LINGKUNGAN PERUMAHAN
(STUDI KASUS : KABUPATEN BEKASI)
Dwi Nowo Martono*), Surjono H. Sutjahjo, Uup S. Wiradisastra,
Ernan Rustiadi, M. Ardiansyah"'
*»Peneliti Pusat Pengembangan danTeknologi Penginderaan Jauh, LAPAN
**>Staf Pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB)
ABSTRACT
This research to analyze spatial characteristic of housing area types using remote
sensing data with high spatial resolution namely Ikonos and asessement model of
estimation approach at level of housing environment area quality health based on the
variable spatials.
The result of research showed t h a t remote sensing d a t a with high spatial
resolution having sufficient feasibility as the basis of housing spatial data and based on
the characteristic of housing type spatial, can be grouped into six types namely type of
luxurious, medium, moderate, natural housings with types 1, 2 and 3.
Base on multiple regression equation, significant spatial variable effects towards
level of housing environment area health quality is density housing, connectivity of road
network (index (5) and housing distance towards road.
ABSTRAK
203
Perumahan Terencana adalah pe- pada kenyataannya saling pengaruh
rumahan yang dibangun secara teren- mempengaruhi atau berinteraksi mem-
cana dalam s u a t u kawasan p e r u m a h a n b e n t u k tipe p e r u m a h a n dan tingkat
dan secara u m u m mempunyai kesera- kualitas kesehatan lingkungan perumahan.
gaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas Konsep tersebut di atas dilandasi
dan tata letak b a n g u n a n serta terinte- oleh pemikiran bahwa ada h u b u n g a n
grasi dengan p e m b a n g u n a n p r a s a r a n a sebab akibat a n t a r a aspek spasial dan
dan sarana perumahan. Pembangunannya aspek non spasial, misalnya bertambah-
dilakukan oleh pengembang swasta atau nya p e n d u d u k berimplikasi kepada ke-
pemerintah d a n bersifat komersial. Peru- b u t u h a n r u a n g yang meningkat sehingga
mahan Alami adalah p e r u m a h a n yang terjadi p e r u b a h a n kepadatan bangunan,
dibangun oleh perorangan secara swa- akibatnya berpengaruh pada meningkat-
sembada dalam s u a t u k a w a s a n peru- nya k e b u t u h a n p r a s a r a n a dan s a r a n a
mahan atau p e r k a m p u n g a n d a n tidak u n t u k m e n d u k u n g kegiatan sosial d a n
mempunyai keseragaman dari aspek ekonomi. Berubahnya luas dan distribusi
bentuk, u k u r a n , kualitas d a n tata letak ruang terbuka hijau kawasan perumahan
bangunan serta tidak adanya master dan permukiman akan berpengaruh secara
plan yang jelas dalam penyediaan pra- langsung m a u p u n tidak langsung ter-
sarana dan s a r a n a p e r u m a h a n . h a d a p debit air t a n a h , tingkat peresapan
Setiap tipe p e r u m a h a n tersebut air, kualitas udara, kebisingan, d a n lain
secara visual mempunyai karakteristik sebagainya yang p a d a akhirnya j u g a
spasial yang berbeda, dalam hal misalnya, mempengaruhi tingkat kualitas kesehatan
keteraturan d a n kepadatan bangunan, lingkungan perumahan dan permukiman.
