Anda di halaman 1dari 73

TUGAS AKHIR

ANALISA KAPASITAS POMPA


UNDERPASS KEMAYORAN
JAKARTA PUSAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Bidang Ilmu Teknik Program Studi Teknik Sipil

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANGGITA NURFITRI ARIYANI


NIM : 2016410052

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
ABSTRAK
Sebelum dibangunnya underpass Kemayoran, kawasan ini adalah kawasan
landasan pesawat. Landasan bandara Kemayoran mulai dibangun tahun 1934 oleh
pemerintah kolonial Belanda dan diresmikan tanggal 8 Juli 1940 sebagai lapangan
terbang internasional. Setelah bandara ditutup pada tahun 1985, kawasan ini mulai
di bangun underpass pada tahun 1991 sampai 1992 yang diawasi dan dikelola
untuk pengembangan oleh Pusat Pengelolaan Komplek (PPK) Kemayoran. Pada
pelaksanaannya, kawasan underpass Kemayoran sering terdapat genangan air
(banjir) yang tingginya bisa mencapai 5 meter. Hal ini dikarenakan beralih fungsinya
kawasan tersebut namun belum adanya re-design untuk sistem drainasenya. Dari
permasalahan tersebut kemudian dilakukan penelitian mengenai kapasitas saluran
yang berada di kawasan underpass Kemayoran. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu metode dokumentasi dan metode observasi. Metode
dokumentasi yaitu metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan data yang
sudah ada seperti data gambar dan catchment area kepada pihak Pusat Pengelola
Komplek (PPK) Kemayoran dan data curah hujan yang di dapat dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofika (BMKG). Sedangkan metode observasi yaitu
dengan cara pengamatan langsung ke lapangan dan melakukan pencatatan kondisi
yang ada di underpass Kemayoran seperti kondisi saluran, sedimentasi saluran,
pompa yang digunakan, pipa dan juga bak penampungan. underpass Kemayoran
memiliki bak penampungan dengan kapasitas 259.91 m3. Dengan ketersediaan 3
unit pompa submersible yang terdiri dari 2 unit pompa berkapasitas 0.09 m3/detik
dan 1 unit pompa berkapasitas 0,025 m3/detik. Setelah dilakukan perhitungan
dengan periode ulang 25 tahun, saluran yang tersedia masih mampu menampung
genangan banjir yang terjadi dan perlu penambahan kapasitas pompa sebesar 0.1
m3/detik. Berdasarkan hasil perhitungan dan evaluasi genangan air (banjir) yang
terjadi di kawasan underpass Kemayoran kemungkinan banjir pada underpass
Kemayoran disebabkan karena pompa mati atau tidak berfungsi.

Kata kunci : underpass, debit, banjir, saluran, pompa.

ABSTRACT
Before the construction of the Kemayoran underpass, this area was an aircraft
runway area. The Kemayoran airport runway was built in 1934 by the Dutch colonial
government and was inaugurated on July 8, 1940 as an international airport. After
the airport closed in 1985, the area began to be built underpasses from 1991 to
1992 which was supervised and managed for development by the Kemayoran
Complex Management Center (PPK). In its implementation, the Kemayoran
underpass area often has puddles (floods) which can reach 5 meters high. This is
because the area has changed its function but there has been no re-design for the
drainage system. From these problems, a research was carried out on the capacity
of the channel in the Kemayoran underpass area. The method used in this research
is documentation method and observation method. The documentation method is

i
the method used by collecting existing data such as image data and catchment area
to the Kemayoran Complex Management Center (PPK) and rainfall data obtained
from the Meteorology, Climatology, and Geophics Agency (BMKG). While the
method of observation is by direct observation in the field and recording conditions
in the Kemayoran underpass such as channel conditions, channel sedimentation,
pumps used, pipes and reservoirs. the Kemayoran underpass has a reservoir with a
capacity of 259.91 m3. With the availability of 3 submersible pump units consisting
of 2 pump units with a capacity of 0.09 m3/second and 1 pump unit with a capacity
of 0.025 m3/second. After calculating with a return period of 25 years, the available
channels are still able to accommodate the flooding that occurred and need to
increase the pump capacity by 0.1 m3/second. Based on the results of calculations
and evaluation of standing water (flooding) that occurred in the Kemayoran
underpass, the possibility of flooding in the Kemayoran underpass was caused by a
dead or malfunctioning pump.

Key words: underpass, discharge, flood, channel, pump.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat-NYA, sehingga saya bisa menyelesaikan
penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “ANALISA SISTEM
KAPASITAS POMPA UNDERPASS KEMAYORAN JAKARTA PUSAT”.
Tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelas
sarjana strata -1 (S-1) pada program studi Teknik Sipil di Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini saya mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak baik bimbingan, pengarahan, dukungan dan bantuan
berupa saran pengetahuan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
diberikan kepada :

1. Kedua Orang Tua Bapak Sutriyono dan Ibu Arti Suparti yang selalu
mendoakan dan memberikan nasihat kepada penulis.
2. Saudara kandung Amelia dan Arifin yang selalu memberikan semangat
dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Fiqih Hidayat yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat kepada
penulis.
4. Ibu Ir. Trijeti, MT selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Mohammad Imamuddin, ST. MT dan Bapak Ir. Heldy Suherman,
Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
semangat dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen, staff dan karyawan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
7. Pak Aris selaku perwakilan dari Kantor Pusat Pengelolaan Komplek
(PPK) Kemayoran yang telah membantu untuk terselesaikannya
penelitian ini.
8. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2016 kelas C di Program Studi
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah banyak
memberi semangat dan hiburan.

iii
9. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.

Proposal tugas akhir ini belum sempurna, dari segi materi maupun
penyajiannya, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangan
diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Demikian, semoga penulisan tugas akhir akhir ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta menjadi panduan dalam penulisan tugas akhir di
masa mendatang.
Walaikumsalam wr. wb

Jakarta, 25 Januari 2021


Penulis,

(Anggita Nurfitri Ariyani)

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... I-1


1.1. Latar Belakang .......................................................................... I-2
1.2. Indentifikasi Masalah ................................................................. I-2
1.3. Batasan Masalah ...................................................................... I-2
1.4. Rumusan Masalah .................................................................... I-3
1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................... I-3
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... I-3
1.7. Hipotesis Penelitian ................................................................... I-4
1.8. Fishbone Penelitian................................................................... I-5

BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... II-1


2.1. Banjir dan Genangan................................................................. II-1
2.2. Sistem Drainase ........................................................................ II-1

2.2.1. Jenis-jenis Drainase ........................................................ II-2


2.2.2. Permasalahan Drainase .................................................. II-4
2.2.3. Dasar-dasar dan Kriteria Perencanaan Drainase ............ II-5
2.3. Analisis Hidrologi ....................................................................... II-6
2.3.1. Analisis Hujan ................................................................. II-6

2.3.2. Metode Rasional ............................................................ II-13


2.3.3. Intensitas Hujan ............................................................. II-14
2.3.4 Analisa Frekuensi dan Probabilitas ................................ II-16
2.3.5. Periode Ulang Hujan....................................................... II-16
2.3.6. Catchment Area .............................................................. II-17
2.3.7. Koefisien Pengaliran ....................................................... II-17
v
2.3.8. Waktu Konsentrasi.......................................................... II-18
2.4. Debit ........................................................................................ II-19
2.4.1. Debit Limpasan (Run Off) .............................................. II-19
2.4.2. Kapasitas Saluran (penampang Saluran) ...................... II-21
2.4.3. Kecepatan Pengaliran ................................................... II-21
2.5. Pompa ..................................................................................... II-22
2.5.1. Pompa Pengendalian Banjir .......................................... II-23
2.5.2. Pompa Submersible ...................................................... II-23
2.5.3. Head Loss ..................................................................... II-24
2.5.4. Total Head Pompa ......................................................... II-26
2.6. Kajian Islam ............................................................................. II-26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ III-1


3.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... III-1
3.2. Diagram Alir .............................................................................. III-2
3.3. Mulai ......................................................................................... III-3
3.4. Studi Literatur ........................................................................... III-3
3.5. Pengumpulan Data ................................................................... III-3
3.5.1. Data primer...................................................................... III-3
3.5.2. Data sekunder ................................................................. III-4
3.6. Kompilasi Data ......................................................................... III-4
3.7. Menghitung Koefisien Run off................................................... III-5
3.8. Menganalisis Data Curah Hujan ............................................... III-5
3.8.1. Menghitung curah hujan periode ulang (Xtr) ................... III-6
3.8.2. Menghitung waktu konsentrasi (Tc) ................................. III-6
3.8.3. Menghitung intensitas curah hujan (I) .............................. II-6
3.8.4. Menghitung debit akibat curah hujan (Qt) ....................... III-7
3.8.5. Menghitung kapasitas saluran (Qs) ................................. III-7
3.8.6. Menentukan kapasitas pompa......................................... III-7

BAB IV. ANALISIS PERHITUNGAN .......................................................... IV-1


4.1. Perhitungan Hujan Rata-Rata Metode Thiessen ...................... IV-1

vi
4.2. Analisa Data Curah Hujan ........................................................ IV-2
4.2.1. Curah hujan rata-rata ...................................................... IV-3
4.2.2. Standar deviasi................................................................ IV-4
4.2.3. Koefisien variasi .............................................................. IV-4
4.2.4. Koefisien kemiringan ....................................................... IV-4
4.2.5. Koefisien ketajaman ........................................................ IV-4
4.2.6. Metode distribusi ............................................................. IV-5
4.3. Curah Hujan Rencana Metode Log Person III .......................... IV-5
4.3.1. Menghitung Nilai Log X Rata-Rata .................................. IV-6
4.3.2. Menghitung Standart Deviasi Log Person III ................... IV-6
4.3.3. Menghitung Koefisien Kemiringan (Cs) ........................... IV-6
4.3.4. Curah Hujan Maksimum Periode Ulang .......................... IV-7
4.4. Menghitung Waktu Konsentrasi (Tc)......................................... IV-7
4.5. Intensitas Curah Hujan ............................................................. IV-8
4.6. Menghitung Koefisien Run off .................................................. IV-9
4.7. Debit Hujan Rencana (Qt) ........................................................ IV-9
4.8. Kapasitas Saluran Eksisting (Qs) ........................................... IV-11
4.9. Perhitungan Debit Saluran Dengan Aplikasi HEC-RAS .......... IV-12
4.10. Kapasitas Pompa.................................................................. IV-15
4.11. Kebutuhan Pompa Underpass Kemayoran .......................... IV-16

