OLEH:
NAMA -NAMA KELOMPOK 1 KELAS D
1. MIKHAEL H. P. GORAN (21122141) 12. RICO J. BELE (21122152)
2. MARCHEM MANIMALEY (21122142) 13. LOUIS M. OKI (21122153)
3. IRVAN R. A. NAHAK (21122143) 14. REDEMTUS D. BANAFANU (21122154)
4. YOHANES SANGA (21122144) 15. DE LA C. K. OLAMUKIN (21122155)
5. ANDRE BEBENGU (21122145) 16. URSULIN V. G. DUE (21122156)
6. PEDRO G. LANGADJAWA (21122146) 17. KONSTANTINUS DARWIYANTO (21122157)
7. FRIDOLIN F. T. INWANTRIS (21122147) 18. FRANSISKUS X. BRIA (21122158)
8. ANTONIUS A. USFAHIK (21122148) 19. RAIMUNDA N. SEBASTIAN (21122159)
9. SERAFINUS TETI (21122149) 20. MIKHAEL M. L. DOUTEL (21122160)
10. FULGENSIUS GOI (21122150) 21. YOSINTA UN (21122161)
11. ALBERTUS C. DAMAT (21122151) 22. ADRIANI R. SEQUIERA (21122169)
DOSEN:
MAURITIUS I. R. NAIKOFI, S.T, M.T
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan
penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Laporan praktikum ini adalah hasil pengujian laboratorium yang dibuat sebagai
suatu persyaratan dan bukti keikutsertaan mahasiswa dalam mata kuliah Praktikum
Mekanika Tanah, dimana laporan ini berisi tentang Pengujian: Sondir Mekanik,
Kepadatan In-situ (sand cone), Hand bor, Analisa Sringan, Analisa Hidrometer.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
ii
2.8. Prosedur Uji ..................................................................................................... II-7
iii
BAB V........................................................................................................................V-1
5.3. Tujuan..............................................................................................................V-1
iv
7.2. Definisi ......................................................................................................... VII-2
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
SONDIR MEKANIS
Metode ini mencakup penentuan tahanan ujung dan gesekan selimut pada
penetrasi sondir secara berkelanjutan ke dalam tanah.
Metode uji ini dikenal dengan mana Dutch Cone Penetration Test (DCPT) atau Cone
Penetration Test (CPT). Dalam hal ini mencakup uji sondir mekannis.
1.2. Definisi
Penetrometer adalah suatu alat yang terdiri dari satu set batang batang silindris
(batang penekan) dengan kondus yang didesain untuk menembus tanah dan
batuan lunak, serta perlengkapan pengukuran untuk menentukan tahanan konus
dan gesekan selimut.
Konus adalah bagian ujung penetrometer berbentuk cone untuk mengukur
tahanan ujung.
Selimut geser (friction sleeve) adalah bagian penetrometer yang mengukur
gesekan selimut.
Batang-batang penekan (push rods) adalah tabung berdinding tebal yang
digunakan untuk memperpanjang ujung penetrometer sampai kedalaman uji yang
diinginkan.
Batang-batang dalam (inner rod) adalah batang padat di dalam rongga batang-
batang penekan untuk menekan ujung penetrometer.
Tahanan konus (qc) adalah perlawanan tanah terhadap uji konus.
Qc
qc = (kg⁄cm2 )
Ac
Qc = Gaya yang bekerja pada konus (kg)
Ac = Luas dasar dan konus (cm2)
Gesekan selimut (fs) adalah perlawanan tanah terhadap selimut geser.
Qs
fc = (kg⁄cm2 )
As
Qs = Gaya yang diperlukan untuk menekan masuk selubung (kg)
As = Luas selubung geser (cm2)
I-1
Rasio gesekan (friction ratio, Rf) adalah perbandingan antara gesekan selimut, fs
terhadap tanah ujung konus, qc diukur pada kedalam yang sama, dinyatakan
dalam persen.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengukur tahanan konus dan gesekan
selimut pada penetrasi alat sondir ke dalam tanah secara berkelanjutan.
