Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN SPASIAL KUALITAS KESEHATAN

LINGKUNGAN PERUMAHAN
(STUDI KASUS : KABUPATEN BEKASI)
Dwi Nowo Martono*), Surjono H. Sutjahjo, Uup S. Wiradisastra,
Ernan Rustiadi, M. Ardiansyah"'
*»Peneliti Pusat Pengembangan danTeknologi Penginderaan Jauh, LAPAN
**>Staf Pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB)

ABSTRACT

This research to analyze spatial characteristic of housing area types using remote
sensing data with high spatial resolution namely Ikonos and asessement model of
estimation approach at level of housing environment area quality health based on the
variable spatials.
The result of research showed t h a t remote sensing d a t a with high spatial
resolution having sufficient feasibility as the basis of housing spatial data and based on
the characteristic of housing type spatial, can be grouped into six types namely type of
luxurious, medium, moderate, natural housings with types 1, 2 and 3.
Base on multiple regression equation, significant spatial variable effects towards
level of housing environment area health quality is density housing, connectivity of road
network (index (5) and housing distance towards road.

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji karakteristik spasial kawasan p e r u m a h a n berdasarkan


data penginderaan j a u h resolusi sangat tinggi Ikonos dan mengkaji model estimasi
tingkat kualitas k e s e h a t a n lingkungan p e r u m a h a n b e r d a s a r k a n variabel spasial.
Hasil penelitian m e n u n j u k k a n data penginderaan j a u h resolusi sangat tinggi
mampu mengklasifikasi tipe p e r u m a h a n menjadi enam kelas yaitu tipe perumahan
mewah, tipe perumahan menengah, tipe perumahan sederhana, tipe perumahan alami-1,
tipe perumahan alami-2 d a n tipe p e r u m a h a n alami-3.
Berdasarkan p e r s a m a a n regresi ganda linear, variabel spasial yang berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kualitas kesehatan lingkungan p e r u m a h a n adalah
kepadatan bangunan, konektivitas jaringan jalan (indeks (J) dan j a r a k rata-rata rumah
terhadap jalan.

1 PENDAHULUAN karakteristik spasialnya. Perbedaan karak-


teristik spasial m e m b e n t u k berbagai tipe
Kajian spasial pada berbagai tipe p e r u m a h a n , misalnya tipe perumahan
perumahan dikaitkan dengan kualitas yang teratur bangunannya atau tipe yang
kesehatan lingkungan p e r u m a h a n meru- tidak teratur, demikian juga membentuk
pakan fokus penelitian ini. Dalam ke- tipe dengan pola persebaran bangunan
rangka ekologis, h u b u n g a n kawasan yang mengelompok, acak atau seragam.
perumahan, karakteristik spasial peru- Di Indonesia kawasan perumahan dilihat
mahan dan tingkat kualitas kesehatan dari bentuk spasialnya dapat dikelom-
lingkungan p e r u m a h a n adalah saling pokkan secara garis besar menjadi dua
beriteraksi dan saling mempengaruhi tipe p e r u m a h a n yaitu tipe perumahan
seperti di ilustrasikan p a d a Gambar 1-1. terencana (formal housing) meliputi tipe
Berdasarkan Gambar 1-1, bentuk mewah, menengah d a n sederhana dan
kawasan perumahan berkaitan erat dengan tipe perumahan alami (non formal housing).

203
Perumahan Terencana adalah pe- pada kenyataannya saling pengaruh
rumahan yang dibangun secara teren- mempengaruhi atau berinteraksi mem-
cana dalam s u a t u kawasan p e r u m a h a n b e n t u k tipe p e r u m a h a n dan tingkat
dan secara u m u m mempunyai kesera- kualitas kesehatan lingkungan perumahan.
gaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas Konsep tersebut di atas dilandasi
dan tata letak b a n g u n a n serta terinte- oleh pemikiran bahwa ada h u b u n g a n
grasi dengan p e m b a n g u n a n p r a s a r a n a sebab akibat a n t a r a aspek spasial dan
dan sarana perumahan. Pembangunannya aspek non spasial, misalnya bertambah-
dilakukan oleh pengembang swasta atau nya p e n d u d u k berimplikasi kepada ke-
pemerintah d a n bersifat komersial. Peru- b u t u h a n r u a n g yang meningkat sehingga
mahan Alami adalah p e r u m a h a n yang terjadi p e r u b a h a n kepadatan bangunan,
dibangun oleh perorangan secara swa- akibatnya berpengaruh pada meningkat-
sembada dalam s u a t u k a w a s a n peru- nya k e b u t u h a n p r a s a r a n a dan s a r a n a
mahan atau p e r k a m p u n g a n d a n tidak u n t u k m e n d u k u n g kegiatan sosial d a n
mempunyai keseragaman dari aspek ekonomi. Berubahnya luas dan distribusi
bentuk, u k u r a n , kualitas d a n tata letak ruang terbuka hijau kawasan perumahan
bangunan serta tidak adanya master dan permukiman akan berpengaruh secara
plan yang jelas dalam penyediaan pra- langsung m a u p u n tidak langsung ter-
sarana dan s a r a n a p e r u m a h a n . h a d a p debit air t a n a h , tingkat peresapan
Setiap tipe p e r u m a h a n tersebut air, kualitas udara, kebisingan, d a n lain
secara visual mempunyai karakteristik sebagainya yang p a d a akhirnya j u g a
spasial yang berbeda, dalam hal misalnya, mempengaruhi tingkat kualitas kesehatan
keteraturan d a n kepadatan bangunan, lingkungan perumahan dan permukiman.
distribusi dan luas r u a n g terbuka hijau Berdasarkan konsep pemikiran
serta tingkat aksesibilitasnya. Perbedaan tersebut di atas, penilaian estimasi tingkat
karakteristik spasial setiap tipe peru- kualitas kesehatan lingkungan perumahan
mahan mempengaruhi tingkat kualitas h a m s melibatkan aspek spasial di samping
kesehatan lingkungan p e r u m a h a n . Se- aspek non spasial. Informasi aspek spasial
mentara itu faktor lingkungan yang di- kawasan p e r u m a h a n yang lengkap dan
cerminkan dari aspek non spasial baik akurat mempunyai peranan penting dalam
faktor fisik, biotis dan sosial ekonomi proses penilaian estimasi kualitas kese-
budaya j u g a mempengaruhi tingkat kua- h a t a n lingkungan p e r u m a h a n agar di-
litas lingkungan kesehatan p e r u m a h a n . peroleh hasil yang lebih optimal. Peranan
Kedua aspek ini, spasial d a n non spasial penting ini a n t a r a lain pertama, infor-

