disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Jembatan Diploma IV Program
Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan
oleh
Avitra Nur Hasan 201137004
Iman Agus F N 201137010
Novia Soraya 201137017
Sekar Fadillah 201137022
Yoshua Teofulus C F P 201137030
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................7
I.1 Latar Belakang......................................................................................................7
I.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................................10
I.3 Lingkup Pekerjaan...............................................................................................10
I.4 Metodologi dan Pendekatan Studi.......................................................................10
BAB II FORMULASI KEBIJAKAN PERENCANAAN............................................16
II.1 Kajian Tentang Kebijakan dan Sasaran Perencanaan.........................................16
II.2 Kajian Tentang Lingkungan dan Tata Ruang......................................................17
II.3 Kajiaan Tentang Pengadaan Tanah.....................................................................20
II.4 Formulasi Alternatif Solusi.................................................................................22
BAB III SURVEI INVENTARISASI JEMBATAN.....................................................23
III.1 Penilaian Kondisi Jembatan Metode Bridge Condition Rating (BCR)...............27
III.2 Penilaian Kondisi Jembatan Metode Bridge Management System (BMS).........30
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI...................................................32
IV.1 Topografis...........................................................................................................32
IV.2 Geografis.............................................................................................................35
IV.3 Demografis..........................................................................................................36
IV.4 Geologi dan Geoteknik........................................................................................36
IV.5 Hidrologi dan Drainase.......................................................................................37
BAB V LALU LINTAS...............................................................................................40
V.1 Data Lalu Lintas..................................................................................................40
V.1.1 Volume Lalu Lintas.....................................................................................40
V.1.2 Volume Lalu Lintas Jam Puncak.................................................................42
BAB VI REKAYASA JALAN JEMBATAN................................................................43
VI.1 Konsep dan Standar Perencanaan Jembatan.......................................................43
VI.2 Perencanaan Geometrik Jembatan.......................................................................45
VI.3 Perencanaan Bangunan Atas...............................................................................46
VI.4 5.3 Perencanaan Bangunan Bawah....................................................................47
BAB VII ASPEK LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN....................................50
VII.1 Lingkungan Biologi.............................................................................................50
VII.2 Lingkungan Fisika dan Kimia.............................................................................51
VII.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya..........................................................53
VII.4 Keselamatan Jalan...............................................................................................53
BAB VIII ASPEK EKONOMI.....................................................................................54
VIII.1 Biaya-biaya proyek..............................................................................................54
VIII.1.1 Biaya Pengadaan Tanah...........................................................................54
Selain itu dikarenakan umur jembatan sudah tua sekitar 39 tahun, struktur jembatan
tersebut rusak. Dinding abutmen bagian atas patah, dinding abutment bagian bawah retah dan dan
bagian yang tergerus dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk bagian railing pun terdapat retakan
dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk memperlancar dan mempermudah akses desa tersebut
diperlukan perbaikan pada Jembatan Cinambo.
Lingkungan &
Lalulintas Topografi Geologi & Geoteknik Hidrologi & Drainase Ekonomi
Keselamatan
Pendekatan Jumlah Survei penyelidikan Data Balai Konservasi SDA Pengambilan Data BPS
DEMNAS Data BBWS dan BMKG PERDA
Kendaraan Tanah dan Dinas Kehutanan Daerah
-AMDAL
- UPL
- UKL
No Data Jenis Data Jenis Kelompok Data Sumber Data Data yang diolah Output
1. Lalulintas Volume lalulintas Sekunder Pendekatan dari jumlah -Model bangkitan perjalanan Penentuan kelas
Kriteria moda Sekunder kendaraan dan -Model distribusi perjalanan jembatan
transportasi. penduduk di Kab -Model pemilihan moda
Sumedang transportasi
-Model pembebanan
lalulintas
2. Topografi Peta Topografi Sekunder DEMNAS Elevasi permukaan tanah Penentuan posisi dan
bentang jembatan
3. Demografi Jumlah Penduduk Sekunder BPS Kab. Sumedang - Jumlah penduduk Kab,
Sumedang dan Kec.
Jatigede
- Laju pertumbuhan
penduduk
4. Geologi dan Data NSPT Sekunder Penyelidikan tanah - Klasifikasi tanah Penentuan dan
Geoteknik - Daya dukung tanah perhitungan struktur
- Nilai CBR bawah
5. Hidrologi dan Data Sungai Sekunder BBWS - Peta sungai Penentuan elevasi
Drainase - Daerah aliran sungai jembatan, dimensi
saluran drainase dan
Data curah hujan Sekunder BMKG Data banjir tinggi muka air banjir
6. Lingkungan Flora dan fauna Sekunder Balai Konservasi - Jenis flora dan fauna AMDAL atau UKL-
dan Sumber Daya Alam dan - Penyebaran flora dan
Keselamatan Dinas Kehutanan fauna UPL
Kualitas tanah Sekunder
Kualitas air Sekunder PDAM
Kualitas udara dan Sekunder
kebisingan
Data kependudukan Sekunder BPS Kab. Sumedang - Jumlah penduduk
- Angka pertumbuhan
penduduk
- Penyebaran penduduk
Mata pencaharian Sekunder
Pendidikan Sekunder
7. Ekonomi RTRW Sekunder PERDA - Penghasilan setempat Penentuan estimasi
- Perkembangan ekonomi biaya proyek jembatan
setempat
- Kawasan persawahan
Flowchart studi kelayakan dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 8 untuk
penjelasannya sebagai berikut yaitu sebagai berikut :
17
infrastruktur berupa jembatan untuk menghubungkan Desa Cijeunjing dengan Desa Jemah
untuk mempermudah dan mempercepat akses perjalanan kedua desa tersebut. Sejalan dengan
hal tersebut diharapkan sarana dan prasarana dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
beraktivitas dengan efektif.
Strategi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Jatigede terdiri atas :
1. menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi;
2. membangun kerjasama dengan pihak pengelola Waduk Jatigede;
3. memberlakukan insentif dan disinsentif bagi pihak pengembang;
4. menggali potensi daerah sebagai pusat wisata unggulan;
5. menjadikan tujuan wisata skala nasional dan internasional;dan
6. Mengendalikan dampak pengembangan.
II.2 Kajian Tentang Lingkungan dan Tata Ruang
Pada lokasi yang dikaji merupakan rangkaian dari pembangunan ruas jalan lingkar
timur Jatigede yang merupakan daerah sekitaran waduk, berikut kajian tetang lingkungan dan
tata ruang pada daerah tersebut:
1. Merupakan sistem jaringan air baku pemanfaatan bersama air baku Waduk Jatigede dan
Waduk Sadawarna dengan kabupaten/kota lain di wilayah pantai utara Provinsi Jawa
Barat.
2. Sistem penyediaan air minum Regional.
3. Kawasan hutan lindung.
4. Kawasan sempadan sungai, waduk.
5. Kawasan hutan cagar alam.
6. Kawasan rawan bencana gempa bumi.
7. Kawasan sempadan mata air.
8. Kawasan Hutan produksi.
9. Kawasan perikanan budidaya di Waduk Jatigede.
10. Kawasan pariwisata budaya.
11. Sarana prasarana instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan sekitar sistem jaringan prasarana
pengelolaan lingkungan terdiri atas pengolahan sampah, dan sekitar sistem jaringan drainase.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan sekitar sistem pengelolaan sampah
sebagaimana disusun dengan memperhatikan:
18
1. kegiatan daur ulang sampah diperbolehkan sepanjang tidak merusak lingkungan dan
bentang alam maupun perairan setempat;
2. pelarangan terhadap Pemanfaatan Ruang dan kegiatan di sekitar tempat pemrosesan
akhir yang dapat mengganggu kualitas lingkungan; dan
3. pembatasan terhadap Pemanfaatan Ruang di sekitar tempat pemrosesan akhir agar
dapat dipantau kelestariannya.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan sekitar sistem
jaringan drainase disusun dengan memperhatikan:
1. pemanfaatan pada prasarana jaringan drainase hanya dimungkinkan untuk kegiatan
yang tidak merusak tatanan lingkungan dan tidak mengganggu fungsi drainase; dan
2. pelarangan terhadap Pemanfaatan Ruang dan kegiatan di sekitar
jaringan prasarana drainase yang akan merusak fungsi drainase.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sempadan sungai disusun dengan memperhatikan:
1. Pemanfaatan Ruang sempadan sungai untuk RTH;
2. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah longsor/erosi dan
mempertahankan bentuk badan air /sungai;
3. pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang sempadan sungai yang dapat mengganggu
atau merusak kualitas air sungai;
4. pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang sungai agar tidak
berkembang lebih jauh;
5. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air dan/atau menunjang fungsi rekreasi; dan
7. pembatasan pendirian bangunan, yaitu hanya untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sempadan waduk disusun dengan memperhatikan:
1. Pemanfaatan Ruang sempadan waduk untuk RTH;
2. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah longsor/erosi dan
mempertahankan bentuk badan air waduk;
3. dapat digunakan untuk membangun sarana dan prasarana pariwisata dengan menjaga
kualitas tata air yang ada;
4. pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang sempadan waduk yang dapat mengganggu
atau merusak kualitas air waduk;
19
5. penetapan lebar sempadan waduk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air dan/atau menunjang fungsi rekreasi; dan
7. pembatasan pendirian bangunan, yaitu hanya untuk pengelolaan
badan air dan/atau pemanfaatan air.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan waduk disusun dengan memperhatikan:
1. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar waduk yang dapat
mengganggu kualitas maupun kuantitas air;
2. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah waduk agar tetap dapat
dijaga kelestariannya; dan pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan waduk
yang dapat
mengganggu kelestarian fungsinya.
