DISUSUN OLEH :
ABSTRACT
Before the construction of the Kemayoran underpass, this area was an aircraft
runway area. The Kemayoran airport runway was built in 1934 by the Dutch colonial
government and was inaugurated on July 8, 1940 as an international airport. After
the airport closed in 1985, the area began to be built underpasses from 1991 to
1992 which was supervised and managed for development by the Kemayoran
Complex Management Center (PPK). In its implementation, the Kemayoran
underpass area often has puddles (floods) which can reach 5 meters high. This is
because the area has changed its function but there has been no re-design for the
drainage system. From these problems, a research was carried out on the capacity
of the channel in the Kemayoran underpass area. The method used in this research
is documentation method and observation method. The documentation method is
i
the method used by collecting existing data such as image data and catchment area
to the Kemayoran Complex Management Center (PPK) and rainfall data obtained
from the Meteorology, Climatology, and Geophics Agency (BMKG). While the
method of observation is by direct observation in the field and recording conditions
in the Kemayoran underpass such as channel conditions, channel sedimentation,
pumps used, pipes and reservoirs. the Kemayoran underpass has a reservoir with a
capacity of 259.91 m3. With the availability of 3 submersible pump units consisting
of 2 pump units with a capacity of 0.09 m3/second and 1 pump unit with a capacity
of 0.025 m3/second. After calculating with a return period of 25 years, the available
channels are still able to accommodate the flooding that occurred and need to
increase the pump capacity by 0.1 m3/second. Based on the results of calculations
and evaluation of standing water (flooding) that occurred in the Kemayoran
underpass, the possibility of flooding in the Kemayoran underpass was caused by a
dead or malfunctioning pump.
ii
KATA PENGANTAR
1. Kedua Orang Tua Bapak Sutriyono dan Ibu Arti Suparti yang selalu
mendoakan dan memberikan nasihat kepada penulis.
2. Saudara kandung Amelia dan Arifin yang selalu memberikan semangat
dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Fiqih Hidayat yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat kepada
penulis.
4. Ibu Ir. Trijeti, MT selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Mohammad Imamuddin, ST. MT dan Bapak Ir. Heldy Suherman,
Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
semangat dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen, staff dan karyawan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
7. Pak Aris selaku perwakilan dari Kantor Pusat Pengelolaan Komplek
(PPK) Kemayoran yang telah membantu untuk terselesaikannya
penelitian ini.
8. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2016 kelas C di Program Studi
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah banyak
memberi semangat dan hiburan.
iii
9. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
Proposal tugas akhir ini belum sempurna, dari segi materi maupun
penyajiannya, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangan
diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
Demikian, semoga penulisan tugas akhir akhir ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta menjadi panduan dalam penulisan tugas akhir di
masa mendatang.
Walaikumsalam wr. wb
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
vi
4.2. Analisa Data Curah Hujan ........................................................ IV-2
4.2.1. Curah hujan rata-rata ...................................................... IV-3
4.2.2. Standar deviasi................................................................ IV-4
4.2.3. Koefisien variasi .............................................................. IV-4
4.2.4. Koefisien kemiringan ....................................................... IV-4
4.2.5. Koefisien ketajaman ........................................................ IV-4
4.2.6. Metode distribusi ............................................................. IV-5
4.3. Curah Hujan Rencana Metode Log Person III .......................... IV-5
4.3.1. Menghitung Nilai Log X Rata-Rata .................................. IV-6
4.3.2. Menghitung Standart Deviasi Log Person III ................... IV-6
4.3.3. Menghitung Koefisien Kemiringan (Cs) ........................... IV-6
4.3.4. Curah Hujan Maksimum Periode Ulang .......................... IV-7
4.4. Menghitung Waktu Konsentrasi (Tc)......................................... IV-7
4.5. Intensitas Curah Hujan ............................................................. IV-8
4.6. Menghitung Koefisien Run off .................................................. IV-9
4.7. Debit Hujan Rencana (Qt) ........................................................ IV-9
4.8. Kapasitas Saluran Eksisting (Qs) ........................................... IV-11
4.9. Perhitungan Debit Saluran Dengan Aplikasi HEC-RAS .......... IV-12
4.10. Kapasitas Pompa.................................................................. IV-15
4.11. Kebutuhan Pompa Underpass Kemayoran .......................... IV-16
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2004 ............... Lamp-1
Lampiran 2 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2005 ............... Lamp-2
Lampiran 3 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2006 ............... Lamp-3