distribusi dan luas r u a n g terbuka hijau Berdasarkan konsep pemikiran
serta tingkat aksesibilitasnya. Perbedaan tersebut di atas, penilaian estimasi tingkat
karakteristik spasial setiap tipe peru- kualitas kesehatan lingkungan perumahan
mahan mempengaruhi tingkat kualitas h a m s melibatkan aspek spasial di samping
kesehatan lingkungan p e r u m a h a n . Se- aspek non spasial. Informasi aspek spasial
mentara itu faktor lingkungan yang di- kawasan p e r u m a h a n yang lengkap dan
cerminkan dari aspek non spasial baik akurat mempunyai peranan penting dalam
faktor fisik, biotis dan sosial ekonomi proses penilaian estimasi kualitas kese-
budaya j u g a mempengaruhi tingkat kua- h a t a n lingkungan p e r u m a h a n agar di-
litas lingkungan kesehatan p e r u m a h a n . peroleh hasil yang lebih optimal. Peranan
Kedua aspek ini, spasial d a n non spasial penting ini a n t a r a lain pertama, infor-
204
masi spasial m e r u p a k a n informasi bere- hatan lingkungan perumahan. Estimasi
ferensi geografis yang sangat bermanfaat tingkat kualitas kesehatan lingkungan
sebagai basis data u n t u k m e n d u k u n g p e r u m a h a n melalui pendekatan spasial
proses penilaian agar lebih mudah, cepat, dan memanfaatkan d a t a penginderaan
efisien, akurat d a n menyeluruh. Kedua, j a u h satelit resolusi sangat tinggi tam-
informasi perubahan d a n bentuk karak- paknya cocok u n t u k diaplikasikan di
teristik spasial kawasan p e r u m a h a n Indonesia, mengingat karakteristik spasial
menjadi indikator t e r h a d a p tingkat kua- p e r u m a h a n yang bervariasi, seperti tidak
litas kesehatan lingkungan p e r u m a h a n . seragamnya u k u r a n , bentuk, tata letak
Pendekatan berbasis spasial u n t u k dan kepadatan b a n g u n a n rumah, luas
kajian kualitas kesehatan lingkungan dan distribusi vegetasi serta kerapatan
perumahan dalam prosesnya memerlukan dan konektivitas jaringan jalan di kawasan
data spasial k a w a s a n p e r u m a h a n yang p e r u m a h a n . Selain itu, kawasan peru-
rinci dan periodik. Pemanfaatan data m a h a n lokasinya a d a yang terpencil dan
penginderaan j a u h satelit resolusi sangat sulit dijangkau. Hal inilah sebagai alasan
tinggi dan Sistem Informasi Geografis perlunya ketersediaan data spasial yang
merupakan salah satu pilihan. Meman- bersifat periodik, rinci dan akurat. Oleh
faatkan data penginderaan j a u h satelit karena itu tujuan penelitian ini, adalah
resolusi sangat tinggi dapat diaplikasi- • Menguji kemampuan data penginderaan
kan dalam pelaksanaan kegiatan peni- j a u h resolusi tinggi Ikonos sebagai data
laian estimasi tingkat kualitas kesehatan dasar spasial u n t u k kajian spasial
lingkungan p e r u m a h a n berbasis spasial. berbagai tipe kawasan perumahan.
Hal ini didasarkan atas beberapa alasan, • Mengkaji karakteristik spasial tipe-tipe
pertama, k e m a m p u a n data penginderaan kawasan perumahan berdasarkan kom-
jauh satelit resolusi sangat tinggi dapat ponen tata letak bangunan, kepadatan
mengidentifikasi komponen spasial peru- bangunan, persentase vegetasi dan
mahan yang terekam relatif lengkap, lebih tingkat aksesibilitas.
lengkap dari p a d a d a t a yang tersajikan • Mengkaji model estimasi tingkat kese-
oleh peta pada umumnya seperti bangunan hatan kualitas lingkungan perumahan
rumah, luas dan distribusi vegetasi serta berdasarkan variabel spasial dan
jaringan jalan. Di samping itu keter- mengidentifikasi variabel spasial apa
sediaan datanya dapat diperoleh secara saja yang berpengaruh terhadap tingkat
teratur atau periodik. Kedua, proses kualitas kesehatan lingkungan peru-
pengerjaannya relatif cepat dan terjamin mahan.