Sehubungan dengan dinamika pembangunan jembatan akan menyebabkan terjadinya alokasi
ruang. Dari sisi kawasan persawahan, kedua desa tersebut telah mengusulkan perubahan pada
kawasan tersebut dengan dibangunnya jembatan. Dengan demikian, penulis telah melakukan
penelitian terpadu dan merekomendasikan beberapa perubahan kajian lingkungan dan tata
ruang pada desa tersebut.
Jalan dan lalulintas yang melewatinya, harus dapat diterima oleh lingkungan di
sekitarnya, baik pada waktu pengoperasian, maupun pada waktu pembangunan dan
pemeliharaan, misalnya:
1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi.
Jembatan Cinambo tidak melewati melewati daerah konservasi alam.
2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar pada lingkungan sekitarnya.
Jembatan Cinambo tidak melewati tata guna lahan berupa permukiman melainkan
menghubungkan dua desa dengan melewati sungai dan tata guna lahan disekitarnya
berupa sawah sehingga dampak yang ditimbulkan tidak besar.
3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu untuk diantisipasi.
Pembebasan lahan untuk pengadaan tanah diperlukan koordinasi dan izin PEMDA
selaku pemilik lahan. Sehingga lahan yang diperuntukkan untuk Jembatan Cinamboini
dibebaskan melalui mekanisme yang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku dengan mempertimbangkan kriteria/faktor tata guna lahan dan kesesuaian
lahan.
4. Mendukung tata ruang dari wilayah studi
20
Peningkatan kapasitas jembatan dengan pembangunan Jembatan Cinambo sebagai
prasarana jalan dapat mendukung kualitas sistem jaringan infrastruktur Kecamatan
Jatigede.
Berbagai aspek lingkungan akibat pelaksanaan jalan dan jembatan telah teridentifikasi
pada pra studi kelayakan, hasilnya perlu diformulasikan kembali secara lebih teliti atas dasar
analisis data primer yang lebih rinci. Biaya yang diperlukan untuk menanggulangi masalah
lingkungan perlu diidentifikasi dan dirinci, karena akan menjadi salah satu komponen biaya
pada analisis ekonomi. Penilaian atas kesesuaian lahan/tanah dan tata guna lahan/tanah, serta
rencana pengembangan wilayah, harus dipenuhi dalam upaya menghasilkan rekomendasi dan
keputusan pembangunan jalan dan jembatan, selain itu, kaitannya dengan pengadaan tanah
yang tidak dapat terlepas dari adanya pertimbangan kesesuaian lahan/tanah dan tata guna
lahan/tanah yang telah dituangkan dan ditetapkan dalam rencana umum tata ruang (RUTR).
Peran dari jalan harus mendukung tata guna lahan/tanah dari kawasan studi secara efisien,
dimana :
1. jalan merupakan bagian dari sistem jaringan jalan yang tersusun dalam suatu tingkatan
hirarki.
2. sistem jaringan jalan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem transportasi di
wilayah studi.
3. sistem jaringan jalan dan tata guna lahan/tanah dari wilayah studi membentuk satu
sistem transportasi dan tata guna lahan/tanah yang efisien.
21
memperoleh Izin Pemanfaatan Ruang dari Bupati. Pelaksanaan prosedur Izin Pemanfaatan
Ruang dilaksanakan oleh instansi yang berwenang berdasarkan rekomendasi teknis.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan telah ditetapkan wilayah yang diperlukan untuk
pembebasan lahan sesuai dengan kebutuhan proyek dan sudah diperhitungkan estimasi biaya
tersebut. Wilayah yang dibebaskan merupakan kawasan persawahan milik warga setempat
dan sudah dilakukan mediasi untuk pembebasan lahan tersebut.
Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan,
tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pengadaan tanah merupakan
langkah awal pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan yang membutuhkan waktu.
Kebijakan yang diterapkan adalah biaya pengadaan tanah yang ditanggung oleh pemerintah
atau pihak swasta yang diperhitungkan dalam masa konsesi.
Lahan/tanah harus dapat dibebaskan sesuai dengan kebutuhan akan Rumija pada
alternatif solusi yang terpilih. Luas Rumija yang dibutuhkan dan estimasi biaya pengadaan
tanah menurut klasifikasi lahan/tanah dan bangunan perlu dihitung, karena akan menjadi
salah satu komponen bagi perhitungan biaya proyek. Pengadaan tanah harus sudah selesai
pada tahap awal pelaksanaan konstruksi, sehingga serah terima lapangan (site handover)
kepada pihak kontraktor dapat dilaksanakan. Tanah yang diperuntukkan bagi proyek jalan
dan jembatan dibebaskan melalui mekanisme yang sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku dengan mempertimbangkan kriteria/faktor tata guna lahan/tanah dan kesesuaian
lahan/tanah. Estimasi biaya pengadaan tanah disesuaikan dengan Keppres Nomor 55/1993
dan keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 01/1994, serta kebijakan
pemukiman kembali yang didasarkan pada kepadatan penduduk, luas pengadaan tanah serta
prosentasi keluarga yang setuju untuk dipindahkan, atau mengikuti pedoman pengadaan
tanah untuk pembangunan jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Kegiatan yang berpengaruh besar terhadap pengadaan tanah, meliputi :
1) penetapan tanggal permulaan yang tepat untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi
2) penetapan dan perhitungan biaya-biaya proyek
3) kebijakan dan regulasi pemerintah kaitannya dengan pertanahan dan pengadaan tanah.
Penyelesaian sengketa Penataan Ruang pada tahap pertama diupayakan berdasarkan
prinsip musyawarah untuk mufakat. Dalam hal penyelesaian sengketa dengan musyawarah
tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa
melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
22
1. Untuk pengadaan tanah perencanaan ulang jembatan cinambo pada alternatif 1 tidak
membutuhkan pengadaan tanah dikarenakan sudah pada lokasi sebelumnya.
23
BAB III
SURVEI INVENTARISASI JEMBATAN
Survei Jembatan Cinambo melalui urutan pemeriksaan seperti pada gambar dibawah.
24
No Tipe Material Kondisi
.
1. Gelagar Beton Elemen dalam
bertulang kondisi kurang baik,
lapisan beton banyak
yang terkelupas (1)
25
5. Drainase Pipa PVC Elemen dalam
kondisi kurang baik,
terdapat lumpur
dalam pipa drainase
(2)
26
10. Wing wall abutment 2 bagian kiri Pasangan Elemen dalam
batu kondisi tidak baik,
wingwall mengalami
keruntuhan (5)
27
III.1 Penilaian Kondisi Jembatan Metode Bridge Condition Rating (BCR)
Bridge Condition Rating (BCR) merupakan indeks kondisi jembatan yang dipakai oleh
New York State Department of Transportation (NYSDOT) dalam Bridge Management (2001)
dan Bridge Inventory Manual (2004) untuk memberikan penilaian secara keseluruhan kondisi
jembatan. Untuk pembobotan komponen jembatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4 Pembobotan Komponen Jembatan
Bridge Condition Rating (BCR) di dapat dari kondisi tiap komponen jembatan yang
dikalikan dengan bobot komponen itu sendiri dan hasilnya dibagi dengan jumlah bobot total.
Bridge Condition Rating (BCR) =
dimana :
Component rating = nilai kondisi komponen jembatan
Weight = Nilai bobot komponen
Weightings = Total bobot komponen
Penilaian kondisi jembatan dilakukan untuk diperoleh Component rating yang
merupakan elemen penting untuk menentukan kondisi jembatan. Penilaian kondisi jembatan
pada Bridge Condition Rating (BCR) dimulai dari 1 sampai 9, dimana nilai 9 untuk kondisi
tiang pancang pada jembatan atau keberadaan komponen yang tidak terlihat. Kemudian untuk
nilai kondisi serta usulan penanganan jembatan seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
28
Tabel 5 Nilai Condition Ration Komponen Jembatan
CR KONDISI
29
Tabel 7 Penilian Kondisi Jembatan Cinambo Metode BCR
Bobot
No. Komponen Jembatan CR Bobot x CR Kondisi Usulan
Komponen
1 Struktur atas
3 Perlengkapan
Total Bobot 55
Usulan Rehabilitasi
Berdasarkan penilaian kondisi jembatan dengan metode BCR diperoleh nilai BCR 4,364 kondisi sedang usulan rehabilitas pada Jembatan
Cinambo dengan umur rencana 50 tahun untuk equivalentof age 38 tahun dan sisa waktu layan 12 tahun.
