Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

DISUSUN OLEH :
1. YASYKUR IQBAL F (202010340311155)

2. M RIKI FANANI (202010340311151)

3. MASYITA AULIA HALID (202010340311190)

4. KEVAL IKLASTYO K (202010340311176)

5. ACHMAD DHANI F (202010340311187)

6. RAFLI ACHMADITAMA (202010340311174)

7. MOCH. CHOIRUL APRIZAL (202010340311167)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023/2024

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

Disusun Oleh :
Kelompok U-6
NILAI
1. YASYKUR IQBAL F (202010340311155) A
2. M RIKI FANANI (202010340311151) A
3. MASYITA AULIA HALID (202010340311190) A
4. KEVAL IKLASTYO K (202010340311176) A
5. ACHMAD DHANI F (202010340311187) A
6. RAFLI ACHMADITAMA (202010340311174) A
7. MOCH. CHOIRUL APRIZAL (202010340311167) A

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti program
Praktek Kerja Nyata di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Malang.

Laporan ini disetujui pada, ................... 2023

Mengetahui,

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing

Ir. Ernawan Setyono, M.T. Dr. Ir. Sunarto, M.T.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehigga kami dapat menyeleasikan
Laporan Mekanika Tanah ini dengan baik. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk
mengikuti program Praktek Kerja Nyata Mekanika Tanah di Fakultas Teknik
Jurusan Sipil pada Universitas Muhammadiyah Malang. Pada kesempatan ini
penyusun menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Sunarto, M.T. selaku dosen pembimbing praktikum.


2. Ir. Ernawan Setyono. M.T. selaku kepala Laboratorium Teknik Sipil.
3. Asisten Laboratorium Mekanika Tanah, selaku instruktur lapangan.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu hingga
terselesaikannya laporan ini.

Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi


penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Penyusun berharap akan
adanya kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan praktikum ini.

Malang, 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. II


KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 4
METODOLOGI DAN PEMBAHASAN ............................................................. 4
PERCOBAAN I ................................................................................................... 4
PENGAMBILAN CONTOH TANAH DILAPANGAN ..................................... 4
(SOIL SAMPLING)............................................................................................. 4
PERCOBAAN II ................................................................................................ 11
PEMERIKSAAN ............................................................................................... 11
UKURAN BUTIR TANAH ............................................................................... 11
PERCOBAAN III .............................................................................................. 22
PEMERIKSAAN ............................................................................................... 22
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT) DAN BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT) .. 22
PERCOBAAN IV .............................................................................................. 28
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH ......................................................... 28
PERCOBAAN V ............................................................................................... 31
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH ....................................................... 31
PERCOBAAN VI .............................................................................................. 36
PEMERIKSAAN BERAT ISI, .......................................................................... 36
ANGKA PORI DAN DERAJAT KEJENUHAN .............................................. 36
PERCOBAAN VII ............................................................................................. 41
KEKUATAN GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ....................... 41
PERCOBAAN VIII ........................................................................................... 48
KEKUATAN TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSIVE TEST) ..... 48
PERCOBAAN IX .............................................................................................. 55
KONSOLIDASI................................................................................................. 55
PERCOBAAN X ............................................................................................... 74
PERMEABILITY TEST .................................................................................... 74
PERCOBAAN XI .............................................................................................. 80
PEMERIKSAAN KEPADATAN TANAH (STANDARD COMPACTION
TEST)................................................................................................................. 80
PERCOBAAN XII ............................................................................................. 89
PEMERIKSAAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN SAND CONE ...... 89
PERCOBAAN VIII ........................................................................................... 96
PEMERIKSAAN CBR LABORATORIUM .................................................... 96
PERCOBAAN XIV ......................................................................................... 105
PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR ...................... 105

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan umum


Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
proses pembentukan tanah, mengklasifikasikan tanah berdasar beberapa sistim
klasifikasi, menentukan sifat-sifat fisik tanah dan parameter teknik dasar tanah

1.2 Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah mekanika tanah


2. Mahasiswa dapat memahami proses pembentukan tanah
3. Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat tanah

1.3 Sejarah Perkembangan Mekanika Tanah

Mekanika tanah adalah bagian dari ilmu teknik yang mempelajari sifat-sifat
fisik tanah serta perilakunya. Mengapa ilmu ini sangat penting bagi Teknik Sipil?
Kita ketahui bahwa hampir semua pekerjaan teknik sipil bertumpu pada tanah,
sehingga bangunan yang akan dibuat tersebut berkaitan erat dengan tanah yang ada
di bawahnya. Hal-hal yang akan dipelajari dalam Mikanika Tanah antara lain :
proses pembentukan tanah, klasifikasi tanah, menentukan sifat fisik tanah dan lain-
lain.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan konstruksi tanah sebenarnya sudah
lama dikenal manusia, sejak mereka menggali gua-gua dan membangun tempat
tinggal. Pada perkembangannya Mekanika Tanah sebagai suatu ilmu teknik dimulai
dengan adanya publikasi buku “Erdbau Mekanich Auf Boden Physikasi Shear
Grundlage “ oleh Karl Terzaghi sebagai buku text pertama mengenai mekanika
tanah terbitan Jerman tahun 1925. Buku tersebut tersebar hingga ke Eropa dan
Amerika, sehingga beliau terkenal sebagai Bapak Mekanika Tanah.
Sekarang ilmu ini telah berkembang dengan pesat sejalan dengan
perkembangan ilmu teknologi, terutama di Negara-negara maju dan telah benyak

1
menciptakan alat-alat pengujian tanah, sehingga didapat hasil-hasil yang lebih
akurat.

1.4 Susunan Tanah dan Asal-usulnya


Untuk kepentingan konstruksi bangunan, tanah tang dibicarakan disini
dibatasi pada lapisan luar dan kerak bumi.

1.5 Tanah (Soil)


1.5.1 Proses pembentukan tanah
Secara umum ada 4 proses pembentukan tanah, yaitu :
1. Pelapukan Batuan adalah perubahan batuan menjadi butiran tanah
akibat peristiwa mwkanis, kimia, maupun biologi.
2. Erosi adalah pengikisan tanah akibat aliran air sedang akibat ombak
disebut abrasi
3. Transportasi yaitu pemindahan butiran tanah akibat angina yang
kemudian mengendap di suatu tempat.
4. Sedimentasi yaitu terjadinya lapisan tanah akibat pengendapan butiran
tanah, missal proses terbentuknya delta di aliran sungai.

1.5.2 Bentuk fisik dan karakteristik tanah


Tanah merupakan material yang tidak homogen yang tersiri dari massa
tanah yang padat, pori-pori atau air. Massa padat dari tanah berupa butiran
atau susunan mineral yang ukuran dan kondisinya sangat menentukan
karateristik tanah. Selain itu sifat fisik tanah juga bergantung pada
plastisitas, kapasitas, permeabilitas dan parameter geser tanah.
Berdasar sifat lekat dari butiran, tanah dibagi menjadi 3 jenis :
1. Tanah Kohesif
Sering disebut tanah berbutir halus dengan gaya lekat antar butiran
yangmengakibatkan sifat plastis berbeda yang tergantung pada
kadar air dan kandungan mineral
2. Tanah Non Kohesif

2
Sering disebut tanah berbutir kasar dengan sudut geser dalam
sebagai parameter kekuatan geser dan tidak mempunyai daya lekat.
Contoh : Pasir dan krikil.
Berdasar organ-organ yang terkandung di dalamnya, tanah dapat dibagi menjadi 2
jenis :
1. Tanah Organik
Tanah yang terdiri dari mineral tanpa kandungan bahan organic.
Contoh : krikil, pasir, dan mineral lainnya.
2. Tanah Non Organik
Tanah yang banyak mengandung unsure organic dari tumbuhan
maupun hewan. Contoh : Hunus, gambut, batu bara dll.
Berdasar ukuran butiran, tanah dapat digolongkan menjadi 5 jenis :
a. Batuan (stone) lebih dari 63mm
b. Krikil (gravel) antara 2 – 63 mm
c. Pasir (sand) antara 0,06 – 2 mm
d. Lanau (silt) antara 0,002 – 0,06 mm
e. Lempung (clay) < 0,002 mm

1.6 Tanah Sebagai Dasar Bangunan


1. Tanah tak Kohesif
Tanah ini sangat baik untuk landasan bangunan bila kepadatannya
cukup besar. Tanah ini tidak mempunyai kekuatan tarik, maka gesekan
antar butiran akan mengikat pada saat mengalami tekanan yang besar.
2. Tanah Kohesif
Tanah ini tidak baik untuk dasar bangunan karena kondisinya licin,
halus, kaku,
agak keras dan keras sekali. Terhadap air tanah kohesif harus benar-
benar dilindungi karena pori-porinya besar sehingga mudah menyerap
air.
3. Tanah Organik
Tanah ini tidak baik untuk bahan bangunan karena mempunyai sifat
susut yang besar dan mudah retak-retak bila kering.

3
BAB II

METODOLOGI DAN PEMBAHASAN

PERCOBAAN I
PENGAMBILAN CONTOH TANAH DILAPANGAN
(SOIL SAMPLING)
PB - 0100 – 76

1. TUJUAN
1) Dapat melaksanakan pengambilan contoh tanah, baik yang
terganggu maupun asli dengan prosedur pelaksanaan yang benar.
2) Dapat menggumpulkan berbagai informasi dan menggambarkan
dalam grafik, hubungan antara perubahan kadar air alami terhadap
kedalaman.

2. DASAR TEORI
Indikator yang berhubungan dengan karakteristik mekanik tanah
pondasi harus dicari dengan pengujian yang sesuai dengan letak asli tanah
tersebut. Oleh karena itu perlu diadakan pengambilan sampel tanah dengan
mengeksplorasi lapisan tanah bagian bawah.
Untuk maksud ini, biasanya dibuat suatu lubang bor kedalam tanah
pondasi yang kemudian dilakukan berbagai pengujian. Pengeboran serta
pengambilan contoh exsplorasi tanah karakteristik fisik dan mekanis tanah
pondasi dari pada cara yang lain, akan tetapi metode ini hanya memberikan
informasi dalam arah vertical pada titik pengeboran, sehingga untuk
memperkirakan luas penyebaran karakteristik tanah pada arah mendatar
diperlukan rencana survei yang menggabungkan pengujian pengeboran
dengan metode survei yang lain, misalnya penyelidikan geofisika. Apabila
dibutuhkan penyelidikan yang continue, contoh tanah yang banyak maka
lebih baik diadakan penggalian sumur uji.
Alat-alat bor yang digunakan untuk ekplorasi tanah adalah :
1) Alat bor tangan (Hand Auger Boring)

4
2) Alat bor rotasi tangan (Hand Feed Rotary Driling )
3) Alat bor rotasi hidrolik (Hidrolic Feed Rotary Driling )
Pada pengambilan contoh tanah pada tempat aslinya, terutama
diperlukan dinding lubang bor yang bersih dan berbentuk baik.
Pengambilan contoh tanah dibagi dalam pengambilan contoh tanah tidak
terganggu (undisturbed sampling) dan pengambilan contoh tanah terganggu
(disturbed sampling). Untuk contoh tanah tidak terganggu diperlukan
penentuan berat isi, untuk mendapatkan karakteristik mekanik diperlukan
kekuatan atau penurunan. Untuk keperluan pengujian tanah seperti
klasifikasi tanah, pengujian pemadatan untuk bahan timbunan dapat
digunakan contoh tanah terganggu.
Metode pengambilan contoh tanah dibagi dalam 4 metode :
1) Metode pembuatan lubang pengeboran sampai kedalaman tertentu.
Metode ini dilakukan pengambilan contoh tanah dengan alat bor
tangan (contoh tidak terganggu dan contoh terganggu)
2) Metode pengambilan tanah yang langsung (contoh terganggu dan
contoh tidak terganggu.
3) Metode pengambilan contoh tanah dengan mesin bor (contoh
terganggu)
4) Metode pengambilan contoh tanah dengan tenaga manusia dari
sumur uji atau parit uji (contoh tidak terganggu dan contoh
terganggu )
Contoh tanah yang telah diambil harus diberi tanggal dan dalam
pengambilan dengan tulisan yang jelas. Kadar air contoh tanah harus dijaga
supaya tidak berubah sampai diadakan pengujian. Khusus bagi contoh tidak
terganggu harus dijaga agar tidak mengalami benturan dan perubahan suhu.
Pengujian contoh tanah sedapat mungkin dilakukan sesuai contoh yang
diambil, karena bilaman disimpan agak lama, maka tekstur tanah dapat
berubah oleh pengaruh perubahan suhu, perubahan kimia, atau perubahan
kadar air.

5
3. PERALATAN

Peralatan lengkap yang dibutuhkan biasanya terdiri dari :

a. Auger Jarret 4 inch mata bor spiral.

b. Auger Iwan 4 inch mata bor helical.

c. Kepala pengambil contoh 2½ inchi beserta kuncinya.

d. Stang bor beserta stang dalamnya (sesuai dengan kebutuhannya).

e. Pemutar stang bor (T - stuk).

f. Tabung contoh 16 inch x 2½ inch (40 cm x 6,8 cm).

g. Satu set casing lengkap dengan sepatu, dan kepalanya, kelem,


dongkrak pencabut casing.

h. Kantong contoh (kantong plastik).

i. Lilin untuk menutup tabung contoh.

j. Kompor untuk tempat lilin 0,5 liter.

k. Corong 15 cm, gayung kecil.

l. Pisau untuk memotong contoh-contoh.

m. Obeng untuk sekrup kepala pengambilan contoh, kunci, dan


sebagainya.

n. Meteran rol 30 meter, sekop, pensil kertas, tali, pengenal contoh,


lembaran log untuk contoh tanah, alas terpal 150 cm x 150 cm

4. BENDA UJI

1) Contoh tanah asli (Undisturbed)

Contoh tanah asli adalah contoh yang masih menunjukkan


sifat-sifat asli dari tanah yang ada padanya. Contoh ini tidak
mengalami perubahan dalam tekstur, kadar air (water content) atau
susunan kimianya. Dalam prakteknya sampel yang benar-benar asli

6
tidaklah mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknik-teknik
pelaksanaan yang baik dan cara pengamatan yang tepat, maka
kerusakan-kerusakan terhadap contoh tanah dapat dibatasi sekecil
mungkin. Contoh tanah tersebut diambil dengan memakai tabung-
tabung contoh (sample tube), atau dengan mengambil secara
langsung dengan tangan, sebagai contoh dalam bentuk bongkah-
bongkah. Sampel tanah ini dipergunakan untuk percobaan
Engineering Propertis, antara lain :

a. Permeability Test

b. Consolidation Test

c. Direct Shear Test

d. Unconfined Compressive Test

e. Triaxial Test

2) Contoh tanah tidak asli (Disturbed sample)

Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha-usaha


yang dilakukan untuk melindungi tekstur tanah asli tersebut.
Pengambilan sample ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan
cangkul, sekop, bor dan lain-lain. Dalam praktikum, contoh tanah
tidak asli ini digunakan untuk percobaan Indeks Propertis, antara
lain :

a. Atterberg Limit

b. Berat Jenis

c. Analisa saringan

5. PROSEDUR PERCOBAAN
Sebelum pemboran berlangsung daerah sekitar lubang pemboran harus
dibersihkan. Auger kemudian dimasukkan ke dalam tanah dan diputar melalui

7
stang-stang bor, kemudian dengan hati-hati dikeluarkan dari lubang. Tanahnya
diambil dari auger dan diletakkan sebagai gundukan kecil kira-kira 60 cm dari
lubang, di atas telapak kanvas. Memukul kepala auger perlahan-lahan dengan palu
adalah cara yang baik untuk mengeluarkan tanah kepasiran secara cepat. Untuk
tanah kelempungan yang lekat gunakanlah tongkat. Auger kemudian ditempatkan
kembali ke dalam lubang dan pekerjaan diulangi kembali sesuai dengan kedalaman
yang dikeluarkan, contoh diletakkan di samping gundukan contoh tanah yang
terdahulu dalam bentuk setengah lingkaran sekitar lubang.

1) Contoh tanah tidak asli (Disturbed sample)


Cara A :
Contoh tanah tidak asli dapat diambil dari contoh tanah yang
diambil dengan auger atau mata bor lainnya. Contoh tanah tidak asli
harus diambil sebagai rata-rata contoh tanah dari setiap lapisan yang
ditentukan oleh pemeriksaan visual. Contoh tanah kemudian diletakkan
ke dalam kantong plastik. Tanda pengenal contoh (label) ditempatkan ke
dalam kantong atau diikatkan pada leher.
Cara B : (alternatif lain)
Setelah diambil kesimpulan tentang keadaan dan kedalaman dari
lapisan-lapisan tanah yang diperoleh dalam pengeboran auger, auger
kemudian digunakan untuk membuat lubang kedua. Contoh tidak asli
kemudian diambil langsung dari auger pada kedalaman yang dipilih
untuk memberikan contoh khas dari lapisan-lapisan. Cotoh-contoh
kemudian ditempatkan dalam kantong-kantong dan diberi tanda
pengenal.

2) Contoh tanah asli (Undisturbed Samples)


Apabila contoh-contoh tanah asli dibutuhkan, tabung contoh 16
inch x 2½ inch (40 cm x 6,8 cm) dapat dipakai.
Setelah diambil keputusan yang berasal dari pengboran auger
contoh-contoh asli dari beberapa kedalaman dapat ditentukan. Auger
digunakan untuk mencapai kedalaman yang dikehendaki. Dasar dari
lubang kemudian dibersihkan dengan hati-hati dari bahan-bahan yang
lepas. Kepala pengambil contoh kemudian dipasang dengan tabung

8
contoh pada stang bor. Susunan ini kemudian dimasukkan ke dalam
lubang dan pipa contoh di tekan perlahan-lahan sampai masuk sedalam
40 cm (16 inch). Pipa kemudian diputar untuk melepaskan contoh pada
tanah dasar tabung contoh dan keseluruhan contoh diangkat. Apabila
tabung tidak dapat dimasukkan ke dalam tanah yang ditekan, dapat
dimasukkan dengan pukulan secara hati-hati dengan menggunakan palu.
Tabung contoh kemudian dilepas dari kepala tabung dan dinding
luarnya dibersihkan. Ujungnya kemudian dipotong hati-hati sampai rata
sedalam 1 cm untuk tempat lilin. Tabung kemudian ditempatkan pada rak
tabung dan cairan lilin kemudian dituangkan pada salah satu ujung
tabung dengan menggunakan corong. Apabila lilin telah mengeras
tabung dibalik dan lilin dituangkan pada ujung yang lain, kedua ujung ini
kemudian ditutup dengan tutup tabung contoh dan dimasukkan lagi ke
dalam cairan ini untuk mendapatkan lapisan pelindung. Tanda pengenal
(label) kemudian diikatkan pada tabung contoh.

