2
INFRASTRUKTUR
3
INFRASTRUKTUR
• Infrastruktur atau prasarana yaitu segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggarakannya suatu proses.
• Infrastruktur fisik dan sosial merupakan kebutuhan dasar fisik
pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan, baik sektor publik
maupun sektor privat.
• Menurut World Bank :
• Public Utilities : power, telecommunications, water supply,
sanitation, waste collection, pipe gas
• Public Works : jalan, dam, canal, irigasi dan saluran
• Transport Sector : urban, railway, ports, airports
4
INFRASTRUKTUR
• Infrastruktur merupakan payung dari berbagai aktifitas yaitu sebagai
Social Overhead Capital sebagaimana dikembangkan teori
ekonominya oleh Paul Rosenstein – Rodan, Ragnar Nurkse dan Albert
Hirschman
• Kecukupan infrastruktur menentukan keberhasilan suatu negara antara
lain terkait dengan :
• penurunan Biaya
• diversifikasi produksi,
• pengembangan perdagangan,
• pertumbuhan penduduk,
• pengurangan kemiskinan dan
• peningkatan kualitas lingkungan
5
INFRASTRUKTUR
• Infrastruktur yang baik akan menurunkan biaya produksi dan
meningkatkan produktivitas. Diperlukan percepatan yang tinggi
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
• Keterkaitan antara infrastruktur dan pembangunan ekonomi
menjadi bahan perdebatan.
• Pertumbuhan 1 % infrastruktur akan meningkatkan 1 % PDB
(Produk Domestik Bruto)
• Untuk negara berkembang : power, road, telecommunication di
samping prasarana dasar yaitu water dan irigasi
6
7
8
9
10
PERAN INFRASTRUKTUR DALAM
PERTUMBUHAN EKONOMI
11
PERTUMBUHAN EKONOMI
• Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
• Pertumbuhan ekonomi dapat diartikam juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.
• Pertumbuhan ekonomi suatu negara diukur dengan cara
membandingkan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun berjalan
dengan tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan inflasi
atau Indeks Harga Konsumen (IHK)
12
PERTUMBUHAN EKONOMI
• Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi :
• Sumber Daya Manusia (SDM), merupakan faktor yang penting
dalam pembangunan. SDM harus mempunyai kompetensi
• Sumber Daya Alam (SDA), sumber daya alam penting untuk proses
pembangunan. Tambang, mineral, hutan dll.
• Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pola kerja dari manual dengan
menggunakan mesin-mesin canggih.
• Budaya, sebagai pembangkit atau pendorong pembangunan, ms
sifat kerja keras, cerdas, ulet, jujur, disiplin dll.
• Sumber Daya Modal, digunakan untuk mengolah SDA dan
meningkatkan IPTEK, berupa barang-barang modal untuk
kelancaran pembangunan
13
TRANSPORTASI
14
TRANSPORTASI
• Transportasi : adalah suatu usaha atau cara atau aktivitas untuk
memindahkan atau mengangkut orang atau barang dari suatu
tempat (Origin) ke tempat lain (Destination) dengan aman,
nyaman, lancar dan terjangkau.
• Agar orang atau barang dapat mencapai tujuan dalam kondisi
tersebut maka perlu didukung dengan cara yang sesuai dengan
kebutuhan yang bersangkutan.
• Untuk kebutuhan akan jasa transportasi ini maka harus dilihat
siapa yang akan menggunakan jasa ini, untuk apa dia ingin
menggunakannya, bagaimana bentuk jasa yang diinginkan serta
berbagai pandangan yang mempengaruhi dan perlu diperhatikan.
15
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TRANSPORTASI
• Perkembangan transportasi berkaitan erat dengan
perkembangan ekonomi dan kemajuan kebudayaan manusia.
• Bepergian ke daerah yang lebih jauh untuk mencari bahan
pangan dan sumber kehidupan yang lebih baik telah mendorong
manusia menciptakan berbagai peralatan yang dapat
mendukung perjalanannya agar lebih cepat, nyaman dan aman,
namun masih dapat diwujudkan.
• Pada zaman setelah gerobak ditarik oleh binatang maka perahu
dianggap sebagai awal penemuan moda yang dapat menjangkau
daerah yang lebih jauh.
16
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TRANSPORTASI
23 23
MANFAAT TRANSPORTASI UNTUK PUBLIK (PUBLIC BENEFIT)
Place Utility :
Manfaat suatu barang/jasa yang dapat dirasakan karena keberadaanya di
tempat tertentu.
Time Utility :
Manfaat suatu barang/jasa yang dapat dirasakan karena keberadaanya di
waktu tertentu.
Aspek Sosial :
Kemudahan bagi masyarakat untuk bepergian (sosial)
Aspek Ekonomi :
Meningkatkan kegiatan ekonomi, misalnya angkutan bahan baku dan hasil
produksi pabrik
Aspek Politik :
Menghubungkan daerah terpencil dan terisolir
Aspek Hankam :
Prasarana dan sarana transportasi dalam keadaan darurat dapat digunakan
untuk militer
25
KAJIAN TRANSPORTASI
• Bidang Moda
• Umumnya melibatkan beberapa moda yang terkait
• Multi Disiplin
• Melibatkan berbagai disiplin ilmu, mis : teknik, ekonomi, geografi,
sosial politik, matematika, informatika dll
• Multi Sektor
• Melibatkan berbagai instansi (lembaga) terkait, mis. LLAJ, BPN,
Dinas Tata Kota, Dinas Pendapatan Daerah dll
• Multi Masalah
• Permasalahan beragam dan mempunyai dimensi yang luas
26
PENGERTIAN TRANSPORTASI
AIR
ORIGIN DESTINATION
LAND
Object : People/Goods
WATER
27
DASAR PROBLEMATIK TRANSPORTASI
Keterbatasan Prasarana
Peningkatan Kebutuhan Pergerakan
28
KECELAKAAN PERGERAKAN ?
29
TEKNOLOGI TRANSPORTASI
30
JENIS TRANSPORTASI
• Karakteristik fisik jasa transportasi yang dihasilkan, cara dan
teknik pengoperasiannya serta struktur biaya pengusahaannya
menjadikan 5 kelompok moda transportasi yaitu :
1. Transportasi kendaraan otomotif pada jalan (highway
transp.),
2. Transportasi kendaraan pada jalan rel ( railway
transportation),
3. Transportasi laut atau air ( water/ sea transportation
4. Transportasi udara ( air transportation),
5. Transportasi pipa ( pipeline system )
31
JENIS PRASARANA DAN SARANA
32
JENIS PRASARANA DAN SARANA
• Sedangkan prasarana mengikuti kebutuhannya, misalnya
kendaraan darat memerlukan jalan agar dapat bergerak dengan
lancar, kereta api memerlukan jalan rel agar dapat meluncur
dan berfungsi sesuai kebutuhannya.
• Kapal memerlukan dermaga agar dapat berlabuh dan sandar
untuk menaikkan atau menurunkan penumpang atau bongkar
muat barang.
• Demikian pula dibutuhkan bandar udara beserta apron, runway
atau taxiway, terminal baik untuk penumpang maupun cargo
agar dapat berfungsi dan menjalankan misinya dengan baik.
33
MASYARAKAT MEMILIH MODA
TRANSPORTASI
34
PERTIMBANGAN MASYARAKAT DALAM
PEMILIHAN MODA ANGKUTAN
• Kecepatan Moda
• Ketepatan Waktu
• Kemudahan Pelayanan
• Kenyamanan
• Keselamatan
• Interconnecting Moda
35
PERANAN PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI TRANSPORTASI
36
PERANAN PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI TRANSPORTASI
37
PERBANDINGAN PENGELOLAAN
BERBAGAI MODA TRANSPORTASI
38
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PENCAPAIAN MODA
KA (HRT), kapal,
JARAK JAUH pesawat terbang
39
Konsumsi BBM antar Moda
40
KEBUTUHAN BBM BERBAGAI INDUSTRI
41
ENVIRONMENTAL IMPACT CAUSED
TRANSPORTATION EMISSION
42
ENVIRONMENTAL DAMAGE
43
PERAN TRANSPORTASI DALAM
SISTEM LOGISTIK NASIONAL
44
TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI 2025
45 45
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI PADA PEREKONOMIAN
46 46
Sumber: BPS, Renja Kemenhub (diolah)
GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX
INDONESIA
NILAI RANK NILAI RANK NILAI RANK NILAI RANK NILAI RANK
1,86 147 2,33 133 2,37 129 2,25 145 2,46 113
Myanmar
2,25 117 2,46 118 2,50 109 2,39 131 2,07 152
Laos
48
LOGISTIC PERFORMANCE INDEX
KETERANGAN :
1. Customs : Efisiensi Proses Clearance Bea Cukai kecepatan, kemudahan dan terukur secara formal
2. Infrastructure : Kondisi Infrastruktur perdagangan dan transportasi
3. International Shipments : Kemudahan mencari kapal pengangkut
4. Logistic Competence : Kompetensi dan kualitas jasa logistik
5. Tracking & Tracing : Kemudahan proses pelacakan dan penelusuran barang
6. Timeliness : ketepatan waktu
49
BIAYA LOGISTIK
• Biaya logistik di Indonesia masih tinggi, sekitar 26,4 % dari Produk
Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp. 1.820 triliun :
• Biaya transportasi : Rp. 1.092 triliun ( 60%)
• Biaya penyimpanan : Rp. 546 triliun (30%)
• Biaya administrasi : Rp. 182 triliun (10%)
• Korea Selatan : 16,3 %Malaysia : 15 % dan Jepang : 10,6 % USA : 9,9
%
• Pemicu tingginya biaya logistik adalah sistem logistik dan
infrastruktur yang belum memadai
• Salah satu cara mengurangi biaya logistik dengan program Tol Laut,
dengan sistem pendulum sehingga kapal dari timur tidak kosong.
• Perlu dibangun infrastruktur pelabuhan dan transportasi dari
hinterland ke pelabuhan
• Kereta api dapat dikembangkan sebagai tulang punggung angkutan
darat
50
BIAYA TRANSPORTASI TERHADAP JARAK
Jalan
D1 D2 Jarak
Keterangan :
C1 : Biaya transportasi dengan truk D1 : 500 km
C2 : Biaya transportasi dengan KA D2 : 1500 km
C3 : Biaya transportasi dengan kapal laut
51
(Sumber: Rodrigue and Comtois, 2006)
KEUNGGULAN TRANSPORTASI
KERETA API
52
KEUNGGULAN TRANSPORTASI
KERETA API
53
KELEMAHAN TRANSPORTASI
KERETA API
54
TANTANGAN KEBUTUHAN TRANSPORTASI MASSAL MASA DEPAN
1. 2.
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN
WILAYAH / KAWASAN PENDUDUK INDONESIA
TANTANGAN
3. 4.
HARGA BBM KERUSAKAN
BERDAMPAK PADA BIAYA INFRASTRUKTUR JALAN
TRANSPORTASI MASIH CUKUP TINGGI
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas)
5. 6.
KEPADATAN KENDARAAN TRANSPORTASI HARUS
SEMAKIN TINGGI (BEBAN TERINTEGRASI
JALAN MENINGKAT)
55
KEUNGGULAN MODA KERETA API
56
PANGSA PASAR ANGKUTAN KERETA API
57
TERIMA KASIH
58
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
PENDAHULUAN
SEJARAH PERKERETAAPIAN
MANFAAT PERKERETAAPIAN
TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
PENUTUP
2
A. PENDAHULUAN
3
PENDAHULUAN
61
B. SEJARAH PERKERETAAPIAN
5
SEJARAH KERETA API
• Awalnya menggunakan kereta yang ditarik kuda
• Menggunakan rel dan roda dari besi
• Penggunaan tenaga uap untuk menarik kereta
2. Perkeretaapian nasional di
Indonesia telah dimulai
pada jaman penjajahan
Belanda sejak abad ke-19
(Tahun 1864), yaitu
dengan dibangunnya
jalan kereta api antara
Stasiun Kemijen dengan
Stasiun Tanggung di
daerah Semarang (Jawa
Tengah) sepanjang 26 Km
7
2. SEJARAH PERKERETAAPIAN INDONESIA
8
8
3. SEJARAH PERKERETAAPIAN INDONESIA
9 9
4. SEJARAH PERKERETAAPIAN INDONESIA
10 10
5. SEJARAH PERKERETAAPIAN INDONESIA
02-Goendih Emplacement 3- Aanleg van de spoorlijn van
1-Sta Tanggoeng Stoomtrein Semarang naar de Vorstenlanden
12 12
7. SEJARAH PERKERETAAPIAN INDONESIA
13 13
SESUAI UU 23/2007
KERETA API MENURUT JENISNYA
14
KERETA API KECEPATAN NORMAL ( V < 200 KM/JAM)
15
KERETA API KECEPATAN TINGGI ( V > 200 KM/JAM)
17
KERETA API GERAK UDARA (AEROMOVEL)
19
AUTOMATIC GUIDED TRAIN
LRT KualaLumpur
21
LINEAR MOTOR TRAIN
22
TREM LISTRIK
23
B. KONDISI KERETA API SAAT INI
24
JARINGAN KERETA API
25
TOTAL 4.969 Km 3.190 Km 8.159 Km
PANGSA PASAR ANGKUTAN KERETA API
26
27
C. MANFAAT PERKERETAAPIAN
28
4. TANTANGAN KEBUTUHAN TRANSPORTASI MASSAL MASA DEPAN
1. 2.
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN
WILAYAH / KAWASAN PENDUDUK INDONESIA
TANTANGAN
3. 4.