30
III.2 Penilaian Kondisi Jembatan Metode Bridge Management System (BMS)
Bridge Management System (BMS) merupakan sistem manajemen jembatan yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yang berfungsi sebagai pembuat rencana
kegiatan jembatan, pelaksanaan dan pemantauan. Dengan Bridge Management System
kegiatan-kegiatan tersebut dapat diatur secara sistematik, dengan melakukan investigasi
berkala pada suatu jembatan dan menganalisa dengan komputer dalam sistem informasi. Pada
pemeriksaan dan penilaian kondisi elemen jembatan menurut BMS terbagi dalam 5 (lima)
level, kelima level ini terbagi sesuai dengan kode dan evaluasi elemen kerusakannya. Untuk
sistem penilaian tingkat kerusakan yang terjadi dan keberfungsian daripada elemen jembatan
dinilai dengan melihat struktur, kerusakan, kuantitas, fungsi, dan pengaruh. Penilaian pada
struktur untuk kondisi berbahaya dengan nilai kondisi 1 dan untuk kondisi tidak berbahaya
dengan nilai 0. Pada kerusakan parah diperoleh dengan nilai 1, sedangkan kondisi tidak parah
dengan nilai 0. Untuk kuantitas yang lebih dari 50% dengan nilai kondisi 1 dan untuk
kuantitas kurang dari 50% dengan nilai kondisi 0. Nilai kondisi di dapatkan dengan
menambah nilai kondisi pada struktur, kerusakan, kuantitas, fungsi dan pengaruh. Untuk
usulan penanganan jembatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8 Nilai Kondisi Jembatan
31
Tabel 10 Penilian Kondisi Jembatan Cinambo Metode BCR
1 Struktur atas
Elemen dalam kondisi kurang baik, lapisan beton/selimut beton banyak yang
1.1 Gelagar Beton Bertulang 0 0 0 0 0 0
terkelupas
1.2 Diafragma Beton Bertulang Elemen dalam kondisi tidak baik, terdapat kerusakan struktur pada beton 1 0 0 0 1 2
Lapisan permukaan Elemen dalam kondisi tidak baik, terdapat kerusakan parah, semua lapisan aspal
1.3 Aspal 1 1 1 1 1 5
kendaraan tergerus, tergenang air, dan tepi jalan tertutup rerumputan.
Elemen dalam kondisi kurang baik, lapisan beton/selimut beton banyak yang
1.4 Sandaran Beton Bertulang terkelupas, lapisan beton pada tiang sandaran terkelupas dan pipa galvanis 1 0 1 1 0 3
berkarat.
Elemen dalam kondisi kurang baik, diding sandaran mengalami keruntuhan, retak
1.5 Dinding Sandaran Pasangan Batu 1 1 1 1 0 4
dan keropos
2.1.a Wing wall kiri Pasangan Batu Elemen dalam kondisi tidak baik mengalami keruntuhan 1 1 1 1 1 5
2.1.b Wing wall kanan Pasangan Batu Elemen dalam kondisi tidak baik, pasangan bagtu mengalami keropos 1 1 0 0 1 3
2.2 Abutment 2 Pasangan Batu Elemen dalam kondisi tidak baik, terdapat kerpos pada pasangan batu 0 0 0 0 1 1
2.2.a Wing wall kiri Pasangan Batu Elemen dalam kondisi kurang baik, wingwall mengalami keretakan 1 1 1 1 1 5
2.2.b Wing wall kanan Pasangan Batu elemen dalam kondisi kurang baik, wingwall mengalami keretakan 1 1 1 0 1 4
3 Perlengkapan
3.1 Drainase Beton Elemen dalam kondisi kurang baik, saluran drainase tertutup lumpur 0 0 1 1 1 3
3.2 Beton kanstin Beton Elemen dalam kondisi kurang baik, terdapat retakan pada permukaan beton 0 0 0 0 1 1
Berdasarkan penilaian kondisi jembatan dengan metode BMS diperoleh nilai kondisi 2,77 kondisi sedang usulan rehabilitas pada
Jembatan Cinambo.
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
IV.1 Topografis
Wilayah Kabupaten Sumedang tersebar dalam 26 Kecamatan dengan 277
desa/kelurahan dan luas wilayah sebesar 1.558,72 km2. Kabupaten Sumedang merupakan
daerah berbukit dan gunung dengan ketinggian tempat antara 25 m – 1.667 m di atas
permukaan laut. Sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali Sebagian
kecil wilayah Utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas (1.667 m), berada di Utara
perkotaan Sumedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
33
kisaran ketinggian 501 – 1000 mdpl. Gunung Tampomas (1.684 m) berada di utara
Sumedang, secara umum klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Sumedang dibagi atas:
25 – 100 mdpl, meliputi:
Kecamatan Tomo dan Kecamatan Ujungjaya
101 – 500 mdpl, meliputi:
Kecamatan Jatinangor, Sumedang Selatan, Sumedang Utara, Ganeas, Situraja, Cisitu,
Darmaraja, Jatigede, Conggeang, Paseh, Buahdua dan Kecamatan Surian.
501 – 1000 mdpl, meliputi:
Kecamatan Cimanggung, Tanjungsari, Sukasari, Pamulihan, Rancakalong, Cibugel,
Wado, Jatinunggal, Cimalaka, Cisarua, Tanjungkerta dan Kecamatan Tanjungmedar.
Sedangkan untuk kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kemiringan
lereng merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi besarnya erosi. Selain
memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan
aliran permukaan yang selanjutnya memperbesar energi angkut air. Jika lereng permukaan
tanah menjadi dua kali lebih curam maka banyaknya erosi persatuan luas akan menjadi 2.0 –
2.5 kali lebih banyak.
Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Sumedang diketahui kelas kemiringan
lereng yang terjadi di Kabupaten Sumedang terdiri dari kelas 1 (satu) hingga kelas 6 (enam).
Kelas kemiringan lereng yang dominan di Kabupaten Sumedang adalah kelas 4, sedangkan
klas 1, 2 dan 3 tampak seimbang, kemudian kemiringan yang paling sedikit adalah kelas
kemiringan 6 (enam). Semakin tinggi kelas kemiringan lereng maka akan semakin besar
pula kemungkinan terjadinya erosi yang akan mempengaruhi tingkat sedimentasi.
1. 0 – 8%, merupakan daerah datar hingga berombak dengan luas area sekitar 8,24%.
Kemiringan wilayah dengan tipe ini dominan di bagian timur laut Kabupaten
Sumedang yaitu pada Kecamatan Ujungjaya, Tomo dan sebagian dari Kecamatan
Conggeang, Kecamatan Surian pada bagian utaranya.
2. 8 – 15%, merupakan daerah berombak sampai bergelombang dengan area sekitar
8,37%. Wilayah Kabupaten Sumedang yang dominan dengan kemiringan tipe ini
terletak di bagian tengah dan utara, bagian barat laut serta bagian barat daya yaitu pada
bagian selatan Kecamatan Surian dan Kecamatan Conggeang.
3. 15 – 25%, merupakan daerah bergelombang sampai berbukit dengan komposisi area
mencakup 46,38%. Kemiringan lereng tipe ini paling dominan di Wilayah Kabupaten
Sumedang, persebarannya berada di bagian tengah sampai ke tenggara, bagian selatan
34
sampai barat daya dan bagian barat yaitu pada Kecamatan Tanjungmedar,
Tanjungkerta, Buahdua, Paseh, Cimalaka, Cisarua, Cisitu, Situraja, Sumedang Utara,
Jatinunggal dan Kecamatan Jatigede.
4. 25 – 45%, merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan luas area sekitar
21,58%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian
tengah, bagian selatan dan bagian timur yaitu Kecamatan Cimanggung, Jatinangor,
Pamulihan, Ganeas, Cibugel, Sumedang Selatan, dan pada bagian selatan Kecamatan
Wado.
5. 45-60%, merupakan daerah bergunung dengan luas area sekitar 18% yang dominan di
wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan, bagian timur serta bagian barat yaitu
pada Kecamatan Sukasari, Cimanggung dan Kecamatan Wado.
6. >60%, merupakan daerah terjal dan mempunyai area di sekitar pegunungan yang
berada di sekitar Kabupaten Sumedang seluas 1,43%. Kemiringan ini berada pada
Kecamatan Surian, Cimanggung, Cibugel dan Kecamatan Wado.
35
IV.2 Geografis
Secara administratif letak geografis Kabupaten Sumedang terletak di bagian timur
Provinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut.
