Anda di halaman 1dari 35

3.2.

PERENCANAAN PENAMPANG BATANG BAB


TERHADAP BEBAN AKSIAL 2

3.2.1. Perencanaan Batang Tarik

Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik, yaitu
komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada struktur.
Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga mencapai
keruntuhan.
Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tarik apabila kekakuan
lenturnya dapat diabaikan seperti pada kabel atau rod. Kemungkinan lain adalah elemen
dengan kondisi sambungan dan pembebanan yang menimbulkan hanya gaya aksial
pada elemen seperti pada elemen rangka batang.

3.2.1.1. Kuat Rencana Batang Tarik


Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus
memenuhi:
Nu  Ø. Nn .............................................................(1.3.2.1)
Kuat tarik rencana, Krs.Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:

a. Kondisi Leleh sepanjang batang:


Nn = Ag .fy ... ………………..………......(2.3.2.1)
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Nn = Ae .fu …………..…………...(3.3.2.1)
dimana:
Ag = luas penampang kotor
Ae = luas efektif penampang (lihat penjelasan berikutnya)
fx = tegangan leleh yang digunakan dalam desain
fu = kekuatan (batas) tarik yang digunakan dalam desain
Angka koefesien reduksi Krs sebesar 0,75 untuk kondisi batas fraktur diambil
lebih kecil daripada untuk kondisi leleh, mengingat kondisi fraktur lebih
getas/berbahaya dan harus lebih dihindari. Penggunaan luas A g pada kondisi batas leleh

Struktur Baja Jembatan 3-14


Moeljono
dapat digunakan mengingat kelelehan plat pada daerah berlubang akan diikuti oleh
redistribusi tegangan di sekitarnya selama bahan masih cukup daktail (mampu
berfeformasi plastis cukup besar) sampai fraktur terjadi. Kondisi pasca leleh hanya
diijinkan terjadi pada daerah kecil/pendek di sekitar sambungan, karena kelelehan pada
seluruh batang akan menimbulkan perpindahan relatif antara kedua ujung batang secara
berlebihan dan elemen tidak mampu lagi berfungsi.

3.2.1.2. Penampang Efektif Ae


Pada daerah sambungan terjadi perlemahan elemen tarik akibat:
 Shear lag sehingga luas efektif harus direduksi dengan koefesien U
 Pengurangan luas penampang karena pelubangan sehingga yang dipakai pada
daerah ini adalah luas bersih An
Koefesien Reduksi Penampang akibat Shear Lag:
Elemen batang selain plat datar yang disambung akan mengalami tegangan tarik
yang tidak merata pada daerah sambungan. Hal ini disebabkan adanya perubahan letak
titik tangkap gaya P pada batang tarik:
Di tengah bentang : pada berat penampang
Di daerah sambungan : pada sisi luar penampang berbaut yang bersentuhan
dengan elemen plat yang disambung
x

P P

Gambar. 3.2.a. (Daerah sambungan dengan baut)

Pada gambar di atas, bagian plat siku vertical memikul sebagian besar beban
transfer dari baut. Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi
lubang baut, barulah seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik
secara merata. Keadaan ini sering disebut ‘shear-lag’. Oleh karena itu daerah

Struktur Baja Jembatan 3-15


Moeljono
penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban tarik P
belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur
diagunakan luas enampang efektif, Ae:
Ae = A.U………………………..…................................(4.3.2.1)
dimana:
U : koefesien reduksi
= ..

…................................................(5.3.2.1)

Harga U dibatasi sebesar 0,9; namun dapat diambil lebih besar dari nilai ini
apabila dapat dibuktikan dengan kriteria yang dapat diterima.
x’ : eksentrisitas sambungan
L : panjang sambungan dalam arah gaya, yaitu jarak terjauh antara dua baut
pada sambungan.
A : harga luas penampang yang ditentukan menurut kondisi elemen tarik yang
disambung, sebagai berikut:

Luas Penambang Bersih An:


a) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh baut:
A = An = luas penampang bersih terkecil antara potongan 1 - 3 dan potongan 1-2-3

s Gambar. 3.2.b. (Luas Penampang bersih)

1
u
P 2 P
u
3

Struktur Baja Jembatan 3-16


Moeljono
Potongan 1-3 : An = Ag – n d t
Potongan 1-2-3 :
dimana : Ag = luas
penampang kotor
t = tebal
penampang
d = diameter
lubang {diameter lubang standar = diameter baut + 2 x (1,6 mm)}
n = banyaknya lubang dalam garis potongan
s = jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen
u = jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu komponen
struktur
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas
penampang utuh.
b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan plat, atau
oleh kombinasi las memanjang dan melintang:
1