BAB V. KESIMPULAN ................................................................................ V-1


DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Fishbone .................................................................... I-5


Gambar 2.1 Diagram Moody ..................................................................... II-25
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................... III-1
Gambar 3.2 Diagram Alir ........................................................................... III-3
Gambar 4.1 Luasan Catchment Area ......................................................... IV-3
Gambar 4.2 Tampak Potongan dan Tampang Atas Underpass................. IV-8
Gambar 4.3 Detail Potongan Saluran Eksisting ......................................... IV-8
Gambar 4.4 Saluran 1 Bagian Hulu ......................................................... IV-12
Gambar 4.5 Saluran 1 Bagian Hilir ............................................................. IV-12
Gambar 4.6 Saluran 2 Bagian Hulu ......................................................... IV-13
Gambar 4.7 Saluran 2 Bagian Hilir ............................................................. IV-13
Gambar 4.8 Saluran 3 Bagian Hulu ......................................................... IV-13
Gambar 4.9 Saluran 2 Bagian Hilir ............................................................. IV-14
Gambar 4.10 Saluran 4 Bagian Hulu ....................................................... IV-14
Gambar 4.11 Saluran 2 Bagian Hilir ........................................................... IV-14

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan parameter statistik suatu distribusi .......................... II-7


Tabel 2.2 Variabel Reduksi Gauss .............................................................. II-8
Tabel 2.3 Nilai Faktor Frekuensi (KT) untuk distribusi
Log Person III (kepencengan Cs atau G Positif .......................... II-10
Tabel 2.4 Nilai Faktor Frekuensi (KT) untuk distribusi
Log Person III (kepencengan Cs atau G Negatif ........................ II-11
Tabel 2.5 Variasi Reduksi Reduced Variate)............................................. II-12
Tabel 2.6 Nilai Reduced Mean (Yn) .......................................................... II-12
Tabel 2.7 Nilai Reduces Standard Deciation (Sn) ..................................... II-13
Tabel 2.8 Periode Ulang Berdasarkan Tipologi Kota ................................ II-17
Tabel 2.9 Koefisien aliran permukaan ( C ) untuk daerah urban ............... II-18
Tabel 2.10 Standar Desain Saluran Drainase ........................................... II-20
Tabel 2.11 Kekerasan Manning untuk saluran .......................................... II-22
Tabel 2.12 Koefisien Kehilangan Pada Belokan Pipa ............................... II-25
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Tahunan Maksimum ..................................... IV-2
Tabel 4.2 Perhitungan Distribusi Untuk Curah Hujan ................................. IV-3
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Metode Distribusi
dan Syarat Metode Distribusi .................................................. IV-5
Tabel 4.4 Curah Hujan Rencana Metode Log Person III ............................ IV-5
Tabel 4.5 Nilai Faktor Frekuensi (KT) untuk Distribusi Log Person III ........ IV-7
Tabel 4.6 Curah Hujan Maksimum Periode Ulang ..................................... IV-7
Tabel 4.7 Waktu Konsentrasi (Tc) .............................................................. IV-9
Tabel 4.8 Intensitas Curah Hujan ............................................................... IV-9
Tabel 4.9 Perhitungan Intensitas Curah Hujan......................................... IV-10
Tabel 4.10 Perhitungan Angka Pengaliran ............................................... IV-10
Tabel 4.11 Perhitungan Debit Hujan Rencana (Q) ................................... IV-10
Tabel 4.12 Dimensi Saluran Eksisting ...................................................... IV-11
Tabel 4.13 Debit Saluran Eksisting .......................................................... IV-11
Tabel 4.14 Perbandingan Debit Hujan Hidrologi dan Hidrolika ................ IV-11
Tabel 4.15 Kapasitas Saluran .................................................................. IV-15
Tabel 4.16 Kapasitas Bak Penampung .................................................... IV-15
Tabel 4.17 Kapasitas Pompa Eksisting .................................................... IV-16

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2004 ............... Lamp-1
Lampiran 2 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2005 ............... Lamp-2
Lampiran 3 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2006 ............... Lamp-3
Lampiran 4 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2007 ............... Lamp-4
Lampiran 5 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2008 ............... Lamp-5
Lampiran 6 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2009 ............... Lamp-6
Lampiran 7 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2010 ............... Lamp-7
Lampiran 8 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2011 ............... Lamp-8
Lampiran 9 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2012 ............... Lamp-9
Lampiran 10 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2013 ........... Lamp-10
Lampiran 11 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2014 ........... Lamp-11
Lampiran 12 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2015 ........... Lamp-12
Lampiran 13 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2016 ........... Lamp-13
Lampiran 14 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2017 ........... Lamp-14
Lampiran 15 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2018 ........... Lamp-15
Lampiran 16 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2004 ..................... Lamp-16
Lampiran 17 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2005 ..................... Lamp-17
Lampiran 18 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2006 ..................... Lamp-18
Lampiran 19 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2007 ..................... Lamp-19
Lampiran 20 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2008 ..................... Lamp-20
Lampiran 21 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2009 ..................... Lamp-21
Lampiran 22 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2010 ..................... Lamp-22
Lampiran 23 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2011 ..................... Lamp-23
Lampiran 24 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2012 ..................... Lamp-24
Lampiran 25 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2013 ..................... Lamp-25
Lampiran 26 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2014 ..................... Lamp-26
Lampiran 27 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2015 ..................... Lamp-27
Lampiran 28 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2016 ..................... Lamp-28
Lampiran 29 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2017 ..................... Lamp-29
Lampiran 30 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2018 ..................... Lamp-30
Lampiran 31 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2004 ........ Lamp-31
Lampiran 32 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2005 ........ Lamp-32
Lampiran 33 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2006 ........ Lamp-33
Lampiran 34 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2007 ........ Lamp-34
Lampiran 35 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2008 ........ Lamp-35
Lampiran 36 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2009 ........ Lamp-36
Lampiran 37 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2010 ........ Lamp-37
Lampiran 38 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2011 ........ Lamp-38

x
Lampiran 39 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2012 ........ Lamp-39
Lampiran 40 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2013 ........ Lamp-40
Lampiran 41 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2014 ........ Lamp-41
Lampiran 42 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2015 ........ Lamp-42
Lampiran 43 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2016 ........ Lamp-43
Lampiran 44 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2017 ........ Lamp-44
Lampiran 45 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2018 ........ Lamp-45

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Underpass Kemayoran adalah underpass yang secara geografis


terletak pada 6°9'11.75”LS dan 106°50'49.64”BT. Berada di Kelurahan
Pademangan Timur, Kecamatan Pademangan, Kota Jakarta Pusat.
Batas-batas fisik wilayah underpass Kemayoran yaitu di sisi sebelah
utara adalah kavling tepi Jalan Harbour Toll Road, Jalan RE
Martadinata dan kali Sunter, di sisi sebelah timur adalah service road
dan saluran kali Sunter, di sisi sebelah selatan adalah Jalan Kolektor
Dakota, Kemayoran Gempol dan diteruskan ke Jalan Garuda, serta di
sisi sebelah barat adalah Jalan Angkasa, rel kereta api dan Jalan
Rajawali Selatan.
Sebelum dibangunnya underpass Kemayoran, kawasan ini adalah
kawasan landasan pesawat. Landasan bandara Kemayoran mulai
dibangun pada tahun 1934 oleh pemerintah kolonial Belanda dan
diresmikan tanggal 8 Juli 1940 sebagai lapangan terbang
internasional. Setelah bandara ditutup pada tahun 1985, kawasan ini
mulai di bangun underpass pada tahun 1991 sampai 1992 yang
diawasi dan dikelola untuk pengembangan oleh Pusat Pengelolaan
Komplek (PPK) Kemayoran.
Pada pelaksanaannya, sampai sekarang di daerah underpass
Kemayoran masih sering terjadi banjir setiap kali musim hujan tiba.
Hal ini dikarenakan beralih fungsinya kawasan tersebut namun belum
adanya re-design untuk sistem drainasenya. Seiring berjalannya
waktu, underpass Kemayoran terus mengalami hal yang sama yaitu
terjadi genangan air (banjir) yang berakibat menutup jalur sehingga

I-1
masyarakat sekitar harus mengambil jalur lain untuk melintas kawasan
tersebut.
Sejak 2007 kawasan underpass Kemayoran seringkali tergenang air
dengan ketinggian mencapai lima meter. Genangan air yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena intensitas hujan yang mengguyur
wilayah underpass cukup tinggi. Kemungkinan lainnya adalah system
drainase yang kurang maksimal dan mesin pompa yang sudah tidak
berfungsi.
Dari kondisi di tersebut, penulis ingin menganalisa permasalahan
penyebab terjadinya banjir di Underpass Kemayoran yang diharapkan
dari analisa ini dapat menjadi masukan untuk instansi setempat serta
pemerintah agar dapat menangani permasalahan banjir yang sering
terjadi.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan pada latar belakang didapat identifikasi masalah


sebagai berikut:
1. Tidak berfungsinya 3 unit pompa yang ada di underpass
Kemayoran untuk mengeluarkan air dari catchment area.
2. Terjadinya endapan pada saluran irigasi yang berada di sekitar
catchment area yang menyebabkan penyempitan saluran dan
berpengaruh terhadap kapasitas penampungan saluran.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dari studi kasus ini adalah sebagai berikut:


1. Menganalisa masalah pada catchment area underpass kemayoran
2. Data curah hujan yang dipakai tahun 2004-2018 dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

I-2
3. Metode yang digunakan adalah metode rasional yang digunakan
untuk menghitung debit hujan rencana.
4. Menghitung debit akibat curah hujan (Qt).
5. Menghitung debit saluran existing (Qs).
6. Menghitung debit saluran rencana (Qsr).
7. Menghitung kapasitas pompa (Qp)

1.4. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:


1. Apa faktor penyebab banjir di underpass kemayoran?
2. Berapa kapasitas penampang saluran yang diperlukan?
3. Berapa debit rencana yang dipakai untuk keadaan sekarang?
4. Berapa koefisien limpasan (C) yang dipakai?
5. Berapa kapasitas pompa yang harus dipakai untuk memindahkan
air ke saluran drainase?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui debit curah hujan (Qt).
2. Mengetahui debit saluran existing (Qs)
3. Mengetahui debit saluran rencana (Qsr)
4. Mengetahui kapasitas pompa (Qp)

I-3
1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Memberikan masukan tentang penanganan genangan di kawasan
underpass Kemayoran.
2. Memberikan masukan kepada stakeholder atau pemerintah dalam
mengatasi genangan di kawasan underpass Kemayoran.