204
masi spasial m e r u p a k a n informasi bere- hatan lingkungan perumahan. Estimasi
ferensi geografis yang sangat bermanfaat tingkat kualitas kesehatan lingkungan
sebagai basis data u n t u k m e n d u k u n g p e r u m a h a n melalui pendekatan spasial
proses penilaian agar lebih mudah, cepat, dan memanfaatkan d a t a penginderaan
efisien, akurat d a n menyeluruh. Kedua, j a u h satelit resolusi sangat tinggi tam-
informasi perubahan d a n bentuk karak- paknya cocok u n t u k diaplikasikan di
teristik spasial kawasan p e r u m a h a n Indonesia, mengingat karakteristik spasial
menjadi indikator t e r h a d a p tingkat kua- p e r u m a h a n yang bervariasi, seperti tidak
litas kesehatan lingkungan p e r u m a h a n . seragamnya u k u r a n , bentuk, tata letak
Pendekatan berbasis spasial u n t u k dan kepadatan b a n g u n a n rumah, luas
kajian kualitas kesehatan lingkungan dan distribusi vegetasi serta kerapatan
perumahan dalam prosesnya memerlukan dan konektivitas jaringan jalan di kawasan
data spasial k a w a s a n p e r u m a h a n yang p e r u m a h a n . Selain itu, kawasan peru-
rinci dan periodik. Pemanfaatan data m a h a n lokasinya a d a yang terpencil dan
penginderaan j a u h satelit resolusi sangat sulit dijangkau. Hal inilah sebagai alasan
tinggi dan Sistem Informasi Geografis perlunya ketersediaan data spasial yang
merupakan salah satu pilihan. Meman- bersifat periodik, rinci dan akurat. Oleh
faatkan data penginderaan j a u h satelit karena itu tujuan penelitian ini, adalah
resolusi sangat tinggi dapat diaplikasi- • Menguji kemampuan data penginderaan
kan dalam pelaksanaan kegiatan peni- j a u h resolusi tinggi Ikonos sebagai data
laian estimasi tingkat kualitas kesehatan dasar spasial u n t u k kajian spasial
lingkungan p e r u m a h a n berbasis spasial. berbagai tipe kawasan perumahan.
Hal ini didasarkan atas beberapa alasan, • Mengkaji karakteristik spasial tipe-tipe
pertama, k e m a m p u a n data penginderaan kawasan perumahan berdasarkan kom-
jauh satelit resolusi sangat tinggi dapat ponen tata letak bangunan, kepadatan
mengidentifikasi komponen spasial peru- bangunan, persentase vegetasi dan
mahan yang terekam relatif lengkap, lebih tingkat aksesibilitas.
lengkap dari p a d a d a t a yang tersajikan • Mengkaji model estimasi tingkat kese-
oleh peta pada umumnya seperti bangunan hatan kualitas lingkungan perumahan
rumah, luas dan distribusi vegetasi serta berdasarkan variabel spasial dan
jaringan jalan. Di samping itu keter- mengidentifikasi variabel spasial apa
sediaan datanya dapat diperoleh secara saja yang berpengaruh terhadap tingkat
teratur atau periodik. Kedua, proses kualitas kesehatan lingkungan peru-
pengerjaannya relatif cepat dan terjamin mahan.
keakuratannya karena data yang diguna-
kan terpercaya, rinci, mutakhir yang ter- Berdasarkan uraian tersebut, maka
gambar secara spasial. Ketiga, berdasar- penilaian estimasi kualitas kesehatan
kan pengalaman empiris k h u s u s n y a pada lingkungan p e r u m a h a n dengan pende-
wilayah yang luas d a n terpencil peng- katan spasial memanfaatkan data peng-
gunaan data ini lebih efektif d a n efisien inderaan j a u h resolusi sangat tinggi
dibandingkan cara terestris atau konven- diharapkan dapat memberikan keun-
sional yang banyak membutuhkan tenaga, tungan dalam hal meningkatkan efekti-
waktu dan biaya. vitas dan efisiensi penilaian tingkat kua-
Berdasarkan variabel spasial dan litas kesehatan lingkungan perumahan
variabel lingkungan, dibentuk model serta dapat mempercepat penilaian tingkat
estimasi tingkat kualitas kesehatan ling- keparahan masalah pada suatu kawasan
kungan p e r u m a h a n p a d a setiap tipe perumahan, sehingga dapat cepat dite-
perumahan. model estimasi ini u n t u k tapkan prioritas perbaikannya pada
menggambarkan bahwa indikator karak- kawasan p e r u m a h a n . Selain itu, mem-
teristik spasial kawasan p e r u m a h a n ber- berikan informasi baru atau metode baru
asosiasi dengan tingkat kualitas kese- sebagai salah satu m a s u k a n u n t u k men-

205
dorong perencanaan kawasan perumahan
yang lebih komprehensif.

