Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Roda Gigi Roda gigi merupakan komponen yang menghubungkan satu poros ke poros yang lain, dengan jumlah putaran dan arah putaran poros yang berbeda, atau dengan jumlah putaran yang sama. Fungsi utama dari roda gigi adalah sebagai penghantar daya dari poros penggerak ke poros utama atau poros yang digerakkan dengan reduksi putaran tertentu. Roda gigi diklasifikasikan menurut letak poros, arah putaran, dan bentuk jalur gigi.

Gambar 1.1. Macam-macam roda gigi


Sumber: Sularso, 1997 : 213

Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya sejajar dengan dua bidang silinder (bidang jarak bagi). Kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar. Roda gigi lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros. Roda gigi miring (b) mempunyai jalur yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi. Roda gigi miring sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dengan beban yang besar. Roda gigi miring ganda (c) adalah pengembangan dari roda gigi mirin. Roda gigi dalam (d) dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi yang besar. Batang gigi (e) merupakan dasar profil pahat pembuatan gigi. Jenis lain dari roda gigi dengan sifat-sifat dan keunggulan masing-masing; roda gigi kerucut lurus (f), roda gigi kerucut spiral (g) dan lain-lain. Roda gigi yang telah disebutkan di atas semuanya mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara kedua poros. Disamping itu ada pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi, seperti misalnya roda gigi eksentris, roda gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong pada meteran air dan lain-lain. Ada pula Roda gigi dengan putaran yang terputus-putus dan roda gigi Geneva yang dipakai, misalnya untuk menggerakkan film pada proyektor bioskop.

Dalam teori roda gigi pada umumnya dianut anggapan bahwa roda gigi merupakan benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan bentuk jangka waktu yang lama. Namun pada apa yang disebut transmisi harmonis, diperlukan gabungan roda gigi yang bekerja dengan deformasi elastis dan tanpa deformasi. 1.2 Roda Gigi Lurus 1.2.1 Pengertian Roda Gigi Lurus Roda gigi lurus adalah roda gigi yang mempunyai elemen gigi sejajar dengan poros putar dan roda gigi yang kecil disebut pinyon. 1.2.2 Tata Nama Roda Gigi Lurus Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros. Berikut ini istilah-istilah roda gigi lurus : a. Tinggi gigi (h) b. Tinggi kepala/eddendum (ha) c. Tinggi kaki/dedendum (hf) d. Lebar gigi (b) e. Lingkaran kepala f. Jarak bagi lingkar (t) g. Tebal gigi (s) h. Lebar ruang (e) i. Lingkaran jarak bagi (d) j. Jari-jari fillet k. Lingkaran kaki l. Jumlah gigi (z) m. Diameter lingkaran jarak bagi (d) n. Modul (m) o. Perbandingan putaran (u) p. Jarak sumbu poros (a) q. Sudut tekanan () r. Kedalaman pemotongan gigi (H) s. Perbandingan kontak () t. Jarak bagi diametral (DP) u. Lingkaran dasar

Gambar 1.2. Nama-nama bagian roda gigi


Sumber: Sularso, 1997 : 214

1.2.3

Perbandingan Gigi dihitung dengan menggunakan

Sebagai petunjuk umum, perbandingan gigi haruslah didasarkan pada sudut tekan normal 200. Dimensi gigi haruslah puncak diametral normal. Perbandingan ini cocok untuk sudut kemiringan dari 00 sampai 300, dan semua sudut kemiringan bila dipotong dengan alat pemotong hobbing yang sama. Kecuali untuk roda gigi yang berpuncak halus (puncak diameter 20 atau lebih halus), tidak ada standar untuk perbandingan gigi roda gigi miring. Karena roda gigi miring jarang dipakai secara saling dapat dipertukarkan, dan banyak rencana yang berbeda yang masih dapat dipakai bersama. 1.2.4 Analisa Gaya Yang Bekerja Pada Roda Gigi Lurus

Gambar 1.3. Gaya pada gigi


Sumber: Sularso, 1997 : 238

Jika tekanan normal pada permukaan gigi dinyatakan dengan Fn, maka gaya Fkt dalam arah keliling atau tangensial pada titik A adalah Fkt = Fn cos Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi pada titik jarak bagi adalah Ft = Fn cos b b adalahg tekanan kerja maka : b = Ft = Fkt Gaya Ft disebut gaya tengensial. Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (kW), gaya tangensial Ft (kg) dan kecepatan keliling (m/s) adalah
P= Ft 102

Gambar 1.4. Gaya pada gigi (2)


