Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami selaku mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Warmadewa dapat
menyelesaikan penyusunan laporan dengan judul Praktikum Struktur Beton I, Job Mix Design
dan Pengujian Kuat Tekan Beton. Segala hambatan dan rintangan yang kami alami dalam proses
penyusunan makalah ini telah menjadi sebuah pelajaran bagi kami untuk meningkatkan kinerja
dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga makalah ini diharapkan dapat menjadi makalah yang
baik.
Keberhasilan penyusunan makalah ini merupakan kinerja keras kelompok kami yang
tentunya tidak lepas dari pengarahan beberapa pihak. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. I G. N. Putra Wijaya, M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur
Beton I dan Bapak Putu Aryastana, ST., M.Eng., M.Si., yang telah membimbing kami
dalam penyusunan laporan ini.
2. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2014 yang telah banyak membantu dan
memberikan masukan dalam penyelesaian Laporan Praktikum ini
3. Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang telah memberi dukungan, semangat, dan doa.
Kami harapkan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk mengerti tentang Job
Mix Design dan pengujian kuat tekan beton. Selain itu kami harap makalah ini dapat menjadi
jendela kecil bagi kalangan pembaca lebih luas untuk mengetahui tentang cara pelaksanaan Job
Mix dan tata cara pengujian kuat tekan beton pada benda uji. Tetapi kami juga menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kami selalu menerima kritik dan
saran membangun bagi majunya makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Mix Design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memilih bahan yang cocok
dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton dengan kekuatan tertentu, daya
tahan tertentu dan se-ekonomis mungkin. Rancangan campuran beton bukanlah tugas sederhana
karena sifat yang sangat beragam dari material penyusunnya, kondisi yang ada di tempat kerja,
khususnya kondisi eksposur, dan kondisi yang dituntut untuk pekerjaan tertentu. Job Mix Design
atau dalam bahasa Indonesianya Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan pengetahuan
tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisi plastik tetapi juga membutuhkan pengetahuan
yang lebih luas dan pengalaman dari perkerasan. Bahkan proporsi bahan beton di laboratorium
memerlukan penyesuaian modifikasi dan kembali disesuaikan dengan kondisi lapangan (Putra,
2012).
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat
lain. Pada proyek biasanya pengujian kuat tekan beton biasa dilakukan dan wajib dilakukan
sebagai tindakan Quality Control untuk menjaga apakah beton yang dipesan sesuai dengan
perencanaan atau tidak. Uji kuat tekan beton bertujuan untuk mengetahui karakteristik kuat tekan
1
beton (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mngalami kehancuran)
(Ahadi, 2011).
Di jaman modern seperti ini, Job Mix merupakan suatu terobosan yang luar biasa dalam
pengerjaan beton. Pelaksanaan desain campuran beton dan pengujian terhadap kuat tekannya
sangat diperlukan di dalam pelaksanaan konstruksi. Kita sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
ditekankan untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Job Mix dan dapat menghitung nilai kuat tekan
beton dari suatu benda uji agar dapat kita dalam mempraktikannya di dunia kerja. Maka dari itu,
Praktikum Struktur Beton I ini sangat penting untuk meningkatan keahlian dikalangan mahasiswa
Teknik sipil, khususnya dalam hal pengontrolan kualitas beton.
Rumusan masalah yang muncul dalam Praktikum Struktur Beton I ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hasil dari pelaksanaan Job Mix dalam praktikum tersebut?
2. Bagaimana hasil dari pelaksanaan uji kuat tekan beton dalam praktikum tersebut?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik
(portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive).
Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton),
kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen. Nawy (1985:8)
mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dan material
pembentuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tcrsebut perlu dipelajari sebelum
mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat mengembangkan pemilihan
material yang layak komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan
batas yang disyaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan serviceability yang dapat
diarnkan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Dalam usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun campuran beton sebagai
dasar perancangan beton. Departemen Pekerjaan Umum melalui LPMB banyak mempublikasikan
standar-standar yang berlaku. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran
antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana merencanakan
komposisi dari bahan-bahan penvusun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi teknik yang
ditentukan (sesuai dengan spesifikasi teknik dlam kontrak atau permintaan pemilik).