2 METODOLOGI PENELITIAN
Landasan teori yang digunakan
adalah bahwa tingkat kualitas kesehatan
lingkungan p e r u m a h a n ditentukan a t a s
dasar kriteria komponen spasial dan
komponen non spasial. Apabila terjadi
perubahan terhadap satu komponen
akan berpengaruh t e r h a d a p komponen
lainnya. Komponen spasial meliputi pola
persebaran bangunan, kepadatan ba-
ngunan, persentase vegetasi, tata letak
bangunan dan komponen keterjangkauan
(aksesibilitas). Komponen non spasial
mengacu ke pedoman Menteri Kesehatan
No : 829/VII/1999 yang meliputi enam
variabel utama, yaitu (1) kerawanan lokasi Semakin besar nilai indeks T
terhadap bencana alam; (2) kualitas menunjukkan pola persebaran b a n g u n a n
sumber air bersih; (3) kualitas u d a r a dan p e r u m a h a n semakin seragam. Tata letak
kebisingan; (4) penghijauan; dan (6) sa- b a n g u n a n p e r u m a h a n dicerminkan dari
rana d a n p r a s a r a n a yang terdiri dari variasi s u d u t azimuth antar r u m a h d a n
sanitasi, pengelolaan s a m p a h , d r a i n a s e / j a r a k r u m a h ke jalan. Kepadatan ba-
peresapan, kondisi jalan lingkungan, n g u n a n d a n persentase vegetasi diukur
sarana transportasi, s a r a n a pendidikan berdasarkan perbandingan a n t a r a luas
dan sarana ibadah. variabel dengan luas unit kawasan
Metode penelitian m e n g g u n a k a n perumahan yang diukur berdasarkan data
satuan pemetaan tipe p e r u m a h a n dengan penginderaan j a u h . Sedangkan keter-
unit terkecilnya b a n g u n a n r u m a h . Klasi- jangkauan/ aksesibilitas dicerminkan dari
fikasi tipe p e r u m a h a n dilakukan dengan variabel tingkat kerapatan jaringan jalan
analisis cluster t e r h a d a p 13 variabel (indeks a) d a n tingkat konektivitas ja-
spasial p e r u m a h a n yaitu j a r a k terdekat ringan jalan (indeks P), (Hagget, 1983)
antar r u m a h , simpangan baku jarak yang dihitung berdasarkan persamaan 2-2
terdekat antar r u m a h , indeks T, s u d u t dan p e r s a m a a n 2-3.
azimuth antar r u m a h , simpangan baku
sudut azimuth, kepadatan bangunan,
persentase vegetasi, lebar jalan lingkungan
dan jalan lingkungan utama, jarak rumah
terhadap jalan, simpangan baku j a r a k
rumah terhadap jalan, kerapatan jaringan
jalan dan konektivitas jaringan jalan.
Variabel spasial tersebut d i t u r u n k a n dari
hasil interpretasi d a n vektorisasi meng-
gunakan data penginderaan j a u h resolusi
tinggi Ikonos serta hasil hitungan k u a n -
titatif. Komponen spasial yang dihitung
meliputi pola persebaran b a n g u n a n peru- Komponen non spasial dalam hal
mahan yang dicerminkan dari nilai indeks ini adalah tingkat kualitas lingkungan
T yang mengklasifikasi pola persebaran p e r u m a h a n dinilai berdasarkan standar
menjadi tiga kelompok, yaitu pola menge- baku dari Menteri Kesehatan Republik
206
Indonesia nomor 8 2 9 / M e n K e s / V I I / 1 9 9 9 b a n g u n a n r u m a h , kawasan perumahan,
tentang persyaratan kesehatan ling- vegetasi, dan jaringan jalan seperti disaji-
kungan perumahan meliputi enam aspek kan pada Tabel 3-1 menunjukkan kete-
yaitu lokasi, kualitas u d a r a d a n kebi- litian interpretasi 100 %, artinya hasil
singan, kualitas air, penghijauan, vektor interpretasi visual obyek p e n u t u p lahan
penyakit dan s a r a n a p r a s a r a n a ling- kawasan p e r u m a h a n tidak mempunyai
kungan. Prasarana lingkungan meliputi kesalahan interpretasi.
pengelolaan p e r s a m p a h a n , p e r e s a p a n / Uji ketelitian hasil deliniasi dihi-
sanitasi, kondisi jalan lingkungan, fasilitas tung berdasarkan perbandingan luas ba-
pendidikan dan ibadah. Setiap variabel n g u n a n hasil proses deliniasi secara
lingkungan diklasifikasi menjadi 5 tingkat manual pada obyek penutup lahan dengan
dengan u r u t a n skor nilai semakin besar luas obyek sebenarnya di lapangan dan
mengindikasikan semakin baik variabel diwujudkan dalam persentase. Secara
lingkungan tersebut yang artinya dari keseluruhan ketelitian deliniasi bangunan
aspek kesehatan lingkungan adalah se- r u m a h di k a w a s a n terencana dan ba-
makin sehat lingkungan kawasan peru- n g u n a n r u m a h di kawasan alami mem-
mahan. punyai tingkat ketelitian rata-rata 80.34 %.
Analisis tingkat kualitas kesehatan Hasil uji ketelitian deliniasi bangunan
kualitas lingkungan p e r u m a h a n meliputi p e r u m a h a n terencana dan alami berba-
tiga aspek yaitu melakukan klasifikasi gai tipe, yaitu tipe mewah, tipe menengah
kelas kualitas lingkungan p e r u m a h a n d a n tipe s e d e r h a n a serta tipe alami, di-
menjadi lima kelas yaitu tingkat kualitas sajikan pada Tabel 3 - 1 . Hasil uji kete-
kesehatan lingkungan sangat sehat, sehat, litian deliniasi m e n u n j u k k a n bahwa di
cukup sehat, kurang sehat dan tidak kawasan p e r u m a h a n terencana ketelitian
sehat. Analisis pengelompokkan variabel deliniasi berkisar a n t a r a 67,74% sampai
spasial pembentuk tipe p e r u m a h a n di- dengan 88,15% atau rata rata sebesar
gunakan analisis cluster d a n analisis 78,74%, sedangkan di kawasan peru-
hubungan variabel spasial dengan tingkat m a h a n alami, ketelitian deliniasi relatif
kualitas kesehatan lingkungan perumahan lebih tinggi yaitu rata-rata 83.08%.
digunakan analisis regresi ganda linear.
Berdasarkan hasil uji ketelitian
interpretasi d a n deliniasi obyek penutup
3 HASIL DAN PEMBAHASAN lahan kawasan p e r u m a h a n seperti disaji-
3.1 Kemampuan Data Penginderaan kan pada Tabel 3-1 dan Tabel 3-2, tingkat
Jauh Resolusi Sangat Tinggi Sebagai ketelitian vektorisasi obyek penutup lahan
Basis Data Spasial Perumahan p e r u m a h a n , apabila mengacu pendapat
Anderson (1976) mengenai batas keteli-
Uji ketelitian hasil interpretasi
tian penyadapan data penginderaan j a u h
obyek penutup lahan di kawasan peru-
yang diperbolehkan berkisar antara 80% -
mahan dari data penginderaan j a u h
8 5 % d a n j u g a merujuk p e n d a p a t
dilakukan dengan membandingkan jenis
Kannegeiter (1984) yang menyatakan
penutup lahan sebenarnya di lapangan
bahwa ketelitian hasil interpretasi mini-
yang dinyatakan dalam persentase. Hasil
mal 80 %, m a k a dengan dasar alasan
interpretasi memiliki tingkat ketelitian
tersebut, hasil ketelitian hasil vektorisasi
tinggi jika sebagian besar terdapat kese-
dari data penginderaan j a u h satelit reso-
suaian antara jenis obyek p e n u t u p lahan
lusi sangat tinggi Ikonos yang digunakan
hasil interpretasi dari citra penginderaan
dalam penelitian ini dapat dikatakan
jauh dengan jenis obyek p e n u t u p lahan
layak uji d a n "cukup memadai".
sebenarnya di lapangan. Hasil survey la-
pangan terhadap sejumlah sampel obyek