Sumber: Sularso, 1997 : 239

Tegangan lentur b :

b =
di mana : l bxh Ft Jadi,

Ft l (kg/mm2) bh 2 / 6
= AE (mm) = ukuran penampang = gaya tangensial
h2 6l

Ft = b b

Keterangan koreksi : Besarnya beban gaya tangensial Ft adalah Ft = b b m Y f Besarnya beban lentur yang diizinkan persatuan lebar sisi Fb (kg/mm) adalah Fb = a m Y f Lebar sisi b diperoleh :

b=
1.2.5

Ft Ft '

Tegangan-tegangan Roda Gigi

Dalam perencanaan roda gigi harus dipertimbangkan beberapa faktor penting sebagai pembatas perencanaan yang penting dalam menetapkan kapasitas dari setiap roda gigi penggerak. Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan antara lain : Panas yang timbul selama operasi Kegagalan gigi karena kepatahan Kegagalan lelah dari permukaan gigi Keausan permukaan gigi karena gesekan Kebisingan sebagai akibat dari kecepatan yang tinggi, beban yang besar, atau ketidak-tepatan pemasangan. Analisa tegangan-tegangan yang terjadi pada saat roda gigi beroperasi akan sangat menentukan roda gigi terhadap kegagalan seperti yang disebutkan di atas. 1.2.6 Bahan Roda Gigi

Roda gigi biasanya terbuat dari baja, besi tuang, perunggu, atau bahan sintetis. Banyak variasi bahan yang tersedia memberi kesempatan bagi perencana untuk mendapatkan bahan yang sesuai sehingga mendapatkan hasil yang maksimal berupa kekuatan yang lebih tinggi, umur keausan yang panjang, ketidak-bisingan operasi, atau keandalan yang tinggi. 1.3 Poros Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut : 1. Poros Transmisi (line shaft) Poros ini mendapat beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk, rantai dan lain-lain. 2. Spindel (spindle) Poros yang pendek, seperti poros utam mesin perkakas, dimana beban utamnya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. 3. Gandar (axle) Poros ini dipasang diantara roda-roda kereta api, dimana tidak mendapat beban puntir, dan tidak berputar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga. 4. Poros (shaft) Poros yang ikut berputar utnuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang digerakkan. Poros ini mendapat beban puntir murni dan lentur. 5. Poros luwes Poros yang berfungsi untuk memindahkan daya dari dua mekanisme, dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros lainnya. Serta daya yang dipindahkan kecil. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros adalah: 1. Kekuatan Poros Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapata beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin dll. Kelelahan, pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau poros bertangga, mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas. 2. Kekakuan Poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan untuk dalam menahan poembebanan tetapi adanya lenturan ataiu defleksi yang terlalu besar akan mengabitkan ketidaktelitian pada mesin perkakas, getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Maksudnya kekakuannya semakin besar maka lenturannya akan semakin kecil. 3. Putaran Kritis Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut dengan putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik dll. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari dari putaran kritisnya. Putaran yang layak digunakan adalah putaran kritis yang harus lebih besar dari pada putaran mesinnya. 5

4. Korosi Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka akan dapat mengakibatkan korosif pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros dari bahan yang tahan korosi perlu mendapat prioritas utama. Bahan yang dimaksud adalah baja campuran, yaitu : baja khrom nikel, baja khrom, baja khrom nikel molibden, baja khrom molebden.

5. Bahan Poros Dan bila yang dibutuhkan untuk mampu menahan beban kejut, kekerasan dan tegangan yan besar maka dipakai bahan baja paduan. Karena sangat tahan terhadap terhadap korosi dan poros ini dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat. Sekalipun demikian pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan beban berat. Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan. Tujuannya yaitu untuk menambah kadar karbon yang terkandung pada benda kerja (baja). Poros yang digunakan pada perencanaan roda gigi adalah poros dengan diameter bertingkat. Untuk menentukan diameter poros bertingkat tersebut, terlebih dahulu dihitung besar diameter poros minimum. Selanjutnya berdasarkan diameter poros minimum tersebut, diameter lainnya ditentukan dengan penafsiran dari beban yang diterimanya. Dalam perencanaan poros ini kekuatan poros terhadap beban yang diterimanya harus diperhatikan Bahan poros untuk mesin pada umumnya dibuat dari baja batang yang di finis dingin dan baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) berdasarkan JIS G3123. Jika diketahui poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil dari pada yang dibayangkan. Meskipun demikian, akan terjadi pembabanan berupa lenturan, tarikan, atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros motor, maka kemungkinan adanya pembebanan tambahan tersebut perlu diperhitungkan faktor keamanan yang diambil. Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam faktor keamanan biasanya diambil dalam perancangan, sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya rencana Pd (kW) sebagai patokan adalah: Pd = fc P (kW) Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW. Jika momen puntir (momen rencana) adalah T (kg.mm) maka:

Pd =
Sehingga :

( T 1000 )( 2n1
102

60 )

T = 9,74 10 5

Pd n1

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm), maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah

(d

T
3 s

16

5,1T d 3s

Di dalam buku Elemen Mesin karangan Sularso tegangan geser yang diijinkan

a (kg/mm2) dihitung atas dasar batas kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari
batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik B (kg/mm2). Jadi batas kelelahn puntir adalah 18% dari kekuatan tarik B sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan SC dengan pengaruh masa, baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf1. Selanjutnya perlu ditinjau apakah proses tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh-pengaruh ini dalamm perhitungan perlu diambil faktor yag dinyatakan sebagai Sf2 dengan harga sebesar 1,3-3,0. Dari hal-hal di atas maka besarnya a dapat dihitung dengan

a = B ( sf 1 sf 2 )
Faktor koreksi Kt , dipilih sebesar 1,2 jika beban yang dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan 1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar. Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban lentur di masa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya antara 1,2-2,3. (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil = 1,0). Dari persamaan diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros ds (mm) sebagai
5,1 ds = K t CbT a
12

Diameter poros harus dipilih dari tabel. Pada tempat di mana akan dipasang bantalan glinding, pililah suatu diameter yang lebih besar dari harga yang cocok di dalam tabel untuk menyesuaikannya dengan diameter dalam dari bantalan. 1.4 Sepeda Motor Supra X-125 Sepeda motor adalah suatu alat yang digunakan sebagai alat bantu oleh manusia, khususnya yang bergerak dibidang transportasi. Mesin ini dibuat sebagai pengganti tenaga binatang (kuda, sapi, dan lain-lain) yang selama ini membantu manusia dalam hal transportasi. Mesin ini telah banyak digunakan oleh masyarakat. Sebuah Sepeda Motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap tidak terbalik dan stabil disebabkan oleh gaya giroskopik; pada kecepatan rendah pengaturan berkelanjutan setangnya oleh pengendara memberikan kestabilan. Motor banyak variasinya: beberapa motor dilengkapi dengan papan kaki dan bukan "gagang injakan", seperti motor Tiongkok, dan mobil samping dan juga beroda tiga, yang biasa disebut sebagai trike. Honda New SUPRA X 125 didesain untuk memenuhi selera dan kebutuhan pemakai yang menginginkan sepeda motornya tampil sporti, bermesin handal, nyaman dikendarai, canggih dan praktis. Terobosan desain yang atraktif menjadikan Honda New SUPRA X 125 layak untuk dibanggakan.

Gambar 1.4. Sepeda Motor Supra X-125 Berikut ini spesifikasi speda motor Honda Supra X-125 CC : Type Mesin4 Langkah, SOHC 2 Katup Diameter x Langkah 56.0 mm x 50.6 mm Jumlah & Isi Silinder Satu Buah & 124.6 cc Perbandingan Kompresi 9.5 : 1 Daya Maksimum 9.9 PS / 8000 rpm Torsi Maksimum 10,64 Nm / 4000 rpm Karburator KEIHIN PB 18 Jumlah Transmisi 4 Tingkat Kecepatan Pola Pengoperan Gigi N-1-2-3-4-N (ROTARY), Arah ke bawah Tipe Sistem Reduksi Primer Gear

Kopling Centrifugal, Multiple Wet Disk Rasio Gigi 1 3.000 (36/12) Rasio Gigi 2 1.938 (31/16) Rasio Gigi 3 1.350 (27/20) Rasio Gigi 4 1.087 (25/23) Tipe Sistem Final Drive Chain drive Rasio Reduksi 2.600 (39/15) Drive Ratio Keseluruhan 9.634 @ TOP GEAR Sistem Pengapian DC - CDI Sistem Pelumasan Forced Lubrication (Wet Sump) Sistem Pendinginan Udara Sistem Penyaringan Oli DFLS (Double Filter Lubrication System), Kapasitas Minyak Pelumasan 1,1 Liter Type Oli Mesin API SE, SF atau SG / SAE 10W - 40 Kapasitas Tangki Bahan Bakar 4,5 Liter Busi NGK C6HSA Panjang x Lebar x Tinggi 1915 x 700 x 1040 mm Jarak Sumbu Roda 1240mm Jarak Terendah ke Tanah 130 mm Tinggi Tempat Duduk 750 mm Berat Kosong 102 kg Tipe Rangka Full Frame Suspensi Depan Teleskopik - Fork Suspensi Belakang Swing Arm Type / Ukuran Ban Depan 2.50 - 17 4PR Type / Ukuran Ban Belakang 2.75 - 17 4PR Rem Depan Cakram Twin Pot Rem Belakang Drum / Tromol Pelek Roda Spoke/Jari-jari (Kaze Zone R), Cast Wheel Aluminium Aloy (Kaze Zone VR)

filter ganda

Anda mungkin juga menyukai