Anda di halaman 1dari 57

Pengetahuan

Struktur
Dr. Ruddy Kurniawan

Teknik Lingkungan
Universitas Andalas

L/O/G/O
Struktur Baja vs Struktur Beton Bertulang
Kelebihan Struktur Baja
 Bahannya bersifat homogen dan isotropis,
sehingga sesuai dengan asumsi-asumsi yg
digunakan dalam analisis
 Rasio kekuatan dan volume baja lebih tinggi,
sehingga untuk pembebanan yg sama, struktur
baja menghasilkan konstruksi yang lebih ringan
 Kualitas material terjamin karena dibuat dipabrik
 Daktilitas lebih tinggi
 Pelaksanaan lebih cepat
Struktur Baja vs Struktur Beton Bertulang
Kekurangan Struktur Baja
 Lebih mahal
 Perlu perawatan terus menerus karena baja bisa berkarat
 Bentuknya telah tertentu karena dibuat dibuat dipabrik.
 Pelaksanaannya perlu tenaga dengan kemampuan khusus
 Ketahanan kebakaran rendah
Walaupun baja bahan yang tidak dapat terbakar, tetapi bila
terjadi kebakaran, temperatur tinggi yang bisa terjadi akan
mereduksi kekuatan baja secara drastis. Disamping itu baja
juga penghantar panas yang baik, baja yang tidak dilengkapi
dengan fire proofing dapat mengalirkan panas yang tinggi
dari daerah yang terbakar kebagian lain dan dapat
membakar elemen-elemen lain yang bersentuhan
dengannya.
Karakteristik Material Baja
Bentuk profil (penampang) Baja Canai Panas
(Hot rolled)  tebal profil > 1 mm

Profil T
Profil -H Profil WF Profil -I Profil Siku
Profil Canal
(Wide Flange)

Profil pelat
Profil batang
Profil pipe Profil tube
Baja Ringan (Baja Canai Dingin)
 Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi
yang bersifat ringan dan tipis namun kekuatannya tidak
kalah dengan baja konvensional.
 Baja ringan memiliki tegangan tarik tinggi.
Baja G550 berarti baja memiliki kuat tarik (Minimum Yield
Strength) 550 MPa (Mega Pascal) atau 5500 kg/cm2
 Untuk melindungi material baja ringan dari korosi, harus
diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai.
Baja Ringan (Canai Dingin/ Cold Rolled)
Tegangan-Regangan Baja Hasil Uji Tarik (Aktual)
Tegangan-Regangan Baja Hasil Uji Tarik (Idealisasi)
Contoh Penggunaan Baja untuk Rangka Kuda-Kuda Atap
Contoh Penggunaan Baja
untuk Menara dan
Jembatan
Contoh Penggunaan Baja Ringan (Canai Dingin) untuk
Rangka Kuda-Kuda Atap
Disain Elemen Struktur
terhadap Gaya Normal
Persyaratan Desain :
f Nn  Nu
Nn = Kuat nominal = Kuat Rencana
= Kemampuan elemen struktur menahan gaya normal

Nu = Kuat ultimit = Kuat Batas


= Gaya normal ultimit yang dihasilkan dari beban-beban terfaktor
yang bekerja pada elemen struktur tersebut
= Gaya normal yang dihasilkan dari perhitungan mekanika
rekayasa terhadap struktur yang diberi beban terfaktor

f = Faktor reduksi kekuatan (faktor keamanan) untuk gaya normal

Oleh karena gaya normal terdiri dari gaya normal tekan dan tarik, maka
desain elemen struktur terhadap gaya normal juga terdiri dari:
Desain batang tekan dan batang tarik
BATANG TEKAN
Definisi
Elemen struktur yang memikul gaya normal (aksial) tekan

Penggunaan
Elemen struktur rangka batang :
- Rangka Kuda-kuda Atap
- Menara Transmisi
- Jembatan Rangka
Struktur Bangunan
- Kolom
Kuat Rencana Elemen Tekan (f Nn)
Faktor Reduksi Kekuatan untuk batang tekan f = 0,85

Nn ditentukan berdasarkan kondisi batas yang mungkin terjadi pada


elemen tekan, yaitu kondisi LELEH dan TEKUK.
Kondisi leleh dapat tercapai jika elemen tekan tidak mengalami tekuk.

Kondisi tekuk terdiri dari :


1. Tekuk Lokal
meninjau kelangsingan bagian penampang
2. Tekuk Lateral
meninjau kelangsingan elemen struktur
3. Tekuk Lentur-Torsi
khusus untuk penampang siku ganda dan profil T
Tekuk Lokal
Tekuk lokal meninjau kelangsingan bagian penampang, misal bagian
sayap dan badan pada profil IWF ; kaki-kaki pelat pada profil siku.

