Anda di halaman 1dari 40

P e .

ct P
Ac
= 1− r
r( =0
) Ac
 0. Maka :

e .c t r2
1− =0 e=
rr ct

Jadi batas paling bawah letak kabel prategang agar tidak terjadi tegangan
tarik pada serat paling atas beton adalah :

r2 ………(8.2)
kb =
ct
Tegangan pada serat beton paling bawah :

P P . e . cb P P . e . cb P e . cb
f cb = -
Ac

Ic
=-
Ac
– 2.
r Ic
=-
Ac
1+ 2
r( )
Tegangan pada serat beton paling bawah harus sama dengan nol :

e . cb
1+ =0
r2
r2
–e= tanda minus berarti posisi e diatas cgc
cb

Jadi batas paling atas letak babel prategang agar tidak terjadi tegangan tarik
pada serat paling bawah beton adalah :

…......(8.3)
r2
k =
Untuk penampang
b
c b persegi dengan lebar b dan tinggi h, maka :
1
I b h3 1 2
2
r = = 12 = h
A 12
bh

1 2
h
12 1
Jadi : k t = k b = = h
1 6
h
12
Dengan cara yang sama batas kiri
dan kanan dapat ditentukan yaitu
1
h.
6
Selama gaya tekan pada beton C
akibat prategangan berada di
dalam inti (cern) tidak akan terjadi
tegangan tarik pada serat beton
Gambar 019 terluar.
8.1. Daerah batas eksentrisitas disepanjang bentangan
Eksentrisitas rencana dari tendon (baja prategang) harus sedemikian
rupa, sehingga tegangan tarik yang timbul pada serat penampang pada
titik-titik kontrol sepanjang bentang balok sangat terbatas (tidak
melampaui peraturan yang ditetapkan) atau sama sekali tidak ada (nol).
Jika : M D : Momen akibat Dead Load (beban mati) dan
M r : Momen total akibat Dead Load dan Live Load (beban hidup)
Sedangkan lengan momen antara garis pusat tekan (C line) dan garis
tendon (cgs) akibat M D adalah Amin maka :
MD
Amin = Ini terjadi pada saat transfer gaya prategang.
Pi

Nilai ini menunjukan jarak maksimum dibawah batas bawah (kern)


dimana cgs harus ditempatkan agar C – line tidak jatuh dibawah garis
terendah kern.

Kalau ini dilakukan tegangan tarik


pada serat teratas tidak terjadi.
Sehingga batas ekstrim bawah :

e b = a min+¿ k ¿b

Gambar 020

Lengan momen akibat M T adalah a maks, sehingga :

MT
a maks = Ini terjadi pada saat layan.
PE
Ini menunjukkan jarak minimum dibawah batas teratas daerah kern,
dimana cgs harus ditempatkan agar C – line tidak jatuh diatas garis
teratas daerah kern.

Kalau ini dilakukan, maka tegangan


tarik pada serat terbawah tidak
akan terjadi. Sehingga batas
eksentrisitas atas :

e t = a maks−k t

Gambar 021

Tegangan tarik dengan nilai tertentu, biasanya diijinkan oleh beberapa


peraturan yang ada, baik pada saat transfer maupun pada kondisi beban
layan. Jika ini diperhitungkan, maka cgs dapat ditempatkan sedikit diluar
batas e b dan e t .

9. PERENCANAAN UNTUK KEKUATAN LENTUR DAN DAKTILITAS


Analisa penampang akibat lentur pada bagian-bagian diatas berdasarkan
theori elastis. Berdasarkan SNI 03 – 2874 – 2002 pasal 20.7 kekuatan lentur
penampang beton prategang dapat dihitung dengan metode kekuatan
batas seperti pada perencanaan beton bertulang biasa.
Dalam perhitungan kekuatan, tegangan pada tendon prategang diambil
sebesar f ps, sebagai gantinga f y , dimana f ps adalah tegangan pada tendon
prategang pada saat tercapainya kekuatan nominal penampang.
Nilai f ps dapat dihitung dengan metoda kompatibilitas regangan. Sebagai
alternatif jika tegangan efektif (setelah kehilangan prategangan) f se ≥ 0,5
f pu, maka f ps dapat dihitung sebagai berikut :
a. Untuk tendon dengan lekatan penuh (bounded)
f ps = f pu
(9.1)
Dimana : f ps = Tegangan pada tendon pada saat penampang mencapai
kuat nominalnya (MPa)
f pu = Kuat tarik tendon prategang yang disyaratkan (MPa)
f se = Tegangan efektif pada baja prategang ( tendon ) sesudah
memperhitungkan total kehilangan prategang yang
terjadi (MPa)
γ p = Suatu faktor yang memperhitungkan tipe tendon
prategang

f py
Untuk ≥ 0,80 γ p = 0,55
f pu
f py
Untuk ≥ 0,85 γ p = 0,40
f pu
f py
Untuk ≥ 0,90 γ p = 0,28
f pu
f py = Kuat leleh tendon prategang (MPa)
β 1 = suatu faktor yang besarnya sesuai SNI 03 – 2875 - 2002
pasal 12.2, dimana :
Untuk f c′ ≤ 30 MPa β 1 = 0,85
Untuk 30 ¿ f c′ ¿ 55 MPa β 1 = 0,85 – 0,008 ( f c′ - 30)
Untuk f c′ ≥ 55 β 1 = 0,65
f c′ = Kuat tekan beton (MPa)
d = Tinggi efektif penampang (jarak dari serat tekan terjauh
dari garis netral ke pusat tulangan tarik non prategang).
d p = Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tendon prategang
A ps
ρ p = Ratio penulangan prategang, ρ p =
b.dp
A ps = Luas penampang baja prategang
b = Lebar efektif flens tekan dari komponen struktur

ρ.f y As
ω= ρ=
fc' b.d
ρ' . f y As '
ω′ = ρ′ =
fc' b.d
A s = Luas penulangan tarik non prategang
A s ' = Luas penulangan tekan non prategang

Jika dalam menghitung f ps pengaruh tulangan tekan non prategang


diper- hitungkan, maka suku :
¿ ≥ 0,17 dan d′ ≤ 0,15 d p

b. Untuk tendon tanpa lekatan


Dengan ratio antara bentangan dan tinggi komponen ≤ 35
f c'
f ps = f se + 70 + ≤ f y atau ≤ f se + 400 (9.2)
700. ρ p
Dengan ratio antara bentangan dan tinggi komponen ¿ 35
f c'
f ps = f se + 70 + ≤ f y atau ≤ f se + 200 (9.3)
300. ρ p
Untuk menjamin terjadinya leleh pada tulangan non prategang, maka
SNI membatasi indeks tulangan sebagai berikut :
1. Untuk komponen struktur dengan tulangan prategang saja:

f ps
ω p ≤ 0,36 β 1 ω p = ρp (9.4)
fc'
2. Untuk komponen struktur dengan tulangan prategang, tulangan tarik
dan tulangan tekan non prategang :

d
ω p + (ω−ω ' ) ≤ 0,36 β 1 (9.5)
dp

3. Untuk penampang bersayap

d
ω pw + (ω w −ω w ' ) ≤ 0,36 β 1 (9.6)
dp

9.1. Proses Desain Penampang


Dalam desain komponen struktur prategang terhadap lentur, harus
bisa menjamin agar batasan tegangan ijin tidak dilanggar (dilampaui),
defleksi atau lendutan yang terjadi masih dalam batasan yang diijinkan
dan kompomen struktur mempunyai kekuatan yang cukup.
Kita lihat penampang beton prategang seperti dibawah ini :
Gambar 022
Dari keseimbangan :
c s′ + c c′ = T p + T s
Dimana : c s ′ = A s′ x f s′
c c ′ = 0,85 f c′ a b
T p = A p x f ps
T s = As x f y
Keseimbangan momen terhadap garis berat (titik berat) :

( h2 − a2 ) C ( h2 −d ' ) T (d − h2 ) T (d − h2 )
M n = C c′ + s′ + s + p p (9.1.1)