1.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pengamatan di lapangan, penulis memperkirakan


beberapa hal penyebab terjadinya banjir dan juga genangan air:
1. Tidak berfungsinya pompa dengan baik.
2. Endapan pada saluran drainase menggangu aliran air.
3. Perlu diadakan pembersihan saluran secara berkala.

I-4
1.8. Fishbone

Pengumpulan Data Analisa Hidrolika Solusi


1. Data Primer
-Penampang Kecepatan Aliran Q Hidrologi > Q Hidrolika
saluran existing
Latar Belakang : Tidak berfungsinya Evaluasi Saluran
pompa pada underpass Kemayoran 2. Data Sekunder Penampang Saluran
serta kurang berfungsinya saluran -Catchment Area Normalisasi Saluran
diakibatkan kurangnya kesadaran -Curah hujan
masyarakat dalam merawat dan Sloope / kemiringan saluran Evaluasi Pompa
-Lokasi studi 1. Saluran ideal
memfungsikan saluran drainase yang
menyebabkan banjir . 2. Pompa ideal
Pompa Timur
Debit banjir
Jurnal : 1. Analisa sistem drainase Pompa 1 & 2 = 90 L/s
underpass UNILA Bandar Lampung. SNI-2415 : 2016 Metode rasional Pompa 3 = 25 L/s
( Ryan Rizki, Eri Prawati, Ida Hadijah )
2. Evaluasi penanganan genangan air di Pompa Barat
underpass Makamhaji Kabupaten Curah hujan Pompa 1 & 2 = 90 L/s
Sukoharjo ( Febrian Fajar Utomo )
Pompa 3 = 25 L/s
Standar / peraturan Analisa Hidrologi Kapasitas Pompa

Gambar 1.1 Diagram Fishbon

I-5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Banjir dan Genangan

Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menunjukkan bahwa banjir berarti “berair banyak dan deras kadang-
kadang meluap atau peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan
volume air”. Banjir merupakan peristiwa alami yang dapat menimbulkan
kerugian harta benda serta menimbulkan korban jiwa, di samping itu
dapat pula merusak bangunan sarana dan prasarana, dan lingkungan
hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat.
Perbedaan mendasar antara banjir dan genangan air terletak pada
seberapa tinggi ketinggian airnya. Jika air yang menggenang pasca hujan
deras di Jakarta berada pada ketinggian tak lebih 40 centimeter maka
disebut sebagai fase genangan air saja. Jika genangan air lebih dari 40
cm dan harus membuat masyarakat mengungsi dalam skala besar maka
hal tersebut dikategorikan sebagai banjir (Teguh, 2015).

2.2. Sistem Drainase

Drainase yang berasal dari Bahasa Inggris drainage mempunyai arti


mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase
secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan

II - 1
salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga
air tanah Suripin, 2004).

2.2.1. Jenis-Jenis Drainase

Jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut (Hadi Hardjaja,


dalam jurnal Kusumo 2009):
A. Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan-bangunan penunjang, saluran ini terbentuk oleh
gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun
membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. Daerah-
daerah dengan drainase alamiah yang relatif bagus akan
membutuhkan perlindungan yang lebih sedikit daripada daerah-
daerah rendah yang tertindak sebagai kolam penampung bagi
aliran dari daerah anak-anak sungai yang luas.
2. Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu
sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti
selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan pipa-pipa.

B. Drainase Menurut Letak Bangunannya


1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang
berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan. Analisis
alirannya merupakan analisis open channel flow (aliran saluran
terbuka).

2. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)


Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa)
II - 2
dikarenakan alasan-alasan tertentu. Ini karena alasan tuntutan
artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan
adanya saluran dipermukaan tanah seperti lapangan sepak bola,
lapangan terbang, dan taman.

C. Drainase Menurut Konstruksinya


1. Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau
menganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor
(air yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di tengah kota.

D. Drainase Menurut Sistem Buangannya


Pada sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan fungsinya maka
pemilihan sistem buangan dibedakan menjadi (Hadi Hardjaja, dalam
jurnal Kusumo 2009):
1. Sistem Terpisah (Separate System)
Dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-
masing secara terpisah.
2. Sistem Tercampur (Combined System)
Dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang
sama.
3. Sistem Kombinasi (Pscudo Separate System)
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air
hujan dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan
tercampur dalam saluran air buangan, sedangkan air hujan
berfungsi sebagai pengenceran penggelontor kedua saluran ini

II - 3
tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan
interseptor.

2.2.2. Permasalahan Drainase

Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia. Khususnya


pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia
mengalami bencana banjir. Banjir adalah suatu kondisi fenomena
bencana alam yang memiliki hubungan dengan jumlah kerusakan dari sisi
kehidupan dan material. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
banjir. Secara umum penyebab terjadinya banjir di berbagai belahan
dunia (Suripin, 2004) adalah :
1. Pertambahan penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata
pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi baik migrasi musiman
maupun permanen. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi
dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai
mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi tidak teratur.
2. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan
mengakibatkan banjir sungai. Banjir di daerah muara pantai
umumnya disebabkan karena kombinasi dari kenaikan pasang surut,
tinggi muka air laut dan besarnya ombak yang di asosiasikan
dengan terjadinya gelombang badai yang hebat.
3. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tata
guna lahan dari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi
menyebabkan banjir. Banyak lokasi yang menjadi subjek dari banjir
terutama daerah muara. Perencanaan penaggulangan banjir
merupkan usaha untuk menanggulangi banjir pada lokasi-lokasi
industri, komersial dan pemukiman. Proses urbanisasi, kepadatan
bangunan, kepadatan populasi memiliki efek pada kemampuan
kapasitas drainase suatu daerah dan kemampuan tanah menyerap
air, dan akhirnya menyebabkan naiknya volume limpasan
permukaan.
II - 4
4. Land subsidence adalah proses penurunan level tanah dari elevasi
sebelumnya. Ketika gelombang pasang datang dari laut melebihi
aliran permukaan sungai, area land subsidence akan tergenangi.

2.2.3. Dasar-dasar dan Kriteria Perencanaan Drainase

Tujuan perencanaan ini adalah untuk mengalirkan genangan air sesaat


yang terjadi pada musim hujan serta dapat mengalirkan air kotor hasil
buangan dari rumah tangga. Kelebihan air atau genangan air sesaat
terjadi karena keseimbangaan air pada daerah terentu terganggu.
Disebabkan oleh air yang masuk dalam daerah tertentu lebih besar dari
air keluar. Pada daerah perkotaan, kelebihan air terjadi oleh air hujan.
Kapasistas infiltrasi pada daerah perkotaan sangat kecil sehingga terjadi
limpasan air sesaat setelah hujan turun. Dalam perancangan saluran
drainase akan digunakan dasar-dasar perancangan saluran tahan erosi
yaitu saluran yang mampu menahan erosi dengan memuaskan dengan
cara mengatur kecepatan maupun menggunakan dinding dan dasar diberi
lapisan yang berguna menahan erosi maupun mengontrol kehilangan
rembesan.
Kriteria dalam perencanaan dan perancangan drainase perkotaan yang
umum (Suripin, 2004) yaitu :
1. Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air
dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.
2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan
faktor ekonomis dan faktor keamanan.
3. Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis dari pemeliharaan sistem drainase.

II - 5
2.3. Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi merupakan langkah yang paling penting untuk


merencanakan drainase. Analisis ini perlu untuk dapat menentukan
besarnya aliran permukaan ataupun pembuangan yang harus ditampung.
Data hidrologi mencakup antara lain luas daerah drainase, besar, dan
frekuensi dari intensitas hujan rencana. Ukuran dari daerah tangkapan air
akan mempengaruhi aliran permukaan sedangkan daerah aliran dapat
ditentukan dari peta topografi atau foto udara.

2.3.1. Analisis Hujan

Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat
hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan
yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan wilayah
hujan tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh
dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang
ada di dalam atau di sekitar kawasan tersebut (Suripin,2004).
Penentuan besar hujan rencana memerlukan data hujan jangka pendek
atau kalau data tersebut tidak ada maka dapat digunakan data hujan
harian maksimum, data ini kemudian dianalisis menggunakan beberapa
distribusi frekuensi. Ada empat jenis distribusi yang banyak digunakan
dalam bidang hidrologi yaitu distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson
III, dan Gumbel.
Ada beberapa parameter statistik yang berkaitan dengan analisis data
yang meliputi nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, koefisien
skewness (kecondongan atau kemencengan), dan koefisien kurtosis
(Suripin, 2004). Dalam menentukan jenis distribusi probabilitas yang
sesuai dengan data yang ada dilakukan dengan cara mencocokkan
parameter data terdahulu dengan syarat masing – masing jenis distribusi
seperti pada Tabel (2.1).
II - 6
Tabel 2.1. Persyaratan parameter statistik suatu distribusi
No Distribusi Persyaratan
Cs ͌ 1,1396
1 Gumbell
Ck ͌ 5,4002
Cs ͌ 0
2 Normal
Ck ͌ 3
3 Log Normal Cs ͌ 3 atau 3Cv
4 Log Pearson III Tidak mempunyai sifat khas
Sumber : SNI 2415 : 2016

A. Metode Distribusi Normal


Merupakan Fungsi Distribusi Kumultif Normal atau dikenal dengan
distribusi Gauss (Gaussian Distribution). Distribusi Normal memiliki
fungsi kerapatan probabilitas yang dirumuskan :
𝑋𝑇𝑟 = 𝑋̅ + K ∗ Sd
Dimana :
XTr = Besarnya hujan untuk periode tahun terulang (mm)
Tr = Periode ulang (tahun)
𝑥̅ = Curah hujan maksimum rata-rata selama pengamatan
(tahun)
Sd = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T
Nilai faktor frekuensi (KT) disebut juga nilai variabel reduksi Gauss

II - 7
Tabel 2.2. Variabel Reduksi Gauss

No Periode Ulang T(Tahun) Peluang KT


1 1,001 0,999 -3,05
2 1,005 0,995 -2,58
3 1,010 0,990 -2,33
4 1,050 0,950 -1,64
5 1,110 0,900 -1,28
6 1,250 0,800 -0,84
7 1,330 0,750 -0,67
8 1,430 0,700 -0,52
9 1,670 0,600 -0,25
10 2,000 0,500 0
11 2,500 0,400 0,25
12 3,330 0,300 0,52
13 4,000 0,250 0,67
14 5,000 0,200 0,84
15 10,000 0,100 1,28
16 20,000 0,050 1,64
17 50,000 0,020 2,05
18 100,000 0,010 2,33
19 200,000 0,005 2,58
20 500,000 0,002 2,88
21 1000,000 0,001 3,09
Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 37 (Suripin,2004)