keakuratannya karena data yang diguna-
kan terpercaya, rinci, mutakhir yang ter- Berdasarkan uraian tersebut, maka
gambar secara spasial. Ketiga, berdasar- penilaian estimasi kualitas kesehatan
kan pengalaman empiris k h u s u s n y a pada lingkungan p e r u m a h a n dengan pende-
wilayah yang luas d a n terpencil peng- katan spasial memanfaatkan data peng-
gunaan data ini lebih efektif d a n efisien inderaan j a u h resolusi sangat tinggi
dibandingkan cara terestris atau konven- diharapkan dapat memberikan keun-
sional yang banyak membutuhkan tenaga, tungan dalam hal meningkatkan efekti-
waktu dan biaya. vitas dan efisiensi penilaian tingkat kua-
Berdasarkan variabel spasial dan litas kesehatan lingkungan perumahan
variabel lingkungan, dibentuk model serta dapat mempercepat penilaian tingkat
estimasi tingkat kualitas kesehatan ling- keparahan masalah pada suatu kawasan
kungan p e r u m a h a n p a d a setiap tipe perumahan, sehingga dapat cepat dite-
perumahan. model estimasi ini u n t u k tapkan prioritas perbaikannya pada
menggambarkan bahwa indikator karak- kawasan p e r u m a h a n . Selain itu, mem-
teristik spasial kawasan p e r u m a h a n ber- berikan informasi baru atau metode baru
asosiasi dengan tingkat kualitas kese- sebagai salah satu m a s u k a n u n t u k men-
205
dorong perencanaan kawasan perumahan
yang lebih komprehensif.
2 METODOLOGI PENELITIAN
Landasan teori yang digunakan
adalah bahwa tingkat kualitas kesehatan
lingkungan p e r u m a h a n ditentukan a t a s
dasar kriteria komponen spasial dan
komponen non spasial. Apabila terjadi
perubahan terhadap satu komponen
akan berpengaruh t e r h a d a p komponen
lainnya. Komponen spasial meliputi pola
persebaran bangunan, kepadatan ba-
ngunan, persentase vegetasi, tata letak
bangunan dan komponen keterjangkauan
(aksesibilitas). Komponen non spasial
mengacu ke pedoman Menteri Kesehatan
No : 829/VII/1999 yang meliputi enam
variabel utama, yaitu (1) kerawanan lokasi Semakin besar nilai indeks T
terhadap bencana alam; (2) kualitas menunjukkan pola persebaran b a n g u n a n
sumber air bersih; (3) kualitas u d a r a dan p e r u m a h a n semakin seragam. Tata letak
kebisingan; (4) penghijauan; dan (6) sa- b a n g u n a n p e r u m a h a n dicerminkan dari
rana d a n p r a s a r a n a yang terdiri dari variasi s u d u t azimuth antar r u m a h d a n
sanitasi, pengelolaan s a m p a h , d r a i n a s e / j a r a k r u m a h ke jalan. Kepadatan ba-
peresapan, kondisi jalan lingkungan, n g u n a n d a n persentase vegetasi diukur
sarana transportasi, s a r a n a pendidikan berdasarkan perbandingan a n t a r a luas
dan sarana ibadah. variabel dengan luas unit kawasan
Metode penelitian m e n g g u n a k a n perumahan yang diukur berdasarkan data
satuan pemetaan tipe p e r u m a h a n dengan penginderaan j a u h . Sedangkan keter-
unit terkecilnya b a n g u n a n r u m a h . Klasi- jangkauan/ aksesibilitas dicerminkan dari
fikasi tipe p e r u m a h a n dilakukan dengan variabel tingkat kerapatan jaringan jalan
analisis cluster t e r h a d a p 13 variabel (indeks a) d a n tingkat konektivitas ja-
spasial p e r u m a h a n yaitu j a r a k terdekat ringan jalan (indeks P), (Hagget, 1983)
antar r u m a h , simpangan baku jarak yang dihitung berdasarkan persamaan 2-2
terdekat antar r u m a h , indeks T, s u d u t dan p e r s a m a a n 2-3.
azimuth antar r u m a h , simpangan baku
sudut azimuth, kepadatan bangunan,
persentase vegetasi, lebar jalan lingkungan
dan jalan lingkungan utama, jarak rumah
terhadap jalan, simpangan baku j a r a k
rumah terhadap jalan, kerapatan jaringan
jalan dan konektivitas jaringan jalan.