3) Percetakan contoh tanah.


Contoh tanah dibuat dengan jalan tanah yang mudah dihamparkan
di sekitar lubang. Setiap potong gundukan tanah menunjukkan
kedalaman 30 cm, sehingga kedalaman dapat dengan mudah
diperkirakan. Catatan dibuat untuk setiap lapisan dan jenis tanah didata
menurut Deskripsi dan Klasifikasi Tanah.

SOIL SAMPLING

Lokasi : Taman Sebelah Parkiran Hari/Tgl. : Senin, 22-03-2021


Bertingkat Pelaksanaan
Waktu : 09.00-11.30 WIB
Kedalaman : 0 – 80 cm Dikerjakan : KELOMPOK U-
22

SOIL SAMPLING

Kedalaman Warna Tanah Deskripsi dan Klasifikasi


(meter) Tanah/Batuan

9
Jenis tanah : Lempung
0.2
Warna : Coklat kehitaman
Butiran : Sedikit Halus

Jenis tanah: Lempung


Sedikit Berpasir
0.4
Warna : Coklat kemerahan
Butiran : Sedikit Kasar

Jenis tanah : Lempung Sedikit


Berpasir
0.6
Warna : Coklat
kemerahan
Butiran : Sedikit Kasar

Jenis tanah : Lempung Sedikit


Berpasir

0.8 Warna : Hitam


kecoklatan
Butiran : Sedikit Halus

Akhir penggalian pada kedalaman


8.0 meter

10
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN
UKURAN BUTIR TANAH
PB-0107-76
AASHTO T-88-72
ASTM D-422-72
1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran
butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10). Penentuan dan analisa
butiran tanah yang lebih kecil dari 0,075 atau lolos dari saringan No.10
digunakan analisa dengan hidrometer.
2. DASAR TEORI
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah
mempunyai ukuran bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif
maupun tanah non kohesif. Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran
butir dan distribusinya. Sehingga dalam mekanika tanah analisa ukuran
butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan
tanah.
ANALISA SARINGAN
1) TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran


butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10). Penentuan dan analisa
butiran tanah yang lebih kecil dari 0,075 atau lolos dari saringan No.10
digunakan analisa dengan hidrometer.
2) PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Saringan 3 inchi ; 1 inchi ; 3/4 inchi ; 1/2 inchi ; No.4 ; No.8 dan No.10
c. Alat penumbuk.
d. Oven
e. Talam / baki.
f. Sikat pembersih saringaN
g. Shieve shaker

11
3) BENDA UJI

a. Tanah dibiarkan mengering diudara hingga tercapai keadaan rapuh.


Setiap gumpalan butiran dipecah hingga merata. Untuk penghancuran
sampel dapat digunakan alat penumbuk dari karet.
b. Benda-uji diaduk sampai merata lalu dibagi-bagi agar dapat dikeringkan
dalam oven, setelah kering sampel ditimbang.
4) PROSEDUR PENGUJIAN

Untuk memudahkan pekerjaan, penyaringan dibagi dalam 3 (tiga) tahap


yakni:
- Ukuran butiran halus (lebih kecil dari No.10)
- Ukuran butiran sedang (3/4 inchi sampai No.10)
- Ukuran butiran kasar (3/4 inchi)
Penyaringan butiran halus.
Penyaringan ini dilaksanakan pada analisa ukuran butiran tanah
dengan hidrometer. (Lihat analisa dengan hidrometer).
Penyaringan butiran kasar.
A. Sampel disaring dengan saringan 3/4 inchi, kemudian semua bahan
yang melalui saringan dikumpulkan. Butiran yang tertahan diatas
saringan dibersihkan dengan menggunakan penyikat kawat.
B. Dalam keadaan kering, sampel yang tertinggal diatas saringan 3/4
inchi disaring kembali dengan saringan yang lebih besar. Jumlah
sampel diatas masing-masing saringan ditimbang dan dicatat.
C. Secara teliti, sampel yang melalui saringan 3/4 inchi dicampur,
dengan cara quartering diperoleh fraksi dengan berat yang cukup
banyak untuk analisa butiran sedang.
Penyaringan butiran sedang
A. Sampel disaring dengan ayakan No.10 dan semua bahan yang
melalui saringan ditabur dalam baki atau piring yang besar, lalu
sambil diaduk-aduk secara merata. Dibiarkan sekurang-kurangnya
selama 1 jam.
B. Sampel diguncang kemudian dituangkan kedalam air melalui
saringan No.10 dengan mebiarkan air pencucinya mengalir

12
terbuang. Pencucian diteruskan hingga air pencucinya tidak lagi
kotor. Sampel yang tertinggal dalam saringan dikembalikan
kedalam baki.
C. Seluruh sampel dalam baki dikeringkan dalam oven, setelah kering
lalu disaring dengan saringan 3/4 inchi, No.4, No.8, dan No.10
dalam keadaan dingin.
D. Dari sampel yang melalui saringan No.10 diambil dan digunakan
seluruhnya pada analisa Hidrometer.
ANALISA HIDROMETER
1) TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan susunan ukuran
butiran tanah yang mempunyai diameter lebih kecil dari 0,075 atau yang
lolos saringan No.10 dengan menggunakan alat hidrometer. Hidrometer
tersebut berfungsi untuk mengetahui specific gravity larutan setiap waktu
pengamatan. Dari data data tersebut dapat digambarkan grafik distribusi
butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan prosentase yang
lolos.
2) DASAR TEORI
Pada dasarnya tanah memiliki berbagai ukuran dan bentuk yang
beraneka ragam baik tanah kohesif maupun tanjah non kohesif . sifat tanah
banyak ditentukan oleh ukuran butiran dan distibusinya, sehingga analisa
ukuran butiran banyak dipakai sebagai acuan dalam Mekanika Tanah.
Selain itu analisa ukuran butiran dapat digunakan untuk :
1. Memperoleh informasi gradasi tanah
2. Kandungan butiran dan bahan organik
3. Mengetahui permeabilitas tanah
4. Untuk mengetahui perkiraan tinggi air kapiler
5. Perencanaan filter pencegahnya terhanyutnya butiran halus.
Pengujian ini dilakukan dengan dua cara yaitu analisa hidrometer
dan analisa ayak. Dalam pengujian kali ini sample yang digunakan adalah
tanah yang lolos ayakan no.200, hal ini berarti diklasifikasikan dalam tanah
berbutir halus. Maka dari itu untuk menganalisa butir tanah ini digunakan

13
pengujian analisa hidrometer. Yang dimaksud dengan hidrometer adalah
alat yang dicemplungkan ke dalam suatu larutan untuk menegetahui berat
jenis larutan, dan kemudiadapat dipakai untuk menentukan density larutan
tanah dan air dari waktu kewaktu sebagai fungsi dari diameter butiran
ekivalen.

3) PERALATAN
A. Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5 - 60 gram/liter) atau
untuk pembacaan berat jenis campuran (0,995 - 1,038).
B. Tabung-tabung gelas kapasitas 1000 ml, dengan diameter 6,5 cm.
C. Termometer 0 - 50 C dengan ketelitian 1 C.
D. Pengaduk mekanis dan mangkok dispresi / mechanical stirer.
E. Saringan-saringan No.10 ; No.20 ; No.40 ; No.80 ; No.100 ; No.200.
F. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
G. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110  5 ).
H. Tabung-tabung gelas dengan ukuran 50 ml dan 100 ml.
I. Batang pengaduk dari gelas.
J. Stop watch.

4) BENDA UJI
Benda uji disiapkan sesuai dengan cara menyiapkan contoh tanah
pada pemeriksaan PB - 0106 - 76 atau secara langsung sebagai berikut :
A. Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu atau hampir semua
butirannya lebih halus dari saringan No. 10. Dalam hal ini benda uji
tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dengan saringan No.
10.
B. Jenis-jenis tanah yang mengandung batu atau mengandung yang
lebih kasar dari saringan no. 10. Keringkan contoh diudara sampai
bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan No. 10.
C. Tentukan kadar airnya untuk menentukan berat benda uji sesuai PB
- 0106 - 76.

14
5) PROSEDUR PERCOBAAN
A. Rendamlah benda uji tersebut dengan 100 ml air suling dan bahan
dispersi waterglass sebanyak 20 ml, atau 50 ml air suling dan bahan
dispersi SHP (sodium hexametaphospat) sebanyak 100 ml, aduk
sampai merata dengan pengaduk gelas dan biarkan terendam selama
24 jam.
B. Sesudah perendaman, pindahkan campuran semua ke dalam
mangkok pengaduk dan tambahkan air suling sampai kira-kira
setengah penuh. Aduklah campuran selama 15 menit.
C. Pindahkan campuran semuanya ke dalam tabung gelas ukur dan
tambahkan air suling atau air bebas mineral sampai campuran
menjadi 1000 ml. Tutuplah rapat-rapat mulut tabung tersebut
dengan telapak tangan dan kocoklah dalam arah mendatar selama 1
menit.
D. Segera setelah dikocok letakan tabung dan dengan hati-hati
masukkan hidrometer. Biarkan hidrometer terapung bebas, dan
tekanlah stop watch. Bacalah angka skalanya pada saat stopwatch
menunjukkan 0,5 menit ; 1 menit dan 2 menit dan catatlah pada
Form No.06. Bacalah pada puncak meniscus nya dan catatlah
pembacaan itu sampai 0,5 gram per liter yang terdekat atau 0,001
berat jenis (Rh). Sesudah pembacaan pada menit kedua, angkatlah
hidrometer dengan hati-hati, cuci dengan air suling dan masukkan
ke dalam air tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama seperti
suhu tabung percobaan.
E. Masukkan kembali hidrometer dengan hati-hati ke dalam tabung dan
lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat 5, 15, 30 menit, 1, 4,
24 jam.Sesudah setiap pembacaan dan kembalikan hidrometer ke
dalam air suling. Lakukan proses memasukkan dan mengangkat
hidrometer masing-masing selama 10 detik.
F. Ukur suhu campuran tersebut sekali dalam 15 menit yang pertama,
kemudian pada setiap pembacaan berikutnya.

15
G. Sesudah pembacaan terakhir, pindahkan campuran tersebut ke
dalam saringan No. 200 dan cucilah air pencucinya hingga jernih
dan biarkan air ini mengalir terbuang. Fraksi yang tertinggal diatas
saringan No. 200 harus dikeringkan dan dilakukan pemeriksaan
analisa saringan agregat halus dan kasar.

6) ANALISA DATA

PEMERIKSAAN
UKURAN BUTIRAN TANAH
PB – 0107 – 76

A. ANALISA SARINGAN
FRAKSI KASAR
BERAT KERING = 2500
Jumlah
Berat Persen
berat Persentase
tertahan seluruh
tertahan
Saringan
contoh
(gram) (gram) tertahan (%) lewat (%) yang lewat
(%)
3 inchi 0 0 0 100 100
1 inchi 18 18 0.72 99.28 99.28
3/4 inchi 40 58 1.6 97.68 97.68
1/2 inchi 318 376 12.72 84.96 84.96
Pan 2124 2500 84.96 0.00 0.00

Contoh Perhitungan :
318
• Persentase Tertahan (%) 1
2 inchi = x 100 %
2500
= 12,72 %
• Persentase Lewat (%) 1 2 inchi = 100 % - Persentase Tertahan
(%) 1 2 inchi
= 100 % - 12,72 %
= 84,96 %

16
FRAKSI SEDANG
BERAT KERING = 2124
Jumlah
Berat Persen
berat Persentase
tertahan seluruh
tertahan
Saringan
contoh
(gram) (gram) tertahan (%) lewat (%) yang lewat
(%)
3/8 inchi 475 475 22.36 77.64 77.64
No. 4 896 1371 42.18 35.45 35.45
No. 8 480 1851 22.60 12.85 12.85
Pan 273 2124 12.85 0.00 0.00
Contoh Perhitungan :
475
• Persentase Tertahan (%) 3 8 inchi = x100 %
2124
= 22,36 %
• Persentase Lewat (%) 3
8 inchi = 100 % - Persentase
Tertahan (%) 3 8 inchi
= 100 % - 22,36 %
= 77,64%
FRAKSI HALUS
BERAT KERING = 273
Berat Jumlah berat Persen
Persentase
tertahan tertahan seluruh
Saringan
contoh yang
(gram) (gram) tertahan (%) lewat (%)
lewat (%)
No. 10 105 105 38.46 61.54 61.54
No. 20 62 167 22.71 38.83 38.83
No. 40 27 194 9.89 28.94 28.94
No. 80 33 227 12.09 16.85 16.85
No. 100 14 241 5.13 11.72 11.72
No. 200 12 253 4.40 7.33 7.33
Pan 20 273 7.33 0.00 0.00
Contoh Perhitungan :
105
• Persentase Tertahan (%) No.10 = x 100%
273
= 38,46 %
• Persentase Lewat (%) No. 10 = 100% - Persentase
Tertahan (%) No.10
= 100% - 38,46%
= 61,54 %

17
B. ANALISA HIDROMETER
FRAKSI LEWAT SARINGAN NO.200
BERAT KERING = 50

Koreksi
Lama Pembacaan Diameter Koreksi Pembacaan Persen
Suhu berat
pengamatan hidrometer butiran suhu terkoreksi Hr K mengendap
T°C jenis
(menit) Rh D Kt (Rh+Kt) (%)
(a)

0
0.5 27 18 0.2021 2 20 0.98 133 0.01239 35.3
1 27 15 0.1455 2 17 0.98 138 0.01239 29.4
2 27 13 0.1044 2 15 0.98 142 0.01239 25.5
5 27 11 0.0667 2 13 0.98 145 0.01239 21.5
15 27 10 0.0388 2 12 0.98 147 0.01239 19.6
30 27 9 0.0275 2 11 0.98 148 0.01239 17.6
60 27 8 0.0196 2 10 0.98 150 0.01239 15.7
240 27 7 0.0099 2 9 0.98 152 0.01239 13.7
1440 27 6 0.0040 2 8 0.98 153 0.01239 11.7
Contoh Perhitungan :
• Kt = Berdasarkan table nilai faktor koreksi suhu (tabel 6.1 Petunjuk Praktikum,
hal.22)
• a = Berdasarkan tabel nilai faktor koreksi berat jenis (tabel 6.2 Petunjuk
Praktikum, hal.22)
Hr 135
• Diameter Butiran (D) = 𝑘 𝑥 √ 𝑡 = 0.01239√ 0.5 = 0,2036
-K = Faktor koreksi Total (Tabel 6.3, buku panduan praktikum )
- Hr = Dalam efektif hydrometer (Tabel 6.4, buku panduan praktikum)
-T = Waktu
BERAT KERING = 2500
gram
PRESENTASE PERSEN
JUMLAH
BERAT SELURUH
BERAT
SARINGAN TERTAHAN TERTAHAN LEWAT CONTOH
TERTAHAN
(gram) (%) (%) YANG
(gram)
LEWAT (%)
3 inchi 0 0 0 100 100
1 inchi 18 18 0.72 99.28 99.28
3/4 inchi 40 58 1.6 97.68 97.68
1/2 inchi 318 376 12.72 84.96 84.96
3/8 inchi 475 851 19 65.96 65.96
No. 4 896 1747 35.84 30.12 30.12
No. 8 480 2227 19.2 10.92 10.92
No. 10 105 2332 4.2 6.72 6.72
No. 20 62 2394 2.48 4.24 4.24
No. 40 27 2421 1.08 3.16 3.16

18
No. 80 33 2454 1.32 1.84 1.84
No. 100 14 2468 0.56 1.28 1.28
No. 200 12 2480 0.48 0.8 0.8
Pan 20 2500 0.8 0 0

19
GRAFIK HIDROMETER :

20
➢ Dari grafik gradasi tanah diperoleh:
D60 = 8 mm
D10 = 2 mm
D30 = 4,8 mm
A) Koefisien Keseragaman (Cu)
D60 8
Cu = = =4
D10 2

B) Koefisien Keseragaman (Cu)

(D30 )2 (4,8) 2
= 1,44
Cc = =
D10 xD60 (2) x(8)
7) KESIMPULAN
• Dengan menggunakan berbagai ukuran ayakan, kita dapat
membedakan antara fraksi kasar, sedang, halus.
• Dengan analisa hidrometer kita dapat mengetahui ukuran butiran
tanah yang lebih kecil dari butiran yang lolos ayakan No.200
• Tanah yang lolos ayakan No.200 adalah tanah lanau
• Dari hasil perhitungan Cu = 4, maka tanah tsb bergradasi baik dan
mamiliki susunan yang rapat
8) NOTASI & KETERANGAN
Hr = dalam efektif hidrometer
t = lamanya waktu pengamatan (detik)
K = faktor koreksi total
Kt = faktor koreksi suhu
a = faktor koreksi untuk berat jenis
h1 = jarak dari pembacaan Rh ke leher hidrometer (cm), lihat
nomogram.
h = tinggi kepala dari leher sampai dasar kepala (cm).
Vh = volume kepala hidrometer (ml)
A = luas penampang silinder (cm2), didapat dengan membagi
volume silinder (1000 cm3) dengan jarak antara tanda 0 dan
1000.

21
PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT) DAN BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT)
PB-0109-76
AASHTO T-89-74
ASTM D-423-66
1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas cair. Batas air adalah kadar air batas dimana suatu tanah berubah dari
keadaan cair menjadi keadaan plastis.
2. DASAR TEORI

Pengujian ini digunakan pada jenis tanah yang mengandung lempung dan tak
dapat digunakan untuk tanah yang mengandung pasir. Hal tersebut terjadi karena
tanah lempung sangat peka terhadap perubahan kadar air.
Jika kadar air sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat
kembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah
dapat dipisahkan ke dalam 4 (empat) keadaan dasar, yaitu ;
1. Padat 3. Plastis
2. Semi padat 4. Cair
Dari pengujian ini dapat diketahui batas Plastis atau keadaan antar plastis dan
semi padat (Plastis Limit ), batas cair yaitu batas atau keadaan antara cair dan
plastis (Liquid Limit ), dan batas susut yaitu keadaan antara semi padat dan padat
(Shrinkage Limit). Batas-batas tersebut lebih dikenal dengan batas-batas Atterberg
( Atterberg Limits ).
Dengan diketahui nilai konsistensi tanah maka sifat plastisitas dari tanah
dapat diketahui. Sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks plastisitas
(Plasticity Index) yang merupakan selisih nilai adar air batas cair dengan nilai kadar
batas plastis (IP = LL - PL). Nilai IP tinggi menunjukan tanah tersebut peka
terhadap perubahan kadar air, dan mempunyai sifat kembang susut yang basar, serta
pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah. Dan pada berbagai jenis
pengujian batas-batas Atterberg bahwa kadar air yang bersesuaian pada transisi
keadaan tanah menunjukkan nilai yang berbeda, sehingga nilai tersebut dapat

22
digunakan sebagai petunjuk dalam klasifikasi tanah apakah tanah yang diuji
termasuk tanah lempung atau lanau dan jenis lainnya.
3. PERALATAN

1) Alat batas cair standart.


