Disusun Oleh :
NIM. 1841320057
TAHUN AJARAN
2020/2021
LAPORAN PERSETUJUAN
NIM. 1841320057
Disetujui oleh :
Dosen Pengampu
Mengetahui,
TUGAS BESAR
NIM. 1841320057
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 1841320057
Apabila terdapat unsur PLAGIASI yang dapat dibuktikan, maka saya bersedia
laporan tugas besar ini digugurkan.
Penulis,
NIM. 1841320057
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq,dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Besar mata kuliah Rekayasa
Jembatan dengan judul “ Perencanaan Jembatan Balok-T Beton Bertulang. “ tepat
pada waktunya.
Proposal ini dibuat agar dapat melengkapi tugas akhir semester mata kuliah
Rekayasa Jembatan serta untuk memberikan informasi dan pengetahuan terutama
pada para pembaca. Semoga dapat menjadi wawasan yang bermanfaat dalam
pekerjaan dilapangan.
Banyak pihak telah membantu dalam penyelesaian laporan ini sehingga, saya
menyampaikan terima kasih kepada :
2. Keluarga besar saya yang selalu mendukung baik materi maupun moril.
3. Bapak Sumardi ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Malang.
4. Bapak Dr. Taufiq Rochman, ST., MT selaku dosen pengampu mata kuliah
Rekayasa Jembatan yang telah memberikan materi selama satu semester.
5. Bapak Ibu Dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
yang telah membagikan ilmunya.
6. Teman-teman kelas 3 MRK 7 angkatan tahun 2018 yang telah membantu dan
mendukung saya
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna dan perlu
perbaikan. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik dari para instruktur maupun
pembaca pada umumnya.
PENDAHULUAN
Pada penyusunan tugas besar ini, perencanaan akan berpacu pada SNI
1725:2016 Pembebanan Untuk Jembatan dan Standar Jembatan Gelagar
Beton Bertulang Balok "T" Bentang Jembatan 5m – 25m. Struktur
bangunan atas jembatan yang direncanakan memiliki bentang 10 meter dan
lebar 9,4 meter dengan gelagar menggunakan beton bertulang berukuran 40cm
x 85cm berjumlah 5 gelagar dengan jarak antar gelagar 1,8 meter, lebar trotoar
masing-masing sisi sejauh 1,1 meter, dengan tebal plat lantai kendaraan setebal
20cm. Jenis jembatan yang dibangun berupa jembatan beton bertulang.
Sedangkan struktur bangunan bawah atau abutmen memiliki panjang 9 meter
dan lebar 5,4 meter dengan ketebalan pelat yang beragam, pile cap setebal 1,5
meter dan bored pile sepanjang 12 meter.
b. Berapa jumlah dan ukuran diameter tulangan utama yang dibutuhkan pada
gelagar?
d. Berapa ukuran diameter tulangan pada pelat dan jarak antar tulangannya?
h. Bagaiman penulangan pada pile cap abutmen dan jarak antar tulangannya?
e. Dimensi gelagar dan tebal pelat mengacu pada Standar Jembatan Gelagar
Beton Bertulang Balok "T"
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
2.1 Umum
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama
tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani
arus lalu lintas dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan
sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis
dan estetika arsitektural seperti aspek teknis dan estetika. (Supriyadi dan
Muntohar ; 2007).
Jembatan secara umum dibagi menjadi dua bagian berupa struktur bawah
dan struktur atas. Struktur bawah adalah bagian jembatan terletak dibawah
komponen jembatan struktur atas. Struktur bawah terdiri dari abutmen, pilar,
dan pondasi jembatan yang memiliki fungsi sebagai penerima seluruh beban
bangunan yang berada diatasnya. Sturktur atas adalah bagian jembatan yang
terletak diatas perletakan jembatan. Struktur atas terdiri dari gelagar utama,
diafragma, pelat lantai kendaraan, tiang sandaran dan trotoar yang memiliki
funsi untuk menampung berat benda yang ditimbulkan dari beban lalu lintas
kendaraan maupun orang-orang yang berada diatasnya.
2.3.1 Umum
Pengaruh dari alat pelengkap dan sarana umum yang ditempatkan pada
jembatan harus dihitung seakurat mungkin. Berat pipa untuk saluran air
bersih, saluran air kotor dan lainlainnya harus ditinjau pada keadaan
kosong dan penuh sehingga keadaan yang paling membahayakan dapat
diperhitungkan.
Beban lajur "D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar 1. Adapun
faktor beban yang digunakan untuk beban lajur "D" seperti pada Tabel 4
15
Jika L>30 m:q=9,0 0,5+( L )
kPa
Keterangan:
Selain beban “D”, terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk
"T". Beban truk "T" tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban
“D”. Beban truk dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai.
Adapun faktor beban untuk beban “T” seperti terlihat pada Tabel 5.
Table 2.5. Faktor beban untuk beban truk "T"
Kecuali ditentukan lain pada pasal ini, pengaruh beban hidup harus
ditentukan dengan mempertimbangkan setiap kemungkinan kombinasi
jumlah jalur yang terisi dikalikan dengan faktor kepadatan lajur yang
sesuai untuk memperhitungkan kemungkinan terisinya jalur rencana
oleh beban hidup. Jika perencana tidak mempunyai data yang
diperlukan maka nilai-nilai pada Tabel 6.