Lampiran 4 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2007 ............... Lamp-4
Lampiran 5 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2008 ............... Lamp-5
Lampiran 6 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2009 ............... Lamp-6
Lampiran 7 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2010 ............... Lamp-7
Lampiran 8 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2011 ............... Lamp-8
Lampiran 9 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2012 ............... Lamp-9
Lampiran 10 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2013 ........... Lamp-10
Lampiran 11 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2014 ........... Lamp-11
Lampiran 12 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2015 ........... Lamp-12
Lampiran 13 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2016 ........... Lamp-13
Lampiran 14 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2017 ........... Lamp-14
Lampiran 15 Data Curah Hujan STA Kemayoran tahun 2018 ........... Lamp-15
Lampiran 16 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2004 ..................... Lamp-16
Lampiran 17 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2005 ..................... Lamp-17
Lampiran 18 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2006 ..................... Lamp-18
Lampiran 19 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2007 ..................... Lamp-19
Lampiran 20 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2008 ..................... Lamp-20
Lampiran 21 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2009 ..................... Lamp-21
Lampiran 22 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2010 ..................... Lamp-22
Lampiran 23 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2011 ..................... Lamp-23
Lampiran 24 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2012 ..................... Lamp-24
Lampiran 25 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2013 ..................... Lamp-25
Lampiran 26 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2014 ..................... Lamp-26
Lampiran 27 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2015 ..................... Lamp-27
Lampiran 28 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2016 ..................... Lamp-28
Lampiran 29 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2017 ..................... Lamp-29
Lampiran 30 Data Curah Hujan STA Halim tahun 2018 ..................... Lamp-30
Lampiran 31 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2004 ........ Lamp-31
Lampiran 32 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2005 ........ Lamp-32
Lampiran 33 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2006 ........ Lamp-33
Lampiran 34 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2007 ........ Lamp-34
Lampiran 35 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2008 ........ Lamp-35
Lampiran 36 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2009 ........ Lamp-36
Lampiran 37 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2010 ........ Lamp-37
Lampiran 38 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2011 ........ Lamp-38
x
Lampiran 39 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2012 ........ Lamp-39
Lampiran 40 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2013 ........ Lamp-40
Lampiran 41 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2014 ........ Lamp-41
Lampiran 42 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2015 ........ Lamp-42
Lampiran 43 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2016 ........ Lamp-43
Lampiran 44 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2017 ........ Lamp-44
Lampiran 45 Data Curah Hujan STA Tanjung Priok tahun 2018 ........ Lamp-45
xi
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
masyarakat sekitar harus mengambil jalur lain untuk melintas kawasan
tersebut.
Sejak 2007 kawasan underpass Kemayoran seringkali tergenang air
dengan ketinggian mencapai lima meter. Genangan air yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena intensitas hujan yang mengguyur
wilayah underpass cukup tinggi. Kemungkinan lainnya adalah system
drainase yang kurang maksimal dan mesin pompa yang sudah tidak
berfungsi.
Dari kondisi di tersebut, penulis ingin menganalisa permasalahan
penyebab terjadinya banjir di Underpass Kemayoran yang diharapkan
dari analisa ini dapat menjadi masukan untuk instansi setempat serta
pemerintah agar dapat menangani permasalahan banjir yang sering
terjadi.
I-2
3. Metode yang digunakan adalah metode rasional yang digunakan
untuk menghitung debit hujan rencana.
4. Menghitung debit akibat curah hujan (Qt).
5. Menghitung debit saluran existing (Qs).
6. Menghitung debit saluran rencana (Qsr).
7. Menghitung kapasitas pompa (Qp)
I-3
1.6. Manfaat Penelitian
I-4
1.8. Fishbone
I-5
BAB II
LANDASAN TEORI
Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menunjukkan bahwa banjir berarti “berair banyak dan deras kadang-
kadang meluap atau peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan
volume air”. Banjir merupakan peristiwa alami yang dapat menimbulkan
kerugian harta benda serta menimbulkan korban jiwa, di samping itu
dapat pula merusak bangunan sarana dan prasarana, dan lingkungan
hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat.