B. Metode Distribusi Log Normal


Fungsi kerapatan probabilitas Log Normal adalah sebagai berikut :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔𝑋̅ + 𝐾𝑇 . 𝑆𝑑 𝐿𝑜𝑔 𝑋
Dimana :
Log XT = Besarnya nilai logaritma curah hujan untuk
periode tahun terulang (tahun)
XT = Periode tahun terulang (tahun)
∑𝑛
𝑖=1 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
Log 𝑋̅ = Nilai rata-rata dari log 𝑋̅ = 𝑛

∑𝑛 ̅ 2 0,5
𝑖=1(log 𝑋𝑖−log 𝑋 )
Sd Log X = Standar deviasi dari log X = [ ]
𝑛−1

KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T


C. Metode Distribusi Log Person III

II - 8
Secara sederhana fungsi kerapatan peluang Distribusi Log Pearson III
adalah sebagai berikut :
Log XT = Log ̅
X + K T ∗ S Log X
Dimana :
Log XT = Besarnya nilai logaritmis curah hujan untuk
periode tahun terulang (mm)
XT = Periode tahun terulang (tahun)
∑n
i=1 Log Xi
Log ̅
X = Nilai rata-rata dari log ̅
X = n
0,5
∑n ̅ 2
i=1(log Xi−log X)
Sd Log X = Standar deviasi dari log X = [ ]
n−1

KT = Variabel standar, besarnya tergantung koefisien

Kepencengan (Cs atau G)


n ∑n ̅ 3
i=1(Log Xi−Log X )
Koefisien kepencengan Cs atau G = (n − 1) (n− 2) Sd3

Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III


(kepencengan positif ) dapat dilihat pada tabel 2.7 dan untuk Distribusi
Log Pearson III (kepencengan negatif) dapat dilihat pada tabel 2.3.

II - 9
Tabel 2.3. Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III
(kepencengan Cs atau G positif)
Skew Return period in years
coefficient 2 5 10 25 50 100 200
C s or G Exceedence probability
0.50 0.20 0.10 0.04 0.02 0.01 0.005
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970
2.9 -0.390 0.440 1.195 2.277 3.134 4.013 4.909
2.8 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973 4.847
2.7 -0.376 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 3.783
2.6 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 3.889 4.718
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652
2.4 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800 4.584
2.3 -0.341 0.555 1.274 2.248 2.997 3.753 4.515
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444
2.1 -0.319 0.592 1.294 2.230 2.942 3.656 4.372
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298
1.9 -0.294 0.627 1.310 2.207 2.881 3.553 4.223
1.8 -0.282 0.643 1.318 2,193 2.848 3.499 4.147
1.7 -0.268 0.660 1.324 2.179 2.815 3.444 4.069
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990
1.5 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828
1.3 -0.210 0.719 1.339 2.108 2.666 3.211 3.745
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661
1.1 -0.180 0.745 1.341 2.066 2.585 3.087 3.575
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401
0.8 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891 3.312
0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223
0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132
0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670
0,0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576
Sumber : Hidrologi Terapan (Bambang Triatmodjo,2008)

II - 10
Tabel 2.4. Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III
(kepencengan Cs atau G negatif)

Sumber : Hidrologi Terapan (Bambang Triatmodjo,2008)

D. Metode Distribusi Gumbel


Metode distribusi Gumbel banyak digunakan dalam analisis frekuensi
hujan yang mempunyai rumus:
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + K ∗ 𝜎𝑥
(𝑌𝑇 − 𝑌𝑛 )
K = 𝑋̅ + 𝜎𝑥
𝑆𝑛

II - 11
Dimana :
XT = Periode ulang T tahun
𝑋̅ = Curah hujan harian rata-rata
K = Faktor frekuensi
𝜎𝑥 = Standar deviasi
YT = Reduced variate
(𝑇 − 1)
𝑌𝑇 = −𝐿𝑛 − 𝐿𝑛
𝑇
Sn = Reduced standar deviasi
Yn = Reduced mean

Tabel 2.5. Variasi reduksi (Reduced Variate)

Periode ulang (T) YT


( Tahun )
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2503
20 2,9606
25 3,1985
30 3,3842
40 3,6762
50 3,9019
100 4,6001
200 5,2958
500 6,2136
1000 6,9072
Sumber : Hidrologi Untuk Insinyur (Ray K.Linsley,1986)

Tabel 2.6. Nilai Reduced Mean (Yn)

II - 12
Tabel 2.7. Nilai Reduced Standard Deviation (Sn)

2.3.2. Metode Rasional

Metode rasional merupakan rumus tertua dan yang terkenal diantara


rumus-rumus empiris. Metode rasional dapat digunakan untuk
menghitung debit puncak sungai atau saluran namun dengan daerah
pengaliran yang terbatas.
Menurut Goldman (1986) dalam Suripin (2004), Metode Rasional dapat
digunakan untuk pengaliran kurang dari 300 ha.
Dalam Asdak (2002), dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran lebih dari
300 ha, maka ukuran daerah pengaliran perlu dibagi menjadi beberapa
bagian sub daerah pengaliran kemudian rumus rasional diaplikasikan
pada masing-masing sub daerah pengaliran.
Dalam Montarcih (2009), dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran lebih
besar dari 5000 ha maka koefisien pengaliran (C) bisa dipecah-pecah
sesuai tata guna lahan da luas lahan yang bersangkutan.
Suripin (2004) dijelaskan penggunaan metode rasional pada daerah
pengaliran dengan beberapa sub daerah pengaliran dapat dilakukan
dengan pendekatan nilai C gabungan atau C rata-rata dan intensitas
hujan dihitung berdasarkan waktu konsentrasi terpanjang.
Rumus Metode Rasional adalah:
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
II - 13
Q = Debit puncak limpasan permukaan (m3/det)
C = Angka pengaliran
A = Luas daerah pengaliran (Km2)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

2.3.3. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cendrung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi
pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi
hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-DurasiFrekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka
pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, dan jam-jaman untuk
membentuk lengkung IDF (Suripin, 2004).
1. Rumus Talbot
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-
tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang terukur.
𝑎
𝐼 = 𝑡+𝑏 .............................................................. (1)

Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
a&b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi.
2. Rumus Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
lamanya lebih dari 2 jam.
𝑎
𝐼 = 𝑡𝑛 ................................................................ (2)

Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)

II - 14
n = konstanta .
3. Rumus Ishiguro
𝑎
𝐼= ........................................................ (3)
√𝑡+𝑏

Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
a&b = konstanta
4. Rumus Mononobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data
hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung.
2
𝑅24 24 3
𝐼= (𝑡) ........................................................ (4)
24

Dimana:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)

2.3.4. Analisis Frekuensi dan Probabilitas

Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang


luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Analisis
frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos pengukuran
hujan, baik manual maupun otomatis. Analisis frekuensi ini didasarkan
pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan
bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan
sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Ada dua macam seri data yang
dipergunakan dalam analisis frekuensi, yaitu :
a. Data maksimum tahunan
Data tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data seperti ini dikenal
dengan seri data maksimum (maximum anual series). Jumlah data
II - 15
dalam seri akan sama dengan panjang data yang tersedia. Dalam cara
ini, besaran data maksimum kedua dalam suatu tahun yang mungkin
lebih besar dari besaran data maksimum dalam tahun yang lain tidak
diperhitungkan pengaruhnya dalam analisis.
b. Seri parsial
Data dalam seri dapat ditetapkan suatu besaran tertentu sebagai
batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari
batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk
kemudian dianalisis seperti biasa. Pengambilan batas bawah dapat
dilakukan dengan sistem peringkat, di mana semua besaran data yang
cukup besar diambil, kemudian diurutkan dari besar ke kecil. Data
yang diambil untuk analisis selanjutnya adalah sesuai dengan panjang
data dan diambil dari besaran data yang paling besar. Dalam hal ini
dimungkinkan dalam satu tahun data yang diambil lebih dari satu data,
sementara tahun yang lain tidak ada data yang di ambil. Dalam
analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan
panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar
penyimpangan yang terjadi.

2.3.5. Periode Ulang Hujan

Periode ulang adalah hujan dengan jangka waktu tertentu dan intensitas
tertentu dianggap bisa terjadi atau kemungkinan terjadinya satu kali atau
lebih dalam batas priode yang telah ditetapkan. Periode ulang
disesuaikan berdasarkan tipologi kota.

II - 16
Tabel 2.8. Periode ulang berdasarkan tipologi kota

Sumber : Permen PU No. 12/PRT/M/2014

2.3.5 Catchment Area


Catchment area adalah daerah cakupan tangkapan apabila terjadi hujan.
Semakin besar catchment area maka semakin besar pula debit yang
terjadi. Prinsip dasar dari penentuan daerah tangkapan adalah dengan
prinsip beda tinggi. Air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang
lebih rendah. Untuk kawasan yang cenderung datar pembagian
catchment area dapat diasumsikan terbagi rata pada tiap sisi menuju
saluran drainase. Untuk daerah-daerah berbukit, penentuan catchment
area berpatokan pada titik tertinggi, yang kemudian akan mengalir ke
tempat yang rendah berdasar alur topografi.