Sebagian besar profil yang ada di pasaran, bagian-bagian


penampangnya tidak mengalami tekuk lokal
Tekuk Lokal
Tekuk Lateral
Tekuk Lateral (1)

Tekuk lateral meninjau kelangsingan elemen struktur

Kuat Rencana Elemen Tekan (f Nn) untuk kondisi tekuk lateral


didefinisikan sebagai:

f Nn = 0.85 Ag fcr
dengan:
fy
fcr =

 adalah faktor tekuk yang menentukan nilai tegangan fcr pada Kuat
Rencana Elemen Tekan.
Tekuk Lateral (2)

Nilai  ditentukan sebagai berikut:

untuk c < 0.25 =1

1.43
untuk 0.25 < c < 1.20 ω =
1.60 - 0.67 λc

untuk c > 1.20  = 1.25 (c)2

dengan:
Lk = panjang efektif elemen = kc . L
Lk fy
λc = kc = faktor panjang tekuk
r E L = panjang teoritis elemen tekan
Tekuk Lentur Torsi
Tekuk Lentur Torsi (1)

Ditinjau untuk penampang siku ganda dan profil T

Kuat Rencana Elemen Tekan (f Nn) untuk kondisi tekuk lentur torsi
didefinisikan sebagai:

f Nn = 0.85 Ag fclt
dengan:
 
 fcry + fcrz   4 fcry fcrz H 
fclt =   1- 1-
 fcry + fcrz  
2
 2H  

Tekuk Lentur Torsi (2)

GJ
fcrz =
A ro 2

Ix + Iy  xo2  yo2 
ro 2 =  xo2  yo2 H=1-  2 
A  ro 

ro 2 jari-jari girasi polar terhadap pusat geser

xo , yo koordinat pusat geser terhadap titik berat


xo = 0 untuk siku ganda dan profil T
fcry dihitung untuk tekuk lateral terhadap sumbu lemah y dengan
menggunakan harga c
Contoh Kasus (1)

Elemen tekan dengan penampang IWF 200.200.8.12 memikul gaya tekan


ultimate sebesar 80 ton. Panjang elemen adalah 4 m dengan kondisi tumpuan
kedua ujung adalah sendi-sendi pada semua arah sumbu penampang.

Periksa, apakah penampang bisa memikul gaya yang bekerja.

propertis penampang : Mutu baja BJ-41:


Ag = 63.53 cm2 fy = 250 MPa
rx = 8.62 cm fu = 410 MPa
ry = 5.02 cm
Contoh Kasus (2)

Penyelesaian

 Pemeriksaan Kelangsingan Elemen Penampang (Tekuk Lokal) :

sayap (flange) : badan (web) :


b 200 h (200  2.12)
f = = = 8.33 w = = = 22
2tf 2.12 tw 8
250 250 665 665
 rf = = = 15.81  rw = = = 42.06
fy 250 fy 250

f < rf dan w <rw , OK !


Contoh Kasus (3)

Penyelesaian (lanjutan)

 Pemeriksaan Kelangsingan Elemen Struktur :

kedua ujung tumpuan adalah sendi-sendi pada semua arah sumbu penampang, Lk = L
jari-jari girasi yang digunakan adalah jari-jari girasi minimum, r = ry

L k 400
= = = 79.68 < 200 OK !
r 5.02
Contoh Kasus (4)

Penyelesaian (lanjutan)

 Kuat Tekan Rencana

Lk fy 400 250
c = = = 0.897  0.25 < c < 1.2
.r E .(5.02) 200000
1.43 1.43
= = = 1.431
1.6  0.67 c 1.6  0.67(0.897)

fy 250
f Nn = (0.85)Ag. = (0.85).6353. = 943405 N = 943.405 kN
 1.431
Contoh Kasus (5)

Penyelesaian (lanjutan)

 Pemeriksaan Kekuatan

Nu = 80 ton = 800 kN
f Nn = 943.405 kN
 Nu < f Nn … OK!
BATANG TARIK
Definisi
Elemen struktur yang memikul gaya normal (aksial) tarik

Penggunaan
Elemen struktur rangka batang :
- Rangka Kuda-kuda Atap
- Menara Transmisi
- Jembatan Rangka
Struktur Bangunan
- Kabel pada jembatan
Kuat Rencana Elemen Tarik (f Nn)

Ditentukan berdasarkan kondisi batas yang mungkin terjadi pada


elemen tarik :

1. Kondisi Leleh
Ditinjau pada bagian elemen yang jauh dari sambungan

2. Kondisi Fraktur (putus)


Ditinjau pada bagian elemen di sekitar sambungan

3. Keruntuhan geser pada blok ujung


Ditinjau pada bagian elemen dengan konfigurasi lubang di
sekitar sambungan
Kondisi Leleh

pelat penyambung
profil siku

ex ex

ey
bagian elemen yang jauh dari
sambungan

luas penampang penuh (Ag), tidak ada


pengurangan luas akibat lubang

f Nn = 0.90 Ag fy
Kondisi Fraktur (1)

bidang sambung
pelat penyambung
profil siku

titik kerja gaya

ex ex

ey
bagian elemen sekitar daerah sambungan

ada pengurangan luas penampang akibat lubang (sambungan baut)


ada eksentrisitas gaya dengan bidang sambung (ey)