P P

1 Potongan 1-1
Gambar. 3.2.c. (Sambungan Las pada Profil Siku)

c) Gaya tarik disalurkan hanya oleh las melintang:


A = luas penampang yang disambung las
U = 1, bila seluruh ujung penampang di las

Struktur Baja Jembatan 3-17


Moeljono
Gambar. 3.2.d. (Sambungan Las Pada Ujung Batang)

d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi
bagian ujung elemen :
A = Aplat
l  2w : U =1,0
2w  l  1,5w : U = 0,87
1,5w  l  1w : U = 0,75
Dimana:
w : lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
selain uraian tersebut di atas, ketentuan di bawah ini dapat digunakan:
1) Penampang  (W, M, S pada AISC manual) dengan b/h > 2/3 atau penampang T
yang dipotong dari penampang I ini dan
2) Sambungan pada plat sayap dengan n baut > 3 per baris (arah gaya), U = 0,90
3) Seperti butir a., tetai untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun: U = 0,85
4) Semua penampang dengan banyak baut = 2 per-baris (arah gaya): U = 0,75
Penentuan x’ dan I untuk beberapa kasus penampang dan sambungan
ditunjukkan pada gambar-gambar berikut ini:
Gambar.3.2.e. (Susunan Sambungan Baut pada Batang Tarik Yang Mempengaruhi
harga x’)
x

T
x

l
Menentukan nilai x dan i di sambungan zigzag pada Profil Siku
x

Struktur Baja Jembatan 3-18


Moeljono
x x

Sambungan pada Flens Sambungan pada badan

Menentukan nilai x dan i di sambungan pada Profil I.WF

x
x

Menentukan nilai x dan i di sambungan pada Profil [ .NP

3.2.1.3. Kelangsingan Batang Tarik


Batasan kelangsingan yang dianjurkan dalam peraturan ditentukan berdasarkan
pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis untuk:
a. Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam fabrikasi,
transportasi dan tahap konstruksi
b. Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
c. Menghindari getaran.
Batasan kelangsingan, l, ditentukan sebagai berikut:
l < 240 , untuk komponen utama
l < 300 , untuk komponen sekunder
dimana : l = L/I
L = panjang batang tarik
i =

……………………………………………….....(6.3.2.1)
Untuk batang bulat, diamter dibatasi sebesar 1/d< 500

Struktur Baja Jembatan 3-19


Moeljono
3.2.1.4. Keruntuhan Geser Blok
Selain diperiksa terhadap kegagalan pada suatu penampang (akibat leleh
maupun fraktur), komponen tarik harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan
akibat terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini dikenal
dengan blok shear repture’. Aturan yang berhubungan dengan perencanaan geser blok
diatur secara explicit pada AISC spedification, sedangkan pada Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja hal ini tidak diatur dengan asumsi mode jeruntuhan ini tidak akan terjadi
apabila penyusunan baut telah memenuhi prasyarat jarak-jarak minimum.
S1 S2

s
T
s

Gambar. 3.2.f. (Bidang Geser Blok sejajar gaya)

Pada gambar di atas, kegagalan dapat terjadi akibat robeknya daerah yang diarsir.
Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir dengan
kombinasi tegangan tarik pada penampang vertikal dan tegangan geser pada
penampang horizontal. Keruntuhan terjadi apabila kedua permukaan (vertikal dan
horizontal) telah mencapai kondisi batas. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok
geser, yaitu :

1. Pelelehan geser – Fraktur tarik


Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags)............................................................(7.3.2.1)

Struktur Baja Jembatan 3-20


Moeljono
Gambar.3.2.g (Bidang Geser Blok di ujung batang)

2. Fraktur geser – Pelelehan tarik


Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans) ...........................................................(8.3.2.1)

Gambar. 3.2.h.
(Bidang Geser Blok ditepi
batang )

dimana ; Ags = Luas bruto yang mengalami pelelehan geser


Agt = Luas bruto yang mengalami pelelehan Tarik
Ans = Luas bersih yang mengalami fraktur geser
Ant = Luas bersih yang mengalami fraktur tarik
Sebagai contoh, berdasarkan gambar di atas, bermacam-macam besaran dapat dihitung
sebagai berikut :
Agt = s.t +s.t = 2s.t
Ant = (s.t –d/2.t) + (s.t –d/2.t) = s.t – d.t
Bidang geser :
Ags = (S1+s2) + (S1+S2).t = 2 (S1+S2).t
Ans = (S1+S2-11/2).t +(S1+S2-11/2d).t
Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok plat ujung terhadap geser pada baut.
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans...............................................................(9.3.2.1)

