Oleh
1901824
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena atas rahmat-
Nya tugas “Perhitungan Portal Baja Gable” yang diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Struktur Baja II ini dapat terselesaikan. Dalam proses
penyusunan tugas ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Sudjani, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Struktur Baja II dan ibu Irma
Widianingsih
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan berupa moril dan materil;
3. Rekan-rekan yang telah memotivasi untuk menyelesaikan tugas ini;
4. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................4
BAB III....................................................................................................................9
ii
3.1 Perencanaan Penutup Atap........................................................................9
BAB IV..................................................................................................................33
BAB V....................................................................................................................61
PENUTUP.............................................................................................................61
5.1 Kesimpulan..............................................................................................61
5.2 Saran........................................................................................................61
iii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62
LAMPIRAN..........................................................................................................63
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Luas bidang penutup atap yang dipikul ..............................................12
v
Gambar 22. Tracktang ...........................................................................................46
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya bangunan umum tersebut terbuat dari material baja
dan beton. Untuk menghemat biaya pembangunan biasanya pemerintah atau
masyarakat umum menggunakan suatu konstruksi yang kuat misalnya
konstruksi baja. Semua pelaksanaan yang menyangkut struktur tidak luput
dari material baja.
1
portal baja?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan ini adalah untuk:
BAB I. PENDAHULUAN
3
Berisi tentang teori dasar atau penjabaran materi yang berhubungan
dengan baja sebagai bahan struktur bangunan yang akan digunakan dalam
mempermudah pengerjaan laporan sebagai tugas besar.
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Dasar Perencanaan
Baja adalah bahan komoditas tinggi terdiri dari Fe dalam bentuk kristal
dan karbon. Besarnya unsur karbon adalah 1,6%. Pembuatan baja dilakukan
dengan pembersihan dalam temperatur tinggi. Baja berasal dari biji-biji besi
yang telah melalui proses pengolahan di tempa untuk berbaga keperluan. Besi
murni adalah suatu logam putih kebiruan, selunak timah hitam dan dapat
dipotong dengan pisau. Baja juga mengandung zat arang (C), silikon (Si),
mangan (Mn), pospor (P), dan belerang (S). Sifat baja adalah memiliki
ketangguhan yang besar dan sebagian besar tergantung pada cara pengolahan
dan campurannya. Titik lelehnya sekitar 1460ºC- 1520ºC, berat jenisnya
sekitar 7,85 dan angka pengembangannya tiap 1oC.
Baja berasal dari bijih besi yang telah melalui proses pemanasan dan
tempaan. Bijih – Bijih ini mengan terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut :
a. Karbon (c) adalah komponen utama dari baja yang sangat menentukan
sifat baja.
b. Mangan (mn) adalah unsur baja yang menaikan kekuatan dan
kekerasan baja.
c. Silicon (si) merupakan unsur baja yang meningklatkan tegangan leleh,
namun bisa menyebabkan kegetasan jika kadarnya terlalu tinggi.
d. Pospor (P) dan Sulfur (S) adalah unsur yang bisa menaikan kegetasan
sesuai dengan peningkatan kadarnya.
Baja yang sering dipakai untuk bahan struktur konstruksi adalah baja
karbon (carbon steel) dengan kuat tarik sekitar 400 MPa, dan high strength
steel yang mempunyai kakuatan tarik antara 500 MPa sampai dengan 1000
MPa. Untuk baja yang berkekuatan 500 – 600 MPa dibuat dengan
menambahkan secara cermat alloy kedalam baja, sedang untu yang
berkekuatan > 600 MPa selain ditambahkan alloy secara tepat juga
diperlakuakn dengan perlakuan panas (heat treatment). Baja bangunan
dikerjakan menurut cara-cara kerja sebagai berikut :
5
a. proses-konvertor asam (Bessemer);
b. proses-konvertor basa (Thomas);
c. proses-Siemens-Martin asam ;
d. proses-Siemens-Martin basa;
Baja tidak sebegitu mudah pengerjaannya dari kayu, dikarenakan baja
memiliki sifat keliatan yang besar dan struktur yang serbasama maka
pengerjaan baja sangat dengan menggunakan mesin. Karena keadaan seperti
itu maka pengerjaan baja sebanyak-banyaknya harus dilakukan dibengkel
konstruksi. Pekerjaan-pekerjaan ditempat bangunan harus terdiri
pemasangan alat-alat konstruksi yang telah disiapkan dipabrik. Karena
disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan maka profil batang dan pelat-
pelat harus mengalami pengerjaan.
6
Mutu profil baja yang digunakan kolom pada bagian bawah bangunan lebih
tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada kolom bangunan bagian
atas.Profil kolom baja (khususnya untuk kolom dengan bentuk pipa atau tabung
segi empat) pada bagian bawah bangunan lebih tebal dibandingkan dengan yang
digunakan kolom bangunan bagian atas.
Beban mati adalah beban yang berkaitan dengan berat sendiri dari elemen-
elemen konstruksi bangunan seperti lantai, balok , gelegar, dinding,atap, kolom,
partisi dan bagian-bagian bangunan lainnya yang diperkirakan mempengaruhi
kekuatan struktur.
Beban hidup, adalah beban bergerak yang harus dipikul oleh elemen struktur
sesuai dengan kebutuhan, seperti beban orang pada waktu pelaksanaan
pemasangan konstruksi, beban orang yang diperhitungkan pada lantai pada
bangunan bertingkat, movable partitions ruangan, peralatan dan mesin produksi
yang perlu dipindahkan, furniture dan lain-lainnya. Seperti disebutkan dalam
American National Standard Institut (ANSI), beban hidup untuk ruang kelas
sekolah, apartemen adalah sebesar 40 lb/ft2 atau 1600 M/Pa, beban hidup untuk
perkantoran sebesar 50 lb/ft2 atau 2400 MPa. Beban angin, sesuai dengan teori
Bernoulli, dihitung sebesar q=1/2pV2.