2) Alat pembuat alur (grooving tool).
3) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
4) Cawan kadar air minimal 4 buah.
5) Plat kaca 45 x 45 x 0,9 cm.
6) Spatula dengan panjang 12,5 cm.
7) Botol tempat air suling
8) Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi contoh tanah
sampai (110  5) C.
4. BENDA UJI

Benda uji disiapkan dengan cara menyiapkan contoh PB - 0117 - 76 atau


langsung seperti berikut :
a. Jenis yang tidak mengandung batu dan hampir semua butirannya lebih ahlus dari
saringan No. 40 (0,42 mm). Dalam hal ini, benda uji tidak perlu dikeringkan dan
tidak perlu disaring dengan ayakan No. 40 (0,42 mm).

b. Jenis-jenis tanah yang mengandung batu atau mengandung banyak butiran yang
lebih kasar dari saringan 0,42 mm. Keringkan contoh di udara sampai kering
udara sehingga bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan No. 40.

5. PROSEDUR PERCOBAAN

1) Letakan benda uji 100 gram yang sudah dipersiapkan dalam pelat kaca
pengaduk.
2) Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan air suling
sedikit demi sedikit sampai homogen.
3) Setelah sampel menjadi campuran yang merata, diambil sebagian benda uji ini
dan letakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya sampai
sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal harus
 1 cm.

23
4) Buatlah alur dengan alat pembuat alur (grooving tool) tanah hingga membagi
dua benda uji tersebut. Pada waktu membuat alur posisi grooving tool harus
tegak lurus dengan permukaan mangkok.
5) Putarlah alat itu sedemikian sehingga mangkok naik dan jatuh dengan
kecepatan 2 putaran/detik, sampai dasar alur benda uji bersinggungan
sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catatlah jumlah ketukan pada waktu
bersinggungan.
6) Ulangi pekerjaan (c) sampai (e) beberapa kali sampai diperoleh jumlah ketukan
yang sama. Hal ini untuk meyakinkan apakah adukan tersebut benar-benar
merata kadar airnya. Jika dalam 3 (tiga) kali percobaan diperoleh hasil jumlah
ketukan yang sama maka ambilah sebagian benda uji dari dalam mangkuk dan
masukkan kedalam cawan yang telah disiapkan untuk mendapatkan kadar
airnya.
7) Kembalikan benda uji tersebut ke atas kaca pengaduk dan mangkok alat batas
cair dibersihkan. Benda uji tadi diaduk kembali dengan merubah kadar airnya
kemudian ulangi langkah diatas minimal 3 kali berturut-turut.
7. ANALISA DATA
PEMERIKSAAN
KONSISTENSI ATTERBERG
PB-0109-76
AASHTO T-89-74
ASTM D-423-66
ASTM D-423-66

Batas Cair Batas Plastis


(LL) % (PL) %
Interval Ketukan 10-20 20-30 30-40 40-50 I II
Jumlah Ketukan 15 25 39 45 A B
B.Crus + T.Basah ( gr) W1 70,3 64,7 64,1 64,7 13,8 13,1
B.Crus + T.Kering (gr)
W2 46,1 43,2 43,4 43,8 11,2 10,5
Berat Air ( gr ) W3 24,2 21,5 20,7 20,9 2,6 2,6
Berat Crus ( gr ) W4 4 3,8 3,8 3,8 3,8 3,9
Berat contoh Kering ( gr )
W5 42,1 39,4 39,6 40 7,4 6,6
Kadar Air ( % ) 57,48 54,57 52,27 52,25 35,14 39,39
PL=37,26

24
LL PL PI
Catatan:
W (%) W (%) W (%) Contoh dalam keadaan
54,57 37,26 17,31 - Asli
- Disaring / tidak

Contoh Perhitungan :

• Berat air (gr)


W3 = (W1) – (W2)
= 70,3 gr – 46,1 gr
= 24,2 gr

• Berat contoh kering (gr)


W5 = W2 – W4
= 46,1 gr – 4 gr
= 42,1 gr
𝑊
• Kadar air (%) = 𝑊3 x 100%
5

24,2 𝑔𝑟
= x 100%
42,1 gr

= 57 %
• Plastis Index (PI) = LL – PL
= 54,57 – 37,26
= 17,31 %
LL−PL
• Liquid Index (LI) = PI
54,57 % −37,26 %
= 17,31 %

= 1%
kadar air maksimum−kadar air minimum
• Flow Index = log 𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−log 𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚𝑢𝑚
57,48−52,25
= 𝑙𝑜𝑔45−𝑙𝑜𝑔15

= 10,96 %

25
8. KESIMPULAN

MACAM
PI SIFAT KOHESIF
TANAH
0 Non Plastis Pasir Non Kohesif
Kohesif
<7 Plastis Rendah Lanau
Sebagian
Lempung
7–17 Plastis Sedang Kohesif
Berlanau
> 17 Plastis Tinggi Lempung Kohesif
Sumber: Mekanika Tanah; Hary Christady Hardiyatmo

Dari hasil Perhitungan nilai Kadar air untuk Batas Cair (LL) sebesar 54,57
%; Batas Plastis (PL) sebesar 37,26 % dengan nilai Plastic Index (PI) adalah
17,31 % yang termasuk tanah lempung dengan plastis tinggi dan bersifat
kohesif.

9. NOTASI DAN KETERANGAN


Berat cawan + Tanah basah (gr) = W1
Berat cawan + Tanah kering (gr) = W2
Berat air (gr) W3 = (W1) – (W2)
Berat contoh kering (gr) = W4

26
𝑊
Kadar air (%) = 𝑊3 x 100%
5

PL = Plastic Limit
LL = Liquid Limit
PI = Plasticity Index

27
PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

PB-0106-76
ASTM D-2216-71

1. TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air


tanah.Yang dimaksud kadar air tanah adalah perbandingan antara air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut yang dinyatakan
dalam persen.
2. DASAR TEORI

Yang dimaksud kadar air adalah perbandingan antara air yang


terkandung dalam tanah dan berat kering tanah tersebut yang dinyatakan
dalam (%). Pada tanah yang dalam keadaan asli kadar air biasa adalah 15%-
100%.
Untuk menentukan kadar air tersebut, sejumlah tanah ditempatkan
dalam cawan kecil yang beratnya (WA) diketahui sebelumnya. Lalu cawan
+ tanah tersebut di oven dengan suhu 100ْ C dalam jangka waktu 24 jam,
setelah itu tanah + cawan ditimbang kembali(WB). dengan demikian dapat
kita tentukan:
- Berat air = WA – WB
- Berat tanah kering = WA – Berat air
- Kadar air tanah = Berat air / berat tanah kering
3. PERALATAN

1) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi


sampai (110  5)C
2) Cawan kedap udara dan tidak berkarat dengan ukuran yang cukup.
Cawan dapat dibuat dari gelas atau logam misalnya dari aluminium.
3) Neraca / timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4) Neraca / timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5) Neraca / timbangan dengan ketelitian 1 gram

28
6) Desikator (alat pendingin) berisi calsium chlorida.
7) Penjepit (crubicle tongs).
4. BENDA UJI

Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk memeriksa kadar air tanah
tergantung pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa dengan
ketelitian seperti pada :

Tabel 4.1 : Jumlah / berat benda uji untuk pemeriksaan kadar air

Ukuran butir Jumlah benda uji minimum Ketelitian


maksimum (gram) (gram)
3 4" 1000 1,00

Lewat saringan No. 10 100 0,10


Lewat saringan No. 40 10 0,01

5. PROSEDUR PERCOBAAN

1) Benda uji yang mewakili contoh tanah yang diperiksa, ditempatkan


dalam cawan yang bersih, dan ditimbang beratnya (benda-uji + cawan
= W1)
2) Cawan diletakkan dalam oven selama  4 jam (sampai beratnya
konstan) temperatur 1100C.
3) Setelah dioven letakkan cawan dalam desikator untuk didinginkan.
4) Timbang cawan beserta isinya. (W2)
5) Bersihkan dan keringkan cawan tersebut kemudian timbang (W3)

29
6. ANALISA DATA
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH
PB-0106-76
ASTM D-2216-71
Lokasi A B
No. Titik
No. Cawan A B C D
Berat cawan (gram) 3,9 3,9 3,9 3,9
Berat cawan + Tanah basah (gram) 43,6 36,7 40,8 40,6
Berat cawan + Tanah kering (gram) 33,2 27,8 30,6 30,1
Berat tanah kering (gram) 29,3 23,9 26,7 26,2
Berat air (gram) 10,4 8,9 10,2 10,5
Kadar air, W (%) 35,5 37,2 38,2 40,1
kadar air rata-rata 36,4 39,1

7. KESIMPULAN
- Jika kadar air (Water content) didefinisikan sebagai perbandingan berat
air yang terkandung dalam tanah dengan butiran kering dari volume
tanah yang diselidiki . Pada tanah dalam keadaan aslinya kadar air
besarnya dari 15% - 100%.
- Dari hasil percobaan yang didapat, berdasarkan pada cara uji SNI 03-
6793-200 maka tanah lokasi A dan B termasuk dalam ketentuan kadar
air tanah asli yaitu : 15% < 36,367% & 39,139% < 100% dan termasuk
dalam golongan.

8. NOTASI & KETERANGAN

Berat cawan + tanah basah = W1 gram


Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air = (W1 - W2 ) gram
Berat tanah kering = (W2 - W3 ) gram
(W − W )
Kadar air = 1 2 x 100%
(W − W )
2 3

30
PERCOBAAN V
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH
PB-0108-76
AASHTO T-100-74
ASTM D-854-58

1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah
yang mempunyai butiran lewat saringan No-4 dengan piknometer. Berat
jenis adalah perbandingan antara berat isi butiran tanah dengan berat isi air
suling yang sama pada suhu tertentu.
2. DASAR TEORI
Berat jenis tanah merupakan perbandingan antara berat butir tanah
dengan berat air yang mempunyai volume sama dalam temperatur tertentu.
Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indeks propertis
tanah (misalnya angka pori, berat isi tanah, derajat kejenuhan, karakteristik
pemampatan) dan sifat-sifat penting lainnya. Selain itu berat jenis tanah
dapat digunakan untuk mengetahui jenis tanah secara umum, misal tanah
organik mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan adanya kandungan
mineral berat seperti besi menyebabkan berat jenis tanah mejadi besar.
Tabel 4.1 harga-harga berat jenis (berat spesifik) beberapa mineral yang
umumnya terdapat pada tanah.

Berat Jenis / SpecificGrafity


Jenis Mineral
(Gs)
Kwarsa (quartz) 2,65
Kaolinite 2,6
Illite 2,8

31
Montmorillonite 2,65 -2,80
Halloysite 2,0 – 2,55
Potassium feldspar 2,57
Sodium and calcium feldspar 2,62 – 2,76
Chlorite 2,6 – 2,69
Biotite 2,8 – 3,2
Muscovite 2,76 – 3,1
Hornblende 3,0 – 3,47
Limonite 3,6 – 4,0
Olivine 3,27 – 3,37

Sebagian besar dari mineral-mineral tersebut mempunyai berat


spesifik berkisar antara 2,6 – 2,9. Berat spesifik dari bagian padat tanah pasir
yang berwarna terang, umumnya sebagian besar terdiri dari quartz, dapat
diperkirakan sebesar 2,65 dan untuk tanah berlempung atau berlanau, harga
tersebut berkisar antara 2,6 – 2,9.

3. PERALATAN
1) Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur
dengan kapasitas minimum 50 ml.
2) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
3) Desikator
4) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110  5)C
5) Termometer dengan ukuran 0 - 50 C dengan ketelitian 1 C
6) Saringan No. 4, No. 10, No. 40 dan penadahnya.
7) Botol berisi air suling.
8) Bak perendam.
9) Pompa hampa udara (vacum 1 - 1,5 PK) atau tungku listrik (hot-
plate).

32
4. BENDA UJI
1) Benda uji diambil dari contoh tanah asli dan disaring dengan
saringan No.4 jika bahan tersebut terdiri dari butiran yang tertahan
pada saringan No. 4. Jika bahan yang diperiksa mengandung bahan
butir yang tertahan dan yang lewat pada saringan No. 4 maka
dilakukan pemeriksaan menurut PB-0107-76. Berat jenis bahan
adalah harga rata-rata (sebanding dengan prosentase berat kering
masing-masing ukuran) seperti yang dicantumkan pada Form.4.
Untuk pemeriksaan berat jenis yang juga akan dipakai pada analisa
hidrometer, maka contoh tanah harus dipilih yang melalui saringan
No.10 atau No.40.
2) Diperoleh contoh tanah dengan pemisah contoh atau cara
quartering/perempat bahan yang lewat saringan No. 4 atau No. 10.
Benda uji dalam keadaan kering oven tidak boleh lebih dari 10 gram
untuk botol ukur, dan 50 gram untuk piknometer.
3) Keringkan benda uji pada suhu 105 - 110 C dan sesudah itu
didinginkan dalam desikator. Atau benda uji dalam keadaan tidak
dikeringkan.

5. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Cuci piknometer dengan air suling yang dikeringkan. Timbang
piknometer dan tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W1).
2) Masukan benda uji ke dalam piknomter dan timbang bersama
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W2).
3) Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga
volumenya. Untuk bahan yang mengandung lempung, diamkan
benda uji terendam paling sedikit 24 jam.
4) Didihkan isi piknometer dengan hati-hati minimal 10 menit dan
miringkan botol tersebut sekali-sekali untuk mempercepat
pengeluaran udara yang tersekap dalam benda uji.
5) Jika menggunakan pompa vakum, tekanan udara dalam piknometer
atau botol ukur tidak boleh dibawah 100 ml. Kemudian isi
piknometer dengan air suling dan biarkan piknometer beserta isinya

33
untuk mencapai suhu konstan di dalam bejana air atau dalam kamar.
Sesudah suhunya konstan tambahkan air suling secukupnya sampai
tanda batas atau sampai penuh. Tutuplah piknometer, keringkan
bagian luarnya dan timbang sampai mencapai ketelitian 0,01 gram
(W3). Ukur suhu dari isi piknometer dengan ketelitian 10 C
6) Bila isi piknomter belum diketahui, maka tentukan harga sebagai
berikut : kosongkan piknometer dan bersihkan. Isi piknometer
dengan air suling yang suhunya sama dengan suhu pada (c) dengan
ketelitian 1 C dan pasang tutupnya. Keringkan bagian luarnya dan
timbang dengan ketelitian 0,01 gram, dan dikoreksi terhadap suhu
(W4).
7) Pemeriksaan dilakukan ganda (dua-kali).

6. CONTOH PERHITUNGAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH
PB – 0108 – 76
AASHTO T – 100 - 74
ASTM D – 854 – 71

No. Contoh kedalaman Bor 1/P1 Bor 1/P2


No. Piknometer A B C D
Berat piknometer + contoh W₂ (gr) 67,5 67,6 59,6 60,8
Berat piknometer W₁ (gr) 42,5 42,6 34,6 35,8
Berat tanah Wt =W₂ -W₁(gr) 25 25 25 25
Suhu T = ⁰C 27 27 27 27
Berat pikno + air + tanah W₃ (gr) 153,3 149,9 147,5 148,3
Berat pikno + air pada suhu T⁰C W₄ (gr) 139,6 136,1 133,6 134,9
W₅ = W₂ - W₁ + W₄ (gr) 164,6 161,1 158,6 159,9
Isi tanah W₅-W₃ 11,3 11,2 11,1 11,6
Berat Jenis Wt/W₅-W₃ 2,21 2,23 2,25 2,16
rata-rata 2,22 2,20

34
Didapat Nilai :
Berat Jenis Tanah < Berat Jenis Beton
2,25 < 2,4 (OK)
Contoh Perhitungan Pada A:
➢ Berat Tanah :
Wt = W2 – W1
= 67,5 gr – 42,5 gr
= 25 gr
➢ W5 = W2 – W1 + W4
= 67,5 gr – 42,5 gr + 139,6 gr
= 164,6 gr
➢ Isi Tanah :
W5 – W3 = 164,4 gr – 153,3 gr = 11,3 gr
➢ Berat jenis :
Wt
GS =
W5 −W3
= 25/11,3 = 2,21
7. KESIMPULAN
Jadi harga rata – rata berat jenis (Perbandingan antara berat bahan dengan
berat air yang isinya sama) dari hasil kedua pemeriksaan diatas didapat rata-
rata berat jenis sebesar 2,22 (untuk kedalaman P1) dan 2,20 (untuk
kedalaman P2)
8. NOTASI & KETERANGAN
W4 = W25 x K
W4 = berat piknometer dan air yang telah dikoreksi
W25 = berat piknometer dan air pada suhu 25 C
K = faktor koreksi (daftar No.1)

Gs = berat Jenis
W1 = berat piknometer (gram)
W2 = berat piknometer dan bahan kering (gram)
W3 = berat piknometer dan bahan serta air (gram)
W4 = berat piknometer dan air yang telah dikoreksi (gram).

35
PERCOBAAN VI
PEMERIKSAAN BERAT ISI,
ANGKA PORI DAN DERAJAT KEJENUHAN

1. TUJUAN
Selain pemeriksaan kadar air, tidak kalah pentingnya juga adalah
pemeriksaan berat isi tanah, untuk mengetahui beratnya tanah persatuan
volume. Selain itu berat isi, angka pori dan derajat kejenuhan merupakan
parameter yang diperlukan pada pengujian geser langsung (Direct Shear) ,
kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Strength ) dimana sebenarnya
dipakai benda uji asli (undisturb ). Bila tidak diperoleh benda uji yang asli
maka dapat diganti dengan benda uji buatan / sudah terganggu (disturb )
tetapi berat isinya tidak mengalami perubahan. Atau pemeriksaan benda uji
dimana yang kita punyai adalah tanah dalam keadaan kering maka berat isi,
angka pori dan derajat kejenuhan tanah pada kondisi ini sangat dibutuhkan
kehadirannya.
2. DASAR TEORI
Berat isi tanah merupakan perbandingan antara berat total tanah
dengan isi atau volume total tanah, dan dinyatakan dengan γwet (gram/cm3).
Pengujian berat isi ini menggunakan sebuah tabung silinder tipis yang
dimasukkan kedalam tanah (drive cylinber method), sehingga tanah yang
terambil masih dalam kondisi yang tidak terganggu. Pengujian berat isi ini
tidak dapat dilakukan untuk tanah berpasir lepas atau tanah yang
mengandung banyak kerikil.
Berat isi tanah biasanya dinyatakan dalam berat isi tanah kering atau
γdry, yang diukur setelah sampel tanah dikeringkan dalam oven selama
kurang lebih 24 jam. Jika tidak didapatkan benda uji yang asli, maka dapat
diganti dengan benda uji buatan (reumelded samples) dengan
mempertahankan berat isi dan kadar air yang sesuai dengan keadaan aslinya.