Uji sondir dapat memberikan data mengenai sifat teknis tanah yang dapat
digunakan untuk perancangan dan menentukan metode konstruksi pekerjaan tanah serta
fondasi.
Aplikasi uji sondir sangat banyak, antara lain:
Identifikasi jenis tanah dan penentuan profil stratifikasi tanah.
Menentukan kedalaman lapisan tanah keras (umumnya dianggap pada qs = 150
kg/cm2).
Menentukan secara kualitatif kepadatan relatif tanah pasiran dan konsistensi
tanah kohesif.
Perancangan fondasi.
Evaluasi potensi liquifaksi tanah pasiran.
Pengendalian mutu pekerjaan pemadatan tanah.
1.5. Keterbatasan
Uji sondir tidak dapat digunakan pada tanah kerikil dan tidak dapat menembus
tanah pasir padat (kecuali dengan kapasitas yang lebih tinggi). Perlu dicatat apabila
mencapai nilai tahanan qc ≥ 150 kg/cm2, belum tentu didapat lapisan tanah keras dan
mungkin tahanan konus yang tinggi terjadi akibat adanya lensa pasir padat atau adanya
batuan.
Uji sondir tidak memperoleh sampel tanah, oleh karena itu interpretasi hasil uji
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman engineer. Hasil pengeboran di dekat uji
sondir sondir dapat digunakan sebagai perbandingan.
I-2
1.6. Peralatan
I-3
4. Batang-batang dalam (inner rod)
I-4
Selimut geser dengan luas permukaan 150 cm2
8.
(±2%)
9. Kertas kerja
I-5
1.7. Persiapan Uji
1. Beri tanda pada batang penekan garis-garis yang menunjukkan kedalaman uji
yang diinginkan (biasanya maksimum 20 cm)
2. Lempeng pengatur dipasang pada posisi lubang terpotong, sehingga bila bagian
penekan dan mesin diturunkan dengan memutar gagang sondir searah jarum jam,
maka batang penekan bergerak turun. Lakukan hingga mencapai kedalaman uji
yang dikehendaki.
3. Gagang pemutar diputar berlawanan jarum jam, maka bagian penekan akan naik
melewati sedikit kepala batang penekan, lalu lempeng pengatur dipasang pada
posisi lubang sempurna.
4. Putar gagang sondir searah jarum jam dengan kecepatan konstan yaitu 1-2
cm/detik (±25%). Bagian penekan turun, kepala batang penekan melewati
lempeng pengatu, batang dalam akan menekan piston, jarum manometer
bergerak, kemudian akan berhenti sementara bila batang dalam turun ±4 cm.
Perhentian pertama ini menyatakan besarnya qc, catat di kertas kerja – R1. Namun
selama pembacaan dan pencatatan dilakukan, pemutaran gagang harus tetap
dilakukan secara konstan.
5. Saat penekanan diteruskan, jarum akan bergerak lagi (meloncat kembali).
Loncatan atau pergerakan kedua ini menyatakan besarnya q c + fs, catat di kertas
kerja – R2. Pada saat pengukuran, yaitu langkah ke-4 dan ke-5 harus diperhatikan
I-6
agar batang penekan jangan sampai mengenai piston. Yang boleh mengenai
piston hanyalah batang dalam.
6. Setelah melakukan pengukuran R1 dan R2 handle diputar berlawanan arah jarum
jam sampai bagian penekan melewati batang penekan, kemudian lempeng
pengatur dipasang pada posisi lubang terpotong.
7. Ulangi langkah ke-2 sampai ke-6 sampai mencapai kapasitas alat hampir tercapai
(dianggap sampai lapis tanah keras). Dalam proses ini batang penekan dan batang
dalam disambung satu per satu setiap kali habis ditekan ke dalam tanah.