3.2.1.5. Penampang Tersususn


Secara umum, penggunaan profil structural tunggal pada batang tarik lebih
ekonomis dibandingkan dengan profil tersusun. Penggunaan profil tersusun mungkin
diperlukan bila :
a. Kapasitas tarik dari batang tunggal tidak mencukupi

Struktur Baja Jembatan 3-21


Moeljono
b. Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
c. Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan kekauan
lateral yang lebih besar.
d. Masalah estetika.
Batang tarik yang terdiri dari penampang tersusun harus direncanakan bekerja
secara efektif, yaitu semua penampang memikul gaya yang terdistribusi secara merata.
Komponen struktur tarik yang terdiri dari profil-profil tersusun, dapat dibentuk melalui
batang-batang yang saling membelakangi, baik dengan perantaraan plat buhul atau
dengan cara bersinggungan langsung, atau dapat pula berupa komponen struktur yang
tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan dengan terali atau plat kopel.
a. Komponen struktur tarik tersusun dari dua buah profil saling membelakangi
Terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk penampang tersusun jenis
ini.
1. Batang tarik dengan profil-profil yang terpisah oleh plat pengisi
Profil-profil tersebut harus dihubungkan dengan salah satu cara berikut:
 Disambung dengan las atau baut pada jarak interval tertentu sehingga
kelangsingannya untuk setiap komponen tidak melebihi 240.
 Disambung dengan sistem sambungan yang direncanakan sedemikian
sehingga komponen struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga benteng
sama panjang. Sistem sambungan harus direncanakan dengan menganggap
bahwa pada sepanjang komponen struktur terdapat gaya lintang sebesar 0,02
kali gaya aksial yang bekerja pada komponen
2. Komponen struktur tarik dengan profil yang bersinggungan langsung dan saling
membelakangi.
Profil-profil harus disambung pada jarak tertentu sehingga komponen
struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga bentang sama panjang. Sistem
sambungan harus direncanakan dengan menganggap bahwa pada sepanjang
komponen struktur terdapat gaya lintang sebesar 0,02 kali gaya aksial yang
bekerja pada komponen struktur.
b. Komponen struktur tarik dengan penghubung

Struktur Baja Jembatan 3-22


Moeljono
Komponen struktur tarik yang tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan
dengan terali atau plat kopel harus memenuhi:
c. Kelangsingan komponen, dengan memperhitungkan jarak antar elemen
penghubung tidak lebih dari 240 untuk komponen struktur utama, dan tidak lebih
dari 300 untuk komponen struktur sekunder.
d. Tebal elemen penghubung tidak kurang dari 0,02 dikalikan dengan jarak antara
garis sambungan pelat penghubung dengan komponen utama.
e. Panjang pelat kopel tidak kurang dari 0,67 dikalikan dengan jarak antara garis
sambungan pelat kopel dengan komponen utama.
f. Pelat kopel yang disambung dengan baut harus menggunakan paling sedikit dua
buah baut yang diletakkan memanjang searah sumbu komponen struktur tarik.

3.2.1.6. Batang dengan Sambungan Pen


Batang tarik dengan ujungnya berupa pen seperti terlihat pada gambar, banyak
dijumpai pada jembatan yang dibangun pada masa lalu. Kekuatan batang tarik akan
ditentukan oleh efektifitas ujung pen dalam mentransfer gaya tarik pada batang. Untuk
itu, ujung batang harus direncanakan terhindar dari kegagalan yang berupa:
1. Fraktur akibat pelat bagian ujung kurang panjang.
2. Fraktur akibat penampang bersih yang kurang besar.
3. Tekuk lateral pelat bagian ujung akibat terlalu langsing.
Aaa

Abb An P
b Ac
Acc Gambar. 3.2.i (Sambungan Pen)

Untuk menghindari kegagalan-kegagalan tersebut maka sambungan pen pada


komponen struktur tarik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
g. Tebal komponen struktur tanpa pengaku yang mempunyai lubang sambungan
pendel harus lebih besar atau sama dengan 0,25 dikalikan jarak antara tepi lubang
pen ke tepi komponen struktur yang diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu
aksis komponen struktur. Batasan ini tidak berlaku untuk tebal lapisan-lapisan yang
menyusun komponen struktur tarik yang digunakan dengan menggunakan baut.

