Oleh:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PUTRI ARINDA Y. A
NIM. 03011281419201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan karunia-Nya
laporan kerja praktek yang berjudul “Tinjauan Pelaksanaan dan
Perhitungan Tebal Lapisan Pondasi Bawah dan Perkerasan Lentur (Ac-
Base, Ac-Bc, Ac-Wc) Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Palembang -
Simpang Indralaya Seksi III Provinsi Sumatera Selatan” dapat diselesaikan.
Atas rasa sangat terbantunya pada saat penyusunan laporan ini, diucapkan
terima kasih kepada:
1. Orang tua dan saudara yang telah memberikan dukungan dan motivasi
selama masa kerja praktek.
2. Bapak Ir. Helmi Haki, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sriwijaya.
3. Bapak Mirka Pataras, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing penyusunan laporan kerja praktek.
4. Seluruh staff karyawan HKJT, HKI, dan Geotekindo yang tak dapat
disebutkan namanya satu persatu.
5. Bapak Teno Haika selaku pembimbing lapangan di seksi 3 beserta para
konsultan yang selalu mendampingi di lapangan.
6. Rekan sesama kerja praktek baik mahasiswa sesama UNSRI maupun
POLSRI.
7. Mentari grup, chiken chili, keluarga pondok melati atas
kebersamaannya.
Akhir kata penulis dengan kesadaran bahwa laporan yang telah dibuat
ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan. Semoga laporan yang telah dibuat ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Putri Arinda Y. A
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek Pembangunan Ruas Jalan Tol Palembang-
Sp.Indralaya ................................................................................. 6
Gambar 2.2. Struktur Organisasi Pelaksanaan Jalan Tol Palembang-Simpang
Indralaya ..................................................................................... 7
Gambar 3.1. Susunan lapisan perkerasan lentur..................................... .......... 13
Gambar 3.2. Korelasi DDT dan CBR ............................................................... 25
Gambar 3.3. Nomogram untuk perencanaan tebal perkerasan lentur.............. 27
Gambar 4.1. Proses pembersihan lahan dengan bantuan motor grader .......... 31
Gambar 4.2. Proses pemasangan Geotextile ..................................................... 33
Gambar 4.3. Penimbunan material pengisi dengan alat berat Bulldozer .......... 34
Gambar 4.4. Alat CPT digital ........................................................................... 34
Gambar 4.5. Pekerjaan marking poin ............................................................... 34
Gambar 4.6. Pekerjaan install PVD.................................................................. 34
Gambar 4.7. Contoh penyusunan pipa PHD ..................................................... 35
Gambar 4.8. Pemasangan Geomembran ........................................................... 35
Gambar 4.9. Pemadatan Subgrade ................................................................... 36
Gambar 4.10. Kondisi Subgrade CBM yang sudah di padatkan ...................... 36
Gambar 4.11. Penggalian lubang pada Subgrade CBM untuk persiapan
pengujian sandcone ..................................................................... 37
Gambar 4.12. Proses pengaliran pasir ke lubang galian ................................... 38
Gambar 4.13. Base B yang diletakkan di sisi jalan………………………..