Bila penulangan tekan diabaikan :


Momen luar hanya ditahan oleh tulangan tarik dan baja pratekan :
M n = T s . Zs + T p . Zp
1 1
(
M n = T s d− a + T p d p − a
2 2 ) ( )
Dimana :
1
( )
T s d− a : momen nominal yang dipikul tulangan tarik
2
1
( )
T p d p − a : momen nominal yang dipikul baja prategang
2

Prosentasi pratekan :
1

ρ=
T p d p− a
2 (
100%
)
1 1
(
T p d p− a +T s d− a
2 2 ) ( )
Bila merupakan Prategang Penuh (tulangan non prategang tidak
diperhitungkan), momen nominal hanya dipikul oleh baja prategang

1
(
M n = T p dp − a
2 )
Contoh Soal 14 :
Suatu balok beton prategang dengan penampang berbentuk I dengan
system ˝Bonded Prestressing Tendon˝ Mutu kabel prategang sesuai
ASTM A 416 grade 270 sedangkan mutu beton K 350. Jumlah kabel 1,
jumlah kawat untaian 18 Ø 1/2˝ dalam kabel. Loss of prestress ≈ 15 %.
Bentangan balok 18 m, sedangkan posisi kabel ditengah-tengah bentang
berjarak 10 cm dari serat bawah penampang. Dimensi penampang
seperti pada sketsa dibawah ini, dan tulangan biasa (non prategang)
tidak diperhitungkan.
Hitunglah momen batas yang dapat dipikul oleh penampang.

Penyelesaian :
Mutu kabel G 270 Tegangan tarik batas f pu = 18.900 kg/cm²
Luas penampang kabel : A p = 18 bh x 98,71 mm² = 1.777 mm²
Tegangan tarik yg diijinkan pada tendon :
f s = f i = 0,70 x f pu = 0,70 x 18900 mm² = 13230 kg/cm²
Kehilangan tegangan (loss of prestress) ≈ 15 %, maka :
Tegangan tarik efektif tendon : f se = 0,85 f i = 0,85 x 13230 = 11245,50
kg/cm²
Mutu Beton K 350 f c′ = 0,83 x 350 = 290,5 kg/cm² = 29,05 MPa ≤ 30
MPa
β 1 =0,85

Perhitungan Tegangan Tarik Nominal Kabel Prategang :


Karena tegangan efektif : f se = 11245,50 kg/cm² ¿ 0,5 f pu= 0,5 x 18900
= 9450 kg/cm², maka tegangan nominal dapat dihitung dengan
persamaan (9.1) SNI 03 – 2874 – 2002
Karena : f py = 0,85 f pu γ p = 0,4
d p = (17,5+55+17,5)-10 = 80 cm
Rasio kabel prategang :
Ap 17,77
ρp = = = 0,00494
bx d p 45 x 80
Persamaan (9.1) SNI 03 – 2874 – 2002 diatas :
γp f d
( [
f ps = f pu 1−
β1
ρ p pu + (ω−ω ' )
f c ' dp ])
0,4 18900
f ps = 18900 1−
( 0,85 [
0,00494
290,5 ]) = 16041,45 kg/cm²

Check apakah ˝under reinforcement˝


Sesuai SNI 03 – 2874 – 2002 Pasal 20.8 mengenai batasan penulangan
(termasuk baja prategang), maka :
f ps
ω p = ρ p. ¿ 0,36 β 1 Persamaan (9.4) halaman 63 diatas.
fc'
16041,45
0,0049 ¿ 0,36 x 0,85
290,5
0,273 ¿ 0,306 OK

Menentukan Momen Batas :


Anggap garis neutral memotong flens, seperti gambar dibawah ini

P = A ps . f ps
P = 17,77 x 16041,45 = 285056,57
kg
Gaya Tekan pada Beton :
C = 0,85 . f c′ . a . b
C = 0,85 x 290,5 x a x 45
C = 11111,63 a kg
Karena keseimbangan, maka : C =
P
Gaya Tarik pada Tendon :

285056,57
11111,63 a = 285056,57 a= = 25,65 cm
11111,63
a 25,65
C= = = 30,18 cm ¿ h f = 17,50 cm
β1 0,85

Jadi ternyata letak garis netral dibawah flens, ini berarti balok I murni
Sehingga asumsi diatas tidak benar.

Menentukan posisi garis neutral :


Dari keseimbangan gaya : C = P
c1 + c2 = P
0,85 f c′ h f (b-b w)+0,85 f c′a b w = A ps . f ps
0,85 x 290,5 x 17,5 x (45-15)+0,85 x 290,5 x a x 15 = 17,77 x
16041,45
129635,63 + 3703,88 a = 285056,57
285056,57−129635,63
a= = 41,96 cm
3703,88
a 41,96
c= = = 49,63 cm OK Penampang 1 murni
β1 0,85

Momen nominal yang dapat dipikul :


C 1 = 0,85 f c′h f (b-b w)=0,85 x 290,5 x 17,5 x (45-15) = 129635,63 kg
C 2 = 0,85 f c′ a b w = 0,85 x 290,5 x 41,96 x 15 = 155414,60 kg
M n = C 1 (d p-½h f )+C 2 (d p-½a)
= 129635,63 x ( 80−½ 17,5 )+155414,60 x ( 80−½ 41,96 )
= 9236538,64 + 9172569,69 = 18409108,33 kgcm

Momen batas yang dapat dipikul penampang :


M n = Ø M n = 0,80 x 18409108,33 = 14727286,67 kgcm = 147272,87
kgm

BALOK KOMPOSIT
Didalam praktek dilapangan, pada umumnya balok beton prategang (precast)
dikombinasikan dengan plat (konstruksi lantai) yang dicor setempat, sehingga
kombinasi plat dan balok merupakan suatu konstruksi komposit.
Balok prategangnya pada umumnya berbentuk I. Setelah balok prategang
dipasang pada posisinya, kemudian form work untuk plat dipasang seperti
pada gambar dibawah ini.

Gambar 023

Setelah rangka dan papan formwork terpasang, kemudian penulangan plat


lantai dipasang sesuai gambar perencanaan. Setelah penulangan selesai
dipasang baru pengecoran lantai dilaksanakan. Didalam skesa gambar diatas
tidak diperlukan perancah (penopang) untuk memikul pelat lantai yang akan
dicor, tetapi memanfaatkan balok prategang yang telah di- pasang lebih
dahulu untuk menopang formwork. Untuk menahan geseran horisontal antara
balok prategang dan pelat beton pada balok prategang dipasang stek-stek
yang akan berfungsi sebagai shear connector.

Gambar 024
Pada gambar 025 diatas, formwork dan balok prategang precast disangga
oleh tiang-tiang perancah untuk pelaksanaan pengecoran plat lantai.
Perancah dan formwork baru dibong- kar setelah pelat beton cukup kuat
untuk memikul beban.
Pada kedua methode diatas perlakuan beban pada balok prategang precast
sangat berbeda, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Methode tanpa perancah :
1. Pada saat transfer gaya prategang: Konstruksi belum berlaku sebagai
komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok (g)
b. Gaya prategang awal ( Pi)
2. Pada saat pengecoran plat sampai curing : Konstruksi belum berlaku
sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok :
a. Berat sendiri balok (g)
b. Berat sendiri plat cor setempat ( gc )
c. Berat formwork ( gfw )
d. Gaya prategang efektif ( P E)
e. Beban-beban lain (beban konstruksi) yang diperkirakan terjadi pada
saat pelaksanaan pengecoran ( gk )
3. Pada saat layan : Konstruksi berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok :
a. Berat sendiri balok (g)
b. Berat sendiri plat cor setempat ( gc )
c. Beban finishing seperti keramik (gedung), lapisan perkerasan asphalt
(untuk jembatan)
d. Beban hidup ( g L)

Catatan :
Tegangan-tegangan yang diperhitungkan sebagai balok komposit
hanya akibat :
Beban mati tambahan seperti finishing dan Beban Hidup

Methode dengan perancah :


1. Pada saat transfer gaya prategang : Konstruksi belum berlaku sebagai
komposit
Tegangan yang terjadi akibat :
a. Berat sendiri balok (g)
b. Gaya prategang awal ( Pi)
2. Pada saat pengecoran plat sampai curing : Konstruksi belum berlaku
segabai komposit
Karena disangga perancah praktis balok tidak memikul beban.
Sama seperti diatas, pada tahap 1 dan 2 konstruksi belum bersifat
sebagai komposit.
3. Pada saat layan : Konstruksi bersifat komposit
Tegangan yang terjadi akibat :
a. Berat sendiri balok (g)
b. Berat pelat beton ( gc )
c. Beban mati tambahan seperti finishing ( gfs )
d. Gaya prategang efektif ( P E)
e. Beban hidup ( g L)
Catatan :
Tegangan-tegangan yang diperhitungkan sebagai balok komposit
adalah akibat :
Berat plat cor setempat, Beban mati tambahan (finishing) dan Beban
Hidup.