HARGA BBM KERUSAKAN
BERDAMPAK PADA BIAYA INFRASTRUKTUR JALAN
TRANSPORTASI MASIH CUKUP TINGGI
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas)
5. 6.
KEPADATAN KENDARAAN TRANSPORTASI HARUS
SEMAKIN TINGGI (BEBAN TERINTEGRASI
JALAN MENINGKAT)
29
2. KEUNGGULAN MODA KERETA API
30
3. PERUBAHAN PARADIGMA (REVITALISASI PERKERETAAPIAN):
SEBELUM SETELAH
UU NO. 23/2007 TENTANG PERKERETAAPIAN UU NO. 23/2007 TENTANG PERKERETAAPIAN
• Tumpang tindih peran antara regulator & Pemisahaan peran antara regulator & operator
operator Multi Operator, Investasi Swasta
• Monopoli/Single Operator (PT. KAI) Keterlibatan pemerintah daerah dan swasta
• Keterbatasan akses untuk pihak swasta dan yang lebih intensif
pemerintah daerah Desentralisasi
• Sentralisasi
32
3. REVOLUSI PERKERETAAPIAN NASIONAL
TATA
REGULASI PELAYANAN KAPASITAS
KELOLA
33
D. TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
34
SISTEM PERKERETAAPIAN
• PRASARANA PERKERETAAPIAN
– Jalur Kereta Api
– Bangunan Kereta Api
– Fasilitas Operasi Kereta Api
• SARANA PERKERETAAPIAN
– Lokomotif
– Kereta
– Gerbong
– Peralatan Khusus
JALUR DAN BANGUNAN KERETA API
36
7. TEKNOLOGI PRASARANA PERKERETAAPIAN
1067 mm 1435 mm
38 38
7. TEKNOLOGI PRASARANA PERKERETAAPIAN
Terowongan Saksaat
41
8. TEKNOLOGI PRASARANA PERKERETAAPIAN
Lokasi Treowongan Mata Bor (TBM) Alat Bor (Tunnel Boring Machine)
Jembatan Beton
43
FASILITAS OPERASI KERETA API
44
SISTEM PERSINYALAN
• Definisi
Sistem Persinyalan adalah suatu sarana untuk menjaga keselamatan dan
mengatur operasi kereta api yang efisien dan efektif dengan jalan membagi
ruang dan waktu
• Persyaratan umum sistem persinyalan adalah :
– Fail Safe
– Kehandalan yang tinggi dan memberikan aspek yang tidak meragukan
– Susunan penempatan menurut urutan yang baku
SISTEM PERSINYALAN
• Definisi
Sistem Persinyalan adalah suatu sarana untuk menjaga keselamatan dan
mengatur operasi kereta api yang efisien dan efektif dengan jalan membagi
ruang dan waktu
• Persyaratan umum sistem persinyalan adalah :
– Fail Safe
– Kehandalan yang tinggi dan memberikan aspek yang tidak meragukan
– Susunan penempatan menurut urutan yang baku
JENIS-JENIS PERSINYALAN
• Sistem Persinyalan Mekanik
– Sistem Persinyalan Mekanik tanpa Blok
– Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
SINYAL KELUAR
Plat penyambung penyekat listrik
(insulated rail joint)
KOSONG
Kotak
CB Terminal CB
UNIT
MASUKAN KE SISTEM EVALUASI
PENGUCILAN PERSINYALAN
INDIKASI KOSONG
Location Case
SISTEM INTERLOOCKING LEN 02
COMPUTER BASED INTERLOCKING
Transponders
Position/Movement
Authority
62
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
1982-2007 2004
KA Penumpang
1995-2003 2005-2007
DMU/DEMU
1997-2002 2007-2008
2002-2007
2007-2008
63 63
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
1993-2001
2008-2010
MONORAIL
64 64
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
SARANA KERJA
65 65
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
67 67
E. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKERETAAPIAN
NASIONAL
68
1. RENCANA JANGKA PANJANG SEKTOR PERKERETAAPIAN
Visi: “ Kompetitif ,Terintegrasi, Teknologi Tinggi, Sinergi Industri, Terjangkau, Responsif Terhadap Perkembangan ”
Program :
a. Jaringan perkeretaapian nasional pada tahun 2030 sepanjang12.100 km (Pulau Jawa-Bali, Sumatera, Jalur KA Existing
Jalur KA Rencana
Kalimantan, Sulawesi dan Papua) termasuk jaringan kereta api perkotaan sepanjang 3.800 km.
Jalur KA-Khusus (Rencana)
b. Sarana angkutan penumpang dengan jumlah lokomotif 2.805 unit, kereta api penumpang sebanyak 27.960 Rencana Jalur KA Cepat (HST)
unit.
c. Sarana angkutan barang dengan jumlah lokomotif 1.995 unit dan gerbong 39.655 unit.
Target :
Share Kereta Api : 11-13% Untuk Angkutan Penumpang & 15-17% Beroperasinya Argo Cahaya (High Speed Train/ HST) di Pulau Jawa
Untuk Angkutan Barang Kereta Api Sebagai Tulang Punggung Transportasi Angkutan Barang di
Pembangunan Jalur Ganda & Elektrifikasi Lintas Utama Jawa Kalimantan, Sulawesi dan Papua
Terbangunnya Jaringan Kereta Api Trans Sumatra Terintegrasi, Aman, Selamat, Nyaman, Pelayanan Yang Handal dan
Sebagai Tulang Punggung Angkutan Massal Antar Kota dan Perkotaan Terjangkau
Sumber : Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) 2010-2030
69
2. TARGET PERKERETAAPIAN DALAM RPJMN & RENSTRA KEMENHUB 2015-2019
AGENDA ARAH SASARAN DAN STRATEGI/KEBIJAKAN IMPLEMENTASI PROGRAM UTAMA
PRIORITAS*) KEBIJAKAN (YANG TERKAIT BIDANG PERKERETAAPIAN) INFRASTRUKTUR
1. Jumlah barang yang diangkut KA menjadi 1,5 juta TEUs/Tahun, PULAU SUMATERA
Meningkatkan Membangun 2. pangsa muatan angkutan KA minimal 5 % (barang ) dan 7,5 % (penumpang ) • Trans Sumatera
Produktifitas Konektivitas 3. Pembangunan jalur KA sepanjang 3.258 km pada lintas Sumatera, Lintas Selatan • KA Akses Bandara,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua Pelabuhan & Kawasan
Rakyat dan Nasional Untuk 4. Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat dibandingan Industri
Daya Saing di Mencapai kondisi baseline • KA Perkotaan
5. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan
Pasar Keseimbangan hasil industri transportasi dalam negeri diantaranya fasilitas dan sarana PULAU JAWA
Internasional Pembangunan perkeretaapian nasional • Jalur Ganda Lintas Selatan
6. Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api menjadi kurang dari 0,25 persen • KA Akses Bandara,
*) Terdapat 9 agenda 7. Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap
Pelabuhan
• KA Perkotaan
prioritas sesuai perubahan iklim dengan menurunkan tingkat emisi sesuai RAN-GRK di sektor
dengan NAWACITA transportasi dan energi sebesar 4,95 % (usaha sendiri) atau 9,66 % (dengan PULAU SULAWESI
Presiden JOKOWI-JK, bantuan asing) dari BAU hingga Th 2020 • Trans Sulawesi (Selatan &
8. Terselenggaranya integrasi pelayanan transportasi perintis di wilayah perdalaman, Utara)
diman agenda perbatasan, dan pulau terluar • KA Akses Bandara,
“Meningkatkan 9. Pembangunan akses KA ke bandara (Soekarno-Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Pelabuhan
produktvitas rakyat Juanda, Kertajati, Kulon Progo) dan Pelabuhan (Kuala Tanjung, Belawan, Tanjung • KA Perkotaan
dan daya saing di Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, dan Penyeberangan Merak-Bakauheni)
10. Pembangunan KA Kalimantan dan Sulawesi serta penyelesaian jalur kereta api PULAU KALIMANTAN
pasar internasional
lintas Sumatera, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di • Trans Kalimantan
merupakan agenda Sumatera dan lintas selatan Jawa • KA Akses Bandara,
prioritas No. 6 11. Optimalisasi dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan PSO Pelabuhan & Area
Pertambangan
diantara subsidi bus perintis, angkutan laut, penyeberangan, udara, dan kereta api
• KA Perkotaan
70
3. ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI PEMBANGUNAN PERKERETAAPIAN NASIONAL
• Peningkatan pembinaan
terhadap
• Peningkatan investasi dan penyelenggaraan
pendanaan melalui perkeretaapian melalui
dukungan regulasi dan penyiapan NSPK
mekanisme perizinan yang • Peningkatan keandalan
kondusif dan kelaikan sarana dan
• Mendorong peningkatan prasarana
peran swasta melalui KPS • Koordinasi dengan pihak-
pihak terkait, serta
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi
• Peningkatan peran
pemerintah selaku
regulator perkeretaapian
• Peningkatan peran
Pemerintah Daerah • Peningkatan penguasaan
• Mendorong terwujudnya teknologi sarana dan
penyelenggaraan prasarana
perkeretaapian secara • Alih teknologi untuk
multioperator pembelian teknologi luar
negeri
• Peningkatan kemampuan SDM regulator • Mendorong peningkatan
perkeretaapian melalui program diklat peran industri
• Mendorong terciptanya SDM operator perkeretaapian dalam
perkeretaapian melalui regulasi kompetensi, negeri
sertifikasi, dan pembinaan
71
F. PROGRAM PEMBANGUNAN PERKERETAAPIAN
72
1. TAHAPAN PEMBANGUNAN PERKERETAAPIAN
73 73
2. PROGRAM PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA (JALUR KA MENUJU PELABUHAN)
Program
Pengembangan KA akses
Pelabuhan
Indikasi Kebutuhan
Pendanaan
Sumber Pendanaan
APBN/D, Investasi
BUMN/Swasta
** Program pembangunan meliputi: Tahapan Persiapan, Pengembangan Infrastruktur Eksisting & Pembangunan Infrastruktur baru
Program
Pengembangan KA akses
Bandara
Indikasi Kebutuhan
Pendanaan
Sumber Pendanaan
APBN/D, Investasi
BUMN/Swasta
** Program pembangunan meliputi: Tahapan Persiapan, Pengembangan Infrastruktur Eksisting & Pembangunan Infrastruktur baru
Target Program Percepatan Meliputi Pembangunan Fisik, Pembebasan lahan atau Percepatan Persiapan
Dokumen Perencanaan
Jalur KA Existing
Pembangunan jalur ganda KA Pembangunan jalur KA Jalur KA Rencana
Lintas Selatan Jawa Trans Papua
76
A. PROGRAM PERCEPATAN - Pembangunan Jalur KA Trans Sumatera
77
B. PROGRAM PERCEPATAN - Pembangunan Jalur KA Trans Kalimantan
78
C. PROGRAM PERCEPATAN - Pembangunan Jalur KA Trans Sulawesi
79
D. PROGRAM PERCEPATAN - Pembangunan Jalur KA Trans Papua
80
E. PROGRAM PERCEPATAN - Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Selatan Jawa
Cirebon - Prupuk-
Merak
DKI
JAKARTA Prupuk Purwokerto
SERANG Cikampek
Bojonegoro
Banten Bogor Cirebon Solo - Madiun Bojonegoro Madiun -
Padalarang Tegal
Sukabumi
Pekalongan SEMARANG
Gambringan Bojonegoro Wonokromo
BANDUNG Prupuk
Jawa Tengah
Jawa Barat Gundih Jawa Timur SURABAYA
Purwokerto
Banjar
Madiun Kertosono Sidoarjo
Kroya Kutoarjo
Solo Bangil
Purwokerto -Kroya - DIY Malang
Kutoarjo YOGYAKARTA Kutoarjo - Yogya -
Banyuwangi
Solo Blitar
Wonokromo
Jember -
Surabaya
CIREBON PRUPUK PURWOKERTO KROYA KUTOARJO YOGYAKARTA SOLO PARON MADIUN MOJOKERTO WO SURABAYA
75 km 56 km 27 km 76 km 64 km 59 km 70 km 25 km 110 km 40 km 7 km
81
G. PENUTUP
82
PENUTUP
61
84
STRUKTUR DAN KLASIFIKASI
JALAN REL
KULIAH KE-3 PERANCANGAN JALAN REL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
1
Dosen : Dr. Ir. HERMANTO DWIATMOKO, MSTr, IPU
TAHUN 2018
Struktur dan Klasifikasi
Jalan Rel
Struktur Jalan Rel
Struktur Jalan Rel
• Struktur Bagian Atas, bagian atas terdiri atas
rel, bantalan dan penambat.
• Struktur Bagian Bawah, yaitu bagian fondasi,
terdiri atas balas, sub balas, dan tanah dasar.
Detail Struktur Rel
Penampang Jalan Rel
Penampang Jalan Rel
Detail Struktur Jalan Rel
Detail Struktur Jalan Rel
Detail Struktur Jalan Rel
Detail Struktur Jalan Rel
Rel
1. Rel (Rail)
• batangan baja longitudinal yang berhubungan
secara langsung, dan memberikan tuntunan
dan tumpuan terhadap pergerakan roda
kereta api secara berterusan.
• rel juga harus memiliki nilai kekakuan tertentu
untuk menerima dan mendistribusikan beban
roda kereta api dengan baik.