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah: a). kualitas
semen, b). proporsi semen terhadap campuran, c). kekuatan dan kebersihan agregat, d). interaksi
atau adhesi antara pasta semen dengan agregat, e). pencampuran yang cukup dari bahan-bahan
pembentuk beton. f). penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton, g). perawatan
beton, dan h). kandungan klorida tidak melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1 % bagi
beton yang tidak diekspos (Nawy, 1985:24)
Disamping kualitas bahan penyusunnya, kualitas pelaksanaan pun menjadi penting dalam
pembuatan beton. Kualitas pekerjaan suatu konstruksi sangat dipengaruhi oleh pelaksana
3
pekerjaan beton langsung, seperti disebutkan oleh N. Jackson: “The quality of the concrete in the
structure depends on the workmanship on site” (Jackson, 1977:146) serta L.J. Murdock dan K.M.
Brock yang mengatakan “Kecakapan tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam
produksi suatu bangunan yang bermutu, dan kunci keberhasilan untuk mendapatkan tenaga kerja
yang cakap adalah pengetahuan dan daya tarik pada pekerjaan yang sedang dikerjakan"
(Murdock, 1991:6).
SEMEN PORTLAND
DITAMBAH
TULANGAN, SERAT, AGREGAT RINGAN, JENIS BETON
PRESTRESS, PRECAST, DAN LAINNYA
4
lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat kasar dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari
4,80 mm disebut agregat halus.
A. Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir - butir agregat halus
harus bersifat kekal yang artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca
seperti terik matahari dan hujan.Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5 % terhadap berat kering yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampui 5% maka agregat harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis (misal partikel batu bara,
tanaman, humus, dsb.) terlalu banyak. Agregat halus terdiri dan butir-butir yang beraneka
ragam besarnya dan apabila dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
1) Sisa diatas ayakan 4 mm, minimum 2% berat dan maksimum 15% berat
2) Sisa ayakan diatas 1 mm minimum 10% berat
3) Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% hingga 95 % berat
B. Agregat Kasar
Agregat kasar harus terdiri dari butir - butir yang keras dan tidak bepori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih
tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir- butir agregat kasar
harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti
terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering.
Yang diartikan dengan lurnpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
maka agregat kasar harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat merusak beton seperti zat-
zat yang reaktif Alkali yaitu unsur golongan IA antara lain Hi, Li, Na, Ka, Rb, Cd, Pr.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dan Reloff
dengan beban penguji 20 T dimana harus dipenuhi syarat-syarat berikut:
5
1) Tidak terjadi pembubukan sampai 9,5-19 mm lebih dari 24% berat
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila layak
dengan susunan ayakan yang ditentukan maka harus memenuhi syarai - syarat berikut:
Dalam pembuatan beton diusahakan memenuhi prasyarat diatas dan harus memenuhi
ketentuan SI G52-80 dan dalam hal-hal yang tidak tercakup dalam standar tersebut juga
harus memenuhi ketentuan ASTM (American Society for Testing Material) C33-86 untuk
agrcgat normal serta pada ASTM C33-80 untuk agrcgat ringnn agar muka beton yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan. Variasi-variasi sifat agregat dalam praktik sebagian
besar dapat diimbangi dengan mengatur jumlah air yang diisikan saat pencampuran. Dari
beberapa prasyarat diatas susunan gradasi gabungan merupakan hal yang sangal penting.
Susunan gradasi agregat tersebut akan menentukan sifat dari beton yaitu kemudahan
pengerjaan dan nilai ekonomis dari campuran beton.
6
2.2.2. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi pelumas antara butir-
butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan
yang maksimal maka penggunaan air harus diperhatikan. Jika kadar aimya besar dapat
mempengaruhi kualitas beton. Selain itu, nilai kadar air juga dipengarahi oleh absorpsi material
yang digunakan. Adapun persyaratan air yang digunakan untuk campuran beton antara lain:
Penggunaan air pada campuran beton yang dilakukan dilaboratorium telah dianggap layak
karena menggunakan air PDAM. Sehingga tidak dilakukan pengujian.
2.2.3. Semen
Semen adalah hidrolik binder (perekat hidrolis) yaitu senyawa yang terkandung didalam
semen tersebut yang dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat perekat
terhadap batuan. Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau Semen
Pozzolan. Penggunaan jenis semen ini disesuaikan dengan kondisi lapangan
Sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM kita mengenal adanya lima tipe
Semen Portland, yaitu:
7
panas hidrasi lebih rendah serta dengan kecepatan penyebaran panas yang rendah pula.
Disamping itu, semen tipe II ini lebih tahan terhadap serangan sulfat daripada tipe I. Semen
tipe II disebut juga "Modified Portland Cement" dan penggunaannya sama seperti semen
tipe I.