Pada saat bekerja sebagai balok komposit (composite action) lebar


flens (pelat) efektif dapat ditentukan sebagai berikut :

Gambar 025

SNI 03 – 2847 – 2002


Balok Tengah : BE ≤ ¼ L }
BE ≤ Bo } → ambil yang terkecil
BE ≤ 8 tf }
1
Balok Tepi : BE ≤
12
BE ≤ ½ Bo + b } → ambil yang terkecil
BE ≤ 6 tf }

Properti Penampang Komposite :


Balok prategang komposit diasumsikan elastis pada beban kerja,
sehingga akibat momen lentur distribusi regangannya linear sepanjang
penampang. Karena disini ada 2 (dua) macam material yang berbeda
yang disatukan yang mempunyai harga modulus elastisitas yang
berbeda, maka tegangan yang berbeda akan terjadi pada regangan
yang sama. Untuk mengatasi perbedaan ini, salah satu elemen
ditransformasikan kedalam elemen fiktif yang mempunyai harga
modulus elastisitas yang sama.
Seperti gambar 026 diatas untuk balok tengah, pelat dengan tebal t f
dan lebar BE ditransformasikan menjadi penampang ekuivalen dengan
tebal/tinggi tf dan lebar transformasi BTR, dimana :

EPelat
BTR = BE = BE . nc
EBalok

Dimana : BTR : Lebar penampang transformasi.


BE : Lebar efektif
EPelat : Modulus Elastisitas Pelat
EBalok : Modulus Elastisitas Balok
nc : Rasio modulus elastisitas pelat dan modulus
elastisitas balok.

Contoh Soal 15
Suatu konstruksi jembatan komposit diatas 2 tumpuan (simple beam)
dengan bentangan L = 25 m, dan jarak antara balok induk B = 1,85 m
seperti gambar dibawah .

Gambar 026

Mutu Beton : Balok Prategang Precast K 450


Pelat dan diafragma yang dicor setempat K 225
Baja Prategang : ASTM A 416 Grade 270
Kehilangan gaya prategang total 15 %
Pembebanan : RSNI T–02–2005 (Standard Pembebanan untuk
Jembatan).
Rencanakan : Balok Jembatan tersebut dan tentukan posisi
serta kabel prategangnya untuk ditengah-tengah
bentangan, jika pada saat pelaksanaan
pengecoran pelat lantai jembatan tidak
dipergunakan perancah untuk penyokong
(unpropped).

Penyelesaian :
Perhitungan modulus elastisitas beton :
Balok beton prategang precast :K 450 →fc’ = 0,83 x 450 = 373,50
kg/cm2
Wc = 2.500 kg/m3 (untuk beton
prategang)
EBalok = 0,043 wc1,5√ fc' MPa
EBalok = 0,043 2.5001,5√ 37,35= 32.849,12
MPa
EBalok = 328.491 kg/cm2
Pelat Beton cor setempat : K 225 → fc’ = 0,83 x 225 = 186,75 kg/cm
Wc = 2.400 kg/m3 (untuk beton normal)
EPelat = 0,043 wc1,5 f c ' = 0,043 2.4001,5

√ 18,675
EPelat = 21.848,20 MPa = 218.482 kg/cm2

EPelat 218,482
Ratio modulus elastisitas : nc = - = 0,665
EBalok 328,491

Perhitungan Live Load :

Sesuai RSNI T–02–2005 beban hidup untuk balok jembatan (Beban D)


seperti skesa dibawah ini :

Gambar 027

Lebar lajur ditetapkan 2,75 m


1. Beban merata (BTR) :
Untuk bentangan L ≤ 30 m → q = 9 kPa = 900 kg/m2

900
Beban per m’ lebar jembatan q = = 327,27 kg/m’
2,75
Beban hidup merata per m’ panjang balok induk tengah
qL = 327,27 x B = 327,27 x 1,85 = 605,45 kg/m’

2. Beban garis (BTG) :


Intensitas beban garis ditetapkan p = 4,9 kN/m’ = 4.900 kg/m’
Beban titik untuk balok induk tengah :
PL = B x p = 1,85 x 4.900 = 9.065 kg
Faktor Beban Dinamis ( FBD ) :
Sesuai pasal 6,6 RSNI T–02–2005 besarnya FBD untuk L ≤ 50 m
adalah 40 % Jadi momen total akibat beban hidup ditengah-
tengah bentangan :
1
ML = x qL x L2 + ( 1 + FBD ) x ¼ x PL x L
8
1
ML = x 605,45 x 252 + ( 1 + 0,40 ) x ¼ x 9.065 x 25 =
8
126.619,53 kgm

Estimate Penampang :

Gambar 028

Perhitungan Properti Penampang Precast


Bagian Luas ( cm2 ) Jarak titik berat Statis momen thd.
bagian ke serat Serat bawah ( cm3 )
bawah
1 262.50 121.25 31,828.125
2 67.50 115.00 7,762.500
3 1,785.0 65.00 116,025.000
0
4 240.00 15.83 3,799.200
5 812.50 6.25 5,078.125
Total 3,167.5 164,492.950
0

164.492,950
yb = = 51,93 cm yt = 125 – 51,93 = 73,07 cm
3.167,50
Bagia I Luas Jarak ke pusat A.y I = Io + A
n o (cm2 ) berat 2
y2
A y ( cm )
1 1,2 262.50 69.32 1 1,26
30 , 2,61
2 1
6
1
,
3
8
1
2 211 67.50 63.07 2 268,
6 714
8
,
5
0
3
3 1,6 1,785.0 13.07 3 1,94
39, 0 0 4,89
969 4 1
,
9
2
2
4 1,3 240.00 36.10 3 314,
33 1 103
2
,
7
7
0
5 10, 812.50 45.68 1 1,70
579 , 5,99
6 2
9
5
,
4
1
3
I 5,49
x 6,31
p
3

Ac = 3.167,50 cm2
I xp 5.496.313 I xp 5.496.313
S b= = = 105.840,80 cm3 St = = =
yb 51,9 yt 73,07
75.219,83cm3
Perhitungan Properti Penampang Komposit
Lebar pelat effektif sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 untuk balok induk
tengah :
BE ≤ ¼ L = ¼ x 25 = 6,25 m = 625 cm
BE ≤Bo = 1,85 m = 185 cm
BE ≤ tf = 8 x 20 = 160 cm
Diambil yang terkecil : BE = 160 cm
Untuk penampang transformasi : BTR = nc x BE = 0,665 x 160 = 106,4
cm

Gambar 029
Bagian Luas Penampang Jarak kesisi bawah Statismomen
A ( cm2 ) y ( cm ) A . y ( cm3)
Pelat 2,128.00 135.00 287,280.
00
Balok 3,167.50 51.93 164,488.
28
Total 5,295.50 451,768.
28