36
3. PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2) Ring cetakan
3) Alat pemotong untuk tanah / spatula
4) Jangka sorong
4. BENDA UJI
1) Contoh tanah dikeluarkan dari tabung yang ujungnya diratakan.
2) Cincin ditaruh di depan tabung dan tanah dikeluarkan supaya
langsung masuk kecincin cetakan, kemudian ujungnya diratakan.
3) Dalam pemeriksaan ini tercakup pula pemeriksaan kadar air dan
berat jenis, yang digunakan sebagai pelengkap dan perhitungan-
perhitungan, sehingga perlu disiapkan benda uji untuk percobaan
kedua parameter tersebut.
5. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Ring / cincin cetakan ditimbang beratnya (W1).
2) Ukur diameter dan tinggi ring untuk menghitung volume tanah
dalam ring.
3) Bagian yang tajam diletakkan pada permukaan tanah dan dorong
hati-hati sampai tanahnya masuk serta mempunyai sedikit
kelebihan.
4) Kemudian ratakan permukaan tanah yang mempunyai kelebihan
tadi dengan menggunakan pisau / spatula
5) Kemudian timbang ring yang berisi tanah tadi (W2)
6) Kadar air dan berat jenis ditentukan dengan percobaan PB-0106-76
dan PB-0108-76.

37
6. ANALISA DATA
Form.No.09
PROYEK :
LOKASI :
JENIS TANAH : TANGGAL PERCOBAAN
:
DIKERJAKAN : TANGGAL
PENIMBANGAN :

PEMERIKSAAN BERAT ISI, ANGKA PORI


DAN DERAJAT KEJENUHAN

NO. RING
CONTOH TANAH 1 2 3 4
DALAM M.T
MACAM TANAH
1. Berat ring + tanah
(gr)
basah 106 104,7 105,1 107,7
2. Berat ring (gr) 31,5 31,5 31,5 31,5
3. Berat tanah basah (1)-(2) (gr) 74,5 73,2 73,6 76,2
4. Berat tanah kering (3)x100/100+(10) (gr) 54,63 53,68 52,90 54,77
5. Isi tanah basah (cm3) 53,391 53,391 53,391 53,391
6. Isi tanah kering (4)/(11) (cm3) 24,58 24,15 23,49 24,64
7.Berat tanah kering (4)/(5) 1,023 1,005 0,991 1,026
8. Isi pori (5)-(6) (cm3) 28,807 29,236 29,905 28,747
9. Angka pori (12)/100-(12) 1,17 1,21 1,27 1,17
10. Kadar air tanah 36,367 36,367 39,139 39,139
11. Berat jenis tanah 2,22 2,22 2,25 2,22
12. Pori dalam tanah
(8)/(5)x100
basah 53,955 54,758 56,011 53,843
13. Berat isi (3)/(5) 1,395 1,371 1,379 1,427
14. Derajat kejenuhan (3)-(4)/(8)x100% 68,97 66,77 69,23 74,56

Contoh Perhitungan Pada A:


• Berat tanah basah (W) = (1)-(2)
= 106 gram – 31,5 gram
= 74,5 gram

38
• Berat air (W) = Berat tanah basah - Berat tanah
kering
= 74,5 gram – 54,63 gram = 19,87
gram

• Isi tanah basah = π x 𝑑2 x t

= π x 6,132 x 1,81
= 53,391 𝑐𝑚3
• Berat tanah kering ( d) = (berat tanah basah)x100/100+(kadar
air tanah)
= (74,5 x 100)/(36,367 x 100)
= 54,63

• Berat pering per isi tanah basah =


54,63
= 76,9

= 0,710 gr/cm3
• Isi pori (vv) = Isi tanah basah – Isi tanah kering
= 53,391 – 24,58
= 28,807 gr/cm3

• Pori dalam tanah basah (vv/v)= %


28,807
= 53,391 𝑋 100%

= 53,955 %
𝑃𝑜𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
• Angka Pori (e) = 100−𝑃𝑜𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
53,955
= 100−53,955

= 1,17
𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑟−𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
• Derajat Kejenuhan (Sr) = 𝑥 100%
𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑟𝑖
74,5−54,63
= 𝑋 100% = 68,97
28,807

39
7. KESIMPULAN :
Dari hasil pemeriksaan jenis material yang di maksudkan didapat hasil rata
rata :
𝛴 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖
• Berat Isi Rata-rata = = 1,393 gr/cm3
4

• Derajat kejenuhan rata-rata = 69,88 % = 0,698


𝛴 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑜𝑟𝑖
• Angka pori rata-rata = = 1,205
4
𝛴 𝐼𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑟𝑖
• Isi Pori = = 29,174 gr/cm3
4

Dengan melihat besar dari derajat kejenuhan maka dapat disimpulkan


tanah lembab, dan dengan melihat angka pori maka tanah termasuk dalam jenis
lempung organik lembek.

Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan


Tanah Kering 0
Tanah Agak Lembab > 0 – 0.25
Tanah Lembab 0.26 – 0.5
Tanah Sangat Lembab 0.51 – 0.75
Tanah Basah 0.76 – 0.99
Tanah Jenuh 1

40
PERCOBAAN VII
KEKUATAN GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST)
PB-0116-76
AASHTO T-236-72
ASTM D-3080-72

6.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan nilai kohesi (c) dan sudut geser
() dari tanah. Parameter ini dipakai untuk menghitung daya dukung dan tegangan
tanah.
6.2 Dasar Teori
Percobaan geser langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan
sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah c dan Ø. Dalam
percobaan ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat nilai kekuatan
geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran atau dalam konsep tegangan total.
Pengujian ini diperuntukan bagi tanah non-kohesif, namun dalam
perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis ntanah kohesif. Pengujian lain
dengan tujuan yang sama, yakni : Kuat tekan bebas dan Triaksial serta percobaan
Geser Baling, yang dapat dilakukan di labolatorium maupun di lapangan.
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah dengan pemberian beban
geser/horizontal pada contoh tanah melalui cincin/kotak geser dengan kecepatan
yang tetap sanpai tanag mengalami keruntuhan. Sementara itu tanah juga diberi
beban vertikal yang besarnya tetap selama pengujian berlangsung. Selama
pengujian dilakukan pembacaan dial regangan pada interval yang sama dan secara
bersamaan dilakukan pembacaan beban dial geser pada bacaan regangan yang
bersesuaian, sehingga dapat digambarkan suatu grafik hubungan regangan dan
tegangna geser yang terjadi.
Umumnya pada pengujian ini dilakukan pada 3 sampel tanah yang identik,
dengan beban normal yang berbeda untuk melengkapi satu seri pengujian geser
langsung. Dari ketiga hasil pengujian akan didapatkan 3 pasang data tegangan
normal dan tegangan geser, sehingga dapat digambarkan suatu grafik hubungan
keduanya untuk menentukan nilai c dan Ø. Adapun prosedur pembebanan vertikal

41
dan kecepatan regangan geser akibat pembebanan horisontal, sangat menentukan
parameter – parameter kuat geser tanah yang diperoleh.
Nilai kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan
kestabilan lereng, serta daa dukung tanah pondasi, dan lain sebagainya. Nilai
kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coloumb dan Mohr dalam persamaan berikut
ini :

Keterangan :
𝜏 = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 (𝑘𝑔/𝑐𝑚²)
c = kohesivitas tanah (kg/cm2)
Ø = sudut geser dalam (o)
Dalam pelaksanaanya, percobaan geser langsung dapat dilaksanakan dalam
tiga cara :
• Consolidated Drained Test
Pembebanan horisontal dalam percobaan ini dilaksanakan dengan lambat,
yang memungkinkan terjadi pengaliran air, sehingga tekanan air pori
bernilai tetap selama pengujian berlangsung. Parameter c dan Ø yang
diperoleh digunakan untuk perhitungan stabilitas lereng.
• Consolidated Undrained Test
Dalam penguian ini, sebelum digeser benda uji yang dibebani vertikal
(beban normal) dibiarkan dulu hingga proses konsolidasi selesai.
Selanjutnya pembebanan horisontal dilakukan dengan cepat.
• Unconsolidated Undrained Test
Pembebanan horisontal dalam pengujian ini dilakukan dengan cepat,
sesaat setelah beban vertikal cdikenakan pada benda uji. Melalui
pengujian ini diperoleh parameter – parameter geser Cu dan Øu.

42
Pada dasarnya percobaan geser langsung lebih sesuai untuk jenis pengujian
Consolidated Drained test, oleh karena panjang pengaliran relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan pengujian yang sama, pada percobaan triaksial.
6.3 Peralatan
a. Alat geser langsung (direct shear apparatus) terdiri dari :
• Stang penekan dan pemberi beban
• Alat penggeser, lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan dua
buah arloji geser (extensiometer).
• Cincin pemeriksa yang terbagi dua dengan penguncinya terletak dalam
kotak.
• Beban-beban
• Dua buah batu pori (porous stone)
b. Alat pengeluaran contoh dan pisau pemotong.
c. Cincin cetak benda uji
d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
e. Stop watch
f. Oven yang lengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110  5)
C.
g. Desikator.

6.4 Benda Uji


a. Benda uji tanah asli dari tabung contoh.
Contoh tanah asli dari dalam tabung, ujungnya diratakan dan cincin benda uji
ditekan pada ujung tanah tersebut, tanah dikeluarkan secukupnya untuk
minimal 3 benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan ratakan bagian
atasnya.
b. Benda uji asli lainnya.
Contoh yang digunakan harus cukup besar, minimal untuk tiga benda uji.
Persiapkan benda uji sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kehilangan kadar
air, bentuk benda uji dengan cincin cetak. Dalam mempersiapkan benda uji,
terutama untuk tanah yang peka harus hati-hati, guna menghindarkan
terjadinya gangguan struktur asli dari tanah tersebut.

43
c. Benda uji buatan (dipadatkan).
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat yang dikehendaki.
Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada
tabung pemadatan.
d. Tebal minimum benda uji kira-kira 1,5 cm tetapi tidak boleh kurang dari 6 kali
diameter butir maksimum.
e. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal harus 2 : 1.
Untuk benda uji bentuk persegi perbandingan lebar dan tebal minimal 2 : 1.
Catatan :
Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusak benda uji.

6.5 Prosedur Pengujian


a. Menimbang benda uji.
b. Memasukkan benda uji ke dalam cincin pemeriksaan (shearing box) yang telah
terkunci menjadi satu, dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah
benda uji.
c. Memasang stang penekan vertikal untuk memberi beban normal pada benda
uji dan diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban
yang diberikan pada stang tersebut.
d. Memasang penggeser benda uji pada arah mendatar untuk memberi beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembaca arloji geser
sehingga menunjukkan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.
e. Memberikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan.
Segera setelah pembebanan pertama diberikan isilah kotak cincin pemeriksaan
dengan air sampai penuh diatas permukaan benda uji. Jagalah permukaan ini
supaya tetap selama pemeriksaan.
f. Melakukan pergeseran dengan kecepatan 1 mm/menit (satu putaran jarum
arloji geser tiap menit) segera setelah pemberian beban, catatlah pembacaan
dial gauge dengan interval yang teratur sampai terjadi keruntuhan.
g. Melakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji
geser setiap 15 detik.
h. Memberikan beban normal pada bagian uji kedua sebesar dua kali beban
normal yang pertama dan lakukan langkah (f) dan (g).

44
i. Memberikan benda normal pada benda uji ketiga sebesar tiga kali beban
normal yang pertama dan lakukan langkah (f) dan (g), begitu juga terhadap
beban selanjutnya.
6.6 Analisa Data
Gaya Normal P1 = 5 kg P2 = 10 kg P3 = 15 kg
Tegangan Normal σ = 0,116 kg/cm σ2 = 0,337
2
kg/m σ3 = 0,505 kg/cm2
2

Teg Dial Gaya Teg Gaya Teg


Waktu Dial Gaya Dial
Regangan Geser Geser Geser
(dt) Reading geser reading geser Reading Geser
t1 t2 t3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 25 10 4,01 0,13 21 8,42 0,28 20 8,02 0,27
30 50 19 7,62 0,25 23 9,22 0,31 22 8,82 0,30
45 75 21 8,42 0,28 29 11,63 0,39 27 10,83 0,36
60 100 23 9,22 0,31 35 14,04 0,47 32 12,83 0,43
75 125 28 11,23 0,38 42 16,84 0,56 36 14,44 0,48
90 150 30 12,03 0,40 47 18,85 0,63 41 16,44 0,55
105 175 36 14,44 0,48 49 19,65 0,66 44 17,64 0,59
120 200 38 15,24 0,51 56 22,46 0,75 49 19,65 0,66
135 225 40 16,04 0,54 60 24,06 0,81 56 22,46 0,75
150 250 43 17,24 0,58 64 25,66 0,86 64 25,66 0,86
165 275 45 18,05 0,60 66 26,47 0,89 70 28,07 0,94
180 300 48 19,25 0,64 69 27,67 0,93 70 28,07 0,94
195 325 50 20,05 0,67 72 28,87 0,97 78 31,28 1,05
210 350 51 20,45 0,68 74 29,67 0,99 84 33,68 1,13
225 375 53 21,25 0,71 77 30,88 1,03
240 400 53 21,25 0,71 80 32,08 1,07
255 425 58 23,26 0,78
270 450 61 24,46 0,82

Contoh Perhitungan:
Data : Diameter = 61.7 mm = 6.17 cm
Tinggi = 20.9mm = 2.09 cm
Luas = 1
4  d2
= 1
4  .6,17 2
= 29,88 cm2
Kalibrasi = 0.401
Berat = 71,4 gr

45
• Gaya Geser = Dial Reading x Kalibrasi
= 28 x 0.401
= 11,23 kg
• Tegangan Geser
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 11,23 𝑘𝑔
= 29,88 cm2 = 0,38 kg/𝑐𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠

Grafik Hasil Uji kekuatan Geser Langsung

C = 0,762 Kg cm2
ϕ = 310

6.7 Kesimpulan
Dari grafik hasil uji kekuatan geser langsung didapatkan nilai kohesi (C)
sebesar 0,762 Kg/cm2 dengan sudut antara tegangan geser dan tegangan normal (
) dalam sebesar 550.

46
6.8 Notasi
Pmaks = Gaya geser maksimum (kg).
A = Luas bidang geser benda uji (cm2).
 maks = Tegangan geser maksimum (kg/cm2)

C = Tegangan Geser (Compression)


 = Sudut antara Tegangan Geser dan Tegangan Normal

47
PERCOBAAN VIII
KEKUATAN TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSIVE TEST)
PB-0114-76
AASHTO T-208-70
AASTM D-2166-66

8.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan tekan
bebas contoh tanah berbentuk silinder yang bersifat kohesif dalam keadaan asli
(undisturbed) maupun tidak asli (compacted or remoulded), serta batuan.
Percobaan ini tidak dapat dilakukan pada tanah non-kohesif atau tanah kohesif
yang terlalu lembek, sehingga tidak dapat berdiri tegak pada alat percobaan karena
akan runtuh sebelum dibebani. Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas
adalah besarnya beban aksial persatuan luas pada saat regangan aksial mencapai
20 %.

8.2 Dasar Teori


Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pembebanan vertical yang dinaikkan
secara bertahap terhadap benda uji berbentuk silinder yang didirikan bebas, sampai
terjadi keruntuhan. Pembacaan beban dilakukan pada interval regangan aksial tetap
tertentu, yang dapat dicapai dengan cara mempertahankan kecepatan pembebanan
dengan besaran tertentu pula selama pengujian berlangsung (strain control). Oleh
karena beban yang diberikan hanya dalam arah vertical saja, maka percobaan ini
dikenal pula sebagai percobaan tekan satu arah (uniaxial test)
Metode pengujian ini meliputi penentuan nilai kuat tekan bebas (Unconfined
compressive strength) – qu untuk tanah kohesif dari benda uji asli (undisturbed)
maupun buatan (remoulded or recompated samples). Yang dimaksud dengan kuat
tekan bebas (qu), ialah besarnya beban aksial persatuan luas pada saat benda uji
mengalami keruntuhan (beban maksimum), atau bila regangan aksial telah
mencapai 15%.Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat digunakan untuk
menentukan konsistensi dari tanah lempung, seperti ditunjukkan pada table 10,1.

48
Selain itu, melalui pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensifity)
dari tanah kohesif, yaitu perbandingan antara nilai qu tanah asli terthadap qu tanah
buatan. Pengujian kuat tekan bebas pada dasarnya merupakan keadaan yang
khusus pada percobaan triaksial, dimana tegangan sel (confining pressure) -  3,
besarnya sama dengan nol. Dengan demikian dapat pula ditentukan nilai kohesi (c)
dalam konsep tegangan total (total preassure), yaiyu sebesar ½ dari nilai qu.

Konsistensi tanah Kuat Geser Undrained (kg/cm2)


Sangat lunak < 2.0
Lunak 2.0 – 4.0
Lunak s/d kenyal 4.0 – 5.0
Kenyal 5.0 – 7.5
Sangat kenyal 7.5 – 10.0
Kaku 10.0 - 15.0
Sangat kaku s/d keras > 15.0

8.3 Peralatan
a. Mesin tekan bebas (unconfined compressive machine).
b. Alat untuk mengeluarkan contoh (extruder).
c. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter.
d. Pisau tipis dan rata
e. Pisau kawat
f. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
g. Stop watch

8.4 Benda Uji


1) Benda uji yang dipergunakan berbentuk silinder.
2) Benda uji mempunyai diameter minimal 3,3 cm dan tingginya diambil 2 kali
diameter. Biasanya dipergunakan benda uji dengan diameter 6,8 cm dan
tinggi 13,6 cm.
3) Untuk benda uji berdiameter 3,3, cm, besar butiran maksimum yang
terkandung dalam benda uji harus lebih kecil dari 0,1 diameter benda uji.