Semen Portland digunakan dalam campuran beton agar memperoleh beton yang bermutu
tinggi dan kuat tekan yang tinggi memerlukan waktu 28 hari untuk dapat melakukan pengujian
kuat tekan beton di laboratonum.
8
Parameter - parameter yang mempengaruhi kualitas beton:
1) Kualitas semen,
2) Proporsi semen terhadap air di dalam campurannya,
3) Kekuatan dan kebersihan agregat,
4) Interaksi atau adhesi anlara pasta semen dan agregat,
5) Pencampuran yang cukup dari bahan-buhan pembentukan beton.
6) Penempatan yang benar.
7) Pcrawatan pada temperature yang tidak lebih dari 50° F pada saat beton hendak
mencapai kekuatannya,
8) Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dalam beton ekspos dan 1 % untuk beton
terlindung.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar mendapatkan beton ideal yang tahan lama
antara lain:
2) Faktor Ketahanan
Untuk mendapatkan beton ideal yang tahan lama, beton harus memiliki ketahanan
terhadap segala cuaca dan kerusakan. Dimana untuk mendapatkan kondisi tersebut
diperlukan faktor air semen yang kecil, perawatan yang baik, memiliki kuat tekan yang
tinggi dan agregat yang digunakan memiliki ketahanan tjnggi.
3) Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan juga perlu diperlukan agar mendapatkan beton ideal yang tahan lama.
Dimana untuk menghasilkan kondisi tersebut diperlukan pasta (campuran beton) yang
berkualitas baik, faktor air semen kecil dan memiliki kandungan udara rendah.
9
2.3. Metode Pencampuran
Proporsi campuran dan bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan melalui perancangan
beton (mix design). Hal ini dimaksudkan agar proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat
kekuatan serta dapat memenuhi aspek ekonomis. Metode perancangan ini pada dasamya
menentukan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton untuk kinerja tertentu yang diharapkan.
Penentuan proporsi campuran dapat digunakan dengan beberapa metode yang dikenal, antara lain:
(1). Metode American Concrete Institute, (2). Portland Cement Association, (3). Road Note No.4,
(4). British Standard, Department of Engineering, (5) Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-
15- 1990-03) dan (6). Cara coba-coba.
B. Pemadatan
10
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan beton, karena
tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogen. Pemadatan yang berlebih pun akan
menyebakan teijadinya bleeding. Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan syarat mutu.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah melihat manual pemadat yang digunakan sehingga
pemadatan pada campuran beton dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton. Kecepatan
bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : faktor
air-semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi faktor air-semen semakin lambat kenaikan
kekuatan beton, semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan beton
(Tjokroadimuljo. K, 1996 ). Laju kenaikan kuat tekan beton ini mula - mula cepat, akan tetapi
semakin lama laju kenaikan itu makin lambat.
Gambar 2.2. Hubungan kuat tekan dan umur beton (Honing, 1982)
Semen portland akan terus bereaksi dengan air pada saat pengikatan awal terjadi. Setelah
24 jam pada temperatur kamar, 30% - 40% semen biasanya mengalami proses hidrasi,
pembentukan lapisan penutup dengan bertambahnya kepadatan dan ketebalan yang melapisi
partikelnya. Hidrasi partikel klinker yang besar secara parsial dan keseluruhan akan membentuk
beton (Tri Mulyono, 2003). Proses pembentukan beton dari saat mulai mengeras sampai umur
beton 90 hari dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.
11
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.3. Proses terjadinya pengikatan dalam beton (Sumber: Tri Mulyono, 2004)
12
2.5. Kekuatan Tekan Beton
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dan sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan
tekan beton dinotasi-kan sebagai berikut (PB, 1989:16).
Tabel 2.1. Perbandingan mutu beton f’c dan mutu beton K berdasarkan kuat tekan benda uji
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
fck = Kekuatan tekan beton yang didapaikan dan hasil uji kubus 150 mm atau dan
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa).
f’cr = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton (MPa).
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat tekan rata-rata yang
disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus
diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan
yang lebih rendah dan f’c seperti yang telah disyaratkan. Kriteria perencanaan beton tersebut harus
pula sesuai dengan standar yang berlaku Menurut Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus
memenuhi 0.85 f’c untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi f’c +0.82 s untuk rata-
rata empat buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka diuji mengikuti ketentuan
selanjutnya.