8. Pengambilan atau pengangkatan batang-batang penekan dan batang-batang dalam
setelah pengujian selesai:
a. Batang dalam diambil.
b. Posisi lempeng pengatur dipasang pada posisi lubang sempurna.
c. Gagang diputar searah jarum jam, bagian penekan turun dibiarkan
sampai lempeng pengatur melewati batang penekan.
d. Lempeng pengatur diubah posisinya ke lubang terpotong.
e. Gagang diputar berlawanan arah jarum jam, batang penekan terkait dan
ikut terangkat ke atas, setelah sambungan batang penekan terlihat batang
penekan bawah dijepit dengan tiang penjepit pipa, batang bagian atas
diputar dan dilepas.
f. Ulangi langkah (a.) dan (e.) hingga semua batang penekan, batang dalam,
dam konus terangkat keluar dari dalam tanah.
Dalam hal menggunakan alat sondir standar dengan konus standar, tahanan
konus,
qc = R 1 (kg⁄cm2 )
R2−R1
Hitung gesekan selimut dengan fs = (kg⁄cm2 )
15
f
Hitung rasio gesekan dengan R 1 = qc × 100% (%)
c
I-7
BAB II
Uji ini meliputi penentuan kepadatan atau berat isi tanah di lapangan (in-situ)
menggunakan alat uji sand-cone.
Prinsip pengujian adalah dengan membuat lubang pada tanah yang akan di uji,
lalu menggantikkannya dengan pasir standar jatuh bebas yang diketahui kepadatannya.
Berat isi basah dihitung dengan cara membagi berat basah tanah yang diambil terhadap
volume lubang yang dibuat.
2.2. Defenisi
Kepadatan atau berat isi adalah massa tanah per satuan volume.
Berat isi basah adalah massa tanah total (butiran tanah, air, dan udara) dalam satu
satuan volume tertentu.
Berat isi kering adalah massa tanah kering oven dalam satu satuan volume
sebelum dikeringkan.
Rongga adalah ruang di antara butiran tanah yang dapat berisi gasatau air atau
keduanya.
2.3. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kepadatan dan berat isi tanah
dilapangan (in-situ).
Pengujian ini dapat digunakan untuk menentukan kepadatan tanah secara cepat,
missal pada konstruksi jalan raya, timbun structural, dan sebagainya.
2.5. Keterbatasan
Metode ini sulit dilakukan pada tanah yang banyak mengandung batuan dan
material kasar dengan diameter lebih dari pada 38 mm. dan juga sebaiknya tidak
dilakukan pada tanahyang mempunyai rongga atau pori yang besar karena pasir yang
II-1
digunakan dalam uji sand cone dapat memasuki rongga-rongga tersebut. Selain itu, tanah
yang diuji harus mempunyai kohesi yang cukup untuk menjaga stabilitas lubang yang
dibuat dalam pengujian, tanpa mengalami longsor.
Uji ini tidak sesuai untuk tanah organic atau tanah dengan plastisitas tinggi yang mana
akan mengalami deformasi pada saat penggalian lubang dilakukan. Sedangkan untuk
tanah jenuh air yang memungkinkan terjadi rembesan air ke dalam lubang galian juga
tidak dianjurkan menggunakan metode ini.
II-2
2.6. Peralatan
No.
Alat-Alat Pengujian Kepadatan In-Situ (Send Cone) Gambar
II-3
4 Jangka sorong
II-4
Sekop, sendok besar, obeng, atau penggaruk kecil dan
7
kapur tulis atau cat
II-5
9 Desikator yang diisi dengan silica gel
10 Kertas kerja
II-6
2.7. Persiapan Uji
II-7
Balikkan wadah pasir dan dudukan corong tepat
diatas lubang pelat dasar dan buka katup dan
biarkan pasir jatuh bebas sampai pasir tersebut
6.
berhenti mengalir, pastikan selama pasir
mengalir tidak ada getaran terjadi pada alat sand
cone maupun pada lokasi sekitarnya
II-8
Masikan tanah sampel + belerang + 2 bola baja
10.