Dapat digunakan saat meneliti jika hanya satu jalur terisi
Boleh digunakan saat meneliti pengaruh beban hidup jika ada tiga
atau lebih jalur terisi.
Bidang kontak roda kendaraan yang terdiri atas satu atau dua roda
diasumsikan mempunyai bentuk persegi panjang dengan panjang 750
mm dan lebar 250 mm. Tekanan ban harus diasumsikan terdistribusi
secara merata pada permukaan bidang kontak.
Jika momen akibat beban hidup beserta impak pada pelat beton
berdasarkan distribusi beban roda melalui timbunan lebih besar
dibandingkan dengan akibat beban hidup dan impak jika dihitung
berdasarkan lebar strip ekivalen gorong-gorong, maka harus digunakan
momen yang terbesar.
Untuk momen negatif, beban truk dikerjakan pada dua bentang yang
berdampingan dengan jarak gandar tengah truk terhadap gandar depan
truk dibelakangnya adalah 15 m (Gambar 27), dengan jarak antara
gandar tengah dan gandar belakang adalah 4 m.
Gambar 2.3. Penempatan beban truk untuk kondisi momen negative maksimum
Beban mati pada struktur abutmen terdiri dari 2 (dua) macam. Pertama
berupa seluruh beban dari struktur abutmen itu sendiri ditambah 5% dari
seluruh beban karena adanya pembengkakan atau swelling. Kedua ada
beban yang diterima dari beban mati dan beban sendiri pada struktur
bangunan atas jembatan.
Beban hidup pada struktur abutmen didapat dari beban hidup yang ada
pada struktur bangunan atas jembatan. Beban hidup pada struktur
bangunan atas jembatan adalah beban truk dan beban lajur (TT – TD)
dan beban akibat rem (TB)
Beban gempa pada struktur abutmen didapat dari jumlah beban mati
pada struktur abutmen itu sendiri dikalikan dengan faktor gempa dan
dibagi jumlah gelagar yang ada.
Beban tanah yang akan diterima oleh sturktur abutmen terdapat 2 (dua)
macam, yaitu beban tanah horizontal dan beban tanah vertikal. Untuk
mendapatkan nilai beban tanah, terdapat beberapa nilai yang diperlukan
berupa nilai koefisien Ka, berat jenis (gsat), dan ketinggian tanah (H)
b. Berapa jumlah dan ukuran diameter tulangan utama yang dibutuhkan pada
gelagar?
f. Berapa ukuran diameter bored pile yang aman untuk menahan seluruh
beban?
h. Bagaiman penulangan pada pile cap abutmen dan jarak antar tulangannya?
a. Beban mati
Semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian
jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap
merupakan satu kestuan tetap dengannya.
Berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada jembatan yang
merupakan elemen nonstructural dan besarnya dapat berubah selama
umur jembatan.
3.5.2 Beban Lalu Lintas (Aksi sementara)
Pengumpulan Data
Kontol lendutan
Gambar rencana
Selesai
BAB IV
DATA PERENCANAAN
4.1 Deskripsi
Konstruksi untuk perencanaan jembatan ini dibuat dengan menggunakan
material beton bertulang. Pada struktur bangunan atas jembatan terdapat
jembatan itu sendiri yang direncanakan memiliki bentang 10 meter dan lebar
9,4 meter dengan gelagar menggunakan beton bertulang berukuran 40cm x
85cm berjumlah 5 gelagar dengan jarak antar gelagar 1,8 meter, lebar trotoar
masing-masing sisi sejauh 1,1 meter, dengan tebal plat lantai kendaraan setebal
20cm. Sedangkan pada struktur bangunan bawah jembatan terdapat abutmen
jembatan memiliki panjang 9 meter dan lebar 5,4 meter dengan ketebalan pelat
yang beragam, pile cap setebal 1,5 meter dan bored pile sepanjang 12 meter.
10 m
9,4 m
i ) Data Topografi
a. Panjang bentang jembatan : 10 meter
b. Lebar jembatan : 9,4 meter
c. Tipe jembatan : Beton Balok-T bertulang
ii ) Data Teknis
a. Panjang bentang jembatan : 10 meter
b. Lebar lantai kendaraan : 7,2 meter
c. Lebar lantai trottoir : 1.1 meter (kanan kiri)
d. Jarak antar gelagar : 1,8 meter
e. Tebal plat jembatan : 0,2 meter
f. Tipe gelagar : Beton Balok-T
g. Pipa sandaran : Pipa baja 40” tebal 3,2 mm
h. Tiang sandaran : Beton bertulang 20 x 20 cm
i. Tebal aspal : 0,05 meter
j. Jumlah gelagar : 5 buah
k. Tipe jembatan : Jembatan balok-T beton
bertulang
i ) Data Teknis
a. Panjang bentang abutmen : 7 meter
b. Lebar abutmen : 5,4 meter
c. Panjang bored pile : 12 meter
d. Jumlah bored pile : 15 buah
e. Tebal pilecap : 1,5 meter
f. Tebal frontwall : 1,2 meter
g. Tebal dinding abutmen : 0,8 meter
ii ) Data Spesifik
a. Mutu beton : K-300
b. Mutu baja tulangan : 400 MPa
BAB V
PEMBAHASAN
7,2 m
10 m
Beban lajur “D” terdiri atas Beban Terbagi Rata (BTR) yang digabung
dengan Beban Garis (BGT) dan Beban Terbagi Rata (BTR) memiliki
intensitas q kPa dengan besaran q tergantung pada panjang total yang
dibebani L seperti berikut :
dengan keterangan:
q adalah intensitas Beban Terbagi Rata (BTR) dalam arah
memanjang jembatan (kPa)
L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter)
Berdasarkan hal tersebut, q yang digunakan yaitu 9,0 kPa (918
Selain beban “D” terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk
“T”. Beban ini dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai.