Penambat
2. Penambat (Fastening System)
Untuk menghubungkan diantara bantalan
dengan rel digunakan suatu sistem penambat
yang jenis dan bentuknya bervariasi sesuai
dengan jenis bantalan yang digunakan serta
klasifikasi jalan rel yang harus dilayani.
Bantalan
3. Bantalan (Sleeper)
Bantalan memiliki beberapa fungsi yang penting, al:
1) menerima beban dari rel dan
mendistribusikannya kepada lapisan balas
dengan tingkat tekanan yang kecil,
2) mempertahankan sistem penambat untuk
mengikat rel pada kedudukannya, dan
3) menahan pergerakan rel arah longitudinal, lateral
dan vertikal.
Bantalan terbagi atas bantalan besi, kayu maupun
beton.
Penampang Rel
Balas
4. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)
• terdiri dari material granular/butiran dan diletakkan
sebagai lapisan permukaan (atas) dari konstruksi
substruktur.
• Material balas yang baik berasal dari batuan yang
bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama, bebas dari
debu dan kotoran dan tidak pipih (prone).
• Lapisan balas berfungsi untuk menahan gaya vertikal
(cabut/uplift), lateral dan longitudinal yang dibebankan
kepada bantalan sehingga bantalan dapat
mempertahankan jalan rel pada posisi yang disyaratkan
Detail Struktur Jalan Rel
Subbalas
5. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas
(Subballast)
• Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan
tanah dasar adalah lapisan subbalas.
• Lapisan ini berfungsi sebagaimana lapisan
balas, diantaranya mengurangi tekanan di
bawah balas sehingga dapat didistribusikan
kepada lapisan tanah dasar sesuai dengan
tingkatannya
Subgrade
6. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
• Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar
pada struktur jalan rel yang harus dibangun
terlebih dahulu.
• Fungsi utama dari lapisan tanah dasar adalah
menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan
balas dan subbalas.
• Perilaku tanah dasar adalah komponen
substruktur yang sangat penting yang mana
memiliki peranan yang signifikan berkait pada
sifat teknis dan perawatan jalan rel.
Kriteria Struktur Jalan Rel
Kriteria Struktur Jalan Rel
• Kekakuan (stiffness)
• Elastisitas
• Ketahanan terhadap deformasi tetap
• Stabilitas
• Kemudahan pengaturan(adjustability)
Kriteria : Kekakuan
• Kekakuan struktur untuk menjaga deformasi
vertikal dimana deformasi vertikal yang
diakibatkan oleh distribusi beban lalu lintas
kereta api merupakan indikator utama dari
umur, kekuatan dan kualitas jalan rel.
• Deformasi vertikal yang berlebihan akan
menyebabkan geometrik jalan rel tidak baik
dan keausan yang besar diantara komponen-
komponen struktur jalan rel
Deformasi
Kriteria : Elastisitas
• Elastisitas diperlukan untuk kenyamanan
perjalanan kereta api, menjaga patahnya as
roda, meredam kejut, impact, getaran
vertikal.
• Jika struktur jalan rel terlalu kaku, misalnya
dengan pemakaian bantalan beton,maka
untuk menjamin keelastikan struktur dapat
menggunakan pelat karet (rubber pads) di
bawah kaki rel.
Ketahanan Terhadap Deformasi Tetap
• Deformasi vertikal yang berlebihan akan
cenderung menjadi deformasi tetap sehingga
geometrik jalan rel (ketidakrataan vertikal,
horisontal dan puntir) menjadi tidak baik,
yang pada akhirnya kenyamanan dan
keamanan terganggu
Stabilitas
• Jalan rel yang stabil dapat mempertahankan
struktur jalan pada posisi yang tetap/semula
(vertikal dan horisontal) setelah pembebanan
terjadi.
• Untuk ini diperlukan balas dengan mutu dan
kepadatan yang baik, bantalan dengan
penambat yang selalu terikat dan drainasi
yang baik.
Kemudahan Untuk Pengaturan
& Pemeliharaan (Adjustability)
•
lebih besar dari 1435 mm
• Jalan rel sempit (narrow
gauge), lebar sepurnya
kurang dari 1435 mm
MENURUT LEBAR JALAN REL (RAIL GAUGE)
TAHUN 2018
1
Ruang Bebas
3
Ruang Bebas Pada Bagian Lurus
4
Ruang Bebas Pada Bagian Lengkung
5
Jalur Ganda – Trek Lurus
6
Jalur Ganda – Lengkungan
7
Utilitas Umum
8
Tower Tegangan Tinggi
9
Aquaduct
10
Ruang Bangun
Ruang bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa
harus bebas dari segala bangunan tetap seperti antara
lain tiang semboyan, tiang listrik dan pagar.
Ketetapan Jarak horizontal ruang bangun :
• Pada lintas bebas:
2,35 m – 2,53 meter dikiri dan kanan sumbu sepur
• pada emplasemen:
1,95 m – 2,53 m dikiri dan kanan sumbu sepur
• pada jembatan:
2,15 m dikiri dan kanan sumbu sepur
11
Ruang Bangun
12
Elemen Jalan Rel
13
Elemen Jalan Rel
• Rel
• Penambat
• Bantalan
• Balas
14
Rel
15
Fungsi Rel
Rel dalam aplikasi di lapangan memiliki fungsi
utama sebagai berikut :
1) Penuntun/mengarahkan pergerakan roda
kereta api.
2) Untuk menerima secara langsung dan
menyalurkan beban kereta api kepada
bantalan tanpa menimbulkan defleksi.
3) Struktur pengikat dalam pembentukan
struktur jalan yang kokoh.
16
CC204
17
Komposisi Rel
• Rel dipilih dan disusun dari beberapa
komposisi bahan kimia sehingga dapat tahan
terhadap keausan akibat gesekan akibat roda
dan korositas.
• Dalam klasifikasi UIC dikenal 3 macam rel
tahan aus (wear resistance rails–WR), yaitu rel
WR-A, WR-B dan WR-C.
18
Komposisi Rel
• Rel yang digunakan di Indonesia (PT KAI) saat
ini merupakan rel WR-A, dimana termasuk
jenis baja dengan kadar yang tinggi (high steel
carbon), sedangkan WR-B dan WR-C
merupakan baja dengan kadar C yang sedang
dan rendah
19
Bentuk & Dimensi
Suatu komponen rel terdiri dari 4 bagian utama,
yaitu :
1. Permukaan Rel untuk pergerakan kereta api
atau disebut sebagai running surface (rail
thread),
2. Kepala Rel (head),
3. Badan Rel (web),
4. Dasar Rel (base).
20
Produksi Rel
21
Tipe Rel Indonesia
• Penamaan tipe rel untuk tujuan klasifikasi rel
di Indonesia disesuaikan dengan berat (dalam
kilogram, kg) untuk setiap 1 meter
panjangnya, misalnya : tipe R 54 berarti rel
beratnya sekitar 54 kg untuk setiap 1 meter
panjangnya
• Kuat tarik minimum rel adalah 90 kg/mm2
dengan perpanjangan minimum 10%.
• Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari
pada 240 Brinell.
22
Tipe Rel Indonesia
23
Karakteristik Penampang Rel
24
Profil R54 & R60
25
Profil R24 & R41
26
Tipe Rel & Kelas Jalan
27
Tipe Rel
• Perbedaan tipe batang rel mempengaruhi
beberapa hal, antara lain
1) besar tekanan maksimum (axle load) yang
sanggup diterima rel saat KA melintas, dan
2) kecepatan laju KA yang diijinkan saat
melewati rel.
• Semakin besar “R”, maka makin besar axle load
yang sanggup diterima oleh rel tersebut, dan KA
yang melintas di atasnya dapat melaju pada
kecepatan yang tinggi dengan stabil dan aman.
28
Tipe Rel
• Tipe rel paling besar yang digunakan di
Indonesia adalah UIC R54) yang digunakan
untuk jalur KA yang lalu lintasnya padat,
seperti lintas Jabodetabek dan lintas Trans
Jawa serta lintas angkutan batubara di
Sumsel-Lampung yang memiliki axle load
paling tinggi di Indonesia.
29
Babaranjang
30
Jenis Rel
• Menurut panjangnya rel dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu:
1) Rel Standar, dengan panjang 25 meter (sebelumnya
6 –10 meter),
2) Rel Pendek, dengan panjang maksimum 100 meter
atau 4 x 25 meter,
3) Rel Panjang, adalah rel yang mempunyai panjang
statis, yaitu daerah yang tidak terpengaruh
pergerakan sambungan rel, biasanya dengan
panjang minimal 200 meter.
31
Rel Panjang
• Sambungan rel adalah titik-titik perlemahan
dan jika terjadi beban kejut yang besar pada
sambungan akan dapat merusak struktur jalan
rel.
• Rel dari pabrik akan diproduksi 25 meter dan
selanjutnya akan dilas dengan “flash butt
welding” untuk mendapatkan rel-rel pendek
dan di lapangan dapat disambung lagi dengan
las “thermit welding” sehingga akan menjadi
rel panjang.
32
Rel Panjang
33
Rel Panjang
• Dalam perencanaan, rel panjang perlu
diperhatikan panjang minimum dan
stabilitasnya terutama akibat pengaruh
Bahaya Tekuk (buckling) oleh gaya longitudinal
dan perubahan suhu.
• Oleh karena itu, sebagai penyelesaiannya, rel
tidak boleh berkembang bebas dan hanya
akan dihambat oleh perkuatan pada bantalan
dan balas.
34
Sambungan Rel
35
Sambungan Rel
• Harus mempunyai kuat tarik yang cukup
• Mempertahankan 2 ujung rel pada level yang
sama baik vertikal maupun horisontal
• Mampu menahan gaya lateral sehingga lebar
sepur tetap bisa dipertahankan
• Memberikan elastisitas yang cukup sehingga
getaran dan goncangan akibat pergerakan
kereta dapat diserap
36
Sambungan Rel
• Mempunyai ketahanan terhadap gaya
longitudinal akibat percepatan/perlambatan
kereta
• Mudah dipasang, mudah dirawat, namun
aman dari vandalism
• Ekonomis dan tahan lama
37
Jenis Sambungan
Berdasarkan kedudukan sambungan rel
terhadap bantalan, sambungan dibedakan atas:
1. Sambungan menumpu
2. Sambungan menggantung/melayang
38
Sambungan Menumpu
39
Sambungan Menumpu
40
Sambungan Melayang
41
Sambungan Menggantung
42
PenempatanSambungan
• Penempatan sambungan di sepur ada dua
macam yaitu :
1) Penempatan secara siku, dimana kedua
sambungan berada pada satu garis yang
tegak lurus terhadap sumbu sepur.
2) Penempatan secara berselang-seling,
dimana kedua sambungan rel tidak berada
pada satu garis yang tegak lurus terhadap
sumbu sepur.
43
Sambungan Siku
44
Sambungan Berselang - Seling
45
Sambungan Rel di Jembatan
• Didalam daerah bentang jembatan harus
diusahakan agar tidak ada sambungan rel
mengurangi beban dinamis
• Rel dengan bantalan sebagai suatu kesatuan
harus dapat bergeser terhadap gelegar
pemikulnya bebas memuai
• Jika digunakan rel standar atau rel pendek,
letak sambungan rel harus berada di luar
pangkal jembatan
46
Sambungan Rel di Jembatan
• Jika digunakan rel panjang, jarak antara
sambungan rel dengan ujung jembatan harus
sama atau lebih besar dari daerah muai rel
47
Pemuaian
48
Celah Sambungan
ihahibban.blogspot.com
49
Celah Sambungan
ihahibban.blogspot.com
50
Efek Pemuaian
51
Besar Celah
52
Sambungan Rel Panjang
Pada Bantalan Kayu
53
Sambungan Rel Panjang
Pada Bantalan Beton
54
Suhu Pemasangan
55
56
Dasar Perhitungan Tipe Rel
57
Kontrol Tegangan
58
Contoh Soal
• Diketahui Kelas Jalan V dengan daya lintas 2 juta ton per tahun.
Tekanan gandar yang dibebankan oleh lokomotif CC sebesar 18 ton.
Rencanakan profil rel yang sesuai !
Diketahui:
Digunakan profil R-42, data perancangan (PD 10 tahun 1986) sebagai
berikut:
• Kelas Jalan V dengan Vrencana= 1,25 Vmaksimum = 1,25 (80) = 100
km/j
• Kekakuan jalan rel= 180 kg/cm2
• Momen inersia R42 = 1369 cm4
• Tahanan momen dasar= 200 cm3
• Modulus elastisitas rel (E) = 2,1 ×106 kg/ cm2
59
Perhitungan Momen Maksimum
60
Tegangan Ijin Jalan Rel
61
Tahanan Momen
62
Referensi
1. Banks, J.H. 2002. Introduction to Transportation Engineering.
MacGraw Hill. 2nd Edition. Boston. 502 p.
2. Berto, O. 2004. Permasalahan dan Strategi Pengembangan
Perkeretaapian Indonesia. Seminar Nasional Masa Depan
Perkeretaapian di Indonesia. Universitas Soegijopranoto,
3. Semarang, 17 Februari 2004.
Bowersox, D., Calabro, P.T & Wagenheim, G.D. 1981. Introduction
4. to Transportation. Macmillan Publishing Co., Inc. New York. 400 p.
Hidayat, H. & Rachmadi. 2001. Rekayasa Jalan Rel. Catatan Kuliah.
5. Penerbit ITB. Bandung.
Rosyidi, S.A.P. 2005. Prasarana Transportasi. Bahan Kuliah. UMY.
6.
Yogyakarta
Utomo, S.H.T. 2009. Jalan Rel. Beta Offset. Edisi Kedua. Yogyakarta.