kemudian tutup rapat
1. Hitung massa pasir yang mengisi lubang, corong, dan pelat dasar dengan cara
𝑀1 = 𝑀1𝑖 − 𝑀1𝑓 (𝑔𝑟)
M1 −M2
2. Hitung volume lubang uji dengan cara V = ϒ1
(cm3 )
M3
3. Hitung berat isi basah tanah uji dengan cara ϒm = (gr⁄cm3 )
V
4. Hitung massa tanah basah dari lubang dengan cara M3 = M3f – M3i (gr)
5. Hitung massa tanah kering dari lubang dengan cara M4 = M4f – M4i (gr)
M4
6. Hitung berat isi kering tanah uji dengan cara ϒd = V
(gr⁄cm3 )
II-9
2.10. Laporan Hasil Uji
II-10
BAB III
Bor tangan merupakan salah satu alat sederhana yang dapat digunakan untuk
penyelidikan tanah dan pengambilan sampel, selama tidak dibutuhkan sampel tak
terganggu.
3.2. Defenisi
Bor tangan adalah berbagai macam alat bor yang dijalankan secara manual untuk
melakukan eksplorasi geoteknik dangkal. Variasi bor tangan yang dapat digunakan
antara lain bor helical, bor tipe spiral, bor tipe perahu, bor orchard barrel, bor spiral
terbuka, bor spiral tertutup, bor tipe post hole, bor tipe clam shell, dan bor tipe Iwan.
3.3. Tujuan
Kelebihan penggunaan bor tangan ini adalah alat yang digunakan mudah
diperoleh dan metodenya sangat sederhana.
3.5. Keterbatasan
III-1
3.6. Peralatan
1. Bor tangan
III-2
3.7. Persiapan Uji
Pemberian nomor referensi pada wadah sampel. Pastikan tidak tertukar atau identik
dengan proyek atau sampel lain.
III-3
3.9. Pelaporan Hasil Uji
Berat tanah (Gr) Kedalaman (Cm) Jenis tanah Warna tanah Uraian
Tanah Pasir Bergradasi
1280 20 Merah Kasar
Buruk
III-4
BAB IV
ANALISA SARINGAN
4.2. Defenisi
4.3. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan gradasi ukuran butir dan
klasifikasi tanah berdasarkan kurva gradasi tersebut.
IV-1
4.4. Manfaat dan aplikasi
Untuk tanah gambut dan tanah kapur lapuk, konsep partikel individual tidak
dapat diterapkan seperti pada pasir, lanau dan lempung.
IV-2
4.6. Peralatan
2. Sieve shaker
IV-3
4. Sekop kecil dan sendok besar
5. Palu karet
IV-4
Oven yang dapat mempertahankan suhu tetap 1050C –
7.
1150C
8. Kertas kerja
IV-5
4.7. Persiapan Uji
4.8.Prosedur Uji
1. siapkan sampel
IV-6
pilih jenis saringan yang akan
digunakan, disesuaikan dengan
3. kondisi ukuran butir sampel. Catat
nomor saringan dan diameter
lubangnya pada kertas kerja.
IV-7
Nyalakan sieve shaker selama
9. minimum 10 menit (sampel
sebanyak 500 gr)
IV-8
4. hitung % lolos di saringan terbesar dengan cara P 1 = 100 – R1 (%)
5. hitung % lolos di setiap saringan lainnya dengan cara P2 = P1 – R2 (%), lalu
P3 = P2 – R3 (%) dst.
6. tabelkan semua perhitungan untuk setiap saringan
7. plot kurva distribusi ukuran butir dalam kertas semi log, dengan di mana
diameter butir/diameter saringan (mm) sebagai absis dalam skala log dari
persen lolos sebagai koordinat dengan skala linear.