207
Tabel 3-l:UJI KETELITIAN INTERPRETASI OBYEK PENUTUP LAHAN PADA BERBAGAI
TIPE PERUMAHAN

Sumber : hasil penelitian m a h a n alami seperti disajikan pada


3.2 Karakteristik Spasial Kawasan
Tabel 3-3 menunjukkan bahwa pola pe-
Perumahan Terencana dan Alami
Pola penyebaran bangunan peru- nyebaran bangunan r u m a h adalah me-
m a h a n diidentifikasi berdasarkan nilai ngelompok dan acak. Pola penyebaran
tetangga terdekat (Indeks T). Hasil per- mengelompok terjadi pada tipe perumahan
hitungan nilai indeks T pada tipe peru- alami-3, sedangkan tipe p e r u m a h a n
m a h a n terencana d a n alami di daerah alami-1 dan alami-2, pola penyebaran
penelitian seperti disajikan pada Tabel 3-3 bangunan rumahan secara u m u m adalah
menunjukkan bahwa pola penyebaran acak. Pada tipe p e r u m a h a n alami-2 pola
bangunan tipe terencana adalah seragam, penyebaran bangunan r u m a h acak
di m a n a semakin mewah tipe perumahan tetapi mendekati batas bawah pola
dimulai dari tipe sederhana, menengah penyebaran seragam (nilai indeks T :
sampai tipe p e r u m a h a n mewah, nilai 1,070). Hal ini mengindikasikan semakin
indeks T semakin besar. Sedangkan per- mewah tipe perumahan, pola penye-
hitungan nilai indeks T p a d a tipe peru- barannya semakin seragam.

208
Tabel 3-3: NILAI RATA-RATA INDEKS T TIPE PERUMAHAN TERENCANA DAN ALAMI

Jarak Indeks T
Tipe Luas Bangunan Jumlah
terdekat (rata- Keterangan
Perumahan Rumah (meter*) Rumah
(meter) rata)
Terencana 11,302 349007,433 1555 1,509 Seragam
Sederhana 8,486 149448,582 1144 1,485 Seragam
Menengah 8,413 72847,013 595 1,521 Seragam
Mewah 17,007 126711,838 265 1,555 Seragam
Alami 10,627 613259,595 1280 0,971 acak
Alami 1 9,866 182321,077 434 0,963 acak
Alami 2 10,454 102606,718 269 1,070 acak
Alami 3 11,561 328331,800 404 0,811 mengelompok

Tabel 3-4: SUDUT ANTAR RUMAH DAN JARAK RUMAH TERHADAP JALAN

Tipe Sudut Azimuth Antar Bangunan Jarak Rumah Terhadap Jalan


Perumahan Rumah (Meter)
Rata-rata Simpangan Baku Rata-rata Simpangan Baku
Alami 82.9093 12.5389 47.4755 20.1340
Alami 1 83.4406 12.4626 50.4142 24.5136
Alami 2 83.3432 12.5340 36.6594 15.6929
Alami 3 82.4735 12.5728 51.6735 20.5511
Terencana 92.0945 3.4045 11.3688 2.3555
Sederhana 92.6746 3.1561 10.4796 2.1073
Menengah 91.6796 3.5880 10.7722 1.9704
Mewah 91.3500 3.7033 16.6181 4.5490

Keteraturan b a n g u n a n diidentifi- Tingkat aksesibilitas suatu kawasan


kasi secara kuantitatif berdasarkan p e r u m a h a n diukur berdasarkan nilai ke-
variabel sudut azimuth dan jarak rumah rapatan jaringan jalan (indeks a) dan
terhadap jalan dengan hasil seperti disa- konektivitas jaringan jalan (indeks P). Hasil
jikan pada Tabel 3-4. Pada kelompok tipe perhitungan nilai indeks alpha dan indeks
perumahan terencana yang meliputi tipe beta seperti disajikan pada Tabel 3-5,
perumahan mewah, tipe menengah dan menunjukkan bahwa kawasan perumah-
tipe sederhana menunjukkan simpangan an terencana mempunyai tingkat kera-
baku azimuth dan jarak r u m a h terhadap patan dan konektivitas jaringan jalan
jalan yang relatif kecil. Hal ini meng- lebih baik dibanding kawasan perumahan
indikasikan bahwa keteraturan bangunan alami. Nilai indeks alpha di kawasan
rumah di ketiga tipe ini secara kualitatif p e r u m a h a n terencana nilainya rata-rata
sama. Sebaliknya pada kelompok tipe 27,828 yang artinya jaringan jalan telah
perumahan alami yang meliputi tipe membentuk poligon tertutup dengan
alami-1, alami-2 dan alami-3 simpangan kerapatan tinggi dan mengindikasikan
baku jarak rumah terhadap jalan nilainya bahwa tingkat konektivitas jalan cukup
relatif bervariasi. Simpangan baku jarak banyak (ditunjukkan dari nilai indeks (J
rumah terhadap jalan pada tipe perumah- rata-rata 1.598). Sebaliknya kawasan pe-
an alami-1 adalah 24,5136 meter d a n r u m a h a n alami nilai indeks alpha rata-
tipe perumahan alami-2 sebesar 15,6929 rata 4,104, tetapi sebagian besar bernilai 0,
meter. Dilihat dari indikator ini tipe pe- artinya jaringan jalan sebagian besar
rumahan alami-2 mempunyai tata letak berbentuk poligon terbuka dengan tingkat
bangunan relatif lebih teratur dibanding- konektivitas r u a s jalan rendah (ditunjuk-
kan tipe alami lainnya. kan dari nilai indeks p" rata-rata 0.951).