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Tasikmalaya
Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Majalengka
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Sumedang
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang
Berikut ini merupakan peta administrative Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 1.558,72 km2 dengan lokasi tinjauan
berada pada Kecamatan Jatigede memiliki luas daerah 106,24 km2 dengan jumlah penduduk
21.898 jiwa menurut data Sumedang dalam angka 2021. Pembangunan Jembatan Cinambo
ini bertujuan untuk menghubungkan dua desa yaitu Desa Cijeunjing dan Desa Jemah.
36
Desa Cijeunjing yang merupakan pusat seluruh aktivitas masyarakat di Kecamatan
Jatigede memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut.
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Tomo
Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Cipicung
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Jemah
Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Kadujaya
Luas keseluruhan wilayah Desa Cijeunjing 5,2413 km2, berada pada ketinggian kurang
lebih 250 mdpl. Kondisi geografis ini membuat iklim di Desa Cijeunjing cenderung panas
jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Barat, yaitu berkisar antara 29-30 °C.
Seperti pada umumnya daerah di wilayah Jawa Barat, Desa Cijeungjing secara geografis
berkontur perbukitan dan lereng. Hal ini juga memengaruhi pemusatan pemukiman penduduk
yang lebih memilih di tanah yang landai/rendah. Sedangkan untuk luas wilayah Desa Jemah
adalah 5,0233 km2, berada ketinggian kurang lebih 320 mdpl. Kondisi geografis ini membuat
iklim di Desa Jemah cenderung panas yaitu berkisar antara 29-32 °C.
IV.3 Demografis
Jumlah penduduk keseluruhan di Desa Cijeunjing berjumlah 2.287 jiwa, dengan rincian
laki-laki 1.140 jiwa, dan perempuan 1.147 jiwa, dengan jumlah seluruh Kepala Keluarga 806
KK. Dari jumlah ini 162 KK adalah keluarga pra sejahtera (sesuai kondisi pada tahun 2018
dalam Kecamatan Jatigede dalam angka 2019). Sedangkan pada Desa Jemah yang memiliki
luas daerah sebesar 5,0233 km2 memiliki jumlah penduduk keseluruhan adalah sebanyak
1.185 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 569 jiwa dan perempuan 616 jiwa, dengan
jumlah seluruh kepala keluarga 419 KK.
Mata pencaharian pokok penduduk Desa Cijeungjing umumnya adalah pertanian; di
samping itu ada juga yang bekerja sebagai buruh, pegawai negeri, pengrajin, pedagang,
peternak dan sebagian kecil bekerja di bidang jasa. Desa Cijeungjing juga dikenal sebagai
penghasil pisang dan mangga terbesar di Kecamatan Jatigede
IV.4 Geologi dan Geoteknik
Apabila ditinjau dari susunan batuan pembentuk, bentuk alam dan morfologinya, maka
Kabupaten Sumedang termasuk di dalam bagian pegunungan Pulau Jawa. Morfologi daerah
pegunungan pada Kabupaten Sumedang dibedakan menjadi:
Daerah bukit berlereng sedang dengan batuan gamping;
Daerah pegunungan berlereng curam dengan batuan lava; dan
Dataran alluvial sebagai dataran rendah berlereng datar terlertak pada daerah endapan.
37
Sebagian besar jenis tanah pada Kabupaten Sumedang adala Alluvial Kelabu. Tekstur
tanah Kabupaten Sumedang terdiri dari fraksi liat, debu dan pasir membentuk tanah, dari
ketiga tekstur tanah tersebut dikelompokkan dalam 3 kelas, yaitu halus, sedang dan kasar.
Berikut ini merupakan Tabel 3 luas tanah dan penyebaran jenis tanah di Kecamatan Jatigede,
Kabupaten Sumedang.
Jenis tanah latosol merupakan jenis tanah yang penyebarannya paling luas di
Kabupaten Sumedang denngan Kecamatan Jatigede sebesar 8.893,03 Ha dan jenis tanah yang
paling kecil penyebarannya di Kabupaten Sumedang adalah jenis tanah mediteran dengan
Kecamatan Jatigede memiliki luas tanah mediteran sebesar 2.134,98 Ha.
IV.5 Hidrologi dan Drainase
Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan
tata air wilayah tersebut, berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai besar di wilayah
Kabupaten Sumedang bersama anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang dapat digolongkan terdiri dari 4 DAS dengan 5 Sub DAS yaitu DAS Cimanuk
meliputi Sub DAS Cimanuk, Cipeles, Cipelang dan Cilutung, DAS Citarum meliputi Sub
DAS Citarik serta DAS Cipunagara dan DAS Cipanas. Pola aliran sungai menentukan bentuk
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), dan mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan
aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan terpusatnya aliran.
Sungai menjadi salah satu aliran air yang pemanfaatannya sangat beragam bagi
keberlangsungan makhluk hidup disekelilingnya. Sungai adalah fitur alami dan integritas
ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup (Brierly & Fryirs, 2005), misalnya Sungai
Cimanuk atau bisa disebut DAS Cimanuk, pada lokasi jembatan yang akan dibuat melewati
aliran Sungai Cimanuk yang merupakan salah satu penopang utama sumberdaya air di Jawa
Barat, pada Kecamatan Jatigede berada pada DAS Cimanuk dengan peta DAS Cimanuk
seperti pada gambar beikut.
38
Gambar 12 Peta DAS
Pada Kecamatan Jatigede yang memiliki Waduk Jatigede dengan DAS Cimanuk
terdapat pula DAS Waduk Jatigede guna keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. DAS
Waduk Jatigede memiliki luad 1.460 km2 yang ditetapkan berdasarkan garis kontur
punggung yang terletak di antara deretan Sungai Cimanuk. Pembagian Sub DAS di DAS
Waduk Jatigede ditunjukkan pada gambar beikut.
39
Untuk mengetahui muka elevasi air banjir pada jembatan maka diperlukan pula data
curah hujan yang berada di lokasi tinjauan.
Tabel 13 Jumlah Curah Hujan 2020 Kabupaten Sumedang
2009 73
2010 61
2011 62
2012 50
2013 59
2014 56
2015 47
2016 82
2017 51
2018 50
40
BAB V
LALU LINTAS
V.1 Data Lalu Lintas
Survei lalu lintas untuk memperoleh data lalu lintas berupa besarnya volume lalu
lintas yang akan memakai ruas jalan dan jalan pendekat, yang melewati/melintasi jembatan
yang direncanakan. Volume lalu lintas hasil survey ini akan menjadi beban terhadap struktur
jembatan (rencana struktur termasuk tebal, lebar dan kecepatan maksimum). Volume lalu
lintas ditentukan dengan menggunakan hasil survey dijalan yang paling dekat dengan titik
simpul rencana pangkal jalan pendekat pada saat hari kerja dan hari libur. Analisa data lalu
lintas dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi arus dan volume lalu lintas jaringan jalan
eksisting.
2. Untuk memdapat gambaran kebutuhan lebar jalan dan Rumija.
3. Untuk memberi masukan pada proses desain jembatan dan jalan pendekar jembatan,
kelayakan ekonomi, dan pertimbangan untuk ANDAL.
V.1.1 Volume Lalu Lintas
Berdasarkan kondisi lapangan saat kondisi eksisting volume lalu lintas pada ruas jalan
sekitar Jembatan Cinambo terbilang rendaah. Pengambilan data volume lalu lintas melalui
data sekunder yang didapatkan dengan pendekatan melalui data di ruas jalan Jatiwangi –
Jatijujuh Kabupaten Majalengka.
Data di Ruas Jalan Jatiwangi didapatkan dengan cara menghitung kendaraan lewat
selama 12 (dua belas) jam dimulai dari pukul 06.00-18.00 WIB dalam 21 (dua puluh satu)
hari atau selama 3(tiga) minggu, pencatatan dikelompokan menjadi 3 ( tiga ) jenis kendaraan
yaitu:
41
Penggolongan kendaraan dikonversikan kedalam satuan mobil penumpang (smp) dan
menghasilkan volume lalu lintas.
42
V.1.2 Volume Lalu Lintas Jam Puncak
Volume lalu lintas jam puncak diketahui setelah mengamati masing jam dan masing
– masing hari. Volume Lalu lintas puncak dibutuhkan dalam merencenakan suatu ruas jalan
karena mengetahui volume tertinggi, maka desain jalan yang direncanakan dapat optimal dan
tingkat pelayanan ruas jalan berjalan baik.
Berdasarkan tabel diatas volume lalu lintas jam puncak yang dilakukan tiga minggu
maka dapat terlihat jam puncak terjadi pada hari senin pukul 09.00 -10.00 sebesar 578 SMP/
jam. Kondisi lalu lintas pada Jembatan Cinambo cukup rendah. Jarak antara kedua desa
sepanjang 129 m. Untuk perhitungan lalu lintasnya menggunakan pendekatan pada data di
Ruas Jalan Jatiwangi. Karena kegiatan perbaikan Jembatan Cinambo tidak berdampak besar
pada arus lalu lintas, maka manajemen lalu lintasnya yaitu dengan buka tutup jalan.
