Kuliah-9
Oleh: Suhendra, MT
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Batanghari 20202
2
Pada pelaksanaan di lapangan, pengecoran balok
dan pelat biasanya dilakukan bersamaan
sehingga menghasilkan pengecoran yang
monolit. Dengan kondisi ini, pelat beton akan
berfungsi sebagai sayap atas balok. Balok seperti
ini disebut sebagai balok “T”.
Pada dasarnya balok tersebut berperilaku
sebagai balok “T” pada saat menahan momen
positif (sayap balok tertekan) dan berperilaku
sebagai balok persegi biasa (sayap balok tertarik)
pada saat menahan momen negatif.
3
Hubungan antara Balok dan Pelat
4
Perilaku Balok T
Positive and Negative Moment Regions in a T-beam
5
Analysis of Flanged Sections
Lebar Efektif Sayap
Pada saat balok menahan beban, tidak semua bagian pelat
yang ada di atasnya ikut bersama-sama balok dalam
berdeformasi. Semakin jauh posisi pelat dari sumbu
balok, semakin kecil kontribusi pelat tersebut pada
deformasi balok yang dihasilkan. SNI 2847:2013 Pasal
8.12 mengatur berapa besarnya bagian pelat yang dapat
diambil sebagai bagian dari balok (atau lebih dikenal
sebagai lebar efektif).
6
Analysis of Flanged Sections
Effective width (be)
be adalah lebar sayap yang mengalami tegangan
secara merata yang akan memberikan gaya tekan
yang sama dengan yang sebenarnya terjadi di
zona tekan b(actual)
7
Gambar penentuan lebar efektif pelat
SNI Code Provisions for Estimating be
L
be
4
16hf bw
bactual bw 0.5 * clear distance to next web
9
SNI Code Provisions for Estimating be
L
be bw
12
6hf bw
bactual bw 0.5 * clear distance to next web
10
SNI Code Provisions for Estimating be
bw
hf
2
be 4bw
11
Beberapa Model Geometri Balok “T”
12
Analysis of T-Beam
Pada umumnya zona tekan balok T berbentuk persegi empat, dimana
hanya bagian pelat yang tertekan. Tau tinggi blok tekan, a, maksimum
sama dengan tebal pelat. Analisisnya adalah sama seperti balok
persegi empat dengan lebar be
Case 1: a ≤ hf ; asumsikan es ey fs = fy
• C = 0,85 fc` a be
• T = As f y
Kesetimbangan gaya :
C=T
0,85 fc` a be = As fy
𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎=
0,85. 𝑓𝑐`. 𝑏𝑒 13
Analysis of T-Beam
Case 1:
a hf
Periksa apakah tulangan telah leleh es ≥ ey
es e y
a
c
1
Atau bisa digunakan rumus
d c 𝑎 𝑎𝑏
es e cu e y
Jika ≤ , maka tulangan leleh
𝑑 𝑑
c 𝑎𝑏
= 𝛽1
600
𝑑 600 + 𝑓𝑦
14
Analysis of T-Beam
Case 1: a hf
Calculate Mn
15
Analysis of T-Beam
Jika tinggi blok tekan (a) hasil hitungan case-1 ternyata
lebih besar dari hf, maka penampang dianalisis sebagai
penampang T. Analisis dapat dilakukan dengan
memperhitungkan secara terpisah kontribusi sayap dan
badan penampang dalam menahan momen
Case 2: a > hf Assume steel yields
16
Analysis of T-Beams
The definition of Cw and Cf for the T-Beam are given as:
As = As1 + As2
18
Analysis of T-Beam
Case 2: a hf
Confirm
a hf
a
c
1
d c
es e cu e y Atau bisa digunakan rumus
c
𝑎 𝑎𝑏
Jika ≤ , maka tulangan leleh
𝑑 𝑑
𝑎𝑏 600
= 𝛽1
𝑑 600 + 𝑓𝑦
19
Analysis of T-Beam
Case 2: a hf
a hf
Calculate M n C w d Cf d
2 2
20
Batasan penulangan untuk Balok T
Batasan Tulangan Maksimum (Upper Limits)
Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2847 Lampiran B.10.3
mensyaratkan:
r < 0,75 rb
Untuk balok T yang berperilaku seperti balok persegi, nilai rb
dapat dihitung menggunakan rumus pada materi balok persegi.
Jika zona tekan pada balok T berbentuk T (Balok T asli) maka
perlu dihitung luas tulangan tarik yang berhubungan dengan
keruntuhan balanced, yaitu:
𝐶𝑏𝑎𝑙
𝐴𝑠𝑏 = Cbal = 0,85 fc` [(be - bw) hf + bw ab]
𝑓𝑦
𝐴𝑠𝑏
𝜌𝑏 = Amaks ≤ 0,75 Asb
𝑏𝑤.𝑑
Untuk pelat sayap yang mengalami tekan dan bila tinggi sumbu netral, cbal,
berada di bawah pelat sayap, maka Cbal = Cf(bal) + Cw(bal)
21
Limitations on Reinforcement for Flange
Beams (SNI 2847:2013 ps. 10.5.1)
• Batasan Tulangan Minimum (Lower Limits)
– Flange in compression
0.25 f c
bw d
fy
As(min) larger of
1.4
bw d
f y
22
Limitations on Reinforcement for Flange
Beams (SNI 2847:2013 ps. 10.5.2)
• Lower Limits
– Flange in tension
23
Limitations on Reinforcement for Flange Beams
(SNI 2847:2013 ps. 10.5.3)
• Lower Limits
If As(provided) ≥ 4/3 As(req’d) based on analysis
24
Example - T-Beam
Find Mn, As(max), As(min) for T-Beam.
beff = 1372 mm. hf = 76 mm.
d = 420 mm. As = 9D28
fy = 340 MPa fc’ = 20 MPa
bw= 300 mm. L = 5.5 m
Note:
1 psi = 6.894757 kPa
1 ksi = 6.894757 MPa
25