Kendaraan truk semi- trailler memberi berat dari tiap-tiap gandar
disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan
bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antar
gandar dapat diubah-ubah dari 4,0 m sampai 9,0 m pada arah
memanjang jembatan dengan 4 kondisi. Berdasarkan SNI 1725 –
2016, masing - masing kondisi tersebut diasumsikan sebagai
kendaraan yang berjalan pada jembatan dengan beban truk desain
sebesar 25 ton dan beban roda desain 11,25 ton.
11250 kg.m
2500 kg.m
Gambar 5.9. Gaya rem yang timbul pada struktur atas jembatan
5.2.6 Tumbukan
Dibawah ini terdapat kombinasi beban pada analisis yang ada dalam
Tabel 5.2
Tabel 5.2. Kombinasi Beban
Keadaan batas MS MA TT TD TB
Kuat I 1,30 2,00 1,80 1,80 1,80
Kuat II 1,30 2,00 1,40 1,40 1,40
Kuat III 1,30 2,00 - - -
Ekstrem 1,30 2,00 0,50 0,50 0,50
Daya layan I 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Daya layan II 1,00 1,00 1,30 1,30 1,30
Daya layan III 1,00 1,00 0,80 0,80 0,80
Daya layan IV 1,00 1,00 - - -
Fatik (TD dan
TR) - - 0,75 0,75 0,75
Momen maksimum yang dihasilkan yaitu 359,509 kNm dan digunakan profil
RECT. 0,4 X 0,85 untuk dihitung penulangan yang aman untuk digunakan
dalam perencanaan gelagar utama jembatan
Gambar 5.11. Pemodelan gelagar utama jembatan
[ ( a2 )+ A
∅ M n=0,8. A s 1 . fy . d− s2 . fy . ( d −d ' −d ' )
]
fMn = 560.862.745,1 Nmm
Mu = 395.509.000 Nmm
Mn (560.862.745, Nmm) > Mu (395.509.000 Nmm) (AMAN)
Gambar 5.14. Penulangan gelagar utama
Vu = 325,709 kN Hf = 200 mm
Fy = 400 Mpa d’ = 40 mm
Fc’ = 30 Mpa d = 810 mm
H = 850 mm
bw = 400 mm
1
∅ .V C = f ' .b . d =117.462,109 N
6√ c
V u−∅ . V C
∅ .V sperlu= =¿247.078,152 N
∅
Digunakan diameter tulangan ø8, maka Av = 100,531 mm2
AV . f y . d
s= =131,829 mm
∅ . V sperlu
Dibulatkan menjadi 100 mm, maka menggunakan sengkang D8 – 100. Jarak
sengkang semakin bertambah dibagian lapangan.
Mu = 9,46 kNm d’ = 30 mm
Fy = 400 Mpa d = 170 mm
Fc’ = 30 Mpa m = 15,686
H = 200 mm
b = 1000 mm
1 2 m. Rn
ρ=
m ( √
. 1− 1−
fy )
=0,001
Mu = 9.460.000 Nmm
Mu = 14,963 kNm d’ = 40 mm
Fy = 400 Mpa d = 160 mm
Fc’ = 30 Mpa m = 15,686
H = 200 mm
b = 1000 mm
1 2 m. Rn
ρ=
m ( √
. 1− 1−
fy )
=0,001
As
coba = 782 mm2
Beban gempa pada struktur abutmen didapat dari jumlah beban mati
pada struktur abutmen itu sendiri dikalikan dengan faktor gempa dan
dibagi jumlah gelagar yang ada.
Jumlah gelagar = 5
759,966 x 0,2
El= =30,398 kN
5
Gambar 5.30. Arah gempa +X (kiri), +Z (tengah), -Z (kanan)
Ka = 0,6
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dalam perhitungan struktur bangunan atas dan
bangunan bawah jembatan beton bertulang balok-T dengan bentang 10 meter
dan lebar total 9,4 meter, didapat data yaitu :
1. Dimensi Jembatan
c. Tulangan pada pelat lantai jembatan menggunkan ukuran D10 – 100 dan
D10 200
4. Digunakan tulangan D19 – 100 dan D19 – 200 pada front wall