43
BAB VI
REKAYASA JALAN JEMBATAN
VI.1 Konsep dan Standar Perencanaan Jembatan
Penetapan lokasi dan posisi jembatan rencana berdasarkan peta topografi dan evaluasi
hasil survai pendahuluan dengan memperhatikan standar perencanaan yang telah ditentukan.
Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah akan didasarkan pada hasil –
hasil penyelidikan tanah dan keadaan setempat. Dalam menentukan jumlah serta panjang
bentang, akan disesuaikan dengan keadaan topografi setempat dengan memperhatikan
jembatan eksisting Cinambo yang sudah ada.Struktur jembatan yang berfungsi paling tepat
untuik suatu lokasi tertentu adalah yang paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan
jembatan yang meliputi:
1. Kekuatan dan stabilitas struktur (structural safety);
2. Keawetan dan kelayakan jangka panjang (durability);
3. Kemudahan pemeriksaan (inspectability);
4. Kemudahan pemeliharaan (maintainability);
5. Kenyamanan bagi pengguna jembatan (rideability);
6. Ekonomis
7. Kemudahan pelaksanaan;
8. Estetika;
9. Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal
44
Gambar 15 Potongan Memanjang Jembatan Cinambo
Data umum jembatan memiliki panjang jembatan 10 m dan lebar jembatan 5,1 m,
jumlah bentang satu. Untuk jenis jembatan merupakan gelagar beton terdapat abutment dan
wing wall dengan materialnya pasangan batu. Sungai cinambo ini melintasi sungai dan tidak
ada jenis lalu lintas dibawahnya.
45
VI.2 Perencanaan Geometrik Jembatan
Perencanaan trase dan geometrik Jembatan Cinambo yang akan dibangun berdasarkan
perencanaan fungsi jembatan yang ditujukan untuk menghubungkan dua desa. Adapun yang
menjadi pertimbangan atas pemilihan lokasi dan posisi Jembatan Cinambo adalah
direncanakan trase jalan pendekat jembatan yang efisien dan berkesinambungan dengan
jaringan jalan eksisting
Dengan melihat kondisi lapangan, gambaran geometrik jalan pendekat/ oprit untuk
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengendara ataupun pengguna jalan saat melintasi
jembatan (memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan saat melintasi
pergantian antara jalan dengan jembatan).
Untuk jenis perkerasan pada Jembatan Cinambo menggunakan perkerasan lentur
dengan material aspal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
46
VI.3 Perencanaan Bangunan Atas
Perencanaan jembatan perlu mempertimbangkan faktor ekonomis. Bentang ekonomis
jembatan ditentukan oleh penggunaan/pemilihan tipe struktur utama dan jenis material yang
optimum. Perencanaan bangunan atas disesuaikan dengan standar Bina Marga sesuai bentang
ekonomis dan kondisi lalu lintas di bawahnya. Konstruksi bangunan atas terdiri dari pelat
lantai, gelagar, diafragma, tumpuan, dan railing.
47
Dalam perencanaan bangunan atas untuk kedua alternatif rencana Jembatan Cinambo,
terdapat beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Konstruksi bangunan atas yang dipergunakan adalah jembatan beton dengan tipe
gelagar I Girder dengan lantai beton bertulang.
2. Bentang Jembatan 10 m dan lebar jembatan 5,1 m.
3. Sandaran menggunakan pipa galvanis dan tian sandaran berupa betn bertulang.
4. Drainase terbuat dari Pipa PVC.
5. Pembebanan pada jembatan menggunakan SNI 1725-2016 Pembebanan untuk
Jembatan.
VI.4 5.3 Perencanaan Bangunan Bawah
Adapun dalam perancangan struktur bawah Jembatan Cinambo terdiri dari Konstruksi
bangunan bawah yang dipergunakan sesuai dengan kondisi jembatan eksisting yaitu abutment
menggunakan tipe gravitasi 4,5 m dengan material pasangan batu dan untuk wingwall
menggunakan material pasangan batu.
48
Gambar 22 Tampak Depan Abutment
49
Gambar 25 Potongan 2-2
50
BAB VII
ASPEK LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN
Demi terwudunya pembangunan ulang Jembatan Cinambo yang sesuai dengan
rencana dan sasaran pembangunan serta dapat memberikan manfaat bagi semua unsur yang
ada baik sosial, lingkungan, ekonomi dan sebagainya, maka perlu adanya kajian mendalam
tentang segala aspek yang diperlukan dalam pembangunan.
Aspek-aspek dalam pembangunan merupakan suatu hal yang sangat penting
keberadaan dan keberfungsiannya sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan agar dapat
memberikan kemudahan dan kelancaran segala kegiatan serta meminimalisir dampak negatif
yang mungkin terjadi dari pelaksanaan pembangunan ulang Jembatan Cinambo.
Berbagai macam aspek dalam pembangunan antara lain, yaitu aspek lingkungan dan
keselamatan, aspek ekonomi dan aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan pelaksanaan
pekerjaan. Dengan adanya aspek tersebut, pembangunan akan tetap berada di koridornya
sehingga memberikan sebuah mitigasi dan solusi atas segala sesuatu yang terjadi dalam masa
pelaksanaan.
VII.1 Lingkungan Biologi
Unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat dalam lingkungan pembangunan
Jembatan Cinambo sangat penting untuk diperhatikan. Terlebih dengan tata ruang dan wiayah
studi merupakan sebuah Kawasan perhutanan dan pesawahan yang sangat erat kaitannya
dengan hal tersebut.
Pelaksanaan pembangunan memberi dampak langsung dengan lingkungan yang bisa
saja mengancam keberlangsungan lingkungan bila mekanisme pekerjaan tidak sesuai dengan
koridor dan aspek yang telah disepakati bersama.
Unsur yang akan menerima dampak secara langsung adalah vegetasi-vegetasi yang
ada pada kawasan hutan maupun sawah. Diharuskannya pekerjaan pengadaan tanah memaksa
beberapa area hutan dan sawah dibersihkan dari segala unsur yang dapat menganggu
kemudahan dan kelancaran pekerjaan. Akibatnya bukan hanya vegetasi, tetapi habitat fauna
yang ada di kawasan tersebut juga akan terganggu dan terancam.
Maka dari itu survei lingkungan perlu dilaksanakan untuk mengetahui dan
memastikan jalur pembangunan yang direncanakan tidak memberi dampak negatif yang
signifikan terhadap lingkungan. Kemudian dapat ditentukan suatu mitigasi dan solusi untuk
menanggulangi dampak negatif tersebut, salah satunya dengan melakukan penanaman
kembali, kawasan hutan dan sawah yang terdampak serta mengoptimalkan tata ruang dan
51
wilayah pada lokasi tersebut sehingga dampak negatif dari masa pembangunan maupun masa
operasional dapat diminimalisir dan menciptakan sinergisitas antara pembangunan dan
lingkungan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang pada lokasi
jembatan yaitu Kecamatan Jatigede terdapat kawasan hutan produksi yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan, sehingga perlu diperhatikan jika terjadi pembangunan ulang
untuk jembatan akan mempengaruhi produktivitas dan hasil dari Kawasan hutan yang
terdapat pada Kecamatan Jatigede.
VII.2 Lingkungan Fisika dan Kimia
a. Tanah
Ditinjau dari segi geologi dan geoteknik, lokasi studi merupakan sebuah Kawasan
perbukitan dimana struktur tanahnya didominasi oleh batuan-batuan besar yang saling
mengikat satu sama lain. Dampak yang diberikan oleh pembangunan akan merubah struktur
dan susunan tanah di lokasi studi.
Pentingnya dilaksanakan survei dan penelitian terhadap tanah tidak lain untuk
mengetahui tingkat perubahan struktur tanah sehingga tetap terjaga fungsinya dan mencegah
dampak berkelanjutan yang mungkin timbul dari ketidakstabilan tanah akibat pembangunan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang, pada lokasi
jembatan yaitu Kecamatan Jatigede terdapat Kawasan pertambangan mineral bukan logam
dan batuan, Kawasan wilayah usaha pertambangan ini akan berpengaruh pada kondisi tanah
dan geoteknik yang ada disekitar jembatan, sehingga perlu diperhatikan pula kondisi tanah
dan jarak lokasi pertambangan dengan lokasi jembatan agar tidak berdampak buruk pada
pembangunan ulang jembatan ini.
b. Kualitas Air
Rencana pembangunan harus memerhatikan kualitas air pada lokasi dimana air
merupakan komponen yang begitu luas dan erat kaitannya dengan teknis pembangunan,
sosial dan lingkungan. Pada lokasi jembatan yang melewati sungai cimanuk dengan terdapat
bendungan Jatigede
Dengan menginvestigasi kualitas air, baik air permukaan atau air tanah, dapat
dilakukan pengendalian terhadap pelaksaan pembangunan sehingga kulitas air yang ada
dalam lingkungan tetap terjaga dan tetap memberikan kemudahan serta kekuatan konstruksi
yang direncanakan.