451.768,28
Ybc = = 85,31 cm ytc= 125 – 85,31 =
5.295,5
39,69cm
Bagian Jarak ke pusat berat 4
Ixc ( cm
2
Luas ( cm )A y ( cm ) 4
I ( cm )A y 2 4
Io( cm ) )
Io + I
Pelat 2, 49.69 5,254,23 70,9 5,325,1
1 7 33 70
2
8.
0
0
Balok 3, 33.38 3,529,30 5,49 9,025,6
1 6 6,31 19
6 3
7.
5
0
Total 5, Ixc 14,350,
2 788
9
5.
5
0

I xc 14.350.788 I xc
Sbc= = = 168,219 cm3 Stc = =
yc 85,31 yc
14,350.788
= 361,572 cm3
39,69

Perhitungan Berat Sendiri pada saat layan :


∑ Berat balok : 0,317 x 1,00 x 2.500 = 792 kg/m’
∑ Berat pelat : 1,85 x 0,20 x 1,00 x 2.400 = 888 kg/m’
∑ Berat aspal : 0,075 x 1,85 x 1,00 x 2.240 = 311 kg/m’
+
gD = 1.991 kg/m’
Dimensi diafragma ( diestimasi ) = 30 x 102,50 cm
Panjang diafragma : l = 1,85 – 0,17 = 1,68 m
Berat diafragma : PD = 0,30 x 1,025 x 1,68 x 2.400 = 1.239,84 kg

Perhitungan Momen akibat Berat Sendiri :


Gambar 030

MD = gD { ( ½ x L x ¼ L ) – 2 x ½ 0,30 x 0,006 L } + PD { 2 x (1/8 L) +


¼L}
MD = 1.991 { ( ½ x 25 x ¼ x 25 ) – 2 x ½ x 0,30 x 0,006 x 25 }+
1.239,84 { 2 x 1/8 x 25 + ¼ x 25 }
MD = 155.457,28 + 15.498 = 170.955,28 kgm
MU = MD + ML = 170.955,28 + 126.619,53 = 297.574,81 kgm
Momen nominal penampang pada saat layan :
MU 297.574,81
Mn = = = 371.968,51 kgm
∅ 0,80

Perkiraan Gaya Prategang :

DISTRIBUSI TEGANGAN PADA KONDISI LAYAN

Gambar 031

Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002 Tegangan yang di-ijinkan pada


saat layan :
Tegangan tarik ijin pada serat bawah :
Fbs = ½ f c ' = ½√ 373,50 = 9,66 kg/cm2

Tegangan tekan ijin pada serat atas :
Fts = 0,60 fc’ = 0,60 x 373,50 = 224,10 kg/cm2
Kita tetapkan e = 36 cm dari c.g.c
Pada saat komposite ec = ybc – (yb – e ) = 85,31 – ( 51,93 – 36 ) =
69,38 cm
Tegangan tarik pada sisi bawah :
P e P e xe c M n
Fbs = + -
A Sbc S bc

Pe P x 69,38 37.196.851
9,66 = + e -
3.167,50 168,219 168.219

9,66 = 0,00032 PE + 0,00041 PE – 221,12

9,66+221,12
PE = = 316,137 kg
0,00032+ 0,00041
Tegangan tekan pada sisi atas :

P e P e x 69,38 M n
Fts = - +
A S tc S tc

PE P x 69,38 361.572 37.196.851


224,12 = - E +
3.167,50 361.572 361.572

224,12 = 0,00032 PE- 0,00019 PE + 102,88

224,12−102,88
PE = = 935.154 kg
0,00032−0,00019

Diambil yang terkecil : PE≈ 316.137 kg


Gaya prategang awal : Pi = 1,15 x 316.137 kg = 363.557
kg

Baja prategang dipakai Grade G 270 →fpu = 1.860 MPa = 18.600


kg/cm2 Sesuai SNI T -12 – 2004 (Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan).

Prategang maksimum fpmaks = 0,74 x fpu = 0,74 x 18.600 = 13.764


kg/cm2Luas baja prategang yang diperlukan :

Pi 363.557
Ap-perlu= = = 26,41 cm2
f pmaks 13.764

Dipasang 3 buah tendon, masing-masing berisi baja/kawat


prategang 9 ∅ ½” Ap = 3 x 9 x 0,9871 = 26,65 cm2
Gaya Prategang Awal Maksimum :
Pi = Ap x fpmaks = 26,65 x 13.764 = 366.811 kg

Kontrol Tegangan pada saat Transfer


Gambar 032

Momen luar yang bekerja hanya akibat berat sendiri balok dengan
tumpuan diujung-ujung balok :

1
MG = 792 25,602 = 64.881,64 kgm
8
Tegangan tekan pada serat bawah :
Pi Pt xe M G 366.811 366.811 x 36 6.488.164
f bi = − + = − +
A St S t 3.167,50 75.219,83 75.219,83
fti = 115,80 - 175,55 +86,26 = 26,51 kg/cm2 ( tekan ) ≤ 224,10
kg/cm → OK
2

Kontrol Tegangan Pada Saat Pekerjaan Pelar


Estimasi berat formwork :

Gambar 033
Berat volume kayu : γ = 750 kg/m3
Berat setiap rangka : 2 x 0,06 x 0,12 x 1,50 = 16
x 750 ,2
0
kg
2 x 0,06 x 0,12 x 1,68 x 750 = 7,
34
kg
2 x 0,06 x 0,12 x 1,00 x 750 = 10
,8
0
kg
1 x 0,06 x 0,12 x 1,90 x 750 =10
,2
6
kg
Total ……. = 44,60 kg

Berat formwork per m’ panjang gelagar :

Rangka formwork : 2 x 44,60 =89,20 kg/m


Papan : 0,035 x 1,50 x 1,00 x 750 = 39,38 kg/m

Total Formwork …. =128,58 kg/m

Dead Load : Berat balok prategang : 0,31675 x 1,00 x 2.500


= 791,87 kg/m
Berat pelat beton : 0,20 x 1,85 x 1,00 x 2.500
= 925,00 kg/m
Berat
formwork ..........................................................................
= 128,58 kg/m
qD
=
1.845,45
kg/m

Live Load : Pada pelaksanaan pengecoran diperhitungkan 75 kg/m2


Beban hidup per m’ balok qL = 1,85 x 75 = 138,75 kg/m’

Gambar 034
Momen akibat Dead Load :
MD = qD { ( ½ L x ¼ L ) - ( 2 x ½ x 0,30 x 0,006 L ) }
MD = 1.845,45 { ( ½ 25 x ¼ 25 ) – ( 2 x ½ x 0,30 x 0,006 x 25 ) } =
144.092,74 kgm

Momen akibat Live Load :


ML = qL { ½ L x ¼ L } = 138,75 { ½ 25 x ¼ 25 } = 10.839,84 kgm
Momen total : MTotal = MD + ML = 144.092,74 + 10.839,84 = 154.932,58
kgm

Pada saat pelaksanaan pekerjaan pelat di-estimate kehilangan gaya


prategang sudah mencapai 25 % dari total kehilangan gaya prategang.
Gaya Prategang : Po = ( 1 – 0,25 x 0,15 ) x P i = 0,9625 x 366.811 =
353.056 kg
Dalam tahap ini konstruksi belum sebagai balok komposit, sehingga :

Tegangan pada serat bawah :

Po P o xe M Total 353.056 353.056 x 36 15.493 .258


f b= − + = − +
A Sb Sb 3.167,50 105.840,80 105.840,80
fb = 111,46 + 120,09 – 146,38 = 85,17 kg/cm2 ( Tekan ) ≤ 224,10
kg/cm2→ OK

Tegangan pada serat atas :

Po Po xe M Total 353.056 353.056 x 36 15.493.258


f t= − + = − +
A St St 3.167,50 75.219,83 75.219,83
ft = 111,46 – 168,97 +205,97 = 148,46 kg/cm ( Tekan ) ≤ 224,10
2

kg/cm2→OK

Kontrol Tegangan pada Saat Layan

Gambar 035

PE = 0,85 x Pi = 0,85 x 366.811 = 311.789 kg


Tegangan pada serat bawah :