63
BALAS
Principle of
track structure:
cross section
(Esveld, 2001
3
Principle of
track structure:
longitudinal
section (Esveld,
2001
4
Beban
didistribusikan
secara merata
ke tanah dasar
6
kuat dukung
tanah dasar
badan jalan
rel
beban roda
kereta api
kecepatan
kereta api
bahan balas
7 Lapisan balas
Balas atas
Balas bawah (sub-balas)
8
Lapisan sub-
balas terdiri
dari kerikil
halus, kerikil
sedang atau
pasir kasar
dengan
spesifikasi
seperti tabel
Kelas V maks d1 b c k1 d2 e k2 a
Jalan (km/j) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Ballast particle
breakdown
filling the void
space
(http://railways
ubstructure.org
/railwiki/index.
php?title=Balla
st_Properties
16
Ballast
breakage
under tie due to
cyclic loading
(http://railways
ubstructure.org
/railwiki/index.
php?title=Balla
st_Properties)
17
Ballast
breakage
under tie due to
cyclic loading
(http://railways
ubstructure.org
/railwiki/index.
php?title=Balla
st_Properties)
18
Naiknya
tekanan pori P
pada rongga
bawah
bantalan
karena beban
yang
menyebabkan
partikel halus
tersedot masuk
19 Mud pumping on concrete ballast
http://railgallery.wongm.com/melbourne-stations/E114_7504.jpg.html
20 Slurry mud filled ballast
(http://railwaysubstructure.org)
21
22
geosintetik
dapat
berfungsi
sebagai
pemisah/separ
ator dari
material yang
memiliki
distribusi
butiran
berbeda, filter,
drainasi dan
perkuatan
tanah
24
Geosintetik
mencegah
butiran halus
naik keatas
karena tekanan
pori
25 Perawatan balas
Perawatan dilakukan untuk mengembalikan fungsi
balas
Dilakukan dengan Mesin Perawat Jalan Rel (MPJR)
26
Ballast tamping
/ pecok balas
digunakan
untuk
memperbaiki
posisi rel yang
mengalami
perubahan
geometri akibat
repetisi beban
kereta api
27
Prinsip kerjanya
adalah
mengangkat rel
sehingga balas
dibawah
bantalan dapat
dipadatkan/di
press
28
Prinsip kerjanya
adalah
mengangkat rel
sehingga balas
dibawah
bantalan dapat
dipadatkan/di
press
29 Tamping Machine
30 MTT (Multi Tie Tamper)
31
Penambahan
material balas
tepat dibawah
bantalan sesuai
dengan
kebutuhan untuk
mengembalikan
posisi track ke
posisi semula
32
Bantalan
diangkat,
material balas
ditambahkan
dibawahnya
sesuai
kebutuhan
33 Multi Purpose Stone Blower
34
Proses yang
mahal dan
memakan
waktu
Memisahkan
partikel balas
dengan
partikel
“pengotor”
35 Close up undercutter conveyor
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
36 Close up undercutter conveyor
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
37 Shoulder cleaning machine
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
38 Shoulder cleaning machine
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
39
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
40
Balas yang
telah bersih
dan siap untuk
dipadatkan
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
41
Material
pengotor dan
balas yang
hancur dibuang
di tepi rel
http://railwaysubstructure.org/railwiki/index.php?title=Ballast_Maintenance
42
1
3
Fungsi Bantalan
1. Mengikat rel sehingga lebar sepur tetap terjaga.
2. Menerima beban vertikal dan lateral oleh beban
di atasnya dan mendistribusikannya ke balas
sebagai gaya vertikal.
3. Menjaga stabilitas pergerakan struktur rel ke
arah luar dengan mendistribusikan gaya
longitudinal dan lateral dari rel ke balas.
4. Menghindari kontak langsung rel dengan air
tanah.
2
4
Jenis Bantalan
Bantalan Kayu
Bantalan Besi
Bantalan Beton
Slab-Track
3
5
Pemilihan Jenis Bantalan
Pemilihan jenis bantalan ditentukan oleh :
1. Umur rencana,
2. Karakteristik beban,
3. Harga bantalan,
4. Kondisi lingkungan dan tanah dasar.
4
6
Bantalan Kayu
1. Kayu utuh, padat, tidak bermata, tidak ada
bekas ulat dan tidak ada tanda mulai lapuk.
2. Kadar air maksimum 25 %
3. Bantalan kayu terbuat dari kayu mutu A dengan
kelas kuat/awet I atau II
5
7
Persyaratan Kayu Mutu A
1. Kayu harus kering udara
2. Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar bantalan (atau
lebih dari 3,5 cm)
3. Bantalan tidak boleh mengandung sisi lengkung yang lebih
besar daripada 1/10 tinggi dan 1/10 lebar bantalan
4. Miring arah serat (tangensial ) tidak melebihi 1/10
5. Retak arah radial tidak boleh lebih dari ¼ tebal bantalan
dan retak-retak menurut lingkaran tumbuh tidak melebihi
1/ tebal bantalan.
5
6
Gambar Mata Kayu dan Arah retak Pada
Bantalan Kayu
8
7
Contoh Jenis Kayu Untuk Bantalan
9
8
10
Umur Bantalan
Umur kelas awet I = 8 tahun dan umur kelas awet
II = 5 tahun, pada kondisi terbuka dan
berhubungan dengan tanah lembab tanpa adanya
serangan rayap dan bubuk.
Perawatan untuk memperpanjang umur bantalan
dengan perendaman terhadap bahan-bahan kimia
misalnya retensi pengawetan 10.
9
Ukuran Bantalan Kayu Indonesia Peraturan Dinas
Nomor 10 Tahun 1986
11
10
12
Bantalan Kayu
Bentuk
penampang
melintang
bantalan kayu
harus berupa
empat persegi
panjang pada
seluruh tubuh
bantalan.
11
13
Bantalan Kayu
Bantalan kayu
12
14
Bantalan Kayu
Bantalan kayu
13
15
Keunggulan & Kelemahan
Keunggulan Kelemahan
14
16
Syarat Kekuatan Bantalan
Kelas Kayu Momen Maksimum (kg.m)
I 800
II 530
Kelas Kuat
Jenis Tegangan Ijin
I II
Lentur (lt dalam kg/cm2) 125 83
Tekan Sejajar Serat ( tk// dalam kg/cm2) 108 71
Tarik Sejajar Serat ( tr// dalam kg/cm2) 108 71
Tekan Tegak Lurus Serat (tk dalam kg/cm2) 33 21
Geser ( dalam kg/cm2) 17 10
15
17
Kerusakan Bantalan
1. Penurunan kekuatan akibat pelapukan
2. Kerusakan bantalan akibat tingginya beban
gandar yang mengakibatkan alat penambat
tidak berfungsi baik sehingga beban langsung
diterima oleh bantalan secara vertikal dan
lateral.
3. Susutnya kayu
16
18
Bantalan Besi
1. Umur bantalan relatif panjang dan ringan sehingga
mudah dalam pengangkutan dan pemasangan.
2. Stabilitasnya kurang baik (arah lateral, vertikal atau
longitudinal) karena berat yang ringan dan gesekan
diantara permukaan bantalan dengan balas relatif kecil
(tidak sesuai dengan lalu lintas kecepatan tinggi dan
menerus)
3. Bantalan harus selalu kering untuk mengurangi korosi
sehingga diperlukan konstruksi balas yang mampu
meloloskan air dan tidak sesuai untuk daerah yang sering
terendam (misal: perlintasan).
17
19 Penampang memanjang dan melintang bantalan besi
19
21
Tumpukan
bantalan besi
20
22
Bantalan Besi
Bantalan besi
21
23
Bantalan Besi
Bantalan besi
22
24
Keunggulan & Kelemahan
Keunggulan Kelemahan
23
25
Bantalan Beton
Bantalan beton memiliki stabilitas baik, umur lama,
biaya pemeliharan rendah dan komponen yang sedikit.
Berat bantalan 160-200 kg/buah sehingga memiliki
tahanan vertikal, lateral dan longitudinal yang baik.
Pemakaian bantalan beton digalakkan mengingat
bantalan kayu semakin sulit.
24
26
Jenis Bantalan Beton
1. Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal dengan
Jenis Pembuatan secara PostTension dan
PreTension.
2. Bantalan Beton Blok Ganda (Bi-Block Concrete
Sleeper)
25
27
Penarikan Kabel
Proses pretension, penyaluran kabel melalui tegangan geser
antara kabel dan beton sedangkan proses post tension
melalui sistem penjangkaran di ujung kabel.
Pre Tension
Misal : WIKA, Adhi Karya, BSD, Bv 53 (Jerman), Dow-Mac
(Inggris).
Post Tension
Misal : B 55 (Jerman), Franki Bagon (Belgia).
26
Bantalan Pre–Tension & Post–Tension
28
27
29
Aspek Produksi
Longline Production
Kabel pretekan (600 m) ditegangkan, shoulder penambat
diletakkan pada posisi yang benar kemudian dicor.
Digetarkan, di-curing dan setelah kuat dipotong dalam 2
meter-an.
Thosti Operation
Bantalan dicetak dalam mould 2 meter-an, terdiri dari 2 buah
bantalan, setelah shoulder diletakkan pada posisis yang
benar, kabel ditegangkan, kemudian dicor dan di-curing
selama lebih 1 hari dan baru dilepas dari cetakan.
28
30
Fabrikasi Bantalan Beton
29
Syarat Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal
Proses Pretension
31
Ukuran Bantalan
Pada bagian lurus : L = l + 2 Φ
l = jarak di antara dua sumbu vertikal (dalam mm)
= konstanta 80 – 160
Φ = diameter kabel (dalam mm)
Mutu Campuran
Kuat Tekan < 500 kg/cm2 untuk tulangan geser mutu U-24
dan baja prategang pada tegangan putus 17000 kg/cm2
30
Syarat Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal
Proses Pretension
32
31
Syarat Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal
Proses Pretension
33
33
35
Bantalan Beton
Penggantian
bantalan kayu
dengan beton
34
36
Keunggulan & Kelemahan
Keunggulan Kelemahan
35
37 Slab track
36
38 Slab track
37
39 Slab track
38
40 Slab track
39
41 Slab track
40
Pertimbangan Penggunaan Slab Track
42
41
Untuk Materi Kuliah Sesi Berikutnya
43
42
44
Perhitungan Dimensi Bantalan
OUTLINES MATERI :
43
BAGIAN 1
ANALISIS PEMBEBANAN
PADA BANTALAN
• Analisis Persamaan Momen
• Analisis Persamaan Defleksi
• Analisis Distribusi Beban pada Bantalan 44
Analisis Pembebanan Pada Bantalan … (1)
46
PERSAMAAN MOMEN :
e cosx sin x
P x
M( x )
4
1 𝜋 𝜋 4 4 𝐸𝐼 𝜋
𝑥1 = = dan λ =
4 λ 4 𝑘 4𝑥1
Pd P X 1
Mm = 0,318 PX1
4λ
45
47
Konsep Persamaan Momen
P
Balok Menerus
X1
M=0
BMD
Mmax
1
4
46
Analisis Pembebanan Pada Bantalan … (2)
48
PERSAMAAN DEFLEKSI :
47
49
Konsep Persamaan Defleksi
48
Analisis Pembebanan Pada Bantalan … (3)
50
F = k Ymaks
Pd
Jika Ymaks = 0,393 , dan diperhitungkan pengaruh superposisi gandar,
k X1
Maka distribusi beban ke bantalan dapat dituliskan sebagai :
Pd Pd S
Q1 = 2 F S = 2 ( k ) S = 0,786
k X1 X1
dimana : S = jarak antar bantalan (PD. No.10 Tahun 1986)
49
51
Contoh Kasus
Jika digunakan R.54 (E = 2,1 106 kg/cm2, dan IX = 2346 cm4)
yang dipasang pada Kelas Jalan I, S = 60 cm dan k (nilai modulus
jalan rel) = 180 kg/cm2. Tentukan beban yang didistribusikan dari
rel ke bantalan !
Jawaban :
50
52
Contoh Kasus
Asumsi :
Jika digunakan dalam perencanaan adalah beban gandar maksimum
(18 ton), maka Ps = 9000 kg.
Untuk Kelas Jalan I (Vrencana = 150 km/jam), Beban Dinamik (Pd)
dapat ditentukan sebagai :
V 5 Ps
Pd = [ 1 + 0,01 ] = 16.940,3 kg
1,609
51
BAGIAN 2
PERHITUNGAN DIMENSI
BANTALAN KAYU
• Prosedur Perhitungan
• Studi Kasus 52
Prosedur Perhitungan Bantalan Kayu … (1)
54
Komponen Panjang Bantalan
dibagi atas bagian a (jarak
sumbu vertikal rel terhadap
bantalan ke tepi) dan c
(setengah jarak antar sumbu rel).
𝟒 𝒌
𝝀=
𝟒 𝑬𝑰
53
Prosedur Perhitungan Bantalan Kayu … (2)
55
+ cos L) – sinh 2a (sin 2c + sinh L) – sin 2 a (sinh 2c + sinh L)]
M = lt W
54
Prosedur Perhitungan Bantalan Kayu … (3)
56
Nomen Klatur:
Dumping factor
=
Ix =
Momen inersia rel pada sumbu x – x
M =
Momen pada bantalan
Pd =
Beban dinamis dari kendaraan
Q =
Beban yang dapat diterima oleh bantalan
1
W = b h2 (untuk bantalan berbentuk persegi panjang)
6
Rumus Hiperbolikus :
ex e x
sinh x =
2
ex e x
cosh x =
2
Catatan : nilai x untuk persamaan trigonometri
dan hiperbolikus dalam satuan radian (rad)
55
57
Studi Kasus
Jika digunakan data bantalan : (200 22 13) cm3 (PD. 10 Tahun
1986) dengan lt = 125 kg/cm2, E (modulus elastisitas kayu) = 1,25
105 kg/cm2 dan k (modulus jalan rel = reaksi balas) = 180 kg/cm2.