52
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang pada pasal 56
ketentuan umum peraturan zonasi untuk Kawasan sekitar sistem jaringan sumber daya air
seperti Kawasan sekitar sungai, waduk, jaringan irigasi, jaringan air baku, jaringan prasarana
air minum dan jaringan pengendalian banjir dilakukan ketentuan untuk mengatur dan
menjaga kualitas air yang berada disekitar lokasi jembatan. Pembuatan ulang jembatan ini
harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar agar kualitas air tidak terganggu dan
kegiatan masyarakat tetap dapat berlangsung dengan baik. Dikarenakan lokasi jembatan
terletak dekat dengan Waduk Jatigede maka perlu dilakukan pelarangan terhadap
pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar waduk yang dapat mengganggu kualitas maupun
kuantitas air.
c. Temperatur Lingkungan
Akibat dari pembangunan tentunya secara langsung akan merubah temperatur
sebuah jalur kawasan dimana yang semula merupakan Kawasan yang ditutupi oleh
pepohonan menjadi jalur terbuka karena adanya infrasruktur. Sebaik mungkin dampak
tersebut dapat diatasi dengan mengurangi resiko perubahan temperatur yang sangat signifikan
dan agar temperatur asli pada Kawasan tersebut tetap sama dan terjaga bahkan dapat
dioptimalkan melalui sebuah rencana pembangunan yang berkelanjutan.
d. Polusi Udara
Disamping manusia sebagai tenaga utama, dibutuhkan pula peralatan dan mesin
guna menunjang kelancaran dan kemudahan pekerjaan. Dengan beroperasinya peralatan dan
mesin tentunya akan menghasilkan residu berupa polusi dimana hal tersebut dapat
menurunkan kualitas udara yang akhirnya unsur biologis akan kembali terancam.
Penggunaan peralatan dan mesin harus sesuai dengan prosedur dan rencana
pembangunan dimana dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan efektif agar polusi yang
dihasilkan tidak memberikan dampak negatif yang besar bagi lingkungan.
e. Kebisingan dan vibrasi
Dalam hal kebisingan dan vibrasi, perlunya sebuah kajian dalam menentukan radius
aman dan nyaman dalam beroperasi sehingga masyarakat tidak mendapatkan dampak secara
langsung akibat kebisisngan dan vibrasi yang dihasilkan dari proses pekerjaan,
Mengingat lokasi studi yang berada pada Kawasan hutan serta dengan jarak yang
jauh dari permukiman warga, maka bahaya akan kebisingan dan vibrasi dapat diredam
sehingga kenyamanan masyarakat akan tetap terjaga serta terciptanya kemudahan dan
kelancaran dalam proses pembangunan.
53
VII.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya
a. Aspek Ekonomi
Pembangunan jalan dan jembatan tidak terlepas dari aspek ekonomis/finansial,
apakah investasi yang ditanamkan akan mendapatkan pengembalian (return) yang
diharapkan. Pembangunan jalan dapat meningkatkan perekonomian warga antara lain dari
sektor warung makan dan toko kelontong yang dapat memberikan lebih banyak pengunjung
dikarenakan mudahnya akses lintas nya.
b. Aspek Sosial
Dampak dari kebijakan dapat dianalisis melalui description causes dan
consequences. Dampak kebijakan dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan sikap dari
masyarakat setelah kebijakan tersebut diimplementasikan atau dapat juga dilihat dari
perubahan kondisi masyarakat.
Pembangunan Jalan dirasa belum memberikan keuntungan secara langsung karena
proyek masih berjalan dan masih akan membebaskan beberapa lahan di Jatigede sehingga
jalan masih sempit dan menyebabkan kemacetan lalu lintas dan memengaruhi warga yang
hendak melintas melalui jalan tersebut
c. Aspek Budaya
Pembangunan jalan perlu memerlukan negosiasi dan persetujuan dengan warga
sekitar yang mana warga tersebut memegang beberapa aturan dan norma sekitar .Beberapa
masyarakat hilangnya mata pencaharian ,pendapatan, kegiatan usaha, dan berubahnya asset.
Hal yang perlu diperhatikan juga lahan masyarakat yang sacral seperti kuburan perlu
diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan nya dan penggantian rugi lahan yang sudah
digusur perlu di setuju kedua belah pihak.
VII.4 Keselamatan Jalan
Jalan perlu diperhatikan elemen -elemen yang tersedia di jalan untuk memberikan
jalan yang nyaman dan berkeselamatan
a. analisis data kecelakaan untuk saat sekarang;
b. prakiraan jumlah untuk masing-masing kategori kecelakaan dan hitung biaya kecelakaan
untuk kondisi sekarang;
c. prakiraan dari jumlah kecelakaan yang akan terjadi selama umur rencana.
54
BAB VIII
ASPEK EKONOMI
VIII.1 Biaya-biaya proyek
VIII.1.1 Biaya Pengadaan Tanah
Biaya pengadaan tanah diperuntukkan untuk lahan proyek yang akan digunakan
sebagai tempat untuk pembuatan jalan dan jembatan, perlu dilakukan pembebasan lahan
berdasarkan tata guna lahan yang akan digunakan.
Pada lahan yang akan digunakan untuk proyek jembatan ini tata guna lahan yang ada
adalah persawahan yaitu lahan pencaharian milik warga setempat sehingga perlu dilakukan
mediasi dengan warga setempat dan memperkirakan lahan yang akan digunakan. Untuk
alternatif 1 tidak membutuhkan pembebasan lahan.
VIII.1.2 Biaya Admninistrasi dan Sertifikasi
Biaya adminstrasi dan sertifikasi pada pembangunan Jembatan Cinambo disesuaikan
dengan kebutuhan yang telah direncanakan, wilayah kegiatan dan ketersediaan sumber dana.
VIII.1.3 Biaya Perancangan
Biaya perancangan merupakan biaya yang meliputi biaya-biaya pada tahap studi dan
penyiapan Detailed Engineering Design (DED) yang besar anggarannya disesuaikan dengan
kebutuhan yang akan direncanakan, wilayah kegiatan dn ketersediaan sumber dana. Besarnya
pelaksanaan Detailed Engineering Desain (DED) diperkirakan 5% dari harga konstruksi
proyek secara keseluruhan, sedangkan biaya studi lingkungan diperkirakan sebesar 1% dari
biaya konstruksi.
VIII.1.4 Biaya Konstruksi
a. Biaya konstruksi pembangunan Jembatan Cinambo meliputi tapi tidak terbatas pada hal-
hal berikut ini:
1) Mobilisasi dan demobilisasi proyek
2) Relokasi utilitas dan pelayanan yang ada
3) Jalan dan jembatan sementara
4) Pekerjaan drainase
5) Pekerjaaan tanah
6) Pelebaran perkerasan dan bahu jalan
7) Perkerasan berbutir dan beton semen
55
8) Perkerasan aspal
9) Struktur
10) Pengendalian kondisi
11) Pekerjaan harian
12) Pekerjaan pemeliharaan rutin
13) Perlengkapan jalan dan utilitas
14) Biaya tak terduga
Rincian detail pembiayaan pembangunan Jembatan Cinambo dapat dilihat pada
sepsifikasi umum pekerjaan jalan dan jembatan.
b. Untuk keperluan analisis ekonomi digunakan biaya ekonomi atau tanpa komponen pajak
sebagai komponen biaya konstruksi.
c. Untuk pembuatan owner’s estimate, komponen pajak diikutsertakan dalam biaya
konstruksi dimana biaya tersebut dijadikan sebagai harga penawaran dari calon pelaksana.
d. Harga penawaran dari pelaksana merupakan satuan harga yang diajukan dengan dasar
harga satuan yang berlaku saat penawaran. Waktu pengerjaan juga akan mempengaruhi
kenaikan harga barang. Kenaikan harga barang tersebut diperhitungkan sesuai dengan
pedoman yang berlaku.