209
Rendahnya tingkat aksesibilitas pada kian juga konektivitas jaringan jalan tipe
kawasan perumahan alami menjadikan mewah lebih tinggi dibanding tipe lainnya.
mobilitas penghuni terbatas. Pada tipe p e r u m a h a n alami-2,
Kerapatan jaringan jalan tipe kerapatan dan konektivitas jaringan jalan
perumahan menengah d a n sederhana lebih baik dibanding dengan tipe peru-
relatif hampir s a m a (indeks a masing- m a h a n alami-1 dan alami-3.
masing 23,912 d a n 24,889), sedangkan Kenampakan visual dari berbagai
tipe p e r u m a h a n mewah kerapatan j a - karakteristik spasial seperti pola per-
ringan jalan lebih tinggi (indeks a 30,781). sebaran bangunan, kepadatan bangunan,
Ini berarti jaringan jalan tipe perumahan kerapatan dan konektivitas jaringan jalan
mewah lebih rapat dibanding tipe peru- pada berbagai tipe perumahan disajikan
m a h a n menengah dan sederhana. Demi- p a d a Gambar 3-1, Gambar 3-2, G a m b a r
3-3 d a n Gambar 3-4.

Tabel 3-5: NILAI INDEKS a DAN INDEKS (J PADA BERBAGAI TIPE PERUMAHAN

Index Alpha Index Beta Standar


Tipe Kawasan Standar
rata-rata deviasi
rata-rata deviasi
Perumahan
(meter) (meter)
Kawasan Terencana 27,828 4,365 1,598 0,101
Tipe Mewah 30,781 2,660 1,559 0,068
Tipe Sederhana 24,899 4,345 1,459 0,117
Tipe Menengah 23,912 3,355 1,430 0,068
Kawasan Alami 4,104 7,737 0,951 0,206
Tipe Alami-2 15,688 7,682 1,274 0,195
Tipe Alami-1 2,703 3,822 1,013 0,049
Tipe Alami-3 0,000 0,000 0,825 0,106

Gambar 3-1: Kawasan p e r u m a h a n dengan pola persebaran sen gam (indeks T :


1,489), kepadatan bangunan 45,878%, indeks a : 2 f;313, indeks |i:
1,440
210
Gambar 3-2: Kawasan p e r u m a h a n dengan pola persebaran acak (indeks T : 0,983),
kepadatan bangunan 12,404%, indeks a : 18.457, indeks (i: 1,219

Gambar 3-3: Kawasan perumahan dengan pola persebaran mengelompok (indeks T


0,785), kepadatan bangunan 6,167%, indeks a : 4,348, indeks |J: 0,978

211
Gambar 3-4: Kawasan p e r u m a h a n dengan pola persebaran mengelompok (indeks T:
0,624), kepadatan b a n g u n a n 6,154%, indeks a: 0,000, indeks p: 0,750

3.3 Model Estimasi Tingkat Kualitas j u k k a n bahwa pada tipe p e r u m a h a n


Kesehatan Lingkungan Perumahan terencana, variabel spasial simpangan
Berdasarkan uji persyaratan regresi baku jarak r u m a h terhadap jalan d a n
ganda linear pada tipe p e r u m a h a n teren- konektivitas jalan (indeks P) tidak signi-
cana yaitu uji linieritas, uji multikoli- fikan berdasarkan indikator nilai signi-
nearitas, uji autokorelasi dan uji hetero- fikansi kedua variabel tersebut yang
kedastisitas, terdapat tiga variabel yang nilainya j a u h di a t a s 0,050. Oleh k a r e n a
memenuhi syarat untuk dilakukan proses itu variabel spasial yang digunakan sebagai
pengolahan regresi ganda linear yaitu prediktor terhadap tingkat kualitas kese-
kepadatan bangunan, simpangan baku hatan lingkungan tipe p e r u m a h a n te-
jarak rumah terhadap jalan d a n konek- rencana hanyalah kepadatan b a n g u n a n .
tivitas jalan (indeks (J). Sedangkan pada Besarnya koefisien d a n k o n s t a n t a model
tipe perumahan alami, variabel spasial estimasi regresi dengan satu variabel
yang lolos uji persyaratan regresi ganda spasial prediktor tingkat kualitas kese-
linier adalah jarak rumah terhadap jalan, hatan lingkungan tipe p e r u m a h a n teren-
simpangan baku azimuth dan konek- cana adalah -0,077 dan 53,289 seperti
tivitas jaringan jalan (indeks [}). disajikan pada Tabel 3-7. Oleh k a r e n a itu
Hasil analisis regresi ganda linier model estimasinya dapat ditulis sebagai
menggunakan software SPSS versi 13.0 berikut :
seperti disajikan p a d a Tabel 3-6 menun- Y=53,289-0,077 * (Kepadatan Bangunan).