8. Tentukan nilai D10, D30, dan D60 dari kurva distribusi ukuran butir.
9. Hitunglah koefisien keseragaman, CU, dengan cara CU=D60/D10.
10. Hitunglah koefisien gradasi, CG dengan cara CG=D302/D60.D10.
11. Tentukan klasifikasi tanah berdasarkan metode USCS (Unifed Soil
Classification System) atau metode lain bila di tentukan secara khusus
IV-9
4.10. Laporan Hasil Uji
70
60
50
40
30
20
10
0
0.010 0.100 1.000 10.000
Ukuran Butiran (mm)
IV-10
Gambar 4. 1 Parameter Klasifikasi Tanah
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.010 0.100 1.000 10.000
Ukuran Butiran (mm)
𝐷60 0,46
Koefisien Keseragaman : C𝑢 = = = 6.05
𝐷10 0.076
D302 0,1752
Koefisien Gradasi : CC = D = = 0.88
60 xD10 0,46x0.076
IV-11
BAB V
ANALISA HIDROMETER
Penentuan distribusi ukuran butir tanah secara kuantitatif dibedakan menjadi dua
jenis uji, yaitu Analisis saringan untuk butiran dengan ukuran lebih besar dari pada 0,075
mm (tertahan saringan nomor 200), dan analisis hidrometer untuk ukuran butir lebih kecil
dari pada 0,075 mm (lolos saringan nomor 200)
5.2. Defenisi
5.3. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan gradasi ukuran butir dan
klasifikasi tanah berdasarkan kurva gradasi tersebut.
V-1
Drainase air tanah. Karakteristik drainase bergantung kepada proporsi butiran
halus (lanau dan lempung) yang ada di dalam tanah.
Grouting dan injeksi kimia. Pemilihan proses grouting yang tepat bergantung
kepada karakteristik gradasi tanah.
Material beton. Pasir dan kerikil yang memenuhi syarat sebagai agregat beton
dibagi atas beberapa zona kurva distribusi ukuran butir.
Kompaksi dinamik. Dalam perencanaan perbaikan tanah menggunakan
kompakasi dinamik, analisis ukuran butir dapat memberikan indikasi kelayakan
pemilihan proses tersebut.
5.5. Keterbatasan
Untuk tanah gambut dan tanah kapur lapuk, konsep partikel individual tidak
dapat diterapkan seperti pada pasir, lanau, dan lempung.
V-2
5.6. Peralatan
V-3
4. Silinder sedimentasi dengan kapasitas 1000 ml
6. Mikser
V-4
Timbangan yang mempunyai keakuratan 0,01 gr untuk
7.
menimbang sampel yang lolos saringan nomor 10 (2,00 mm)
8. Stopwatch
9. Termometer
V-5
10. Air terdestilasi
V-6
5.7. Persiapan Uji
V-7
3. Letakan sampel tanah dalam wadah dan
campurkan 125 ml larutan dispersing agent
sesuai dengan ketentuan (40 gr/liter) aduk
hingga rata
V-8
5.9. Perhitungan Hasil Uji
V-9
Tabel 5.3. Nilai Kedalaman Efektif, L, Berdasarkan Bacaan Hidrometer Aktual,
Ra
Bacaan Kedalaman Bacaan Kedalaman
Hidrometer Efektif, L (cm) Hidrometer Efektif, L (cm)
Aktual, Ra Aktual, Ra
0 16,30 31 11,20
1 16,10 32 11,10
2 16,60 33 10,90
3 15,80 34 10,70
4 15,60 35 10,60
5 15,50 36 10,40
6 15,30 37 10,20
7 15,20 38 10,10
8 15,00 39 9,90
9 14,80 40 9,70
10 14,70 41 9,60
11 14,50 42 9,40
12 14,30 43 9,20
13 14,20 44 9,10
14 14,00 45 8,90
15 13,80 46 8,80
16 13,70 47 8,60
17 13,50 48 8,40
18 13,30 49 8,,30
19 13,20 50 8,10
20 13,00 51 7,90
21 12,90 52 7,80
22 12,70 53 7,60
23 12,50 54 7,40
24 12,40 55 7,30
25 12,20 56 7,10
26 12,00 57 7,00
27 11,90 58 6,80