Struktur Baja Jembatan 3-23


Moeljono
t1 > 0,25 b ……………………....................(10.3.2.1)
h. Luas irisan pada bagian ujung komponen struktur tarik di luar lubang pen, sejajar
atau di dalam sudut 450 dari sumbu aksis komponen struktur tarik, harus lebih besar
atau sama dengan luas bersih yang diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Abb > An ……………………...............…..(11.3.2.1)
i. Jumlah luas sebuah lubang pen, pada potongan tegak lurus sumbu aksis batang
tarik, harus lebih besar atau sama dengan 1,33 dikalikan dengan luas bersih yang
diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Aaa + Acc > 1,33 An ……………………....(12.3.2.1)
j. Plat pendidikan yang direncanakan untuk memperbesar luas bersih komponen
struktur atau untuk menaikkan daya dukung pen harus disusun sehingga tidak
menimbulkan eksentrisitas dan harus direncanakan mampu menyalurkan gaya dari
pen ke komponen struktur tar

Analisa Struktur
3.2.1.7. FLOWCHART DESAIN KOMPONEN TARIK
Pembeban
Hitung Gaya Tarik akibat masing-masing beban yg bekerja :
ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE
Hitung Gaya tarik Ultimate “NMulai
u “ dari kombinasi yang paling
menentukann

Dari panjang Hitung “imin” yang dibutuhkan


komponen L imin = l/240 , unt komponen utama
imin = l/300 , unt komponen sekunder

Hitung AE min yang dibutuhkan dari


kondisi batas leleh

Hitung Ae min yang dibutuhkan dari


Data Mutu
kondisi batas leleh
Baja : fy, fu

Ambil profil yang memiliki


Ag  Agmin
i  imin
Struktur Baja Jembatan 3-24
Moeljono
Data sambungan
Baut
Las

Data tipe profil


Dan ukuran 2
Penampang

1
Data Sambungan :
Baut : konfigurasi Hitung Ae dari Profil
& diameter baut yang dipilh
Las : Panjang las

Ae  Aemin 2
tidak

Ya
Pemeriksaan
Kekompakan Profil
“r”

Pemeriksaan daerah sambungan


“Blaok Geser Ujung” :
“.Nn” = min {.Nngs murni ; .Nngs tarik}

Perbesar jarak antara baut


dalam arah gaya
Pertebal pelat simpul

“.Nn”blok ujung

“.Nn”penampang terpilih

Struktur Baja Jembatan 3-25


Moeljono

Selesai
3.2.1.8 Rangkuman

1. Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik, yaitu
komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada
struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai keruntuhan.

2. Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus memenuhi
syarat : Nu  Ø. Nn

3. Kuat tarik rencana, .Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Ø . Nn = 0,9 Ag .fy
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Ø. Nn = 0,75 Ae .fu

4. Diperhitungkanya penampang Efektif Ae, karena pada daerah sambungan terjadi


perlemahan elemen tarik akibat akibat dari :
 Shear lag sehingga luas efektif harus direduksi dengan koefesien U
 Pengurangan luas penampang karena pelubangan sehingga yang dipakai pada
daerah ini adalah luas bersih An
Maka besar luas penampang efektif ditentukan Ae = A.U

Struktur Baja Jembatan 3-26


Moeljono
5. Selain diperiksa terhadap kegagalan pada suatu penampang (akibat leleh maupun
fraktur), komponen tarik harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan akibat
terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini dikenal
dengan blok shear repture’

6. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok geser, yaitu :


a. Pelelehan geser – Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).

b. Fraktur geser – Pelelehan tarik


Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans)

7. Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok geser plat ujung batang terhadap geser
pada baut. Dengan syarat yang harus dipenuhi adalah :
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans

8. Batasan kelangsingan untuk batang tarik dianjurkan dalam peraturan berdasarkan


pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis seperti :
 Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam fabrikasi,
transportasi dan tahap konstruksi
 Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
 Menghindari getaran.
Batasan kelangsingan, l, ditentukan sebagai berikut:
l < 240 , untuk komponen utama
l < 300 , untuk komponen sekunder

9. Penggunaan profil structural tunggal pada batang tarik lebih ekonomis dibandingkan
dengan profil tersusun. Penggunaan profil tersusun mungkin diperlukan bila :
 Kapasitas tarik dari batang tunggal tidak mencukupi

Struktur Baja Jembatan 3-27


Moeljono
 Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
 Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan
kekauan lateral yang lebih besar.
 Masalah estetika.

10. Penggunaan Profil tersusun pada batang tarik harus menggunakan penghubung
antara elemen penampang yang berupa terali atau pelat kopel dengan persyaratan
yang ditentukan

3.2.1.9. Kunci Tes Formatif

1. Kuat Tarik Rencana


Sebuah batang tarik berupa pelat (2x150 cm disambungkan ke pelat berukuran
(2x30) cm dengan las memanjang sepanjang 20 cm pada kedua sisinya, seperti
terlihat pada gambar.

Mutu baja Fy = 2400 kg/cm2, fu = 4000 kg/cm2.