212
Tabel3-6: KOEFISIEN DAN KONSTANTA VARIABEL SPASIAL TIPE PERUMAHAN
TERENCANA

a. Dependent Variable: Kualitas Kesehatan I.iiigkungan P e r u m a h a n

Tabel3-7: KOEFISIEN KORELASI (R) DAN KOEFISIEN DETERMINAN (R2) TINGKAT


KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN TIPE PERUMAHAN TERENCANA

Predictors: (Constant), konoktivitas j a l a n , simpangan b a k u j a r a k r u m a h ke jalan, kepatlatan b a n g u n a n


b Dependent Variable: KuaJitas Kesehatan Lingknngan P c r u m a h a n

Tabel 3-8: KOEFISIEN DAN KONSTANTA VARIABEL SPASIAL TIPE PERUMAHAN ALAMI

a. Dependent. Variable: Kualitas Kesehatan Lingkungan Pcruiiiahan

Tabel 3-9: KOEFISIEN KORELASI ( R) DAN KOEFISIEN DETERMINAN (R2) TINGKAT


KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN TIPE PERUMAHAN ALAMI

Adjusted R S t d . Error of
Model R R Square Durbin-Watson
Square the Estimate
1 0.765(a) 0,585 0,572 3,98451 1,930
a. Predictors: (Constant), s i m p a n g a n b a k u s u d u t a z i m u t h , Derajat. Konektivitas J a l a n
b. Dependent Variable: Kualitas Kesehatan Lingkungan Pcruiiiahan

Pengaruh kuatnya hubungan (R square) = 0.541 yang artinya sekitar


antara variabel prediktor dengan variabel 5 4 . 1 % tingkat kualitas kesehatan ling-
dependen, diukur dari koefisien korelasi kungan tipe perumahan terencana dapat
(R) yang besarnya 0.735. Ini artinya, dijelaskan oleh variabel spasial kepadatan
variabel spasial prediktor kepadatan bangunan d a n sisanya dijelaskan oleh
bangunan mempunyai pengaruh c u k u p s e b a b lainnya.
kuat terhadap tingkat kualitas kesehatan Hasil analisis regresi ganda linier
lingkungan tipe p e r u m a h a n terencana. pada tipe perumahan alami, menunjukkan
Sedangkan koefisien determinasi bahwa variabel spasial simpangan baku
213
sudut azimuth d a n konektivitas jalan pahan, penyediaan s a r a n a air bersih,
(indeks P) adalah variabel yang signifikan sanitasi dan s a r a n a lainnya seperti
u n t u k menjadi parameter a t a u variabel pendidikan d a n tempat ibadah. Kesen-
prediktor model estimasi tingkat kualitas jangan p r a s a r a n a d a n sarana p e r u m a h a n
kesehatan Iingkungan tipe p e r u m a h a n tipe terencana d a n tipe alami apabila
alami. Hal ini ditunjukkan dari nilai tidak ditangani dengan tepat dan cepat,
signifikansi ketiga variabel tersebut j a u h diperkirakan akan memperparah d a m p a k
di bawah 0,050 seperti disajikan pada negatif yaitu terjadinya degradasi Iing-
Tabel 3-8. kungan p e r u m a h a n d a n apabila terus
Besarnya koefisien dan konstanta dibiarkan tanpa a d a alternatif penye-
model estimasi b e r u p a model regresi lesaian yang lebih baik dikhawatirkan
ganda linear dengan d u a variabel spasial menimbulkan d a m p a k sosial yaitu ke-
prediktor adalah -0,145, 19,506 dan senjangan sosial yang rawan terjadi
konstanta 53,289. Oleh k a r e n a itu model konflik.
estimasinya dapat ditulis sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan
Y = 53,289 + 19,506 * (indeks p)- 0,145 * bahwa, kepadatan bangunan, tingkat
(Jarak Rumah Terhadap J a l a n ). keteraturan tata letak bangunan dan
tingkat aksesibiltas m e r u p a k a n variabel
Berdasarkan Tabel 3-9, koefisien spasial yang signifikan berpengaruh ter-
korelasi (R) dari p e r s a m a a n regresi linier h a d a p p e r u b a h a n tingkat kualitas kese-
adalah 0.765 artinya variabel spasial hatan Iingkungan p e r u m a h a n , baik pada
prediktor indeks p d a n j a r a k r u m a h tipe p e r u m a h a n terencana m a u p u n tipe
terhadap jalan mempunyai pengaruh alami. Oleh k a r e n a itu dalam mewujud-
cukup kuat terhadap tingkat kualitas kan kawasan perumahan yang lingkungan-
kesehatan Iingkungan tipe p e r u m a h a n nya sehat h a r u s memperhatikan ketiga
alami. Sedangkan koefisien determinasi variabel spasial tersebut. Terpantaunya
(R square) = 0.585 yang artinya sekitar kepadatan bangunan secara periodik akan
58.5% tingkat kualitas kesehatan Iing- mencegah timbulnya kawasan k u m u h
kungan tipe p e r u m a h a n alami dapat dan p e r t u m b u h a n acak. Semakin tertata
dijelaskan oleh variabel spasial indeks p teratur b a n g u n a n r u m a h dan semakin
dan jarak r u m a h terhadap jalan dan berkembang aksesibilitas di kawasan
sisanya dijelaskan oleh s e b a b lainnya. p e r u m a h a n akan meningkatkan kualitas
kesehatan Iingkungan perumahan. Kaitan-
3.4 Pembahasan nya terhadap masalah kesenjangan pela-
yanan p r a s a r a n a d a n sarana, maka
Dikelompokkannya tipe-tipe peru-
dengan ketersediaan informasi kualitas
mahan berdasarkan karakteristik spasial
Iingkungan p e r u m a h a n yang bersifat
dari data penginderaan j a u h resolusi
spasial akan sangat membantu memper-
sangat tinggi serta diperolehnya model
cepat langkah lanjutan m e n e n t u k a n lo-
estimasi tingkat kualitas kesehatan Iing-
kasi, luasan d a n skala prioritas wilayah-
kungan perumahan berdasarkan variabel
wilayah yang perlu segera mendapat
spasial di d a e r a h penelitian, d i h a r a p k a n
p e n a n g a n a n . Perlu digaris bawahi bahwa
dapat memberikan implikasi positif dalam
informasi yang bersifat atribut/tekstual
rangka m e n d u k u n g d a n menjawab ber-
seperti data numerik atau statistik yang
bagai isu strategis k a w a s a n p e r u m a h a n ,
tidak bereferensi geografis, berdasarkan
antara lain kesenjangan pelayanan antara
pengalaman empiris tidak mampu me-
perumahan tipe terencana dengan tipe
n u n j u k k a n dengan tepat lokasi dan
perumahan alami. Kesenjangan pelayanan
luasan serta distribusi kawasan-kawasan
yang dimaksud adalah perbedaan yang
yang perlu m e n d a p a t prioritas pena-
cukup mencolok t e r h a d a p penyediaan
nganan. Di samping itu pelaksanaan
prasarana d a n s a r a n a d a s a r p e r u m a h a n
upaya mewujudkan Iingkungan peru-
seperti aksesibiltas, pengelolaan persam-

214
mahan yang sehat p a d a skala mikro, ngingat kenyataan di lapangan bahwa
tanpa berorientasi pendekatan spasial masyarakat setempat u m u m n y a tidak
akan banyak menimbulkan kesulitan di mampu memelihara d a n memperbaiki
lapangan t e r u t a m a dalam proses moni- p r a s a r a n a dan s a r a n a yang telah ada.
toring dan evaluasi. Seperti misal pada Oleh k a r e n a itu informasi spasial yang
kawasan perumahan alami dengan tingkat detail pada skala mikro perlu tersedia
kepadatan b a n g u n a n r u m a h rendah, secara periodik dalam rangka memper-
apabila tidak a d a monitoring atau pe- m u d a h monitoring kondisi prasarana
mantauan secara spasial berpotensi dan s a r a n a yang s u d a h a d a dikaitkan
menimbulkan perkembangan acak (Sprawl dengan perkembangan kawasan peru-
Development). Hal ini disebabkan pem- m a h a n itu sendiri.
bangunan rumah baru pada lahan-lahan Upaya strategis lainnya dalam
yang masih kosong (lahan terbuka) pada mewujudkan lingkungan perumahan yang
tipe perumahan alami dilakukan secara sehat adalah meningkatkan kualitas pe-
individual, tidak terencana d a n terinte- r u m a h a n melalui perbaikan rumah-
grasi dengan aspek keteraturan bangunan rumah yang a d a atau pembangunan
dan aksesibilitas kawasan p e r u m a h a n , r u m a h s u s u n melalui program perbaikan
sehingga sering dijumpai terjadinya pe- lingkungan permukiman (KIP). Semakin
nurunan kualitas k e s e h a t a n lingkungan terbatasnya lahan perkotaan maka untuk
perumahan yang dicerminkan dari ling- keperluan meningkatkan kualitas peru-
kungan yang semakin padat d a n ber- mahan di daerah perkotaan dapat melalui
kesan k u m u h . "optimalisasi lahan" seperti pembangun-
Penerapan pendekatan spasial di an r u m a h s u s u n . Informasi spasial di-
kawasan perumahan berdasarkan karak- perlukan u n t u k mengetahui sebaran
teristik spasial setiap tipe p e r u m a h a n kawasan k u m u h , penetapan lokasi dan
dimungkinkan perencanaannya dilakukan perhitungan luas lahan serta perkiraan
secara menyeluruh dan terintegrasi, se- jumlah penduduk, juga rencana pengem-
hingga pola p e m b a n g u n a n r u m a h secara bangan jaringan jalan atau sarana
individu dapat dialihkan orientasinya lainnya.
menuju p e m b a n g u n a n p e r u m a h a n (ber- Data penginderaan j a u h satelit
orientasi spasial). Pendekatan spasial juga resolusi sangat tinggi terbukti dapat
dapat dengan cepat mengetahui wilayah memberikan informasi spasial dan meng-
atau kawasan p e r u m a h a n yang menjadi klasifikasi tipe-tipe p e r u m a h a n yang ber-
prioritas u n t u k ditingkatkan kualitas sifat kuantitatif. Oleh karena itu dianjur-
kesehatan lingkungan p e r u m a h a n n y a . kan u n t u k digunakan sebagai salah satu
Diketahuinya karakteristik spasial setiap variabel penting dalam penilaian tingkat
tipe perumahan dan variabel lingkungan kualitas kesehatan lingkungan perumahan
yang signifikan berpengaruh terhadap secara dinamis
tingkat kualitas lingkungan p e r u m a h a n ,
G u n a meningkatkan pengelolaan
maka proses dan cara p e n a n g a n a n ma-
kualitas kesehatan lingkungan perumahan
salah pada wilayah yang menjadi prio-
di daerah k h u s u s n y a pada kawasan
ritas akan berbeda-beda pula, sehingga
p e r u m a h a n , agar memperhatikan kepa-
proses pekerjaannya lebih efisiensi dalam
datan bangunan, konektifitas jaringan
hal waktu dan tenaga, j u g a secara teknis
jalan dan keteraturan tata letak bangunan
meningkatkan efektivitas d a n ketepatan
rumah.
dalam evaluasi d a n p e r e n c a n a a n kembali
kawasan p e r u m a h a n yang k u r a n g sehat Verifikasi model pada berbagai
lingkungannya. Kecepatan, ketepatan kondisi medan di kawasan perumahan
penanganan masalah lingkungan peru- yang berbeda perlu dilakukan u n t u k
mahan menjadi hal yang penting me- penyempurnaan aplikasi model yang
dihasilkan dalam penelitian ini.