PENGURANGAN LUAS, EKSENTRISITAS Ae (Luas efektif)

f Nn = 0.75 Ae fu
Kondisi Fraktur (2)

Ae = Anet . U

Anet : Luas bersih Penampang


sesuai butir 10.2.1 – 10.2.4 (SNI 03-1729-2002, halaman 70-72 )

U : Faktor Reduksi
x
=1-  0.9
L
atau sesuai butir 10.2.3 dan 10.2.4 (SNI 03-1729-2002, halaman 72 )
Kondisi Fraktur (3)

A : Luas Penampang
10.2.1. Untuk penampang berlubang : minimum dari luas irisan 1-3 atau 1-2-3

1
u

2
u
3 irisan 1 - 3

irisan 1 - 3 A = Ag - n d.t

s2
irisan 1 - 2 - 3 A = Ag - n d.t + 
4u irisan 1 - 2 - 3
Kondisi Fraktur (4)

A : Luas Penampang
10.2.2. Penyaluran dengan las memanjang, komponen struktur bukan pelat.

las memanjang

las memanjang

A = Ag
Kondisi Fraktur (5)

A : Luas Penampang
10.2.3. Penyaluran dengan las melintang

las melintang

A = Jumlah luas penampang netto yang dihubungkan secara langsung

U = 1.0
Kondisi Fraktur (6)

A : Luas Penampang
10.2.4. Penyaluran dengan pengelasan memanjang pada pelat

las memanjang

las memanjang

A = Luas Pelat
Kondisi Fraktur (7)

U : Faktor Reduksi
x
U=1-  0.9
L

dengan :
x adalah eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus gaya tarik antara
titik berat penampang komponen yang disambung dengan bidang
sambungan
L adalah panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara
dua baut terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah
gaya tarik

atau menurut butir 10.2.3 dan 10.2.4


Kondisi Fraktur (8)
U : Faktor Reduksi

10.2.3 Penyaluran dengan pengelasan melintang

U = 1.0

10.2.4 Penyaluran dengan pengelasan memanjang pada pelat

untuk l > 2w U = 1.0

untuk 2w > l > 1.5w U = 0.87

untuk 1.5w > l > w U = 0.75


Keruntuhan Blok Ujung (1)

Terjadi pada bagian elemen tarik yang menggunakan sambungan baut

pelat penyambung
profil siku

Daerah potensi terjadinya kegagalan blok ujung


Keruntuhan Blok Ujung (2)
Daerah potensi terjadinya kegagalan blok ujung

bidang tarik (t)

bidang geser (v)

Pada setiap bidang geser dan tarik, kondisi batas yang dapat terjadi adalah
leleh dan fraktur
Untuk kondisi leleh, didefinisikan luas bruto/gross (g)
Untuk kondisi fraktur, didefinisikan luas netto (n)
Keruntuhan Blok Ujung (3)

Nilai Kuat Tarik Rencana


1. Kondisi Geser Murni (pada bidang geser)

f Nn = 0.75 (0.6 fu) Ans

bidang geser (s)

Ans = l x t

l
Keruntuhan Blok Ujung (4)

Nilai Kuat Tarik Rencana


2. Kombinasi geser - tarik

a. Jika fu Ant > 0.6 fu Anv

bidang tarik (t) f Nn = 0.75 [ 0.6 fy Agv + fu Ant ]

b. Jika fu Ant < 0.6 fu Anv


f Nn = 0.75 [ 0.6 fu Anv + fy Agt ]
bidang geser (v)

gross : termasuk lubang


netto : tidak termasuk lubang
Contoh Kasus (1)

Profil siku L.100.100.10 mm disambungkan pada satu sisinya ke sebuah pelat.


Profil tersebut direncanakan untuk memikul gaya tarik akibat Pu. Tentukan nilai
Pu !

profil siku L 100.100.10 mm

ex ex

ey
L = 4 @ 50 mm

propertis penampang : mutu baja :


Ag =19,2 cm2 fy = 240 Mpa
ex = ey = 2,82 cm fu = 370 MPa
diameter lubang : 7.85 mm
Contoh Kasus (2)
Penyelesaian

Kondisi batas ditinjau pada:

1. Kondisi Leleh f Nn = 0.90 Ag fy

2. Kondisi Fraktur f Nn = 0.75 Ae fu

3. Keruntuhan Blok Ujung


a. Kondisi Geser Murni (pada bidang geser)
f Nn = 0.75 (0.6 fu) Ans

b. Kombinasi geser - tarik

Jika fu Ant > 0.6 fu Anv maka f Nn = 0.75 [ 0.6 fy Agv + fu Ant ]

Jika fu Ant < 0.6 fu Anv maka f Nn = 0.75 [ 0.6 fu Anv + fy Agt ]

Anda mungkin juga menyukai