56
Tabel 20 Perkiraan Biaya Konstruksi Alternatif 1 (Rehabilitas)
57
Tabel 21 Perkiraan Biaya Proyek
No Uraian Alternatif 1
1 Biaya pengadaan tanah -
2 Biaya administrasi dan sertifikasi -
3 Konstruksi (5% dari biaya
Biaya Perancangan Rp 653.340.901,76
4 konstruksi) Rp 32.667.045,09
58
Tipe Kendaraan : Daihatsu Xenia 1,3L
Harga Kendaraan : Rp. 196.750.000,00
Bahan Bakar : Pertamax
Pelumas : Castrol Magnatec 5w-30
Ban : Dunlop 185/70 – 14/ buah
Pemeliharaan (upah mekanik) : Rp. 13.636,00/ jam
Harga Satuan
No Komponen Satuan
(Rp)
1 Jenis Kendaraan
1.1 Sepeda Motor Rp/Kend 19.697.000
1.2 Mobil Penumpang Rp/Kend 196.750.000
2 Bahan Bakar
2.1 Pertalite Rp/liter 7.650
2.2 Pertamax Rp/liter 9.000
3 Ban Kendaraan
3.1 Sepeda Motor Rp/ban 262.000
3.2 Mobil Penumpang Rp/ban 535.000
4 Oli
4.1 Sepeda Motor Rp/liter 46.500
4.2 Mobil Penumpang Rp/liter 99.000
5 Pemeliharaan
5.1 Sepeda Motor Rp/jam 13.636
5.2 Mobil Penumpang Rp/jam 13.636
59
terdiri atas without project dan with project. Berikut merupakan contoh perhitungan BOK
pada tahun pertama.
1. Without Project (S=60 Km/jam)
Perhitungan Biaya Tidak Tetap
- Bahan Bakar Minyak (BBM)
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
Y = 0,03719 x S2 – 4,19966 x S + 175,9911
Y = 0,03719 x 3600 – 4,19966 x 60 + 175,9911
Y = 57,9135
Konsumsi BBM (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x (1+(0,4+0,05+0,035)) x Harga BBM
Y’ = 57,9135 x (1+(0,4+0,05+0,035)) x Rp. 9000
Y’ = Rp. 774.013,93/ 1000 Km
- Pelumas (Oli)
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
Y = 0,00025 x S2 – 0,02664 x S + 1,441710
Y = 0,00025 x 3600 – 0,02664 x 60 + 1,441710
Y = 0,74331
Konsumsi Pelumas (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x 1,5 x Harga Pelumas
Y’ = 0,74331 x 1,5 x Rp. 99.000
Y’ = Rp. 110.381,54/ 1000 Km
- Ban
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
60
Y = 0,0008848 x S – 0,0045333
Y = 0,0008848 x 60 – 0,0045333
Y = 0,0485547
Konsumsi Ban (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x Jumlah Ban x Harga Ban
Y’ = 0,0485547 x 4 x Rp. 535.000
Y’ = Rp. 103.907,06 / 1000 Km
61
Y’ = Rp. 7.907,32 / 1000 Km
Perhitungan Biaya Tetap
- Penyusutan/ Deprisiasi
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
1
Y=
2,5 S+ 125
1
Y=
2,5 x 60+125
Y = 0,003636364
Penyusutan (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x Harga Kendaraan
Y’ = 0,003636364 x Rp. 196.750.000
Y’ = Rp. 715.454,55 / 1000 Km
- Suku Bunga Modal
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
120
Y=
500 S
120
Y=
500 x 60
Y = 0,004
Suku Bunga Modal (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x (1/2 x Harga Kendaraan)
Y’ = 0,004 x (1/2 x Rp. 196.750.000)
Y’ = Rp. 393.500,00 1000 Km
- Biaya Asuransi
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
35 x 0,5
Y=
500 S
62
35 x 0,5
Y=
500 x 60
Y = 0,000583333
Penyusutan (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x Harga Kendaraan
Y’ = 0,000583333 x Rp. 196.750.000
Y’ = Rp. 114.770,83/ 1000 Km
Total Biaya BOK = Total Biaya tidak Tetap + Total Biaya Tetap
= Rp. 1.181.292,56 + Rp. 1.223.725,38
= Rp. 2.405.017,94
- Pelumas (Oli)
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
Y = 0,00025 x S2 – 0,02664 x S + 1,441710
Y = 0,00025 x 900 – 0,02664 x 30 + 1,441710
63
Y = 0,86751
Konsumsi Pelumas (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x 1,5 x Harga Pelumas
Y’ = 0,86751 x 1,5 x Rp. 99.000
Y’ = Rp. 128.825,24 / 1000 Km
- Ban
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
Y = 0,0008848 x S – 0,0045333
Y = 0,0008848 x 30 – 0,0045333
Y = 0,0220107
Konsumsi Ban (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x Jumlah Ban x Harga Ban
Y’ = 0,0220107 x 4 x Rp. 535.000
Y’ = Rp. 47.102,90 / 1000 Km
64
- Perawatan (Upah Mekanik)
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
Y = 0,00362 x S + 0,36267
Y = 0,00362 x 30 + 0,36267
Y = 0,47127
Konsumsi Upah (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x Upah Mekanik
Y’ = 0,47127 x Rp. 13.636
Y’ = Rp. 6.426,41 / 1000 Km
65
120
Y=
500 x 30
Y = 0,008
Suku Bunga Modal (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x (1/2 x Harga Kendaraan)
Y’ = 0,008 x (1/2 x Rp. 196.750.000)
Y’ = Rp. 78.788,00/ 1000 Km
- Biaya Asuransi
Konsumsi Dasar
Mobil Penumpang (LV)
35 x 0,5
Y=
500 S
35 x 0,5
Y=
500 x 30
Y = 0,001166667
Penyusutan (Rp/ 1000 Km)
Mobil Penumpang (LV)
Y’ = Y x Harga Kendaraan
Y’ = 0,001166667 x Rp. 196.750.000
Y’ = Rp. 22.979,83/ 1000 Km
Total Biaya BOK = Total Biaya tidak Tetap + Total Biaya Tetap
= Rp. 1.445.328,70 + Rp. 200.252,83
= Rp. 1.645.581,53
66
Rp 774.013,93 Rp 1.115.667,43
KONSUMSI BBM
Rp 162.466,43 Rp 195.433,43
KONSUMSI OLI
Rp 103.907,06 Rp 47.102,90
KONSUMSI BAN
Rp 185.082,73 Rp 147.306,73
KONSUMSI SUKU CADANG
Rp 7.907,32 Rp 6.426,41
BIAYA PERAWATAN
Rp 1.233.377,45 Rp 1.511.936,89
TOTAL
BIAYA TETAP
Rp 715.454,55 Rp 98.485,00
PENYUSUTAN
Rp 393.500,00 Rp 78.788,00
SUKU BUNGA MODAL
Rp 114.770,83 Rp 22.979,83
ASURANSI
Rp 1.223.725,38 Rp 200.252,83
TOTAL
68
BAB IX
ASPEK LAIN-LAIN
IX.1 Tata Guna Lahan
Menurut Perda Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumedang Tahun 2018-2038 tata guna lahan unuk Desa Cijeunjing merupakan kawasan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta untuk daerah sekitarnya yaiut kawasan peruntukan
pertanian, permukiman pedasaan, kawasan pariwisata dan hutanlindung. Sehingga Jembatan
cinambo ini mempunyai peranan penting untuk akses kegiatan tersebut.
69
Volume lalu lintas jam puncak pada Jembatan Cinambo maka dapat terlihat jam
puncak terjadi pada hari senin pukul 09.00 -10.00 sebesar 578 SMP/ jam. Artinya jembatan
tersebut termasuk lalulintas normal yang tidak dipengaruhi oleh adanya proyek. Saat
melakukan wawacara dengan warga setempat, warga memilih melewati jembatan cinambo
meskipun ada jalan alternatif lain melewati jalan lingkar jati gede untuk akses kegiatan sehari
harinya karena jarak tempuhnya yang dekat. Jarak tempuh melewati jembatan cinambo yaitu
129 m sedangkan jika melewati jalan lingkar jati gede yaitu 2,728 km.
Gambar 27 Jarak Tempuh Antara Desa Cijeunjing dengan Desa Jemah Melalui Jembatan
Cinambo
Gambar 28 Jarak Tempuh Antara Desa Cijeunjing dengan Desa Jemah Melalui Jalan Lingkar
Jatigede
70
IX.3 Aspek Topografi
Jembatan Cinambo terletak pada Kecamatan Jatigede dengan kemiringan lereng berada
pada kelas 3 berupa dataran rendah dan dikelilingi oleh lereng/ perbukitan dengan kemiringan
lereng berkisar 15-25%. Adapun yang menjadi pertimbangan rehabilitasi dan
mempertahankan lokasi eksisting jembatan adalah jalur terdekat antara kedua desa.
71
Gambar 30 Batas Wilayah Jembatan Cinambo
72
IX.6 Aspek Sosial dan Budaya
Jumlah penduduk keseluruhan di Desa Cijeunjing berjumlah 2.287 jiwa, dengan rincian
laki-laki 1.140 jiwa, dan perempuan 1.147 jiwa, dengan jumlah seluruh Kepala Keluarga 806
KK. Dari jumlah ini 162 KK adalah keluarga pra sejahtera (sesuai kondisi pada tahun 2018
dalam Kecamatan Jatigede dalam angka 2019). Sedangkan pada Desa Jemah yang memiliki
luas daerah sebesar 5,0233 km2 memiliki jumlah penduduk keseluruhan adalah sebanyak
1.185 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 569 jiwa dan perempuan 616 jiwa, dengan
jumlah seluruh kepala keluarga 419 KK.