2.3.6. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (run-off) adalah suatu nilai


koefisien yang menunjukan persentase kualitas curah hujan yang menjadi
aliran permukaan dari curah hujan total setelah mengalami infiltrasi.
Koefisien limpasan ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi besarnya koefisien pengaliran


adalah:
a. Keadaan hujan
b. Luas dan bentuk daerah aliran
c. Kemiringan daerah aliran
II - 17
d. Daya infiltrasi dan daya perkolasi tanah
e. Letak daerah aliran teradap arah angin
f. Tata guna lahan

Tabel 2.9 Koefisien aliran permukaan (C) untuk daerah urban

Sumber : Schwab,1981 dan Arsyad, 2006

2.3.7. Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
dari satu titik terjauh dalam catchment area sampai pada titik yang ditinjau
(titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi terpenuhi.
Dalam perhitungan ini untuk menghitung waktu konsentrasi digunakan
rumus Kirpich (1940). Sesuai dengan rumus berikut :
Tc = 0,0195 x L0,77 x S-0,385

Dimana
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(km)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air

II - 18
2.4. Debit
Dalam hidrologi pengertian debit adalah laju alir volumetrik air dengan
sejumlah sedimen padatan (misal pasir), mineral terlarut, dan baham
bologis yang ikut Bersama air melalui luas penampang
tertentu.(Buchanan, T.J. dan Somers, W.P., 1969)

2.4.1. Debit Limpasan (Run Off)

Air hujan turun dari atmosfir jika tidak ditangkap vegetasi atau oleh
permukaan-permukaan buatan seperti atap bangunan atau lapisan kedap
air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi dan sebagian akan
menguap, berifiltrasi atau tersimpan dalam cekungan-cekungan. Bila
kehilangan seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan
akan mengalir langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran
terdekat. Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan yang menjadi
perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff), sedangkan untuk
pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan, tetapi limpasan (run
off). Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran-
aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan dan aliran bawah
permukaan (subsurface flow).
Menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui saluran
drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan
dimensi saluran. Dimensi saluran yang terlalu besar tidak ekonomis,
namun bila terlalu kecil akan mempunyai resiko tingkat ketidak berhasilan
yang tinggi. Perhitungan debit puncak untuk drainase di daerah perkotaan
dapat dilakukan dengan mengunakan rumus rasional atau hidrograf
satuan. Perhitungan debit rencana berdasar periode ulang hujan tahunan,
2 tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan. Data yang diperlukan meliputi data
batas dan pembagian daerah tangkapan air, tata guna lahan dan data
curah hujan.

II - 19
Dalam perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah
ditetapkan baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang
dipakai, tinggi jagaan dan struktur saluran.

Tabel 2.10 Standar desain saluran drainase


Luas DAS (ha) Periode Ulang Metode perhitungan
(Tahun) Debit banjir
< 10 2 Rasional
10 – 100 2 – 5 Rasional
101 – 500 5 – 20 Rasional
> 500 10 – 25 Hidrograf Satuan
Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004.

Menghitung besarnya debit rancangan drainase perkotaan umumnya


dilakukan dengan metode rasional. Hal ini karena daerah aliran tidak
terlalu luas, kehilangan air sedikit dan waktu genangan relatif pendek.
Metode rasional ini sangat simpel dan mudah digunakan namun terbatas
pada DAS dengan ukuran kecil tidak lebih dari 500 ha. Model ini tidak
dapat menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam
bentuk hidrogaf. Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung
yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS dan
intensitas tetap selama satuan waktu yang ditetapkan, yang disebut
hujan satuan. Kapasitas pengaliran dapat dihitung dengan metode
rasional.

2.4.2. Kapasitas Saluran (Penampang Saluran)

Pada tahap awal analisa diasumsikan bahwa yang tejadi adalah aliran
seragam. Analisa untuk menghitung kapasitas saluran, dipergunakan
persamaan kontinuitas dan Rumus Manning, yaitu:

II - 20
Q = A.V .........................................................................

1
Q= . A.R 2 / 3 .S 1/ 2 ................................................................
n
A
R= .......................................................................
P
A = bxh .......................................................................

Dimana :
Q = debit / debit saluran (m3/det)
A = luas penampang basah saluran (m2)
b = lebar bawah saluran
h = tinggi saluran rencana
V = kecepatan rata-rata (m/det)
n = koefisien kekasaran saluran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan memanjang saluran
P = keliling basah saluran (m)

2.4.3. Kecepatan Pengaliran

Penentuan kecepatan aliran air didalam saluran yang direncanakan


didasarkan pada kecepatan minimum yang diperbolehkan agar kontruksi
saluran tetap aman.

Persamaan Manning :

1 2 / 3 1/ 2
V= .R .S
n

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis
S = kemiringan memanjang saluran

II - 21
Untuk desain dimensi saluran tanpa perkerasan, dipakai harga n Manning
normal atau maksimum, sedangkan harga n Manning minimum hanya
dipakai untuk pengecekan bagian saluran yang mudah terkena gerusan.
Harga n Manning tergantung hanya pada kekasaran sisi dan dasar
saluran.

Tabel 2.11 Kekerasan Manning untuk saluran


Tipe saluran Kefisien Manning (n)
Baja 0,011 - 0,014
Baja permukaan gelombang 0,021 - 0,030
Semen 0,010 - 0,013
Beton 0,011 - 0,015
Pasangan batu 0,017 - 0,030
Kayu 0,010 - 0,014
Bata 0,011 - 0,015
Aspal 0,013
Sumber : Wesli, “Drainase Perkotaan”, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta

2.5. Pompa

Pompa adalah alat untuk memindahkan fluida dari tempat satu ketempat
lainnya yang bekerja atas dasar mengkonveksikan energi mekanik
menjadi energi kinetik. Energi mekanik yang diberikan alat tersebut
digunakan untuk meningkatkan kecepatan, tekanan atau elevasi
(ketinggian). (B.Triantoro)

2.5.1. Pompa Pengendalian Banjir

Klasifikasi pompa tergantung dari konstruksi, kapasitas dan


spesifikasinya. Berdasarkan Suripin (2004), klasifikasi pompa terbagi dua
kelompok, yaitu:
1. Pompa turbo
Berdasarkan arah aliran fluida dalam melewati roda putar atau sudu-
sudu, pompa turbo dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu pompa
sentrifugal, pompa aliran campuran (mixed flow pumps) atau pompa

II - 22
ulir (screw pumps) dan pompa aksial (axial pumps) atau pompa
propeller (propeller pumps).
2. Pompa non turbo
Pompa non turbo terdiri dari pompa regeneratif, pompa torak
(reciprocating pumps), pompa vacuum, pompa jet dan air lift.

2.5.2. Pompa Submersible

Pompa Submersible adalah jenis pompa air yang dirancang khusus


karena diletakkan didalam cairan dan mendorong cairan melalui pipa
salurannya untuk menuju ke permukaan. Pompa submersible tidak
memiliki spesifikasi daya hisap selayaknya model pompa air permukaan,
ia hanya memiliki kapasitas total head (meter) dan power yang di ukur
dengan satuan (pk) serta kapasitas debit air yang menggunakan satuan
liter per detik (l/sec). Rumus untuk menghitung kapasitas pompa adalah
sebagai berikut :
1
Volume air permukaan (V) = 3,6 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇

Dimana :
C = Koefisien air larian
I = Intensitas curah hujan
A = Catchment area
T = Waktu kuras
Volume air dipompa = V – (vol. Kolam + vol tertampung di saluran)
Dimana :
V = Kecepatan aliran
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
Kapasitas perlu dipompa =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 (𝑇)

II - 23
2.5.3. Head Loss

Pada setiap instalasi pipa air bertekanan pasti akan mengalami head
loss. Head loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir di
dalam pipa. Head loss pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa hal,
secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu major head loss dan minor head
loss. Major head loss disebabkan oleh gesekan antara fludia yang
mengalir dengan dinding pipa dan minor head loss disebabkan oleh
beberapa hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam pipa (inlet), aliran
keluar fluida dari pipa (outlet), sambungan pipa / fitting atau sambungan
pipa tanpa fitting / butt fusion, dan yang terakhir katup / valve. Rumus
untuk perhitungan head loss adalah sebagai berikut :
ρVD
Bilangan reynold (Re) =
μ

Dimana :
μ = Viskositas absolut cairan / air
V = Kecepatan aliran
D = Diameter pipa
ρ = Massa jenis air / density

Gambar 2.1. Diagram Moody

II - 24
L V²
Mayor head loses = 𝑓 𝐷 2𝑔

Dimana :
f = Faktor gesekan (Friction factor)
L = Panjang pipa
D = Diameter pipa
g = Gravitasi

Minor head loss = 𝐾 2𝑔

Dimana :
K = Fitting 90º
V = Kecepatan aliran
g = Gravitasi
Tabel 2.6. Koefisien kehilangan pada belokan pipa
α
Dinding
15º 30º 45º 60º 90º
Halus 0,042 0,13 0,236 0,471 1,129
Kasar 0,062 0,165 0,32 0,684 1,265
Sumber : Klaas, 2009
Total head loss (HI) = mayor head loses + minor head loses

2.5.4. Total Head Pompa

Total Head dalam suatu sistem pompa adalah jumlah besarnya tekanan
ketika air mengalir dalam suatu sistem. Hal ini terdiri dari dua
bagian yaitu: Beda Tinggi dan Gesekan Hilang.
Total head pompa (H) = Hs + HI
Dimana :
Hs = Total head statis
HI = Total head loss (mayor head loss + minor head loss)

II - 25
2.6. Program Hec-Ras

Program Hec Ras merupakan paket program dari ASCE (American


Society of Civil Engineers). Hec Ras dirancang untuk membuat simulasi
aliran satu dimensi. Perangkat lunak ini memberikan kemudahan dengan
tampilan grafisnya.
Pada Pada software HEC-RAS ini, dapat ditelusuri kondisi air sungai
dalam pengaruh hidrologi dan hidrolikanya, serta penanganan sungai
lebih lanjut sesuai kebutuhan. Secara umum perangkat lunak ini
menyediakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Manajemen File
2. Input data dan pengeditan
3. Analisa Hidraulika
4. Keluaran (tabel, grafik dan gambar)

2.7. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:


a. Evaluasi Penanganan Genangan Air di Underpass Makamhaji
Kabupaten Sukoharjo (Fibrian Fajar Utomo, 2017)
Hasil penelitiannya sebagai berikut:
1. Pada perhitungan evaluasi drainase menunjukkan bahwa saluran 5
dan 6 h > h maks maka saluran drainase tersebut tidak mampu
(terjadi limpasan) untuk mengalirkan debit banjir ke bak
penampungan. Oleh karena itu maka untuk saluran 5 dan 6 perlu
dilakukan redesign agar saluran tersebut mampu mengalirkan debit
banjir ke bak penampungan.
2. Bak penampungan pada underpass Makamhaji memenuhi syarat
untuk kala ulang 50 tahun. Dapat dilihat pada bab sebelumnya
bahwa volume banjir kala ulang 50 tahun adalah 9,9937 m3
sedangkan bak penampungan mampu menampung air dengan
volume 18,75 m3
II - 26
3. Waktu yang dibutuhkan satu pompa untuk memompa bak
penampungan pada keadaan penuh yaitu 17.917375 menit.
4. Terjadinya banjir pada underpass makamhaji salah satunya pada
12 Desember 2015 kemungkinan pompa yang macet dan juga
adanya sampah yang menyumbat saluran drainase.
5. Genangan yang terjadi pada underpass tidak hanya disebabkan
oleh banjir aliran permukaan tetapi juga dari rembesan air tanah.
Tetapi rembesan yang terjadi pada lantai underpass yang
terkelupas (air tanah) lebih kecil yaitu hanya 0,2% dari banjir aliran
permukaan
.
b. Analisis Sistem Drainase Underpass UNILA Bandar Lampung (Ryan
Rizki, Eri Prawati & Ida Hadijah, 2020).
1. Berdasarkan hasil analisis saluran pembuangan dan box
tampungan pada rencana underpass, metode yang digunakan
dengan analisa periode ulang 2 tahun Qp = 1,007 m³/dtk, periode
ulang 5 tahun Qp = 1,181 m³/dtk, dan periode ulang 10 tahun Qp =
1,285 m³/dtk.
2. Jika pintu klep box tampungan tersumbat kapasitas box tampungan
underpass masih dapat menampung air sebesar = 269,98m3.
3. Berdasarkan hasil perhitungan saluran pembuang dan box
tampungan dapat menampung air dengan debit kala ulang 2 tahun
sementara selama = 1775,77 / 1,007 = 1763,46 detik = 29,39
menit, maka rencana drainase underpass dijalan Zainal Abidin
Pagar Alam terhadap banjir masih sanggup memenuhi debit yang
ada jika pintu klep box tampungan dan pintu saluran hilir tidak
tersumbat.