Perbedaan mendasar antara banjir dan genangan air terletak pada
seberapa tinggi ketinggian airnya. Jika air yang menggenang pasca hujan
deras di Jakarta berada pada ketinggian tak lebih 40 centimeter maka
disebut sebagai fase genangan air saja. Jika genangan air lebih dari 40
cm dan harus membuat masyarakat mengungsi dalam skala besar maka
hal tersebut dikategorikan sebagai banjir (Teguh, 2015).
II - 1
salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga
air tanah Suripin, 2004).
II - 3
tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan
interseptor.
II - 5
2.3. Analisis Hidrologi
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat
hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan
yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan wilayah
hujan tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh
dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang
ada di dalam atau di sekitar kawasan tersebut (Suripin,2004).
Penentuan besar hujan rencana memerlukan data hujan jangka pendek
atau kalau data tersebut tidak ada maka dapat digunakan data hujan
harian maksimum, data ini kemudian dianalisis menggunakan beberapa
distribusi frekuensi. Ada empat jenis distribusi yang banyak digunakan
dalam bidang hidrologi yaitu distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson
III, dan Gumbel.
Ada beberapa parameter statistik yang berkaitan dengan analisis data
yang meliputi nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, koefisien
skewness (kecondongan atau kemencengan), dan koefisien kurtosis
(Suripin, 2004). Dalam menentukan jenis distribusi probabilitas yang
sesuai dengan data yang ada dilakukan dengan cara mencocokkan
parameter data terdahulu dengan syarat masing – masing jenis distribusi
seperti pada Tabel (2.1).
II - 6
Tabel 2.1. Persyaratan parameter statistik suatu distribusi
No Distribusi Persyaratan
Cs ͌ 1,1396
1 Gumbell
Ck ͌ 5,4002
Cs ͌ 0
2 Normal
Ck ͌ 3
3 Log Normal Cs ͌ 3 atau 3Cv
4 Log Pearson III Tidak mempunyai sifat khas
Sumber : SNI 2415 : 2016
II - 7
Tabel 2.2. Variabel Reduksi Gauss
∑𝑛 ̅ 2 0,5
𝑖=1(log 𝑋𝑖−log 𝑋 )
Sd Log X = Standar deviasi dari log X = [ ]
𝑛−1
II - 8
Secara sederhana fungsi kerapatan peluang Distribusi Log Pearson III
adalah sebagai berikut :
Log XT = Log ̅
X + K T ∗ S Log X
Dimana :
Log XT = Besarnya nilai logaritmis curah hujan untuk
periode tahun terulang (mm)
XT = Periode tahun terulang (tahun)
∑n
i=1 Log Xi
Log ̅
X = Nilai rata-rata dari log ̅
X = n
0,5
∑n ̅ 2
i=1(log Xi−log X)
Sd Log X = Standar deviasi dari log X = [ ]
n−1
II - 9
Tabel 2.3. Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III
(kepencengan Cs atau G positif)
Skew Return period in years
coefficient 2 5 10 25 50 100 200
C s or G Exceedence probability
0.50 0.20 0.10 0.04 0.02 0.01 0.005
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970
2.9 -0.390 0.440 1.195 2.277 3.134 4.013 4.909
2.8 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973 4.847
2.7 -0.376 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 3.783
2.6 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 3.889 4.718
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652
2.4 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800 4.584
2.3 -0.341 0.555 1.274 2.248 2.997 3.753 4.515
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444
2.1 -0.319 0.592 1.294 2.230 2.942 3.656 4.372
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298
1.9 -0.294 0.627 1.310 2.207 2.881 3.553 4.223
1.8 -0.282 0.643 1.318 2,193 2.848 3.499 4.147
1.7 -0.268 0.660 1.324 2.179 2.815 3.444 4.069
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990
1.5 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828
1.3 -0.210 0.719 1.339 2.108 2.666 3.211 3.745
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661
1.1 -0.180 0.745 1.341 2.066 2.585 3.087 3.575
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401
0.8 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891 3.312
0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223
0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132
0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670
0,0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576
Sumber : Hidrologi Terapan (Bambang Triatmodjo,2008)
II - 10
Tabel 2.4. Nilai faktor frekuensi (KT) untuk distribusi Log Pearson III
(kepencengan Cs atau G negatif)
II - 11
Dimana :
XT = Periode ulang T tahun
𝑋̅ = Curah hujan harian rata-rata
K = Faktor frekuensi
𝜎𝑥 = Standar deviasi
YT = Reduced variate
(𝑇 − 1)
𝑌𝑇 = −𝐿𝑛 − 𝐿𝑛
𝑇
Sn = Reduced standar deviasi
Yn = Reduced mean
II - 12
Tabel 2.7. Nilai Reduced Standard Deviation (Sn)
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cendrung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi
pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi
hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-DurasiFrekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka
pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, dan jam-jaman untuk
membentuk lengkung IDF (Suripin, 2004).