28 11,70 59 6,60
29 11,50 60 6,50
30 11,40
V-10
Tabel 5. 4 Nilai K
V-11
5.10. Laporan Hasil Uji
Diketahui:
Waktu Pembacaan
Percent L
(T) Hidrometer RCP RCL A D (mm)
finer (cm)
Menit (R)
V-12
Grafik 5. 1 Kurva Distribusi Ukuran Butiran Analisa Hidrometer
20
Butiran Halus (%)
15
10
0
0.001 0.010 0.100 1.000
Ukuran Butiran (mm)
V-13
Tabel 5. 7 Hasil Gabungan Analisa Saringan Dan Hidrometer
Diameter
%lolos
(mm)
Analisis Saringan
4,75 96,22
2,00 89,50
0,85 76,05
0,60 69,33
0,25 40,34
0,11 18,91
0,08 9,66
0,0654 2,21
0,0483 1,52
0,0342 1,52
Analisis Hidrometer
0,0243 1,42
0,0173 1,32
0,0125 1,42
0,0089 1,32
0,0063 1,42
0,0045 1,32
0,0032 1,32
0,0027 1,32
0,0013 1,22
60
50
40
30
20
10
0
0.001 0.010 0.100 1.000 10.000
CLAY SILT SAND GRAVEL
V-14
Berdasarkan perhitungan grafik gabungan antara analisis saringan dan hidrometer
dapat diketahui ukuran butiran sebagai berikut:
Clay = 1.28%
Silt = 2.18 - 1.28 = 0.9%
Sand = 89.5 - 2.18 = 87.32%
Graver = 96.22 – 89.5 = 6.72%
𝐷60 0,46
Koefisien Keseragaman : C𝑢 = = = 6.05
𝐷10 0.076
D302 0,1752
Koefisien Gradasi : CC = = = 0.88
D60 xD10 0,46x0.076
Berdasarkan kurva distribusi klasifikasi di atas disimpulkan bahwa jenis tanah tersebut
merupakan TAHAN PASIR BERGARASI BURUK.
V-15
BAB VI
KADAR AIR
Uji ini merupakan metode standar dalam menentukan kadar air tanah dengan cara
pengeringan oven, yang dilakukan di dalam laboratorium.
Pengujian ini berkaitan dengan kadar air tanah dan bagaimana pada jumlah tertentu air
tersebut mempengaruhi perilaku tanah.
Pengukuran kadar air menyediakan data yang sangat baik untuk klasifikasi dan
mengetahui properties teknik tanah kohesif. Namun pada dasarnya pengukuran kadar air
dapat dilakukan pada setiap jenis tanah.
6.2. Defenisi
Kadar air (W) adalah massa air yang dapat dihilangkan dari partikel tanah dengan
memanaskannya dalam oven pada suhu 105ºC - 110ºC, dan dinyatakan dalam presentasi
massa kering.
𝑊𝑤
𝑊= 𝑊𝑠
× 100%
Kadar air asli (Ws) adalah kadar air tanah dalam kondisi air tidak terganggu.
6.3. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengukur sifat – sifat fisis tanah, sehingga
dapat digunakan untuk proses klasifikasi tanah.
VII-1
6.4. Manfaat Dan Aplikasi
Besaran kadar air yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan besaran –
besaran lain yang berkaitan dengan sifat teknis tanah, antara lain indeks plastisitas (Pi),
indeks liquiditas (Li), dan lain - lain
6.5. Keterbatasan
Keterbatasan uji ini adalah bahwa untuk tanah kohesif, kadar air yang tercakup
hanya meliputi air yang dapat dihilangkan oleh pengeringan oven pada suhu105ºC -
110ºC, sehingga terdapat air yang tidak terhilangkan dan dianggap sebagai kesatuan butir
tanah itu sendiri. Air tersebut adalah air terserap dan air hidrasi. Air terserap adalah
lapisan tipis (sekitar 0.005 μm) air yang dipegang oleh permukaan partikel butir tanah
dengan gaya tarik elektrik dan seolah – olah dalam keadaan solid. Air hidrasi adalah air
yang terkombinasi secara kimiawi berbentuk kristal di dalam tanah.