II - 27
2.8. Kajian Islam

Dalam kajian islam dijelaskan dalam Surat Saba’ ayat 16 bahwa :

Artinya :
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir
yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari
pohon Sidr” (QS. Saba’: 34:16)

Dari ayat ini menjelaskan bahwa banjir yang didatangkan oleh Allah SWT
diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri yang merusak alam sehingga
mengakibatkan banjir yang merugikan manusia itu sendiri.

II - 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah Underpass Kemayoran,


Jakarta Pusat yang menjadi daerah banjir.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

III - 1
3.2. Diagram Alir
Mulai

Tahapan Persiapan

Studi Literatur Survei Lapangan


• Tugas Akhir • Denah Lokasi saluran drainase
• Jurnal • Dimensi saluran drainase
• Buku • Sedimentasi saluran drainase
• Masalah yang menghambat lajunya air

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


• Bentuk dan dimensi • Luas catchment area
saluran drainase • Data curah hujan dari BMKG
• Kondisi saluran drainase • Peta tata guna lahan

Analisis Data
• Analisis Higrologi
• Analisis Hidrolika

Debit
QHidrolika > QHidrologi

Tidak

Solusi
• Perbesar dimensi saluran
drainase
• Pembersihan saluran
drainase dari sedimentasi

Air Dapat Mengalir Secara


Ya Gravitasi

Tidak

Solusi
• Menentukan kapasitas
pompa

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir

III - 2
3.3. Mulai

Untuk memulai penelitian diawali dengan tahap sebagai berikut:


• Surat izin dari kampus kepada pihak pengelola untuk pengambilan
data di lokasi penelitian. Pihak yang bersangkutan adalah Kantor
Pusat Pengelolaan Komplek (PPK) Kemayoran.
• Surat permohonan permintaan data curah hujan ke BMKG
• Peralatan
1. Meteran
2. Buku tulis
3. Alat tulis kantor (ATK)
4. Kamera

3.4. Studi Literatur

Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan


metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelola bahan penelitian. Studi literasi terdiri dari:
• Jurnal
• Survey pendahuluan

3.5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data primer dan data


sekunder. Data tersebut digunakan untuk keperluan analisa, baik analisa
hidrologi maupun hidrolika.

3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara pengamatan


langsung di lapangan, data primer terdiri dari:

III - 3
• Saluran drainase dan pompa
Data yang diambil adalah dinding saluran untuk menentukan nilai
kekasaran manning, tinggi dan lebar saluran.
• Kondisi saluran

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang


memiliki keterkaitan dalam perencanaan, pengendalian dan penanganan
banjir.
• Lokasi studi
Underpass Kemayoran.
• Catchment area
Catchment area diperoleh dengan digitasi menggunakan google earth
dan survey lokasi.
• Curah hujan
Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi,Klimatologi dan
Geofisika (BMKG).(data terlampir)
• Peta tataguna lahan
Peta tata guna lahan diperoleh dengan menggunakan google earth.

3.6. Kompilasi Data

Kompilasi data adalah tahap memilah, memilih dan menyusun data primer
dan sekunder untuk keperluan menganalisa data. Jika dari data keduanya
tidak memenuhi syarat, maka kembali ke tahap pengumpulan data. Jika
sudah sesuai dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu analisa data.

III - 4
3.7. Menghitung Koefisien Runoff

Untuk menentukan nilai koefisien run off dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
• Menentukan luas area tata guna lahan masing-masing yang memiliki
nilai koefisien run off. Nilai koefisien run off dapat dilihat pada tabel
koefisien run off.
∑𝑛
𝑖=1 𝐶𝑖 𝐴𝑖
• C = 𝐶𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖

3.8. Menganalisis Data Curah Hujan

Data curah hujan yang diperoleh dari Badan Meterorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) dibuat dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam
mencari metode distribusi yang akan dipakai yaitu dengan menghitung
data curah hujan rata-rata, standar deviasi, koefisien variasi, koefisien
kepencengan, dan koefisien kurtosis.
∑𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖
• Nilai rata-rata dari x (𝑋̅) =
𝑛
2
∑𝑛 ̅
𝑖=1(𝑋𝑖− 𝑋)
• Standar deviasi (Sd) =√
𝑛−1
𝑆𝑑
• Koefisien variasi (Cv) =
̅
X
3
𝑛 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
• Koefisien kepencengan (Cs) =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥(𝑆𝑑)3
4
𝑛2 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
• Koefisien kurtosis (Ck) =
(𝑛− 1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 (𝑆𝑑)4

Dimana:
Xi = Data ke i
n = Jumlah data

III - 5
3.8.1. Menghitung Besarnya Curah Hujan Untuk Periode Ulang (Xtr)

Untuk menentukan periode ulang curah hujan dipakai parameter distribusi


yang nilainya memenuhi syarat dari parameter distribusi yang sudah biasa
dipakai yaitu sebagai berikut:
• Distribusi gumbell (Xtr) ̅ + (K x Sd)
=X
• Distribusi normal (Xtr) =̅
X + (K T x Sd)
• Distribusi log normal Log Xt ̅ + (K T x Sd Log X)
= Log X
• Distribusi log pearson III Log Xt = Log ̅
X + (K T x Sd Log X)

3.8.2. Menghitung Waktu Konsentrasi (Tc)

Tc = 0,0195 L0,77 S-0,385


Dimana:
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(m)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air

3.8.3. Menghitung Intensitas Curah Hujan (I)

Menurut Dr. Mononobe intensitas curah hujan (I) di dalam rumus rasional
𝑅24 24 2/3
dapat dihitung dengan rumus I = (𝑇𝑐)
24

Dimana :
R = Curah hujan rancangan setempat (mm)
tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

III - 6
3.8.4. Menghitung Debit Akibat Curah Hujan (Qt)

Untuk menghitung debit akibat curah hujan menggunakan metode


rasional dengan rumus:
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Q = Debit rencana dengan masa ulang T tahun (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (Km2)

3.8.5. Menghitung Kapasitas Saluran (Qs)

Kapasitas suatu penampang saluran drainase (Qs) dapat dihitung dengan


menggunakan rumus:
Qs =AxV
Dimana :
A = Luas penampang saluran (m)
V = Kecepatan rata-rata aliran dalam saluran (m/detik)

3.8.6. Menentukan Kapasitas Pompa

Kapasitas pompa ditentukan berdasarkan debit air Hujan dan debit


saluran. Jika terjadi debit luapan maka, hasil dari debit luapan dibagi
dengan kapasitas pompa yang sudah ada.

III - 7
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN

4.1. Perhitungan Hujan Rata-Rata Metode Thiessen

Stasiun curah hujan yang dipakai yaitu stasiun Tanjung Priok (STA Priok),
stasiun Kemayoran (STA Kemayoran), dan stasiun Halim Perdana
Kusuma (STA Halim).

Gambar 4.1 Luas Catchment Area

Luas Catchment
Area (a) = 0,020 km2
A1 (Tanjung Priok) = 4,95 km2 = 13%
A2 (Kemayoran) = 25,98 km2 = 67%
A3 (Halim P. K) = 7,68 km2 = 20%
A Total = 38,62 km2
IV - 1
𝐴1
A =
xa = 4,95 𝑘𝑚2
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 0,020 𝑘𝑚2
38,62𝑘𝑚2

= 0,0025 𝑘𝑚2

𝐴2 25,98 𝑘𝑚2
B =
xa = 38,62𝑘𝑚2 x 0,020 𝑘𝑚
2
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

= 0,0134 𝑘𝑚2

𝐴3 7,68 𝑘𝑚2
C =
xa = 38,62𝑘𝑚2 x 0,020 𝑘𝑚
2
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
2
= 0,0039 𝑘𝑚
Dari hasil perhitungan di atas, di dapatkan bahwa stasiun curah hujan
yang paling mempengaruhi Catchment Area adalah stasiun curah hujan
Kemayoran.