1. Rumus Talbot
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-
tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang terukur.
𝑎
𝐼 = 𝑡+𝑏 .............................................................. (1)
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
a&b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi.
2. Rumus Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
lamanya lebih dari 2 jam.
𝑎
𝐼 = 𝑡𝑛 ................................................................ (2)
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
II - 14
n = konstanta .
3. Rumus Ishiguro
𝑎
𝐼= ........................................................ (3)
√𝑡+𝑏
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
a&b = konstanta
4. Rumus Mononobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data
hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung.
2
𝑅24 24 3
𝐼= (𝑡) ........................................................ (4)
24
Dimana:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
Periode ulang adalah hujan dengan jangka waktu tertentu dan intensitas
tertentu dianggap bisa terjadi atau kemungkinan terjadinya satu kali atau
lebih dalam batas priode yang telah ditetapkan. Periode ulang
disesuaikan berdasarkan tipologi kota.
II - 16
Tabel 2.8. Periode ulang berdasarkan tipologi kota
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
dari satu titik terjauh dalam catchment area sampai pada titik yang ditinjau
(titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi terpenuhi.
Dalam perhitungan ini untuk menghitung waktu konsentrasi digunakan
rumus Kirpich (1940). Sesuai dengan rumus berikut :
Tc = 0,0195 x L0,77 x S-0,385
Dimana
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(km)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
II - 18
2.4. Debit
Dalam hidrologi pengertian debit adalah laju alir volumetrik air dengan
sejumlah sedimen padatan (misal pasir), mineral terlarut, dan baham
bologis yang ikut Bersama air melalui luas penampang
tertentu.(Buchanan, T.J. dan Somers, W.P., 1969)
Air hujan turun dari atmosfir jika tidak ditangkap vegetasi atau oleh
permukaan-permukaan buatan seperti atap bangunan atau lapisan kedap
air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi dan sebagian akan
menguap, berifiltrasi atau tersimpan dalam cekungan-cekungan. Bila
kehilangan seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan
akan mengalir langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran
terdekat. Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan yang menjadi
perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff), sedangkan untuk
pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan, tetapi limpasan (run
off). Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran-
aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan dan aliran bawah
permukaan (subsurface flow).
Menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui saluran
drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan
dimensi saluran. Dimensi saluran yang terlalu besar tidak ekonomis,
namun bila terlalu kecil akan mempunyai resiko tingkat ketidak berhasilan
yang tinggi. Perhitungan debit puncak untuk drainase di daerah perkotaan
dapat dilakukan dengan mengunakan rumus rasional atau hidrograf
satuan. Perhitungan debit rencana berdasar periode ulang hujan tahunan,
2 tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan. Data yang diperlukan meliputi data
batas dan pembagian daerah tangkapan air, tata guna lahan dan data
curah hujan.
II - 19
Dalam perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah
ditetapkan baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang
dipakai, tinggi jagaan dan struktur saluran.
Pada tahap awal analisa diasumsikan bahwa yang tejadi adalah aliran
seragam. Analisa untuk menghitung kapasitas saluran, dipergunakan
persamaan kontinuitas dan Rumus Manning, yaitu:
II - 20
Q = A.V .........................................................................
1
Q= . A.R 2 / 3 .S 1/ 2 ................................................................
n
A
R= .......................................................................
P
A = bxh .......................................................................
Dimana :
Q = debit / debit saluran (m3/det)
A = luas penampang basah saluran (m2)
b = lebar bawah saluran
h = tinggi saluran rencana
V = kecepatan rata-rata (m/det)
n = koefisien kekasaran saluran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan memanjang saluran
P = keliling basah saluran (m)
Persamaan Manning :
1 2 / 3 1/ 2
V= .R .S
n
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis
S = kemiringan memanjang saluran
II - 21
Untuk desain dimensi saluran tanpa perkerasan, dipakai harga n Manning
normal atau maksimum, sedangkan harga n Manning minimum hanya
dipakai untuk pengecekan bagian saluran yang mudah terkena gerusan.
Harga n Manning tergantung hanya pada kekasaran sisi dan dasar
saluran.
2.5. Pompa
Pompa adalah alat untuk memindahkan fluida dari tempat satu ketempat
lainnya yang bekerja atas dasar mengkonveksikan energi mekanik
menjadi energi kinetik. Energi mekanik yang diberikan alat tersebut
digunakan untuk meningkatkan kecepatan, tekanan atau elevasi
(ketinggian). (B.Triantoro)
II - 22
ulir (screw pumps) dan pompa aksial (axial pumps) atau pompa
propeller (propeller pumps).
2. Pompa non turbo
Pompa non turbo terdiri dari pompa regeneratif, pompa torak
(reciprocating pumps), pompa vacuum, pompa jet dan air lift.
Dimana :
C = Koefisien air larian
I = Intensitas curah hujan
A = Catchment area
T = Waktu kuras
Volume air dipompa = V – (vol. Kolam + vol tertampung di saluran)
Dimana :
V = Kecepatan aliran
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
Kapasitas perlu dipompa =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 (𝑇)
II - 23
2.5.3. Head Loss
Pada setiap instalasi pipa air bertekanan pasti akan mengalami head
loss. Head loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir di
dalam pipa. Head loss pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa hal,
secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu major head loss dan minor head
loss. Major head loss disebabkan oleh gesekan antara fludia yang
mengalir dengan dinding pipa dan minor head loss disebabkan oleh
beberapa hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam pipa (inlet), aliran
keluar fluida dari pipa (outlet), sambungan pipa / fitting atau sambungan
pipa tanpa fitting / butt fusion, dan yang terakhir katup / valve. Rumus
untuk perhitungan head loss adalah sebagai berikut :
ρVD
Bilangan reynold (Re) =
μ
Dimana :
μ = Viskositas absolut cairan / air
V = Kecepatan aliran
D = Diameter pipa
ρ = Massa jenis air / density
II - 24
L V²
Mayor head loses = 𝑓 𝐷 2𝑔
Dimana :
f = Faktor gesekan (Friction factor)
L = Panjang pipa
D = Diameter pipa
g = Gravitasi
V²
Minor head loss = 𝐾 2𝑔
Dimana :
K = Fitting 90º
V = Kecepatan aliran
g = Gravitasi
Tabel 2.6. Koefisien kehilangan pada belokan pipa
α
Dinding
15º 30º 45º 60º 90º
Halus 0,042 0,13 0,236 0,471 1,129
Kasar 0,062 0,165 0,32 0,684 1,265
Sumber : Klaas, 2009
Total head loss (HI) = mayor head loses + minor head loses
Total Head dalam suatu sistem pompa adalah jumlah besarnya tekanan
ketika air mengalir dalam suatu sistem. Hal ini terdiri dari dua
bagian yaitu: Beda Tinggi dan Gesekan Hilang.