Hitunglah momen yang terjadi pada bantalan akibat pengaruh
superposisi beban dan momen ijin bahan bantalan, untuk mendapatkan
beban yang dapat diterima oleh bantalan !
56
58
Studi Kasus
1. Perhitungan Damping Factor :
Damping Factor :
Dimensi Bantalan :
Q Q
C. O. D.
a 2c a
L
57
59
Studi Kasus
MOMEN CALC.:
sin 2 a = 1.000
sin L = -0.311
sinh L = 15.861 cos 2 c = -0.325
cosh a = 1.318 cos L = -0.950
cosh 2 c = 3.424
sinh c = 1.101
cosh L = 15.892
cos a = 0.712 sin c = 0.814
sinh 2 a = 2.265 sin (L-c) = 0.593
sin 2 c = 0.946
sinh (L-c) = 6.094
sinh 2 c = 3.275
cosh c = 1.487
cos c = 0.581
58
60
Studi Kasus
3. Diperoleh nilai momen di titik C/D dan O sebagai :
MD/C = 9.830283 Q
MO = - 4.87223 Q, dimana, Q = beban yang dapat diterima oleh bantalan
MD/C = Mijin
9.830283 Q = 77.458,33, dan Q = 7.879,56 kg.
59
61
Studi Kasus
Dari perhitungan beban kendaraan dinamik jika digunakan dalam perencanaan
adalah beban gandar maksimum (18 ton), maka Ps = 9000 kg. Untuk Kelas Jalan 1
(Vrencana = 150 km/jam), beban dinamik (Pd) dapat ditentukan sebagai :
V
Pd = [ 1 + 0,01 5 Ps ] = 16.940,3 kg.
1,609
maka, beban yang diterima bantalan dari kendaraan kereta api :
Q1 = 60 % Pd = 10.164,18 kg.
sehingga :
60
62
Studi Kasus
Kesimpulan : Bantalan kayu yang direncanakan berdimensi
(200 22 13) cm3 dengan lt = 125 kg/cm2 dan E (modulus
elastisitas kayu) = 1,25 105 kg/cm2 tidak dapat digunakan pada
Kelas Jalan Rencana, dengan demikian perlu dicoba menggunakan
bantalan besi atau bantalan beton.
61
BAGIAN 3
PERHITUNGAN DIMENSI
BANTALAN BETON
• Prosedur Perhitungan Bantalan Beton Monolithic.
• Prosedur Perhitungan Bantalan Beton Bi-Blok.
• Studi Kasus 62
Prosedur Perhitungan Bantalan Beton Monolithic
(Blok Tunggal) … (1)
64
2. Perhitungan Bantalan Beton pada Bagian di Bawah Rel dan Tengah Bantalan:
dimana : Q = 60 % Pd
63
Prosedur Perhitungan Bantalan Beton Monolithic
(Blok Tunggal) … (2)
65
dimana : Q = 60 % Pd
64
Prosedur Perhitungan Bantalan Beton Monolithic
(Blok Tunggal) … (3)
66
Nomen Klatur,
= Dumping factor
Ix = Momen inersia rel pada sumbu x – x
M = Momen pada bantalan
Pd = Beban dinamis dari kendaraan
Q = Beban yang dapat diterima oleh bantalan
W = Momen tahanan
65
67
Studi Kasus
Contoh :
Data Bantalan Produksi Dalam Negeri : bantalan beton dengan bentuk
trapesium dengan baja prategang sebanyal 18 buah dengen diameter 5,08
mm, tegangan putus = 16.000 kg/cm2. Pada saat kondisi transfer = 70 %
kapasitas maksimum sehingga Pinitial = 18 2.270,24 kg, dan pada saat
kondisi efektif = 55 % kapasitas maksimum sehingga Pinitial = 18 1.783,76
kg. Mutu beton menggunakan K-500, dan k (modulus jalan rel = reaksi balas)
= 180 kg/cm2.
66
68
Studi Kasus
Dimensi
Bantalan :
Keterangan :
Y1 (a) = letak garis netral dari sisi atas
Y1 (b) = letak garis netral dari sisi bawah
W1 (a) = momen tahanan sisi atas
W1 (b) = momen tahanan sisi bawah
67
69
Studi Kasus
Perhitungan Modulus Elastisitas berdasarkan nilai fcu
68
70
Studi Kasus
Perhitungan Momen di Titik C dan D, tepat di bawah kaki rel (C dan D) dan
tengah bantalan (O) :
Dimensi Bantalan :
Q Q
C. O. D.
a 2c a
L
69
71
Studi Kasus
MOMEN CALC. UNDER RAIL MOMEN CALC.MIDDLE OF SLEEPER
sin L = 0.675 sin L = 0.516
sinh L = 5.466 sinh L = 6.695
cosh a = 1.149 cosh a = 1.176
cosh 2 c = 2.005 cosh 2 c = 2.209
cosh L = 5.557 cosh L = 6.769
cos a = 0.858 cos a = 0.834
sinh 2 a = 1.303 sinh 2 a = 1.456
sin 2 c = 0.969 sin 2 c = 0.990
sinh 2 c = 1.738 sinh 2 c = 1.970
sin 2 a = 0.882 sin 2 a = 0.921
cos 2 c = 0.248 cos 2 c = 0.140
cos L = -0.737 cos L = -0.857
sinh c = 0.709 sinh c = 0.777
sin c = 0.613 sin c = 0.656
sin (L-c) = 0.986 sin (L-c) = 0.951
sinh (L-c) = 2.761 sinh (L-c) = 3.217
cosh c = 1.226 cosh c = 1.267
cos (L-c) = -0.168 cos (L-c) = -0.309
cos c = 0.790 cos c = 0.755
cosh (L-c) = 2.936 cosh (L-c) = 3.369
70
72
Studi Kasus
Momen di Bawah Rel
10.164,18 1
MC/D = [ 2 cosh2 a (cos 2c + cosh L) – 2 cos 2 a (cosh 2c
40,012 sin λL sinh λL
+ cos L) – sinh 2a (sin 2c + sinh L) – sin 2 a (sinh 2c + sinh L)]#
MO = -50.572,43389 kg-cm.
71
Studi Kasus (Analisis Tegangan Awal)
73
1. Bagian bantalan di bawah rel
Sisi bagian atas :
P P e
= initial initial
A W
= 18 2270,24 18 2270,24 0,135 = 85,84 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
456 1460,46
Sisi bagian bawah :
P P e
= initial initial
A W
= 18 2270,24 18 2270,24 0,135 = 93,12 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
456 1571,26
2. Bagian tengah bantalan rel
Sisi bagian atas :
P P e
= initial initial
A W
18 2270,24 18 2270,24 1,055
= = 140,28 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
400,7 5 1125,35
Sisi bagian bawah :
P P e
= initial initial
A W
18 2270,24 18 2270,24 1,055
= = 66,24 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
400,7 5 1206,63
72
74
Studi Kasus
Kondisi Tegangan Tahap Pratekan Awal untuk Bagian Bawah Rel
85,84
+
e
Pinitial
93,12
66,24
73
Studi Kasus (Analisis Tegangan Efektif)
75
1. Bagian bantalan di bawah rel
Sisi bagian atas :
P P e M
= efektif efektif
A W W
= 18 1783,76 18 1783,76 0,135 102.123,2 = 137,37 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
456 1460,46 1460,46
Sisi bagian bawah :
P P e M
= efektif efektif
A W W
= 18 1783,76 18 1783,76 0,135 102.123,2 = 8,175 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
456 1571,26 1571,26
2. Bagian tengah bantalan rel
Sisi bagian atas :
Pefektif Pefektu f e M
=
A W W
= 18 1783,76 18 1783,76 1,055 50.572,43 = 65,28 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
400,75 1125,35 1125,35
Sisi bagian bawah :
Pefektif Pefektif e M
=
A W W
= 18 1783,76 18 1783,76 1,055 50.572,43 = 94,96 kg/cm2 (< 200 kg/cm2 untuk K-500)
400,75 1125,35 1125,35
74
76
Studi Kasus
Kondisi Tegangan Tahap Pratekan Awal untuk Bagian Bawah Rel
+
e
Pinitial
8,175
Pinitial 65,28
e
+
94,96
Catatan : + adalah tegangan tekan
75
77
Kontrol Tegangan Ijin
76
78
Perhitungan Bantalan Bi-Blok
Dimensi Bantalan Bi-Blok
Dimensi bantalan bi-blok telah diatur dalam PD.10 tahun 1986 yang diberikan berikut ini,
beserta perbandingan bantalan bi-blok dari negara lainnya.
77
79
Alur Perhitungan Bantalan Bi-Blok
Prosedur Perhitungan :
Tentukan dimensi bantaan bi-blok yang akan digunakan.
78
80
Kontrol Mutu Bantalan Bi-Blok
Jika : Bantalan beton bi-blok dengan ukuran sebagaimana ketentuan dengan Faktor Beban
untuk Beban Statik = 1,7 dan q (beban merata asumsi) = 7,3 kg/cm2. Maka penampang kritis
bantalan di bawah rel dapat dihitung tegangan normalnya sebagai berikut :
M 1 ql 2 b
12 2
W 6 bh
1 30 20
6
79
81
Studi Kasus
Contoh :
45 110 45
70
80
82
Studi Kasus
Tegangan di bawah bantalan :
Beban luar : Q = 60 % Pd
Dari perhitungan beban kendaraan dinamik jika digunakan dalam perencanaan
adalah beban gandar maksimum (18 ton), maka Ps = 9000 kg. Untuk Kelas Jalan
1 (Vrencana = 150 km/jam), beban dinamik (Pd) dapat ditentukan sebagai :
V
Pd = [ 1 + 0,01 5 Ps ] = 16.940,3 kg.
1,609
maka, beban yang diterima bantalan dari kendaraan kereta api :
Q1 = 60 % Pd = 10.164,18 kg.
81
83
Studi Kasus
2
2 ql b
M 1
2
W 1
6 bh
147.015
= = 73,5075 kg/cm2
2000
Kontrol tegangan normal :
= 0,33 bk '
untuk, = 73,5075 kg/cm2, maka : bk' 222,75 kg/cm2
82
84
Studi Kasus
Kontrol Tegangan Geser di bawah bantalan terhadap mutu beton :
Q 10.164,18
pons = 8,47 kg/cm 2
2bh 220 30
Kontrol Tegangan Geser :
pons 0,65 bk '
untuk pons = 8,47 kg/cm2 0,65 bk ' , maka : bk ' 169,8 kg/cm2
83
85
Pengujian Bahan Bantalan
Pengujian Kualitas Bantalan
Sebelum perencanaan jalan rel selesai, bantalan kayu, beton maupun
baja harus terlebih dahulu diuji kekuatannya dengan pengujian
sebagai berikut :
1. Pengujian Beban Statis
2. Pengujian Beban Dinamis
3. Pengujian Cabut
Khusus untuk bantalan beton, juga perlu dilakukan pengujian tekan
sebelum diadakan pengecoran. Ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas mutu betonnya.
Keterangan lebih rinci mengenai pengujian ini dapat dibaca dalam
Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia.
84
TERIMA KASIH
85
BAB VI
BANTALAN
PENAMBAT REL
BANTALAN
Fungsi dan syarat umum bantalan adalah:
a.Bantalan Kayu
b.Bantalan Beton
c. Bantalan Besi/Kayu
BANTALAN KAYU
Bantalan kayu digunakan pada jalan rel di Indonesia karena selain
mudah dibentuk juga bahannya mudah didapat. Agar supaya dapat
memenuhi fungsinya, maka bantalan kayu harus cukup keras
sehingga mampu menahan tekanan, penambat rel yang dipasang
pada bantalan tidak mudah lepas, dan harus tahan lama. Untuk itu
bahan kayu yang digunakan selain harus kuat menahan beban yang
bekerja padanya, juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Bentuk dan dimensi bantalan kayu yang akan diuraikan berikut ialah
untuk lebar sepur 1067 mm.
1 Pada jalan 2000 (+40, -20) 220 (+20, -10) 130 (+10, -0)
lurus
2 Pada jembatan 1800 (+40, -20) 220 (+20, -10) 200 (+10, -0)
Agar supaya kerusakan akibat tekanan rel dapat dikurangi maka perletakan
rel pada bantalan harus baik. Sebagai usaha untuk memperpanjang umur
bantalan kayu, antara rel dan bantalan perlu dipasang “Pelat Landas”.
Dengan pemasangan pelat landas yang seperti itu akan mengurangi
kerusakan bantalan akibat beban dinamis yang diteruskan melalui rel
kepada bantalan.
BANTALAN KAYU
Klasifikasi Bantalan Kayu yang Diijinkan di Indonesia
BANTALAN KAYU
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan pada bantalan kayu ini
adalah:
Jadi apa gunanya membeli pelat landas dengan kemiringan 1/20 atau 1/40?