Variabel spasial tersebut d i t u r u n k a n dari
hasil interpretasi d a n vektorisasi meng-
gunakan data penginderaan j a u h resolusi
tinggi Ikonos serta hasil hitungan k u a n -
titatif. Komponen spasial yang dihitung
meliputi pola persebaran b a n g u n a n peru- Komponen non spasial dalam hal
mahan yang dicerminkan dari nilai indeks ini adalah tingkat kualitas lingkungan
T yang mengklasifikasi pola persebaran p e r u m a h a n dinilai berdasarkan standar
menjadi tiga kelompok, yaitu pola menge- baku dari Menteri Kesehatan Republik
206
Indonesia nomor 8 2 9 / M e n K e s / V I I / 1 9 9 9 b a n g u n a n r u m a h , kawasan perumahan,
tentang persyaratan kesehatan ling- vegetasi, dan jaringan jalan seperti disaji-
kungan perumahan meliputi enam aspek kan pada Tabel 3-1 menunjukkan kete-
yaitu lokasi, kualitas u d a r a d a n kebi- litian interpretasi 100 %, artinya hasil
singan, kualitas air, penghijauan, vektor interpretasi visual obyek p e n u t u p lahan
penyakit dan s a r a n a p r a s a r a n a ling- kawasan p e r u m a h a n tidak mempunyai
kungan. Prasarana lingkungan meliputi kesalahan interpretasi.
pengelolaan p e r s a m p a h a n , p e r e s a p a n / Uji ketelitian hasil deliniasi dihi-
sanitasi, kondisi jalan lingkungan, fasilitas tung berdasarkan perbandingan luas ba-
pendidikan dan ibadah. Setiap variabel n g u n a n hasil proses deliniasi secara
lingkungan diklasifikasi menjadi 5 tingkat manual pada obyek penutup lahan dengan
dengan u r u t a n skor nilai semakin besar luas obyek sebenarnya di lapangan dan
mengindikasikan semakin baik variabel diwujudkan dalam persentase. Secara
lingkungan tersebut yang artinya dari keseluruhan ketelitian deliniasi bangunan
aspek kesehatan lingkungan adalah se- r u m a h di k a w a s a n terencana dan ba-
makin sehat lingkungan kawasan peru- n g u n a n r u m a h di kawasan alami mem-
mahan. punyai tingkat ketelitian rata-rata 80.34 %.
Analisis tingkat kualitas kesehatan Hasil uji ketelitian deliniasi bangunan
kualitas lingkungan p e r u m a h a n meliputi p e r u m a h a n terencana dan alami berba-
tiga aspek yaitu melakukan klasifikasi gai tipe, yaitu tipe mewah, tipe menengah
kelas kualitas lingkungan p e r u m a h a n d a n tipe s e d e r h a n a serta tipe alami, di-
menjadi lima kelas yaitu tingkat kualitas sajikan pada Tabel 3 - 1 . Hasil uji kete-
kesehatan lingkungan sangat sehat, sehat, litian deliniasi m e n u n j u k k a n bahwa di
cukup sehat, kurang sehat dan tidak kawasan p e r u m a h a n terencana ketelitian
sehat. Analisis pengelompokkan variabel deliniasi berkisar a n t a r a 67,74% sampai
spasial pembentuk tipe p e r u m a h a n di- dengan 88,15% atau rata rata sebesar
gunakan analisis cluster d a n analisis 78,74%, sedangkan di kawasan peru-
hubungan variabel spasial dengan tingkat m a h a n alami, ketelitian deliniasi relatif
kualitas kesehatan lingkungan perumahan lebih tinggi yaitu rata-rata 83.08%.
digunakan analisis regresi ganda linear.