Total head pompa (H) = Hs + HI
Dimana :
Hs = Total head statis
HI = Total head loss (mayor head loss + minor head loss)
II - 25
2.6. Program Hec-Ras
II - 27
2.8. Kajian Islam
Artinya :
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir
yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari
pohon Sidr” (QS. Saba’: 34:16)
Dari ayat ini menjelaskan bahwa banjir yang didatangkan oleh Allah SWT
diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri yang merusak alam sehingga
mengakibatkan banjir yang merugikan manusia itu sendiri.
II - 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III - 1
3.2. Diagram Alir
Mulai
Tahapan Persiapan
Pengumpulan Data
Analisis Data
• Analisis Higrologi
• Analisis Hidrolika
Debit
QHidrolika > QHidrologi
Tidak
Solusi
• Perbesar dimensi saluran
drainase
• Pembersihan saluran
drainase dari sedimentasi
Tidak
Solusi
• Menentukan kapasitas
pompa
Selesai
III - 2
3.3. Mulai
III - 3
• Saluran drainase dan pompa
Data yang diambil adalah dinding saluran untuk menentukan nilai
kekasaran manning, tinggi dan lebar saluran.
• Kondisi saluran
Kompilasi data adalah tahap memilah, memilih dan menyusun data primer
dan sekunder untuk keperluan menganalisa data. Jika dari data keduanya
tidak memenuhi syarat, maka kembali ke tahap pengumpulan data. Jika
sudah sesuai dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu analisa data.
III - 4
3.7. Menghitung Koefisien Runoff
Untuk menentukan nilai koefisien run off dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
• Menentukan luas area tata guna lahan masing-masing yang memiliki
nilai koefisien run off. Nilai koefisien run off dapat dilihat pada tabel
koefisien run off.
∑𝑛
𝑖=1 𝐶𝑖 𝐴𝑖
• C = 𝐶𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖
Data curah hujan yang diperoleh dari Badan Meterorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) dibuat dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam
mencari metode distribusi yang akan dipakai yaitu dengan menghitung
data curah hujan rata-rata, standar deviasi, koefisien variasi, koefisien
kepencengan, dan koefisien kurtosis.
∑𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖
• Nilai rata-rata dari x (𝑋̅) =
𝑛
2
∑𝑛 ̅
𝑖=1(𝑋𝑖− 𝑋)
• Standar deviasi (Sd) =√
𝑛−1
𝑆𝑑
• Koefisien variasi (Cv) =
̅
X
3
𝑛 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
• Koefisien kepencengan (Cs) =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥(𝑆𝑑)3
4
𝑛2 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
• Koefisien kurtosis (Ck) =
(𝑛− 1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 (𝑆𝑑)4
Dimana:
Xi = Data ke i
n = Jumlah data
III - 5
3.8.1. Menghitung Besarnya Curah Hujan Untuk Periode Ulang (Xtr)
Menurut Dr. Mononobe intensitas curah hujan (I) di dalam rumus rasional
𝑅24 24 2/3
dapat dihitung dengan rumus I = (𝑇𝑐)
24
Dimana :
R = Curah hujan rancangan setempat (mm)
tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
III - 6
3.8.4. Menghitung Debit Akibat Curah Hujan (Qt)
III - 7
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN
Stasiun curah hujan yang dipakai yaitu stasiun Tanjung Priok (STA Priok),
stasiun Kemayoran (STA Kemayoran), dan stasiun Halim Perdana
Kusuma (STA Halim).
Luas Catchment
Area (a) = 0,020 km2
A1 (Tanjung Priok) = 4,95 km2 = 13%
A2 (Kemayoran) = 25,98 km2 = 67%
A3 (Halim P. K) = 7,68 km2 = 20%
A Total = 38,62 km2
IV - 1
𝐴1
A =
xa = 4,95 𝑘𝑚2
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 0,020 𝑘𝑚2
38,62𝑘𝑚2
= 0,0025 𝑘𝑚2
𝐴2 25,98 𝑘𝑚2
B =
xa = 38,62𝑘𝑚2 x 0,020 𝑘𝑚
2
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 0,0134 𝑘𝑚2
𝐴3 7,68 𝑘𝑚2
C =
xa = 38,62𝑘𝑚2 x 0,020 𝑘𝑚
2
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
2
= 0,0039 𝑘𝑚
Dari hasil perhitungan di atas, di dapatkan bahwa stasiun curah hujan
yang paling mempengaruhi Catchment Area adalah stasiun curah hujan
Kemayoran.