40
Gambar 4.14. Penghamparan Base B dengan menggunakan Motor Grader ... 40
Gambar 4.15. pemadatan Base B dengan menggunakan Vibro Roller............. 41
Gambar 4.16. Base B setelah di padatkan dengan Vibro Roller....................... 41
Gambar 4.17. Base A yang di letakkan di sisi jalan ......................................... 41
Gambar 4.18. penghamparan Base A dengan Motor Grader ........................... 42
Gambar 4.19. pemadatan Base A dengan Vibro Roller…………...……………. 42
Gambar 4.20. Base A Setelah Di Padatkan Dengan Vibro Roller.................... . 42
Gambar 4.21. Pembersihan badan jalan yang akan di siram dengan Prime
Coat ............................................................................................... 43
Gambar 4.22. Penyiraman Prime Coat dengan Asphalt Sprayer ..................... 44
Gambar4.23. Dump Truck Untuk Menghamparkan ATB…………………… 44
Gambar 4.24. proses penghamparan ATB dengan Ashpalt Finisher ............... 45
Gambar 4.25. Pemadatan ATB dengan Tandem Roller ................................... 46
Gambar 4.26. Pemadatan ATB dengan Pneumatic Tire Roller........................ 46
Gambar 4.27. Dump truck menghamparkan AC – BC ..................................... 47
Gambar 4.28. Proses penghamparan AC-BC dengan asphalt finisher……….. . 47
Gambar 4.29. Proses pemadatan AC-BC dengan Tandem Roller .................... 47
Gambar 4.30. pemadatan AC-BC dengan Pneumatic Tire Roller……………. 48
Gambar 4.31. Dump truck menghamparkan AC –WC .................................... 48
Gambar 4.32. proses penghamparan AC-WC dengan asphalt finisher ............ 49
Gambar 4.33. Pemadatan AC-WC dengan Tandem Roller .............................. 49
Gambar 4.34. Pemadatan AC-WC dengan Pneumatic Tire Roller ................. 49
Gambar 4.35 . Kondisi tanah yang lunak dan licin akibat hujan ...................... 50
Gambar 4.36 . Repair Subgrade CBM ............................................................. 51
Gambar 4.37 . Penimbunan Pasir di Atas Permukaan Subgrade...................... 51
Gambar 5.1 Cross Section Perkerasan Jalan Tol PALINDRA ......................... 53
Gambar 5.2. Korelasi DDT dan CBR ............................................................... 59
Gambar 5.3. Nomogram untuk perencanaan tebal perkerasan lentur ............... 61
Gambar 5.4. Lapisan Perkerasan ...................................................................... 62
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan penulisan laporan kerja praktek, metode pengumpulan data
yang digunakan pada rencana pembahasan dan hasil, ruang lingkup
penulisan laporan, serta sistematika penulisan proposal laporan kerja
praktek yang berkaitan dengan metode pelaksanaan perkerasan jalan
pada proyek pembangunan jalan tol Palembang-Indralaya
(PALINDRA) provinsi Sumatera Selatan.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini memaparkan kesimpulan dan saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
Lokasi tinjauan:
Jalan tol PALINDRA Seksi
III
STA 15+050- STA 15+650
Gambar 2.1. Peta lokasi proyek pembangunan ruas jalan tol Palembang
Simpang Indralaya. (Sumber : Data Proyek. 2015)
Keterangan:
Hubungan Fungsional
Hubungan Kontraktual
3.3.2.Agregat
Agregat adalah elemen perkerasan jalan yang mempunyai kandungan
90-95% acuan berat, dan 75-85% acuan volume dari komposisi perkerasan,
sehingga otomatis menyumbangkan faktor kekuatan utama dalam
perkerasan jalan. Walaupun sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat
sangat berpengaruh terhadap kualitas perkerasan jalan, sehingga pemilihan
agregat merupakan bagian penting dalam pencampuran (Saodang, 2004).
3.3.3.Aspal (Asphalt)
Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia utama hidrokarbon,
hasil eksplorasi dengan warna hitam dan bersifat plastis. Jadi, aspal akan
mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku
jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan (Saodang, 2004). Pada pekerjaan
perkerasan jalan aspal berfungsi sebagai:
a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat
lalu lintas.
b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c. Sebagai lapis resap pengikat (prime coat) yang merupakan lapisan
tipis aspal cair yang diletakkan di atas pondasi sebelum lapis
berikutnya.
d. Sebagai lapis pengikat (tack coat) yang diletakkan di atas jalan
beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi sebagai
pengikat di antara keduanya.
e. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus
dan filler.
3.4.3. Penyebaran
a. Penyebaran dengan mesin
1) Sebelum operasi pengerasan dimulai, screed paver harus
dipanaskan dan campuran aspal harus dimasukkan/dituang ke
dalam paver pada satu temperatur di dalam batas-batas antara 140º
- 110º C.
2) Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus
disebarkan dan diturunkan sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk
penampang melintang yang diperlukan di atas seluruh lebar
perkerasan yang sepantasnya.
3) Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak
menimbulkan retak-retak pada permukaan, cabik-cabik atau
ketidak teraturan lainnya dalam permukaan. Tingkat penyebaran
harus sebagaimana yang disetujui oleh pengawas lapangan
memenuhi tebal rencana.
4) Jika suatu segresi, penyobekan atau pencungkilan permukaan akan
terjadi, paver tersebut harus dihentikan dan tidak boleh
berlapangan kembali sampai penyebabnya ditemukan dan
diperbaiki. Penambahan yang kasar atau bahan yang telah segresi
harus dibuat betul dengan menyebarkan bahan halus (fines) serta
digaruk dengan baik.
b. Penyebaran dengan tenaga manusia
1) Harus disediakan tenaga kerja yang cukup untuk memungkinkan
truk angkutan dibongkar muatannya, serta campuran aspal panas
tesebut disebarkan dengan penundaan minimum. Bilamana truk-
truk atap datar digunakan untuk pengiriman, campuran tersebut
harus dibongkar muatannya dengan sekop dan dituangkan secara
tegak di atas lintasan lapangan sesuai ketentuan sehingga segresi
yang ditimbulkan bisa seminimal mungkin. Tidak boleh ada coba-
coba dilakukan untuk menyebar campuran tersebut di atas
permukaan yang di screed.
2) Campuran aspal tersebut harus disebarkan dengan sekop dan garuk
yang digunakan berpasangan untuk merapikan permukaan secara
final. Papan pengguna lapangan atau batang lurus akan digunakan
untuk mengatur permukaan diantara papan screed.
3) Penyebaran tangan harus dilaksanakan untuk menghasilkan suatu
permukaan yang seragam tanpa segresi.
3.4.5. Penyelesaian
a. Alat berat atau mesin gilas tidak diizinkan berdiri di atas permukaan
yang baru selesai sampai permukaan tersebut mendingin secara
menyeluruh dan matang.
b. Permukaan aspal hotmix sesudah pemadatan harus halus dan rata
kepada punggung lapangan dan tingkat yang ditetapkan di dalam
toleransi yang ditentukan. Setiap campuran yang menjadi lepas-lepas
dan hancur, bercampur dengan kotoran atau yang telah menjadi tidak
sempurna dalam setiap arah, harus dipadatkan segera untuk
menyesuaikan dengan luas disekitarnya dan setiap luas yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal atas instruksi
pengawas lapangan akan disingkirkan dan diganti. Semua tempat
tinggi, sambungan tinggi, bagian yang amblas dan rongga-rongga
udara harus diselesaikan sebagaimana diminta oleh pengawas
lapangan.
c. Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan,
kontraktor harus memperbaiki pinggiran-pinggiran dalam garis secara
rapih. Setiap bahan-bahan yang berlebih harus dipotong lurus setelah
penggilasan final, dan dibuang oleh kontraktor sehingga disetujui oleh
pengawas lapangan.
3.5.1.Lalu Lintas
a. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur maka jumlah jalur
ditentukan dari lebar perkerasan menurut tabel 3.2 berikut ini.
Kg Lb Kg Lb
LHR0 =
(1+i)n ................................................................................(3.3.)
LHRt = (1+i)UR
LHR0.....................................................................(3.4.)
LHR x C x E .........................................................(3.5.)
mobil penumpang
Dimana :
C = Koefisien distribusi kendaraan
E = Angka ekivalen beban sumbu kendaraan
LEA=
trailer
LHR(1 i)
mobil penumpang
UR
x C x E .............................................(3.6.)
Dimana :
LHR = Lalu lintas harian rata-rata atau akhir umur rencana
(1+i)UR = Faktor perkembangan lalu lintas pada akhir umur
rencana
C = Koefisien distribusi kendaraan
E = Angka ekivalen beban sumbu kendaraan
LET =
LEP LEA
............................................................................(3.7.)
2
Dimana :
LET = Lintas ekivalen terakhir
LEP = Lintas ekivalen permulaan
LEA = Lintas ekivalen akhir
LER = LET X
FP ..............................................................................(3.8.)