49
Untuk benda uji berdiameter 6,8 cm, besar butiran maksimum yang
terkandung dalam benda uji harus lebih kecil dari 1/ 6 kali diameter benda
uji.
4) Jika setelah pemeriksaan ternyata dijumpai butir yang lebih besar dari
ketentuan diatas, hal ini harus dicantumkan dalam laporan.
5) Menyiapkan benda uji.
i. Persiapan benda uji dari contoh tanah asli (undisturbed samples)
- Apabila ujung tabung contoh keadaannya tidak rata dan tidak lurus
terhadap sumbu tabung, maka contoh tanah harus dikeluarkan dari tabung
contoh dan dipotong dengan panjang secukupnya yaitu 2 cm lebih panjang
dari pada contoh tanah pengujian yang dipersiapkan.
- Masukkan contoh tanah ini kedalam "Split Mould" dan dengan
mempergunakan pisau tajam serta pelat baja yang bertepi lurus permukaan
atas dan bawah contoh dapat dibuat rata dan tegak lurus pada sumbunya.
- Apabila ujung tabung contoh, keadaannya sudah rata dan tegak lurus
sumbu tegak tabung, maka contoh tanah dikeluarkan sedikit saja dari
dalam tabung dan dengan mempergunakan pisau dan pelat baja yang
bertepi lurus permukaan tanah dapat dibuat benar-benar lurus dan rata
dengan ujung tabung contoh.
- Ujung contoh yang sudah rata ini dapat langsung dipakai sebagai
permukaan atas atau bawah contoh tanah pengujian tanah yang
dipersiapkan.
- Kemudian contoh tanah dikeluarkan dari tabung contoh, dipotong
secukupnya dan ditempatkan dalam "Split Mould" untuk meratakan ujung
lainnya.
- Diameter dan panjang serta berat contoh tanah dapat diukur.
ii. Persiapan benda uji dari contoh tanah buatan (remoulded)
Contoh tanah ini dipersiapkan dari tanah asli yang mengalami kerusakan
bentuk (a failed undisturbed specimen) atau dari contoh tanah tidak asli (
a disturbed samples).
A failed undisturbed specimen

50
- Contoh tanah harus dibungkus dengan kawat membran dan diremas-remas
dengan jari tangan sedemikian rupa agar didalam pencetakannya kembali
sempurna.
- Selain itu agar didalam pencetakannya diperoleh harga berat isi, void ratio,
yang sama seperti contoh tanah asli mula-mula, maka perlu dijaga
ketetapan nilai kadar airnya.
- Padatkan contoh tanah tersebut didalam moul silinder, sehingga diperoleh
ukuran contoh tanah pengujian seperti yang telah disyaratkan tersebut
diatas.

A disturbed sample
- Contoh tanah dipadatkan dalam mould silinder dengan ketentuan nilai-
nilai berat isi dan kadar air telah ditentukan terlebih dahulu, dan setelah
contoh tanah dibentuk, ratakan permukaannya sehingga tegak lurus
terhadap sumbu permukaan, kemudian contoh tanah dikeluarkan dari
mould dan ditimbang.

8.5 Prosedur Pengujian


a. Pemeriksaan kuat tekan bebas dengan cara mengontrol regangan (strain-
controlled).
b. Menimbang benda uji dengan ketelitian 0,1 gram meletakkan benda uji pada
mesin tekan bebas, secara sentris.
c. Mengatur jarum arloji tegangan (proving ring), atau kedudukan arloji
regangan (dial gauge) pada angka nol.
d. Pembacaan beban dilakukan pada regangan-regangan 0,5 %, 1 %, 2 % dan
seterusnya dengan kecepatan regangan diambil 1/2 % - 2 % per menit,
biasanya diambil 1 % per menit.
e. Percobaan dilakukan terus sampai benda uji mengalami keruntuhan.
Keruntuhan ini dapat dilihat dari makin kecilnya beban, walaupun regangan
makin besar.
f. Jika regangan mencapai 20 %, tetapi benda uji belum runtuh maka pekerjaan
dihentikan.

51
8.6 Analisa Data
KEKUATAN TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSIVE TEST)
PB-0114-76

Diameter 4,7 cm. Weigth 281,4 gram


Initial 9,12 cm. Proving ring
length no.
Initial area 17,34 cm2. Calibration 0,397

Time Deflection, d Axial load (kg) Area (cm2) Tegangan


Dial Strain Dial Kalibrasi Beban Corection Luas qu
(Detik reading (%) reading cincin P factor terkoreksi (kg/cm2)
) A
0 0 0,00 0 0 0 0 0 0,000
15 25 0,50 1,8 0,397 0,715 1,000 17,341 0,041
30 50 1,00 2.5 0,397 0,993 1,005 17,427 0,057
45 75 2,00 3 0,397 1,191 1,010 17,514 0,068
60 100 3,00 3 0,397 1,191 1,120 17,687 0,067
75 125 4,00 3,9 0,397 1,548 1,031 17,878 0,087
90 150 5,00 4 0,397 1,588 1,042 18,069 0,088
105 175 6,00 4,2 0,397 1,667 1,053 18,260 0,091
120 200 7,00 4.5 0,397 1,787 1,064 18,450 0,097
135 225 8,00 4,9 0,397 1,945 1,075 18,641 0,104
150 250 9,00 5 0,397 1,985 1,087 18,849 0,105
165 275 10,00 5,3 0,397 2,104 1,099 19,057 0,110
180 300 11,00 5,5 0,397 2,184 1,111 19,265 0,113
195 325 12,00 5,8 0,397 2,303 1,123 19,474 0,118
210 350 13,00 6,1 0,397 2,422 1,137 19,716 0,123
225 375 14,00 6,3 0,397 2,501 1,149 19,924 0,126
240 400 15,00 6,5 0,397 2,581 1,162 20,150 0,128
255 425 16,00 6 0,397 2,382 1,177 20,410 0,117
270 450 17,00
285 475 18,00
300 500 19,00
315 525 20,00

52
Contoh Perhitungan:
• Luas Contoh = 1 4  .d 2
= 1 4  .4,72
= 17,34 cm 2
• Luas Terkoreksi = Luas Contoh x Angka Terkoreksi
= 17,34 cm 2 x 1,005
= 17,43cm 2
𝑃 0,993 𝑘𝑔
• Tegangan = 𝐴 = 17,43 cm 2 = 0,057 kg/cm2

Tabel Nilai Kohesi ( c )


Axial strain (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2
Tegangan (kg/cm ) 0 0,041 0,057 0,068 0,067 0,087 0,088 0,091 0,097
Axial strain (%) 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2
Tegangan (kg/cm ) 0,104 0,105 0,110 0,113 0,118 0,123 0,126 0,128 0,117

Grafik :
Grafik Hasil Uji UCT ( Unconfined Compression Test )
GRAFIK HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN
0,2
0,18
0,16
Tegangan (kg/cm2)

0,14
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Regangan (%)

Tegangan (qu) Max = 0,128 Kg/cm2 = 12,8 KN/m2


𝑞𝑢
Cu =
2
0,128 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Cu = = 0,064 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
2

53
8.7 Kesimpulan
Dari percobaan kekuatan tekan bebas yang telah dilakukan didapat tegangan
maksimum sebesar 0,12,8 Kg/cm2 pada regangan 15% termasuk kedalam
konsistensi lempung sangat lunak dan untuk nilai kohesi yang didapatkan sebesar
0,064 kg/cm2.

8.8 Notasi
 = regangan aksial (%)
L = perubahan panjang benda uji (cm)
Lo = panjang benda uji semula (cm)
Ao = luas penampang benda uji semula (cm2)
n = pembacaan arloji tegangan
 = angka kalibrasi dari cincin penguji (proving ring)
qu = Kuat tekan bebas unconfined compressive strength (kg/cm2)
 2
= besar tegangan normal, (kg/cm )

54
PERCOBAAN IX
KONSOLIDASI
PB-0115-76
AASHTO T-216-74
ASTM D-2435-70\

9.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat pemampatan
suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari
dalam pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan tekanan vertikal yang
bekerja pada tanah tersebut.

9.2 Dasar Teori


Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan tersebut mula-
mula akan ditahan oleh massa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal
ini terjadi karena air bersifat tidak mudah dimampatkan (incompressible),
sebaliknya struktur butiran tanah bersifat dapat dimampatkan (compressible).
Tegangan air yang timbul akibat pembenan tersebut tegangan air pori lebih (excess
pore pressure), dan jika tegangan ini lebih besar dari tegangan hidrostatis, maka air
akan mengalir keluar secara perlahan-lahan dari ruang pori tanah. Seiring dengan
keluarnya air, tegangan akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan
pada akhirnya akan ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian diatas
diikuti dengan proses merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama lain,
yang mengakibatkan terjadinya perubahan volume (deformasi), yang besarnya
kurang lebih sama dengan volume air yang keluar.
Dengan demikian, peristiwa konsolidasi dapat didefinisikan sebagai proses
mengalirnya air keluar dari ruang pori tanah jenuh dengan kemampuan lolos air
(permeabilitas) rendah, yang menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai
akibat adanya tegangan vertical tambahan, yang disebabkan oleh beban luar.
Kecepatan perubahan volume pada proses konsolidasi selain tergantung pada
besar tegangan vertical tambahan, juga sangat ditentukan oleh kemampuan lolos air

55
(permeabilitas) tanah. Pada tanah pasir/berpasir yang biasanya mempunyai
koefisian permeabilitas tinggi, waktu yang diperlukan untuk proses konsolidasi
terjadi relative cepat, sehingga pada umumya tidak perlu diperhatikan. Sebaliknya
pada tanh-tanah lempung, terutama yang nilai permeabilitasnya sangat rendah,
proses konsolidasi akan berlangsung dalam selang waktu yang lebih lama, sehingga
sangat perlu untuk diperhatikan.
Tujuan percobaan ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya
penurunan konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang
ditahan secara lateral akibat pembebanan dan pengaliran air secara vertical.
Dimana kecepatan penurunan dinyatakan dalam koefisien konsolidasi
(Consolidation Coeficient) Cv, sedangkan untuk penggambaran besarnya
penurunan, digunakan indeks pemampatan (Compression index) Cc.
Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
besaran kecepatan dan penuruanan pondasi bangunan yang didirikan diatas tanah
lempung jenuh.

9.3 Peralatan
a. Satu set konsolidasi (consolidation container) yang terdiri dari alat
pembebanan dan sel konsolidasi.
b. Arloji pengukur (ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak tangkai minimal
1,0 cm).
c. Beban-beban yakni ; 1 kg, 2 kg, 4 kg.
d. Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan pisau kawat.
e. Alat pengeluaran contoh dari dalam tabung (extruder)
f. Stop watch.
g. Pemegang cincin contoh.
h. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110  5) C.

9.4 Benda Uji


a. Cincin (bagian dari konsolidasi) dibersihkan dan dikeringkan, kemudian
ditimbang sampai ketelitian 0,1 gram. Sebelum contoh dikeluarkan dari

56
tabung, ujungnya diratakan dulu dengan jalan mengeluarkan contoh
tersebut 1 - 2 cm, kemudian dipotong dengan pisau. Permukaan ujung
contoh ini harus rata dan tegak lurus sumbu contoh.
b. Cincin dipasang pada pemegangnya kemudian diatur sehingga bagian
yang tajam berada pada 0,5 cm dari ujung tabung contoh.
c. Contoh dikeluarkan dari tabung dan langsung dimasukkan ke dalam
cincin sepanjang kira-kira 2 cm, kemudian dipotong. Agar diperoleh
ujung yang rata pemotongan harus dilebihkan 0,5 cm, kemudian
diratakan dengan penentu alat tebal. Pemotongan harus dilakukan hati-
hati agar pisau tidak sampai menekan benda uji tersebut.

9.5 Prosedur Percobaan


a. Benda uji dan cincin kemudian ditimbang dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Tempatkan batu pori di bagian atas bawah dari cincin sehingga benda
yang sudah dilapis kertas saring terapit oleh kedua batu pori, masukan
ke dalam sel konsolidasi.
c. Pasanglah plat penumpu di atas batu pori.
d. Letakan sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji pada alat konsolidasi
sehingga bagian yang runcing dari pelat penumpu menyentuh tepat pada
alat pembebanan.
e. Aturlah kedudukan arloji pada angka nol.
f. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada benda uji sebesar 0,25
kg/cm2 kemudian arloji dibaca dan dicatat pada 9,6 detik ; 15 detik ; 21,4
detik ; 29,4 detik ; 38,4 detik ; 1 menit ; 2,25 menit ; 4 menit ; 9 menit ;
16 menit ; 25 menit ; 36 menit ; 49 menit dan 24 jam (sesuai dengan
Form No.16). Biarkan beban pertama bekerja sampai pembacaan arloji
tetap (tidak terjadi penurunan lagi), biasanya 24 jam sudah dianggap
cukup. Sesudah satu menit pembacaan, sel konsolidasi diisi dengan air.
g. Setelah pembacaan menunjukkan angka yang tetap atau setelah 24 jam,
catatlah pembacaan arloji yang terakhir. Kemudian pasang beban yang
kedua sebesar beban yang pertama sehingga tekanan menjadi dua kali,
kemudian baca dan catatlah arloji sesuai dengan cara (f) diatas.

57
h. Lakukan cara (f) dan (g) untuk beban-beban selanjutnya. Beban-beban
tersebut menunjukkan tekanan normal terhadap benda uji masing-
masing sebesar ; 0,25 kg/cm2 ; 0,5 kg/cm2 ; 1,0 kg/cm2 ; 2,0
kg/cm2 ; 4,0 kg/cm2 ; 8,0 kg/cm2 dan seterusnya.
i. Beban maksimum ini sebenarnya tergantung pada kebutuhan, yaitu
sesuai dengan beban yang akan bekerja terhadap lapisan tanah tersebut.
j. Setelah pembebanan maksimum dan sudah menunjukkan pembacaan
yang tetap, kurangilah beban dalam dua langkah sampai mencapai beban
pertama, misalnya jika dipakai harga-harga tekanan 0,25 sampai 8,0
kg/cm2, maka sebaiknya beban dikurangi dari 8,0 menjadi 2,0 kg/cm2,
dan sesudah itu dari 2,0 menjadi 0,25 kg/cm2. Pada waktu beban
dikurangi, setiap pembebanan harus dibiarkan bekerja sekurang-
kurangnya 5 jam. Arloji penunjuk hanya perlu dibaca sesudah 5 jam,
yaitu saat sebelum dikurangi lagi.
k. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan cincin dan benda
uji dari sel konsolidasi, ambilah batu pori dari permukaan atas dan
bawah. Keringkan permukaan atas dan bawah benda uji.
l. Keluarkan benda uji dari cincin dan ditimbang beratnya. Kemudian
keringkan dalam oven selama 24 jam untuk menetukan kadar air dan
berat keringnya.
9.6 Data dan Analisa Data
Form No.16
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Jenis Tanah : Lanau
Dikerjakan :
KONSOLIDASI
PB – 0115 - 76
Waktu PEMBEBANAN (Kg/cm²)
Pembacaan 1 2 4 8 4 2
0 0 0,06 0,098 0,15 0,208 0,2035
9.6 dt 0,032 0,061 0,1 0,158 0,208 0,2035

58
15 dt 0,033 0,0612 0,101 0,16 0,208 0,2035
21.4 dt 0,034 0,062 0,102 0,163 0,208 0,203
29.4 dt 0,034 0,0621 0,103 0,165 0,208 0,203
38.4 dt 0,0345 0,0625 0,104 0,168 0,208 0,2025
1 menit 0,036 0,0631 0,106 0,17 0,208 0,2025
2.25 menit 0,04 0,0649 0,1075 0,174 0,208 0,2023
4 menit 0,0467 0,0649 0,112 0,177 0,208 0,202
9 menit 0,0485 0,0685 0,116 0,182 0,207 0,2018
16 menit 0,049 0,0689 0,119 0,1855 0,2065 0,2015
25 menit 0,0492 0,07 0,121 0,189 0,2063 0,2012
36 menit 0,0492 0,0708 0,123 0,192 0,2063 0,201
49 menit 0,0493 0,071 0,125 0,1935 0,2062 0,2009
1 jam 0,0494 0,072 0,126 0,195 0,2061 0,2009
24 jam 0,051 0,08 0,1385 0,21 0,2045 0,2005

Angka pori
Kadar Air dan
Sebelum Sesudah dan Derjat Sebelum Sesudah
Berat Bersih
Kejenuhan
Berat contoh
Ho = 2 H1= 1,76
basah dan cincin 109,4 115,9 Tinggi contoh
cm cm
(gr)
Berat cincin (gr) 46 46 Angka pori, e 1,15 1,15
Berat contoh Derajat
63,4 69,9 55,32 85,04
basah (gr) kejenuhan
Berat contoh
51,3 51,3 Berat jenis Gs 2,7 2,7
kering (gr)
Berat air (gr) 12,1 18,6
Kadar air (%) 23,59 36,26
Berat isi
1,55 1,71
(gr/cm3)

59
Contoh Perhitungan :
• Berat Air (sebelum) = Berat contoh basah – berat contoh kering
= (63,4 – 51,3) gram
= 12,1 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
• Kadar Air (sebelum) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
12,1
= x 100 %
51,3
= 23,59 %
• Volume = 1
4  .d2. t
= 1
4  . (5,1 cm)2 . 2 cm
= 40,87 cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
• Berat Isi (sebelum) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
63,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 40,87 𝑐𝑚³

= 1,55 gram/cm3

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


• Isi tanah kering (Vs) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
51,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2,7 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚³

= 19 cm3
• Isi Pori = Volume – Isi Tanah Kering
= (40,87 – 19 cm³
= 21,87 cm3
• Angka Pori (sebelum) = isi pori/ isi tanah kering
= 21,87 cm³ /19 cm³
= 1,15
𝐵.𝑇.𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵.𝑇. 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
• Derajat Kejenuhan (sebelum) = 𝑥 100 %
𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑟𝑖
63,4−51,3
= 𝑥 100 %
21,87

=55,32 %
Dial Penurunan e= e0 -
Tekanan Tinggi (H) ∆𝑒= ∆ℎ/𝐻𝑡
Reading (∆h) ∆e
(kg) (kg/cm²) (cm) (cm)

60
0 0 2,000 0,000 0,000 1,151
1 0,051 1,939 0,061 0,066 1,086
2 0,08 1,904 0,096 0,103 1,048
4 0,1385 1,834 0,166 0,178 0,973
8 0,21 1,749 0,251 0,270 0,881
4 0,2045 1,755 0,245 0,263 0,888
2 0,2005 1,760 0,240 0,258 0,893
Cara Perhitungan pada Tekanan 1 kg:
• Penurunan (∆ℎ) = 2 cm – 1,939 cm = 0,061 cm
• ∆𝑒 = ∆ℎ/Ht = 0,061 cm/ 0,93 cm = 0,66
• 𝑒 = 𝑒0 − ∆ℎ = 1,151 – 0,66 = 1,086