IV - 2
7 2010 88,3 11,479 93 62,31 96,8 19,36 31,050
8 2011 78,5 10,205 199,2 133,464 305 61 68,223
9 2012 75,1 9,763 105,2 70,484 94,4 18,88 33,042
10 2013 117,8 15,314 193,4 129,578 161 32,2 59,031
11 2014 284 36,92 147,9 99,093 120,8 24,16 53,391
12 2015 247 32,11 277,5 185,925 124,6 24,92 80,985
13 2016 112,7 14,651 124,5 83,415 111,6 22,32 40,129
14 2017 148,6 19,318 179,7 120,399 136,3 27,26 55,659
15 2018 129,6 16,848 104,6 70,082 101,2 20,24 35,723
∑ rata-rata max 732,742
Sumber : Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika
∑𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖
Nilai rata-rata (𝑋̅) =
𝑛
2.220,30
=
15
= 148,02
IV - 3
4.2.2. Standar deviasi
𝑛
∑𝑖=1(𝑋𝑖− 𝑋) ̅ 2
Standar deviasi (Sd) =√
𝑛−1
44820,52
=√
14
= 56,58
56,58
Koefisien variasi (Cv) =
148,02
= 0,38
3
𝑛 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
Koefisien kemiringan (Cs) =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥(𝑆𝑑)3
15𝑥1613180,41
=
14𝑥13 𝑥 (57,43)3
=1,00
4
𝑛2 ∑𝑖𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋̅)
Koefisien ketajaman (Ck) =
(𝑛− 1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 (𝑆𝑑)4
15 𝑥 361963068,25
=
14𝑥13𝑥12 𝑥 (57,43)4
= 4,00
IV - 4
4.2.6. Metode distribusi
IV - 5
10 147,9 2,17 0,0272 0,0007
11 179,7 2,25 0,1118 0,0125
12 192,7 2,28 0,1421 0,0202
13 193,4 2,29 0,1437 0,0206
14 234,7 2,37 0,2277 0,0519
15 277,5 2,44 0,3005 0,0903
Jumlah 32,14 0,0000 0,3509
Rata-Rata 2,14 0,0233
Sumber : Hasil Perhitungan
IV - 6
4.3.4. Curah Hujan Maksimum Periode Ulang
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh
untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik
control) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi.
(Supirin,2003)
IV - 7
Tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,385
Dimana :
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(m)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
IV - 8
Tabel 4.7. Waktu konsentrasi (Tc)
Panjang (L) Elevasi Hulu Elevasi Hilir Beda Elevasi Kemiringan Waktu Konsentrasi (Tc)
No Area
m m m m s menit jam
1 Saluran 1 59.6 0.62 -4.13 3.51 0.06 1.3501 0.02250
2 Saluran 2 59.6 0.72 -4.13 3.41 0.06 1.3656 0.02276
3 Saluran 3 59.6 0.62 -4.13 3.51 0.06 1.3501 0.02250
4 Saluran 4 59.6 0.72 -4.13 3.41 0.06 1.3656 0.02276
Sumber : Hasil Perhitungan
𝑅24 24 2/3
I= (𝑇𝑐 )
24
Dimana:
I = intensitas curah hujan
Tc = waktu konsentrasi
Tabel 4.8. Perhitungan intensitas curah hujan
IV - 9
4.7. Debit Hujan Rencana (Qt)
IV - 10
ulang saluran agar mampu menampung debit hujan rencana yang sudah
diperhitungkan.