FP =
UR
...........................................................................................(3.9.)
10
Dimana :
LET = Lintasan ekivalen tengah
FP = Faktor penyesuaian
UR = Umur rencana
3.5.3.Faktor Regional
Faktor regional adalah faktor setempat menyangkut keadaan lapangan
yang dapat mempengaruhi pembebanan, daya dukung tanah yang meliputi
penurunan dan kualitas tanah dasar dan kualitas lapis perkerasan yang akan
menerima langsung beban kendaraan yang melintas. Keadaan lapangan
berpengaruh terhadap konstruksi jalan yang meliputi permeabilitas tanah
yang berpengaruh pada keadaan yang akan mempercepat umur rencana
suatu kontruksi.
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3 ……..............................(3.11.)
Dimana :
ITP = Indeks tebal perkerasan
a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relative bahan perkerasan
D1, D2, D3 = Tebal masing - masing lapis perkerasan (cm)
Untuk koefisien relatif bahan lapis perkerasan (a1, a2, dan a3) yang
digunakan pada persamaan 3.11 dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut, yaitu
tabel koefisien kekuatan relatif.
Gambar 4.21. Pembersihan badan jalan yang akan di siram dengan Prime
Coat
Gambar 4.22. Penyiraman Prime Coat dengan Asphalt Sprayer
Gambar 4.34 . Kondisi tanah yang lunak dan licin akibat hujan
LHRt=(1+i)UR LHR0.........................................................................................................................(3.4)
Berikut cara menghitung lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada akhir
umur rencana jalan 10 tahun menggunakan Pers. 3.4. :
LHRt=(1+i)UR LHR0..........................................................................................................................(3.4)
4
Angka Ekivalen Sumbu Tunggal = Beban satu sumbu tunggal dalam kg
8160 …..,(3.1)
4
Angka Ekivalen Sumbu Ganda=0,086 x Beban satu sumbu tunggal dalam kg
8160 (3.2)
0,0004
0,1592
0,3501
1,0648
8) Truk 3 As Ringan 20 ton (6 ton sumbu tunggal +14 ton sumbu Ganda)
Angka Ekivalen Sumbu Tunggal = ( ) 0,2923
1.0375
9) Truk 4 As Ringan 28 ton (6 ton + 12 ton + 10 ton)
1.8158
Berikut merupakan rekapan nilai dari Angka Ekivalen (E) Kendaraan:
trailer
LEP= LHR x C x E ......................................................................(3.5)
mobil penumpang
1) Mobil penumpang (2 ton)= 8167,36 x 0,3 x 0,0004 = 1,105
2) Pick up = 9408,33 x 0,3 x 0,0038 = 10,822
3) Truk kecil = 2835,98 x 0,45 x 0,0613 = 78,293
4) Bus kecil = 1151,54 x 0,45 x 0,1592 = 82,516
5) Bus besar = 335,66 x 0,45 x 0,1592 = 24,052
6) Truk 2 As (10 ton) = 2141,38 x 0,45 x 0,3501 = 1026,074
7) Truk 2 As (13 ton) = 1644,01 x 0,45 x 1,0648 = 787,752
8) Truk 3 as = 1407,57 x 0,45 x 1,0375 = 657.1430565
9) Truk 4 as = 857,53 x 0,45 x 1,8158 = 700.7088336
Jumlah total LEP = 2679,58
trailer
LEA= LHR(1 i)
mobil penumpang
UR
x C x E ..........................................................(3.6)
LET =
= 3975,36
UR
FP = ........................................................................................(3.9)
10
LER = LET x
= 3975,36 x 1 = 3975,36
CBR = 8,31 %
Maka, didapat nilai DDT = 5,7
DDT = 4,3 . Log 8,31 + 1,7 = 5,65 = 5,7
5,7 8,31
Faktor Regional yang digunakan adalah 2,0 dengan kelandaian < 6%,
kendaraan berat > 30% dan iklim II > 900 mm/tahun (curah hujan
Provinsi Sumatera Selatan 2000 – 3000 mm/tahun).