Hitung Berapa besar beban rencana, Nu, yang dapat dipikul batang tarik

Jawab :
Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban yaitu
plat 2x15.
Kriteria disain ; Nu  Ø Nn
Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur :
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Nu = Ø . Nn = 0,9 Ag .fy

Struktur Baja Jembatan 3-28


Moeljono
0,9 . (2 x15) . 2400 = 64,8 ton
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Ø . Nn = 0,75 Ae .fu
Dimana : Ae = Ag . U
karena l/w = 20/15 = 1,33 Jadi U = 0,75
Ae = 0,75 . (2 x15) = 22,5 cm 2
Maka : Ø. Nn = 0,75 Ae .fu
0,75 . (2 x15). 0,75 . 4000 = 67,5 ton
Dari hasil kedua nila kuat rencana (Nu) yang menentukan adalah nilai (Nu) yang
terkeci, yaitu pada kondisi pelat leleh Nu < 64.8 ton

2. Desain Penampang
Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah :
Beban mati : Pd = 50 ton dan beban hidup : P1 = 40 ton.
Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I .WF mutu F y =
2400 kg/cm, fu= 4000kg/cm2 dengan kombinasi beban 1.4 Pd dan (1.2 Pd + 1.6 P1).

Jawab :
Beban rencana terfaktor, Nu:
Nu1 =1.4 Pd =1.4(50 ton) = 70 ton
Nu2 =1.2 Pd +1.6 P1 = 1.2 (50 ton) + 1.6 (40 ton) = 124 ton
Nu2 menentukan. = 124 ton
 Menhitung Ag minimum :
1. Kondisi leleh :
Nu = Ø . Nn = 0,9 Ag .fy
124.00 = 0,9 . Ag. 2400

2. Kondisi Fraktur :
Nu = Ø. Nn = 0,75
Ae .fu = 0,75 . (An .U ).
fu

Struktur Baja Jembatan 3-29


Moeljono
Untuk batang I. WF yang disambung pada kedua sayapnya seperti pada gambar
di bawah ini :

U=0.9 untuk b/h > 2/3

124.00 = 0,75 . An. 0,9 . 4000

Berdasarkan Ag > 57.41


cm2, diambil IWF-200
dengan tf = 12 mm

Lubang baut ; d=2,5 cm


Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4(2.5) (1.2) = 12 cm2
Maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 45.93 + 12 cm2
= 57.93 cm2
Dari kedua kondisi batas di atas, diambil harga terbesar :
Ag min = 57.93 cm2
Menghitung I – min untuk syarat kelangsingan :
i min = L/240 = 1000/240 cm = 4.17 cm >iy
Ambil : IWF 200.200.8.12
Cek : b/h = 1> 2/3 OK
A = 63.53 cm2 > 57.93cm2 Ok
iy = 5.02 cm > 4.17 OK (sedikit lebih boros)

Struktur Baja Jembatan 3-30


Moeljono
3.2.2. Perencanaan Batang Tekan

Penggunaan baja struktur yang paling perlu perhatian adalah sebagai batang
tekan, yaitu komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tekan antara dua titik
pada struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai kekuatan tertentu sebelum mencapai keruntuhan.
Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk. Kekuatan tekan komponen
struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh :
A. Bahan :
a. Tegangan leleh
b. Tegangan sisa
c. Modulus elastis
B. Geometri :
a. Penampang
b. Panjang komponen
c. Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh :

Struktur Baja Jembatan 3-31


Moeljono
 Tercapainya batas kekuatan
 Tercapainya batas kestabilan
Dimana batas kestabilan komponen struktur yang memikul gaya tekan harus
ditinjau pada kondisi tekuk/ batas kestabilan yang perlu diperhitungkan pada :
 Tekuk local elemen plat dan penampang profil
 Tekuk lentur
 Tekuk torsi atau kombinasi lentur dan torsi

3.2.2.1. Faktor Panjang Tekuk


Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya merupakan komponen
pada struktur segitiga (rangka batang) atau merupakan komponen struktur dengan
kedua ujung sendi. Untuk kasus-kasus ini, faktor panjang tekuk ditentukan tidak kurang
ditentukan dari panjang teoritisnya dari as-ke-as sambungan dengan komponen struktur
lainnya.
Lk = Kc . l > l ....................................................................................(1.3.2.2)

Sendi Sendi Jepit Bebas

Lk Lk Lk Lk

Sendi Jepit Jepit Jepit

Kc = 1 Kc = 0,7 Kc = 0,5 Kc = 2

3.2.2.2. Batas Kelangsingan


Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka kelangsingan
yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti berikut :
a. Untuk batang-batang yang
direncanakan terhadap beban