73
IX.7 Aspek Ekonomi
Keberadaan Jembatan Cinambo sangat sebagai akses terdekat dalam melaksanakan
kegiatan ekonomi. Mayoritas mata pencaharian pokok penduduk tersebut yaitu bertani,
sehingga dengan rusaknya jembatan tersebut maka akan menghambat akses dua desa dalam
kegiatan perekonomian. Melihat kondisi tersebut, kegiatan yang perlu dilakukan adalah
rehabilitasi (perbaikan) jembatan.
Dengan adanya perbaikan pada Jembatan Cinambo akan mempermudah masyarakat
untuk mendistribusikan barang/jasa, waktu dan biaya dalam distribusi barang/jasa semakin
efektif dan efisien.
IX.8 Aspek Hidrologi
Aliran air Sungai Cimanuk berasal dari Waduk Jatigede. Pada kondisi normal, aliran
sungai cinambo memiliki debit yang tidak begitu besar. Saat aliran dari Waduk Jatigede
terbuka penuh (musim kemarau) debit menjadi naik tetapi tidak menyebabkan MAB naik ke
struktur atas jembatan.
Dengan tinggi abutment 4,5 m berdasarkan informasi dari warga sekitar muka air banjir
pada jembatan ini berkisar antara 1-2 m. Melihat kondisi tersebut, MAB tidak mengenai
elevasi jembatan eksisting. Aliran air sungai Cimanuk pada jembatan Cinambo ini tidak deras
dan terdapat beberapa gundukan tanah pada dasar sungai yang perlu dibersihkan sehingga air
dapat mengalir dan tidak terhalang oleh gundukan tanah tersebut.
74
Gambar 34 DAS Sungai Cimanuk
1. Suatu ruas baru dapat meningkatkan kehandalahan jaringan jalan karena merupakan
alternatif rute, seandainya terjadi suatu penutupan yang tidak dapat dihindari pada
jaringan jalan. Dengan demikian jalur baru yang tidak dapat dihindari mempunyai nilai
strategis yang perlu diperhitungkan. Untuk pembangunan Jembatan Cinamo dengan
lalulintas yang normal suatu penutupan jalan saat pembangunan dapat dihindari.
2. Suatu jalan dapat berupa prasarana yang dibutuhkan dalam sistem pertahanan dan
keamanan negara.
3. Demi untuk pemerataan pembangunan maka proyek tidak hanya dikonsentrasikan pada
wilayah tertentu. Suatu proyek dengan kelayakan lebih rendah dapat menjadi prioritas.
4. Ketersediaan dana pembangunan mungkin lebih kecil dari biaya proyek.
75
BAB X
EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI
Secara garis besar evaluasi kelayakan ekonomi yang dilakukan, meliputi :
1) analisis ekonomi yaitu net present value (NPV);
2) analisis kepekaan/sensitivity analysis
Dalam mengevaluasi kelayakan suatu proyek, dapat dilakukan dengan menganalisis
keempat komponen tersebut di atas, atau apabila memungkinkan, dapat menganalisis hanya
dengan dua atau lebih dari keempatdg komponen tersebut.
Dalam analisis ini menggunakan analisis benefiit cost ration (B/C-R) bertujuan untuk
mengetahui kelayakan proyek pembangunan Pembangunan Jembatan Cinambo dari aspek
ekonomi. Perhitungan analisis ini dilakukan dengan membandingkan antara besarnya biaya
yang dikeluarkan (cost). Dan besarnya biaya penghematan (benefit).
Dari sub bab sebelumnya diketahui bahwa cost untuk pembangunan yaitu : Biaya
Konstruksi, Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan Berkala sebesar Rp. 4.843.021.947,92.
Perhtiungan BCR dilakukan berdasarkan PDRB Kabupaten Sumedang. Perhitungan BCR
dapat dilihat sebagai berikut.
Benefit = Rp. 1.556.353.467,08
Cost = Rp. 1.278.688.952,94
76
Tabel 23 Perhitunagn BCR dan NPV berdasarkan PRDB
MANFAAT
BIAYA KONSTRUKSI BIAYA BIAYA PRESENT WORTH
TOTAL MANFAAT PRESENT WORTH PRESENT WORTH
Tahun n & PEMBEBASAN PEMELIHARAA PEMELIHARAAN TOTAL BIAYA (Rp) PENGHEMATAN I BENEFIT - PRESENT
NILAI WAKTU (Rp) (Rp) COST (Rp) BENEFIT (Rp)
LAHAN (Rp) N RUTIN (Rp) BERKALA (Rp) BOK (Rp) WORTH COST (Rp)
77
BAB XI
PEMILIHAN ALTERNATIF
Pada studi kelayakan untuk jembatan cinambo ini hanya ada 1 alternatif solusi yang
dibuat, yaitu dengan melakukan rehabilitasi pada jembatan seperti melakukan perbaikan
pada struktur abutment/wing wall, perkerasan jalan, bangunan pelengkap dan railingnya.
Setelah dilakukan analisis pada beberapa aspek yang sudah di bahas pada bab sebelumnya
pada aspek ekonomi dan evaluasi kelayakan ekonomi untuk perhitungan umur rencana
jembatan selama 50 tahun didapatkan nilai Benefit Cost Ratio (BCR) 1,217 > 1 sehingga
alternatif yang dibuat layak untuk dilakukan rekonstruksi.
XI.1 Alternatif Solusi Penanganan Gelagar, Wingwall, dan Dinding Sandaran
Kondisi gelagar beton banyak yang terkelupas sehingga perlu dilakukan penanganan
dengan patching (plesteran) karena tulangan pada gelagar beton tidak terlihat dan tebal
kerusakan kurang dari selimut beton (10 cm) dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Selain
itu untuk wingwall dan dinding sandaran yang mengalami retak di permukaan bisa dilakukan
patching (penambalan).
78
Gambar 35 Kerusakan Gelagar
79
Gambar 37 Metode Pelaksanaan Pacthing
Untuk wingwall dan dinding sandaran yang mengalami pecahan sampai selimut beton
dan keropos dapat dilakukan perbaikan seperti dibawah ini.
80
Gambar 38 Metode Perbaikan Beton Keropos
Untuk jenis kerusakannya merupakan lepas butir atau reveling akibat berkurangan
atau hilangnya daya ikat binder aspal maka butir-butir batuan terlepas, permukaan jalan
kasar, berlubang dan bocor ir. Untuk metode perbaikannya, apabila tidak diikuti depresi bisa
81
langsung ditutup dengan lapisan ulang yang kaya aspal dan apabola ada depresi maka perlu
evaluasi untuk peningkatan kekuatan perkerasan.
Deck drain telah tersumbat dan tutup deck drain telah hilang. Akan mengakibatkan
genangan pada lapisan perkerasan jalan. Melakukan perawatan secara berkala dengan cara
membuka tutup deckdrain lalu membersihkan sampah sampah yang berada pada deckdrain.
BAB XII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam pemilihan alternatif dapat dilakukan dengan berbagai metode pengambilan
keputusan yang lazim dan disepakati oleh pelaksana studi dan pengambil keputusan.
Alternatif yang dipilih dilakukan dengan membandingkan nilai indikator-indikator dari
penilaian kondisi jembatan, aspek ekonomi, aspek lainnya serta evaluasi kelayakan
ekonomi.
Pada studi kelayakan untuk jembatan cinambo ini hanya ada 1 alternatif solusi yang
dibuat berdasarkan kondisi penilaian jembatan metode BCR dengan nilai 4,364 kondisi
sedang, usulaan penanganan rehabilitas dan kondisi penilaian jembatan metode BMS
dengan nilai 2,77 kondisi sedang, usulaan penanganan rehabilitas.
Setelah dilakukan analisis pada beberapa aspek yang sudah di bahas pada bab
sebelumnya pada aspek ekonomi dan evaluasi kelayakan ekonomi untuk perhitungan umur
rencana jembatan selama 50 tahun didapatkan nilai Benefit Cost Ratio (BCR) 1,217 > 1
sehingga alternatif yang dibuat layak untuk dilakukan rekonstruksi..
82
Berdasarkan penialain diatas solusi penanganan pada Jembatan Cinambo yaitu
dengan melakukan rehabilitasi pada jembatan seperti melakukan perbaikan pada struktur
abutment/wing wall, perkerasan jalan, bangunan pelengkap dan railingnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. Kabupaten Jatigede dalam Angka 2021.
Badan Pusat Statistika. Kabupaten Sumedang dalam Angka 2021
Pd. T-19-2005-B. Studi Kelayakan Jalan dan Proyek.
Peraturan Daerah No. 4 Tahun 20218 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumedang Tahun 2018-2038.
84