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
13,4 = 0,35 . 22+ 0,13 . 20 + 0,14 .D3
D3 = 22.143 cm
Lapis permukaan = 22,057 cm
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan tinjauan pelaksanaan pekerjaan dan perhitungan
pada proyek pekerjaan pembangunan Jalan Tol Palembang-Simpang
Indralaya Propinsi Sumatera Selatan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1) Tinjauan pelaksanaan kerja praktek yang diamati dalam pembangunan
Jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya Propinsi Sumatera Selatan
adalah lapis pondasi bawah (sub base), lapis pondasi atas (base), AC-
Base, AC-BC (Asphalt Concrete –Binder Course), AC-WC (Asphalt
Concrete – Wearing Course). Berdasarkan hasil pengamatan secara
langsung dilapangan selama proses pelaksanaan pekerjaan, tebal
perkerasan lentur yang dilakukan dilapangan tidak terlalu berbeda
dengan pelaksanaan pekerjaan tebal lapis perkerasan lentur pada
Metode Analisa Komponen (MAK).
2) Pada pelaksanaan pengerjaan proyek terdapat beberapa kendala yaitu
pelaksanaan pekerjaan terganggu akibat keterbatasan waktu dan kondisi
tanah di proyek lunak setelah hujan sehingga menghambat alat berat
yang lewat. Namun kendala-kendala tersebut bisa diatasi sehingga
proyek dapat dilaksanakan sampai selesai.
3) Tebal perkerasan pondasi bawah di lapangan kurang dari tebal
perkerasan dengan analisa perhitungan Metode Analisa Komponen
(MAK) sebesar 0,143 cm, tetapi perkerasan tetap pada kondisi aman.
4) Tebal lapis perkerasan lentur di lapangan kurang dari tebal perkerasan
dengan analisa perhitungan Metode Analisa Komponen (MAK) sebesar
0,057 cm, tetapi perkerasan tetap pada kondisi aman.
5) Perbandingan hasil perhitungan tebal perkerasan lentur yang diterapkan
dilapangan dengan hasil perhitungan menggunakan Metode Analisa
Komponen (MAK).
(1) Tebal lapisan menggunakan Metode Analisa Komponen (MAK): D1
= 22,057 cm, D2 = 20 cm, D3 = 22,143 cm.
(2) Tebal lapisan di lapangan (Kontraktor): D1 = 22 cm, D2 = 20 cm, D3
= 22 cm.
(3) Perbedaan tersebut masih dalam batas yang diizinkan, sehingga
masih terhitung dalam batas aman.
6.2. Saran
Pada proses pelaksanaan pekerjaan jalan perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu :
a. Perlunya koordinasi yang lebih baik lagi antar kontraktor dan
konsultan pelaksana untuk meminimalisir kesalahpahaman yang
terjadi dilapangan.
b. Masih banyaknya warga disekitar proyek pembangunan yang berlalu
lalang, sehingga menghambat proses pekerjaan baik dari segi
kenyamanan dan keamanan, maka pihak proyek seharusnya
memberikan akses khusus atau peringatan bagi masyarakat agar
tidak terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan dilokasi proyek
pembangunan.
c. Seringkali terjadi keterlambatan pada saat membawa material
menuju lapangan dikarenakan jarak lokasi penampungan material
yang harus dibawa meuju ke lokasi proyek cukup jauh dan material
yang dibutuhkan dinilai belum cukup memenuhi mengingat durasi
keterlambatan pengiriman material dilakukan dari pulau jawa, maka
sangat disarankan untuk menambah sumber pemasok material yang
dibutuhkan dilapangan.
d. Pengukuran elevasi pondasi dilakukan secara manual, sehingga
terdapat beberapa kekeliruan saat dilakukan pengukuran ulang. Oleh
sebab itu, diharapkan pihak pelaksana melakukan pekerjaan dengan
lebih cermat agar tidak menimbulkan kerugian pada salah satu pihak
terkait.
DAFTAR PUSTAKA