Tegangan kerja dalam teori elastis baja adalah merupakan unit tegangan yang
terjadi pada elemen baja akibat gaya atau momen yang dipikul. Gaya atau momen
tersebut terjadi karena beban atau muatan pada struktur baja. Pada kenyataannya,
setiap elemen dari struktur baja harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh
standar atau peraturan yang mengatur tentang batasan-batasan yang diizinkan
untuk setiap penggunaan baja, sesuai dengan kondisi negara yang menerbitkan
standar tersebut. Pada dasarnya dikeluarkannya standar tersebut adalah untuk
7
melindungi masyarakat pemakaikonstruksi baja dari kemungkinan kesalahan
manusiawi yang dapat menimbulkan kecelakaan.
8
Resistance and Factor Desidn). Metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas,
sehingga dapat mengamtisipasi segala ketidakpastian dari material maupun beban.
Oleh karena itu, metode LRFD ini dianggap cukup andal. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1987) telah diganti dengan Tata
Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002
yang berbasis pada metode LRFD.
Sistem perencanaan ASD lebih mengarah kepada Safety Faktor dalam
tegangan. Dari hubungan Tegangan Regangan dapat dilihat maka tegangan izin
yang dipergunakan untuk perencanaan ( Design ) dengan metode ASD = 2/3
bagian dari tegangan leleh yang terjadi.
Sistem dengan Metode LRFD, dipergunakan tegangan Leleh dengan
memberikan coefficient Factor pada pembebanan dan pada kekuatan bahan
(Strength of Material) antara lain kekuatan memikul Lentur, kekuatan memikul
geser, dan kekuatan memikul aksial yang tergantung dari bentuk materialnya.
Juga akibat perngaruh coificient pembebanan. Dengan kedua factor tersebut
tentunya ketelitian perencanaan akan lebih accurate dibanding dengan cara
metode elastis (ASD).
9
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan
layan tetap.
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin,
hujan dan lain-lain.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan dan metarial atau selama penggunaan biasa oleh
orang dan benda bergerak.
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air. W
adalah beban angin.
E adalah beban gempa yang ditentukan dari peraturan gempa γL = 0,5
bila L < 5 kPa, dan γL = 1 bila L ≥ 5 kPa. Factor beban untuk L harus
sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk
pertemuan umum dan semua daerah yang memikul beban hidup lebih
besar dari 5 kPa.
b. Faktor Tahanan
10
d.
Komponen struktur yang memikul gaya aksial dan lentur Φ = 0,90
e.
Komponen struktur komposit
11
BAB III
Didapat d P
Hitung Ikatan Angin σ
Ikatan Angin Fn
12
3.2 Dimensi Gording
Gording berfungsi untuk menahan beban yang bekerja di atasnya dan
menyalurkannya kekonstruksi kuda-kuda. Beban-beban itu terdiri dari :
½a
½a
Portal Gable
½a
½a
L L
g1 = (½.a + ½.a) . L . w
dimana :
a = Jarak gording
L = Jarak kuda-kuda
W = Berat penutup atap per m2
13
Penutup atap pada perencanaan konstruksi atap gable digunakan
zincalume dengan berat sendiri sebesar 10 kg/m2. Gording yang digunakan
adalah baja kanal, setelah diasumsikan dimensi gording, dari tabel profil
didapat berat sendiri gording, yaitu g2 kg/m.
a. Beban Mati
y x
gx = g . sin
gy = g . cos
x g
1
Mmaks = 8 . g . I2 – M
1
Ambil M = 20% . ( 8 . g . I2)
14
1
Mmaks = 80% . ( 8 . g . I2)
1
MMaks = 0,80 . ( 8 . g . I2)
1
Dmaks = 2 .g.I
g = kg/m
M
Mmakx .g.I2
1
Akibat gx Mx1 = 0,80 ( 8 . gx . I2)
1
= 0,80 ( 8 . q sin . I2)
1
Akibat gy My1 = 0,80 ( 8 . gy . I2)
1
= 0,80 ( 8 . g cos . I2)
b. Beban Hidup
Beban hidup (P) diambil sebesar 100 kg (berdasarkan PPPURG 1987)
sebagai beban terpusat, misalnya beban yang diakibatkan oleh pekerja
15
dengan seperangkat perkakasnya dan bekerja di tengah-tengah bentang
gording.
1
Mmaks = 80% . ( 4 . P . L)
1
Dmaks = 2 .P.L
P
M
L
Mmaks
y x
Px = P . sin
Py = P . cos
x
P
y
Gambar 6. Gaya kerja gording B. Hidup
1
Akibat Px Mx2 = 0,80 ( 4 . Px . I)
1
= 0,80 ( 4 . P sin . I)
1
Akibat Py My2 = 0,80 ( 4 . Py . I2)
1
= 0,80 ( 4 . P cos . I)
c. Beban Angin
Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap. Tekanan angin
bergantung pada bentuk dan tinggi konstruksi, kemiringan atap, serta lokasi
16
bangunan yang akan dibangun. Berdasarkan PPPURG 1987 pasal 4.2.2 pada
desain Pabrik PT. C.G.N ini, tekanan angin (W) diambil sebesar 40 kg/m2.
W = C..a
dimana :
W = Besarnya tekanan angin
C = Koefisien angin
= Besarnya muatan angin
a = Jarak antar gording
Sebelum menghitung beban angin, maka kita harus menghitung
terlebih dahulu besarnya tekanan angin atau menghitung tekanan angin,
yakni untuk mengetahui apakah positif atau negatif. Maksudnya, apabila
dalam perhitungan menghasilkan positif maka beban angin harus dihitung,
tetapi apabila hasilnya negatif maka beban angin dapat diabaikan. Beban
angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap.
17
y x
Wx = 0
Wy = W . cos
x
W
1
Mmaks = 80% . ( 8 . W . I2)
1
Mmaks = 0,80 . ( 8 . W . I2)
1
Dmaks = 2 .W.I
Akibat Wx Mx3 = 0
1
Akibat Wy My3 = 0,80 . ( 8 . W . I2)
Kombinasi Pembebanan :
Beban Mati + Beban Hidup + Beban Angin
Mx = Mx1 + Mx2 + Mx3 = kg.cm
My = Mx1 + Mx2 + My3 = kg.cm
Kontrol Tegangan :
= Mx / Wy + My / Wx ≤ σ̄ = 1600 kg/m2
18
d. Keindahan
e. Psikologis
f. Perlindungan pada bagian bangunan yang lain dengan sifat bahan
yang kurang kenyal.
g. Memberikan dukungan yang cukup hingga suatu alat yang dipasang
pada elemen struktur tersebut dapat bekerja dengan baik.
Pada umumnya faktor-faktor di atas tidak sekaligus bersama-sama
merupakan kriteria utama dalam perencanaan. Maka besarnya batas
lendutan maksimum dapat berbeda, tergantung dari kebutuhan kekuatan dari
struktur yang direncanakan.
1
¿
.L
Syarat lendutan ( f ) = 250 (PPBBI 1984)
a. Akibat beban mati
fx1 = 5 . qx . L4 / 384 . E . Iy
fx1 = 5 . qy . L4 / 384 . E . Ix
b. Akibat beban hidup
fx2 = 5 . qx . L3 / 84 . E . Iy
fx2 = 5 . qy . L3 / 84 . E . Ix
c. Akibat angin
fx3 = 0
fx3 = 5 . Wy . L4 / 384 . E . Ix
Kontrol :
¿
fxtotal = (fx1 + fx2 + fx 3) < f
¿
fytotal = (fy1 + fy2 + fy3) < f
f = √ fx + fy
¿
2 2
< f
¿
Catatan : f > f , dimensi gording diperbesar.
3.3 Dimensi Batang Tarik (Trackstang)
Batang tarik berfungsi mengurangi lendutan pada gording pada arah
sumbu x (mirip atap) dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur yang
timbul pada arah sumbu x.
19
Batang tarik menahan gaya tarik Gx dan Px.
dimana :
Gx = Berat sendiri gording + Penutup atap (sepanjang gording)
Arah sumbu x
Px = Beban berguna arah sumbu x
Ptotal = Gx + Px = (gx . L) + Px
Karena batang tarik dipasang dua buah, maka batang tariknya adalah
sebagai berikut :
y x
P =
=
gx =
px
gy
x g Py trackstang
P
Fbr = 125% . Fn
Fbr = ¼ . . d2
dimana :
Fn = Luas netto
Fbr = Luas bruto
d = Diameter batang tarik
3.4 Dimensi Ikatan Angin
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal (axial), cara
kerjanya apabila satu bekerja sebagai batang tarik maka yang lainnya tidak
menahan apa-apa. Sebaliknya apabila arah anginnya berubah secara
berganti, maka batang tersebut bekerja sebagai batang tarik.
20
Gambar 9. Ikatan angin
P Nx
H = 0
Nx = P
N . Cos = P
N
Ny
21
Rumus Umum
P
≤ σ̄
= Fn diambil = σ̄
N P
Fn = σ = Cos β
Fbr = 125% . Fn = ¼ . . d2, d dapat dicari.
P
P P
P P
P P
P P
P/2 P P P/2
3
h2
b c
2 4
a d h1
1 5
L
Gambar 11. Perletakan pada portal baja gable
22
Didapat berat total akibat beban mati ( P ) dan ( ½ P ) yang dijadikan
sebagai beban yang dipikul oleh gording.
(0,02ᾳ – 0,4) 3 - 0, 4
W3 W4
2 4
W1 W2
+ 0, 9 - 0, 4
1 5
W1 = 0,9 x W x l
W2 = -0,4 x W x l
W3 = (0,02 x -0,4) W x l
W4 = -0,4 x W x l
3.6 Perhitungan Momen
Perhitungan momen dihitung dengan menggunakan SAP 2000
Nonlinear V.8.0.8 dimana untuk kombinasi pembebanannya yaitu ;
Kombinasi 1 ( DL + LL )
Kombinasi 1 ( DL + LL + WL )
Sehingga didapat dari hasil kombinasi tersebut dan diambil hasil yang
maksimum yaitu berupa reaksi tumpuan, momen, gaya normal/aksial, dan
gaya lintang untuk dilakukan perhitungan selanjutnya.
23
3.7 Penetapan Dimensi Portal
Untuk dimensi portal baja gable untuk balok dan kolom menggunakan
profil IWF dilakukan dengan dicoba-coba (trial and error) dan dilakukan
kontrol terhadap momen tahanan, tegangan lentur, tegangan geser, KIP
(perubahan bentuk penampang) maupun lendutan. Apabila setelah dilakukan
pengontrolan dan ternyata aman, maka dimensi portal gable tersebut dapat
digunakan. Kemudian dimensi profil IWF tersebut ditetapkan untuk dipakai
pada portal.
Kontrol Profil
a. Kontrol stabilitas portal terhadap KIP
Profil yang digunakan dicek terlebih dahulu apakah penampang
berubah bentuk atau tidak.
L (jarak gording) gording ini berfungsi sebagai sokongan lateral terhadap
balok :
Cek keadaan profil
L b
h ≥ 1,25 t s dan
h
≤75
tb
dimana :
h = tinggi balok
b = lebar sayap
tb = tebal badan
tS = tebal sayap
L = jarak antara dua titik dimana tepi tertekan dari balok itu
ditahan terhadap kemungkinan terjadinya lendutan ke
samping.
24
L.h
c1 =
b.t s
E
0 , 63 __
c2 = σ
__
σ = tegangan dasar dimana pada perencanaan ini sebesar 1600 kg/cm2
__ __
Jika c1 ≤ 250 ; maka σ kip = σ
__ __
c −250
Jika 250 < c1 ≤ c2 ; maka σ kip = σ - 2
[ c 1 −250
] __
. 0.30 . σ
c1
__ __
Jika c1 ≥ c2 ; maka σ kip = c2 . 0.7 . σ
b Kontrol terhadap tekuk
__
k ≤ σ , dimana :
__
σ = tegangan yang diizinkan
25
2
π .E.I
Euler : Pk = L2k , dimana :
Pk = gaya tekuk
I = momen inersia
Lk = panjang tekuk
L/4
0,7L
KL = L KL = L/2
L
L
L/4
L2 2
Lk = LS Lk = 2 Lk = 3 L2
dimana :
Lk = panjang tekuk
Pk π EI
2
π Ei
2 2
I
2 2
k = γF = F γLk = γLk = F = i2
26
i = √ I
F
i = jari-jari inersia
L
i = = kelangsingan
Untuk lebih mudahnya terlebih dahulu dicari :
Lk
= i min dari tabel didapat
σ
Besarnya : k = ω
P
Tegangan tekan : = F ≤ k
P σ
= F ≤ ω
ω.P
Jadi : = F ≤ dimana F = Fbruto
Penampang yang menahan gaya tekan :
Fbruto = Ftotal = s . b
Karena paku atau baut ikut menahan.
Batang tekan bisa dibuat dari profil tunggal ataupun double (rangkap),
tergantung dari besarnya gaya yang harus ditahan/dipikul dan bentuk profil
yang dikehendaki. Profil tunggal dari batang tekan akan lebih
menguntungkan daripada profil rangkap, karena tidak perlu memasang pelat
kopling (kopel pelat).
Panjang tekuk Lk = ½ h sampai h
Untuk perhitungan ambil Lk = h – 2t
dimana :
h = tinggi profil
t = tebal flens (sayap)
Kondisi kolom untuk penentuan Lk adalah sebagai berikut :
27
Kontrol tekuk terhadap sumbu x sumbu y
Lk
x = ix
Lk
y = iy
Kontrol terhadap syarat PPBBI padal 4.9.1 untuk portal yang dimana
ujungnya bergoyang.
N nx . Mx __
+0 , 85
1. x A nx−1Wx ≤ σ
N nx . Mx __
+0 , 85
2. y A nx−1Wx ≤ σ
N Mx __
+θ
3. A Wx ≤ σ
Karena sumbu lentur (sumbu x) tegak lurus sumbu tekuk (sumbu y),
nx
=1
maka faktor amplikasi nx−1
= diambil 1
Dari koefisien tekuk () baja Fe 360 diperoleh nilai x dan y
c. Gaya normal / aksial
P M P M
F + W = I = , atau
F . σ y + W . σy = I
28
Dimana :
P M
Fo + Wo = I
Dimana :
bending momen.
σσ
Po = f .F
Dimana :
( ) ( )
3
5 3 λ 1 λ
+ −
f = 3 8 λc 8 λc
29
keamanan yang dipakai untuk daerah elastisitas ( , c) yaitu 1,92. Mo =
gaya maksimum yang dapat dipikul oleh batang apabila tidak terdapat gaya
aksial, jadi sama dengan :
σ.y
.w
Mo = f
Dimana f adalah basic safety factor = 1,67
M = momen maksimum yang terjadi pada batang.
Dalam prakteknya, terutama pada bangunan-bangunan gedung, kita
temui momen-momen yang tidak sama besarnya di kedua ujung batangnya,
kadang-kadang tandanya juga berbeda-beda. Untuk hal tersebut, menurut
“Massonet” momen dapat dihitung besarnya sebagai berikut :
M = Meq
( I − PI / Pe )
dimana :
Pe = Elastic Buckling Load atau beban krisis pada daerah elastis.
Jika momen yang dihitung pada persamaan di atas lebih kecil daripada M 1
(misalnya Mt > M2), maka sebagai momen maksimum dari kolom adalah M
= Mt .
P P
Py = σy. F = < 0,15
dimana :
P = Gaya normal maksimum ( kg )
σy = Tegangan leleh baja
F = Luas penampang
30
d. Gaya geser / lateral
__
D = 1,27 . h . ts > Dmaks
dimana :
__
D = Gaya geser ijin
h = Tinggi penampang
ts = Tebal sayap
e. Cek kelangsingan batang
Pelat sayap
λ< λp
b
λ=
ts
1680
λp=
√ fy
Pelat badan
λ< λp
h
λ=
tb
1680
λp=
√ fy
dimana :
= Kelangsingan
λp = Batas kelangsingan
ts = Tebal sayap
tb = Tebal badan
3.8 Perhitungan Sambungan
Sesuai dengan alat yang akan digunakan untuk menyambung, maka
sambungan untuk baja terdiri dari sambungan las.
1)Sambungan Las
31
Dalam mengelas sedapat mungkin dalam posisi-posisi sukar harus
dihindarkan, untuk mengelas harus mempergunakan las listrik agar hasilnya
maksimal sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Ukuran las yang dipakai sesuai dengan kentuan dimana untuk ukuran
las maksimum dan minimum adalah :
3 1 5
Ukuran las maksimum =
− =
8 16 16 in. (Desain Struktur Baja Bagian
J2.2b)
3
Ukuran las minimum = 16 in. (Tabel 14.2)
3
Tebal las yang dipakai sesuai dengan ketentuan las minimum yaitu 16 in
3
atau sekitar 16 in x 2,54 cm = 0,48 cm.
Ada beberapa jenis lasan berdasarkan PPBBI 1984, yaitu :
a. Las Tumpul
Pada suatu pelaksanaan yang baik, dimana penampang las sesuai dengan
penampang batang, tegangan pada las sama dengan tegangan pada
batang, sehingga apabila batang itu cukup kuat, maka las tidak perlu
dihitung lagi.
b. Lasan Sudut
Panjang netto las adalah :
Ln = Lbruto – 3 a
dimana :
a = Tebal las
32
Untuk las terputus pada batang tekan, jarak antara bagian-bagian
las itu tidak boleh melebihi 6 t atau 30 cm, sedangkan pada batang tarik
jarak itu tidak boleh melebihi 24 t atau 30 cm, dimana t adalah tebal terkecil
elemen yang dilas. Las terputus tidak diperkenankan jika dikhawatirkan
terjadi pengkaratan pada permukaan bidang kontak di bagian yang tidak ada
lasnya, atau elemen yang dipengaruhi gaya geser.
1
c = √ sin2 α + 3 cos2 α
dimana :
σ̄ = tegangan dasar
Pr
Py
Bidang retak
las s
Dan tidak boleh lebih besar daripada tegangan miring yang diizinkan,
dimana :
P = gaya yang ditahan oleh las
33
A = luas bidang retak las
Tegangan idiil pada las dapat dihitung dengan :
i = √ σ2 + 3 τ2
atau
σα
i = c
dimana :
= tegangan normal pada bidang retak las
= tegangan geser pada bidang retak las
Tegangan idiil yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar,
apabila terdapat lebih dari satu komponen tegangan geser, pada persamaan,
harus dipakai harga resultante tegangan-tegangan geser itu.
Pembebanan :
- Berat sendiri kolom
- Berat dinding ½ bata
- Beban kolom (gaya normal)
Maka total pembebanan didapat (P)
34
Dengan dimensi kolom IWF yang telah ada maka luas plat dasar yang
diambil ditentukan panjang L dan B.
Tegangan yang timbul :
P
b = L.B
Jumlah baut angker tergantung dari besarnya reaksi base plate (H)
jumlah baut angker minimal 2 buah.
Tegangan geser pada baut angker :
Diambil 2 buah boat Ø 1 = 2,54 cm
1
. μ . d 2 .n
Fqs = 4
__ __
τ ≤ 0,6. σ
Perhitungan gaya-gaya tiap bout :
P
2
1 = 1/4.μ.d
Tegangan yang ditimbulkan akibat :
P P
V : σ1 = F = L .B
M M 6. M
2 2
M : σ2 = W = 1 /6 . bxa = bxa
Potongan kritis terletak pada potongan I-I :
q
σa+σb s
.b
q = 2
M I-I = q . s . e
Menetukan tebal plat :
√
6MI
__
t= b. σ
Perhitungan las
35
Las ditempatkan pada sekeliling profil harus sanggup menerima momen
yang bekerja untuk tebal las 1 cm. las-las itu mempunyai I las.
1
I Las = 2 . 12 . 1 (z1)3 + 2 (z2) . 1 (½b)2
Gaya pada las yang menghubungkan flens dengan base plate :
M.y
P= I Las .1
Alas = 2 (1) (z2) + 2 . 1 . z1
P .( z 2 + z 2 + z 1 + z 1 )
τ las =
A las
τ las
__
Tebal las = 0,58. σ → didapat tebal las.
36
BAB IV
4
4.1 Deskripsi Proyek
Data-data perhitungan :
Ukuran bangunan : 24 x 30 meter
Bentangan kuda-kuda : 24 meter
Panjang bangunan : 30 meter
Tinggi kolom (h) : 8 meter
Jarak kuda-kuda : 4 meter
Jarak gording : 1,970 meter
Gording direncanakan : Profil baja C
Kemiringan atap () : 30o
Bahan penutup atap : Zincalume (0,4)
Alat sambung : Las dan Baut
Data Beban :
Atap (zincalume) : 3,92 kg/m2
Tekanan Angin : 50 kg/m
Beban hidup : 100 kg
4.2 Perhitungan Konstruksi Atap Gable
[
[
[
[
[
[ 6,0 m
[ 30 o
8m
30 m
37
Gambar 16. Potongan Konstruksi
9
9.1
9.2
Menghitung Panjang Balok
Diketahui :
Jarak A – B
(L) = 24 meter
Jarak setengah bentang (c = ½ L) = 12 meter
Jarak A - C
Cos 30˚ =c/b
b = 12 / cos 30˚
= 13,85649 m
Jarak C – B
38
Sin 30˚ =a/c
A = sin 30˚ × 12
= 6 meter
Jarak gording yang direncanakan = 2 m
Banyak gording yang dibutuhkan
( 13,85649 / 2 ) + 1 = 7 buah
Jarak gording
13,85649 / 7 = 1,970 meter
Perhitungan Pembebanan
Pembebanan yang diperhitungkan pada perhitungan rangka atap gable ini,
terdiri atas :
a. Beban mati (Dead Load), yang meliputi : - Berat sendiri atap
- Berat sendiri gording
- Berat sendiri kuda-kuda
b. Beban hidup (beban berguna)
Merupakan beban terpusat dari orang atau alat yang diambil sebesar P = 100
kg.
c. Beban angin (Wind load)
Ditinjau terhadap angin kiri dan kanan yang bekerja tegak lurus bidang atap.
4.2.1
4.2.2 Perhitungan gording
Mengingat panjang penutup atap, maka jarak-jarak ditentukan.
Jarak gording : 1,970 m
Jarak kuda-kuda : 4m
Dipakai profil baja ( [ ) kanal ukuran : 150 x 65 x 20 x 3,2
3,2
150 20
39
65
1,970
m
1,970
m
L=4m
40
= 8,78 x sin 30o
= 4,39 kg/m
gy1 = g1 x cos
= 8,78 x cos 30o
= 7,60 kg/m
Momen yang terjadi akibat beban penutup atap ini setelah direduksi 20%
adalah sebesar :
Mx1 = 80% (1/8 . gx1 . l2)
= 0,8 (1/8 x 4,39 x 42)
= 7,02 kg m
My1 = 80% (1/8 . gy1 . l2)
= 0,8 (1/8 x 7,60 x 42)
= 12,16 kg m
2. Beban Gording
Pada konstruksi atap rangka baja ini digunakan profil baja C 150 x 65 x 20 x 3,2
dari tabel didapat bahwa berat gording ini adalah 7,51 kg/m (g 2). Maka
beban gording perlu diuraikan terhadap sumbu x dan sumbu y.
y x
gx = g . sin
gy = g . cos
x g
= 30o
41
= 6,503 kg/m
Momen yang terjadi akibat bahan gording ini setelah direduksi 20% adalah
sebagai berikut :
Mx2 = 80% (1/8 . gx2 . l2)
= 0,8 (1/8 x 3,755 x 42)
= 6,008 kg m
My2 = 80% (1/8 . gy2 . l2)
= 0,8 (1/8 x 6,503 x 42)
= 10,404 kg m
3. Beban Berguna
Beban berguna (P) = 100 kg merupakan beban terpusat yang bekerja di tengah-
tengah gording, sehingga perlu diuraikan terhadap vertikal sumbu x dan sumbu y,
maka :
Px3 = P x sin
= 100 x sin 30o
= 50 kg
Py3 = P x cos
= 100 x cos 30o
= 86,602 kg
y x
Px = P . sin
Py = P . cos
x
= 30o P
y
Gambar 20. Beban berguna
Momen yang terjadi akibat beban gording ini setelah direduksi 20% adalah
sebesar :
Mx3 = 80% (1/4 . Px . l)
= 0,8 (0,25 x 50 x 4)
42
= 40 kg m
My3 = 80% (1/4 . Py . l)
= 0,8 (0,25 x 86,602 x 4)
= 69,281 kg m
4. Beban Angin
Muatan angin diambil W = 50 kg/m
Beban angin yang bekerja pada atap ialah :
Beban angin kiri = 50 kg/m2
Beban angin kanan = 50 kg/m2
Kemiringan atap = 30o
Beban angin dianggap tegak lurus bidang atap, sedangkan untuk koefisien ;
Koefisien angin tekan (c).
C = (0,02 x ) – 0,4
= (0,02 x 30o ) – 0,4
= 0,2
Koefisien angin hisap (c1).
C = -0,4
Karena koefisien angin tekan positif, maka gaya tekan angin akan positif sehingga
gaya tekan angin perlu dihitung.
1. Beban Angin Kiri (W4 kiri)
W4 kiri tekan = C x Beban angin kiri x Jarak gording
= 0,2 x 50 kg/m2 x 1,970 m
= 19,7 kg/m
W4 kiri hisap = C1 x Beban angin kanan x Jarak gording
= -0,4 x 50 kg/m2 x 1,970 m
= -39,4 kg/m
2. Beban Angin Kanan (W4 kanan)
W4 kanan tekan= C x Beban angin kiri x Jarak gording
= 0,2 x 50 kg/m2 x 1,970 m
= 19,7 kg/m
W4 kanan hisap = C1 x Beban angin kanan x Jarak gording
= -0,4 x 50 kg/m2 x 1,970 m
43
= -39,4 kg/m
Maka beban angin yang digunakan (yang diperhitungkan) adalah beban angin kiri,
yaitu sebesar 19,7 kg/m karena beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang
atap.
maka :
y x
W
Wx = 0
Wy = W . cos
x
= 30o
y
Gambar 21. Beban angin
g3 kiri x = 0
g3 kiri y = 19,7 kg/m, dan
Mmaks = 0,8 (1/8 . g3 kiri y . l2)
Akibat :
g3 kiri x Mx4 = 0
g3 kiri y My4 = 0,8 (1/8 . g3 kiri y . l2)
= 0,8 (1/8 x 19,7 x 42)
= 31,52 kg.m
44
Berat sumbu y 7,60 6,503 86,602 19,7 23,563 106,302
Tabel 3. Daftar momen
Beban
Momen Atap Gording Berguna Angin
(M1) (M2) (M3) (M4)
Terhadap sumbu x (kg/m) 7,02 6,008 40 0
B. Kombinasi Pembebanan
Mtotal = M1 + M2 + M3 + M4
Mx total = Mx1 + Mx2 + Mx3 + Mx4
= 7,02 + 6,008 + 40 + 0
= 53,028 kg m = 5302 kg.cm
My total = My1 + My2 + My3 + My4
= 12,16 + 10,404 + 69,281 + 15,76
= 107,605 kg m = 10760,5 kg.cm
C. Kontrol Gording
1. Kontrol Terhadap Tegangan
Gording direncanakan menggunakan profil baja C 150 x 65 x 20 x 3,2 yang mempunyai
Wx = 44,3 cm3 dan Wy = 12,2 cm3.
M x total M y total
+
= Wy Wx
5302 10760,5
= +
12,2 44,3
= 434,590 + 242,900
= 677,490 kg/cm2
__
Karena < σ , yaitu 677,490 kg/cm2 < 1600 kg/cm 2, maka gording yang
45
E = 2,10 x 105
L = 4 m = 400 cm
Ix = 332 cm4
Iy = 53,8 cm4
Syarat lendutan yang diizinkan akibat berat sendiri dan beban hidup serta beban
yang diakibatkan oleh angin adalah :
¿
( f ) = L / 180
= 400 / 180
= 2,223 cm
5 x 0,037 x 40 04
=
384 x 2,10.1 06 x 53,8
46
¿
= 0,109 cm < f = 2,223 cm
4
5 xg y xL
fy2 = 384 xExl x
4
5 x 0,065 x 40 0
= 6
384 x 2,10.1 0 x 332
¿
= 0,310 cm < f = 2,223 cm
c. Terhadap beban berguna
Px3 = 50 kg
Py3 = 86,602 kg
3
P x xL
fx3 = 48 xExl y
50 x 40 0 3
=
48 x 2,10.1 06 x 53,8
¿
= 0,073 cm < f = 2,223 cm
3
P y xL
fy3 = 48 xExl x
3
86,602 x 500
6
= 48 x2,10.10 x332
¿
= 0,0207 cm < f = 2,223 cm
47
fx total = fx1 + x2 + fx3 + fx4
= 0,126 + 0,109 + 0,073 + 0
¿
= 0,308 cm < f = 2,223 cm ….. Ok
fy total = fy1 + fy2 + fy3 + fy4
= 0,0363 + 0,310 + 0,020 + 0,0941
¿
= 0,460 cm < f = 2,223 cm ….. Ok
f = √ f xtotal2+f total2
= √ 0,30 82 +0,46 02
= 0,553 cm < 2,223 cm …….Ok
Dimensi profil gording yang digunakan yaitu C 150 x 65 x 20 x 3,2 ( Aman )
Gording
Kuda-kuda
1,907
portal gable
m 48
7m
d = √
4 xFbr
μ
=
√ 4 × 0,0645
3,14
= 0,286 cm ¿ 3,0 mm
49
Jadi diameter minimal trackstang adalah 3,0 mm, tidak ada di pasaran, maka
diambil trackstang Ø8 mm.
50
4.2.4 Perhitungan Ikatan Angin
Pada perhitungan ikatan angin ini dipergunakan beban angin sebesar yaitu
beban angin kiri sebesar 80 kg/m2
P
Ikatan Angin
4m
Gording
1,970m
P Nx
N
Ny
∑ H =0
NX = P
Ncos = P
P
N = cos β
jarak antar gording
= arctan
jarak antar portal
51
1,970
= arctan = arctan 0,49 = 26,104
4
N 50
N= = = 88,652 kg
cos cos 26,104
N
=
Fn
N 88,652 2
Fn = = =0,306 cm
σ 1600
Fbr = 125%. Fn
= 1,25 x 0,055
2
= 0,068cm
D =
=
√ 4 x 0,068
3,14
= 0,166 cm = diambil 1 cm = 10 mm
P 50
Kontrol : = = = 909,090 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 ….. Ok
Fn 0,055
P
P P
P P
P P
P P
P/2 P P P/2
3
b c h1
2 = 30o 4
a d h2
1 5
24 m
52
Gambar 24. Beban yang bekerja pada portal
53
c. Akibat Beban Angin
(0,02 – 0,4) D - 0, 4
q3 q4
C = 30o E
q1 q2
+ 0, 9 - 0, 4
A B
54
Gambar 26. Hasil SAP
Jenis Reaksi Ditumpuan Reaksi Maximum
Pembebana
R1V R1H R5V R5H RAV RAH RBV RBH
n
Combinasi 2294.9 3027. 2294.9
-3027.4
1 1 4 1 2294.9 3027. 2294.9
-3028.18
Combinasi 2294.8 3025. 1 4 1
2294.8 -3028.18
2 5 9
Table 4. Reaksi Perletakan
Momen
No Batang Combinasi Combinasi Mmaks
1 2
1 3734.02 3733.78 3734.02
2 7882.32 7883.03 7882.32
3 7882.32 7880.66 7882.32
4 -3734.02 -3733.83 -3734.02
Tabel 5. Momen Elastis
Gaya Normal
No Batang Pmaks
Combinasi 1 Combinasi 2
1 -2294.85 -2294.91 -2294.91
2 -9498.59 -2796.02 -9498.59
3 -9498.95 -2796.02 -9498.95
55
4 -2294.8 -2294.91 -2294.8
Tabel 4.5 Gaya Normal/ Aksial
Gaya Lintang
No Batang Dmaks
Combinasi 1 Combinasi 2
1 -3027.4 -3027.05 -3027.4
2 1177.44 2076.13 2076.13
3 -1177.44 -2070.05 -2070.05
4 -3027.4 -3028.18 -3028.18
Tabel 6. Gaya Lintang
10 400
300
Profil IWF400x300x10x16
16 Gambar 27. Profil IWF
Diperoleh data-data dari tabel profil konstruksi baja :
b 300 mm ix 16,9 cm
tb 10 mm iy 7,28 cm
ts 16 mm Wx 1980 cm3
r 22 mm Wy 481 cm4
A 136,0 cm2
56
Tabel 4.7 Data Tabel Profil Kontruksi Baja
L b
1. ≥1,25
h ts
172 30
≥1,25
40 16
4,30 ≥ 2,34 ….. OK
h
2. ≤75
tb
400
≤ 75
10
40 ≤ 75….. OK
L. h
C 1=
b .t 2
172 . 40
C 1=
30. 1,6
C 1=143,3
E
C 2=0,63
σ
57
6
(2,10.10 )
C 2=0,63
1600
C 2=826,88
Karena C1 ≤ 250
__
Maka : didapat σ kip = σ ( didapat dari PPBB1 1987 )
__
Jadi, σ kip = σ = 1600 kg/cm2
b. Gaya Normal/Aksial
Diketahui dari hasil perhitungan SAP adalah Pmaks = 9498.95 kg.
P P
= < 0.15
Py . F
9498.95
= 0,029 < 0.15 …OK
2400 x 136
c. Gaya geser/Lateral
Diketahui dari hasil perhitungan SAP adalah Dmaks = 3028.18 kg
D = 1.27 x h x ts
= 1.27 x 400 x 16
= 8128 kg > 3028.18 kg … OK
d. Cek Kelangsingan
Pelat sayap
λ < λp
b 300 1680 1680
λ= = = 18.75 < λp = = = 108.44
ts 16 √ Fy √240
18.75 < 108.44 … OK
Badan
λ < λp
h 400 1680 1680
λ= = = 40 < λp = = = 108.44
tb 10 √ Fy √240
40 < 108.44 … OK
58
2. Kontrol Profil pada Kolom (batang a dan d)
a. Kontrol Terhadap Tekuk
L/4
0,7L
KL = L KL = L/2
L
L
L/4
59
Dari koefisien tekuk (ꞷ) baja Fe 360 diperoleh :
λx = 20,71 → ꞷx = 1.000
λy = 48,07 → ꞷy = 1.215
Syarat PPBBI
5898,99 2961,37
1) 1.000 x + 0.85 x 1 x 1 x
136 1980
43,37 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
5898,9 2961,37
2) 1.215 x + 0.85 x 1 x 1 x
136 1980
52,70 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
5898,9 2961,37
3) +1x
136 1980
44,87 kg/cm2 < 1600 kg/c m2
Jadi profil IWF 400.300.10.16 dapat digunakan dengan aman
terhadap tekuk.
a. Gaya Normal/Aksial
Diketahui dari hasil perhitungan SAP adalah Pmaks = 5898,991 kg.
P P
= < 0.15
Py . F
5898,99
= 0.018 < 0.15 …OK
2400 x 136
__
D = 1,27 . h . ts
= 1,27 x 400 x 16
c. Cek Kelangsingan
Pelat sayap
λ < λp
b 300 1680 1680
λ= = = 18.75 < λp = = = 108.44
ts 16 √ Fy √ 240
60
18.75 < 108.44 … OK!
Badan
λ < λp
h 400 1680 1680
λ= = = 40 < λp = = = 108.44
tb 10 √ Fy √240
40 108.44 … OK!
61
4.2.8 Perhitungan Sambungan
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
a. Perhitungan sambungan las untuk join 2 dan 4
tt
ttr
2
IWF 400 x 300 x 10 x 16
ts tc
n = 1500
Gambar 28.
Sambungan Las untuk Join 2 dan 4
Flange :
n 150
= =5
b 30
n
tt = ts (1 + 0,1 ( ) - 4)
b
= (16) × (1 + 0,1 (5 - 4))
= 17,6 mm
62
tc = tt / Cos Ө
= 17,6 / Cos 7°
= 23,34 mm
Transfer Stiffners :
ttr = tc Sin 16,50
= 23,34 x 0,28
= 6,535 mm
b 300
17 = 17 =17,64mm
b
ttr < 17 .......................
Diambil ttr = 17,64 mm ~ 18 mm
tt = tc = 23,34 mm ~ 18 mm
Diagonal Stiffner :
a). tt √2 – 0,82 (wh/b)
= 17,6 √2 – 0,82 ( 1,3.400/300)
= 13,38 mm
b). (1-tan Ө) t √2
= (1 -tan 30° ) x (18) √2
= 4,184 mm
b 300
=17,64
c). 17 = 17 mm ambil ts = 18 mm
b. Perhitungan sudut join 3
Pelat penyambung
dilas
Stiffners
ts
Pelat Pengaku
IWF 400 x 300 x 10 x 16
Gambar 29.
63
Sambungan las untuk join 3
Puncak
Plat pengaku disini harus cukup kuat untuk meneruskan gaya flange
σy.As = 2 x σy x Af Sin Ө
b . tp = 2 x ts Sin Ө
= (2) x (16) x Sin 300
= 3,136 mm
Diambil ts = 10 mm
Voute
Diketahui :
M max = 7882.32 kgm
Geometry : Diambil sudut Ө = 150 (Minimum 120)
h = 300
Wp = b/tb x (h-t) + tp (h-2t)2
1,1
= (30 ) x (1) x ( 40 – 1,8 ) + 4 ( 40 – 3,2 )
= 1156,12 cm4
Kontrol : Mh = 7882.32 kgm ~ 788232 tm
Mh 788232
σy = 2400
= 328,43 cm4 < 1156,12 cm4 .......Ok
Dmaks = 3028.18 kg
Pmaks = 9498.95 kg
1. Kontrol dimensi
1 2 1
Wu= a b= (50)2 (40)= 16666,67 cm3
6 6
64
Pmaks M 9498.95 788232
σb= + = +
F Wu 50 x 40 16666,67
2. Kontrol sambungan
Angkur baut digunakan sebanyak 4 buah
Akibat beban gaya geser tiap baut memikul beban:
Dmaks 3028.18
= = 757,045 kg
4 4
√ √
Dmaks 3028.18
Diameter angkur baut (d)= 1 : 4 = 1 : 4 = 0,500 cm = 5
πτ π 960
4 4
mm
Ambil baut ∅ 22 sebanyak 4 buah:
Fgs= 4. ¼. π d2= 4. ¼. 3,14. (22)2= 15,205 cm2
Dmaks/ 4 3028.18/ 4
Kontrol: τ = =
Fgs 15,205
= 49,78 kg/cm2 < τ =¿960 kg/cm2 (aman)
Gaya tiap-tiap baut
b
P=
2
σb = berat sendiri kolom + beban kolom = 856 + 9498,95 = 10354,95
kg
10354,95
P= =5177,47 kg
2
5177 , 47
¿ =136,62
σ1 = 1 2 kg/cm < 1280 kg/cm2 (aman)
π (22 )
4
3. Kontrol tebal pelat landas
Potongan kritis terletak pada potongan 1-2:
q
65
P 9498,95
σb = = = 4,74 kg/cm2
a xb 50 x 40
σa+σb 1600+4,74
q= . b= . 40 = 32094,8 kg/cm2
2 2
t=
√ 6M
a.σ
=
√
6 (577706)
50. 1600
= 6,5824 mm < trencana= 10 mm tebal pelat
landas aman
12
20
40
I Las = 2 x
1
12 ( 1 1
)
x 1 x ( 203 ) +2 ( 13 ) x 1 x 40+ 18 =2312,34 cm 4
2 2
Gaya pada Las
MY 2312,34 x 18
P= .1= . 1=18 kg
I Las 2312,34
Alas = 2.(1).(13) + 2.1.18 = 62 cm2
18(13+13+20+20)
τ Las = =19,16 kg/cm2
60
19,16
Tebal las = =0,021 cmdiambil tebal las 0,6 cm
0,58 x 1600
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Deskripsi
3) Dimensi Portal
Dimensi batang tarik (trackstang) : Φ 8 mm
Dimensi ikatan angin : Φ 16 mm
Dimensi balok gable : profil IWF 400.300.10.16
Dimensi kolom gable : profil IWF 400.300.10.16
Dimensi base plate : 50x40 cm dan tebal 10mm
Dimensi pondasi
Mutu beton/baja : f’c = 25 MPa
Mutu baja tulangan pokok : St.37 4 Φ20mm
Mutu baja tulangan sengkang : St.37 4 Φ20mm
Tulangan utama : St.37 4 Φ20mm
Tulangan sengkang sendi plastis : St.37
Tulangan sengkang sendi luar plastis : St.37
67
4) Sambungan Baut dan Las
Jenis Las : las sejajar
Tebal Las Maximum : 0.4 mm
Sambungan
Dimensi Baut : Φ 22 mm
Banyak Baut : 4 baut
5.2 Saran
Pada perhitungan, diperlukan ketelitian yang tinggi dalam menentukan ukuran
dan dimensi. Sehingga mata kuliah Struktur Baja II ini dituntut untuk disiplin dan
teliti.
68
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, B. (2018). Tabel Konstruksi Baja. Yogyakarta: Kanisius.
Ir. Sunggono kh.(1995). Buku Teknik Sipil. Bandung :Nova
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PBBI). (1983). DPMB.
T, Gunawan & S, Margaret.2005. Diktat Teori Soal dan Penyelesaian Kontruksi Baja II Jilid 1, Jakarta : Delta Teknik
Group
69
LAMPIRAN
70