BAB IV
PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA
dimana:
Q = debit saluran, m3/dt
V = kecepatan aliran, m/dt
A = luas penampang aliran, m3
R = jari-jari hidrolis, m
P = perimeter basah, m
S = kemiringan energi (kemiringan dasar saluran)
n = koefisien kekasaran manning, dt/m1/3
Dari tabel perhitungan setelah di interpolasi didapat tinggi muka air di hilir
bendung adalah sebelum pembendungan sebesar h = 5,547 m
Rating Curve
31.0
30.0
29.0
Elevasi (m)
28.0
27.0
26.0
25.0
24.0
0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0
Debit (m3/dt)
Gambar 4.1 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air Sebelum Pembendungan
Dari tabel perhitungan setelah di interpolasi didapat tinggi muka air sesudah
pembendungan adalah sebesar h = 4,399 m
Rating Curve
31.0
30.0
29.0
Elevasi (m)
28.0
27.0
26.0
25.0
24.0
0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0
Debit (m3/dt)
Gambar 4.2 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air Setelah Pembendungan
Untuk mendapatkan nilai Beff dilakukan trial and error sampai nilai Q hit ≈ Q
dengan menggunakan rumus :
Q = 2/3 Cd 2 / 3g . Be He3/2
Untuk mendapatkan tinggi air di atas mercu Hd dilakukan trial and error
sampai nilai He hit ≈ He dengan menggunakan rumus :
V2
He Hd
2g
1 Q
He Hd
2 g Be P H d
Mercu direncanakan :
A = 0,214 Hd a = 0,892 m
B = 0,115 Hd b = 0,479 m
R = 0,48 Hd R = 2,0 m
r = 0,22 Hd r = 0,917 m
Dari hasil perhitungan diatas dapat digambar bentuk Mercu Ogee tipe III :
X1,810 = 1,939 x (4,167)1,810-1 x Y
X1,810 = 3,408 Y
y =
dy
=1 ; x0,810 =1
dx
x0,810 = 3,401
x = 4,537 m
Jadi , x = 4,537 m
y =
y = 2,506 m
UWL = HL + Hd
= + 27,5 + 4,167
= + 31,657 m
Dari data elevasi dasar sungai bagian Hilir (DGL) dan tinggi air sebelum
pembendungan (H) dapat dihitung elevasi muka air sungai bagian Hilir bendung
(downstream water level).
DWL = DGL + H
= + 23 + 4,4
= + 27,4 m
H1 = He = 4,304 m
0,98
Berdasarkan tabel 5.1 Bangunan Utama Oleh Dirwan diperoleh nilai sebagai
berikut :
Yu = 1,22
Hu = 5,63
Yd = 5,63
1066,84
qeff = = 19,26 m3/dt/m
55,38
19,26 2
= 3
9,81
yc = 3,35 m
q = V1 x Y1
V1 =
=
= 11,42 m/dt
V1 =
11,42 =
= 1,68 m
= = = 2,81
+31,657
hd = 4,167
+28,547
+27,5
y2 = 6,67
+24,5
n3 = 1,9
yu = 1,22
endsill = 2,1
+23
+20,9
z =
z =
z = 0,18 m
+ (1 x 2) = 6,8 m
Q 3,15
L.B = =
w 0,006
= 525 m2
= 7,875 m2
hn = An
B
7,875
=
7,24
= 1,08 m (hn merupakan kedalaman rata-rata)
An
Rn =
Pn
7,875
=
( B 2hn)
7,875
=
(7,24 2(1,08))
= 0,83 m
Vn = Kn x
In = 0,0001
Vs = Ks x
1,5 = 45 x 0,2482/3 x Is1/2
Is = 0,007
Kontrol keadaan aliran
Agar pembilasan dapat dilakukan denga baik, kecepatan aliran harus
dijaga agar tetap subkritis atau Fr < 1
Fr =V1/ g.hn .
= 1,5 / (9.81)1,02
= 0,47 < 1 . . . . . . . . . . (OK)
> 8
L > 8B
L > 8 (7,24)
L > 57,92 m
Tinjauan kedua
Dengan diameter partikel = 0,10 mm, = 0,006 m/dt, H = hn = 1,08 m,
maka:
H =Txω
1,08 m = T x 0,006 m/dt
T = 180 dt
sehingga diperoleh:
L = vxT
= 0,4 m/dt x 180dt
= 72 m
Tinjauan ketiga (dengan memperhatikan volume kantong lumpur)
Diasumsikan air yang dielakkan mengandung 0,2o/oo sedimen yang
harus diendapkan dalam kantong lumpur. Direncanakan pembilasan
dilakukan 1 minggu sekali.
Volume kantong lumpur :
Q = V/t
V = 0,2o/oo Qn t
V = 0,0002 3,15 m3/dt (7 hari 24 jam 3600 dt)
V = 381,02 m3
Dari volume kantong lumpur yang diperoleh, dapat dihitung panjang
kantong lumpur
V = 0,50 b L + 0,5 (Is – In) L2 b
381,02 = 0,50 (7,24) L + 0,5 (0,007 – 0,0001) L2 (7,24)
L = 70,72 m
Diambil L = 72 m
Jadi, dari ketiga tinjauan di atas, agar volume kantong lumpurnya nanti
lebih besar daripada volume sedimen yang terjadi, maka diambil nilai L
yang terbesar sebagai panjang kantong lumpur, yaitu L = 72 m.
Pengecekan efisiensi
Dari diagram Camp (Dalam buku Bangunan Utama oleh Dirwan hal 86),
efisiensi kantong lumpur untuk berbagai diameter sedimen dapat
ditentukan. Telah diperoleh dari perhitungan di atas nilai L = 72 m, hn =
1,08 m, vo = vn = 0,4 m/dt, dan = 0,006 m/dt.
Kecepatan endap rencana (o) :
hn L
o vo
1,,08 m 72 m
o 0,4 m dt
o = 0,006 m/dt
0,006 m dt
1,
o 0,006 m dt
0,006 m dt
0,015
vo 0,4 m dt
Hf = 0,43 m
Jadi, kedalaman tambahan 0,43 – 0,29 = 0,14 m harus diberikan ke dasar
bangunan pembilas.
+24,5
0,43
+24,02
0,14
+23,88
Af = bnf x hf
= 4,8 x 0,43
= 2,064 m2
Af = ( n + m )H2
2,064 = (2,5 + 1)H2
H = 0,76 m ≈ 1 m
Lebar saluran b = 2,5 x H , maka b = 2,5 m
Af
Rf =
p
2,064
=
(5 2(0,14))
= 0,39 m
Kemiringan yang diperlukan dapat ditentukan dengan Rumus Strickler,
dengan Ks = 35 (koefisien kekasaran) :
Vf = Ks x Rf 2/3 x if ½
1,5 = 35 x 0,39 2/3 x if ½
if = 0,006