IV - 11
SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021
.013
1.5 Legend
1.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
0.5 Crit PF 1
Ground
0.0
Bank Sta
-0.5
-1.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
.013
-3.5 Legend
-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
-4.5 Crit PF 1
Ground
-5.0
Bank Sta
-5.5
-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
.013
1.0 Legend
0.5 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
0.0
Crit PF 1
-0.5
Ground
-1.0 Bank Sta
-1.5
-2.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
IV - 12
SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021
.013
-3.5 Legend
-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
-4.5 Crit PF 1
Ground
-5.0
Bank Sta
-5.5
-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
.013
1.5 Legend
1.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
0.5
Crit PF 1
0.0 Ground
Bank Sta
-0.5
-1.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
.013
-3.5 Legend
-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
-4.5
Crit PF 1
-5.0 Ground
Bank Sta
-5.5
-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
IV - 13
SALURAN UNDERPASS KEMAYORAN Plan: Plan 01 25/01/2021
.013
1.0 Legend
0.5 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
0.0
Crit PF 1
-0.5
Ground
-1.0 Bank Sta
-1.5
-2.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
.013
-3.5 Legend
-4.0 EG PF 1
WS PF 1
Elevation (m)
-4.5
Crit PF 1
-5.0 Ground
Bank Sta
-5.5
-6.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Station (m)
IV - 14
Tabel 4.15. Kapasitas saluran
L b h Volume
Saluran
m m m m3
Saluran 1 59.6 1.4 1.58 131.84
Saluran 2 59.6 1.4 1.58 131.84
Saluran 3 59.6 1.4 1.58 131.84
Saluran 4 59.6 1.4 1.58 131.84
TOTAL 527.34
REDUKSI SALURAN 75% 395.51
Sumber: Hasil Perhitungan
= 2336.733 m³
Volume air dipompa = V – (vol. Bak penampung + vol
tertampung saluran)
= 2336.733 – (259,91 + 395,51)
= 1681.32 m³
IV - 15
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
Kapasitas perlu dipompa =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
1681.32
=
7200
= 0,233 m³/detik
IV - 16
BAB V
KESIMPULAN
V-1
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Kusuma Dewi, Ary Setiawan, Agus P Saido. 2014. Evaluasi Sistem
Saluran Drainase di Ruas Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar
Ardian, dan Syaifuddin. 2009. “Kajian Penanggulangan Banjir Daerah Aliran
Sungai Buah di Kota Palembang”. Tesis. Magister Pengelolaan Bencana
Alam. Universitas Gadjah Mada
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Badan Standarisasi Nasional. (2016). SNI 2415 : 2016 Tata Cara Perhitungan
Debit Banjir Rencana. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2016). SNI 2415 : 2016 Tata Cara Perhitungan
Debit Banjir Rencana. Jakarta.
Bambang Triatmodjo, Hidrologi Terapan Jurnal Teknik Pengairan, Volume 9,
Nomor 2, November 2018, hlm 70-81.
Boer. 2015. “Panduan Kutipan”. London School of Public Relations. Jakarta.
Dutanegara, Setiawan. 2013. “Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang”. Jurnal Teknik Pomits, 2 (1),
1-6.
Fairizi, Dimitri. 2013. “Analsis dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan
Fajar Utomo, F., FMT, I. A. K., & Wibowo, G. D. (2017). Evaluasi Penanganan
Genangan Air Di Underpass Makamhaji Kabupaten Sukoharjo (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kamiana, I. M. (2011). Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Kodoatie, dan Sugiyanto. 2002. “Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Muharromah, Riani. 2016. “Analisis Run-Off Sebagai Dampak Perubahan Lahan
Sekitar Pembangunan Underpass Simpang Patal Palembang Dengan
Memanfaatkan teknik GIS”. Skripsi. Fakultas Teknik. Program Studi Sipil.
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Ningsih, D. H. U. (2012). Metode thiessen polygon untuk ramalan sebaran curah
hujan periode tertentu pada wilayah yang tidak memiliki data curah
hujan. Dinamik, 17(2).
Pengendaliannya Dalam Persprektif Lingkungan”. Pustaka Pelajar.
Perumnas Talang Kelapa di SubDAS Lambidaro Kota Palembang”.
Skripsi. Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan.
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Rizki, R., Prawati, E., & Hadijah, I. (2020). ANALISIS SISTEM DRAINASE
UNDERPASS UNILA BANDAR LAMPUNG. JUMATISI: Jurnal Mahasiswa
Teknik Sipil, 1(1), 19-32.
Suripin.2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan, Edisi Pertama,
Andi,Yogyakarta.
Universitas Sebelas Maret. Maret 2014.
Yogyakarta.