Jenis-jenis kayu yang bisa masuk dalam jenis yang tersebut di atas harus
ditentukan melalui penelitian.
a) Semen
Portland semen (PC) yang digunakan adalah semen type I (sesuai dengan
PUBBI-1082) Semen harus terlindung dari pengaruh kelembaban dan
apabila rusak, semen tersebut tidak diperbolehkan untuk digunakan dan
penyimpanan paling lama selama 60 hari.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran beton dan perawatan beton harus
bebas dari minyak, garam, asam, alkali serta harus diadakan pengujian
kualitas air terlebih dahulu sehingga dapat dinyatakan air tersebut layak
digunakan untuk campuran beton.
BANTALAN BETON
c) Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alam, dengan kandungan maksimum material
lain yang tidak diperlukan, yaitu :
· Kadar Lumpur : 1%
· Material lain, lobos saringan no. 4 ASTM : 4%
Pasir harus bebas dari kandungan material organik, dan apabila
diperlukan harus diadakan pengujian lebih dahulu
d) Admixture
Admixture digunakan untuk kemudahan pelaksanaan atau mempercepat
pengerasan.beton dan waktu penyimpanan admixture di gudang,
maksimum 6 bulan.
e) Tendon
Setiap bantalan beton harus berisi baja prategang terdiri atas kawat baja
mempunyai relaksasi rendah, atau mempunyai relaksasi normal tegangan
tarik yang tinggi.
BANTALAN BETON
Ada dua jenis bantalan beton yaitu
a)Beton balok ganda: terdiri dari 2 buah balok beton yang
dihubungkan dengan batang atau pipa yang diisi dengan beton yang
diperkuat, biasa digunakan pada R.54 baru. Beratnya + 210 kg. Memiliki
permukaan tumpu terhadap balas yang baik, adanya tahanan lateral
yang tinggi pada balas karena luas permukaannya ganda.
b)Beton balok tunggal: bantalan ini berbentuk batang dengan ukuran
yang hampir sama dengan bantalan kayu. Harga beton tunggal cenderung
lebih murah, tahan terhadap retakan, dapat dibuat dengan konstruksi
pratekan.
BANTALAN BETON
Adapun keunggulan bantalan beton secara umum yaitu:
Stabilitasnya baik, dapat menjaga lebar sepur dengan baik,
Umur konstruksi panjang,
Tidak dapat terbakar,
Pengendalian mutu bahan mudah dilaksanakan
cocok untuk produksi masal (mass production), dan
Beton bukan konduktor listrik, sehingga dapat digunakan untuk sepur
dengan elektrifikasi.
Dimensi bantalan baja pada jalur untuk lebar sepur 1067 mm ialah: panjang
2000 mm, lebar atas 144 mm, lebar bawah 232 mm, tebal baja minimum 7
mm.
Bantalan baja minimal mampu menahan momen sebesar 650 kg-m, baik
pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel. Tegangan ini
minimal bantalan baja ialah 1600 kg/cm2.
BANTALAN BAJA
Keunggulan yang terdapat pada bantalan baja di antaranya ialah:
Ringan dan mudah diangkut,
Tidak mudah lapuk, tidak diserang oleh binatang-binatang kecil (rayap
dan sejenisnya),
Elastisitas yang lebih besar sehingga retak-retak seperti yang terjadi pada
bantalan kayu dan bantalan beton dapat dihindari,
Pada balas yang baik, bantalan baja lebih tahan lama
dibandingkan dengan bantalan kayu. Umur layanan bantalan baja dapat
mencapai 30 – 40 tahun (Mundrey, 2000),
Mudah dan relatif murah dalam pembuatannya, dan
Nilai sisa relatif lebih tinggi dibandingkan bantalan kayu,
Alas karet yang digunakan dapat terbuat dari karet alam, karet
sintetis, Ethyl Vinyl Acetat (EVA) Polyethylene Berkepadatan
Tinggi (High Deinsity Polyethylene) dan Polyurethane
TERIMA KASIH
REL DAN PENGELASAN
1
MATERI
REL
SAMBUNGAN REL
WESEL
2
REL
Rel merupakan tempat dimana kereta berjalan
3
REL
a. Bentuk Rel
Terdapat 3 macam bentuk rel sebagaimana diperlihatkan pada
Rel Vignola (ditemukan pertama kali oleh Charles Vignoles di tahun 1836)
merupakan rel yang umum digunakan pada jalan rel, termasuk di
Indonesia.
Oleh karenanya, uraian yang selanjutnya hanya akan membahas 4
tentang rel bentuk Vignola
REL
Tipe rel terdiri dari:
R. 42
R. 50
R. 54
R. 60
5
REL
6
R. 42
REL
7
R. 50
REL
8
R. 54
REL
A. Komposisi Pembuatan Rel
Komposisi pembuatan rel antara lain adalah:
1) C ( carbon) : 0,6 %-0,8 %
2) Si ( silikon) : 0,15 %-0,35 %
3) Mn Mangan) : 0,9%-1,1%
4) P (Pospor) : max 0,035 %
5)S Sulf at) : max 0, 025 %
B. Pengetesan Rel
Macam-macam pengetesan rel antara lain:
1) Uji Kuat Tarik Rel
Kedua ujung rel ditarik sehingga memuai panjang atau patah
2) Uji Tekan Rel
Kepala rel diberikan beban berat sehingga rel menjadi lendut
3) Ultrasonic Test
Untuk mengecek kondisi rel apabila terkena zat-zat kimia.
4) Uji Kekerasan Rel (Brinell Hardness Test)
9
SAMBUNGAN REL
2. Sambungan Rel
Konstruksi yang mengikat dua ujung rel dengan menggunakan pelat
sambung, baut serta mur sedemikian rupa sehingga operasi KA tetap aman
dan nyaman. Dengan celah sambungan rel 16 mm.
Pada sambungan rel, terdapat pelat sambung yang harus memenuhi
persyaratan bahwa kuat tarik bahan penyambung tidak boleh kurang dari
58kg/mm2 dengan perpanjangan minimum 15%.
Untuk pelat sambung untuk jenis rel R.42, R.50, R.54 terdapat 4 titik lubang
untuk pemasangan baut dan mur. Pelat sambung memiliki panjang ±
560 mm, dengan tebal pelat 20 mm dan diameter lubang 24 mm.
Sedangkan tinggi pelat sambung tergantung pada tinggi badan rel (jenis
rel)
Untuk pelat sambung untuk jenis rel R.60, terdapat 6 lubang untuk
memasang baut dan mur dengan diameter lubang 25 mm, tebal pelat 20
mm, dan panjang pelat sambung ± 820 mm
10
SAMBUNGAN REL
Jenis dari sambungan terdiri dari:
1) Sambungan melayang
Antara kedua bantalan ujung berjarak 30 cm, jarak dari sumbu ke sumbu
bantalan ujung 52 cm.
2) Sambung an rel menumpu
11
SAMBUNGAN REL
12
WESEL
Wesel adalah penghubung antara dua jalan rel. Wesel ini mempunyai
fungsi untuk mengalihkan/mengantarkan kereta api dari suatu jalur KA
kejalur lainnya
a. Jenis Wesel
Wesel terdiri atas berbagai macam jenis diantaranya adalah sebagai
berikut.
1) Wesel Biasa, terdiri dari:
a)wesel biasa kiri
b)wesel biasa kanan
13
WESEL
3) Wesel Tiga Jalan , terdiri dari:
a) wesel tiga jalan searah
b) wesel tiga jalan berlawanan arah
c) wesel tiga jalan searah tergeser
d) wesel tiga jalan berlawanan arah
14
WESEL
b. Gambar Macam-Macam Wesel
15
WESEL
b. Gambar Macam-Macam Wesel
16
WESEL
Perbedaan antara wesel biasa dan inggris
17
WESEL
18
WESEL
c. Komponen Wesel
19
WESEL
20
WESEL
c. Komponen Wesel
21
WESEL
c. Komponen Wesel
22
WESEL
c. Komponen Wesel
4) Rel Lantak
Penampang melintang rel lantak dan lidah (tongue)
Rel
Lantak Ujung Lidah
Balok Gelincir
23
WESEL
c. Komponen Wesel
5) Penggerak Wesel
24
WESEL
25
WESEL
d. Rel dan Geometri Wesel
1) Ketentuan teknis
a)Pelebaran dan lengkung wesel sekitar 250 m m di depan ujung lidah
b)Pelebaran ujung lidah 5-10 mm
c)Pelebaran sepur maksimum dalam lengkung 1500 -2500 di depan jarum
bagian lurus
d)Jari-jari lengkung dibuat 150- 230 m
26
WESEL
b) Skema Wesel
M : Titik pusat wesel (titik
potong antara sumbu
track lurus dengan
sumbu track lengkung)
A : Awal wesel (tempat
sambungan rel lantak
dan rel biasa)
B : Akhir wesel
L : Tangen sudut simpang
arah
27
WESEL
e. Perancangan Wesel
28
WESEL
2) Formula perhitungan panjang jarum
Dimana:
P : panjang jarum
B : lebar kepala rel
C : lebar kaki rel
α : sudut simpang arah
d : celah antara jarum dan Ujung rel
Panjang jarum tergantung pada lebar kepala rel, lebar kaki rel
sudut simpang arah dan celah antara jarum dan rel.
29
WESEL
Panjang lidah pada lidah berputar
tergantung pada besarnya sudut tumpu lebar kepala rel dan jarak antara
akar lidah dan rel lantak
Dimana :
t : panjang lidah,
B : lebar kepala rel,
Y : jarak antara akar lidah dan rel lantak,
Β : sudut tumpu.
30
WESEL
Panjang lidah pada lidah berpegas
Dimana:
t : panjang lidah
B : lebar kepala rel
β : sudut tumpu
31
WESEL
Dimana :
32
WESEL
Jari-jari lengkung luar tidak boleh lebih besar dari formula dibawah ini:
R = V2 / 7,8
Dimana:
33
PENGELASAN
34
MATERI
FLASH BUTT
THERMIT
ELEKTRODA
35
FLASH BUTT
Pada umumnya dilakukan dengan mesin las tetap, tetapi juga ada
mesin las yang dapat dipindah-pindahkan sehingga pengelasan
dapat diiakukan dilokasi penyambungan rel. dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip tahanan listrik
Prosedur pengelasan:
a.Kedua ujung rel dihaluskan terlebih dahulu
b.Kedua rel ditempelkan
c.Diberikan tegangan listrik
d.Rel memanas sehingga mencapai suhu tempa
e.Kedua ujung rel saling ditekan dengan tekanan tinggi
f.Sisa las dipahat dan digerinda
36
FLASH BUTT
37
THERMIT
Memudahkan pelaksanaan pengelasan rel dilokasi dengan
peralatan yang sederhana tetapi dengan hasil las yang baik secara
metalurgis, menggunakan campuran bubuk aluminium dengan besi
oksida yang pada suhu tinggi berubah menjadi alumina dan baja,
pelaksanaan berlangsung ±15 menit.
Prosedur pelaksanaan:
38
THERMIT
39
THERMIT
Tahap-tahap pengelasan dengan Las Thermit adalah sebagai berikut:
a.Penyiapan rel
•Bersihkan permukaan rel yang akan dilas dengan karat, sisik atau
material lainnya.
•Jarak antara rel (celah) pada sambungan rel 24 – 26 mm.
•Alinyemen vertikal - horizontal maksimum 1 mm untuk mistar ukur 1
m'.
40
THERMIT
41
THERMIT
b. Persiapan cetakan (mould) dan tempat peleburan
• Pemasangan penjepit cetakan pada rel yang ditambat kaku.
• Penyetelan cetakan (mould) yang baik pada sisi-sisi rel maupun
bagian bawah rel. Penutup sambungan antara cetakan dengan rel
dipakai bahan pasta (bahan khusus) sedalam 25 mm dikelilingi
sambungan. Bersihkan dahulu tempat peleburan (Curcible) dan
periksa retakan-retakan halus pada tempat peleburan jika ada
harus diperbaiki. Pasang tempat peleburan dan diatur lubang
pengeluaran tepat diatas cetakan dan dapat berputar 1800.
Masukkan bahan peleburan pada curcible dan pasang penutup
pada peleburan.
42
THERMIT
43
THERMIT
c. Pemanasan pendahuluan (preheating).
• Pemanasan pendahuluan dapat dipakai dengan Oxy Propano, brandernya
ditempatkan pada mould,
• Semburan dari pemanasan dilaksanakan semburan warna nyala api biru
• Pemanasan pendahuluan dilaksanakan 4 – 5 menit
44
THERMIT
45
THERMIT
d. Pelaksanaan pengelasan,
• Posisi lubang tempat peleburan tepat pada posisi mould/cetakan dan
nyalakan penyulut.
• Setelah cairan logam mulai mengalir pada mould/cetakan dan sampai pada
cairan logam membeku (±30 detik) segera disingkirkan curcible.
• Pembongkaran cetakan dilaksanakan striping pada kepala rel sesudah di
las.
• Penggurindaan dilakukan pada permukaan rel sehingga kepala rel bia
diukur dengan rel panjang 1 m tidak terjadi penyimpangan
46
THERMIT
47
THERMIT
e. Perapihan kembali.
Tempatkan kembali rel pada bantalan dan tambatkan kembali pengikat-
pengikat rel. Periksa alinyemen rel baik vertikal maupun horisontal. Kereta Api
tidak boleh lewat sebelum rel mendingin sampai 37,5 0C. Sebagai
finishing/akhir pekerjaan pengelasan akan diadakan pengetesan dengan
ultrasonic yang akan ditunjuk oleh direksi. Setiap titik las diberi nomor urut
dari awal sampai akhir pada kaki rei kanan dan kiri.