215
4 KESIMPULAN Bintarto. 1978. A Quantitative Expression
Data penginderaan j a u h resolusi Of The Pattern Of Urban Settlements
sangat tinggi mempunyai kelayakan yang In The Province Of Yogyakarta, The
memadai dari aspek kerincian dan Indonesian Journal of Geography.
keakuratan geometrik. Hasil uji ketelitian Gadjah Mada University. Indonesia.
rata-rata interpretasi d a n deliniasi se- Bintarto. Surastopo. 1993. Metode Analisis
besar 8 8 % m e r u p a k a n salah satu Geografi. LP3ES. J a k a r t a .
indikasi bahwa data penginderaan j a u h Cooper. Alley. 1994. Air Pollution Control.
resolusi sangat tinggi dapat mendekati Waveland Press. Inc. Illinois.
kemampuan foto u d a r a . Dangnga. 2002. Pengaruh Interaksi Antara
Karakteristik spasial s u a t u ka- Pertumbuhan Penduduk. Perumahan
wasan p e r u m a h a n dapat diidentifikasi d a n Kualitas Lingkungan Terhadap
dan dikelompokkan menjadi beberapa Sarana d a n Prasarana Perumahan
kelas berdasarkan variabel spasial yang d a n Faktor Faktor Kualitas Ling-
diturunkan dari d a t a penginderaan j a u h kungan. Desertasi. Pascasarjana.
satelit resolusi tinggi, meliputi jarak Institut Pertanian Bogor.
terdekat antar b a n g u n a n , kepadatan ba- Departemen Kesehatan Republik
ngunan, lebar jalan lingkungan u t a m a , Indonesia, 2002. Persyaratan
persentase vegetasi, j a r a k r u m a h ter- Kesehatan Perumahan. J a k a r t a .
hadap jalan dan index-fe. Variabel spasial Departemen P e r u m a h a n dan Prasarana
tersebut dapat membedakan karakteristik Wilayah, 2002. Pedoman Teknis
spasial tipe p e r u m a h a n mewah, tipe Pembangunan Rumah Sederhana
menengah, tipe sederhana, tipe alami-1, Sehat (Rs. Sehat). J a k a r t a .
tipe alami-2 dan tipe alami-3. Direktorat J e n d e r a l Pembiayaan Peru-
Kepadatan penduduk adalah m a h a n Dept. Kimpraswil, 1992.
variabel prediktor yang signifikan dapat Pembangunan dan Perumahan
digunakan mengestimasi tingkat kualitas Dengan Lingkungan Hunian Ber-
kesehatan lingkungan tipe p e r u m a h a n imbang. J a k a r t a .
terencana, sedangkan j a r a k r u m a h ter- ESCAP, 1993. Urbanization Report in
hadap jalan dan tingkat konektivitas Asia and Pacific. Bangkok
jaringan jalan adalah variabel prediktor Gallego, F.J., 1995. Sampling Frames Of
yang signifikan u n t u k mengestimasi Square Segments. Joint Research
tingkat kualitas lingkungan tipe peru- Centre. European Commission.
mahan alami. Luxembourg. Brussels.
Greme Aplin, 1980. Order Neighbour
DAFTAR RUJUKAN Analysis. Macquarie University. USA.
Hadi Sabari Y., 2000. Struktur Tata Ruang
Badan Pusat Statistik. 2004. Data dan Kota. Pustaka Pelajar Offset.
Informasi Kemiskinan J a k a r t a . Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Haggett P., 1 9 8 3 . Geography. A Modern
Perumahan dan Perumahan Jakarta Synthesis^ Harper and Row. Pu-
Bhide. A.. 1987. Slums and Squatter blisher. New York.
Settlements in Coimbatore City K. J. Tinker, 1978. An Introduction To Graph
(Tamil Madu). India. In: Airphoto Theoretical Methods In Geography.
I n t e r p r e t a t i o n for U r b a n P l a n n i n g Brock University. Ontario. Canada.
and Management. Case Studies Kerjasama Badan Perencanaan Pem-
India. ITC Dept. of Urban Survey and b a n g u n a n Daerah dan Badan Pusat
Human Settlement Analysis - Indian Statistik Kabupaten Bekasi, 2004.
I n s t i t u t e of Remote Sensing. Kabupaten Bekasi Dalam Angka.
Dehra Dun.

216
Konecny. G., 1987. The Development and Asian-Pasific Remote Sensing
Stale of the Art of Remote Sensing. J o u r n a l . Vol. 5. No. 2. Bangkok.
ITC J o u r n a l . No.2. Enschede. Stewart F., 2000. Quantitative Geography.
Maskun. Soemitro, 1996. Penataan Ruang SAGE Publications. London.
dan Pembangunan Perkotaan dalam Sudjana, 2002. Metode Statistik. PT.
herangka Otonomi Daerah. Preceding. Tarsito. Bandung.
CIDES. J a k a r t a . Supranto J., 2004. Analisis Multivariat.
Menteri Perumahan dan Prasarana PT. Rineka Cipta. J a k a r t a .
Wilayah, 2004. Pedoman Teknis Syarifuddin, 1995. Analisis Variasi
Pembangunan Rumah Sederhana Keruangan Perumahan di Wilayah
Sehat J a k a r t a . Kecamatan Gedongtengen Kotamadya
NazirM., 1999. Metode Penelitian. Ghalia Yogyakarta. Tugas akhir S I . Fakultas
Indonesia . J a k a r t a . Geografi. Universitas Gadjah Mada .
Nurmandi, 1999. Manajemen Perkotaan. Yogyakarta.
Lingkaran Bangsa. Yogyakarta. Wahid S., 1995. Analisis Data SPOT Pan-
Polle. V. F. L. and Paul Hofstee, 1986. kromatik Skala 1 : 50.000 tentang
Urban Kampung Improvement and Pola Perumahan Pedesaan di
the Use of Aerial Photography for Daerah Lereng Selatan dan Lereng
Data Collection. In: The Indonesian Barat Merapi. Tugas akhir S I .
City. Peter J.M Nas: ed. Foris Fakultas Geografi. Universitas
Publications. Dordrecht Gadjah Mada. Yogyakarta.
Santosa, 1993. Kajian Kualitas Lingkungan Wiradisastra U. S., 1992. Masalah Deli-
Perumahan dan Perubahan Peng- neasi Satuan Peta Hampiran Para-
gunaan Lahan Pertanian Kota metrik. Presiding Pertemuan Teknis
Yogyakarta dengan Bantuan Foto Pembakuan Sistem Klasifikasi dan
Udara. Desertasi. Pascasarjana. Metode Survei Tanah. Pusat Pene-
Institut Pertanian Bogor. litian Tanah dan Agroklimat
Socki. B. S., 1993. The Potential of Aerial Departemen Pertanian. Bogor. PP:
Photos for Slum and Squatter 186-227.
Settlement Detection and Mapping.

217

Anda mungkin juga menyukai