Anda di halaman 1dari 60

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah jembatan ini. Tugas Besar ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Jembatan Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa.

Tentunya dalam penyelesaian Tugas Besar Jembatan ini saya memperoleh bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karna itu saya berterima kasih khususnya kepada:

1. Bapak Ir. I Wayan Muliawan, M.T. selaku dosen pengampu dan pembimbing mata
kuliah Jembatan.
2. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian tugas ini.

Saya menyadari kurang sempurnanya laporan Tugas Besar Jembatan ini baik dari segi isi
maupun metode penulisan, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan demi
kesempurnaan laporan Tugas Besar Jembatan ini.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pembaca dan semoga loparan Tugas Besar
Jembatan ini dapat memberikan edukasi.

Denpasar, 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I DATA PERENCANAAN...........................................................................................5

1.1 Spesifikasi Jembatan...................................................................................................5

1.2 Spesifikasi Bangunan Atas Jembatan (Super Structure).............................................5

1.3 Spesifikasi Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure).............................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6

BAB III PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN............................................14

3.1 PERENCANAAN RAILING JEMBATAN..............................................................14

3.1.1 Pipa Sandaran.....................................................................................................14

3.1.2 Tiang Sandaran...................................................................................................16

3.2 PERENCANAAN PELAT LANTAI KENDARAAN..............................................19

3.2.1 Pembebanan Pelat Lantai Kendaraan.................................................................19

3.2.2 Perhitungan Gaya Momen..................................................................................23

3.2.3 Perhitungan Penulangan Plat..............................................................................35

3.3 PERENCANAAN BALOK DIAFRAGMA JEMBATAN.......................................40

3.3.1 Data Struktur Atas Yang Membani Balok Diafagma........................................40

3.3.2 Bahan Struktur...................................................................................................41

3.3.3 Analisis Beban...................................................................................................41

3.3.4 Penulangan.........................................................................................................42

3.4 PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN............................................................44

3.4.1 Data Struktur Atas..............................................................................................44

3.4.2 Bahan Struktur...................................................................................................45

3.4.3 Analisis Beban...................................................................................................46


3.4.4 Perhitungan Momen Lentur...............................................................................49

3.4.5 Perhitungan Gaya Geser.....................................................................................52

3.4.6 Perhitungan Tulangan Gelagar...........................................................................55


BAB I
DATA PERENCANAAN
I.1 Spesifikasi Jembatan
Adapun spesifikasi dari jembatan yang akan direncanaan adalah sebagai berikut:
1. Bentang Jembatan : 15 meter
2. Panjang Jembatan : 15,80 meter
3. Lebar Jembatan : 8 meter
4. Lebar Trotoar : 1 meter
5. Lebar Lantai Kendaraan : 6 meter
6. Lantai Kendaraan : Beton Bertulang
7. Bahan Abutment : Beton Bertulang
8. Kondisi Muka Air Banjir : Di Bawah Muka Jalan
9. Kondisi Tanah Dasar : Sedang
I.2 Spesifikasi Bangunan Atas Jembatan (Super Structure)
Bangunan atas jembatan (Super Structure) yang direncanakan terdiri dari
beberapa konstruksi yaitu:

1. Railing Jembatan
a. Pipa Sandaran : Pipa Ø 89,1 mm
Mutu Baja BJ 37 (fy) = 240 MPa
b. Tiang Sandaran : Mutu Beton (f’c) = 25 MPa
Mutu Baja BJ 37 (fy) = 240 MPa
2. Pelat Lantai Kendaraan
a. Mutu Beton K350 (f’c) = 29,05 MPa
b. Mutu Tulangan U39 (fy) = 225 MPa
3. Gelagar Jembatan
a. Mutu Beton K350 (f’c) = 29,05 MPa
b. Mutu Tulangan U39 (fy) = 225 MPa

I.3 Spesifikasi Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure)


Bangunan bawah jembatan (Sub Structure) yang akan direncanakan pada tugas
ini adalah:

a. Abutment (Kepala Jembatan)


b. Pondasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Jembatan
Jembatan adalah suatu struktur yang memmungkinkan route transportasi melintasi
sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain – lain. Route Transportasi berupa
jalan kereta api jalan trem, pejalan kaki, rentetan kendaraan dan lain – lain. Jembatan yang
melintasi diatas jalan biasanya disebut viaduct (Manu, 1995).

II.2 Klasifikasi Jembatan


Adapun klasifikasi jembatan sebagai berikut (Manu, 1995):

1. Klasifikasi menurut kegunaannya:


a. Jembatan jalan raya
b. Jembatan kereta api
c. Jembatan jalan air
d. Jembatan jalan pipa
e. Jembatan militer
f. Jembatan penyebrangan
g. Dll
2. Klasifikasi menurut jenis material
a. Jembatan kayu
b. Jembatan baja
c. Jembatan beton:
Beton bertulang dan beton prategang
3. Klasifikasi menurut letak lantai jembatan:
a. Jembatan lantai kendaraan di bawah
b. Jembatan lantai kendaraan di atas
c. Jembatan lantai kendaraan di tengah
d. Jembatan lantai kendaraan di atas dan di bawah (double deck bridge)
4. Klasifikasi menurut bentuk struktur secara umum:
a. Jembatan gelagar
b. Jembatan pelengkung/busur
c. Jembatan rangka
d. Jembatan portal
e. Jembatan gantung
f. Jembatan kabel

II.3 Bagian – Bagian Jembatan


Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip
Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan jembatan pada
umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu:

1. Bangunan atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar/abdument)
3. Bangunan Bawas (memikul beban)
4. Pondasi
5. Optrit, (terletak di belakang abdument)
6. Bangunan pengama

II.4 Pembebanan
Pembebanan yang bekerja pada struktur ini terdiri dari beban mati (berat sendiri dan
beban mati tambahan), beban hidup, beban angin dan beban gempa

II.4.1 Beban Mati


Beban mati pada perencanaan ini meliputi berat sendiri dari masing – masing elemen
struktur seperti berat Pelat lantai kendaraan, aspal. Menurut RSNI-t-02- 2005 standar
pembebanan untuk jembatan, berat isi dari bahan bangunan pada jembatan adalah:

a. Beton bertulang / pratekan sebesar 23.5 - 25.5 Kn/m3 = 2400kN/m3 – 2600kN/m3

digunakan 2400kN/m3

b. Perkerasan jalan beraspal sebesar 22.0 Kn/m3 = 2240kN/m3

II.4.2 Beban Hidup


Pembebanan menurut SNI 1725-2016, untuk beban hidup UDL diambil sebagai
fungsi terhadap panjang jembatan dimana besarnya beban hidup UDL yang diambil dapat
direncanakan sebagai berikut:

a. Untuk panjang bentang jembatan (L) lebih kecil sama dengan 30 m maka besarnya
beban hidup UDL dapat diambil sebesar 9 kPa.
b. Untuk panjang bentang jembatan (L) lebih besar dari 30 m maka besarnya beban
hidup UDL dapat diambil sebesar 9(0.5+15/L) kPa.
Berdasarkan SNI T02-2005, ilustrasi pembebanan UDL dapat dilihat pada Gambar
2.1. Konfigurasi pembebanan tertentu untuk elemen-elemen struktur tertentu juga harus
diperhatikan untuk mendapatkan bentuk pembebanan yang memberikan gaya paling
maksimum (Maksimum - Maksimorum). Besarnya Dynamic Load Allowance (DLA) untuk
beban UDL ini diambil sebesar 30 % untuk panjang bentang kurang dari 50 m. Contoh
pembebanan hidup UDL dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar II-1 Sketsa Pembebanan


Sumber: (SNI, 2005)
1. Beban Hidup KEL (Knife Edge Load)

Pembebanan menurut SNI 17250-2016, untuk beban hidup KEL diambil sebagai
fungsi terhadap panjang jembatan dimana besarnya beban hidup KEL diambil sebesar 49
kN/m.

Konfigurasi pembebanan tertentu untuk elemen-elemen struktur tertentu juga harus


diperhatikan untuk mendapatkan bentuk pembebanan yang memberikan gaya paling
maksimum (Maksimum-Maksimorum). Besarnya Dynamic Load Allowance (DLA)
diambil sebesar 30% untuk panjang bentang kurang dari 50 m.

2. Beban Hidup Truk “T” (Truck Load)

Pembebanan menurut SNI 1725-2016, untuk beban hidup Truk konfigurasi


pembebanan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Besarnya jarak beban gandar variable
antara 4 hingga 9 meter. Untuk jembatan yang memiliki bentang yang panjang umumnya
kondisi pembebanan menggunakan Truk tidak dominan tetapi yang dipakai umumnya
menggunakan beban UDL.
Gambar II-2 Ilustrasi Beban Hidup Truck
Sumber: (SNI S.2016)
II.4.3 Beban Pejalan Kaki
Trotoar yang terdapat pada jembatan harus diperhitungkan adanya beban pejalan kaki
sebesar 500 kg/m.

II.4.4 Beban Angin


Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung kecepatan
angin rencana sebagai berikut:

TEW=0,0006CW (VW )2 Ab
Keterangan:
VW = Kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau.
CW = Koefisien seret
Ab = Luas koefisien bagian samping jembatan.
Luas ekivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang massif dalam
arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk jembatan rangka luas ekivalen dianggap
30 % dari luas yang dibatasi oleh batang-batang bagian terluar.

Apabila suatu kendaraan sedang berada pada permukaan lantai maka besarnya beban
angin dapat dihitung sebagai berikut :

TEW=0,0012CW (VW ) 2 Ab

Dimana nilai Cw diambil sama dengan 1.2. hal ini berbeda dengan beban angin yang
bekerja pada rangka dengan koefisien seret (Cw) diambil seperti pada Tabel 2.1.
Tabel II-1 Koefisien Seret (Cw)

Tipe Jembatan Cw
Bangunan atas masif : (1),
(2) 2.1 (3)
b/d =1.0 1.5 (3)
b/d =2.0 1.25
b/d ≥ 6.0 (3)
Bangunan atas rangka 1.2
CATATAN (1) : b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisiluar
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian
sandaran yang masif
CATATAN (2) : Untuk harga antara dari b/d bisa di interpolasi linier
CATATAN (3) : Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi ,
Cw harus dinaikkan sebesar 3% untuk derajat superelevasi, dengan
kenaikan maksimum 2,5 %
Sumber: (SNI S. N., 2005)

II.4.5 Beban Gempa


Beban gempa yang digunakan sesuai SNI-2833-2012S, dimana wilayah gempa
terbagi sesuai percepatan respon spektrumnya.

II.4.6 Memperkirakan Tebal Pelat Lantai Kendaraan


Pelat lantai yang berfungsi sebagai jalan kendaraan pada jembatan harus mempunyai
tebal minimum ts, yang memenuhi kedua ketentuan berikut :

ts ≥ 200 mm dan ts ≥ 100 + 40 L (m),

Dimana L adalah bentang dari pelat lantai antara pusat tumpuan dan ts diberikan
dalam millimeter (BMS 6.7.1.2).

II.5 Sifat Mekanis Baja


Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi
persyaratan minimum yang diberikan pada Tabel 1.2

Tabel II-2 Mutu Baja


Tegangan putus Tegangan putus Peregangan
Jenis minimum, minimum, minimum (%)
Baja fu (MPa) fy (MPa)
BJ 34 340 210 22
BJ37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber: SNI 1792-2015

Sifat Mekanis Baja Lainnya:


Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktur untuk maksud perencanaan ditetapkan
sebagai berikut:
a. Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
b. Modulus geser : G = 80.000 MPa
c. Nisbah poisson : μ = 0,3

d. Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-16/°C

II.6 Merencanakan Struktur Sekunder


Dalam merencanakan struktur sekunder berpedoman pada peraturan SNI 17250-2016
(standar pembebanan untuk jembatan) untuk mendapatkan ukuran profil struktur sekunder
jembatan

II.7 Merencanakan Struktur Utama Jembatan


II.7.1 Struktur Batang Tarik
Struktur batang tarik adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban
normal tarik.
Kontrol batang tarik:
Batasan kekuatan (SNI 03-1729-2002, bab 10.1)
Pu ≤ ØRn
Keterangan:
Pu = gaya tarik akibat beban terfaktor
Rn = kuat rencana tarik
Ø = faktor reduksi
Kontrol leleh:
Pu ≤ ∅ . f y . A g
∅ = 0,9 (pada tengah bentang)
Kontrol patah:
Pu ≤ ∅ . f u . A e
∅ = 0,75 (pada daerah sambungan)
Keterangan:
f y = tegangan leleh bahan
f u = tegangan putus bahan
A g= luas penampang utuh (gross)
Ae = luas penampang efektif

II.7.2 Struktur Batang Tekan


Struktur tekan adalah bagian struktur yang menerima gaya normal tekan. Beban yang
cenderung membuat batang bertambah pendek akan menghasilkan tegangan tekan pada
batang tersebut.
Kuat Tekan Batang Tekan (SNI T-03-2005)
N u ≤ ∅n . N n
Keterangan:
∅ n = Faktor reduksi 0,85
N n = Kuat tekan nominal komponen
2

N n=( 0,66 λc ) . A g . f y Untuk λc ≤ 1,5


(0,88)
N n= . Ag. f y Untuk λc ≥ 1,5
λc2
Lk f y
λc=

rπ E k
; L =K c . L

Keterangan:
A g . = luas penampang bruto
fy = tegangan leleh
λc = parameter kelangsingan
K c = panjang tekuk untuk komponen struktur jembatan
E = modulus elastisitas bahan baja

Gambar II-3 Faktor Panjang Efektif


BAB III
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN
III.1 PERENCANAAN RAILING JEMBATAN
III.1.1 Pipa Sandaran

Gambar 3.1. Detail Pipa Sandaran


a. Data perencanaan (berdasarkan Tabel Kontruksi Baja):
1. Diameter pipa sandaran (D) : 89,1 mm
2. Tebal pipa (t) : 4,0 mm
3. Berat pipa (G)/(q) : 8,39 kg/m
4. Momen inersia pipa (I) : 97,0 cm4
5. Sectional area (F) : 10,69 cm2
6. Section modulus (W)/(Zx) : 21,8 cm3
7. Mutu Baja BJ 37 : 240 MPa
8. Tinggi sandaran : 0,9 m
9. Jarak antara tiang sandaran (L) : 2,15 m
10. Berat sandaran/beban horizontal (q) : 1 kN/m = 101,972 kg/m
11. Modulus Elastisitas : 200000
b. Pembebanan

Gambar 3.2 Resultan beban pada pipa


1. Beban vertical:
q vertikal (qy) = q pipa + q sandaran
= 8,39 kg/m + 101,972 kg/m = 110,36 kg/m
Jarak tiang sandaran = 2,15 m
Momen akibat beban vertikal:
1 1
M y = qy L2= .110,36 .2,15 2=63,769 kgm
8 8
2. Beban horizontal:
q horizontal (qx) = q sandaran
= 1 kN/m = 101,972 kg/m
Jarak tiang sandaran = 2,15m
Momen akibat beban horizontal:
1 1
M x = qx L2= .101,972. 2,152=58,921 kgm
8 8
3. Kontrol kekuatan pipa sandaran
Zx = 21,8 cm3 = 21800 mm3
Mn = 0,9. fy. Zx
Mn = 0,9 x 240 x 21800
Mn = 4708800 Nmm
4. Resultan Momen
M r= √ M 2x + M 2y = √ 86,222 +79,672 = 86.822 kgm =851433.95 Nmm
5. Kontrol kekuatan lentur pipa:
M r 1151208,57
= =0,181 < 1 (OK)
Mn 4708800
c. Lendutan
1. Syarat lendutan yang terjadi pada pipa
Berdasarkan rsni-t-03-2005 jika L ≤ 3,00 m maka L/180
L 2,15
δ ijin= = = 0.0119 m = 11.944 mm
180 180
2. Tegangan yang terjadi akibat beban vertical (Fy)
5 qy L4 5 0,11036 x 2150 4
Fy = = =0.158 mm
384 EI 384 200000 x 970000
3. Tegangan yang terjadi akibat beban horizontal (Fx)
5 qx L4 5 0,11036 x 21504
Fx = = =0,146 mm
384 EI 384 200000 x 970000
4. Resultan lendutan:
δ terjadi=√ F 2x + F 2y =√ 0,1582 +0,1462 = 0,215 mm
5. Kontrol lendutan
δ terjadi < δ ijin
0,215 mm<11,944 mm (OK)

Berdasarkan perhitungan diatas pipa Ø 89,1 mm dapat digunakan sebagai pipa


sandaran dalam perencanaan jembatan ini.

III.1.2 Tiang Sandaran


Menurut PMJJR tiang-tiang sandaran pada tiap jembatan harus diperhitungkan dapat
menahan muatan horisontal sebesar 100 Kg/m yang bekerja setinggi 90 cm di atas lantai
trotoar.

Gambar 3.3 Gambar tiang sandaran


a) Data perencanaan:
Beban horizontal (qH) = 100 kg/m
Jarak antar tiang sandaran= 2,15 m
Lebar (b) = 0,15 m
Tebal (h) = 0,2 m
Tinggi (H) = 1,15 m (dari atas pelat lantai)
Selimut beton (d’) = 30 mm
Tulangan utama = Ø10 mm
Tulangan sengkang = Ø 8 mm
Berat pipa (q) = 8,39 kg/m
Faktor reduksi lentur (Ø) = 0,8
Mutu beton (f’c) = 25 Mpa
Mutu baja tulangan (fy) = 240 Mpa
Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3
d = h- d’ – ½ ϕ utama- ϕ tul.sengkang
= 0,2 -0,04 – (0,5 x0,01) – 0,008
= 0,147 m = 147 mm
b) Pembebanan
1) Beban mati
Berat sendiri tiang = b x h x b’ x Bj beton
= 0,15 x 0,2 x 0,9 x 2400
= 64,8 kg
Berat sendiri pipa = n x L x qpipa
= 4 x 2,15 x 8,39
= 72,154 kg
PD = berat sendiri tiang + berat sendiri pipa
= 64,8 +72,154
= 136,954 kg
MD = PD x 0,5b
= 136,954x 0,5 x 0,15
= 10.272 kgm
= 100729.496Nmm
2) Beban Hidup
Beban hidup pada tiang sandaran merupakan beban horisontal yang bekerja
pada tiang sandaran:
PL = qH. L
= 100 x 2,15
= 247.250 kg
ML = P. H
= 247.250 x 1,15
= 284.338 kgm = 2788398.344 Nmm
3) Beban Ultimate
Vu = 1,2 PD + 1,6 PL
= 1,2 x 136,954 + 1,6 x 247.250
= 559.945 kg
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 x 100729.496 + 1,6 x 2788398.344
= 4805384.614 Nmm

c) Penulangan tiang sandaran


 Tulangan lentur
fy 240
M= = =11,29
0,85. fc ' 0,85 x 25
M u 4805384.614
M n= = =6006730,767 Nmm
∅ 0,8
Mn 6006730,767
Rn = 2
= =1,853 Nmm
b.d 150. 1472
Faktor β 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk fc’ ≤ 30 Mpa (rsnit-12-2004)
β 1=0,85
0,85. β1 . fc ' 600
ρbalance =
fy (
x
600+ fy )
0,85 x 0,85 x 25 600
¿
240
x (
600+240 )
= 0,054
1,4 1,4
ρmin = = =0,00583
fy 240

1 2 . m. Rn
ρ perlu =
m ( √
1− 1−
fy )
1 2 x 11,29 x 1,853
¿
11,29 ( √
1− 1−
240 )
= 0,008
Karena ρmin < ρ perlu, dipakai ρ perlu=0,008
As = ρ bd = 0,008 x 150 x 147 = 178,411 mm2
Luas diameter tulangan utama (1/4πd2) = ¼ x 3,14 x 102 = 78,5 mm2
Jumlah tulangan yang akan digunakan:
As 170,6
n= = =2,27 ≈ 3
A 78,5
Jadi, dipakai tulangan 3ϕ10 mm

 Tulangan geser
Vu = 559.945 kg = 5281 N
Vu 5491.183
Vn ¿ = =8801,67 N
0,6 0,6
1 '
Vc ¿
6
√ f c bd= 16 √ 25 x 150 x 147=18375.000 N
Faktor reduksi geser Ø = 0,70
ØVc = 0,7 x 18375.000 N = 12862,500 N

Vu < ØVc
5281 N < 12862,5 N (OK) → maka tidak perlu tulangan geser
Walau secara teoritis tidak perlu sengkang tetapi untuk kestabilan struktur
dan peraturan mensyaratkan dipasang tulangan minimum (spasi
minimum).
1 1
Smaks = d= x 147=73,500 mm
2 2
1 1
√ f ' c bs √25 x 150 x 73,5
Avmin 3 3 3
¿ = =76,56
fy 240
Dipakai tulangan ϕ8 mm (Av = 50,24 mm2), maka jarak sengkang
Av . fy . d 50,24 x 240 x 147
S¿ = =¿96,461 mm ≈ 100 mm
vc 18375
Jadi, dipakai tulangan sengkang ϕ8-100 mm

Gambar 3.3 Penulangan tiang sandaran

III.2 PERENCANAAN PELAT LANTAI KENDARAAN


III.2.1 Pembebanan Pelat Lantai Kendaraan
a) Beban mati
Menurut SNI 1725-2016 “Pembebanan Untuk Jembatan”, berat isi dari bahan
bangunan pada jembatan adalah:
 Lapisan permukaan beraspal = 22,0 kN/m3 = 2240 kg/m3
 Beton dengan f’c < 35 MPa = 22,0 kN/m3 – 25,0 kN/m3 = 2240 kg/m3 –
2550 kg/m3 (dipakai 2400 kg/m3)
1) Perhitungan beban mati pada trotoar
Akibat berat sendiri pelat:
Lebar pelat lantai = 1,5 m1
Tebal pelat lantai = 0,25 m
Beban berat sendiri pelat lantai = berat jenis beton x lebar pelat x tebal
pelat
= 2400 x 1,5 x 0,25
= 900 kg/m
Beban pipa sandaran:
Berat pipa sandaran = 8,39 kg/m
Panjang pipa sandaran = 2,15 m
Jumlah pipa sandaran =2
Beban pipa sandaran = berat pipa sandaran x Panjang pipa
sandaran x jumlah pipa sandaran
= 8,39 x 2,15 x 2
= 36.507 kg
Beban tiang sandaran:
Lebar penampang tiang = 0,15 m
Tebal penampang tiang = 0,2 m
Tinggi tiang sandaran = 0,9 m
Beban tiang sandaran = berat jenis beton x lebar penampang x
tebal tiang x tinggi tiang
= 2400 x 0,15 x 0,2 x 0,9
= 64,8 kg
Beban pasir:
Berat jenis pasir = 1600 kg/m3
Tebal pasir = 0,2 m
Lebar pasir = 1,5 m
Beban pasir = berat jenis pasir x tebal pasir x lebar
pasir
= 1600 x 0,2 x 1,5
= 208 kg/m
Beban Paving:
Berat jenis paving = 2000 kg/m3
Tebal paving = 0,05 m
Lebar paving =1m
Beban paving = berat jenis paving x tebal paving x
lebar
paving
= 2000 x 0,05 x 1
= 100 kg/m
Total beban mati merata pada trotoar (q1) = Beban berat sendiri pelat
lantai + Beban pasir + Beban Paving
q1 = 900 kg/m + 208 kg/m + 100 kg/m = 1208.000 kg/m
Total beban mati terpusat pada trotoar (P) = Beban pipa sandaran+ Beban
tiang sandaran
P = 36,507kg + 64,8 kg = 101.307 kg/m
2) Perhitungan beban mati pada pelat lantai kendaraan
Akibat berat sendiri pelat:
Lebar pelat lantai = 1,5 m
Tebal pelat lantai = 0,25 m
Beban berat sendiri pelat lantai = berat jenis beton x lebar pelat x tebal
pelat
= 2400 x 1,5 x 0,25
= 900 kg/m
Beban Perkerasan dan Overlay:
Lebar perkerasan = 1,5 m
Tebal perkerasan = 0,05 m
Beban perkerasan = berat jenis sapal x lebar perkerasan x tebal
perkerasan
= 2240 x 1,5 x 0,05
= 168 kg/m
Lebar overlay = 1,5 m
Rencana overlay = 2 kali
Tebal overlay = 0,05 m
Beban overlay = berat jenis aspal x lebar overlay x tebal
overlay
= 2240 x 1 x 0,05
= 336 kg/m
Beban Perkerasan dan Overlay = beban perkerasan + beban overlay
= 168 + 336
= 504 kg/m

Akibat beban air hujan:


BJ air = 1000 kg/m3
Lebar air hujan = 1,5 m
Tebal air hujan = 0,03 m
Beban berat air hujan = berat jenis air x lebar air hujan x tebal air
hujan
= 1000 x 1 x 0,05
= 75 kg/m
Total beban mati pada pelat lantai kendaraan (q2) = Beban berat sendiri
pelat lantai + Beban Perkerasan dan Overlay+ Beban air hujan
q2 = 900 kg/m + 504 kg/m + 75 kg/m = 1479 kg/m

b) Beban Hidup

Gambar 3.4 Beban Hidup Lantai dan Trotoar


1) Beban lalu lintas
Menurut SNI 1725-2016 “Pembebanan untuk jembatan” beban lalu lintas
terbagi atas:
 Beban lajur “TD”
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan
besaran q tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu
seperti berikut:
Karena L < 30 m maka q = 9,0 kPa
 Beban truk “TT”
Pembebanan truk "T" terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang
mempunyai susunan dan berat gandar dengan pembebanan truck
“T” = 500 kN = 10000 kg.
2) Beban hidup pada trotoar
Pembebanan untuk pejalan kaki (TP)
Menurut SNI 1725-2016 “Pembebanan untuk jembatan”, Semua
komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan untuk
memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja
secara bersamaan dengan beban kendaraanpada masing-masing lajur
kendaraan.
TP = 5 kPa = 5 x101,97 = 509,86 kg/m2
Lebar trotoar =1m
Beban hidup trotoar = TP x lebar trotoar
= 509,86 x 1
= 509,86 kg/m

III.2.2 Perhitungan Gaya Momen


Untuk mempermudah perhitungan momen pelat lantai kendaraan jembatan, pelat
tersebut dianggap sebagai balok.

a. Kombinasi pembebanan
Berdasarkan SNI-03-2847-2002, didapat kombinasi pembebanan untuk beban
mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1,2D + 1,6 L
Ket:
D = beban mati
L = beban hidup
Jadi, gaya-gaya yang bekerja adalah:
 Pada Trotoar
Beban mati:
Beban mati merata (qm) = 1,2D
= 1,2 x Total beban mati merata pada trotoar
= 1,2 x 1208.000 kg/m
= 1449.600 kg/m
Beban mati terpusat (P) = 1,2D
= 1,2 x Total beban mati terpusat pada trotoar
= 1,2 x 101.307 kg/m
= 121.568 kg/m
Beban hidup (qh) = 1,6L
= 1,6 x Beban hidup trotoar
= 1,6 x 509,86 kg/m
= 815.760 kg/m
Beban merata total (q1) = qm + qh +P
= 1449.600 + 815,760 + 121.568
= 2386.928 kg/m
 Pada Pelat Lantai
Beban mati (q2) = 1,2D
= 1,2 x Total beban mati pada pelat lantai
kendaraan
= 1,2 x 1479.000 kg/m
= 1774.800 kg/m
Beban hidup (P) = 1,6L
= 1,6 x Total beban hidup pada pelat lantai
kendaraan
= 16000.000 kg/m

Total beban pada lantai kendaraan (q2)


= Beban mati (q2) + Beban hidup (P)

= 1774.800 + 16000.000

= 17774.800 kg/m

b. Perhitungan momen akibat beban pada trotoar


Diketahui lebar trotoar (L) = 1 m
Gambar 3.5 Gaya Momen pada Trotoar

1
RB = q 1 L2
2
1
= 2386.9281 x 12
2
= 1193.464 kgm
−q 1 2
MBA =( L)
2
−2386.928
= x1
2
= -1193.464 kgm
q1 2
MFG = L
2
2386.928
= x1
2
= 1193.464 kgm

c. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati Pada Lantai Kendaraan


Untuk mencari momen yang terjadi pada tiap perletakan maka kita sederhanakan
dahulu sendi-sendi menjadi jepit-jepit
Diketahui panjang (l) = 1,5 m
 Perhitungan Momen Primer:
Gambar 3.6 Perhitungan Momen pada Lantai Kendaraan

1
MBC0 = q 2 ×l 2
12
1
= ¿
12
= 332.775 kgm
MBC0 = MCD0 = MDE0= MEF0 = 332.775 kgm
−1
MCB0 = q 2 ×l 2
12
−1
= ¿
12
= −¿332.775 kgm
MCB0 = MDC0 = MED0= MFE0 = −332.775kgm
 Analisa perhitungan distribusi momen
Untuk mencari momen ujung terjepit pada tiap perletakan, dilakukan distribusi
momen dengan menggunakan metode cross.
 Perhitungan kekuatan dan distribusi momen
Joint B:
Kekakuan:
kBA =0
kBC = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI
+
ΣKb = 2,667 EI
Faktor distribusi:
FBA = 0
FBC = kBC = 2,667EI
ΣKb = 2,667 EI
FBC = 1
Joint C:
Kekakuan:

kCB = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI


kCD = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI
+
ΣkC = 5,334 EI
Faktor distribusi:
kCB 2,667 EI
FCB = = =0,5
∑ kC 5,334 EI
kCD 2,667 EI
FCD = = =0,5
∑ kC 5,334 EI
Joint D:
Kekakuan:

kDC = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI


kDE = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI
+
ΣkD = 5,334 EI
Faktor distribusi:
kDC 2,667 EI
FDC = = =0,5
∑ DE 5,334 EI
kBC 2,667 EI
FDE = = =0,5
∑ kD 5,334 EI
Joint E:
Kekakuan:

kED = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI


kEF = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI
+
ΣkE = 5,334 EI
Faktor distribusi:
kEF 2,667 EI
FED = = =0,5
∑ kE 5,334 EI
kED 2,667 EI
FEF = = =0,5
∑ kE 5,334 EI
Joint F:
Kekakuan:
kFE = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,667 EI
kFG =0
+
ΣkF = 2,667 EI
Faktor distribusi:
kFE 2,667 EI
FFE = = =1
∑ kF 2,667 EI
FFG = 0
Catatan:
Batang AB dan FG tidak memiliki kekakuan, karena ditumpu satu tumpuan
saja (Balok kantilever)
 Perhitungan Distribusi Momen (Momen Perlawanan dan Induksi)
Siklus 1
1. Momen Jepit
Dititik B:
Mb = MBA + M ∘BC = -1193.464 kgm + 332.775 kgm = -860.689kgm
Dititik C:
Mc = M ∘CB + M ∘CD = −¿332.775 kgm + 332.775 kgm = 0 kgm
Dititik D:
Md = M ∘DC + M ∘DE = −¿332.775 kgm + 332.775 kgm = 0 kgm
Dititik E:
Me = M ∘ED + M ∘EF = −¿332.775 kgm + 332.775 kgm = 0 kgm
Dititik F:
Mf = M ∘FE + M ∘FG = −¿332.775 kgm + 1193.464 kgm = 860.689kgm
2. Momen Perlawanan
Dititik B:
MBA = -Mb x FBA = -(-860.689 kgm) x 0 = 0 kgm
MBC = -Mb x FBC = -(-860.689 kgm) x 1 = 955,838 kgm
Dititik C:
MCB = -Mc x FCB = -(0) x 0,5 = 0 kgm
MCD = -Mc x FCD = -(0) x 0,5 = 0 kgm
Dititik D:
MDC = -Md x FDC = -(0) x 0,5 = 0 kgm
MDE = -Md x FDE = -(0) x 0,5 = 0 kgm
Dititik E:
MED = -Me x FED = -(0) x 0,5 = 0 kgm
MEF = -Me x FEF = -(0) x 0,5 = 0 kgm
Dititik F:
MFE = -Mf x FFE = -(860.689 kgm) x 1 = -860.689 kgm
MFG = -Mf x FFG = -(860.689 kgm) x 0 = 0 kgm
3. Momen Induksi
Pada batang BA
MBA = 0 kgm
Pada batang BC
1 1
MBC = M CB= × 0 kgm=0 kgm
2 2
Pada batang CB
1 1
MCB = M BC = × 860.689 kgm=430.345kgm
2 2
Pada batang CD
1 1
MCD = M DC = ×−860.689 kgm=−430.345 kgm
2 2
Pada batang DC
1 1
MDC = M CD = × 0 kgm=0 kgm
2 2
Pada batang DE
1 1
MDE = M ED = ×0 kgm=0 kgm
2 2
Pada batang ED
1 1
MED = M DE = × 0 kgm=0 kgm
2 2
Pada batang EF
1 1
MEF = M FE= ×−955,838 kgm=−477,919kgm
2 2
Pada batang FE
1 1
MFE = M = ×0 kgm=0kgm
2 EF 2
Pada batang FG
MFG = 0 kgm
Kemudian momen induksi sianggap momen primer dilalukan pengulangan
perhitungan siklus sampai hasil momen distribusi = 0,00.

Gambar 3.7 Momen Indeks pada Setiap Bentang Jembatan

4. Perhitungan Momen
Untuk batang BC

Gambar 3.8 Gaya Momen pada Tumpuan B-C


Diketahui :
q2 = 1774,800 kg/m
Bv (batang BA = 1193.,464 kg/m
L =1,5 m
Reaksi perletakan
∑ MC =0
∑ MC = BV × L−Bv ¿
L2
Bv ( batang BA ) x L+q 2 × + M BC −M CB
2
Bv =
L
1.5 2
1193.,464 x 1 , 5+1774,800× +332.775−(−332.775)
Bv 2
¿
1,5
Bv = 2968.264 kg

∑ MB =0
L2
∑ MB = C V × L−q 2 × −M BC + M CB=0
2
L2
q 2× + M CB−M BC
2
Cv=
L
1.52
1774,800× +(−332.775)−332.775❑
Cv 2
¿
1,5
Cv = 887.400 kg

∑V =0
∑V = Bv + Cv –q2.L –Bv (batang BA)
= 2968.264 + 887.400 -1774,800 x 1,5 -1193.,464
=0
Reaksi perletakan sudah benar
Bidang Momen (Mx)
1 2
Mx = Bv . x-Bv(batang BA). X - M BC − q 2. x
2
X =0
−1
Mx = 2968.264 x 0 - 1193.,464 x 0 - 332.775 - 1774,800 x 0
2
= -332.775 kgm
X = 0,5
−1
Mx = 2968.264 x 0,5 - 1193.,464 x 0,5- 332.775 - 1774,800 x
2
0,5
= 332.775 kgm
X =1
−1
Mx = 2968.264 x 1 -1193.,464 x 1 -332.775 - 2 1774,800 x 1

= 554.625 kgm
X = 1,5
−1
Mx = 2968.264 x 1,5 -1193.,464 x 1,5 -332.775 - 1774,800 x
2
1,5
= 332.775 kgm
dMmax
Mmax = =0
d
1 2
Mx = Bv . x –Bv (batang BA). X - M BC − q 2. x
2

dMx
=
( 12 q 2. )
d Bv – Bv (batang BA )−M BC

887.4
= 1442.025

X = 1.625
Mx = 207.984 kgm
Karena batang BC dan batang FE simetris, maka bidang momen
pada batang BC dan FE sama.

Untuk batang CD

Gambar 3.8 Gaya Momen pada Tumpuan B-C


Diketahui :
q2 = 1774,800 kg/m
Cv (batang BC) = 1193.,464 kg/m
L =1,5 m
Reaksi perletakan
∑ MD =0
∑ MD = C v × L−Cv ¿
L2
Cv ( batang BA ) x L+q 2 × + M CD −M DC
2
C v=
L
1.5 2
887.400 x 1,5+1774,800× +332.775−(−332.775)
Cv 2
¿
1,5
Cv = 2662.200 kg

∑ MC =0
L2
∑ MC = −D V × L+q 2× + M CD −M DC =0
2
L2
q 2× + M DC −M CD
2
Dv=
L
1.52
1774,800× +(−332.775)−332.775❑
Dv 2
¿
1,5
Dv = 887.400 kg

∑V =0
∑V = Cv + Dv –q2.L –Cv (batang BC)
= 2662.20 + 887.400 -1774,800 x 1,5 -887.400
=0
Reaksi perletakan sudah benar
Bidang Momen (Mx)
1 2
Mx = Cv . x-Cv(batang BC). X - M CD − q 2. x
2
X =0
−1
Mx = 2662.200 x 0 - 887.400 x 0 - 332.775 - 1774,800 x 0
2
= -332.775 kgm
X = 0,5
−1
Mx = 2662.200 x 0,5 - 887.400 x 0,5- 332.775 - 1774,800 x
2
0,5
= 332.775 kgm
X =1
−1
Mx = 2662.200 x 1 -887.400 x 1 -332.775 - 2 1774,800 x 1

= 554.625 kgm
X = 1,5
−1
Mx = 2662.200 x 1,5 -887.400 x 1,5 -332.775 - 1774,800 x 1,5
2
= 332.775 kgm
dMmax
Mmax = =0
d
1 2
Mx = Cv . x –Cv (batang BC). X - M CD − q 2. x
2

dMx
=
( 12 q 2.)
d Cv – Cv (batang BC )−M CD

887.4
= 1442.025

X = 1.625
Mx = 1109.250 kgm
Karena batang CD dan batang ED simetris, maka bidang
momen pada batang CD dan ED sama.

Gambar 3.9 Gaya Momen pada Bentang A-G

d. Perhitungan Momen Akibat Beban Hidup Pada Lantai Kendaraan


Gambar 3.10 Gaya Momen Akibat Beban Hidup Pada Lantai
Kendaraan

1. Momen Pada Tumpuan


1
MBC ¿− p x l
8
1
¿− 16000. x 1,5
8
= -3000.000 kgm
MBC = MCD = MDE = MEF = -3000.000 kgm
2. Momen Pada Daerah Lapangan

Mo
¿
pxl
+
px ( 12 ) x l
2 2

¿
16000 x 1,5
+
16000 x ( 12 ) x 1,5
2 2

= 18000 kgm

Gambar plat yang menumpu pada 2 tepi sejajar yang memikul beban
terpusat (untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya).

Ly = 1580 cm

Lx = 150 cm

r = 0,5

Untuk Ly > 3r x Lx
3 3
Sa ¿ x a+ x r x Lx
4 4

Ly = 15.8 > 2,25

a1 = 85 cm

a2 = 105 cm

Sesuai PBBI 1971 hal.207, maka ditentukan :

Sa = 120 cm = 1,2 m

Sb = 135 cm = 1,35 m

Dari gambar digunakan nilai S yang terkecil yaitu 1,2 m

Mo
M Lapangan x ¿
S

18000
¿
1,2

= 15000 kgm

Mo
M Tumpuan x ¿
S

−3000.000
¿
1,2

= -2500 kgm

3. Momen Pada Lantai Kendaraan


Untuk daerah tumpuan
Pada tumpuan balok B dan F
Mu = -2832.775 kg m
Pada tumpuan balok C dan E
Mu = -2167.225 kg m
Pada tumpuan balok D
Mu = -2167.225 kg m

Diambil Mu terbesar = -2832.775 kgm


= -27.761 kNm
Untuk Daerah Lapangan
Pada bentang BC dan EF :
Mu = 15207.984 kgm

Pada bentang CD dan DE :


Mu = -1390.750 kgm

Diambil Mu terbesar = 15207.984 kgm


= 149.038 kNm

III.2.3 Perhitungan Penulangan Plat


h (tebal pelat lantai) = 25 cm

P (tebal selimut) = 2.5 cm

Ø tulangan = 12 mm = 1.4 cm

1
dx ¿ h−p− Ø x dx
2

1
¿ 25−2,5− x 1,4 x dx
2

= 21.8 cm

1 1
dy ¿ h−p− Ø x dx− Ø x dy
2 2

1 1
¿ 25−2,5− x 1,4 x dx− 1,4
2 2

= 20,4 cm

d =h–p

= 25 – 2,5

= 22,5

1. Perhitungan Tulangan Lentur Negatif


Momen rencana pada tumpuan = 27.761 kNm
Mutu beton (f'c) = 25 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
Modulus elastis baja (E ) = 200000 Mpa
Faktor distribusi tegangan (β1) = 0.85

0,85 x β 1 x f ' c 600


ρb ¿
fy ( ) 600+fy
0,85 x 0,85 x 25 600
¿
240 ( 600+240 )
= 0.0538 Mpa
Rmaks ¿ 0,75 x ρ b x fy ¿

¿ 0,75 x 0.0538 x 240 ¿

= 7.473 N/mm2

= 7473.244 kN/m2

Faktor reduksi kekuatan lentur (ф) = 0.8

Momen rencana ultimit (Mu) = 27.761 kN.m

Tebal efektif pelat lantai (d) = 0.225 m = 225 mm

Ditinjau pelat beton selebar 1.5m (b) = 1500 mm = 1.5 m

Mu
Momen nominal rencana (Mn) ¿
ф

27.761
¿
0,8

¿ 34.7015 kN . m

Mn
Faktor tahanan momen (Rn) ¿ 2
Øb ( d )

34.7015
¿
0,8 x 1,5 ( 0,225 )2

¿ 571.218 kN/m2
Rn < R maks

571.218 < 7473.244 ……………………. (OK)

0,85 x f ' c 2 x Rn
Rasio tulangan yang diperlukan ρperlu ¿
fy
x 1− 1−

0,85 x f ' c

0,85 x 320 2 x 571,218


¿
240
x 1− 1−

0,85 x 25

¿ 2,424

1.4
Rasio tulangan minimum ρmin ¿
fy

1,4
¿
240

= 0.00536

Luas tulangan (As) =ρxbxd

= 1968.75 mm2

As
¿
Jumlah tulangan (n)
( 14 ) x π x D 2

= 11.657 = 12 batang

b
Jarak antar tulang ¿
n

= 12,5 cm

Jadi digunakan tulangan Ø12 – 125 mm

Tulangan bagi/susut arah memanjang diambil 20% tulangan pokok

Luas tulangan (As’) = 20% x As

= 393.75 mm2

Diameter tulangan (D) = 10 mm


A s'
¿
Jumlah tulangan (n) 1
x π x D2
4

= 5.708 = 6 batang

b
Jarak tulangan ¿
n

= 25 cm

Jadi digunakan tulangan Ø12-250 mm

2. Perhitungan Tulangan Lentur Positif


Momen rencana pada lapangan = 149,038 kNm
Mutu beton (f'c) = 25 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
Modulus elastis baja (E ) = 200000 Mpa
Faktor distribusi tegangan (β1) = 0.85

0,85 x β 1 x f ' c 600


ρb ¿
fy ( ) 600+fy
0,85 x 0,85 x 25 600
¿
240 ( 600+240 )
= 0.0538 Mpa
Rmaks ¿ 0,75 x ρ b x fy ¿

¿ 0,75 x 0.0538 x 240 ¿

= 7.473 N/mm2

= 7473.244 kN/m2

Faktor reduksi kekuatan lentur (ф) = 0.8

Momen rencana ultimit (Mu) = 149,244 kN.m

Tebal efektif pelat lantai (d) = 0.225 m = 225 mm

Ditinjau pelat beton selebar 1.5m (b) = 1500 mm = 1.5 m

Mu
Momen nominal rencana (Mn) ¿
ф
149,244
¿
0,8

¿ 186,298 kN . m

Mn
Faktor tahanan momen (Rn) ¿
Øb ( d )2

186,298
¿ 2
0,8 x 1,5 ( 0,225 )

¿ 3066,631 kN/m2

Rn < R maks

3066,631 < 7473.244 ……………………. (OK)

0,85 x f ' c 2 x Rn
Rasio tulangan yang diperlukan ρperlu ¿
fy
x 1− 1−

0,85 x f ' c

0,85 x 320 2 x 3066,631


¿
240
x 1− 1−

0,85 x 25

¿ 12.822

1.4
Rasio tulangan minimum ρmin ¿
fy

1,4
¿
240

= 0.00536

Luas tulangan (As) =ρxbxd

= 1968.75 mm2

As
¿
Jumlah tulangan (n)
( 14 ) x π x D 2

= 11.657 = 12 batang

b
Jarak antar tulang ¿
n

= 12,5 cm
Jadi digunakan tulangan Ø12 – 12,5 mm

Tulangan bagi/susut arah memanjang diambil 20% tulangan pokok

Luas tulangan (As’) = 50% x As

= 393.75 mm2

Diameter tulangan (D) = 10 mm

A s'
¿
Jumlah tulangan (n) 1
x π x D2
4

= 5.483 = 6 batang

b
Jarak tulangan ¿
n

= 25 cm

Jadi digunakan tulangan Ø10-250 mm

III.3 PERENCANAAN BALOK DIAFRAGMA JEMBATAN


III.3.1 Data Struktur Atas Yang Membani Balok Diafagma
Dimensi balok

Lebar balok (b) = 0,300 m = 300 mm

Tinggi balok (h) = 0,500 m = 500 mm

Panjang balok (L) = 1,500 m = 1500 mm

Tebal selimut beton (p) = 0,025 m = 25 mm

D tulangan utama = 0,018 m = 18 mm

Ø tulangan sengkang = 0,006 m = 6 mm

III.3.2 Bahan Struktur


1. Mutu Beton
Kuat tekan beton, fc' = 25,000 MPa
Modulus elastik, Ec = 4700 * Ö fc' = 23500,00 MPa
Angka poisson u = 0,200
Modulus geser G = Ec / [2*(1 + u)] = 9791.67 MPa
Koefisien muai panjang untuk beton α =0.00001°C
2. Mutu Baja
Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U- 41
Tegangan leleh baja, fy = U*10 =410,000 Mpa
Untuk baja tulangan dengan Ø ≤ 12 mm : U- 32
Tegangan leleh baja, fy = U*10 =320,000 Mpa

3. Specific Gravity :
Berat beton bertulang, wc = 25,000 kN/m3
Berat beton tidak bertulang (beton rabat), w'c = 24,000 kN/m3
Berat aspal padat, wa = 22,000 kN/m3
Berat jenis air, ww =10,000 kN/m3

III.3.3 Analisis Beban


1. Beban Mati
Berat Sendiri (Wd) = 1,3
Balok Diafragma merupakan struktur yang bekerja menahan berat sendiri (tidak
menerima beban luar dan tidak sebagai struktur utama).

Berat Beban
No Jenis   Lebar (m) Tebal (m)
(kN/m3) (kN/m)
1 Diafragma   0,300 0,500 25,000 3,750
Wd 3,750

Wu = 1,3 x Wd
= 4,875 kN/m
1
MA = MB ¿ x Wu x L2
12
= 0.914 kNm
= 914,063 Nm
III.3.4 Penulangan

Gambar 3. 11 Rencana Dimensi Balok Diafragma

Jumlah tulangan =3

1
As ¿ x π x D2
4

= 763,02 mm2

Tebal efektif (d) = h – p – ½ D tul utama – Ø tul sengkang

= 460,00 mm = 0.46 m

Mu = 914,063 Nm

Mu/bd2 = 14399,220 N/mm2

AS
Rasio tulangan (ρ) ¿
b x d2

= 0.006

1,4
Rasio tul min (ρmin) ¿
fy

= 0.004

Kontrol

ρ > ρmin

0.006 > 0.004……………………… (OK)

0,85 x β 1 x f ' c 600


ρb ¿
fy ( 600+fy )
= 0.121
Kontrol

ρ < 0,75 ρb
0.006 > 0.091……………………… (OK)

As x f ' c
a ¿
0,85 x f , c x b

= 49,073

d−a
Mn ¿ As x fy x ( )
2

= 8306687,248 Nmm

Kontrol

фMn > Mu

6645349,779 > 14399,220 ..................................... (OK)

As
¿
Jumlah tulangan (n)
( 14 ) x π x D 2

= 3 batang

Jarak antar tul (s) = b-d /n

= 90 mm

Jadi digunakan tulangan 3D18 – 90 mm

untuk tulangan bagi diambil 10% dari tulangan utama

As’ = 10% x As

= 76,302

Diameter tul (D) = 18

As
¿
Jumlah tulangan (n)
( 14 ) x π x D 2

= 0.3 = 2 batang

Jarak antar tul (s) = b-d/n

= 75 mm
Jadi digunakan tulangan 2D18- 135 mm

Kontrol terhadap geser :

Vu = ½ Wu x L

= 3,656 kNm

= 3656,250 Nmm

1
Vc ¿ x √f ' c x b x d
6

= 115000,000 Nmm

фVc = 0,6 x 115000,000

= 69000,000 Nmm

Kontrol

Vu < фVc

3656,250 < 69000,000 ………………………….. (OK)

Jarak antar sengkang maksimun = b/2

= 150 mm

maka digunakan tulangan sengkang praktis Ø6 – 150 mm

Gambar 3. 12 Penulangan Balok Diafragma

III.4 PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN


III.4.1 Data Struktur Atas
Panjang bentang jembatan L= 15.00 m
Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B1 = 6.00 m

Lebar trotoar B2 = 1.00 m

Lebar total jembatan B1 + 2 * B2 = 8.00 m

Jarak antara Girder s= 1.50 m

Dimensi Girder :

Lebar girder b= 0.40 m

Tinggi girder h= 1.20 m

Dimensi Diafragma :

Lebar diafragma bd = 0.30 m

Tinggi diafragma hd = 0.50 m

Tebal slab lantai jembatan ts = 0.25 m

Tebal lapisan aspal + overlay ta = 0.10 m

Tinggi genangan air hujan th = 0.05 m

Tinggi bidang samping ha = 2.60 m

Jumlah Balok Girder Jb = 5.00 bh

III.4.2 Bahan Struktur


Mutu beton :

Kuat tekan beton, fc' = 25.000 MPa

Modulus elastik, Ec = 4700 * Ö fc' = 23500.00 MPa

Angka poisson u= 0.200

Modulus geser G = Ec / [2*(1 + u)] =9791.67 MPa

Koefisien muai panjang untuk beton α= 0.00001 °C

Mutu baja :

Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U- 41


Tegangan leleh baja, fy = U*10 = 410.000 Mpa

Untuk baja tulangan dengan Ø ≤ 12 mm : U- 32

Tegangan leleh baja, fy = U*10 = 320.000 Mpa

Specific Gravity :

Berat beton bertulang, wc = 25.000 kN/m3

Berat beton tidak bertulang (beton rabat), w'c = 24.000 kN/m3

Berat aspal padat, wa = 22.000 kN/m3

Berat jenis air, ww = 10.000 kN/m3

III.4.3 Analisis Beban


1. Beban Mati
a. Berat Sendiri Girder (Ms)
Faktor beban ultimit : KMS =1.800
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupa
elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan
bersifa tetap. Beban berat sendiri balok diafragma pada Girder dihitung sbb. :
Beban berat sendiri pada Girder

No. Lebar Tebal Berat Beban


Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Plat lantai 1.50 0.25 25.00 9.375
2 Girder 0.40 1.20 25.00 12.000
QMS = 21,375

b. Beban Mati Tambahan (Ma)


Faktor beban ultimit : KMA = 1.800
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan dianalisis harus mampu
memikul beban tambahan seperti :
1) Penambahan lapisan aspal (overlay) di kemudian hari,
2) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,
Panjang bentang Girder, L= 15.000 m
Beban mati tambahan pada Girder

Lebar Tebal Berat Beban

Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)

No.
1 Lap.Aspal+overlay 1.50 0.10 22.00 49.500
4 Balok diafragma 0.30 0.50 25.00 33.750
5 Air hujan   1.50 0.05 10.00 11.250
QMA = 94.500

2. Beban Hidup
a. Beban Lalu Lintas
Beban Lajur “D” (TD)
Faktor beban ultimit : KTD = 1.800
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata
(Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load ), KEL
seperti pd Gambar 1. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yg besarnya tergantung
pd panjang bentang L yang dibebani lalu-lintas seperti Gambar 2 atau dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
q= 9.0 kPa untuk L ≤ 30
q= 9.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30

Gambar 3. 13 Beban Hidup Kendaraan UDL,KEL

Untuk panjang bentang. L= 15.00 m q= 9.00 kPa


KEL mempunyai intensitas. p= 13.50 kN/m

Jarak girder 2,3 dan 4 s= 1,5 m

Jarak girder 1 dan 5 s= 1,5 m

Beban merata lajur pada girder 2,3 dan 4 QTD =qxs

= 13,500 kN/m

Beban merata lajur pada girder 1 dan 5 QTD =qxs

= 13,500 kN/m

Beban merata untuk satu lajur pada Girder 2,3 dan 4,

s
QTD ¿ xq
2,75

= 4,900 kN/m

Beban merata untuk satu lajur pada Girder 1 dan 5

s
QTD ¿ xq
2,75

= 4,900 kN/m

Beban garis lajur pada Girder 2,3 dan 4

PTD =pxs

= 20,250 kN

Beban garis lajur pada Girder 1 dan 5

PTD =pxs

= 20,250 kN

Beban garis untuk satu lajur pada Girder 2,3 dan 4

s
PTD ¿ xp
2,75

= 7,364 kN

Beban garis untuk satu lajur pada Girder 1 dan 5


s
PTD ¿ xp
2,75

= 7,364 kN

III.4.4 Perhitungan Momen Lentur

Gambar 3. 14 Beban Mati Pada Girder

1. Momen Lentur Akibat Beban Mati


Qdl = 247.63 Kn/m
L = 15.00 m
X1 = 0 m
X2 = 3.75 m
X3 = 7.5 m
X4 = 11.25 m
X5 = 15.00 m
MqDL = MX
MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x^2
RA = 1/2 * Qdl * L = 1857.1875 kN
RB = 1/2 * Qdl * L = 1857.1875 kN
Momen pada potongan 1, X = 0 m (M1.DL)
MqDL =MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x^2
MX = 146.625 * 0 - 1/2 * 23.46 * 0^2
M1.DL = 0 Kn.m
= 0 N.m
Momen pada potongan 2, X = 3.75 m (M2.DL)
MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x^2
MX = 146.625 * 3.125 - 1/2 * 23.46 * 3.125^2
M2.DL = 5223.340 Kn.m
= 5223339.84 N.m
Momen pada potongan 3, X = 7,5 m (M3.DL)
MqDL = MX = RA * x - 1/2 * Qdl * x^2
MX = 146.625 * 6.25 - 1/2 * 23.46 * 6.25^2
M3.DL = 6964.453 Kn.m
= 6964453.125 N.m

Momen pada potongan 4, X = 11,25 m (M4.DL)

MqDL = MX = RA * x - 1/2 * Qdl * x^2

MX = 146.625 * 9.375 - 1/2 * 23.46 * 9.375^2

M4.DL = 5223.340 Kn.m

= 5223340 N.m

Momen pada potongan 5, X = 15 m (M5.DL)

MqDL = MX = RA * x - 1/2 * Qdl * x^2

MX = 146.625 * 12.5 - 1/2 * 23.46 * 12.5^2

M5.DL = 0 Kn.m

= 0 N.m

2. Momen Lentur Akibat Beban Mati


Qtd = 13.50 Kn/m
Ptd = 7.364 Kn
L = 15.00 m
X1 = 0 m
X2 = 3.75 m
X3 = 7.5 m
X4 = 11.25 m
X5 = 15 m
Mx (P) =
Mx (Q) = MX = RA * x - 1/2 * Qtd * x^2
MX = RB * x - 1/2 * Qtd * x^2
RA = 1/2 * Qtd * L = 101.250 kN
RB = 1/2 * Qtd * L = 101.250 kN

Gambar 3. 15 Beban Hidup Merata


pada Girder Momen pada potongan 1,
x = 0 m (M1.LL)
Mx (P) = kN.m
Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x^2 = 0 kN.m
M1.LL = 0 kN.m
= 0 N.m

Momen pada potongan 2, x = 3.75 m (M2.LL)

Mx (P) = kN.m
Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x^2 = 284.766 kN.m
M2.LL = 284.766 kN.m
284765.
= N.m
6

Momen pada potongan 3, x = 7,5 m (M3.LL)

Mx (P) = kN.m
Mx (Q) = RA * x - 1/2 * Qtd * x^2 = 379.688 kN.m
M3.LL = 379.688 kN.m
379687.
= N.m
5

Momen pada potongan 4, x = 11,25 m (M4.LL)

Mx (P) = kN.m
Mx (Q) = RA * x - 1/2 * Qtd * x^2 = 284.766 kN.m
M4.LL = 284.766 kN.m
284765.
= N.m
6

Momen pada potongan 5, x = 15 m (M5.LL)


Mx (P) = kN.m
Mx (Q) = RA * x - 1/2 * Qtd * x^2 = 0 kN.m
M5.LL = 0 kN.m
= 0 N.m

Faktor M1 M5
Pembebanan M2 (N.m) M3 (N.m) M4 (N.m)
beban (N.m) (N.m)
Beban mati, DL 1.800 0 9402011.719 12536016 9402012 0
Beban hidup, LL 1.800 0 512578.125 683437.5 512578.1 0
Total 0 9914589.844 13219453 9914590 0
max = 13219453.13 N.m

III.4.5 Perhitungan Gaya Geser


1. Gaya Geser Akibat Beban Mati
Beban mati (Qdl) = 247.625 kN/m
RA = 1857.188 kN
RB = 1857.1875 kN
L = 15.00 m
x1 = 0 m
x2 = 3.75 m
x3 = 7.5 m
x4 = 11.25 m
x5 = 15.00 m
∑ V =0
RA + RB – qd x L = 0
1857.188 + 1857.188 - 247.625 x 15 = 0 ………………………… (OK)

Bidang Lintang Akibat Beban Mati


Gaya lintang pada potongan 1 X1 = 0
Dx = RA
Vx1 = 1857.1875 kN
Gaya lintang pada potongan 2 X2 = 3.75
Dx = RA - Qdl.x2
Vx2 = 928.59375 kN
Gaya lintang pada potongan 3 X3 = 7.5
Dx = RA - Qdl.x3
Vx2 = 0.00 kN
Gaya lintang pada potongan 4 X4 = 11.25
Dx = RA - Qdl.x4
Vx2 = -928.59375 kN
Gaya lintang pada potongan X = 15.00
Dx = RA - Qdl.x5 + RB
Vx2 = 0.00 kN

2. Gaya Geser Akibat Beban Hidup Merata


Beban hidup merata ( QTD) = 13.50 kN/m
RA = 101.250 kN
RB = 101.250 kN
L = 15.00 m
x1 = 0 m
x2 = 3.75 m
x3 = 7.5 m
x4 = 11.25 m
x5 = 15.00 m
∑V = 0
RA + RB – qd x L = 0
101.250+ 101.250 - 13.50 x 15 = 0 ………………………… (OK)

Bidang Lintang Akibat Beban Hidup Merata


Gaya lintang pada potongan 1 X1 = 0
Dx = RA
Vx1 = 101.250 kN
Gaya lintang pada potongan 2 X2 = 3.75
Dx = RA - Qdl.x2
Vx2 = 50.625 kN
Gaya lintang pada potongan 3 X3 = 7.5
Dx = RA - Qdl.x3
Vx2 = 0.00 kN
Gaya lintang pada potongan 4 X4 = 11.25
Dx = RA - Qdl.x4
Vx2 = -50.625 kN
Gaya lintang pada potongan X = 15.00
Dx = RA - Qdl.x5 + RB
Vx2 = 0.00 kN

3. Gaya Geser Akibat Beban Hidup Terpusat


Beban hidup terpusat (PTD) = 7.364 kN
RA = 3.682 kN
RB = 3.682 kN
L = 15.00 m
x1 = 0 m
x2 = 3.75 m
x3 = 7.5 m
x4 = 11.25 m
x5 = 15.00 m
∑V = 0
RA + RB – qd x L = 0
3.682 + 3.682 - 7.364 x 15 = 0 ………………………… (OK)

Bidang Lintang Akibat Beban Hidup Terpusat


Gaya lintang pada potongan 1 X1 = 0
Dx = RA
Vx1 = 3.682 kN
Gaya lintang pada potongan 2 X2 = 3.75
Dx = RA - PTD
Vx2 = -3.682 kN
Gaya lintang pada potongan 3 X3 = 7.5
Dx = RA - PTD
Vx2 = -3.68 kN
Gaya lintang pada potongan 4 X4 = 11.25
Dx = RA - PTD
Vx2 = -3.682 kN
Gaya lintang pada potongan X = 15.00
Dx = RA - PTD + RB
Vx2 = 0.000 kN
Perhitungan gaya geser akibat kombinasi pembebanan :
V1,V2,V3,V4,V5, = Faktor Beban x Beban Mati
= Faktor Beban x Beban Hidup

Faktor V3 V5
Pembebanan V1 (kN) V2 (kN) V4 (kN)
Beban (kN) (kN)
Beban mati,DL 1.800 3342.9375 1671.46875 0 -1671.47 0
Beban hidup LL 1.800 182.25 91.125 0 -91.125 0
TOTAL 3525.1875 1762.59375 0 -1762.59 0
Sehingga didapat V Max = 3525.1875 kN

III.4.6 Perhitungan Tulangan Gelagar


1. Perhitungan Tulangan Lentur Gelagar
Momen rencana = 13219453.13 Nm
Kuat tekan beton = 25 Mpa
kuat leleh baja = 320 Mpa
tebal slab beton = 25 cm 250 mm
lebar hadang gelagar = 0.40 m 400 mm
tinggi gelagar = 1.20 m 1200 mm
panjang bentang = 15 m 1500 mm
modulus elastisitas = 200000 Mpa
faktor distribusi baja = 0.85
faktor reduksi lentur = 0.85
diameter tulangan = 18 mm
diameter sengkang = 12 mm
tebal selimit beton = 30 mm
d' = 49 mm
tinggi efektif (d) = 951 mm

Luas tulangan (As)


Untuk tulangan dicoba
jumlah tulangan atas (n) = 6
jumlah tulangan bawah (n) = 10
As bawah = 2543.4
As atas = 1526.04
Didapat
ρ = As/b.d = 0.005348896
ρ' = As/b.d = 0.003209338
ρmin = 1.4/fy = 0.004375
Kontrol
ρ > ρmin ………………………………….(OK)
Tidak perlu ditambah tulangan

0,85 x β 1 x f ' c x d ' 600


ρ - ρ' ≥ x
fy x d 600+ fy
0.002209731 ≥ 0.001567155 (Tulangan belum leleh)
0,002209731
Kontrol x 100 %=70.9 %
0,001567155
fs’ ¿ 600 ¿
= -52.46999587 < 320
x ( 0,85 x f ' c ) 600
ρb ¿ β1 x
fy 600−fy
= 0.120954241
f's
ρ ≤ 0,75 x ( ρb+ ρ' x ( )
fy
)

0.005524327 ≤ 0.090308063
As x fy−A s ' x f ' s
a ¿
0,85 x f ' c x b
= 105.1716838
Mn ¿ {( As x fy −A s ' x f ' s ) x ¿
= 893698979.2
ØMn = 0,85 * Mn
= 714959183.4
Kontrol
ØMn ≥ Mn
714959183.4 ≥ 13219453.125 ………………….(OK)
Perencanaan tulangan memenuhi
Jadi digunakan tulangan bawah 10D18 mm
tulangan atas digunakan 6D18 mm

2. Perhitungan Tulangan Geser Balok


Gaya geser ultimit = 3525.188 kN
Kuat tekan beton (f'c) = 25 Mpa
Kuat leleh baja (Fy) = 320 Mpa
Faktor reduksi geser (Ø) = 0.6
Lebar badan gelagar = 0.4 m
Selimut beton (d') = 30 mm
Tinggi efektif gelagar (d) = 1151 mm

Apabila Vu < Ø x Vc maka dipasang tulangan geser dengan jarak sengkang


1
Smax ¿ x b
2
Apabila Vu > Ø x Vc maka balok perlu tulangan geser dengan jarak sengkang
Av x fy x d
S ¿
VS
Kuat geser nominal beton
1
Vc ¿ x √f ' c x b x d
6
= 383666.6667 N
KONTROL
Vu < Ø x Vc
335148 < 230200 (ketentuan pertamah tidak dipakai)
Smax = 200

Vu > Ø x Vc
335148 > 230200 (ok, maka untuk mecari jarak antar sengkang
digunakan persamaan sebagai berikut) :
Av x fy x d
S ¿
VS
1
x √f ' c x b x s
Av 3
¿
fy
= 416.67 mm2
v x fy
¿
S
( 13 ) x √ f c x b
'

= 200 mm
Jadi digunakan sengkang Ø12 - 200 mm

Gambar 3. 16 Penulangan pada Girder Jembatan

Anda mungkin juga menyukai