Berdasarkan hasil uji ketelitian
interpretasi d a n deliniasi obyek penutup
3 HASIL DAN PEMBAHASAN lahan kawasan p e r u m a h a n seperti disaji-
3.1 Kemampuan Data Penginderaan kan pada Tabel 3-1 dan Tabel 3-2, tingkat
Jauh Resolusi Sangat Tinggi Sebagai ketelitian vektorisasi obyek penutup lahan
Basis Data Spasial Perumahan p e r u m a h a n , apabila mengacu pendapat
Anderson (1976) mengenai batas keteli-
Uji ketelitian hasil interpretasi
tian penyadapan data penginderaan j a u h
obyek penutup lahan di kawasan peru-
yang diperbolehkan berkisar antara 80% -
mahan dari data penginderaan j a u h
8 5 % d a n j u g a merujuk p e n d a p a t
dilakukan dengan membandingkan jenis
Kannegeiter (1984) yang menyatakan
penutup lahan sebenarnya di lapangan
bahwa ketelitian hasil interpretasi mini-
yang dinyatakan dalam persentase. Hasil
mal 80 %, m a k a dengan dasar alasan
interpretasi memiliki tingkat ketelitian
tersebut, hasil ketelitian hasil vektorisasi
tinggi jika sebagian besar terdapat kese-
dari data penginderaan j a u h satelit reso-
suaian antara jenis obyek p e n u t u p lahan
lusi sangat tinggi Ikonos yang digunakan
hasil interpretasi dari citra penginderaan
dalam penelitian ini dapat dikatakan
jauh dengan jenis obyek p e n u t u p lahan
layak uji d a n "cukup memadai".
sebenarnya di lapangan. Hasil survey la-
pangan terhadap sejumlah sampel obyek
207
Tabel 3-l:UJI KETELITIAN INTERPRETASI OBYEK PENUTUP LAHAN PADA BERBAGAI
TIPE PERUMAHAN
208
Tabel 3-3: NILAI RATA-RATA INDEKS T TIPE PERUMAHAN TERENCANA DAN ALAMI
Jarak Indeks T
Tipe Luas Bangunan Jumlah
terdekat (rata- Keterangan
Perumahan Rumah (meter*) Rumah
(meter) rata)
Terencana 11,302 349007,433 1555 1,509 Seragam
Sederhana 8,486 149448,582 1144 1,485 Seragam
Menengah 8,413 72847,013 595 1,521 Seragam
Mewah 17,007 126711,838 265 1,555 Seragam
Alami 10,627 613259,595 1280 0,971 acak
Alami 1 9,866 182321,077 434 0,963 acak
Alami 2 10,454 102606,718 269 1,070 acak
Alami 3 11,561 328331,800 404 0,811 mengelompok
Tabel 3-4: SUDUT ANTAR RUMAH DAN JARAK RUMAH TERHADAP JALAN
209
Rendahnya tingkat aksesibilitas pada kian juga konektivitas jaringan jalan tipe
kawasan perumahan alami menjadikan mewah lebih tinggi dibanding tipe lainnya.
mobilitas penghuni terbatas. Pada tipe p e r u m a h a n alami-2,
Kerapatan jaringan jalan tipe kerapatan dan konektivitas jaringan jalan
perumahan menengah d a n sederhana lebih baik dibanding dengan tipe peru-
relatif hampir s a m a (indeks a masing- m a h a n alami-1 dan alami-3.
masing 23,912 d a n 24,889), sedangkan Kenampakan visual dari berbagai
tipe p e r u m a h a n mewah kerapatan j a - karakteristik spasial seperti pola per-
ringan jalan lebih tinggi (indeks a 30,781). sebaran bangunan, kepadatan bangunan,
Ini berarti jaringan jalan tipe perumahan kerapatan dan konektivitas jaringan jalan
mewah lebih rapat dibanding tipe peru- pada berbagai tipe perumahan disajikan
m a h a n menengah dan sederhana. Demi- p a d a Gambar 3-1, Gambar 3-2, G a m b a r
3-3 d a n Gambar 3-4.