61
Grafik antara Tekanan dengan Angka Pori
1,1

1,09
1,0855
1,08

1,07
A B
1,06

1,05

1,04 1,0482
1,03

1,02
D
1,01

1
Angka Pori, e

0,99

0,98
e1(Cc) 0,9729
0,97
C
0,96

0,95

0,94

0,93

0,92

0,91 0,8931
e1(Cs)
0,9
0,8879
0,89
e2(Cs) = 0,884
0,8808
0,88
e2(Cc)
0,87
1 2 4 8 10 100
P’c = 2,4 Tekanan (kg/cm2)

62
Kurva penampatan asli di laboratorium mendekati linier dari 3 sampai 6
kg/cm2,maka dari hasil di atas mendapatkan nilai sebagai berikut :
Koefisien Pemampatan (Cc)
𝑒1 = 0,9729
𝑒2 = 0,8808
𝑝1 = 4 kg/cm²
𝑝2 = 8 kg/cm²
𝑒1−𝑒2 0,9729−0,8808
Cc = 𝑝2 = 8 𝑘𝑔/𝑐𝑚² = 0,3060
𝐿𝑜𝑔 𝐿𝑜𝑔
𝑝1 4 kg/cm²

Maka nilai indeks pemampatan (Cc) adalah 0,3060


Koefisien Pengembangan (Cs)
𝑒1 = 0,8931
𝑒2 = 0,884
𝑝1 = 2 kg/cm²
𝑝2 = 6 kg/cm²
𝑒1−𝑒0 0,8931−0,884
Cs = 𝑝1 = 6 𝑘𝑔/𝑐𝑚² = 0,0191
𝐿𝑜𝑔 𝐿𝑜𝑔
𝑝0 2 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Maka nilai indeks pengembangan (Cs) adalah 0,0191


Tekanan prakonsolidasi (p’c)
Untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi (p’c) yang
didapat dari grafik e versus log p adalah sebagai berikut :
1) Dengan melakukan pengamatan secara virtual, tentukan titik a dimana
grafik e versus log p mempunyai jari – jari kelengkungan yang paling
minimum.
2) Gambar garis datar ab.
3) Gambar garis singgung ac pada titik a.
4) Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac.
5) Perpanjang bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus
hingga memotong garis ad. Titik perpotongan ini yang merupakan
besarnya tekanan prakonsolidasi.
Sehingga didapat besar tekanan prakonsolidasi sebesar 2,4 kg/cm²

Koefisien Konsolidasi (Cv)

63
1) Beban 1 Kg
Cara untuk menentukan harga Cv yang diperlukan dengan metode
akar waktu sebagai berikut :
1) Gambar garis AB melalui bagian awal dari kurva
2) Gambar garis AC dengan OC = 1,15 OB
3) Absis titik D (potongan garis AC dan kurva konsolidasi
memberikan harga ajar waktu untuk tercapainya U90%, TV
= 0,848
4) Untuk U = 90%, TV = 0,848 sehingga T = 0,848 =
𝐶𝑣 . 𝑡90 0,848 𝐻²𝑑𝑟
atau
𝐻 2 𝑑𝑟 𝑡90

Perhitungan Cv pada beban 1 Kg

➢ √t90 = 0,11 menit , t90 = 0,1444 menit ,


t90 = 8,664 detik

➢ A = ¼ x 3,14 x (5,1 cm)2 = 20,44 cm²


Ws 51,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
➢ Ht = = 20,44 𝑐𝑚2 𝑥 2,7 = 0,93 cm
A x Gs

𝑇𝑣 . 𝐻𝑡²
➢ Cv = =, Tv untuk U = 90% adalah 0,848
𝑡90

0,848 𝑥 (1 𝑐𝑚)2
= = 0,0979 cm²/dtetik
8,664 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

64
65
2) Beban 2 Kg
Cara untuk menentukan harga Cv yang diperlukan dengan metode
akar waktu sebagai berikut :
1) Gambar garis AB melalui bagian awal dari kurva
2) Gambar garis AC dengan OC = 1,15 OB
3) Absis titik D (potongan garis AC dan kurva konsolidasi
memberikan harga ajar waktu untuk tercapainya U90%, TV
= 0,848
4) Untuk U = 90%, TV = 0,848 sehingga T = 0,848 =
𝐶𝑣 . 𝑡90 0,848 𝐻²𝑑𝑟
atau
𝐻 2 𝑑𝑟 𝑡90

Perhitungan Cv pada beban 2 Kg


➢ √t90 = 0,82 menit ➔ t90 = 1,21 menit
t90 = 72,6 detik

➢ A = ¼ x 3,14 x (5,1 cm)2 = 20,44 cm²


Ws 51,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
➢ Ht = = 20,44 𝑐𝑚² 𝑥 2,7 = 0,93 cm
A x Gs

𝑇𝑣 . 𝐻𝑡²
➢ Cv = =, Tv untuk U = 90% adalah 0,848
𝑡90
0,848 𝑥(1 𝑐𝑚)2
= = 0,0117 cm²/detik
72,6 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

66
67
3). Beban 4 Kg
Cara untuk menentukan harga Cv yang diperlukan dengan metode
akar waktu sebagai berikut :
1) Gambar garis AB melalui bagian awal dari kurva
2) Gambar garis AC dengan OC = 1,15 OB
3) Absis titik D (potongan garis AC dan kurva konsolidasi
memberikan harga ajar waktu untuk tercapainya U90%, TV
= 0,848
4) Untuk U = 90%, TV = 0,848 sehingga T = 0,848 =
𝐶𝑣 . 𝑡90 0,848 𝐻²𝑑𝑟
atau
𝐻 2 𝑑𝑟 𝑡90

Perhitungan Cv pada beban 4 Kg


➢ √t90 = 0,7 menit ➔ t90 = 2,03 menit
Tt90 = 121,8375 detik

➢ A = ¼ x 3,14 x (5,1 cm)2 = 20,44 cm²


Ws 51,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
➢ Ht = = 20,44 𝑐𝑚2 𝑥 2,7 = 0,93 cm
A x Gs

𝑇𝑣 . 𝐻𝑡²
➢ Cv = =, Tv untuk U = 90% adalah 0,848
𝑡90
0,848 𝑥(1 𝑐𝑚)2
= = 0,00696 cm²/detik
121,8375

68
69
d. Beban 8 Kg
Cara untuk menentukan harga Cv yang diperlukan dengan metode
akar waktu sebagai berikut :
1) Gambar garis AB melalui bagian awal dari kurva
2) Gambar garis AC dengan OC = 1,15 OB
3) Absis titik D (potongan garis AC dan kurva konsolidasi
memberikan harga ajar waktu untuk tercapainya U90%, TV
= 0,848
4) Untuk U = 90%, TV = 0,848 sehingga T = 0,848 =
𝐶𝑣 . 𝑡90 0,848 𝐻²𝑑𝑟
atau
𝐻 2 𝑑𝑟 𝑡90

Perhitungan Cv pada beban 8 Kg


➢ √t90 = 0,4 menit ➔ t90 = 0,697 menit
t90 = 41,8335 detik

➢ A = ¼ x 3,14 x (5,1 cm)2 = 20,44 cm²


Ws 51,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
➢ Ht = = 20,44 𝑐𝑚² 𝑥 2,7 = 0,93 cm
A x Gs

𝑇𝑣 . 𝐻𝑡²
➢ Cv = =, Tv untuk U = 90% adalah 0,848
𝑡90
0,848 𝑥(1 𝑐𝑚)2
= = 0,0203 cm²/detik
41,8335

70
71
Tekanan H ∆ℎ √t90 t90 Cv
(kg/cm2) (cm) (menit) (detik) 2
(cm /detik)
1 1,939 0,061 0,38 8,664 0,0979
2 1,904 0,096 1,10 72,6 0,0117
4 1,834 0,166 1,425 121,8375 0,0070
8 1,749 0,251 0,835 41,8335 0,0203

Rata – rata dari nilai koefisien konsolidasi (Cv)


(0,0979+0,0117+0,0070+0,0203) 𝑐𝑚2 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Rata-rata = 4

= 0,0342 cm²/detik

• Grafik Hubungan Antara Log P dengan cv

0,097876
0,096

0,086

0,076

0,066
cv = cm2/detik

0,056

0,046

0,036

0,026
0,020271

0,016 0,01168
0,00696
0,006
1 2 4 8 10 100
Tekanan (kg/cm2)

72
9.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :
❖ Nilai Indeks Pemampatan (Cc) = 0,3060
❖ Nilai Koefisien Pengembangan (Cs) = 0,0191
❖ Koefisien Konsolidasi (Cv) rata rata = 0,0342 cm²/detik
❖ Tekanan Prakonsolidasi (P’c) = 2,4 kg/cm²

9.8 Notasi & Keterangan


Ht = tinggi efektif benda uji (cm)
Gs = berat jenis tanah
Ho = tinggi contoh semula ( Ho = 2 cm)
Bk = berat tanah kering (gram)
Sr = derajat kejenuhan (%)
w = kadar air (%)
eo = angka pori
Gs = berat jenis tanah
Cv = koefisien konsolidasi (cm2/detik)
Hm = tinggi benda uji rata-rata pembebanan yang bersangkutan (cm)
T90 = waktu untuk mencapai konsolidasi 90% (detik).

73
PERCOBAAN X
PERMEABILITY TEST

10.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan koefisien
daya rembes (k) pada suatu contoh tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan
permeability adalah kemungkinan adanya air yang merembes melalui satu jenis
tanah. Apabila porositas tanah makin besar, maka makin besar pula air yang
merembes pada tanah tersebut, atau makin besar pula koefisien permeability (k)
tanah tersebut.

10.2 Dasar Teori


Air yang terdapat didalam tanah dapat dibedakan atas air absorbsi yakni air
yang diabsorbsi oleh permukaan butir-butir tanah, air kapiler yakni air yang
tertahan dalam pori oleh tegangan permukaan, dan air gravitasi yakni air yang
bergerak sepanjang gravitasi. Air yang berada dalam tanah adalah bebas dalam zone
jauh (saturation zone) yang selanjutnya dapat dibedakan atas air tanpa tekanan
dengan pemukaan yang bebas dan air tanah dengan tekanan tanpa tekanan bebas.
Air yang merembes melalui bendungan urugan atau tanggul adalah juga air
gravitasi. Air gravitasi yang mengalir dalam tanah disebabkan oleh energi sebagai
berikut :
1. Energi potensial yang disebabkan oleh posisi atau perbedaan tinggi
2. Energi tekanan yang disebabkan oleh tekanan air atau tekanan lain
3. Energi kinetis yang disebabkan oleh kecepatan aliran
Air yang merembes dalam tanah, biasa mengalir mengikuti keadaan aliran air
lamiler. Kecepatan aliran air rembesan dinyatakan oleh hukum darcy sebagai
berikut:
v=k.i
Dimana :
i = gradien hidrolis = ∆h/1
k = koefisien permeabilitas….(cm/dt)

74
Koefisien permeabilitas tergantung dari jenis serta kerapatan tanah. Pada
umumnya koefisien permeabilitas itu mempunyai harga yamg berbeda-beda seperti
yang tercantum dalam table dibawah ini.

Tabel 10.1 nilai koefisien permeabilitas secara kasar


K
Soil Type
( cm/sec ) ( ft/min )
Clean gravel 1.0-100 2.0-200
Coarse sand 1.0-0.01 2.0-0.02
Fine sand 0.01-0.001 0.02-0.002
Silty 0.001-0.00001 0.002-0.00002
Clay Lebih kecil – 0.000001 Lebih kecil – 0.000002
Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1, Hal 85
Dalam memilih jenis tanah bagi bahan konstruksi penahan seperti tanggul
penahan sungai atau bendungan urugan, maka permeabilitas tanah adalah sifat yang
perlu diperhatikan disamping karakteristik pemadatanya. Permeabilitas tanah
merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk memperkirakan volume air
rembesan pada pekerjaan galian sedalam muka air tanah atau lebih dalam lagi.
Untuk mengetahui permeabilitas tanah, biasanya digunakan uji permeabilitas.
Untuk mengetahui permeabilitas lapisan tanah setempat digunakan cara dengan
mengukur fluktuasi muka air tanah dari lapisan tanah disekitarnya setelah air
dipompa keluar melalui suatu sumuran atau sebaliknya, kadang-kadang digunakan
cara menuangkan air dalam sumuran.
Mengingat air rembesan dalam tanah bergerak sepanjang pori tanah maka
rembesan itu sudah tentu berkaitan dengan angka pori tanah atau diameter butir
tanah.
10.3 Peralatan
a. Tabung silinder diameter 10 cm dan tinggi 13 cm.
b. Gelas ukur.
c. Thermometer.
d. Tabung reservoir, sekaligus sebagai bak perendaman.
e. Alat ukur falling head.
f. Stop-watch.

75
g. Mistar
10.4 Prosedur Pengujian
a. Mengambil sempel tanah yang akan di uji dengan menekan tabung silinder
ke dalam tanah sampai penuh.
b. Memasukkan tabung dan tanah ke dalam kotaknya dan merendamnya dalam
reservoar sampai penuh.
c. Menghubungkan reservoir atau kotak tabung dengan alat pengukur head,
setelah itu air dialirkan jatuh bebas dari ketinggian tertentu yang mana
nantinya akan merembes melalui tanah.
d. Mencatat ketinggian air mula-mula (h0), sampai pada suatu ketinggian
dimana air akan turun (h1), juga dicatat interval waktu.
10.5 Analisa Data
Selan
Panja Ting
g µToC
Tanggal ng Waktu gi Permeabil Permeabil
Temperat wakt /
Pengamat Samp t muka ity (KToC) ity (K20)
ur (Co) u µ20o
an el L (detik) air h (cm/dtk) (cm/dtk)
(deti C
(cm) (cm)
k)
0.86
5/19/2021 6.2 27 0 95 7 0
0.86 0,07706
5/19/2021 6.2 27 5 87 5 0.08888 7
0.86 0,03130
5/20/2021 6.2 27 10 81 5 0.03610 7
0.86 0,02247
5/21/2021 6.2 27 15 75 5 0.02592 7
0.86 0,01511
5/22/2021 6.2 27 20 70 5 0,01743 7
0.86 0,01846
5/23/2021 6.2 27 25 63 5 0,02129 7
0.86 0,00958
5/24/2021 6.2 27 30 59 5 0,01105 7

76
0.86 0,00432
5/25/2021 6.2 27 35 57 5 0,00498 7
0.86 0,01005
5/26/2021 6.2 27 40 52 5 0,01159 7
0.86 0,00779
5/27/2021 6.2 27 45 48 5 0,00899 7
0.86 0,02520
5/28/2021 6.2 27 50 36 5 0,02906 7
0.86 0,02291
5/29/2021 6.2 27 55 27 5 0,02642 7
0.86 0,01170
5/30/2021 6.2 27 60 23 5 0,01350 7
0.86 0,04970
5/31/2021 6.2 27 65 11 5 0,05732 7
0.86 0,04933
6/01/2021 6.2 27 70 5 5 0,05690 7
0.86
6/02/2021 6.2 27 75 0 5 0.00000 7 0.00000
• ho= 100 cm
• Untuk suhu ruangan 27oC didapat factor koreksi µToC / µ20oC= 0.867

CONTOH PERHITUNGAN (pada baris 2 t = 5 detik) :


• a = 31,35
𝑎.𝐿 ℎ𝑜
• Permeability (KToC) = 2.3 ( 𝐴.𝑡 ) log (ℎ1)

= 2.3 ((31,35 x 6,2) / (38,44 x 5)) log (95/87)


= 0.08888 cm/dtk
• Permeability (K20oC) = KToC x µToC / µ20oC
= 0,14070 x 0.867
K = 0,07706 cm/dtk
= (Jenis tanah Coarse Sand)

77
CONTOH PERHITUNGAN (pada baris 7 t = 30 detik) :
• a = 31,35
𝑎.𝐿 ℎ𝑜
• Permeability (KToC) = 2.3 ( 𝐴.𝑡 ) log (ℎ1)

= 2.3 ((31,35 x 6,2) / (38,44 x 30)) log (63/59)


= 0,01105 cm/dtk
• Permeability (K20oC) = KToC x µToC / µ20oC
= 0,08885 x 0.867
K = 0,00958 cm/dtk
= (Jenis tanah Fine Sand)

CONTOH PERHITUNGAN (pada baris 11 t = 45 detik) :


• a = 31,35
𝑎.𝐿 ℎ𝑜
• Permeability (KToC) = 2.3 ( 𝐴.𝑡 ) log (ℎ1)

= 2.3 ((31,35 x 6,2) / (38,44 x 45)) log (52/48)


= 0,00899 cm/dtk
• Permeability (K20oC) = KToC x µToC / µ20oC
= 0,00779 x 0.867
K = 0,00779 cm/dtk
= (Jenis tanah Fine Sand)

Kesimpulan
• Semakin besar koefisien permeability (K) suatu jenis tanah maka semakin
besar pula air yang merembes pada tanah tersebut.
• Pada percobaan di atas diperoleh harga permeability :
Pada selang waktu 5 detik
(KToC) = 0.08888 cm/dtk
(K20) = 0,07706 cm/dtk
Pada selang waktu 30 detik
(KToC) = 0,01105 cm/dtk
(K20) = 0,00958 cm/dtk

78
Pada selang waktu 45 detik
(KToC) = 0,00899 cm/dtk
(K20) = 0,00779 cm/dtk
• Pada percobaan permeabilitas dengan menggunakan Constant head yang
diukur adalah air yang keluar dari selang pembuang.
• Percobaan dihentikan setelah air yang keluar dari selang pembuang konstan.

10.6 Notasi
kT 0c = permeability tanah pada suhu T0C
a = luas pipa (cm2)
d = diameter pipa (cm)
L = tinggi atau panjang sampel (cm)
A = luas sampel (cm2)
t = interval waktu penurunan dari h0 ke h1.
h0 = tinggi antara permukaan air dalam pipa dan kontainer pada
pembacaan pertama (cm)
h1 = tinggi antara permukaan air dalam pipa dan kontainer pada
k20 0c = permeability tanah pada temperatur standar
 T 0c
= faktor koreksi (lihat tabel terlampir)
 20 0c

79
PERCOBAAN XI
PEMERIKSAAN KEPADATAN TANAH (STANDARD COMPACTION
TEST)
PB-0111-76
AASHTO T-99-74
ASTM D-698-70

11.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air
dan berat isi kering suatu contoh tanah dengan memadatkan di dalam cetakan
silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 4,5 kg dan tinggi
jatuh 45,7 cm. Disamping itu juga menentukan kadar air optimum untuk suatu
kepadatan kering maksimum dari contoh tanah
Pemeriksaaan kepadatan dapat dilakukan dengan 4 (empat) macam cetakan berikut
:
- Cara A : cetakan diameter 102 mm ; bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
- Cara B : cetakan diameter 152 mm ; bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
- Cara C : cetakan diameter 100 mm ; bahan lewat saringan 19 mm (3/4).
- Cara D : cetakan diameter 152 mm ; bahan lewat saringan 19 mm (3/4).
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka ditetapkan cara A atau cara
D

11.2 Dasar Teori


Sebelum mendirikan bangunan sipil kadang-kadang diperlukan pemadatan
terlebih tanah dahulu, untuk meningkatkan daya dukung tanah maupun untuk
maksud-maksud lain seperti kerapatan tanah. Pemadatan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya
dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan
tanah yang tidak diinginkan serta dapat meningkatkan lereng timbunan.