P E P o xe n M n 311.789 311.789 x 69,36 37.196 .851


f bc = − + = − + = 5,9
A S bc Sbc 3.167,50 168.219 168.219
kg/cm2

P E P o xe c M n 311.789 311.789 x 69,36 37.196.851


f tc= − + = − + =
A Stc S tc 3.167,50 361.572 361.572
141,48 kg/cm2

Ternyata kedua tekan dan ≤ 224,10 kg/cm2 → OK


Perhitungan Kekuatan Batas ( Ultimate Design ) untuk Balok
Komposit
Perhitungan kekuatan batas untuk balok komposit dapat dilakukan
berdasarkan Code ACI 318 maupun SNI 02 – 2874 – 2002, dengan
mengasumsikan bahwa pemindahan gaya geser horisontal dapat
dilakukan dengan baik, sehingga seluruh penampang komposit dapat
diperhitungkan dengan teori kekuatan batas (ultimate theory).
Oleh SNI 02 – 2874 – 2002, persamaan yang dipergunakan untuk
menghitung kekuatan batas penampang komposit seperti persamaan
(9.1) dihalaman 62, yaitu :

γp f
f ps=f pu 1−
[ { β1
d
ρ p pu + ( ω−ω ' )
f 'c dp }]
Dimana :
fps : tegangan pada tendon saat penampang mencapai kuat
nominalnya (MPa)
fpu : kuat tarik tendon yang disyaratkan (MPa)
γp : suatu faktor bila :

f py
≥ 0,80 → γ p =0,55
f pu
f py
≥ 0,85 → γ p =0,40
f pu
f py
≥ 0,90 → γ p =0,28
f pu

f py : kuat leleh baja prategang (MPa)

β 1: suatu faktor yang besarnya :


untuk f c ' ≤ 30 Mpa → β 1 = 0,85
30 ¿ f c ' < ¿55 Mpa → β 1 = 0,85 – 0,008 ( f c ' - 30 )
'
f ≥ 55 MPa
c → β 1= 0,65
fc': kuat tekan beton ( MPa ).
d: tinggi effekif penampang komposit (jarak dari serat tekan
terjauh dari garis netral komposit kepusat tulangan tarik non
prategang).
dp : jarak dari serat tekan terjauh kepusat tendon prategang.

A ps
ρp : ratio penulangan pratekan : ρ p =
b.dp
A ps : luas penulangan baja prategang.
b : lebar efektif flens tekan.

ρ.f y As
ω= '
→ ρ=
fc b.d
ρ.f y ' As '
ω= →ρ=
f 'c b .d

A s : luas penulangan tarik non prategang


A s ' : luas penulangan tekan non prategang

Contoh Soal 16
Suatu balok prategang komposite diatas dua tumpuan dengan
bentangan L = 16,5 m dan jarak antar balok B = 2,5 m, seperti sketsa
dibawah ini.

Gambar 038

Balok dari beton prategang pracetak dengan f c ' = 40 MPa, sedangkan


plat lantai dicor se-tempat dengan f c ' = 35 MPa. Tendon 14 Ø 12,7 mm
dengan f pu = 1.720 MPa ditempatkan 12,5 cm dari sisi bawah balok
pracetak ditengah-tengah bentangan.
Tentukan kekuatan lentur batas dari penampang tersebut.

Penyelesaian :
Luas penampang baja prategang : Ap = 14 x ¼ π 1,272 = 17,73 cm2
Penentuan lebar efaktif plat lantai
BE ≤ ¼ L = ¼ x 16,5 = 4,125 m
BE ≤ B = 2,50 m
BE ≤ 16 hf + bf = 16 x 0,15 + 0,30 = 2,70 m
Diambil yang paling kecil : BE = 2,50 m
Mutu beton plat : f c ' = 35 MPa →EPlat= 4.700√ 35= 27.805,57 MPa
Mutu beton balok pracetak : f c ' = 40 Mpa → EBalok = 4.700√ 40 =
29.725,41 Mpa

EPelat 27.805,57
n= = =0,935
E balok 29.725,41

Lebar plat penampang transformasi : BTR = n x BE = 0,935 x 2,50 =


2,34 m

dp = ( 90 + 15 ) – 12,5
= 92,5 cm
Ap 17,73
ρp = =
BTR . d p 234 x 92,5
ρ p= 0,00082
Karena penampang
sudah di-
transformasikan ke
balok, maka mutu
beton semua
disamakan dengan
mutu beton balok :
fc’ = 40 MPa ¿ 30 Mpa
β 1 = 0,85 - 0,008 ( f c ' - 30 ) = 0,85 - 0,008 ( 40 -
30 ) = 0,77

Sesuai dengan SNI T – 12 – 2004 pasal 4.4.3.2.1, untuk semua strand


dan tendon baja

f py =0,85 f pu → γ p=0,40

Tegangan tendon pada saat penampang mencapai kuat nominal :

γp f
[ {
f py =f pu 1−
β1
d
ρ p pu + ( ω−ω ' )
f 'c d p }]
Karena baik penulangan tarik maupun penulangan tekan non
prategang tidak diperhitung- kan untuk memikul beban, maka :

ω= 0 dan ω ' = 0

0,40 1720
f ps=1720 1−
[ 0,77 {
0,00082
40 }]
=¿ 1.688,49 MPa

T = AP × fps = 17,73 × 16.884,90 = 299.369,28 kg

Diasumsikan a ¿ tf = 15 cm
C = 0,85 fc’ BTR a = 0,85 x 400 x 234 x a = 79.560 a kg

Dari keseimbangan gaya :


∑H = 0 → C = T
79.560 a = 299.369,28
299.369,28
a= =3,76<t f =15 cm→ Asumsi sudah benar
79.560
Lengan momen : Z = dp – ½ a = 92,5 – ½ × 3,76 = 90,62 cm

Momen nominal penampang :


Mn = T × Z = 299.369,28 × 90,62 = 27.128.844,15 kgcm =
271.288,44 kgm

Jadi kekuatan lentur batas dari penampang :


Mu = Ø.Mn = 0,80 × 271.288,44 = 217.030,75 kgm
Kuat Geser Balok Komposit
Agar terjalin kerjasama yang baik antara balok pracetak dan pelat
lantai yang dicor setempat dalam memikul beban, maka gaya geser
horisontal antara kedua komponen tersebut harus ditahan oleh “Shear
connector”
Telah diketahui didalam ilmu mekanika teknik, tegangan geser
horisontal (τ ) akibat gaya geser V adalah :

V .S
τ=
I .b

Dimana : τ : gaya geser horisontal


V : gaya geser pada penampang yang ditinjau
S : statis momen penampang terhadap garis berat
I : momen inersia penampang
b : lebar bidang kontak

Sesuai dengan SNI 03 – 2874 – 2002


Besarnya tegangan geser horisontal (τ ) diperhitungkan sebagai berikut
:
Vu
τ=
∅.b.d

Dimana : τ : gaya geser horisontal


Vu: gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau
Ø : faktor reduksi kekuatan (Ø = 0,85)
b : lebar bidang kontak
d : tinggi balok komposit efektif, diukur dari serat tertekan
keluar sampai kepusat penulangan tarik non prategang.
Kebutuhan tulangan geser dapat dihitung dengan persamaan :

Vu
AV =
∅.f y. μ
Dimana : AV : luas penulangan geser yang diperlukan
Ø : faktor reduksi kekuatan (Ø = 0,85)
f y : tegangan leleh dari tulangan geser.
μ : koefisien geser, dimana besarnya :
Untuk beton yang dicor pada balok beton pracetak μ
= 0,10
Untuk beton yang dicor pada metal / baja sheet
bergelombang μ = 0,70
Contoh Soal 17
Jika pada contoh soal 16 (halaman 72 ) dipergunakan besi ulir dengan
tegangan leleh jy = 390 MPa untuk shear connector (tulangan geser
horizontal), maka rencanakan shear connectornya.
Penyelesaian :

Dari perhitungan pada contoh soal 17 didapat momen maksimum yang


dapat dipikul oleh penampang : Mu = 217.030,75 kgm.