Tabel 3-5: NILAI INDEKS a DAN INDEKS (J PADA BERBAGAI TIPE PERUMAHAN
211
Gambar 3-4: Kawasan p e r u m a h a n dengan pola persebaran mengelompok (indeks T:
0,624), kepadatan b a n g u n a n 6,154%, indeks a: 0,000, indeks p: 0,750
212
Tabel3-6: KOEFISIEN DAN KONSTANTA VARIABEL SPASIAL TIPE PERUMAHAN
TERENCANA
Tabel 3-8: KOEFISIEN DAN KONSTANTA VARIABEL SPASIAL TIPE PERUMAHAN ALAMI
Adjusted R S t d . Error of
Model R R Square Durbin-Watson
Square the Estimate
1 0.765(a) 0,585 0,572 3,98451 1,930
a. Predictors: (Constant), s i m p a n g a n b a k u s u d u t a z i m u t h , Derajat. Konektivitas J a l a n
b. Dependent Variable: Kualitas Kesehatan Lingkungan Pcruiiiahan
214
mahan yang sehat p a d a skala mikro, ngingat kenyataan di lapangan bahwa
tanpa berorientasi pendekatan spasial masyarakat setempat u m u m n y a tidak
akan banyak menimbulkan kesulitan di mampu memelihara d a n memperbaiki
lapangan t e r u t a m a dalam proses moni- p r a s a r a n a dan s a r a n a yang telah ada.
toring dan evaluasi. Seperti misal pada Oleh k a r e n a itu informasi spasial yang
kawasan perumahan alami dengan tingkat detail pada skala mikro perlu tersedia
kepadatan b a n g u n a n r u m a h rendah, secara periodik dalam rangka memper-
apabila tidak a d a monitoring atau pe- m u d a h monitoring kondisi prasarana
mantauan secara spasial berpotensi dan s a r a n a yang s u d a h a d a dikaitkan
menimbulkan perkembangan acak (Sprawl dengan perkembangan kawasan peru-
Development). Hal ini disebabkan pem- m a h a n itu sendiri.
bangunan rumah baru pada lahan-lahan Upaya strategis lainnya dalam
yang masih kosong (lahan terbuka) pada mewujudkan lingkungan perumahan yang
tipe perumahan alami dilakukan secara sehat adalah meningkatkan kualitas pe-
individual, tidak terencana d a n terinte- r u m a h a n melalui perbaikan rumah-
grasi dengan aspek keteraturan bangunan rumah yang a d a atau pembangunan
dan aksesibilitas kawasan p e r u m a h a n , r u m a h s u s u n melalui program perbaikan
sehingga sering dijumpai terjadinya pe- lingkungan permukiman (KIP). Semakin
nurunan kualitas k e s e h a t a n lingkungan terbatasnya lahan perkotaan maka untuk
perumahan yang dicerminkan dari ling- keperluan meningkatkan kualitas peru-
kungan yang semakin padat d a n ber- mahan di daerah perkotaan dapat melalui
kesan k u m u h . "optimalisasi lahan" seperti pembangun-
Penerapan pendekatan spasial di an r u m a h s u s u n . Informasi spasial di-
kawasan perumahan berdasarkan karak- perlukan u n t u k mengetahui sebaran
teristik spasial setiap tipe p e r u m a h a n kawasan k u m u h , penetapan lokasi dan
dimungkinkan perencanaannya dilakukan perhitungan luas lahan serta perkiraan
secara menyeluruh dan terintegrasi, se- jumlah penduduk, juga rencana pengem-
hingga pola p e m b a n g u n a n r u m a h secara bangan jaringan jalan atau sarana
individu dapat dialihkan orientasinya lainnya.
menuju p e m b a n g u n a n p e r u m a h a n (ber- Data penginderaan j a u h satelit
orientasi spasial). Pendekatan spasial juga resolusi sangat tinggi terbukti dapat
dapat dengan cepat mengetahui wilayah memberikan informasi spasial dan meng-
atau kawasan p e r u m a h a n yang menjadi klasifikasi tipe-tipe p e r u m a h a n yang ber-
prioritas u n t u k ditingkatkan kualitas sifat kuantitatif. Oleh karena itu dianjur-
kesehatan lingkungan p e r u m a h a n n y a . kan u n t u k digunakan sebagai salah satu
Diketahuinya karakteristik spasial setiap variabel penting dalam penilaian tingkat
tipe perumahan dan variabel lingkungan kualitas kesehatan lingkungan perumahan
yang signifikan berpengaruh terhadap secara dinamis
tingkat kualitas lingkungan p e r u m a h a n ,
G u n a meningkatkan pengelolaan
maka proses dan cara p e n a n g a n a n ma-
kualitas kesehatan lingkungan perumahan
salah pada wilayah yang menjadi prio-
di daerah k h u s u s n y a pada kawasan
ritas akan berbeda-beda pula, sehingga
p e r u m a h a n , agar memperhatikan kepa-
proses pekerjaannya lebih efisiensi dalam
datan bangunan, konektifitas jaringan
hal waktu dan tenaga, j u g a secara teknis
jalan dan keteraturan tata letak bangunan
meningkatkan efektivitas d a n ketepatan
rumah.