13
2.5.2. Mutu Beton K (Karakteristik)
Mutu beton karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil
pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai
5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang
diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari
(ronymedia, 2013).
Mutu beton ini ditandai dengan huruf K dan angka dibelakangnya. Beton K 225
menyatakan bahwa kuat tekan karakteristik minimum beton tersebut adalah 225 kg/cm2 dicapai
pada umur beton 28 hari, pangujiannya dengan menggunakan kubus beton berukuran 15x15x15
cm, hal tersebut mengacu pada Peraturan Beton Indonesia Th 1971 (PBI 71) yang merujuk pada
standar eropa lama (betonreadymixconcrete.com).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Ada empat bagian utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton tersebut, yaitu (1).
proporsi bahan-bahan penyusunnya, (2). metode perancangan, (3). perawatan dan (4). keadaan
pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat.
14
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tekan Beton
Mutu
Kasar Halus
Penentuan
proporsi Bentuk
FAS Kadar Keadaan
bahan, dll dan Suhu Cara
Jumlah air perm.
ukuran benda Pem-
Kehalusan benda landasan
benda uji bebanan
Butir Komposisi Pengadukan uji benda uji
uji
Kimia
Komposisi Pengecoran
Kimia
Pemadatan
Gambar 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Beton (Sumber: Tri Mulyono, 2004)
15
BAB III
METODOLOGI
Dalam pelaksanaan praktikum Job Mix dan uji kuat tekan beton ini, kami Mahasiswa
Teknik Sipil Universitas Warmadewa menggunakan metode praktikum yang telah tercantum di
dalam buku Panduan Praktikum Teknologi Beton 2010.
Pelaksanaan Pratikum Struktur Beton I ini dilaksanakan dalam 2 sesi, yakni Praktikum Job
Mix dan uji kuat tekan beton..
Lokasi Praktikum
Sesi 1
16
Gambar 3.2. PT. Sinar Bali Readymix Tampak Depan (Sumber: Google Earth)
Lokasi Praktikum
Sesi 2
Gambar 3.3. Laboratorium Teknik Sipil Universitar Warmadewa (Sumber: Google Earth)
17
Gambar 3.4. Laboratorium Teknik Sipil Universitar Warmadewa Tampak Depan
(Sumber: Google Earth)
Adapun peralatan yang perlu dipersiapkan dalam praktikum ini, dapat dilihat pada tabel
berikut:
18
5 Cetakan Mencetak benda uji beton
Silinder Beton
19
3 Benda uji Benda yang akan diuji kuat
kubus K 300 tekannya
20
4) Mutu Beton= K. 350
5) Nilai Slump Maks.= 10 ± 2 cm
6) Faktor Air Semen= 42%
7) Berat jenis (SSD) semen= 3.100 (Tipe I)
8) Berat jenis (SSD) agregat kasar 5-20= 2,457
9) Berat jenis (SSD) agregat kasar 20-30= 2,407
10) Berat jenis (SSD) agregat halus = 2,478
11) Berat jenis air= 1.000 (sumur bor)
12) Berat jenis admixture= 1.190 (consol)
B. Pengujian Slump
21
Hari/tanggal : Kamis, 23 Juni 2016
Tujuan : untuk memperoleh nilai slump dari campuran beton yang telah diaduk
Cara Kerja:
1) Basahi kerucut terpancung dan pelat dengan kain basah agar tidak menyerap
kandungan air pada beton.
2) Letakkan kerucut terpancung diatas pelat.
3) Kerucut terpancung diisi dalam 3 lapis. Setiap lapis beton segar dirojok dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali. Perojokan harus merata selebar permukaan
lapisan dan tidak boleh sampai masuk kedalam lapisan beton sebelumnya.
22
4) Setelah pemadatan terakhir, permukaan bagian atas diratakan dengan tongkat
pemadat sehingga rata dengan sisi atas cetakan.
5) Setelah itu diamkan selama 30 detik,
6) Kemudian kerucut diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke alas agar bagian bawah
cetakan tidak menyentuh campuran beton.
7) Pengukuran nilai slump dilakukan dengan meletakkan kerucut disamping beton dan
meletakkan penggaris atau batang baja diatasnya mendatar sampai diatas beton
segar.
8) Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak bentuk kerucutnya hilang sama
sekali, meluncur dan dengan demikian nilai slump tidak dapat diukur (hasil
pengukurun tidak benar), sehingga benda uji harus diulang. Beton yang mempunyai
perbandingan campuran yang baik apabila setelah pengangkatan menunjukkan
penurunan bagian alas secara perlahan-lahan dan bentuk kerucutnya tidak hilang.
9) Percobaan dilakukan hanya satu kali pada pengadukan tahap pertama karena
komposisi campuran beton pada masing-rnasing tahap tidak tejadi penambahan.
Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik mempunyai kelecakan
yang baik akan penampakan penurunan bagian alas secara perlahan-lahan dan
bentuk kerucut tidak hilang.
1) Mesin Tekan
2) Timbangan
Alat yang dipakai : 2 buah benda uji berumur 21 hari dengan mutu K. 350
23
Cara Pengujian :
1) 2 buah benda uji kubus yang dirawat selama 21 hari ditimbang beratnya, kemudian
dites kuat tekannya. Benda uji kubus diletakkan pada tempat yang telah tersedia
pada mesin tekan.
2) Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji yang kemudian di
tabelkan.
3) Dari kedua data tersebut kemudian dihitung kuat tekan dan berat jenis betonnya.
4) Kemudian dilanjutkan dengan menghitung standar deviasi dari tiap benda uji
5) Dan terakhir akan dihitung kuat tekan karakteristiknya.
24
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Dari pengujian slump yang dilakukan pada praktikum sesi 1 di PT. Sinar Bali Readymix,
diperoleh hasil:
Campuran beton dengan slump 12 cm = 120 mm, Ini sesuai dengan data perencanaan, yaitu
nilai slump maksimal sebesar 10 ± 2 cm.
Gambar 4.1. Pengujian slump di PT. Sinar Bali Readymix (Sumber: Gusman, 2016)
Dari hasil uji kuat tekan beton di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Warmadewa,
didapat data sebagai berikut:
25
Dari data yang telah didapat pada Tabel 4.1., maka akan dianalisis apakah nilai mutu dari
kubus tersebut benar (K. 300). Berikut adalah tahapan analisis terhadap mutu dari ke-2 benda uji
untuk mencari kuat tekan karakteristiknya.
A = sisi x sisi
A = 15 x 15 cm
A = 225 cm2
Keterangan:
1000
1 kN = = 101,94 kg
9.81
P1 = 510 x 101,94
P1 = 51989,4 kg
𝑃
σbk =
𝐴
26
Maka untuk benda uji 1:
51989,4
σbk = = 231,064 kg/cm2
225
231,064 𝑥 0,83
σbk = = 199,774 kg/cm2
0,96
Dengan menggunakan cara yang sama, maka didapat kuat tekan beton untuk benda uji 2
adalah 188,023 kg/cm2
A. Volume beton
V = 15 x 15 x 15 cm
V = 3375 cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 7,096
Bj = = = 2,103 x 10-3 kg/cm3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 3375
Dengan menggunakan cara yang sama, maka didapat berat jenis untuk benda uji 2 adalah
2,108 x 10-3 kg/cm3
∑σbk 199,774+188,023
σ’bn = = = 193,898 kg/cm2
𝑛 2
27
4.2.4. Perhitungan Nilai Standar Deviasi (Sd)
2
∑(σbk −σ′bn )
Sd =√ (𝑛−1)
n =2
σ'bk = σ’bn – k. Sd
k = 1,64
Sd = Standar Deviasi
Maka:
Dari nilai kuat tekan karakteristik yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa
benda ke-2 benda uji kubus tersebut memiliki mutu yang tidak sesuai. Mutu yang dimiliki oleh
benda uji tersebut sesungguhnya adalah K. 180.
28
Tabel 4.2. Hasil Analisis Kuat Tekan
29
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Nilai slump yang didapat dari praktikum sesi 1 di PT. Sinar Bali Readymix sesuai
dengan nilai slump maksimal dari data perencanaan (10 ± 2 cm), yakni sebesar 12 cm.
2. Nilai kuat tekan karakteristik benda uji tidak sesuai dengan mutu yang telah
tercantum pada benda uji (K. 300), yakni didapat mutu sebenarnya adalah K. 180.
5.2. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Ahadi. 2011. Tes Beton. http://www.ilmusipil.com/tes-beton. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016
Mahdi. 2012. Memahami Mutu Beton f’c (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2).
http://www.hdesignideas.com/2012/06/memahami-mutu-beton-fc-mpa-dan-mutu.html.
Diakses pada tanggal 27 Juli 2016.
31