4.2. Analisis Data Curah Hujan

Data curah hujan bulanan maksimum didapat dari Badan Meteorologi,


Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Lokasi pengamatan stasiun curah
hujan Tanjung Priok lintang -6.10781LS dan 106.88053BT, stasiun curah
hujan Kemayoran lintang -6.15559LS dan 106.84000BT, dan stasiun
curah hujan Halim Perdana Kusuma lintang -6.27036LS dan
106.88926BT

Tabel 4.1 Data curah hujan tahunan maksimum


TANJUNG PRIOK KEMAYORAN HALIM RATA
NO TAHUN RATA
∑ max 0,13 ∑ max 0,67 ∑ max 0,2 MAKSIMUM
1 2004 121,4 15,782 129,3 86,631 39,8 7,96 36,791
2 2005 109,9 14,287 124,1 83,147 96,6 19,32 38,918
3 2006 90,3 11,739 72 48,24 88,5 17,7 25,893
4 2007 182,2 23,686 234,7 157,249 217,6 43,52 74,818
5 2008 87,9 11,427 192,7 129,109 136,1 27,22 55,919
6 2009 148,9 19,357 122,5 82,075 140,4 28,08 43,171

IV - 2
7 2010 88,3 11,479 93 62,31 96,8 19,36 31,050
8 2011 78,5 10,205 199,2 133,464 305 61 68,223
9 2012 75,1 9,763 105,2 70,484 94,4 18,88 33,042
10 2013 117,8 15,314 193,4 129,578 161 32,2 59,031
11 2014 284 36,92 147,9 99,093 120,8 24,16 53,391
12 2015 247 32,11 277,5 185,925 124,6 24,92 80,985
13 2016 112,7 14,651 124,5 83,415 111,6 22,32 40,129
14 2017 148,6 19,318 179,7 120,399 136,3 27,26 55,659
15 2018 129,6 16,848 104,6 70,082 101,2 20,24 35,723
∑ rata-rata max 732,742
Sumber : Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika

Tabel 4.2. Perhitungan distribusi untuk curah hujan


Jumlah
Nilai Varian
Data (Xi-X) (Xi-X)² (Xi-X)³ (Xi-X)⁴
(Xi)
(n)
1 72 -76,02 5779,04 -439.322,65 33397307,94
2 93 -55,02 3027,20 -166.556,57 9163942,26
3 104,6 -43,42 1885,30 -81.859,57 3554342,52
4 105,2 -42,82 1833,55 -78.512,71 3361914,40
5 119,2 -28,82 830,59 -23.937,67 689883,73
6 122,5 -25,52 651,27 -16.620,42 424153,13
7 124,1 -23,92 572,17 -13.686,22 327374,39
8 124,5 -23,52 553,19 -13.011,04 306019,62
9 129,3 -18,72 350,44 -6.560,21 122807,07
10 147,9 -0,12 0,01 0,00 0,00
11 179,7 31,68 1003,62 31.794,76 1007257,92
12 192,7 44,68 1996,30 89.194,79 3985223,27
13 193,4 45,38 2059,34 93.453,05 4240899,36
14 234,7 86,68 7513,42 651.263,45 56451516,16
15 277,5 129,48 16765,07 2.170.741,32 281067585,52
Jumlah ( ∑ ) 2220,3 0,00 44820,52 2.196.380,31 398100227,30
Sumber : Hasil Perhitungan

4.2.1. Curah hujan rata-rata

∑𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖
Nilai rata-rata (𝑋̅) =
𝑛
2.220,30
=
15
= 148,02

IV - 3
4.2.2. Standar deviasi

𝑛
∑𝑖=1(𝑋𝑖− 𝑋) ̅ 2
Standar deviasi (Sd) =√
𝑛−1
44820,52
=√
14
= 56,58

4.2.3. Koefisein variasi

56,58
Koefisien variasi (Cv) =
148,02
= 0,38

4.2.4. Koefisien kemiringan

3
𝑛 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
Koefisien kemiringan (Cs) =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥(𝑆𝑑)3
15𝑥1613180,41
=
14𝑥13 𝑥 (57,43)3
=1,00

4.2.5. Koefisien ketajaman

4
𝑛2 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
Koefisien ketajaman (Ck) =
(𝑛− 1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 (𝑆𝑑)4
15 𝑥 361963068,25
=
14𝑥13𝑥12 𝑥 (57,43)4
= 4,00

IV - 4
4.2.6. Metode distribusi

Berikut tabel hasil perhitungan untuk menentukan metode distribusi:


Tabel 4.3. Hasil perhitungan metode distribusi dan syarat metode distribusi
Hasil
No. Distribusi Persyaratan Keterangan
Hitung
Cs = 1,14 1,00 Tidak Memenuhi
1 Gumbel
Ck = 5,4 4,00 Tidak Memenuhi
Cs = 0 1,00 Tidak Memenuhi
2 Normal
Ck = 3 4,00 Tidak Memenuhi
Cs = Cv³ +
0,00 1,203 Tidak Memenuhi
3Cv
Ck = Cv⁸ +
3 Log Normal
6Cv⁶ +
3,00 5,677 Tidak Memenuhi
15Cv⁴ +
16Cv² + 3
1,00 Memenuhi
4 Log Pearson III Selain Nilai Diatas
4,00 Memenuhi
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan perhitungan dan analisis data curah hujan metode yang


memenuhi syarat adalah log pearson III.

4.3. Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson III

Metode log pearson III tidak memiliki persyaratan pada koefisien


kemiringan dan koefisien ketajaman untuk menghitung curah hujan
rencana. Berikut langkah-langkah dalam perhitungan curah hujan rencana
dengan menggunakan metode log pearson III.

Tabel 4.4. Curah hujan rencana metode log pearson III


Jumlah Nilai Varian
Log Xi LogXi-LogX (LogXi-LogX)²
Data (n) (Xi)
1 72 1,86 -0,2855 0,0815
2 93 1,97 -0,1743 0,0304
3 104,6 2,02 -0,1233 0,0152
4 105,2 2,02 -0,1208 0,0146
5 119,2 2,08 -0,0665 0,0044
6 122,5 2,09 -0,0547 0,0030
7 124,1 2,09 -0,0490 0,0024
8 124,5 2,10 -0,0476 0,0023
9 129,3 2,11 -0,0312 0,0010

IV - 5
10 147,9 2,17 0,0272 0,0007
11 179,7 2,25 0,1118 0,0125
12 192,7 2,28 0,1421 0,0202
13 193,4 2,29 0,1437 0,0206
14 234,7 2,37 0,2277 0,0519
15 277,5 2,44 0,3005 0,0903
Jumlah 32,14 0,0000 0,3509
Rata-Rata 2,14 0,0233
Sumber : Hasil Perhitungan

4.3.1. Menghitung Nilai Log X Rata-Rata

Log 𝑥̅ atau log x rata-rata dihitung dengan rumus sebagai berikut


∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
Log 𝑥̅ =
𝑛
32,14
=
15
= 2,14

4.3.2. Menghitung Standar Deviasi Log Pearson III

Standar deviasi dari log x dihitung dengan rumus sebagai berikut


∑𝑛𝑖=1(log 𝑋𝑖−log 𝑋)
̅ 2 0,5
Sd log x =[ ]
𝑛−1
0,3509 0,5
=[ ]
914
= 0,16

4.3.3. Menghitung Koefisien Kemiringan (Cs)

Nilai koefisien kemiringan dihitung dengan rumus sebagai berikut


𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔 𝑋 )
̅ 3
Cs =
(𝑛 − 1) (𝑛− 2) 𝑆 3
15 𝑥 0,0010
=
14 𝑥 13 𝑥 0,004096
= 0,002

IV - 6
4.3.4. Curah Hujan Maksimum Periode Ulang

Untuk menghitung besarnya curah hujan periode tahun terulang pada


distribusi log pearson III adalah sebagai berikut :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ + 𝐾𝑇 ∗ 𝑆𝑑 log 𝑥
Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III bila diketahui
koefisien kemiringan (Cs) sebesar 0,02 atau 0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5. Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III
Cs 2 5 10 25 50 100 200
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670
0.02 0.02 0.839 1.281 1.753 2.061 2.337 2.591
0.0 0 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576
Sumber : Hidrologi Terapan (Bambang Triatmodjo,2008

𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ + 𝐾𝑇 ∗ 𝑆𝑑 log 𝑥


𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 2,14 + ( 1,281*0,16 )
= 2,35
Rumus untuk menghitung curah hujan untuk periode ulang yaitu kebalikan
dari log XT atau antilog XT.
XT = antilog XT
= antilog 2,35
= 222,62
Tabel 4.6. Curah hujan maksimum periode ulang
Periode (T) Log X Nilai (KT) Sx Log Xt Antilog Xt (mm)
2 2.14 0.02 0.16 2.15 139.95
5 2.14 0.839 0.16 2.28 188.75
10 2.14 1.281 0.16 2.35 222.62
25 2.14 1.753 0.16 2.42 265.51
50 2.14 2.061 0.16 2.47 297.82
100 2.14 2.337 0.16 2.52 330.10
200 2.14 2.591 0.16 2.56 362.95
Sumber : Hasil Perhitungan

4.4. Menghitung Waktu Konsentrasi (Tc)

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh
untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik
control) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi.
(Supirin,2003)
IV - 7
Tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,385
Dimana :
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(m)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air

Kemiringan saluran diperoleh dari gambar milik Perusahaan Pengelola


Komplek Kemayoran.

Gambar 4.2. Tampak Potongan dan Tampak Atas Underpass Kemayoran

Gambar 4.3. Detail Potongan Saluran Eksisting

IV - 8
Tabel 4.7. Waktu konsentrasi (Tc)
Panjang (L) Elevasi Hulu Elevasi Hilir Beda Elevasi Kemiringan Waktu Konsentrasi (Tc)
No Area
m m m m s menit jam
1 Saluran 1 59.6 0.62 -4.13 3.51 0.06 1.3501 0.02250
2 Saluran 2 59.6 0.72 -4.13 3.41 0.06 1.3656 0.02276
3 Saluran 3 59.6 0.62 -4.13 3.51 0.06 1.3501 0.02250
4 Saluran 4 59.6 0.72 -4.13 3.41 0.06 1.3656 0.02276
Sumber : Hasil Perhitungan

4.5. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


Mononobe.

𝑅24 24 2/3
I= (𝑇𝑐 )
24
Dimana:
I = intensitas curah hujan
Tc = waktu konsentrasi
Tabel 4.8. Perhitungan intensitas curah hujan

Periode Hujan Rencana Intensitas Curah Hujan (I)


No Area
Ulang
Log person III Tc Log Person III (mm/jam)
1 Saluran 1 10 222.62 0.02250 968.311
2 Saluran 2 10 222.62 0.02276 960.943
3 Saluran 3 10 222.62 0.02250 968.311
4 Saluran 4 10 222.62 0.02276 960.943
Sumber : Hasil Perhitungan

4.6. Menghitung Koefisien Run off

Berdasarkan data yang didapatkan, maka hasil perhitungan dapat dilihat


pada table berikut ini:
Tabel 4.9. Perhitungan intensitas curah hujan
Koefisien Runoff Luas CA
Lokasi
c km2
Saluran 1 0.95
Saluran 2 0.95
0.02
Saluran 3 0.95
Saluran 4 0.95
Sumber : Hasil Perhitungan

IV - 9
4.7. Debit Hujan Rencana (Qt)

Debit hujan rencana dihitung dengan rumus


Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Qt = Debit puncak limpasan permukaan (m3/det)
C = Angka pengaliran
A = Luas daerah pengaliran (Km2)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

Tabel 4.10. Perhitunagan angka pengaliran


Lokasi Luas (km2) Koefisien
underpass kemayoran 0.020 0.95
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.11. Perhitungan debit hujan rencana (Q)


Catchme Debit Hujan
Periode Intensitas Curah
Koef. nt Area Rencana
Lokasi Ulang Hujan (I)
Runoff (C) (A) (Q)
(T) mm/jam Km² m3/det
Saluran 1 10 0.278 0.95 968.311 0.02 5.115
Saluran 2 10 0.278 0.95 960.943 0.02 5.076
Saluran 3 10 0.278 0.95 968.311 0.02 5.115
Saluran 4 10 0.278 0.95 960.943 0.02 5.076
Sumber : Hasil Perhitungan

4.8. Kapasitas Saluran Eksisting (Qs)

Kapasitas saluran eksisting dilakukan dengan cara memperhitungkan


unsur-unsur geometris saluran drainase seperti dimensi saluran dan
kemiringan lahan (slope), yang nantinya akan diperoleh debit kapasitas
tampung saluran.
Hasil kapasitas saluran eksisting yang telah didapat lalu dibandingkan
dengan debit hujan rencana (Q) agar diketahui saluran eksisting masih
dapat menampung debit hujan rencana atau perlu dilakukan perencanaan

IV - 10
ulang saluran agar mampu menampung debit hujan rencana yang sudah
diperhitungkan.