dalam evaluasi d a n p e r e n c a n a a n kembali
kawasan p e r u m a h a n yang k u r a n g sehat Verifikasi model pada berbagai
lingkungannya. Kecepatan, ketepatan kondisi medan di kawasan perumahan
penanganan masalah lingkungan peru- yang berbeda perlu dilakukan u n t u k
mahan menjadi hal yang penting me- penyempurnaan aplikasi model yang
dihasilkan dalam penelitian ini.
215
4 KESIMPULAN Bintarto. 1978. A Quantitative Expression
Data penginderaan j a u h resolusi Of The Pattern Of Urban Settlements
sangat tinggi mempunyai kelayakan yang In The Province Of Yogyakarta, The
memadai dari aspek kerincian dan Indonesian Journal of Geography.
keakuratan geometrik. Hasil uji ketelitian Gadjah Mada University. Indonesia.
rata-rata interpretasi d a n deliniasi se- Bintarto. Surastopo. 1993. Metode Analisis
besar 8 8 % m e r u p a k a n salah satu Geografi. LP3ES. J a k a r t a .
indikasi bahwa data penginderaan j a u h Cooper. Alley. 1994. Air Pollution Control.
resolusi sangat tinggi dapat mendekati Waveland Press. Inc. Illinois.
kemampuan foto u d a r a . Dangnga. 2002. Pengaruh Interaksi Antara
Karakteristik spasial s u a t u ka- Pertumbuhan Penduduk. Perumahan
wasan p e r u m a h a n dapat diidentifikasi d a n Kualitas Lingkungan Terhadap
dan dikelompokkan menjadi beberapa Sarana d a n Prasarana Perumahan
kelas berdasarkan variabel spasial yang d a n Faktor Faktor Kualitas Ling-
diturunkan dari d a t a penginderaan j a u h kungan. Desertasi. Pascasarjana.
satelit resolusi tinggi, meliputi jarak Institut Pertanian Bogor.
terdekat antar b a n g u n a n , kepadatan ba- Departemen Kesehatan Republik
ngunan, lebar jalan lingkungan u t a m a , Indonesia, 2002. Persyaratan
persentase vegetasi, j a r a k r u m a h ter- Kesehatan Perumahan. J a k a r t a .
hadap jalan dan index-fe. Variabel spasial Departemen P e r u m a h a n dan Prasarana
tersebut dapat membedakan karakteristik Wilayah, 2002. Pedoman Teknis
spasial tipe p e r u m a h a n mewah, tipe Pembangunan Rumah Sederhana
menengah, tipe sederhana, tipe alami-1, Sehat (Rs. Sehat). J a k a r t a .
tipe alami-2 dan tipe alami-3. Direktorat J e n d e r a l Pembiayaan Peru-
Kepadatan penduduk adalah m a h a n Dept. Kimpraswil, 1992.
variabel prediktor yang signifikan dapat Pembangunan dan Perumahan
digunakan mengestimasi tingkat kualitas Dengan Lingkungan Hunian Ber-
kesehatan lingkungan tipe p e r u m a h a n imbang. J a k a r t a .
terencana, sedangkan j a r a k r u m a h ter- ESCAP, 1993. Urbanization Report in
hadap jalan dan tingkat konektivitas Asia and Pacific. Bangkok
jaringan jalan adalah variabel prediktor Gallego, F.J., 1995. Sampling Frames Of
yang signifikan u n t u k mengestimasi Square Segments. Joint Research
tingkat kualitas lingkungan tipe peru- Centre. European Commission.
mahan alami. Luxembourg. Brussels.