48
THERMIT
49
ELEKTRODA
Mengelas kedua ujung rel mulai dari kaki rel ke atas menggunakan
elektroda dalam sebuah cetakan yang terbuat dari tembaga. Pengelasan
kurang lebih terjadi selama ±15 – 20 menit.
Prosedur pengelasan:
a.Pasang cetakan
b.Lakukan pemanasan awal dengan suhu 200 0C – 250 0C,
menggunakan burner propane
c.Melakukan pengelasan pada celah sambungan dari bawah ke atas d.
Lepaskan cetakan
50
TERIMA KASIH
51
TERIMA KASIH
52
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
TRANSPORTASI KERETA API
PENDAHULUAN
TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
PENUTUP
2
A. PENDAHULUAN
3
PENDAHULUAN
61
FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN
Perencanaan (Planning)
Pengorganisasian (Organizing)
Pengarahan dan pengimplementasian (Actuating)
Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)
C O
A 5
PERENCANAAN
6
KEGIATAN DALAM FUNGSI
PERENCANAAN
Menetapkan tujuan dan target
Merumuskan strategi untuk mencapai
tujuan dan target tersebut
Menentukan sumber-sumber daya yang
diperlukan
Menetapkan standar/indikator keberhasilan
dalam pencapaian tujuan dan target
7
Planning Organizing
Penentuan Tujuan dan Penentuan Bagaimana
Bagaimana Cara Pencapaian Penyusunan Organisasi dan
yang terbaik Aktifitas dapat dilakukan
Controlling Actuating
Monitoring dan Perbaikan Proses Memotivasi Anggota
Aktifitas yang sedang Organisasi agar Planning
berjalan agar Tujuan dapat dapat dijalankan
tercapai
Keterangan:
Menunjukkan Arah Tahapan dari setiap fungsi manajemen
Menunjukkan keterkaitan timbal balik antar fungsi manajemen
8
B. SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
TRANSPORTASI
9
DASAR LEGALITAS PERENCANAAN
13
STUDI KELAYAKAN
(FEASIBILITY STUDY)
Analisis Ekonomi Makro
o Manfaat bagi perekonomian nasional/regional
o Menghasilkan bangkitan baru dll
Analisis Ekonomi Mikro (Finansial)
o Menguntungkan secara finansial bagi perusahaan
Analisis Teknis
o Secara teknis memungkinkan untuk dibangun
Analisis Lingkungan (AMDAL)
14
ANALISIS EKONOMI
Net Present Value (NPV)
Membandingkan semua komponen biaya dan manfaat suatu kegiatan
dengan acuan yang sama
Semua biaya dan manfaat diubah dalam besaran netto saat ini (net
present value)
NPV : selisih antara Present Value dari komponen manfaat dan Present
Value dari biaya NPV = PV B – PV C
BCR = PV B/PV C
Keterangan :
Bt = besaran total dari komponen manfaat proyek pada tahun t;
Ct = besaran total dari komponen biaya pada tahun t
i = tingkat suku bunga (%/tahun), d = tingkat bunga yang diperhitungkan
t = jumlah tahun
17
ANALISIS EKONOMI
Untuk pembangunan prasarana dan sarana
perkeretaapian yang memerlukan biaya pembangunan
cukup besar, maka seringkali hasil analisis ekonomi
mikro (finansial) kurang layak, artinya operasionalnya
merugi, namun pembangunan prasarana dan sarana
transportasi secara ekonomi makro menguntungkan
karena dengan adanya transportasi akan menimbulkan
bangkitan transportasi karena ada pergerakan
penumpang dan barang, sehingga akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Apabila secara finansial kurang laik, maka kewajiban
pemerintah (negara) untuk membangun prasarana dan
sarana transportasi tersebut dan juga dapat diberikan
anggaran subsidi, misalnya subsidi keperintisan.
18
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
Tujuan diterbitkannya Izin Lingkungan antara lain
untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan
hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan
upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan
kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antar
instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk usaha
dan/atau kegiatan, dan memberikan kepastian hukum
dalam usaha dan/atau kegiatan. 19
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting suatu Usaha
dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak positif dan negatif
dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah
dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau
tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif
tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek
fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya, hukum dan
kesehatan masyarakat.
20
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, apabila
berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak
dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, apabila
biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar
daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka
rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu
rencana kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat
dilanjutkan pembangunannya.
Amdal dan UKL-UPL juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
Izin Lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau pemeriksaan
UKL-UPL merupakan satu kesatuan dengan proses permohonan dan
penerbitan Izin Lingkungan. Dengan dimasukkannya Amdal dan UKL-UPL
dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan, Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan
informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang
mungkin terjadi dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dan
langkah-langkah pengendaliannya, baik dari aspek teknologi, sosial, dan
kelembagaan.
21
DOKUMEN AMDAL
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-
ANDAL)
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman
kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting
yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-batas studi ANDAL.
Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan metodologi yang akan
digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini
merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui
proses yang disebut dengan proses pelingkupan.
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting
dari suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang telah di identifikasi di dalam
dokumen KA-ANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat dengan menggunakan
metodologi yang telah disepakati. Telaah ini bertujuan untuk menentukan besaran
dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya dilakukan penentuan sifat
dampak penting dengan cara membandingkan besaran dampak terhadap kriteria
dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap kajian selanjutnya
adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang satu dengan yang lainnya.
Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengelolaan dampak yang
akan dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif.
22
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan
dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta
memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-
upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan
dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
23
C. TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
24
KERETA API
MENURUT JENISNYA
Kereta Api Kecepatan normal
Kereta api kecepatan tinggi
Kereta api monorel
Kereta api motor induksi linier
Kereta api gerak udara
Kereta api levitasi magnetik (maglev)
Trem
Kereta gantung.
KERETA API CEPAT
32
TREM LISTRIK
34
Sesuai UU 23/2007
1. Pembangunan
2. Pengoperasian
Perkeretaa 3. Perawatan
pian 4. Pengusahaan
Dirjen
Perkeretaapian
Ses Ditjen KA
Dir
Dir Prasarana Dir Lalulantas
Dir Sarana KA Keselamatan
KA KA
KA
PEMBANGUNAN PRASARANA
Setiap pembangunan prasarana perkeretaapian harus
memenuhi persyaratan teknis prasarana
perkeretaapian.
Untuk pembangunan prasarana perkeretaapian perlu
dilakukan pemilihan terhadap jenis dan teknologi
prasarana perkeretaapian yang bergantung kepada
kebutuhan.
Pemilihan prasarana perkeretaapian dimaksud antara
lain jenis kereta api, jenis rel, lebar jalan rel, beban
gandar, kecepatan masksimum/desain, kapasitas
angkut, frekuensi KA, jenis jembatan dsb.
Untuk merencanakan pembangunan pemilihan jenis
prasarana perkeretaapian sangatlah penting.
JALUR KERETA API
Jalur kereta api merupakan prasarana
perkeretaapian yang terdiri atas rangkaian petak
jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur
kereta api (rumaja), ruang milik jalur kereta api
(rumija), dan ruang pengawasan jalur kereta api
(ruwasja), termasuk bagian atas dan bawahnya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
Jalur kereta api meliputi jalan rel, jembatan dan
terowongan.
Jalur kereta api direncanakan untuk melewatkan
berbagai angkutan barang atau penumpang
dalam suatu jangka waktu tertentu.
Konstruksi jalan rel harus dirancang dengan baik agar dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara teknis
diartikan bahwa konstruksi jalan rel harus dapat dilalui oleh sarana
perkeretaapian dengan aman dan tingkat kenyamanan tertentu
selama umur teknisnya.
Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu : jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan
pola operasi.
Oleh karena itu dibuat klasifikasi jalan rel sehingga perencanaan
dapat dibuat secara tepat guna. Persyaratan teknis jalur kereta api
meliputi persyaratan tata letak, tata ruangan dan lingkungan
Secara ekonomis diartikan bahwa pembangunan dan perawatan
konstruksi jalan rel dapat dilaksanakan dengan biaya yang
serendah mungkin namun masih terjamin tingkat keamanan dan
kenyamanannya.
PENYUSUNAN TRASE JALUR KERETA API
Ruwasja (9M)
Ruwasja(9M) Rumija(6M) Rumija (6M)
Lintas Bebas 2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu jalan rel
Jembatan,
2,15 m di kiri kanan sumbu jalan rel
Terowongan
1.9500
+ 6.200
BATAS IV
+ 6.045
+ 5.900
ALIRAN ATAS TERTINGGI
+ 5.500
ALIRAN ATAS NORMAL
1.9500
+ 5.000
BATAS III
+ 4.845
1.3000 + 4.700
BATAS II
+ 4.500
BATAS I
1.0000 + 4.320
+ 3.530
PERON TINGGI
1.9500
PERON RENDAH
1.9500
1.6000 + 1.000
+ 0.750
1.5300
1.3000 + 0.450
+ 0.200
1.0000
+ 0.040 K.R. 0.000
1.067
KONSTRUKSI JALAN REL
Struktur jalan rel, secara garis besar dapat
dibagi dua, yaitu :
Struktur bangunan atas dengan komponen-
komponen, rel, penambat (fastening), dan
bantalan (sleeper).
Struktur bangunan bawah dengan komponen-
komponen ballas (ballast), subbalas
(subballast), tanah dasar (improve subgrade)
dan tanah (natural ground).
PERSYARATAN KONSTRUKSI
Beban gandar maksimum jalur kereta api di Pulau Jawa saat ini adalah 15 ton, di
Sumatera Selatan 18 ton.
Pengembangunan jalur kereta Trans Sulawesi, Trans Kalimantan dan Trans Papua
menggunakan lebar jalan rel 1.435 mm dengan beban gandar maksimum 22 ton.
Jalur Kereta Api di Indonesia
1067 mm 1435 mm
54
JEMBATAN KERETA API
Jembatan Beton
Struktur jalan rel yang baik harus dapat menjamin keamanan, kenyamanan,
dengan biaya yang optimal sehingga harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Kekakuan (stiffness)
Untuk menjaga deformasi vertikal, dimana deformasi vertikal ini
merupakan indikator utama dari umur, kekuatan dan kualitas jalan rel.
Deformasi vertikal yang berlebihan akan menyebabkan geometrik jalan rel
yang tidak baik dan keausan yang besar diantara komponen-komponen
struktur jalan.
Elastisitas (Resilience)
Diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga patahnya as,
roda, meredam kejut, impact, getaran vertikal. Jika jalan rel terlalu kaku,
misalnya dengan pemakaian bantalan beton, maka untuk menjamin
elastisitas diperlukan alas karet (rubber pads) yang dipasang di bawah kaki
rel.
STRUKTUR JALAN REL
Ketahanan terhadap deformasi tetap
Deformasi vertikal yang berlebihan akan cenderung menjadi deformasi
tetap, sehingga geometri jalan rel (ketidakrataan vertikal dan horizontal,
puntir) menjadi tidak baik, yang pada akhirnya kenyamanan dan keamanan
menjadi terganggu.
Stabilitas
Jalan rel yang stabil adalah mampu tetap pada posisi semula (vertikal dan
horisontal) setelah pembebanan terjadi. Untuk ini dibutuhkan balas
dengan mutu dan kepadatan yang baik, bantalan dengan penambat yang
selalu terikat, dan drainase yang baik.
Adjustability
Jalan rel harus bisa diatur/dipelihara untuk dikembalikan ke posisi
geometri yang benar, jika terjadi perubahan geometri karena beban yang
berjalan.
SLAB TRACK
Kontruksi jika rel di jalan layang maupun terowongan
umumnya menggunakan slabtrack yaitu konstruksi yang
menggunakan beton cor tanpa menggunakan batu balas.
Keuntungan penggunaan slabtrack adalah mempermudah
dalam melakukan perawatan karena tidak perlu dilakukan
pemecokan, namun sangat bergantung pada rubber pad
sebagai suspensinya.
BEBAN PADA JALAN REL
Gaya vertikal
Gaya ini adalah beban yang paling dominan dalam struktur jalan rel.
Gaya ini menyebabkan defleksi vertikal, dan defleksi vertikal ini adalah
indikator terbaik dari kualitas, kekuatan dan umur jalan rel.
Gaya transversal (lateral)
Gaya ini disebabkan adanya gaya sentrifugal, “snake motion”, dan
ketidakrataan geometrik jalan rel, bekerja pada titik yang sama dengan
gaya vertikal di rel. Gaya ini menyebabkan tercabutnya penambat rel
dan geseran pelat landas (base plate) pada bantalan kayu, sehingga
dapat mengubah geometrik jalan rel, dan pada kondisi tertentu dapat
mengakibatkan loncatnya roda ke luar rel (anjlogan atau derailment).
Gaya Longitudinal
Gaya ini disebabkan oleh perubahan suhu pada rel (thermal stress), dan
untuk konstruksi jalan rel menggunakan rel panjang (long welded rails),
gaya ini sangat memegang peranan penting. Tambahan pada gaya
longitudinal ini adalah akibat gesekan roda dan rel dan gaya akibat
pengereman kendaraan rel.