Keterbatasan pada tanah kohesif ini berkaitan dengan bentuk butir yang seperti
lempengan/tipis, untuk yang sangat kecil (kurang dari 2 μm), dan komposisi mineralnya
yang menyebabkan tanah kohesif mampu memegang air dalam berbagai cara yang
kompleks. Keterbatasan ini tidak berlaku untuk tanah granular non-kohesif, karena
pengeringan menggunakan oven selama 12 – 24 jam pada tanah granular mampu
menghilangkan semua air yang ada.
Untuk tanah gambut, tanah yang mengandung gypsum, dan tanah tropis
disarankan untuk menggunakan oven dengan temperatur 60ºC karena bila menggunakan
suhu yang lebih tinggi dapat mengubah karakteristik tanah.
VII-2
6.6. Peralatan
VII-3
2 buah wadah aluminium yang diberi tanda/nomor yang
4. berbeda dan jelas. Dipastikan wadahnya kering, bersih dan
tidak berkarat.
6. Kertas kerja
VII-4
6.7. Persiapan Uji
Pemberian nomor pada wadah aluminium, pastikan tidak tertukar antara nomor
wadah dengan wadah lain.
Pemeriksaan keakurasian timbangan atau kalibrasi timbangan bila diperlukan.
VII-5
Masukan sampel ke dalam oven selama 12 -24 jam,
5.
dengan suhu 105ºC - 115ºC yang konstan
Nilai kadar air yang digunakan sebagai properties sampel tersebut adalah nilai
kadar air rata – rata kedua sampel.
Cawan Cawan
Nomor Cawan
A B
Berat Cawan (W1) gr 9,49 9,63
Berat Cawan + Tanah Basah (W2) gr 63,21 63,47
Berat Cawan + Tanah Kering (W3) gr 51,43 51,78
Berat Air Ww = W2-W3 gr 11,78 11,69
Berat Tanah Kering Ws = W3-W1 gr 41,94 42,15
Kadar Air W = Ww/Ws*100 % 28,09 27,73
Rata - Rata (W(A)+W(B))/2 % 27,91
VII-6
BAB VII
KOMPAKSI
Selain rencana beban tanah timbunan tersebut, hal yang juga perlu diperhatikan
adalah gradasi tanah secara keseluruhan. Karena itu, sebelum uji kompaksi dilakukan
sebaiknya tanah diketahui gradasinya melalui uji ayakan. Penentuan besar mold, jumlah
tumbukan setiap lapisan, dan sampel tanah yang akan digunakan ditentukan oleh gradasi
tanah tersebut.
VII-1
METODE PROCTOR MODIFIKASI (ENERGI 2700 KN-M/M3)
TIPE A B C
‘> 20% berat tanah di ‘> 20% berat tanah di
≤ 20% berat
ayakan No. 4(4.75 mm) ayakan 3/8” (9.5 mm)
Gradasi tanah di ayakan
dan ≤ 20% berat tanah di dan < 30% berat tanah
No. 4(4.75 mm)
ayakan 3/8” (9.5 mm) di ayakan ¾” (19 mm)
Lolos ayakan Lolos ayakan 3/8” (9.5 Lolos ayakan ¾” (19
Material Sampel
No. 4 (4.75 mm) mm) mm)
Diameter Mold 4” (101.6 mm) 4” (101.6 mm) 6” (125.4 mm)
Betar Palu 10 lbf (44.5 N) 10 lbf (44.5 N) 10 lbf (44.5 N)
Tinggi Jatuh 18” (457 mm) 18” (457 mm) 18” (457 mm)
Jumlah Lapisan 5 lapis / mold 5 lapis / mold 5 lapis / mold
Tumbukan 25 / lapis 25 / lapis 25 / lapis
7.2. Definisi
Kadar air optimum (OMC) adalah kadar air tanah dimana bila padanya tanah dikompaksi
pada energi tertentu, menghasilkan berat isi kering yang maksimum.