Mu = 1/8 qu L2

Jadi beban merata (termasuk berat sendiri) yang dapat dipikul


konstruksi adalah :

8. M u 8 x 217.030,75
q u= 2
= =¿6.377,40
L 16,5 2
Gaya geser maksimum : Vu = ½ qu L = ½ × 6.377,40 × 16,5 =
52.613,55 kg
Sesuai dengan SNI 03-2874-2002

Vu
Tegangan geser horizontal : τ=
∅.b.d
Dimana : b = 10 cm, diambil tebal webnya karena
tulangan geser (shear connector)
ditanam sampai di webnya, jadi
tidak hanya di flens balok.
d = ( 90 + 15 ) – 5 = 100 cm, tinggi effektif
balok komposit, dihitung da- ri
serat tertekan paling atas kepusat
tulangan tarik non prate- gang,
disini jarak pusat tulangan tarik
tsb. dari sisi bawah balok
diperhitungkan 5 cm.

52.613,55
τ= = 61,90 kg/cm2
0,85 x 10 x 100

Untuk shear connector dicoba dengan D 13


As = 2 x ¼ π d2 = 2 x ¼ π 1,32 = 2,65 cm2
Jarak shear connector :
f y As
s= =¿16,69 cm → diambil s = 15 cm
bxτ

Jadi shear connector dipakai : D13 – 15

Perencanaan Balok Komposit


Perencanaan balok komposit dapat dilakukan baik dengan
pendekatan teori elastis maupun dengan pendekatan teori kekuatan
batas. Bila perencanaan dilakukan dengan pendekatan teori elastis,
maka untuk pengecekan kapasitas penampang sebaiknya dilakukan
dengan pendekatan teori kekuatan batas, demikian pula sebaliknya.

Design dengan pendekatan theori elastis.


Pada gambar 041 diatas suatu struktur komposit terdiri dari balok
prategang pracetak dan plat beton yang dicor ditempat. Pada
umumnya mutu beton pracetak lebih tinggi dari mutu plat beton yang
dicor ditempat, sehingga disini ada 2 material dengan modulus
elastisitas yang berbeda bekerja sama dalam memikul beban.
Tahapan-tahapan analisa :
Gambar 041 A
Tahap ini pada saat transfer gaya prategang, jadi tegangan-tegangan
yang timbul pada pe- nampang diakibatkan oleh : • Gaya
prategang awal ( Pi )
•Momen akibat berat sendiri balok
pracetak ( MG )

Tegangan Tekan pada sisi bawah balok Pracetak

−Pi Pi xe M G
f 'b= − + → Tanda – (minus) tekan dan + (positif)
A Sb Sb
tarik

Tegangan Tarik pada sisi atas balok Pracetak

−Pi Pi xe M G
f a= + −
A Sa Sa
Dimana : Pi : gaya prategang awal
A : luas penampang bruto balok pracetak
e : eksentrisitas tendon terhadap pusat berat balok
pracetak ( c.g.c )
Sa : modulus penampang ( section modulus ) atas
balokpracetak
Sb : modulus penampang ( section modulus ) bawah
balok pracetak
MG: momen akibat berat sendiri balok pracetak

I I
Sa = dan Sb =
ya yb
I : momen inersia penampang balok pracetak

Disini momen luar MG di-imbangi oleh internal momen kopel P i × za


atau C × za. Selama posisi C berada dibawah batas kern bawah k b,
maka pada serat atas (sisi atas) balok pracetak akan terjadi tegangan
tarik. Jika posisi C tepat berada pada batas bawah kern k b tegangan
tarik pada sisi atas = 0. Besarnya lengan kopel momen z a tergantung
pada besar-kecilnya MG. Tegangan tarik pada sisi atas balok pracetak
diperbolehkan asal tidak melampaui tegangan tarik yang diijinkan
sesuai code atau peraturan yang dipergunakan untuk perencanaan
(ACI atau SNI).
Demikian pula untuk tegangan tekan pada sisi bawah balok pracetak
f b ' tidak diperbolehkan melebihi tegangan tekan yang di-ijinkan.

Gambar 041 B
Tahap ini sesaat setelah transfer gaya prategang selesai, jadi pada
tahap ini kehilangan gaya prategang sudah harus diperhitungkan.
Tegangan-tegangan yang timbul pada balok pracetak diakibatkan
oleh : • Gaya prategang efektif (Pe)
• Momen akibat berat sendiri balok
pracetak (MG)

Tegangan Tekan pada sisi bawah balok Pracetak

−Pe Pe . e M G
f 'b= − +
A Sb Sb

Tegangan Tarik pada sisi atas balok Pracetak

−Pe Pe . e M G
f a= − +
A Sa Sa
Gambar 041 C
Tahap pekerjaan plat lantai yang dicor setempat. Disini pekerjaan plat
diperhitungkan tanpa perancah, jadi disini belum terjadi composite
action.
Tegangan pada balok pracetak yang diakibatkan oleh momen akibat
berat plat yang dicor ditempat ( MP ) adalah :

Tegangan Tarik pada sisi bawah balok Pracetak :

MP
fb
Sb
Tegangan Tekan pada sisi atas balok Pracetak :

−M p
f a' =
Sa
Dimana : Mp : momen akibat berat plat yang dicor ditempat.
Catatan :
Disini berat formwork tidak diperhitungkan karena tegangan-tegangan
ini akan dijumlahkan dan dikontrol terhadap tegangan yang diijinkan
secara total pada saat layan dimana pada saat tersebut formwork
sudah dibongkar. Tetapi bila berai formwork tersebut cukup signifikan
perlu dikontrol tersendiri pada saat setelah tahap pengecoran selesai
apakah tegangan pada balok pracetak ada yang melebihi tegangan
yang diijinkan.
Gambar 042 D
Pada tahapan ini konstruksi sudah berfungsi sebagai struktur komposit.
Tegangan –tegangan yang timbul pada balok komposit akibat beban
mati tambahan (finishing dll) dan beban hidup adalah :

Tegangan Tarik pada serat bawah Balok Komposit :

MS
f b=
S 'b
Tegangan Tekan pada serat atas Balok Komposit :

' −M S
f a=
S 'a
Dimana : MS : momen pada balok komposit akibat beban mati
tambahan (finishing lantai, plafond yang digantung
dibawah lantai dll) dan momen akibat beban hidup
maksimum.
Sa’ : modulus penampang (section modulus) atas
balok komposit.
S b’ : modulus penampang (secion modulus) bawah
balok komposit.

Ic Ic
Sa ' = dan S b ' =
ya ' yb '
Ic : momen inersia penampang balok komposit
Catatan :
Untuk pengecoran plat lantai dengan penyokong (perancah), maka
tahap gambar 041 C ditiadakan, dan langsung kegambar 042 D
dengan MS adalah momen akibat berat plat yang dicor setempat +
beban mati tambahan (finising dll) + beban hidup maksimum.

Gambar 042 E
Diagram tegangan disini merupakan resultante tegangan-tegangan
pada gambar 041 B + gambar 041 C + gambar 042 D, jadi :

Tegangan Tarik pada serat bawah balok komposit :

−Pe Pe . e M P M S
f b= − + + (I )
A Sb Sb Sb'

Tegangan Tekan pada serat atas balok Komposit :


' −M S
f a= ( II ) → tegangan tekan pada permukaan atas
Sa'
plat

Tegangan Tekan pada serat atas balok Pracetak

'
P P .e M M M S ( y a−t )
f = e+ e − G − P−
'
( III )
A Sa Sa Sa Ic
Dari ketiga persamaan diatas I, II, III dikontrol agar tegangan yang
terjadifb,fadanf tidakmelampaui tegangan yang di-ijinkan oleh code
( ACI dan SNI ) yang dipergunakan dalam desain.
Untuk pengecoran plat yang menggunakan penyokong atau perancah,
persamaan menjadi :
Tegangan Tarik pada serat bawah balok Pracetak
−Pe Pe . e M P M S
f b= − + + (A )
A Sb Sb Sb'

Tegangan Tekan pada serat atas balok Komposit


−M S
f 'a= (B)
Sa'
Tegangan Tekan pada serat atas balok Prategang

'
'P e Pe . e M G M P M S ( y a−t )
f= + − − − (C )
A Sa Sa Sa Ic

Dalam hal ini MSadalah momen yang diakibatkan oleh berat pelat
lantai dengan finishingnya dan beban hidup diatas pelat lantai.
Sama seperti pada pengecoran yang tanpa perancah diatas, dari
ketiga persamaan A, B dan C dikontrol agar tegangan yang terjadi fb,
fadanftidak melampaui tegangan yang di- ijinkan oleh code (ACI atau
SNI) yang dipergunakan dalam desain.