80
Pemadatan tanah dapat didefinisikan sebagai suatu proses memampatkan
butir-butir tanah dengan mengeluarkan butir udara yang ada dari dalam pori-pori
tanah dengan cara mekanis. Selain itu pemadatan tanah juga bertujuan untuk :
1) Meningkatkan gaya geser tanah
2) Memperkecil nilai permeabilitas tanah
3) Memperkecil nilai pemampatan tanah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatan antara
lain; besarnya energi pemadatan, kandungan air dalam tanah, serta jenis tanah. Dan
tujuan akhir dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan kadar air yang optimum
sehingga akan diperoleh kepadatan yang paling maksimum.
Beberapa istilah penting yang sering dijumpai dalam percobaan pemadatan di
laboratorium, yakni :
• Pemadatan (Compaction) adalah proses merapatkan butiran – butiran
tanah secara mekanis, yang mennyebabkan keluarnya udara dari ruang
pori, sehingga meningkatakan kepadatan tanah.
• Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content – OMC) adalah kadar
air dari suatu contoh tanah, yang jika dipadatkan dengan enersi
pemadatan tertentu, akan menghasilkan nilai kepadatan maksimum (γdry
maks).

• Kepadatan Kering Maksimum (Maximum Dry Density - γdry maks) adalah


kepadatan kering yang didapatkan, jika suatu contoh tanah dengan kadar
air optimum dipadatkan dengan enersi tertentu.
• Pemadatan Relatif (Relative Compaction) adalah prosentase
perbandingan antara γdry yang dicapai dilapangan terhadap γdry maks yang
didapat dari percobaan dilaboratorium.
• Garis Kejenuhan (Saturation/Zero Air Vords Line – ZAVC) adalah garis
yang menunjukkan hubungan antara γdry dan kadar air (w) untuk tanah
dalam keadaan jenuh.

81
11.3 Peralatan
a. Cetakan diameter 102 mm (4"), kapasitas 0, 000943  0, 000008 m3, dengan
diameter dalam 101,6  0,406 mm, tinggi 116,43  0,1270 mm (Lihat gambar
No. 2).
b. Cetakan diameter 152 mm (6), kapasitas 0, 002124  0,000021 m3, dengan
diameter dalam 152,4  0,660 mm, tinggi 116,43  0,1270 mm (Lihat gambar
No. 3). Cetakan-cetakan harus diberi logam yang mempunyai dinding teguh
sesuai dengan ukuran diatas. Cetakan harus dilengkapi dengan leher
sambung, dibuat dari bahan yang sama dengan tinggi  60 mm yang dipasang
kuat-kuat dan dapat dilepaskan. Cetakan-cetakan yang telah dipergunakan
beberapa lama sehingga tidak memenuhi syarat toleransi diatas, masih dapat
dipergunakan bila toleransi tersebut tidak dilampaui lebih dari 50 %.
c. Alat Tumbuk
• Alat tumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk rata
diameter 50,8  0,127 mm, berat 2,496  0,009 kg dilengkapi dengan
selubung yang bisa mengatur tinggi jatuh secara bebas setinggi 304,8 
1,524 mm. Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah lubang
udara yang berdiameter tidak lebih kecil dari 9,5 mm (3/8) dengan poros
tegak lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua ujung. Selubung
harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tanpa
terganggu.
• Dapat juga dipergunakan alat tumbuk mekanis dari logam yang
dilengkapi alat pengontrol tinggi jatuh bebas 304,8  1,524 mm dan dapat
membagi-bagi tumbukan secara merata diatas permukaan. Alat
penumbuk harus mempunyai permukaan tumbuk yang berdiameter 50,8
 0,127 mm, berat 2,496  0,009 kg.
d. Alat pengeluar contoh (sample extruder).
e. Alat perata dari besi sepanjang 25 cm, salah satu sisi memanjang harus tajam
dan sisi lain datar.
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 
5)C.

82
g. Timabangan kapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 5 gram.
h. Saringan 50 mm (2"), 19 mm (3/4") dan 4,75 mm (No. 4).
i. Talam, alat pengaduk dan sendok.

Benda Uji
1) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan lembab,
contoh tersebut dikeringkan sehingga menjadi gembur, pengeringan dapat
dilakukan di udara terbuka atau dengan alat pengering lain, dengan suhu tidak
lebih dari 60 C. Kemudian gumpalan-gumpalan tanah ditumbuk, tetapi butir
aslinya tidak pecah.
2) Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm (no. 4) untuk
cara A dan B serta dengan saringan 19 mm (3/4") untuk cara C dan D.
3) Jumlah contoh yang sesuai untuk masing-masing cara pemeriksaan adalah
sebagai berikut :
- Cara A sebanyak 20 kg
- Cara B sebanyak 45 kg
- Cara C sebanyak 35 kg
- Cara D sebanyak 70 kg
Mengambil selisih kadar air masing-masing bagian antara 1 sampai 3%.
4) Benda uji dibagi menjadi 6 bagian dan tiap bagian dicampur air yang telah
ditentukan dan diaduk sampai merata. Penambahan air diatur, sehingga
didapat benda uji sebagai berikut:
- 3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah optimum.
- 3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas optimum.
5) Masing-masing benda uji dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan
selama 12 jam atau sampai kadar airnya merata.

11.4 Prosedur Pengujian


a. Menimbang cetakan (mold) diameter 102 mm dan keping alasnya dengan
ketelitian 5 gram (B1).
b. Cetakan (mold), leher (collar) dan keping alasnya (base plate) dipasang jadi
satu dan ditempatkan pada landasan yang kuat.

83
c. Mengambil salah satu dari ke enam contoh tersebut kemudian diaduk dan
dipadatkan di dalam cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah keseluruhan tanah yang digunakan harus tepat, sehingga tinggi
kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm.
Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standar 4,54 kg dengan tinggi
jatuh 45,7 cm. Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dengan 25 kali tumbukan.
d. Memotong kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan
melepaskan leher sambung (collar).
e. Menggunakan alat perata untuk meratakan kelebihan bahan sehingga betul-
betul rata dengan permukaan cetakan (mold). Lubang-lubang yang terjadi
pada permukaan karena lepasnya butir-butir kasar, harus ditambal dengan
bahan-bahan yang berbutir lebih halus.
f. Menimbang cetakan yang berisi benda uji beserta keping alasnya dengan
ketelitian 5 gram (B2).
g. Mengeluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat
pengeluar benda uji (sample extruder) dan memotong sebagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Menentukan kadar air dari masing-masing benda uji sesuai dengan PB - 0106-
76.

84
11.5 Analisa Data
PERCOBAAN PEMADATAN
Jenis Tanah
Modified
Berat tanah basah (gr) 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Kadar air mula (%) - - - - - -
Penambahan air (%) 100 100 100 100 100 100
Penambahan air (cc) 100 200 300 400 500 600

Berat Isi
Modified
Berat tanah + cetakan (gr) 6280 6519 6485 6463 6390 6257
Berat cetakan (gr) 4755 4755 4755 4755 4755 4755
berat tanah basah (gr) 1525 1764 1730 1708 1635 1502
Isi cetakan (cm3) 948.05 948.05 948.05 948.05 948.05 948.05
Berat isi basah (gr/cm3) 1.609 1.861 1.825 1.802 1.725 1.584
Berat isi kering (gr/cm3) 1.602 1.855 1.819 1.795 1.717 1.576

ZAV (kg/cm3) 2.24 2.22 2.22 2.21 2.15 2.13

Contoh Perhitungan:
• Berat Tanah Basah = (Berat tanah + cetakan )- ( Berat cetakan )
= 6280 – 4755
= 1525 gram
• Isi Cetakan = 1
4 .d 2.t

= 1
4 . 10,14 2.11,74
= 948,05 cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛 𝑎ℎ𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 1525
• Berat isi Basah = = 948.05 = 1,609gr/cm3
𝐼𝑠𝑖𝐶𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛
𝛾𝑥100 1,609𝑥100
• Berat Isi Kering = 100+𝑤 = 100+38,46 = 1,602 gr/cm3

85
Kadar Air Modified
Tanah basah + cawan (gr) 41.5 43.6 36.7 38.2 54.9 77.1
Tanah kering + cawan (gr) 32.8 33.9 28.5 29.2 38.6 52
Berat air (gr) 8.7 9.7 8.2 9 16.3 25.1
Berat cawan (gr) 4 4.5 4 4.7 4.2 4.5
Berat tanah kering (gr) 28.8 29.4 24.5 24.5 34.4 47.5
Kadar air (%) 30.21 32.99 33.47 36.73 47.38 52.84

Contoh Perhitungan:
• Berat Air = ( T.basah + Cawan ) – ( T.Kering + Cawan )
= 41,5 – 32,8
= 8,7 gr
• Berat Tanah Kering = ( Tanah Kering + Cawan ) - ( Cawan )
= 32,8 - 4
= 28,8 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐴𝑖𝑟
• Kadar Air ( % ) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥100%
8,7
=28,8 𝑥100%

= 30,21 %
Perhitungan γZAV
𝛾𝑤
γZAV = 1 dengan γw = 1 t/m3 dan Gs = 2,27
𝑤+
𝐺𝑠

• Dengan W = 30,21 %
𝛾𝑤 1
γZAV = 1 = 1 = 2,24
𝑤+ 0,3021+
𝐺𝑠 2,27

Grafik hasil uji


Berat tanah basah (gr) 2000 2000 2000 2000 2000 200
Penambahan air (cc) 100 200 300 400 500 600
Kadar air (%) 30.21 32.99 33.47 36.73 47.38 52.84
ZAV (kg/cm3) 2.24 2.22 2.22 2.21 2.15 2.13
Berat isi kering (gr/cc) 1.602 1.855 1.819 1.795 1.717 1.576

86
Grafik Hasil Pemadatan

Hasil Pemadatan
2,40

2,30
2,24
2,22
2,22
2,21
2,20
2,15
2,13

2,10

y = 1E-05x2 - 0,0056x + 2,3983

2,00
Berat Isi Kering

1,90
1,855
1.85
1,819
1,80
1,795

1,70 1,717

1,60 1,576
1,602
y = -0,0018x2 + 0,1449x - 1,0438

1,50

1,40
28,0 30,0 32,0 34,0 36,0 38,0 40,0 42,0 44,0 46,0 48,0 50,0 52,0 54,0
38,65 Kadar Air

Series1 Series2 Poly. (Series1) Poly. (Series2)

87
11.6 Kesimpulan
Dari hasil percobaan tanah tersebut mempunyai berat isi kering maksimum
(γd) adalah sebesar 1,85 gr/cm3 dengan kadar air sebesar 38,65 % termasuk dalam
tipe tanah lempung lembek (soft clay) .
Sumber : Buku Mekanika Tanah Jilid 1 Karangan Braja M. Das (halaman 38)

11.7 Notasi
 = berat isi basah (gr/cm3)
B1 = berat cetakan dan keping alas ( gr )
B2 = berat cetakan, keping alas dan benda uji ( gr )
V = isi cetakan (gr/cm3)
 d = berat isi kering (gr/cm3)
w = kadar air (%)
G = berat jenis tanah
 w = berat isi air (gr/cm3)

88
PERCOBAAN XII
PEMERIKSAAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN SAND CONE
PB-0103-76
AASHTO T-191-61
ASTM D-1556-64

12.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan di tempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan di sini
hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butir kasar diameternya tidak lebih
besar dari 5 cm. Kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi.

12.2 Dasar Teori


Percobaan sand cone merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan, untuk menentukan berat isi kering (kemadatan) tanah asli ataupun hasil
suatu pekerjaan pemadatan, yang dapat dilakukan pada tanah kohesif maupun non-
kohesif.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk tujuan yang sama yaitu :
a. Metoda silinder (Drive Silinder method), khusus untuk tanah kohesif.
b. Metoda balon karet (Rubber Ballon method), untuk semua jenis tanah
c. Metoda Nuclear (Nuclear method), untu semua jenis tanah.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui percobaan ini, biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan dilapangan yang
dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan
antara γd (kerucut pasir) dengan γd maks. Hasil percobaan dilaboratorium dalam (%).

89
12.3 Peralatan
a. Botol transparan tempat pasir dengan isi ± 4 liter.
b. Corong kerucut diameter 16,51 cm.
c. Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan lubang bergaris
tengah 16,51 cm.
d. Neraca kapasitas 10 kg dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
e. Neraca kapasitas 500 gram dengan ketelitian sampai 0,1 gram.
f. Pasir Ottawa yang bersifat bersih, kering, keras dan tidak mengandung bahan
pengikat, serta bergradasi lewat saringan No. 10 dan tertahan pada saringan
No.200.
g. Oven
h. Peralatan lain seperti : palu, sendok, pahat, mistar dan sebagainya.

12.4 Benda Uji


Benda uji diambil dari lapangan yang merupakan tanah terganggu (disturb).
Untuk pengambilan dan lokasi benda uji lihat pengambilan contoh tanah di
lapangan.

12.5 Prosedur Pengujian


a. Menentukan isi botol
- Menimbang alat (botol + corong).
- Mengisi botol dengan air jernih sampai penuh.
- Menimbang botol beserta air.
- Langkah tersebut dilakukan 3 (tiga) kali dan diambil harga rata-ratanya.
b. Menentukan berat isi pasir
- Mengisi botol dengan pasir Ottawa sampai penuh.
- Menimbang alat tersebut.
c. Menentukan berat pasir dalam corong
- Mengisi botol perlahan-lahan dengan pasir secukupnya dan ditimbang.
- Meletakkan alat dengan corong di bawah pada pelat corong.
d. Menentukan berat isi tanah
- Mengisi botol dengan pasir secukupnya lalu ditimbang.

90
- Meratakan permukaan yang akan diperiksa. Meletakkan pelat corong pada
permukaan yang telah rata tersebut dan mengokohkan dengan paku pada
keempat sisinya.
- Kemudian menggali lubang sedalam minimal 10 cm di sekitar lubang pelat
dasar.
- Seluruh tanah hasil galian dimasukkan kaleng tertutup dimana berat kaleng
tersebut sudah terlebih dahulu diketahui beratnya, lalu meniimbang kaleng
beserta tanah tersebut.
- Meletakkan alat dengan posisi terbalik pada pelat dasar yang telah digali
tadi, lalu membuka kran secara perlahan-lahan sehingga pasir masuk ke
dalam lubang. Setelah pasir berhenti mengalir, kran ditutup. Kemudian
botol, corong beserta sisa pasir ditimbang.
- Mengumpulkan seluruh pasir yang dipakai tadi dengan hati-hati agar jangan
ada bahan lain yang terbawa, karena pasir tersebut akan dipakai lagi untuk
percobaan selanjutnya.
- Mengambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar airnya

91
12.6 Analisa Data
1. Menentukan Berat Isi Tanah Pasir d ps gr/cm3

Berat Container + pasir 7633,6 gr/cm3


Berat Container 206,1 gr
Berat pasir dalam Container 6953,1 gr
Volume Container 4922,5 cm3
Berat Isi Kering Pasir 1.5088 gr/cm3

Analisa Perhitungan :

• Berat pasir dalam Container = (1)-(2)

= 7633,6 gr/cm3 – 206,1 gr

= 7427,5 gr

• Volume Botol = 4922,5 cm3


Ws 7427,5 𝑔𝑟
• Berat isi kering pasir = = = 1,5088 gr/cm3
V 4922,5 cm2

2. Menentukan Berat Pasir dalam Corong

Berat Botol + Corong + pasir 8095,6 gr


Berat Botol + Corong + Sisa Pasir 3872,7 gr
Berat Pasir dalam Corong 1394,7 gr
Analisa Perhitungan :
• Berat pasir dalam ( Corong ) = 3872,7 gr - 8095,6 gr
= 4222,9 gr

3. Menentukan Volume Lubang = V (cm3)


Berat Botol + Corong + pasir 8095,6 gr
Berat Botol + Corong + Sisa Pasir 3872,7 gr
Berat Pasir dalam (Corong+Lubang) 4222,6 gr
Berat Pasir dalam Corong 1394,7 gr
Berat Pasir dalam Lubang = Wl 2827,9 gr
Wi
Volume Lubang V = 1874,3 cm3
dps
Analisa Perhitungan :
𝑊𝑖 2827,9 𝑔𝑟
• Volume Lubang : : : 1874,3 cm3
𝛾𝑑𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 1.5088 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

92
4. Menentukan Berat Isi Tanah Kering ( lap )  d lap gr/ cm3
Berat Tanah Basah + tempat 1922,9 gr
Berat Tempat 134 gr
Berat Tanah Basah = Wtb 2196,7 gr
Wtb
Berat Isi Tanah Basah =  =
V 1,68 gr/ cm3
Berat Isi Tanah Kering
 0,84 gr/ cm3
d = x 100
100 + W

Analisa Perhitungan :
• Berat tanah basah : 2196,7 gr
Wtb 2196,7 𝑔𝑟
• Berat Isi Tanah Basah () : = = 1,68 gr/ cm3
V 1874,27 cm3


• Berat Isi Tanah Kering (d lap) : x100%
100 + W
1,68 gr/ cm3
: 𝑥 100%
100 +38.65

: 1,21 gr/ cm3


Catatan: Kadar air (W) = 38.65 %

5. Menentukan Berat Pasir dalam Corong


100 %  D max 95%  D max
Berat Isi Kering Laboratorium 𝛾𝑑 lab 1,85 gr/ cm3 1,819 gr/ cm3
Berat Isi Kering Lapangan =𝛾𝑑 lap 1,21 gr/ cm3 1,15 gr/ cm3
dlap
Derajat Kepadatan lap = x100% 65,40 % 63,22 %
dlab

Catatan : Berat Isi Kering (d maks lab)= 1.85 gr/cm3 ( diperoleh dari data
percobaan 11)

Analisa Perhitungan :
dlap
• Derajat Kepadatan lap = x100%
dlab
1,21
= 𝑥 100% = 65,40 %
1,85

93
6. Menentukan Kadar Air
Berat Tanah Basah + Krus 39,2 gr
Berat tanah Kering + Krus 27,7 gr
Berat Air 10,5 gr
Berat Krus 4 gr
Berat tanah Kering 37,2 gr
Kadar Air =W % 28 %
Analisa Perhitungan :
• Berat Air = Berat Tanah Basah + Krus - Berat tanah Kering + Krus
= 39,2 gr – 27,7 gr
= 10,5 gram
• Berat Tanah Kering = Berat tanah Kering + Krus - Berat Krus
= 27,7 gr – 4 gr
= 23,2 gram
BeratAir
• Kadar Air = x100%
BeratTanahKering
10,5
= 𝑥 100%
23,2

= 38,65 %

94
7. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Berat Isi Kering (d lab) = 1,85 gr/ cm3
Berat pasir dalam corong = 1394,7 gr
Volume lubang = 1874,27 cm3
Berat Isi Kering lap 95% (d lap)max = 1,15 gr/ cm3
Berat Isi Kering lap 100% (d lap)max = 1,21 gr/ cm3
Kadar air (W%) = 38,65 %
Derajat Kepadatan lap 100% = 65,40 %
h. Notasi
 = berat isi tanah basah (gr/cm3)
w = kadar air (%)
 D, laboratorium = berat isi kering dari pemeriksaan PB-0113-76 (gr/cm3)

95
PERCOBAAN VIII
PEMERIKSAAN CBR LABORATORIUM

PB-0113-76
AASHTO T-193-74
ASTM D-1663-73

13.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan CBR (California Bearing
Ratio) tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada
kadar air tertentu. CBR ialah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan
terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.

