pemadatan dapat
maksimal. Metode Al Menyarankan bah Wa puda anat pencampuran kekentalan
(viskositas) kinctis aspal adalah 170 & 20 Centistokes dan untuk pemadatan
dibutuhkan viskositas kinetik aspal sebesar 280 ± 30 centistokeg, Nilai
kekentalan ini dapat dicapal puda rentang suhu tertentu yan , Yang sering
disebut sebagai suhu pencampuran dan suhu pemadatan. Kedua rentan 8 Suhu
21
ini dapat dicari dengan menggunakan grafik hubunyan antara suhu dengan
Viskositas yang dapat dikembangkan untuk setiap jenis aapal.
22
11) Siapkan alat memadat dan lakukan pemadatan dengan menumbuk spesimen
dengan jumlah tumbukan sebanyak 35, S0, atau 75 yang disesuaikan dengan
jenis lalu lintas yang direncanakan.
12) Tumbukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan selama pemadatan
harus diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada
alas cetakan.
13) Lepaskan alat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas berikut
leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi. Lakukan penumbukan bagi
dengan jumlah yang sama.
14) Lepaskan keping alas dan didinginkan sampai diperkirakan tidak akan terjadi
perubahan bentuk jika benda uji dikeluarkan dari mold. Untuk mempercepat
proses pendinginan, dapat digunakan kipas angin. Proses pendinginan biasanya
dilakukan sekitar 2-3 jam.
15) Keluarkan benda uji atau spesimen Marshall dari mold dengen hati - hari dan
kemudian letakkan spesimen permukaan yang rata dan biarkan sampai benar -
benar dingin. Sebaiknya didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam,
23
Masukkan benda uji ke dalam air bersuhu 25 ℃ selama 3 sampai ±menit dan
kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji dalam air,
Angka benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat menyerap Bir,
dan segera timbang untuk mendapatkan berat benda uji kondisi jenuh — kering
permukaan (SSD). Penyelimutan dengan kain adalah hanya untuk
menghilangkan air yang berada di permukaan dan dilakukan dengan cepat.
Proses dari sejak pengambilan benda uji dari dalam air,menyelimutkan dengan
kain dan penimbangan sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
Berat jenis curah (bulk specific gravity) benda uji adalah berat benda uji
kering/(berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan — berat benda uji dalam
air).
24
Cacat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur
pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.
Ketebalan Briket
Sampel Ketebalan Briket
25
Berat briket sebelum direndam
Sampel 6,0 % 6,5 % 7,0%
1 1152,82 1158,05 1130,04
2 1154,63 1154,28 1137,48
3 1172,80 1159,36 1145,17
26
Data Hotmix Design Metode Marshall
Berat jenis aspal (T) = 1,03
Berat jenis bulk total agregat (U) = 2,65
Berat jenis efektif total agregat (V) = 2,58
Berat (gram) Rongga dalam camp stabilitas (kg) kelelehan quotient
Isi Benda Uji Berat isi benda uji Bj.maks,reoritis Rongga Udara Rongga Terisi Aspal(%)
Kadar Aspal Terhadap % di udara di dalam air K.Permukaan Agr (%) dibaca kalbrasi disesuaikan (mm) Marshall
in air in water SSD cc gr/cc gr/cc VIM VMA VFB stability flow kg/mm
A B C D E F G H L M N O P Q S T
Berat agregat P x Korelasi
Berat 100/(100-
C D E E-D C/F 100-(100XG/H) 100-(100XG/U) 100X((M-L)/M) O P volume S Q/S
Campuran (100XA)/(100-A) A/V)+(A/T)
benda uji
6,0 6,38 1152,82 664 1166,29 502,29 2,30 2,37 3,01 13,39 77,53 1,2 523,44 964,652 1,4 689,04
6,0 6,38 1154,63 615 1168,98 553,98 2,08 2,37 11,92 21,35 44,16 1,32 509,3 950,327 0,4 2375,82
6,0 6,38 1172,8 633 1190,74 557,74 2,10 2,37 11,14 20,65 46,06 1,28 496,13 944,48 0,6 1574,13
Rata-Rata 2,16 8,69 18,46 55,92 953,153 0,8 1546,32933
6,5 6,95 1158,05 667 1170,96 503,96 2,30 2,35 2,22 13,29 83,28 1,26 611,11 833,788 0,4 2084,47
6,5 6,95 1154,28 669 1162,68 493,68 2,34 2,35 0,51 11,77 95,66 1,4 393,14 859,961 0,7 1228,52
6,5 6,95 1159,36 676 1167,48 491,48 2,36 2,35 -0,37 10,98 103,41 1,44 354,88 878,656 0,7 1255,22
Rata-Rata 2,33 0,79 12,01 94,11 857,4683333 0,6 1522,73619
7,0 7,53 1130,04 653 1150,38 497,38 2,27 2,33 2,66 14,26 81,34 1,09 380,56 1080,56 0,3 3601,87
7,0 7,53 1137,48 650 1151,68 501,68 2,27 2,33 2,86 14,44 80,19 1,6 368,44 990,132 0,4 2475,33
7,0 7,53 1145,17 644 1164,68 520,68 2,20 2,33 5,77 17,00 66,05 1,18 421,24 1116,61 0,5 2233,22
Rata-Rata 2,25 3,77 15,24 75,86 1062,434 0,4 2770,13889
Kadar Aspal (%) VIM VMA VFB Stabilitas Flow Hasil bagi
Marshall
6,0 8,69 18,46 55,92 953,153 0,8 689,33
6,5 0,79 12,01 94,11 857,468 0,6 1522,74
7,0 3,77 15,24 75,86 1062,434 0,4 2770,14
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan perhitungan dari karakteristik
Laston lapis aus (AC-WC) dengan menggunakan aspal Pertamina Pen 60/70
dan aspal Retona, didapat kesimpulan sebagai berikut:
Aspal Retona memiliki berat jenis dan titik lembek yang lebih besar, namun
angka penetrasinya lebih rendah dibandingkan dengan aspal Pertamina Pen
60/70.
Perbedaan angka penetrasi kedua jenis aspal berpengaruh terhadap persentase
rongga dalam beton aspal yang dihasilkan. Dari hasil analisis terhadap
parameter Marshall, pada kadar aspal yang sama beton aspal Retona cenderung
menghasilkan VMA dan VIM yang lebih tinggi. Sedangkan untuk nilai VFA-
nya, cenderung lebih rendah daripada beton aspal Pertamina Pen 60/70.
Pada kadar aspal yang sama, nilai stabilitas dan flow yang dihasilkan beton
aspal Retona lebih rendah dibandingkan dengan beton aspal Pertamina Pen
60/70.
Dengan komposisi agregat yang sama, kadar aspal optimum yang dibutuhkan
beton aspal Retona ternyata lebih besar dibandingkan dengan beton aspal
Pertamina Pen 60/70.
Pada kadar aspal optimum, beton aspal yang dihasilkan antara aspal
Retonadengan aspal Pertamina Pen 60/70 mempunyai sifat campuran yang
hampir sama. Namun dari segi durabilitas, beton aspal Retona terlihat lebih baik
dari beton aspal Pertamina Pen 60/70. Hal ini ditunjukkan dengan nilai stabilitas
sisa dari beton aspal Retona yang lebih besar daripada beton aspal Pertamina
Pen 60/70
Asbuton olahan (aspal Retona) dapat digunakan sebagai bahan ikat pada
campuran AC-WC, karena terbukti pada kadar aspal optimum beton aspal yang
dibuat memenuhi spesifikasi karakteristik beton aspal AC-WC.
28
4.2. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk:
Melakukan pengujian dengan menggunakan variasi komposisi agregat
sebelumnya.
Penambahan benda uji dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Melakukan uji permeabilitas untuk mengetahui rongga udara dalam campuran.
Melakukan pengujian tambahan untuk mengetahui sifat kohesi aspal.
Melakukan penelitian tentang penggunaan Asbuton olahan jenis lain pada lapis
perkerasan yang sama.
Melakukan analisis secara ekonomi tentang keuntungan dan kerugian dari
penggunaan Asbuton pada perkerasan jalan.
Kalibrasi alat dilakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
Perlu adanya konsistensi pengaturan suhu dan waktu perendaman benda uji,
karena hal tersebut cukup berpengaruh terhadap hasil uji marshall campuran
29
DOKUMENTASI
PENGUJIAN PENETRASI
30
PENGUJIAN TITIK LEMBEK
31
PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN
Agregat dicuci
Penimbangan Agregat
Penimbangan Agregat
Pengguncangan agregat dengan
mesin pengguncang
32
PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI LOS
ANGELES
Agregat dimasukan bersama bola baja Tombol pada mesin los angeles
ke mesin los angeles
Penimbangan Agregat
Penimbangan Agregat
33
PENGUJIAN MIX DESIGN
34
DAFTAR PUSTAKA
panduan buku pengujian material bahan jalan (aspal) politeknik Negeri Ambon