Greme Aplin, 1980. Order Neighbour
DAFTAR RUJUKAN Analysis. Macquarie University. USA.
Hadi Sabari Y., 2000. Struktur Tata Ruang
Badan Pusat Statistik. 2004. Data dan Kota. Pustaka Pelajar Offset.
Informasi Kemiskinan J a k a r t a . Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Haggett P., 1 9 8 3 . Geography. A Modern
Perumahan dan Perumahan Jakarta Synthesis^ Harper and Row. Pu-
Bhide. A.. 1987. Slums and Squatter blisher. New York.
Settlements in Coimbatore City K. J. Tinker, 1978. An Introduction To Graph
(Tamil Madu). India. In: Airphoto Theoretical Methods In Geography.
I n t e r p r e t a t i o n for U r b a n P l a n n i n g Brock University. Ontario. Canada.
and Management. Case Studies Kerjasama Badan Perencanaan Pem-
India. ITC Dept. of Urban Survey and b a n g u n a n Daerah dan Badan Pusat
Human Settlement Analysis - Indian Statistik Kabupaten Bekasi, 2004.
I n s t i t u t e of Remote Sensing. Kabupaten Bekasi Dalam Angka.
Dehra Dun.
216
Konecny. G., 1987. The Development and Asian-Pasific Remote Sensing
Stale of the Art of Remote Sensing. J o u r n a l . Vol. 5. No. 2. Bangkok.
ITC J o u r n a l . No.2. Enschede. Stewart F., 2000. Quantitative Geography.
Maskun. Soemitro, 1996. Penataan Ruang SAGE Publications. London.
dan Pembangunan Perkotaan dalam Sudjana, 2002. Metode Statistik. PT.
herangka Otonomi Daerah. Preceding. Tarsito. Bandung.
CIDES. J a k a r t a . Supranto J., 2004. Analisis Multivariat.
Menteri Perumahan dan Prasarana PT. Rineka Cipta. J a k a r t a .
Wilayah, 2004. Pedoman Teknis Syarifuddin, 1995. Analisis Variasi
Pembangunan Rumah Sederhana Keruangan Perumahan di Wilayah
Sehat J a k a r t a . Kecamatan Gedongtengen Kotamadya
NazirM., 1999. Metode Penelitian. Ghalia Yogyakarta. Tugas akhir S I . Fakultas
Indonesia . J a k a r t a . Geografi. Universitas Gadjah Mada .
Nurmandi, 1999. Manajemen Perkotaan. Yogyakarta.
Lingkaran Bangsa. Yogyakarta. Wahid S., 1995. Analisis Data SPOT Pan-
Polle. V. F. L. and Paul Hofstee, 1986. kromatik Skala 1 : 50.000 tentang
Urban Kampung Improvement and Pola Perumahan Pedesaan di
the Use of Aerial Photography for Daerah Lereng Selatan dan Lereng
Data Collection. In: The Indonesian Barat Merapi. Tugas akhir S I .
City. Peter J.M Nas: ed. Foris Fakultas Geografi. Universitas
Publications. Dordrecht Gadjah Mada. Yogyakarta.
Santosa, 1993. Kajian Kualitas Lingkungan Wiradisastra U. S., 1992. Masalah Deli-
Perumahan dan Perubahan Peng- neasi Satuan Peta Hampiran Para-
gunaan Lahan Pertanian Kota metrik. Presiding Pertemuan Teknis
Yogyakarta dengan Bantuan Foto Pembakuan Sistem Klasifikasi dan
Udara. Desertasi. Pascasarjana. Metode Survei Tanah. Pusat Pene-
Institut Pertanian Bogor. litian Tanah dan Agroklimat
Socki. B. S., 1993. The Potential of Aerial Departemen Pertanian. Bogor. PP:
Photos for Slum and Squatter 186-227.
Settlement Detection and Mapping.
217