13.2 Dasar Teori


CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum.
Perkerasan jalan harus memenuhi 2 syarat, yaitu :
a. Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memikul berat
kendaraan-kendaraan yang akan memakainya.
b. Permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan keausan dari roda-
roda kendaraan, juga terhadap pengaruh air dan hujan.
Bila perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara
keseluruhan , maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik
pada perkerasan jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan
bergelombang besar dan berlobang-lobang, sampai pada akhirnya rusak sama
sekali. Sedangkan kalau perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka
permukaan jalan mengalami kerusakan yaitu berupa lobang-lobang kecil dan pada
akhirnya akan bertambah banyak dan bertambah besar sampai perkerasan jalan
menjadi rusak secara keseluruhan.
Jadi, untuk menilai kekuatan dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk
menentukan tebal lapisan perkerasan dipergunakan percobaan CBR. Nilai CBR ini

96
digunakan untuk menilai kekuatan yang juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan
tebal lapisan dari suatu perkerasan.
Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin
tinggi kadar airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun
demikian, hal itu tidak berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan
kadar air rendah untuk mendapatkan nilai CBR yang tinggi, karena kadar air tidak
konstan pada nilai rendah itu. Setelah pembuatan jalan, maka air akan dapat
meresap kedalam tanah dasar sehingga kekuatan CBR turun sampai kadar air
mencapai nilai yang constant. Kadar air yang constant inilah yang disebut kadar air
keseimbangan. Batas-batas kadar air dan berat isi kering dapat ditentukan dari hasil
percobaan laboratorium, yaitu percobaan pemadatan dan CBR. Percobaan CBR ini
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Percobaan CBR terendam (Soaked)


b. Percobaan CBR tak terendam (Unsoaked)
Tabel Nilai CBR terhadap Kekuatan Subgrade Jalan

13.3 Peralatan
a. Mesin penetrasi (loading machine) berkapasitas sekurang-kurangnya 4,45 ton
(10.000 lb) dengan kecepatan penetrsi sebesar 1,27 mm (0,05) per menit.
b. Cetakan logam yang berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 
0,6609 mm (6  0,0026) dengan tinggi 117,8  0,130 mm. Cetakan harus
dilengkapi dengan leher sambung dengan tinggi 50, 8 mm (2”) dan keping
atas logam yang berlubang-lubang dengan tebal 9, 53 mm (3/8”) dan diameter
lubang tidak lebih dari 1, 59 mm (1/16”).

97
c. Piring pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter 150, 8 mm (5
15/16”) dan tebal 61, 4 mm.
d. Alat penumbuk sesuai dengan cara pemeriksaan pemadatan PB-0111-76 atau
PB-0112-76.
e. v yang terdiri dari keping pengembangan yang berlubang-lubang dengan
batang pengatur, tripot logam dan arloji penunjuk.
f. Keping beban dengan berat 2,27 kg (5 pound), diameter 194,2 mm (5 7/8)
dengan lubang tengah diameter 54 mm (2 1/8).
g. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm (1,95") luas 1935 mm2 (3
sqinchi) dan panjang tidak kurang dari 101,6 mm.
h. Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi peralatan lain
seperti talam, alat perata, alat untuk merendam.
i. Alat timbang sesuai dengan PB - 0111 - 76 atau PB - 0112 - 76.

13.4 Benda Uji


Benda uji disiapkan sesuai dengan cara pemeriksaan pemadatan PB-0111-76
dan PB-0112-76.
a. Mengambil contoh kira-kira sebesar 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5 kg
untuk campuran tanah agregat.
b. Kemudian mencampur bahan tersebut dengan air sampai kadar air optimum
atau kadar air lain yang dikehendaki.
c. Memasang cetakan pada keping alas dan timbang. Memasukkan piring
pemisah, di atas keping alas dan pasang kertas saring diatasnya.
d. Memadatkan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara B dan cara
D dari pemeriksaan pemadatan PB-0111-76 atau PB-0112-76. Bila benda uji
akan direndam periksa kadar air sebelum dipadatkan. Bila benda uji tersebut
tidak direndam pemeriksaan kadar air dilakukan setelah benda uji dikeluarkan
dari cetakan.
e. Membuka leher sambungan dan ratakan dengan alat perata, tambal lubang-
lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir kasar
dengan bahan yang lebih halus. Menngeluarkan keping atau piringan

98
pemisah, membalikkan dan memasang kembali cetakan berisi benda uji pada
keping alas dan timbang.
f. Untuk pemeriksaan CBR langsung, benda uji ini telah siap untuk diperiksa.
Bila dikehendaki CBR yang direndam (Soaked CBR) harus dilakukan
langkah sebagai berikut :
- Memasang mesin pengembangan diatas benda uji dan kemudian
memasang keping pemberat yang dikehendaki sebesar 4,5 Kg (10 lb) atau
sesuai dengan keadaan beban perkerasan. Merendam cetakan beserta
beban didalam air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah
.
- Memasang tripot beserta arloji pengukur pengembangan, mencatat
pembacaan pertama dan biarkan benda uji selama 96 jam. Permukaan air
selama perendaman harus tetap (kira-kira 2,5 cm di atas permukaan benda
uji). Tanah berbutir halus atau berbutir kasar, perendaman dapat dilakukan
lebih singkat sampai pada pembacaan arloji tetap. Pada akhir perendaman
mencatat pembacaan arloji pengembangan.
- Mengeluarkan cetakan dari bak air dan dimiringkan selama 15 menit
sehingga air bebas mengalir habis, jaga agar selama pengeluaran air
permukaan benda uji tidak terganggu.
- Mengambil beban dari keping alas, kemudian cetakan beserta isinya di
timbang. Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk diperiksa.

13.5 Prosedur Pengujian


a. Meletakkan keping pemberat di atas permukaan benda uji seberat minimal 4,
5 kg (10 pound) atau sesuai dengan beban perkerasan.
b. Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang
dipergunakan waktu perendaman. Meletakkan pertama-tama keping
pemberat 2, 27 kg (5 pound) untuk mencegah pengembangan permukaan
benda uji pada bagian lubang keping pemberat. Pemberat selanjutnya
dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan benda uji.
c. Kemudian mengatur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga
arloji beban menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10 pound).

99
Beban permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang
sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji
penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di nolkan.
d. Memberikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1, 27 mm/menit (0, 05” per menit). Mencatat
pembacaan pembebanan pada penetrasi 0, 312 mm (0, 0125”) ; 0, 62 mm (0,
025”) ; 1,25 mm (0,05") ; 1,87 mm (0,075") ; 2,5 mm (0,10") ; 3,75 mm
(0,15") ; 5 mm ( 0,20") ; 7,5 mm (0,30") ; 10 mm (0,40") ; dan 12,5 mm
(0,50").
e. Mencatat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
terjadi sebelum penetrasi 12, 50 mm (0, 05”).
f. Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25, 4 mm.
g. Pengambilan benda uji untuk kadar air, diambil dari seluruh kedalaman bila
diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk pemeriksaan kadar air
sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-
kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar

100
13.6 Analisa Data
Pengembangan Standart

Tanggal 13/06/2021 14/06/2021 15/06/2021 16/06/2021

Jam 14.13 14.13 14.13 14.13

Pembebanan 0 27,5 47,5 56,2

Perubahan 27,5

No Analisa Sebelum Sesudah

1 Berat tanah + mould ( gram ) 7050 7400

2 Berat mould ( gram ) 3650 3650

3 Berat tanah basah ( gram ) 3400 3750

4 Isi mould ( cm3 ) 2147.76 2147.76


Berat isi basah ( gr/cm3
5 1.58 1.75
)
Berat isi kering ( gr/cm3
6 1.54 1.26
)
Analisa Perhitungan :
• Berat Tanah Basah = (1) – (2)
= 7050 – 3650 = 3400 gram

• Isi Cetakan = 1
4  .d2.t
= 1
4  .15,22.11,78
= 2147,76 cm3

𝑊 3400
• Berat Isi Basah () = = 2147,76 = 1,58 gram
𝑉

 1,58
• Berat Isi Kering (d lap) = x100 = x100
100+𝑊 100+3400

= 1,54 gram/cm3

101
Waktu Penurunan Pembacaan Arloji Beban ( gram )
( menit ) ( inchi ) Atas bawah atas bawah
0 0 - - 0 -
¼ 0,0125 30 - 80 -
½ 0,025 75 - 120 -
1 0,05 125 - 235 -
1.5 0,075 199 - 300 -
2 0,1 222 - 440 -
3 0,15 293 - 513 -
4 0,2 365 - 600 -
6 0,3 483 - 815 -
8 0,4 535 - 1068 -

10 0,5 610 - 1168 -

Harga CBR :
Cbr 0.1 0.2
222 440
x100 x100
Atas 3𝑥1000 3𝑥1000
= 7,4 % = 14,6 %
Kadar Air
No Analisa Sebelum Sesudah
1 Berat tanah basah + cawan ( gram ) 65,8 66,6
2 Berat tanah kering + cawan ( gram ) 45,7 46,5
3 Berat cawan 3,9 3,9
4 Berat air ( gram ) 20,1 20,1
5 Berat tanah kering (gram ) 41,8 42,8
6 Kadar air (%) 48,08 47,18
Analisa Perhitungan :
• Berat Tanah Kering = (2) - (3)
= 45,7 – 3,9 = 41,8 gram
• Berat Air = (1) – (2)
= 65,8 – 45,7 = 20,1 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐴𝑖𝑟
• Kadar Air (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥100%
20,1
= 41,8 x 100 % = 48,08 %

102
Grafik CBR

GRAFIK CBR

1400

1200

1000

800
Beban (Gram)

600600

400

222
200

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Penurunan (Inchi)

103
13.7 Kesimpulan
Dengan harga CBR 7,4% untuk penetrasi (0.1”) dan harga CBR 14,6% untuk
penetrasi (0.2”) maka dapat disimpulkan nilai CBR paling mendekati bahan
standart. Tanah layak untuk lapisan tanah perencanaan perkerasan jalan.

CBR Penetrasi
0,1” = 7,4%
0,2” = 14,6%

104
PERCOBAAN XIV
PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR
PB-0101-76

14.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus
dan hambatan lekat tanah dengan menggunakan alat sondir. Perlawanan penetrasi
konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya
persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung
bikonus dalam gaya persatuan panjang.

14.2 Dasar Teori


Merupakan salah satu jenis pengujian langsung dilapangan yang sejak lama
telah dikembangkan, dan sangat luas penggunaannya. Percobaan Penetrasi Konus
(Cone Penetration Test – CPT) yang secara umum dikenal sebagai Pengujian
Sondir, adalah uji statis berkaitan dengan cara memasukkan konus melalui
penekanan dengan kecepatan tertentu.
Alat yang digunakan adalah Sondir mekanis tipe Begemann Friction Sleeve
– Cone (Bikonus), dengan luas proyeksi ujung konus 10cm, dan luas bidang geser
100cm. Pemberian gaya menggunakan system hidrolis dengan luas Torak (piston)
10cm. Pembacaan gaya (tegangan)pada setiap interval kedalaman 20cm,
menggunakan 2 (dua) buah manometer masing-masing berskala 0-60kg/cm dan 0-
250cm.
Hasil dari percobaan ini dapat digunakan untuk merencanakan daya dukung
ujung (end bearing) dan perlawanan keliling permukaan tiang (friction/adhesion
resistance) dari pondasi tiang, maupun daya dukung pondasi dangkal. Selain itu
percobaan ini sangat praktis untuk mengetahui dengan cepat letak kedalaman
lapisan tanah keras, dengan mengevaluasi nilai rasio gesekan (friction ratio), dapat
pula dilakukan deskripsi jenis lapisan tanah. Percobaan ini dapat dilakukan pada
semua jenis tanah berbutir halus maupun kasar (pasir), namun tidak dapat
dilaksanakan jika pada lapisan tanah tersebut terdapat banyak kerikil.

105
14.3 Peralatan
a. Mesin sondir ringan (kapasitas 2 ton) atau mesin sondir berat (kapasitas 10
ton)
b. Satu set pipa sondir (sesuai kebutuhan dengan panjang masing-masing 1
meter) lengkap dengan baja kanal.
c. Manometer masing-masing 2 (dua) buah dengan kapasitas :
• Sondir ringan ; sampai 60 kg/cm2
• Sondir berat ; sampai 250 kg/cm2
d. Mata sondir berupa konus biasa dan bikonus (lihat gambar terlampir).
e. Empat (4) buah angker dengan baut (angker daun atau spiral).
f. Stang pemutar angker
g. Penyambung bikonus  10 buah/ unit-unit penyambung pipa
h. Minyak hidrolik/ oli
i. Perlengkapan/ alat bantu ; kunci plunyer, kunci-kunci pipa, kunci Inggris,
Linggis, rol meter / kopua, pipa untuk mengisi minyak hidrolik, alat
penggeser untuk mengunci sekrup pada waktu menekan dan menarik.

14.4 Prosedur Pengujian


a. Memasang dan mengatur mesin sondir vertikal dilokasi tanah yang akan
diperiksa dengan menggunakan angker yang dimasukkan secara kuat
kedalam tanah.
b. mengisi minyak hidrolik (saat pengisian minyak hidrolik harus bebas dari
gelembung udara) kedalam mesin sondir.
c. Memasang konus dan bikonus sesuai dengan ujung pipa pertama.
d. Memasang rangkaian pipa pertama beserta konus tersebut pada mesin sondir.
e. Menekan pipa untuk memasukkan konus atau bikonus sampai kedalaman
tertentu, biasanya setiap 20 cm.
f. Menekan batang
g. Jika digunakan bikonus maka penetrasi ini pertama-tama akan menggerakkan
ujung konus kebawah sedalam 4 cm, dan bacalah manometer sebagai
perlawanan penetrasi konus (PK). Penekanan selanjutnya akan

106
menggerakkan konus beserta selubung kebawah sedalam 8 cm; bacalah
manometer sebagai hasil jumlah perlawanan (JP) yaitu penetrasi perlawanan
konus (PK) dan hambatan lekat (HL).
h. Jika dipergunakan konus maka pembacaan manometer hanya dilakukan pada
penekanan pertama (PK).
i. Menekan pipa bersama batang sampai kedalaman berikutnya yang akan
diukur. Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm.

107
14.5 Analisa Data
hambatan hambatan
kedalaman pk jp (HL) hi jhl setempat(HS)
0 0 0 0 0 0 0
0.2 10 25 15 30 15 1.5
0.4 25 28 3 6 18 0.3
0.6 35 38 3 6 6 0.3
0.8 29 38 9 18 12 0.9
1 18 46 28 56 37 2.8
1.2 37 48 11 22 39 1.1
1.4 50 55 5 10 16 0.5
1.6 65 92 27 54 32 2.7
1.8 77 121 44 88 71 4.4
2 132 170 38 76 82 3.8
2.2 187 223 36 72 74 3.6
2.4 223 345 122 244 158 12.2

Contoh Perhitungan :
Diketahui : Jumlah konus ( PK ) = 10 kg/cm2
Jumlah Perlawanaan (JP) = 25 kg/cm2
• Jadi hambatan lekat ( HL) = JP-PK
= 25 - 10
= 15 kg/cm2
20
• Hambatan Lunak ( HI ) = HL x
10
20
= 15 x
10
= 30 kg/cm2
• Jumlah Hambatan Lekat ( JHL ) = Komulatif dari HL = 0 + 15
= 15 kg/cm2

108
HL 15
• Hambatan setempat ( HS ) = = 10 = 1,5 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
10

109
Grafik Uji Penetrasi Konus

PENETRASI KONUS (KG/CM2)

0 50 100 150 200 250 300


0

0,5

1
PK
HL
KEDALAMAN MT (M)

1,5

2,5

14.6 Kesimpulan
• Nilai perlawanan penetrasi konus (PK) = 10 kg/cm2 .
• Nilai
3 hambatan lekat (HL) = 15 kg/cm2 .

• Jadi, perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah sangat

110
• mempengaruhi dalam hal penyondiran, dimana perlawanan penetrasi konus
adalah perlawanan terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per
satuan luas (F/A), sedangkan hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah
terhadap selubung bikonus dalam satuan Panjang. Nilai konus dan hambatan
lekat diukur bersama-sama, nilai hambatan pelekat didapatkan kemudian
dengan mengurangkan besarnya nilai konus dan nilai jumlah keseluruhan.
• Pada lapisan tanah bagian atas (seperti terlihat pada data) adalah jenis tanah
keras (kadar airnya sedikit) kemudian semakin ke dalam kondisi tanah
bertambah lunak dan semakin dalam lagi bertambah keras sampai pada batas
kemampuan pengeboran. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa
tanah memiliki lapisan yang berbeda-beda dengan kadar air yang berbeda
pula.

Notasi
HL = hambatan lekat (kg/cm)
JP = jumlah perlawanan konus (kg/cm2)
PK = penetrasi konus (kg/cm2)
A = tahap pembacaan ( = 20 cm)
Luas konus
B = faktor alat, atau = 10
Luas torak

111

Anda mungkin juga menyukai