KELAS JALAN REL
Jenis Bantalan
V maks Lebar
Daya Angkut Lintas P maks Jenis Tebal Balas
Kelas Jalan (km/ Tipe Rel Bahu
(ton/tahun) gandar (ton) Penambat Atas (cm)
jam) Balas (cm)
Jarak (As)
Beton
I >20.106 120 18 R60/R54 EG 30 60
600
Beton/Kayu
II 10.106 – 20.106 110 18 R54/R50 EG 30 50
600
Beton/Kayu/Baja
III 5.106 – 10.106 100 18 R54/R50/R42 EG 30 40
600
Beton/Kayu/Baja
IV 2,5.106 - 5.106 90 18 R54/R50/R42 EG/ET 25 40
600
Kayu/Baja
V <2,5.106 80 18 R42 ET 25 35
600
REL
Rel untuk kereta api berbentuk I, dengan bagian-bagian sebagai
berikut:
o Running surface (rail thread)
o Kepala (head)
o Badan (web)
o Dasar (base)
Penamaan rel disesuaikan dengan berat / meter, misalnya :
o R – 54, adalah rel dengan berat sekitar 54 kg/meter
o R – 60, adalah rel dengan berat sekitar 60 kg/meter
Fungsi rel adalah :
o Menerima langsung beban-beban dari kendaraan rel sebelum
didistribusikan ke komponen-komponen lainnya.
o Mengarahkan jalannya kendaraan rel.
o Unsur pengikat dalam membentuk struktur jalan rel.
PROFIL REL
GEOMETRI REL
Pertimbangan dalam membuat geometri rel adalah sebagai berikut :
Permukaan kepala rel harus cukup lebar untuk membuat tegangan kontak sekecil
mungkin.
Kepala rel harus cukup tebal, untuk memberikan umur yang panjang.
Badan rel harus cukup tebal, untuk menjaga dari korosi dan tegangan lentur serta
tegangan horisontal.
Dasar rel harus cukup tebal, untuk mengecilkan distribusi tegangan ke bantalan, baik
melalui pelat andas maupun tidak.
Untuk tetap baku dan menjaga bagian yang hilang akibat korosi, dasar rel harus cukup
tebal.
Momen inersia harus tinggi, sehingga rel diusahakan tinggi.
Untuk menahan tegangan horizontal maka kepala dan dasar harus cukup lebar.
Perbandingan lebar dan tinggi harus cukup, untuk menjamin stabilitas horizontal.
Titik pusat sebaiknya di tengah rel.
Geometri badan harus dengan pelat sambung.
Jari-jari kepala rel harus cukup besar untuk membuat tegangan kontak kecil.
KOMPOSISI KIMIA REL
Rel mempunyai komposisi kimia yang bervariasi bergantung
kepada kebutuhan.
Carbon, meningkatnya kandungan Carbon (C) akan
meningkatkan kekerasan dan ketahanan terhadap
gesekan, umumnya kandungan Carbon dalam rel adalah
0,40 – 0,80%.
Mangan, fungsinya adalah untuk meningkatkan
kekerasan rel, umumnya kandungan Mangan (Mn) adalah
0,80 – 1,70 %.
Chrom dan Silikon, fungsi Chrom (Cr) adalah untuk
meningkatkan kekerasan dan ketahanan terhadap
gesekan, umumnya rel kandungan Chrom tidak lebih
dari 1 %. Kandungan Silikon (Si) antara 0,05 – 1,30%.
TANAH ASLI
SPESIFIKASI TANAH ASLI
76
SISTEM PERSINYALAN
Definisi
Sistem Persinyalan adalah suatu sarana untuk
menjaga keselamatan dan mengatur operasi
kereta api yang efisien dan efektif dengan
jalan membagi ruang dan waktu
Persyaratan umum sistem persinyalan adalah :
Fail Safe (apabila gagal dalam kondisi
aman)
Kehandalan yang tinggi dan memberikan
aspek yang tidak meragukan
Susunan penempatan menurut urutan yang
baku
SISTEM PERSINYALAN
Definisi
Sistem Persinyalan adalah suatu sarana
untuk menjaga keselamatan dan mengatur
operasi kereta api yang efisien dan efektif
dengan jalan membagi ruang dan waktu
Persyaratan umum sistem persinyalan adalah
:
Fail Safe
Kehandalan yang tinggi dan memberikan
aspek yang tidak meragukan
Susunan penempatan menurut urutan
yang baku
JENIS-JENIS PERSINYALAN
SINYAL KELUAR
SISTEM INTERLOCKING LEN 02
COMPUTER BASED INTERLOCKING
Transponders
Position/Movement
Authority
85
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
1982-2007 2004
KA Penumpang
1995-2003 2005-2007
DMU/DEMU
1997-2002 2007-2008
2002-2007
2007-2008
86
86
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
1993-2001
2008-2010
MONORAIL
87
87
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
SARANA KERJA
88
88
2. TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN
90
90
E. PERZINAN PENYELENGGARAAN
PERKERETAAPIAN
91
TAHAPAN PERIZINAN PERKERETAAPIAN UMUM
92
PROSEDUR PENETAPAN TRASE
Perizinan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum
o Izin Usaha Penyelenggaraan Prasarana Perkereetaapian
Umum
o Izin Pembangunan Prasarana Perkeretaapian Umum
o Izin Operasi Prasarana Perkeretaapian
o Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum
o Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum
Perizinan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum
o Persetujuan Prinsip Pembangunan
o Izin Pembangunan Perkeretaapian Khusus
o Izin Operasi Perkeretaapian Khusus
93
PROSEDUR PENETAPAN TRASE
94
IZIN USAHA PENYELENGGARAAN
PRASARANA PERKERETAPIAN
Badan Usaha yang telah memiliki izin usaha
penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum
harus melaksanakan kegiatan :
Perencanaan teknis :
o pradesain;
o desain;
o konstruksi; dan
o pascakonstruksi.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
atau UKL dan UPL;
Pengadaan tanah;
IZIN PEMBANGUNAN PRASARANA
PERKERETAAPIAN UMUM
• Persyaratan Teknis Izin Pembangunan :
o Rancang Bangun
o Gambar Teknis
o Data Lapangan
o Jadwal Pelaksanaan
o Spesifikasi Teknis yang telah ditetapkan
o AMDAL atau UKL dan UPL
o Metode Pelaksanaan
o Izin Mendirikan Bangunan
o Izin lain sesuai ketentuan Undang-Undang
o Telah membebaskan tanah sekurang2nya 10 % dari total
• Izin pembangunan diberikan paling lama 5 tahun dan dapat
diperpanjang setiap 5 tahun 96
ALUR PERIZINAN PEMBANGUNAN
97
PROSEDUR PENERBITAN IZIN OPERASI
98
PROSEDUR IZIN USAHA
PENYELENGGARAAN SARANA
PERKERETAAPIAN UMUM
99
PROSEDUR IZIN OPERASI SARANA
PERKERETAAPIAN UMUM
100
F. PENUTUP
101
PENUTUP
(3) pemompaan, pengeringan air, pengurugan struktur yang telah selesai dan
membuang material galian
Material urugan harus bebas dari gumpalan-gumpalan besar, kayu dan material-
material yang tidak diharapkan lainnya
d. Penggalian dan Pengurugan untuk Struktur
Tanah urugan yang berada diluar tanggul harus dihamparkan dalam
lapisan yang tingginya tidak boleh lebih dari 30 cm (pengukuran sebelum
dipadatkan) dan kemudian dipadatkan hingga mencapai kerapatan yang kira-
kira sama dengan material yang tidak terganggu.
Tanah urugan di dalam tanggul harus dibuat dari material yang telah disetujui
kemudian dihamparkan dalam lapisan seragam tidak melampaui 30 cm
(dalam keadaan tanpa dipadatkan) dan masing- masing lapisan dipadatkan
kecuali apabila tamper mekanis digunakan untuk pemadatan. Masing-
masing lapisan tanah urugan ini dibasahi secara seragam sesuai keperluan
untuk memperoleh kepadatan relatif yang telah ditentukan. Kecuali jika
dinyatakan lain, tamping dengan tangan tidak dapat diterima.
d. Penggalian dan Pengurugan untuk
Struktur
2. TIMBUNAN
Material tanggul harus mudah dipadatkan, stabil melawan
beban kereta api, curah hujan dan gempa serta bebas dari
penurunan yang berlebihan.
Material tanggul yang berasal dari sumber di luar lokasi atau
dari daerah galian di lokasi harus diuji kualitasnya dengan
pengujian tanah. Kekuatan CBR material tanggul ditentukan
menurut ASTM D 1883 atau SNI 03-1744-1989, minimal 6%
setelah direndam 24 jam, pada contoh tanah yang
dipadatkan hingga 95 persen dari kepadatan kering
maksimum sebagaimana ditentukan dengan ASTM D 698 dan
D 1557 atau SNI 03-1742-1989 dan SNI 03-1743-1989.
2. TIMBUNAN
Dalam hal material tanggul tidak memenuhi persyaratan, metode
stabilisasi dapat dilakukan:
a.Stabilisasi semen
b.Stabilisasi kapur
c.Stabilisasi geotekstil
Tanggul dengan aman dan bebas dari penurunan yang berlebihan. Dalam hal
tanah pondasi adalah :
a. Tanah kohesif volkanis, nilai N harus tidak boleh kurang 3,
b. Tanah alluvial berbutir halus, nilai N haruslah lebih besar dari 4.
Tanah asli yang terletak kurang dari 1,5 m di bawah di bawah ketinggian rencana
tanggul, setelah pembersihan dan pengupasan harus dipadatkan setebal 15 cm
sedemikian hingga tidak kurang dari 95% kepadatan kering maksimum
sebagaimana ditentukan dengan ASTM D 698 dan D 1557 atau SNI 03-1742-1989
dan SNI 03-1743-1989.
3. Konstruksi Tanggul
Periode tunggu tanggul harus diantara lebih satu bulan hingga lebih 5 bulan
tergantung pada lapisan pendukung dan material tanggul. Semua penurunan yang
terjadi pada konstruksi tanggul harus diperbaiki kembali oleh Kontraktor dengan
memberikan lapisan tambahan tanpa adanya tambahan biaya.
4. Daerah Galian
Pada konstruksi daerah galian, kemiringan lereng, proteksi
permukaan, drainase dll. dapat dimodifikasi oleh penanggung jawab
lapangan dari rencana aslinya dimana perlu bergantung pada kondisi
aktual tanah, mata air, dll. Batuan lepas dan blok tanah yang tidak
stabil dll., pada lereng atau bahu jalan harus dibuang
Tanah dasar
Pemadatan ulang
Penggantian tanah dasar
Stabilisasi semen
Stabilisasi kapur
2) Kontrol Ketinggian
Ketinggian akhir tanah dasar harus berada dalam rentang 3 cm di atas
dan 5 cm di bawah ketinggian rencana dalam gambar kerja untuk
pondasi bawah biasa dan dalam rentang 1,5 cm di atas dan 5 cm di bawah
ketinggian rencana menurut gambar kerja dalam kasus pondasi bawah
yang diperkuat.
5. Pondasi Bawah
Pondasi bawah haruslah lapisan yang seragam dan memiliki daya dukung
yang cukup. Kekuatan CBR material pondasi bawah ditentukan dengan
ASTM D 1883 atau SNI 03-1744-1989 haruslah tidak boleh kurang dari 8
persen setelah direndam selama 24 jam pada contoh tanah yang telah
dipadatkan hingga mencapai 95 persen kepadatan kering maksimum yang
ditentukan melalui ASTM D 698 dan D 1557 atau SNI 03-1742-1989 dan
SNI 03-1743-1989. Material pondasi bawah haruslah bebas dari mud
pumping dan stabil melawan getaran dan aliran air.
1) Konstruksi
Gorong-gorong, pipa, French drain dan struktur lain yang letaknya berada di
bawah pondasi bawah, termasuk urugan yang telah selesai dipadatkan harus
dikerjakan terlebih dahulu sebelum pekerjaan pondasi bawah dilangsungkan.
Paht, saluran, keluaran dari drainase dan wing-walls untuk gorong-gorong
haruslah berada dalam kondisi yang slap dioperasikan untuk menjamin dengan
segera dapat efektif berfungsi untuk menghindari kerusakan pondasi
bawah akibat air permukaan.
2) Kontrol Konstruksi
· Uji kepadatan
Kontrol kualitas pemadatan harus dilakukan pada titik-titik posisi yang
ditunjukkan dalam gambar dengan standar interval 100 m ke arah
memanjang.
5. Pondasi Bawah
2) Kontrol Konstruksi
· Uji kepadatan
Kontrol kualitas pemadatan harus dilakukan pada titik-titik posisi yang
ditunjukkan dalam gambar dengan standar interval 100 m ke arah
memanjang.
1) Material
Pondasi bawah yang diperkuat terdiri dari lapisan beton aspal dan
lapisan stabilisasi batu pecah. Beton aspal merupakan campuran panas
(heat mixing).
5. Tambahan
a. Struktur Drainase
Jenis dan karakteristik struktur drainase yang ditunjukkan dalam
gambar kerja merupakan hal yang masih bisa dimodifikasi oleh
penanggung jawab lapangan tergantung pada kondisi yang ada.
b. Tanah Lapis Atas (Top Soil)
Top soil disediakan oleh kontraktor merupakan tanah permukaan yang
aslinya gembur tanpa campuran tanah yang tidak diinginkan, material
sampah atau asing. Tanah itu juga selayaknya bebas dari akar-akaran,
lempung keras, kerikil kasar, batu yang lebih besar dari 5 cm dalam
bentuk apa saja, rerumputan yang berbahaya, rumputan yang tinggi,
semak-semak, tunggul atau benda-benda kecil lainnya dan tanah itu
juga harus menunjukkan kesuburan, tanaman, rumput, pohon dan
vegetasi lainnya dan juga dapat mengalirkan air dengan mudah dan tidak
mengandung bahan toxic.
5. Tambahan