Struktur Baja Jembatan 3-32


Moeljono
tekan, angka perbandingan kelangsingan dibatasi :
...................................................................(2.3.2.2)
b. AISC (B7) menyatakan : “Kl/r preferably should not exceed 200”

3.2.2.3. Kemungkinan Terjadinya Tekuk


Beberapa kemungkinan terjadinya tekuk akibat gaya aksial tekan yang
menyebabkan batang tidak setabil lagi adalah :
A. Tekuk Lokal
Tekuk lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat gaya tekan terjadi :
 Tekuk lokal apabila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan
kritis plat.
 Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar, perbandingan
panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.
 Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan tebal dan lebar
elemen penampang yang menjamin tekuk local tidak akan terjadi sebelum tekuk
lentur. Hal ini diatur dalam peraturan dengan membatasi kelangsingan elemen
penampang komponen struktur tekan.

.................................................
(3.3.2.2)
Besarnya r ditentukan dalam
RSNI T-03.2005 Tabel .4
Misal pada
sayap profil siku .................
Bila penampang batang tekan
mempunyai harus dibuktikan
kekuatannya dengan analisis
yang rasional (atau Penampang
diganti)

B.. Tekuk Lentur


Kemungkinan-kemungkinan kondisi batas pada Tekuk lentur yang
diperhitungkan pada komponen struktur akibat gaya adalah :

Struktur Baja Jembatan 3-33


Moeljono
a. Tercapainya batas kekuatan (terjadi tekuk Plastis) :
Komponen struktur mencapai tegangan leleh tanpa masalah kestabilan
Berdasarkan kekuatan penampang
b. Komponen struktur mengalami tekuk lentur inelastic :
 Hasil test distandarisasi dengan persamaan interpolasi
 Dipengaruhi oleh tegangan sisa dan ketidak sempurnaan awal
c. Komponen struktur mengalami tekuk lentur elastis :
 Berdasarkan persamaan kestabilan persamaan kestabilan Euler
 Dipengaruhi oleh ketidak sempurnaan awal

C. Tekuk Lentur – Torsi


Tekuk lentur-Torsi terjadi :
1. Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban aksial tekan murni
ditentukan oleh tekuk lentur. Efisiensi sedikit berkurang apabila tekuk local
terjadi sebelum tekuk lentur.
2. Beberapa jenis penampang berdinding tipis seperti L,T,Z dan C yang umumnya
mempunyai kekuatan torsi kecil, mungkin mengalami tekuk torsi atau kombinasi
tekuk lentur – torsi
3. Untuk kepraktisan perencanaan, peraturan tidak menyatakan perlu memeriksa
kondisi tekuk torsi/lentur – torsi apabila tekuk local tidak terjadi kecuali untuk
penampang L-ganda atau T
4. Untuk komponen struktur dengan penampang L-ganda atau T harus
dibandingkan kemungkinan terjadinya tekuk lentur pada kedua sumbu utama
dengan tekuk torsi/lentur – torsi

3.2.2.4. Penampang Majemuk


Komponen struktur yang penampang batangnya terdiri dari beberapa elemen
penampang yang dihubungkan pada tempat-tempat tertentu dengan pelat kopel, seperti
pada gambar 3.2.j , kekuatannya nominalnya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan
sumbu bebas bahan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Struktur Baja Jembatan 3-34


Moeljono
a. Kelangsingan arah sumbu
bahan …….........
…………….....…(5.3.2.2)
b. Kelangsingan arah sumbu bebas bahan ....…………….....…(6.3.2.2)
c. Kelangsingan idel .………………….......................…(7.3.2.2)
d. Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
………………………(8.3.2.2)

Gambar. 3.2.j
Contoh Susunan
Penampang Batang Tekan
Pada Rangka batang

Struktur Baja Jembatan 3-35


Moeljono
l

Pelat Kopel h

L
l

l x1 X

y1
Y y
Gambar. 3.2.k. Susunan Batang dengan penampang Majemuk

Pelat Kopel sebagai penghubung elemen penampang, harus kuat dan stabil.
Agar Pelat kopel stabil, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

....................(9.3.2.2)
h

Struktur Baja Jembatan 3-36


Moeljono
3.2.2.5. Analisa Kekuatan Batang Tekan
Kekuatan Batang tekan yang mengalami tekuk telah dilakukan penelitiannya oleh
Euler yang telah kita kenal dengan besarnya gaya tekuk elastis Euler (Ncr). Besar Ncr
diambil dari besarnya gaya mulai terjadinya tekuk elastis pada batang tekan yang kedua
ujungnya dipegang oleh sendi, ditetapkan sebesar :