Tabel 4.12. Dimensi saluran eksisting


Saluran Awal Saluran Eksisting
Saluran sedimen Saluran
b h tinggi air (w) W + ST
(o) Tersedia (ST)
Saluran 1 1.4 1.58 0.3 0 1.28 1.28
Saluran 2 1.4 1.58 0.2 0 1.38 1.38
Saluran 3 1.4 1.58 0.1 0 1.48 1.48
Saluran 4 1.4 1.58 0.3 0 1.28 1.28
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.13. Debit saluran eksisting


A-SAL
L b h P (2h+b) R (A/P) V (1/n*R^2/3*S^0,5) Qs
Saluran S (b*h) n
m m m m m m m/det m/det
Saluran 1 59.6 0.06 1.4 1.58 2.212 4.56 0.485 0.013 11.633 25.7314
Saluran 2 59.6 0.06 1.4 1.58 2.212 4.56 0.485 0.013 11.633 25.7314
Saluran 3 59.6 0.06 1.4 1.58 2.212 4.56 0.485 0.013 11.633 25.7314
Saluran 4 59.6 0.06 1.4 1.58 2.212 4.56 0.485 0.013 11.633 25.7314
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.14. Perbandingan debit hujan hidrologi dan hidrolika


Debit Debit
Saluran Keterangan
Hujan Saluran
Saluran 1 5.115 25.731 MAMPU
Saluran 2 5.076 25.731 MAMPU
Saluran 3 5.115 25.731 MAMPU
Saluran 4 5.076 25.731 MAMPU
Sumber: Hasil Perhitungan

4.9. Perhitungan Debit Saluran Eksisting Dengan Aplikasi HEC-RAS

Hasil perhitungan pada aplikasi HEC-CRAS menunjukkan hasil yang


sama dengan perhitungan manual pada saat menggukanan excel.
Terlihat pada gambar 4.4 sampai 4.11 menunjukkan bahwa saluran
mampu menampung debit hujan kala ulang 10 tahun.

IV - 11
SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
1.5 Legend

1.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

0.5 Crit PF 1
Ground
0.0
Bank Sta
-0.5

-1.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.4. Saluran 1 Bagian Hulu

SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
-3.5 Legend

-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

-4.5 Crit PF 1
Ground
-5.0
Bank Sta
-5.5

-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.5. Saluran 1 Bagian Hilir

SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
1.0 Legend

0.5 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

0.0
Crit PF 1
-0.5
Ground
-1.0 Bank Sta

-1.5

-2.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.6. Saluran 2 Bagian Hulu

IV - 12
SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
-3.5 Legend

-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

-4.5 Crit PF 1
Ground
-5.0
Bank Sta
-5.5

-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.7. Saluran 2 Bagian Hilir

SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
1.5 Legend

1.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

0.5
Crit PF 1

0.0 Ground
Bank Sta
-0.5

-1.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.8. Saluran 3 Bagian Hulu

SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
-3.5 Legend

-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

-4.5
Crit PF 1

-5.0 Ground
Bank Sta
-5.5

-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.9. Saluran 3 Bagian Hilir

IV - 13
SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
1.0 Legend
0.5 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

0.0
Crit PF 1
-0.5
Ground
-1.0 Bank Sta

-1.5

-2.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.10. Saluran 4 Bagian Hulu

SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021

.013
-3.5 Legend

-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)

-4.5
Crit PF 1

-5.0 Ground
Bank Sta
-5.5

-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)

Gambar 4.11. Saluran 4 Bagian Hilir

4.10. Kapasitas Pompa

Perhitungan kapasitas pompa bertujuan untuk memastikan apakah


pompa yang digunakan sudah cukup atau perlu ditambah guna
memompa debit air yang sudah direncanakan. Data yang diperlukan
untuk perhitungan kapasitas pompa diantaranya adalah kapasitas
saluran, kapasitas bak penampung, dan volume air permukaan.

IV - 14
Tabel 4.15. Kapasitas saluran
L b h Volume
Saluran
m m m m3
Saluran 1 59.6 1.4 1.58 131.84
Saluran 2 59.6 1.4 1.58 131.84
Saluran 3 59.6 1.4 1.58 131.84
Saluran 4 59.6 1.4 1.58 131.84
TOTAL 527.34
REDUKSI SALURAN 75% 395.51
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.16. Kapasitas bak penampung


P L Luas Kedalaman Volume
m m m2 m m3
48 1.4 67.2 1.58 106.18
21.5 1.4 30.1 1.58 47.558
48 1.4 67.2 1.58 106.18
Total Kapasitas 259.91
Sumber: Hasil Perhitungan

Koefisien run off (C) = 0,95


Intensitas curah hujan 25 tahun (I) = 265,31 mm/jam
= 0,2653 m/jam
Catchment area (A) = 0,033376 km²
= 33376 m²
Waktu kuras (T) = 2 Jam
Volume bak penampung = 259,91 m³
Volume tertampung di saluran = 395,51 m³
1
Volume air permukaan (V) = 3,6 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇
1
= 3,6 𝑥 0,95 𝑥 0,2653 𝑥 33376 𝑥 1

= 2336.733 m³
Volume air dipompa = V – (vol. Bak penampung + vol
tertampung saluran)
= 2336.733 – (259,91 + 395,51)
= 1681.32 m³

IV - 15
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
Kapasitas perlu dipompa =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
1681.32
=
7200
= 0,233 m³/detik

4.11. Kebutuhan Pompa Di Underpass Kemayoran

Di wilayah Underpass Kemayoran, terdapat 3 buah pompa submersible


dengan kapasitas seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.17. Kapasitas pompa eksisting
Nama Pompa Kapasitas Pompa
Pompa 1 0.09 m3/det
Pompa 2 0.09 m3/det
Pompa 3 0.025 m3/det
Total 0.205 m3/det
Sumber: Hasil data

Kapasitas perlu dipompa = 0,207 m³/detik


Kapasitas pompa existing = 0,205 m³/detik
Dari hasil tersebut, kebutuhan pompa eksisting belum memenuhi
kapasitas yang dibutuhkan, sehingga perlu ditambahkan pompa
tambahan sebesar 0.1 m³/detik.

IV - 16
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh beberapa kesimpulan sebaga


berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien run off (C) rata – rata
sebesar 0,95
2. Berdasarkan tabel perbandingan debit rencana air hujan dan debit saluran
existing, dan melalui perhitungan menggunakan aplikasi HEC-RAS diketahui
bahwa saluran existing masih mampu menampung debit hujan rencana.
3. Berdasarkan perhitungan hasil kebutuhan kapasitas pompa, diketahui bahwa
kapasitas pompa existing (0,205 m3/det) lebih besar di bandingkan dengan
kapasitas kebutuhan pompa (0,234 m3/det), sehingga diperlukan
penambahan kapasitas pompa sebesar 0.1 m3/det sebanyak 1 buah.
4. Penyebab terjadinya banjir dan genangan adalah karena pompa yang
tersedia dalam kondisi rusak atau tidak berfungsi.

V-1
DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Kusuma Dewi, Ary Setiawan, Agus P Saido. 2014. Evaluasi Sistem
Saluran Drainase di Ruas Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar
Ardian, dan Syaifuddin. 2009. “Kajian Penanggulangan Banjir Daerah Aliran
Sungai Buah di Kota Palembang”. Tesis. Magister Pengelolaan Bencana
Alam. Universitas Gadjah Mada
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Badan Standarisasi Nasional. (2016). SNI 2415 : 2016 Tata Cara Perhitungan
Debit Banjir Rencana. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2016). SNI 2415 : 2016 Tata Cara Perhitungan
Debit Banjir Rencana. Jakarta.
Bambang Triatmodjo, Hidrologi Terapan Jurnal Teknik Pengairan, Volume 9,
Nomor 2, November 2018, hlm 70-81.
Boer. 2015. “Panduan Kutipan”. London School of Public Relations. Jakarta.
Dutanegara, Setiawan. 2013. “Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang”. Jurnal Teknik Pomits, 2 (1),
1-6.
Fairizi, Dimitri. 2013. “Analsis dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan
Fajar Utomo, F., FMT, I. A. K., & Wibowo, G. D. (2017). Evaluasi Penanganan
Genangan Air Di Underpass Makamhaji Kabupaten Sukoharjo (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kamiana, I. M. (2011). Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Kodoatie, dan Sugiyanto. 2002. “Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Muharromah, Riani. 2016. “Analisis Run-Off Sebagai Dampak Perubahan Lahan
Sekitar Pembangunan Underpass Simpang Patal Palembang Dengan
Memanfaatkan teknik GIS”. Skripsi. Fakultas Teknik. Program Studi Sipil.
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Ningsih, D. H. U. (2012). Metode thiessen polygon untuk ramalan sebaran curah
hujan periode tertentu pada wilayah yang tidak memiliki data curah
hujan. Dinamik, 17(2).
Pengendaliannya Dalam Persprektif Lingkungan”. Pustaka Pelajar.
Perumnas Talang Kelapa di SubDAS Lambidaro Kota Palembang”.
Skripsi. Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan.
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Rizki, R., Prawati, E., & Hadijah, I. (2020). ANALISIS SISTEM DRAINASE
UNDERPASS UNILA BANDAR LAMPUNG. JUMATISI: Jurnal Mahasiswa
Teknik Sipil, 1(1), 19-32.
Suripin.2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan, Edisi Pertama,
Andi,Yogyakarta.
Universitas Sebelas Maret. Maret 2014.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai