Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami selaku mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Warmadewa dapat
menyelesaikan penyusunan laporan dengan judul Praktikum Struktur Beton I, Job Mix Design
dan Pengujian Kuat Tekan Beton. Segala hambatan dan rintangan yang kami alami dalam proses
penyusunan makalah ini telah menjadi sebuah pelajaran bagi kami untuk meningkatkan kinerja
dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga makalah ini diharapkan dapat menjadi makalah yang
baik.

Keberhasilan penyusunan makalah ini merupakan kinerja keras kelompok kami yang
tentunya tidak lepas dari pengarahan beberapa pihak. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih
kepada :

1. Bapak Ir. I G. N. Putra Wijaya, M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur
Beton I dan Bapak Putu Aryastana, ST., M.Eng., M.Si., yang telah membimbing kami
dalam penyusunan laporan ini.
2. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2014 yang telah banyak membantu dan
memberikan masukan dalam penyelesaian Laporan Praktikum ini
3. Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang telah memberi dukungan, semangat, dan doa.

Kami harapkan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk mengerti tentang Job
Mix Design dan pengujian kuat tekan beton. Selain itu kami harap makalah ini dapat menjadi
jendela kecil bagi kalangan pembaca lebih luas untuk mengetahui tentang cara pelaksanaan Job
Mix dan tata cara pengujian kuat tekan beton pada benda uji. Tetapi kami juga menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kami selalu menerima kritik dan
saran membangun bagi majunya makalah ini.

Denpasar, 25 Juli 2016

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kami sebagai mahasiswa Teknik Sipil Universitas Warmadewa, dalam mengikuti


perkuliahan Struktur Beton I dituntut untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Job Mix dan
perhitungan kuat tekan beton sehingga dapat berguna dalam pelaksanaan kontruksi. Dalam
pelaksanaan Job Mix, sangat penting bagi pendesain untuk dapat mengetahui tata cara pelaksanaan
Job Mix yang benar agar beton yang dihasilkan berkualitas baik dan dapat memenuhi kekuatan
tekan beton yang diinginkan. Terdapat beberapa jenis mutu beton yang dapat dipilih sebagai
material suatu bangunan. Dalam praktikum kali ini, kami mahasiswa Teknik Sipil Universitas
Warmadewa akan mengukuti pengerjaan Job Mix dengan mutu beton K350 dan pengujian kuat
tekan beton dengan mutu K300.

Mix Design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memilih bahan yang cocok
dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton dengan kekuatan tertentu, daya
tahan tertentu dan se-ekonomis mungkin. Rancangan campuran beton bukanlah tugas sederhana
karena sifat yang sangat beragam dari material penyusunnya, kondisi yang ada di tempat kerja,
khususnya kondisi eksposur, dan kondisi yang dituntut untuk pekerjaan tertentu. Job Mix Design
atau dalam bahasa Indonesianya Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan pengetahuan
tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisi plastik tetapi juga membutuhkan pengetahuan
yang lebih luas dan pengalaman dari perkerasan. Bahkan proporsi bahan beton di laboratorium
memerlukan penyesuaian modifikasi dan kembali disesuaikan dengan kondisi lapangan (Putra,
2012).

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat
lain. Pada proyek biasanya pengujian kuat tekan beton biasa dilakukan dan wajib dilakukan
sebagai tindakan Quality Control untuk menjaga apakah beton yang dipesan sesuai dengan
perencanaan atau tidak. Uji kuat tekan beton bertujuan untuk mengetahui karakteristik kuat tekan

1
beton (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mngalami kehancuran)
(Ahadi, 2011).

Di jaman modern seperti ini, Job Mix merupakan suatu terobosan yang luar biasa dalam
pengerjaan beton. Pelaksanaan desain campuran beton dan pengujian terhadap kuat tekannya
sangat diperlukan di dalam pelaksanaan konstruksi. Kita sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
ditekankan untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Job Mix dan dapat menghitung nilai kuat tekan
beton dari suatu benda uji agar dapat kita dalam mempraktikannya di dunia kerja. Maka dari itu,
Praktikum Struktur Beton I ini sangat penting untuk meningkatan keahlian dikalangan mahasiswa
Teknik sipil, khususnya dalam hal pengontrolan kualitas beton.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul dalam Praktikum Struktur Beton I ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hasil dari pelaksanaan Job Mix dalam praktikum tersebut?
2. Bagaimana hasil dari pelaksanaan uji kuat tekan beton dalam praktikum tersebut?

1.3. Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum Struktur Beton I ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui kelayakan Job Mix yang telah didesain.
2. Untuk dapat menghitung kuat tekan beton yang telah di uji.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Beton

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik
(portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive).
Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton),
kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen. Nawy (1985:8)
mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dan material
pembentuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tcrsebut perlu dipelajari sebelum
mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat mengembangkan pemilihan
material yang layak komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan
batas yang disyaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan serviceability yang dapat
diarnkan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Dalam usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun campuran beton sebagai
dasar perancangan beton. Departemen Pekerjaan Umum melalui LPMB banyak mempublikasikan
standar-standar yang berlaku. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran
antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana merencanakan
komposisi dari bahan-bahan penvusun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi teknik yang
ditentukan (sesuai dengan spesifikasi teknik dlam kontrak atau permintaan pemilik).
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah: a). kualitas
semen, b). proporsi semen terhadap campuran, c). kekuatan dan kebersihan agregat, d). interaksi
atau adhesi antara pasta semen dengan agregat, e). pencampuran yang cukup dari bahan-bahan
pembentuk beton. f). penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton, g). perawatan
beton, dan h). kandungan klorida tidak melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1 % bagi
beton yang tidak diekspos (Nawy, 1985:24)

Disamping kualitas bahan penyusunnya, kualitas pelaksanaan pun menjadi penting dalam
pembuatan beton. Kualitas pekerjaan suatu konstruksi sangat dipengaruhi oleh pelaksana

3
pekerjaan beton langsung, seperti disebutkan oleh N. Jackson: “The quality of the concrete in the
structure depends on the workmanship on site” (Jackson, 1977:146) serta L.J. Murdock dan K.M.
Brock yang mengatakan “Kecakapan tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam
produksi suatu bangunan yang bermutu, dan kunci keberhasilan untuk mendapatkan tenaga kerja
yang cakap adalah pengetahuan dan daya tarik pada pekerjaan yang sedang dikerjakan"
(Murdock, 1991:6).

SEMEN PORTLAND

PASTA SEMEN DENGAN ATAU


TIDAK
AIR MENGGUNAKAN
AGREGAT HALUS MORTAR BAHAN TAMBAH

AGREGAT KASAR BETON

DITAMBAH
TULANGAN, SERAT, AGREGAT RINGAN, JENIS BETON
PRESTRESS, PRECAST, DAN LAINNYA

BETON BERTULANG, BETON SERAT, BETON


RINGAN, BETON PRESTRESS, BETON
PRACETAK, DAN LAINNYA

Gambar 2.1. Proses Terjadinya Beton (Sumber: Tri Mulyono, 2004)

2.2. Bahan Penyusun Beton


2.2.1. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisj dalam
campuran beton. Walaupun namanya hanya sebagai campuran pengisi akan tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak
didasarkan pada ukuran butirannya. Agregat yang mempunyai ukuran butiran besar disebut
agregat kasar, sedangkan yang berburir kecil disebut agregat halus. Agregat yang butir-butirnya

4
lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat kasar dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari
4,80 mm disebut agregat halus.

A. Agregat Halus

Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir - butir agregat halus
harus bersifat kekal yang artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca
seperti terik matahari dan hujan.Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5 % terhadap berat kering yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampui 5% maka agregat harus dicuci.

Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis (misal partikel batu bara,
tanaman, humus, dsb.) terlalu banyak. Agregat halus terdiri dan butir-butir yang beraneka
ragam besarnya dan apabila dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi
syarat-syarat berikut:

1) Sisa diatas ayakan 4 mm, minimum 2% berat dan maksimum 15% berat
2) Sisa ayakan diatas 1 mm minimum 10% berat
3) Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% hingga 95 % berat
B. Agregat Kasar

Agregat kasar harus terdiri dari butir - butir yang keras dan tidak bepori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih
tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir- butir agregat kasar
harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti
terik matahari dan hujan.

Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering.
Yang diartikan dengan lurnpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
maka agregat kasar harus dicuci.

Agregat kasar tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat merusak beton seperti zat-
zat yang reaktif Alkali yaitu unsur golongan IA antara lain Hi, Li, Na, Ka, Rb, Cd, Pr.

Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dan Reloff
dengan beban penguji 20 T dimana harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

5
1) Tidak terjadi pembubukan sampai 9,5-19 mm lebih dari 24% berat
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.

Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila layak
dengan susunan ayakan yang ditentukan maka harus memenuhi syarai - syarat berikut:

1) Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0% berat


2) Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% hingga 98%
3) Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua avakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dun minimum 10%.

Dalam pembuatan beton diusahakan memenuhi prasyarat diatas dan harus memenuhi
ketentuan SI G52-80 dan dalam hal-hal yang tidak tercakup dalam standar tersebut juga
harus memenuhi ketentuan ASTM (American Society for Testing Material) C33-86 untuk
agrcgat normal serta pada ASTM C33-80 untuk agrcgat ringnn agar muka beton yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan. Variasi-variasi sifat agregat dalam praktik sebagian
besar dapat diimbangi dengan mengatur jumlah air yang diisikan saat pencampuran. Dari
beberapa prasyarat diatas susunan gradasi gabungan merupakan hal yang sangal penting.
Susunan gradasi agregat tersebut akan menentukan sifat dari beton yaitu kemudahan
pengerjaan dan nilai ekonomis dari campuran beton.

Gradasi agregat dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut:

1) Jurnlah pemaknian air.


2) Bleeding (kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru
dipadatkan).
3) Pengecoran beton.
4) Pemadatan beton melihat pengaruh agregat pada kemudahan pengerjaan
(workability), ada dua faktor penting yang mempengaruhi yaitu jumlah agregat dan
perbandingan proporsi agregat kasar dan halus. Kekurangan agregat halus
menyebabkan campuran kaku sehingga sukar untuk dikerjakan.

6
2.2.2. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi pelumas antara butir-
butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan
yang maksimal maka penggunaan air harus diperhatikan. Jika kadar aimya besar dapat
mempengaruhi kualitas beton. Selain itu, nilai kadar air juga dipengarahi oleh absorpsi material
yang digunakan. Adapun persyaratan air yang digunakan untuk campuran beton antara lain:

1) Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter


2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dsb.)
lebih dan 5 gr/liter
3) Tidak mengandung klorida lebih dari 0,5 gr/liter
4) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter

Penggunaan air pada campuran beton yang dilakukan dilaboratorium telah dianggap layak
karena menggunakan air PDAM. Sehingga tidak dilakukan pengujian.

2.2.3. Semen
Semen adalah hidrolik binder (perekat hidrolis) yaitu senyawa yang terkandung didalam
semen tersebut yang dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat perekat
terhadap batuan. Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau Semen
Pozzolan. Penggunaan jenis semen ini disesuaikan dengan kondisi lapangan

Sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM kita mengenal adanya lima tipe
Semen Portland, yaitu:

1) Semen Portland Tipe I


Semen Pottland standar yang digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak nkan
mengnlami perubahan cunca yang drastik atau dibangun dalam lingkungan yang snngat
korosif.

2) Semen Portland Tipe II


Untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara misal seperti DAM, yang
panas hidrasinya tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu yang lama. Pada saat terjadi
pendinginan, timbul tegangan-tegangan akibat perubahan panas yang akan menyebabkan
retak-retak pada bangunan. Untuk mencegahnya dibuat jenis semen yang mengeluarkan

7
panas hidrasi lebih rendah serta dengan kecepatan penyebaran panas yang rendah pula.
Disamping itu, semen tipe II ini lebih tahan terhadap serangan sulfat daripada tipe I. Semen
tipe II disebut juga "Modified Portland Cement" dan penggunaannya sama seperti semen
tipe I.

3) Semen Portland Tipe III


Semen Portland Tipe III adalah jenis semen yang cepat mengeras yang cocok untuk
pengecoran beton pada suhu rendah. Butiran-butiran semennya digiling lebih halus
dibanding semen tipe I yang bertujuan untuk mempercepat proses hidrasi diikuti dengan
percepatan pengerasan serta percepatan pengembangan kekuatan. Kekuatan tekan semen
tipe III umur 3 hari sama kualitasnya dengan kekuatan tekan semen tipe I umur 7 hari.
Semen tipe III disebut juga semen dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini digunakan apabila
kekuatan harus dicapai dalam waktu singkat, walaupun harganya sedikit lebih mahal.
Biasanya dipakai pada pembuatan jalan yang harus cepat dibuka untuk lalu lintas, juga
apabila acuan itu harus bisa dibuka dalam waktu singkat. Panas hidrasinya 50% lebih tinggi
daripada yang ditimbulkan semen Tipe I.

4) Semen Portland Tipe IV


Semen Portland tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi yang rendah dengan persentase
maksimum. Semen tipe IV tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar seperti pada waktu
pembuatan Hoover Dam, akan tetapi telah diganti dengan semen tipe II yang disebut
Modified Portland Cement.

5) Semen Portland Tipe V


Semen Portland Tips V ini tahan terhadap serangan sulfat serta mengeluarkan panas.
Reaksi antara C3A dan CaSO4 menyebabkan terjadinya Calcium Sulfoaluminate. Dengan
cara yang sama dalam semen yang telah mengeras, hydrat dari C3A dapar bereaksi dengan
garam-garam dari luar, kemudian membentuk Calcium Sulfoaluminate dalam struktur
semen pasta yang telah terhidrasi tersebut.

Semen Portland digunakan dalam campuran beton agar memperoleh beton yang bermutu
tinggi dan kuat tekan yang tinggi memerlukan waktu 28 hari untuk dapat melakukan pengujian
kuat tekan beton di laboratonum.

8
Parameter - parameter yang mempengaruhi kualitas beton:

1) Kualitas semen,
2) Proporsi semen terhadap air di dalam campurannya,
3) Kekuatan dan kebersihan agregat,
4) Interaksi atau adhesi anlara pasta semen dan agregat,
5) Pencampuran yang cukup dari bahan-buhan pembentukan beton.
6) Penempatan yang benar.
7) Pcrawatan pada temperature yang tidak lebih dari 50° F pada saat beton hendak
mencapai kekuatannya,
8) Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dalam beton ekspos dan 1 % untuk beton
terlindung.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar mendapatkan beton ideal yang tahan lama
antara lain:

1) Faktor Jenis Semen


Dalam pembuatan beton diperlukan jenis semen sesuai dengan kebutuhan kontruksi
dilapangan.

2) Faktor Ketahanan
Untuk mendapatkan beton ideal yang tahan lama, beton harus memiliki ketahanan
terhadap segala cuaca dan kerusakan. Dimana untuk mendapatkan kondisi tersebut
diperlukan faktor air semen yang kecil, perawatan yang baik, memiliki kuat tekan yang
tinggi dan agregat yang digunakan memiliki ketahanan tjnggi.

3) Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan juga perlu diperlukan agar mendapatkan beton ideal yang tahan lama.
Dimana untuk menghasilkan kondisi tersebut diperlukan pasta (campuran beton) yang
berkualitas baik, faktor air semen kecil dan memiliki kandungan udara rendah.

9
2.3. Metode Pencampuran

2.3.1. Penentuan Proporsi Bahan (Mix Design)

Proporsi campuran dan bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan melalui perancangan
beton (mix design). Hal ini dimaksudkan agar proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat
kekuatan serta dapat memenuhi aspek ekonomis. Metode perancangan ini pada dasamya
menentukan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton untuk kinerja tertentu yang diharapkan.
Penentuan proporsi campuran dapat digunakan dengan beberapa metode yang dikenal, antara lain:
(1). Metode American Concrete Institute, (2). Portland Cement Association, (3). Road Note No.4,
(4). British Standard, Department of Engineering, (5) Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-
15- 1990-03) dan (6). Cara coba-coba.

2.3.2. Metode Pencampuran (mixing)


Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan kelecakan yang baik
sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan. Kemudahan pengerjaan atau workability pada
pekerjaan beton didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan dan dipadatkan
serta dibentuk dalam acuan (Ilsley, 1942:224). Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan melalui
slump test; semakin tinggi nilai slump, semakin mudah untuk dikerjakan. Namun demikian nilai
dari slump ini harus dibatasi. Nilai slump yang terlalu tinggi akan membuat beton kropos setelah
mengeras karena air yang terjebak didalamnya menguap.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat kekuatan dari beton,
walaupun rencana campuran baik dan syarat mutu bahan telah terpenuhi. Pengadukan yang tidak
baik akan menyebabkan terjadinya bleeding, dan hal-hal lain yang tidak dikehendaki.

2.3.3. Pengecoran (Placing) dan Pemadatan


A. Pengecoran

Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika syarat-syarat pengecoran


tidak terpenuhi, kemungkinan besar kekuatan tekan yang direncanakan tidak akan tercapai.

B. Pemadatan

10
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan beton, karena
tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogen. Pemadatan yang berlebih pun akan
menyebakan teijadinya bleeding. Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan syarat mutu.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah melihat manual pemadat yang digunakan sehingga
pemadatan pada campuran beton dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

2.4. Umur Beton

Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton. Kecepatan
bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : faktor
air-semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi faktor air-semen semakin lambat kenaikan
kekuatan beton, semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan beton
(Tjokroadimuljo. K, 1996 ). Laju kenaikan kuat tekan beton ini mula - mula cepat, akan tetapi
semakin lama laju kenaikan itu makin lambat.

Gambar 2.2. Hubungan kuat tekan dan umur beton (Honing, 1982)

Semen portland akan terus bereaksi dengan air pada saat pengikatan awal terjadi. Setelah
24 jam pada temperatur kamar, 30% - 40% semen biasanya mengalami proses hidrasi,
pembentukan lapisan penutup dengan bertambahnya kepadatan dan ketebalan yang melapisi
partikelnya. Hidrasi partikel klinker yang besar secara parsial dan keseluruhan akan membentuk
beton (Tri Mulyono, 2003). Proses pembentukan beton dari saat mulai mengeras sampai umur
beton 90 hari dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.

11
(a) (b)

(c) (d)

Unhydrated material C-S-H

Water-filled capillary proses Kalsium hidroksida

Keterangan : a) Terjadinya pencampuran pertama; b) Kondisi beton setelah berumur 7 hari;


c) Kondisi beton setelah berumur 28 hari; d) Kondisi beton setelah berumur
12 bulan.

Gambar 2.3. Proses terjadinya pengikatan dalam beton (Sumber: Tri Mulyono, 2004)

12
2.5. Kekuatan Tekan Beton

Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dan sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan
tekan beton dinotasi-kan sebagai berikut (PB, 1989:16).

Tabel 2.1. Perbandingan mutu beton f’c dan mutu beton K berdasarkan kuat tekan benda uji

Benda Uji Perbandingan Kuat tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00

Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95

Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm 0,83


Sumber: Mahdi, 2012

2.5.1. Mutu Beton f’c


f’c = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa).

fck = Kekuatan tekan beton yang didapaikan dan hasil uji kubus 150 mm atau dan
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa).

fc = Kekuatan tarik dan hasil uji belah silinder beton (MPa)

f’cr = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton (MPa).

S = Drvasi siandar (s) (MPa).

Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat tekan rata-rata yang
disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus
diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan
yang lebih rendah dan f’c seperti yang telah disyaratkan. Kriteria perencanaan beton tersebut harus
pula sesuai dengan standar yang berlaku Menurut Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus
memenuhi 0.85 f’c untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi f’c +0.82 s untuk rata-
rata empat buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka diuji mengikuti ketentuan
selanjutnya.

13
2.5.2. Mutu Beton K (Karakteristik)

Mutu beton karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil
pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai
5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang
diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari
(ronymedia, 2013).
Mutu beton ini ditandai dengan huruf K dan angka dibelakangnya. Beton K 225
menyatakan bahwa kuat tekan karakteristik minimum beton tersebut adalah 225 kg/cm2 dicapai
pada umur beton 28 hari, pangujiannya dengan menggunakan kubus beton berukuran 15x15x15
cm, hal tersebut mengacu pada Peraturan Beton Indonesia Th 1971 (PBI 71) yang merujuk pada
standar eropa lama (betonreadymixconcrete.com).

2.5.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Ada empat bagian utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton tersebut, yaitu (1).
proporsi bahan-bahan penyusunnya, (2). metode perancangan, (3). perawatan dan (4). keadaan
pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat.

14
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tekan Beton

Bahan-bahan Metode Keadaan pada saat


Perawatan
Penyusun Beton Pencampuran dilakukan percobaan

Air Semen Agregat Admixture


Pembasaan Suhu Waktu
n

Mutu
Kasar Halus
Penentuan
proporsi Bentuk
FAS Kadar Keadaan
bahan, dll dan Suhu Cara
Jumlah air perm.
ukuran benda Pem-
Kehalusan benda landasan
benda uji bebanan
Butir Komposisi Pengadukan uji benda uji
uji
Kimia
Komposisi Pengecoran
Kimia

Pemadatan

Perbandingan Kekuatan Bentuk & Susunan Karakteristik


Gradasi Reaksi Kimia
Agt/Semen Batuan Ukuran Permukaan Panas

Gambar 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Beton (Sumber: Tri Mulyono, 2004)

15
BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Praktikum

Dalam pelaksanaan praktikum Job Mix dan uji kuat tekan beton ini, kami Mahasiswa
Teknik Sipil Universitas Warmadewa menggunakan metode praktikum yang telah tercantum di
dalam buku Panduan Praktikum Teknologi Beton 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Pratikum Struktur Beton I ini dilaksanakan dalam 2 sesi, yakni Praktikum Job
Mix dan uji kuat tekan beton..

3.2.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Job Mix

Pelaksanaan praktikum Job Mix dilaksanakan pada:


Hari/Tanggal : Kamis, 23 Juni 2016
Waktu : 13.00 – Selesai
Lokasi : PT. Sinar Bali Readymix, Jl. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra No.2461,
Keramas, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali

Lokasi Praktikum
Sesi 1

Gambar 3.1. PT. Sinar Bali Readymix (Sumber: Google Earth)

16
Gambar 3.2. PT. Sinar Bali Readymix Tampak Depan (Sumber: Google Earth)

3.2.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Uji Kuat Tekan Beton

Pelaksanaan praktikum uji kuat tekan beton dilaksanakan pada:


Hari/Tanggal : Sabtu, 2 Juli 2016
Waktu : 09.00 – Selesai
Lokasi :Laboratorium Teknik Sipil Universitas Warmadewa, Jl.
Terompong No. 24 Tanjung Bungkak, Denpasar, Bali

Lokasi Praktikum
Sesi 2

Gambar 3.3. Laboratorium Teknik Sipil Universitar Warmadewa (Sumber: Google Earth)

17
Gambar 3.4. Laboratorium Teknik Sipil Universitar Warmadewa Tampak Depan
(Sumber: Google Earth)

3.3. Peralatan yang Diperlukan

Adapun peralatan yang perlu dipersiapkan dalam praktikum ini, dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 3.1. Peralatan Praktikum Job Mix


No. Nama Fungsi Gambar

1 Alat tulis dan Mencatat data-data dalam


buku praktikum

2 Panduan Sebagai pedoman dalam


Praktikum pelaksanaan praktikum
Teknologi
Beton

3 Kamera/ Sebagai media pengambilan


Handphone gambar dalam praktikum

4 Slump Test Menguji nilai slump adonan


Set beton

18
5 Cetakan Mencetak benda uji beton
Silinder Beton

Tabel 3.2. Peralatan Praktikum Uji Kuat Tekan Beton


No. Nama Fungsi Gambar

1 Mesin Tekan Mengukur nilai kuat tekan dari


benda uji

2 Timbangan Menimbang berat benda uji

19
3 Benda uji Benda yang akan diuji kuat
kubus K 300 tekannya

4 Alat tulis dan Mencatat data-data dalam


buku praktikum

5 Kalkulator Menghitung nilai kuat tekan


benda uji

3.4. Langkah-langkah Praktikum

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum sesi 1 dan 2 Struktur Beton I


adalah sebagai berikut.

3.4.1. Tahapan Job Mix

Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan Jom Mix:

A. Data Perhitungan Mix Design


1) Nama Proyek= Rumah Sakit Warmadewa
2) Lokasi= Sidan, Gianyar
3) Nama Kontraktor= Putu Ika Wahyuni, S.T., M.Si.

20
4) Mutu Beton= K. 350
5) Nilai Slump Maks.= 10 ± 2 cm
6) Faktor Air Semen= 42%
7) Berat jenis (SSD) semen= 3.100 (Tipe I)
8) Berat jenis (SSD) agregat kasar 5-20= 2,457
9) Berat jenis (SSD) agregat kasar 20-30= 2,407
10) Berat jenis (SSD) agregat halus = 2,478
11) Berat jenis air= 1.000 (sumur bor)
12) Berat jenis admixture= 1.190 (consol)

Perhitungan bahan untuk 1 m3 adalah:


a) Air : 165 = 0,1650 m3
b) Semen : 390 = 0,1258 m3
c) Admixture (penghambat) : 0,98 = 0,0008 m3
d) Kadar udara : 1,5 = 0,0150 m3

Volume pasta = 0,3066 m3

Volume agregat = 0,6934 m3

e) Agregat Kasar 20-30 = 47% dari volume agregat


= 0,3259 m3
= 784 kg

f) Agregat Kasar 5-20 = 15% dari volume agregat


= 0,1040 m3
= 256 kg

g) Pasir Alami = 38% dari volume agregat


= 0,2635 m3
= 653 kg

Total Berat = 2.248 kg/m3

B. Pengujian Slump
21
Hari/tanggal : Kamis, 23 Juni 2016
Tujuan : untuk memperoleh nilai slump dari campuran beton yang telah diaduk

Pengujian slump merupakan pengujian yang dilakukan untuk menentukan stabilitas


beton (kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen dan stabil selama
dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi pemisahan butiran dan bahan-bahan utamanya)
dengan workabilitas.
Di dalam melakukan suatu percobaan pembuatan beton, kesalahan bisa saja terjadi baik
kesalahan dalam perhilungan maupun akibat peralatan yang digunakan, dimana nilai slump
itu sendiri merupakan selisih perbedaan penurunan beton sebelum dan sesudah corong
kerucut terpancung slump tes diangkat. Jika nilai slump sudah sesuai maka campuran beton
segar siap untuk dicetak.

Alat-alat yang digunakan :


1) Cetakan berupa corong kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm, diameter
atas 10cm dan tinggi 30 cm, dengan bagian atas dan bagian bawah cetakan terbuka.
2) Tongkat pemadatan yang terbuat dari baja tahan karat, dengan diameter 15 mm,
panjang 60 cm, ujung bulat.
3) Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata, dan kedap air.
4) Sendok spesi/ cetok.
5) Penggaris/ mistar
6) Corong kerucut terpancung

Cara Kerja:
1) Basahi kerucut terpancung dan pelat dengan kain basah agar tidak menyerap
kandungan air pada beton.
2) Letakkan kerucut terpancung diatas pelat.
3) Kerucut terpancung diisi dalam 3 lapis. Setiap lapis beton segar dirojok dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali. Perojokan harus merata selebar permukaan
lapisan dan tidak boleh sampai masuk kedalam lapisan beton sebelumnya.

22
4) Setelah pemadatan terakhir, permukaan bagian atas diratakan dengan tongkat
pemadat sehingga rata dengan sisi atas cetakan.
5) Setelah itu diamkan selama 30 detik,
6) Kemudian kerucut diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke alas agar bagian bawah
cetakan tidak menyentuh campuran beton.
7) Pengukuran nilai slump dilakukan dengan meletakkan kerucut disamping beton dan
meletakkan penggaris atau batang baja diatasnya mendatar sampai diatas beton
segar.
8) Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak bentuk kerucutnya hilang sama
sekali, meluncur dan dengan demikian nilai slump tidak dapat diukur (hasil
pengukurun tidak benar), sehingga benda uji harus diulang. Beton yang mempunyai
perbandingan campuran yang baik apabila setelah pengangkatan menunjukkan
penurunan bagian alas secara perlahan-lahan dan bentuk kerucutnya tidak hilang.
9) Percobaan dilakukan hanya satu kali pada pengadukan tahap pertama karena
komposisi campuran beton pada masing-rnasing tahap tidak tejadi penambahan.
Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik mempunyai kelecakan
yang baik akan penampakan penurunan bagian alas secara perlahan-lahan dan
bentuk kerucut tidak hilang.

3.4.2. Tahapan Uji Kuat Tekan Beton

Hari/tanggal : Sabtu, 2 Juli 2016

Alat yang dipakai :

1) Mesin Tekan
2) Timbangan

Alat yang dipakai : 2 buah benda uji berumur 21 hari dengan mutu K. 350

23
Cara Pengujian :

1) 2 buah benda uji kubus yang dirawat selama 21 hari ditimbang beratnya, kemudian
dites kuat tekannya. Benda uji kubus diletakkan pada tempat yang telah tersedia
pada mesin tekan.
2) Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji yang kemudian di
tabelkan.
3) Dari kedua data tersebut kemudian dihitung kuat tekan dan berat jenis betonnya.
4) Kemudian dilanjutkan dengan menghitung standar deviasi dari tiap benda uji
5) Dan terakhir akan dihitung kuat tekan karakteristiknya.

24
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1. Hasil Praktikum Job Mix

Dari pengujian slump yang dilakukan pada praktikum sesi 1 di PT. Sinar Bali Readymix,
diperoleh hasil:

Campuran beton dengan slump 12 cm = 120 mm, Ini sesuai dengan data perencanaan, yaitu
nilai slump maksimal sebesar 10 ± 2 cm.

Gambar 4.1. Pengujian slump di PT. Sinar Bali Readymix (Sumber: Gusman, 2016)

4.2. Hasil Praktikum Uji Kuat Tekan Beton

Dari hasil uji kuat tekan beton di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Warmadewa,
didapat data sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Uji Laboratorium

Mutu Umur Berat Silinder Beban P Luas Bidang Tekan A


Kubus
Beton (hari) (kg) (kN) (cm2)
I K. 300 21 7,096 510 225
II K. 300 21 7,115 480 225
Sumber: Uji kuat tekan, 2016

25
Dari data yang telah didapat pada Tabel 4.1., maka akan dianalisis apakah nilai mutu dari
kubus tersebut benar (K. 300). Berikut adalah tahapan analisis terhadap mutu dari ke-2 benda uji
untuk mencari kuat tekan karakteristiknya.

4.2.1. Perhitungan Kuat Tekan Beton

A. Luas Permukaan Tekan (A)

A = sisi x sisi

A = 15 x 15 cm

A = 225 cm2

B. Daya Tahan Kubus (P)

Keterangan:

1000
1 kN = = 101,94 kg
9.81

Maka untuk benda uji 1:

P1 = 510 x 101,94

P1 = 51989,4 kg

C. Kuat Tekan Beton (σbk)

𝑃
σbk =
𝐴

dimana : σbk = Kuat tekan beton (kg/cm2)

P = Daya tahan kubus (kg)

A = Luas permukaan tekan (cm2)

Faktor konversi silinder = 0,83

Faktor konversi 28 hari (untuk 21 hari) = 0,96

26
Maka untuk benda uji 1:

51989,4
σbk = = 231,064 kg/cm2
225

Maka jika dikalikan Faktor koreksi:

231,064 𝑥 0,83
σbk = = 199,774 kg/cm2
0,96

Dengan menggunakan cara yang sama, maka didapat kuat tekan beton untuk benda uji 2
adalah 188,023 kg/cm2

4.2.2. Perhitungan Berat Jenis Beton

A. Volume beton

V = sisi x sisi x sisi

V = 15 x 15 x 15 cm

V = 3375 cm3

B. Berat Jenis Beton (Bj)

Untuk benda uji 1

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 7,096
Bj = = = 2,103 x 10-3 kg/cm3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 3375

Dengan menggunakan cara yang sama, maka didapat berat jenis untuk benda uji 2 adalah
2,108 x 10-3 kg/cm3

4.2.3. Perhitungan Kuat Tekan Beton Rata-rata (σ’bn)

∑σbk 199,774+188,023
σ’bn = = = 193,898 kg/cm2
𝑛 2

27
4.2.4. Perhitungan Nilai Standar Deviasi (Sd)

2
∑(σbk −σ′bn )
Sd =√ (𝑛−1)

dimana : σbk = Kuat tekan masing-masing benda uji (kg/cm2)

σ’bn = Kuat tekan rata-rata benda uji (kg/cm2)

n =2

Sehingga nilai Sd didapat = 8,31

4.2.5. Perhitungan Kuat Tekan Karakteristik (K)

σ'bk = σ’bn – k. Sd

dimana : σ’bk = Kuat tekan karakteristik (kg/cm2)

σ’bn = Kuat tekan rata-rata benda uji (kg/cm2)

k = 1,64

Sd = Standar Deviasi

Maka:

σ'bk = 193,898 – 1,64 . 8,31

σ'bk = 180,271 kg/cm2

Dari nilai kuat tekan karakteristik yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa
benda ke-2 benda uji kubus tersebut memiliki mutu yang tidak sesuai. Mutu yang dimiliki oleh
benda uji tersebut sesungguhnya adalah K. 180.

28
Tabel 4.2. Hasil Analisis Kuat Tekan

Umur Hasil Konversi Kuat Tekan Deviasi


Konversi 28 (obk-o'bn)2 o'bk
No Tes Test menjadi Rata-rata Standar
hari (0,96) (kg/cm2) (kg/cm2)
(hari) (kg/cm2) silinder (0,83) (kg/cm2) (Sd)
1 21 231.064 191.78312 199.774083 193.898375 34.52394842 8.30950641 180.2708
2 21 217.472 180.50176 188.022667 193.898375 34.52394842 8.30950641 180.2708
Total 387.79675 69.04789684

29
BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai slump yang didapat dari praktikum sesi 1 di PT. Sinar Bali Readymix sesuai
dengan nilai slump maksimal dari data perencanaan (10 ± 2 cm), yakni sebesar 12 cm.
2. Nilai kuat tekan karakteristik benda uji tidak sesuai dengan mutu yang telah
tercantum pada benda uji (K. 300), yakni didapat mutu sebenarnya adalah K. 180.

5.2. Saran

1. Dalam praktikum Job Mix, sebaiknya mahasiswa juga diikutsertakan dalam


perencanaan sampuran (Mix Design), sehingga diharapkan nantinya mahasiswa juga
dapat membuat Mix Design.
2. Benda uji yang akan diuji di Laboratorium sebaiknya sesuai dengan benda uji yang
telah dibuat pada praktikum sesi 1, sehingga diharapkan antara praktikum sesi 1 dan 2
dapat saling berkaitan.
3. Benda uji yang akan diuji juga sebaiknya dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga
nilai kuat tekan karakteristik yang didapat lebih akurat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Angga. 2012. Apa Itu Mix Design. http://ilmuanggaputra.blogspot.co.id/2012/05/apa-itu-


mix-design.html. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016

Ahadi. 2011. Tes Beton. http://www.ilmusipil.com/tes-beton. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016

Mahdi. 2012. Memahami Mutu Beton f’c (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2).
http://www.hdesignideas.com/2012/06/memahami-mutu-beton-fc-mpa-dan-mutu.html.
Diakses pada tanggal 27 Juli 2016.

betonreadymixconcrete.com. 2016. Memahami Arti Mutu Beton.


http://www.betonreadymixconcrete.com/memahami-arti-mutu-beton/. Diakses pada
tanggal 27 Juli 2016.

Tuangkan Renung. 2013. Pengertian antara K-225 dan fc' 22,5.


http://tuangkanrenung.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-antara-k-225-dan-fc225.html.
Diakses pada tanggal 27 Juli 2016.

31

Anda mungkin juga menyukai