Gambar 042 F
Diagram tegangan dengan methode kekuatan batas untuk mengontrol
kapasitas balok dalam memikul momen.
Tegangan pada baja prategang saat balok mencapai kuat nominalnya
(fps) dapat dihitung dengan rumus (9.1) pada halaman 62 diatas.
Dengan luas penampang baja prategang yang dipasang (Ap) dapat
dihitung :

Pe = AP x fps

Diasumsikan a ≤ t → dimana t = tebal plat yang dicor ditempat


Jadi : C = 0,85 fc’ BTR a
A p . f ps
∑H = 0 → C = Pe→ a =
0,85. f 'c . BTR

Bila : a ≤ t → Asumsi betul → Z = dp + t – ½ a → Mn = Pe x Z → Mu =


ØMn
Bila : a ˃ t → Asumsi salah, dihitung sebagai balok T murni (lihat
contoh-contoh diatas)

Contoh Soal 19
Suatu jembatan simple beam dengan bentangan L = 25 m, jarak
antara balok induk prategang pracetak B = 1,80 m. Plat lantai yang
dicor ditempat tanpa perancah tebalnya adalah t = 25 cm, sedangkan
lapisan perkerasan aspal tebal rata-rata 7 cm, sketsa seperti gambar
dibawah ini.

Mutu balok pracetak K


500 dengan berat wc
= 2.500 kg/m3.

Mutu plat yang dicor


ditempat K 250 de-
ngan berat wc =
2.400 kg/m3.

Baja prategang
dipergunakan :
ASTM A 416 Grade
270
fpu = 1.860 MPa
Kehilangan gaya
prategang total 15 %

1. Rencanakan dengan pendekatan theori elastis balok pracetak


tersebut, gaya prategang yang diperlukan, ukuran baja
prategangnya dan posisi tendon untuk ditengah-tengah
bentangan balok.
2. Bila untuk penulangan geser dipergunakan besi ulir dengan fy =
3.900 kg/cm2, rencana- kan shear connectornya.
3. Kontrol kapasitas balok pracetak tsb. dengan pendekatan theori
kekuatan batas.

Penyelesaian :
Estimasi penampang balok Pracetak :
Luas penampang balok
pracetak A = 4.700 cm2

300.250,00
Yb = = 63,88 cm dan ya = 135 – 63,88 = 71,12
4.700,00
cm
Luas Jarak kesisi Statis Momen
Bagian ( cm bawah y ( cm ) Axy
J I 2
)
B Io ( a (
a cm A
( cm
r A 900. 127.50 114,750.00
gi 4 ) a
a c 00 116.67 23,334.00
A k m B
n 200. 72.50 137,750.00
4
C 00 28.33 5,666.00
k 1,90 12.50 18,750.00
e D
) 0.00
I E 200.
c o 00
. 1,50
g + 0.00
. Jumlah 4,700.00 300,250.00
c
A
y
(c
m) .
y
2

A 900.
6 3,65
3 9,62
B
200.
. 8.96
C 6 558,
1,90
2 467.
D
0.00
5
E 200.
2 1,57
. 0,13
1,50
7 6.66
0.00
9 253,
8 871.
.
6 4,03
2 7,98
3 1.60
5
.
5
5
5
1
.
3
8
4, 1
J 7 0
u 0 ,
m 0. 0
l 0 8
a 0 0
h ,
0
86.76
10,080,087.
00

I 10.080 .087 I 10.080 .087


Sa = = =141,734 cm3 Sb = = =¿ 157,797
ya 71,12 yb 63,88
cm3

Perhitungan lebar efektive plat (BE)


BE≤ ¼ L = ¼ x 25 =6,25m }
BE≤ B =1,80m } diambil BE = 1,80 m
BE≤ 16 t + bf = 16 x 0,25 + 0,60 =
4,60 m }
Plat K 250 → fc’ = 0,83 x 250 = 207,5 kg/cm2 = 20,75 MPa
Ept = 0,043 wc1,5√ f c ' = 0,043 ( 2.400 )1,5= 23.030 Mpa
Balok K 500 → fc’ = 0,83 x 500 = 415 kg/cm2 = 41,50 Mpa
Eblk = 0,043 wc1,5√ f c ' = 0,043 (2.400)1,5√ 20,75 = 23,030 Mpa
E pt 23.030
n= = =¿0,665 →Btr = n BE = 0,665 x 1,80 = 1,196 m
E blk 34.626
≈ 1,20 m

Luas Jarak kesisi


Bagian Momen
( cm2 ) bawah
A.y
A y ( cm )
442,500.0
147.5
Plat 3,000.00 0
0
Balok 4,700.00 300,236.0
63.88
0
Jumlah 7,700.00 742,736.0
0
742.736,00
y 'b= =¿ 96,46 cm y 'a= ( 135+ 25 )−96,46=¿ 63,46 = 63,54 cm
7.700,00
Jarak ke
Luas ( cm2 ) Ic = Io + A y2
Bagian Io ( cm4 ) c.g.c'
A ( cm4 )
y ( cm2 )
Plat 156,250.00 3,000.00 51.04 7,971,494.80
Balok 10,080,086.7 4,700.00 32.58 15,068,931.8
6 4
Jumlah 7,700.00 23,040,426.6
4
23,040,427.0
0

I c 23.040 .427 I c 23.040 .427


S'a = = =¿ 362.613 cm3 S'b = = =¿
ya ' 63,54 yb ' 96,46
238.860 cm3

Perhitungan Beban Mati (Dead Load)


Berat sendiri (self weight) balok pracetak :
Gblk = A x 1.00 x wc = 0,47 x 1,00 x 2.500 = 1.175 kg/m’
MG = 1/8 gblk L2 = 1/8 1.175 252 = 91.796,875 kgm = 8.437.500
kgcm
Berat plat lantai yang dicor ditempat :
Gpl = t x B x 1,00 x w c = 0,25 x 1,80 x 1,00 x 2.400 = 1.080
kg/m’
Mp = 1/8 gpl L2 = 1/8 1.080 252 = 84,375 kgm = 8.437.500 kgcm
Berat lapisan asphalt :
Gasp = t’ x B x1,00 x γ aspal = 0.07 x 1,80 x 1,00 x 2.240 = 282,24
kg/m’
Masp = 1/8 gasp L2 = 1/8 282,24 252 = 22.050 kgm

Perhitungan Beban Hidup (Live Load)


a. Beban Merata
Untuk L≤30 m → q = 900 kg/m2
Beban merata per m’ panjang balok pracetak : gL = 1,80 x 900
= 1.620 kg/m’
b. Beban Garis
p = 4.900 kg/m’ lebar jembatan
Beban titik pada balok pracetak : P = 1,80 x 4.900 = 8.820 kg
Faktor beban dinamis (FBD) untuk L ≤ 50 m → FBD = 40 %

Jadi : ML =1/8 gL L2 + (1 + FBD) x ¼ x P x L


ML =1/8 1.620 252 + (1 + 0,40) x ¼ x 8.820 x 25 = 203.737,50
kgm

MS = Masp + ML = 22.050 + 203.737,50 = 225.787,50 kgm =


22.578.750 kgcm

Resume Momen akibat beban :


Akibat berat sendiri balok pracetak : MG = 9.179.687 kgcm
Akibat plat cor ditempat : MP =8.437.500 kgcm
Akibat beban pada plat : MS =22.578.750 kgcm
Dari ketiga beban ini, karena pengecoran plat tanpa perancah, maka
aksi komposit baru terjadi pada MS.