.................................................................................. (10.3.2.1)
dimana untuk batang sendi-sendi Lk = L , Maka dengan mengganti Bilangan L dengan
Lk, Rumus Tekuk Elastis Euler berlaku untuk semua kondisi batang sebagai berikut :

...............................................................................(11.3.2.1)
Besar Tegangan Kritis Tekuk
Euler : Bila maka :
Dengan = Faktor Tekuk
Maka dengan luas penampang
batang Ag dan mutu Baja fy
yang sama. Besar  tergantung
dari besarnya nilai Yang
disebut dengan nilai Parameter
Kelangsingan Batang .
Yaitu =

Struktur Baja Jembatan 3-37


Moeljono
Selanjutnya pada teori kekuatan batang tekan dengan Teori LRFD disyaratkan dalam
RSN. T. 03. 2005. Bahwa Batang tekan yang mengalami tekuk dikatakan kuat bila :

……………………….......
……………….(6.1 - 1)
RSN.T-03.2005

Dengan Besarnya Nn
ditetapkan dalam RSNI . T-03.2005 sebagai berikut :
a. Kekuatan terhadap kapasitas penampang (Tekuk Lokal)

Syarat
Bila penampang batang
tekan mempunyai harus
dibuktikan kekuatannya
dengan analisis yang
rasional (atau Penampang
diganti)

b. Kekuatan terhadap Panjang tekuk Bantang (Tekuk Lentur)


untuk
Pada Kondisi ini
Kekuatan Batang Tekan pada
Kekuatan Plastis

Untuk
Pada Kondisi ini,
Kekuatan Batang Tekan
mencapai pada Kekuatan Inelas

Struktur Baja Jembatan 3-38


Moeljono
Hitung Kapasitas penampang terhadap kondisi tekuk
lentur :

c. Kekuatan terhadap Tekuk Torsi ( Bila pada penampang bekerja bebn eksentris
terhadap titik berat penampang batang.
Besarnya Nn dihitung dengan rumus :

Hitung Kapasitas tekan penampang terhadap


kondisi tekuk lentur-torsi :

Selanjutnya lihat Diagram Alir Langkah-langkah perhitungan kebutuhan penampang


batang tekuk sebagai berikut :

Struktur Baja Jembatan 3-39


Moeljono
3.2.2.6. FLOWCHART DESAIN KOMPONEN TEKAN

Mulai

Analisa Struktur
 Pembeban
 Hitung Gaya Tekan akibat masing-masing beban yg bekerja :
 ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE
 Hitung Gaya Tekan Ultimate “Nu “ dari kombinasi yang paling
menentukan

Hitung “Nn” yang dibutuhkan

Ambil Profil yang memiliki :


Data tipe profil ix  ix min
Dan ukuran profil 2
iy  ix min

Ambil profil yang memiliki


Ag  Agmin
i  imin

Hitung nilai perbandingan lebar/tebal Web &


flens dari profil “”

Hitung Niali Maksimum “ =r”

Struktur Baja Jembatan 3-40


Moeljono
1

Pemeriksaan
tidak Kekompakan penampang
2 Profil
“r”

Ya

Hitung Kapasitas penampang terhadap kondisi tekuk


lentur :

Hitung Kapasitas tekan penampang terhadap


kondisi tekuk lentur-torsi :

Hitung Kapasitas Tekan Penampang


Nn = min { Nnx Nny Nnlt }

“.Nn” Terpilih
2 
“.Nn”Yang diperlukan
akibat beban kerja

Selesai
3.2.2.7. Rangkuman :

Struktur Baja Jembatan 3-41


Moeljono
1. Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk.

2. Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh :
a. Bahan : Tegangan leleh , Tegangan sisa, Modulus elastis
b. Geometri :
 Penampang
 Panjang komponen
 Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh
 Tercapainya batas kekuatan
 Tercapainya batas kestabilan

3. Faktor panjang tekuk ditentukan tidak kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as
sambungan dengan komponen struktur lainnya. Dengan panjang tekuk =
L k = Kc . l > l .

4. Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka kelangsingan
yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti berikut :

5. Kemungkinan Terjadinya
Tekuk akibat gaya aksial
tekan yang menyebabkan
batang tidak setabil lagi
adalah :
A. Tekuk Lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat gaya tekan terjadi :
 Apabila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan kritis plat.
 Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,
perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.
 Perencanaan dapat
disederhanakan dengan

Struktur Baja Jembatan 3-42


Moeljono
memilih perbandingan tebal dan lebar elemen penampang yang menjamin tekuk
local tidak akan terjadi sebelum tekuk lentur. Hal ini diatur dalam peraturan
dengan membatasi kelangsingan elemen penampang komponen struktur tekan
Besarnya r ditentukan dalam Buku .7 BMS sebagai berikut :

B. Tekuk Lentur
Tekuk lentur yang
diperhitungkan pada
komponen struktur
akibat gaya dengan
syarat :
Dimana :
a. Tercapainya batas
kekuatan Komponen
struktur mencapai
tegangan leleh tanpa
masalah kestabilan
Berdasarkan kekuatan penampang bila :

b. Komponen struktur
mengalami tekuk lentur
inelastic bila :

c. Komponen struktur
mengalami tekuk lentur elastis bila :
c  1,2  = 1,25c2

Struktur Baja Jembatan 3-43


Moeljono
3.2.2.8. Kunci Tes Formatif

1. Tentukan gaya aksial terpaktor (Nu = .Nn) dari batang tekan profil I.WF.450.300
yang dibebani secara aksial pada gambar dibawah ini (mutu baja fy = 250 MPa)

4.m

Nu

JAWAB :
Profil yang digunakan IWF 450.300.10.15 dengan besaran penampang sebagai berikut :
A = 135 cm2
ix = 18,6 cm
iy = 7,04 cm
a) Menentukan rasio kelangsingan
Untuk kondisi yang ujung-ujungnya jepit dan sendi: k = 0,8
Panjang tekuk : Lk = k.l
= (0,8) (4 m) = 3,2 m

Struktur Baja Jembatan 3-44


Moeljono
Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y-y (=sumbu lemah)
Karena :

b) Menentukan c

c) Menentukan daya dukung nominal tekan


Cek apakah perbandingan lebar terhadap tebal flens penampang (kelangsingan
pelat) lebih kecil dari r 

r =
f < r…………
ok (Jadi tidak
terjadi tekuk local)
Rumus Nn = Ag, fcr = Ag fy dapat digunakan
(a)
0,25 < < 1,2 maka (a) = 1,43
1,6 – 0,67 ….
= 1,137

Daya dukung nominal :


N n = A g fy
(a)
= (13500)(250 x 10-3)
1,137
= 2968,3 kN

Struktur Baja Jembatan 3-45


Moeljono
d) Menentukan gaya aksial terfaktor : Nu.
Nu< n Nn
……… = faktor reduksi kekuatan 0,85
Nu < (0,85) (2968.3)
Nu = 2523.0 kN

2. Berapa besar gaya tekan ultimate yang dimiliki penampang berikut ini, panjang
bentang 2,4 m

Profil L. 60.40.7

Besaran penampang
Ag = 655 mm2 ix = 18,7 mm ic = 20,0 mm
Ix = 230000 mm2
iy = 11,1 mm =
8,5 mm
Iy = 80700 mm2
e = 10,5 mm

a) Cek tekuk lokal


b) Estimasi jarak kopel minimum
c) Cek kestabilan elemen-elemen batang
d) Coba 6 daerah : =
e) Kelangsingan arah sumbu bahan
f) Cek: elemen-elemen batang harus lebih stabil dari barang majemuk
g) Kelangsingan arah sumbu bebas bahan
h) Kelangsingan ideal
i) Cek: elemen-elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
j) Kestabilan batang majemuk

Struktur Baja Jembatan 3-46


Moeljono
k) Pengecekan tekuk lentur-torsi

Kondisi batas yang menentukan adalah tekuk lentur torsi dan gaya tekan ultimate
yang bisa dipikul oleh batang ini adalah 89,8 kN.

3. Batang kenal tersusun seperti pada gambar direncakan memikul gaya tekan 2,50 kN
cek apakah batang tersebut mampu memikul gaya tersebut fy = 240 Mpa dan panjang
bentang 3 m.

40

35 20 35

Besaran penampang
Ag = 620 mm2 ix = 15 mm
Ix = 141000 mm2 iy = 10,4 mm
Iy = 67000 mm2 e = 13,3 mm

a) Cek tekuk total


b) Estimasi jarak kopel minimum
c) Coba ambil 3 daerah
d) Cek kestabilan batang
e) Coba ambil daerah 6 sehingga:
f) Kelangsingan arah sumbu
bahan ( sumbu x-x):
g) Cek kestabilan batang

Struktur Baja Jembatan 3-47


Moeljono
h) Kelangsingan arah sumbu
bebas bahan ( sumbu y-y):
i) Cek kestabilan batang
j) Perhitungan dimensi pelat
kopel
Syarat kekakuan pelat kopel
Ambil t = 7 mm (sama dengan tebal flens) maka didapatkan h = 37,7 mm maka ambil
h = 40 mm
Cek kekuatan pelat kopel:

Struktur Baja Jembatan 3-48


Moeljono

Anda mungkin juga menyukai