Dicoba untuk ditengah-


tengah bentangan posisi
tendon do = 15 cm dari
sisi bawah balok pracetak.
Jadi eksentrisitas :

e = yb – do = 63,88 – 15 =
48,88 cm

1. Tegangan Tarik Total pada serat bawah balok pracetak :


−P E P E . e M G M P M S
f b= − + + + ≤ F ts
A Sb Sb Sb Sb'

Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 tegangan tarik yang diijinkan


pada saat service atau layan : Fts= ½ f c '=¿ ½ √ 41,50 = 3,221

Mpa = 32,21 kg/cm2

−P E PE .48,88 9.179.687 8.437 .500 22.578 .750


− + + + =32,21
4.700 157,797 157.797 157.797 238.860
-0,000213 PE – 0,000310 PE+ 58,17 + 53,47 + 94,53
= 32,21
0,000523 PE = 58,17 + 53,47 + 94,53 – 32,21
58,17+53,47+94,53−32,21
PE = =
0,000523
332.619,50 kg
Tegangan Tekan Total pada serat atas balok pracetak :

'
−P E PE . e M G M P M S ( y a −t )
f a= + − − −
A Sa Sa Sa Ic
−332.619,50 332.619,50 x 48,88 9.179.687 8.437 .687 22.578 .750 x ( 63,5
f a= + − − −
4.700 141,748 141.748 141.748 23.040 .42
fa = -70,77 + 114,67 – 64,74 – 59,51 – 37,77 = -118,12 kg/cm 2
(tekan)
Sesuai SNI 03-2847-2002 tegangan tekan ijin pada saat service
adalah :
Fcs = 0,60 x fc’ = 0,60 x 415 = 249 kg/cm2
fa = 118,12 kg/cm2< Fcs = 249 kg/cm2 → OK
Kontrol tegangan tekan pada sisi atas plat :

M s 22.578 .750
fa’= = = 62,27 kg/cm2≤Fcs = 249 kg/cm2→ OK
Sa 362.613

Kehingan gaya prategang total 15 %

Pi = 1,15 x PE = 1,15 x 332.619,50 = 382.512,42 kg

fpy = 0,85 x fpu = 0,85 x 1.860 = 1.581 MPa = 15.810 kg/cm 2

Pi 382.512,42
Ap perlu = = =¿ 24,19 cm2
f py 15.810

Dipakai kawat Ø 1,25 cm → Ap-tunggal = ¼ π 1,252 = 1,227 cm2

A p perlu 24,19
Jadi dperlukan : np= = =¿ 19,71 ≈ 20 buah
A p tunggal 1,227

Dipasang 2 tendon @ berisi 10 Ø1,25


Gaya prategang awal maksimum yang dapat diberikan :
Pi-mak = fpy x Ap-terpasang = 15.810 x 20 x 1,227 = 387.977 kg

Tegangan Tarik pada sisi atas balok pracetak pada saat transfer

−Pi−maks Pi−maks xe M G
fa = + −
A Sa Sa
−387.977 387.977 x 48,88 9.179.687
= + −
4.700 141.784 141.784
= - 82,55 + 133,75 – 64,74 = - 13,54 kg/cm2 (tekan)

Jadi tidak terjadi tarikan disisi atas, dan tegangan tekan yang terjadi ≤
Fci →OK
Dimana : Fci= tegangan tekan ijin pada saat transfer = 0,60 x 415 =
249 kg/cm2

Tegangan Tekan pada sisi bawah balok pracetak pada saat transfer

−Pi−maks Pi−maks xe M G
fb = − +
A Sb Sb
−387.977 387.977 x 48,88 9.179.687
= − +
4.700 157.797 157.797
= - 82,55 - 120,18 + 58,17 = - 144,56 kg/cm 2 (tekan)<Fci = 249
kg/cm2. OK
Kesimpulan : Design penampang, Gaya Prategang dan baja Prategang
telah OK

2. Perencanaan Shear Connector


qT = gblk + gpl +
gasp + gL
qT = 1.175 + 1.080 +
282,24 + 1.620
qT = 4.157,24
kg/m’
PL = 8.820 kg
Faktor Beban Dinamis
(FBD) = 40 %

Gaya geser maksimum :


Vu = ½ x 1,00 x L x qT + ( 1 + FBD ) x PL
Vu = ½ x 1,00 x 25 x 4.157,24 + ( 1 + 0,40 ) x 8.820 = 64.313,50 kg
Sesuai dengan SNI 03 – 2874 – 2002

Vu
Tegangan geser horizontal : τ=
∅.b.d
Dimana : b = 20 cm, diambil tebalnya web, karena shear
connector-nya ditanam di-webnya

d = tinggi effektif balok komposit, dihitung dari


serat tertekan paling atas kepusat tulangan tarik
non prategang.
Jarak pusat tulangan tarik non prategang dari sisi
bawah balok pracetak 7,5 cm.

d = 135 + 25 – 7,5 = 152,50 cm


Øfaktor reduksi untuk geser ≈ 0,85

Vu 64.313,50
τ= = =¿24,81 kg/cm2
∅ . b . d 0,85 x 20 x 152,5
Untuk shear connector dicoba dengan D 13
As = 2 x ¼ π d2 = 2 x ¼ π 1,32 = 2,65 cm2
Jarak shear connector :

f y A s 3.900 x 2,65
s= = =¿20,28 cm→ diambil s = 20 cm
bxt 20 x 24,81
Jadi shear connector dipakai : 2 D13 – 20
3. Kontrol Kapasitas Penampang
Kapasitas penampang dikontrol dengan pendekatan theori
kekuatan batas
Tegangan tendon pada saat penampang mencapai kekuatan
nominal, dapat dihitung dengan rumus dari SNI 03 – 2874 – 2002

γp f
[ {
f ps=f pu 1−
β1
ρ1 pu +
d
f c ' dp❑
( ω−ω ' )
}]
Untuk : fpy= 0,85 fpu→γ p = 0,40
fc’ = 415 kg/cm2 = 41,50 MPa ≤ 30 MPa
β 1= 0,85 – 0,008 ( fc’ - 30 ) = 0,85 – 0,008 ( 41,50 – 30 )
= 0,758
Ap
ρp= → A p = Ap-terpasang = 20 x 1,227 = 24,54 cm2
BTR d p

Dp = 135 + 25 – 15 = 145 cm
24,54
ρp= =¿ 0,001394
120 x 145
Karena baik penulangan tarik maupun penulangan tekan non
prategang tidak diperhitungkan untuk memikul beban, maka : ω = 0
dan ω'= 0

0,40 1.860
[
f ps=1.860 1−
0,758 {
0,001394
41,50
=¿ }] 1.798,66 Mpa =

17.987 kg/cm2

T = Ap x fps= 24,54 x 17.987 = 441.401 kg

Di-asumsikan a ≤ t = 25 cm → C = 0,85 fc’ Btr a = 0,85 x 415 x 120 a


∑H=0→C=T

0,85 x 415 x 120 a = 441.401


441.401
a= =¿ 10,43 < t = 25 cm → OK
0,85 x 415 x 120

Lengan momen Z = 135 + 25 – 15 – ½ x 10,43 = 139,8 cm = 1,398 m

Mn = T x z = 441.401 x 1,398 = 617.078 kgm

Momen maksimum yang dapat dipikul penampang :

Mu = Ø Mn = 0,80 x 617.078 = 493.662 kgm

Aktual momen yang harus dipikul : Maktual = MG + MP + MS

Maktual = 91.796,87 + 84.375 + 225.787,50 = 401.959,37


kgm <Mu → OK

Anda mungkin juga menyukai