Berat isi kering maksimum (γd max) adalah berat isi kering yang dicapai akibat proses
kompaksi tanah yang berada pada kadar air optimumnya.
Persentase rongga udara (Va) adalah volume rongga udara yang dinyatakan sebagai
persentase terhadap volume total tanah.
Garis AV adalah kurva yang menunjukkan hubungan berat isi kering dan kadar air untuk
tanah yang mengandung Va tertentu.
Garis ZAV adalah kurva yang menunjukkan hubungan berat isi kering dan kadar air
untuk tanah yang mengandung rongga udara sama sekali (Va=0%)
7.3. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapat hubungan berat isi kering dan kadar
air untuk tanah yang didapatkan dengan energi tertentu.
VII-2
Hal ini digambarkan dalam kurva kompaksi. Dari kurva ini terlihat bahwa pada proses
pemadatan untuk setiap energi tertentu, kepadatan yang tercapai bergantung kepada kadar
air tanah tersebut. Apabila kadar air rendah,tanah bersifat keras atau kakusehingga sukar
dipadatkan. Bilamana kadar airnya ditambah maka air itu akan berlaku sebagai pelumas
sehingga tanah lebih mudah dipadatkan. Pada kadat air yang lebih tinggi lagi,
kepadatannya akan turun karena pori – pori tanah menjadi penuh terisi air yang tidak
dapat dikeluarkan lagi dengan cara kompaksi.
Parameter yang dihasilkan adalah kadar air optimum (OMC) dan berat isi kering
maksimum (γd max).
Hubungan berat isi kering dan kadar air tanah akibat proses pemadatan pada
energi tertentu
Kadar air yang paling efisien untuk melakukan pemadatan pada energi tersebut
Nilai berat isi kering maksimum yang dapat dicapai dengan pemadatan tersebut
7.5. Keterbatasan
Dalam proses kompaksi, tanah menjadi lebih padat karena rongga udara
berkurang, tanpa terjadi perubahan kadar air. Hal ini berbeda dengan proses konsolidasi,
dimana air keluar dari pori – pori tanah akibat beban statis yang dikenakan. Dalam proses
kompaksi, rongga udara tidak dapat dihilangkan seluruhnya.
VII-3
7.6. Peralatan
VII-4
4. Minyak pelumas
5. Penggaris
VII-5
7. Timbangan yang mempunyai keakuratan 1 gr
8. Pisau
VII-6
10. Disikator yang diisi dengan sillica gel
VII-7
7.7. Persiapan Uji
Pemberian nomor referensi pada setiap wadah aluminium. Pastikan tidak tertukar
antara identitas dari sampel satu dengan yang lain.
Pemeriksaan keakuratan timbangan atau kalibrasi timbangan bila diperlukan
Lakukan uji ayakan untuk menentukan gradasi tanah
Lakukan uji spesific gravity terhadap tanah yang digunakan.
VII-9
Ukur tinggi mold (L0), diameter dalam mold
4.
(D0), dan timbang berat mold (Wc)
VII-10
Timbang berat mold berisi tanah basah, tidak
9.
termasuk pelat dasarnya
VII-11
Masukan setiap potongan sampel sesuai
14. dengan posisinya (tengah atas dan tengah
bawah) ke dalam wadah
VII-12
7.9. Perhitungan Hasil Uji
12. Karena dalam proses kompaksi tidak mungkin menghilangkan seluruh rongga
udara, maka kurva kompaksi akan selalu berada di bawah garis ZAV. Bila dalam
grafik terlihat kurva kompaksi memotong atau berada diatas garis ZAV, itu
berarti proses pengujian atau perhitungan salah.
13. Dapat pula diplot garis AV yang lain, yaitu dengan menggunakan rumus yang
sama dengan garis ZAV, namun nulai Va dimasukan 5% atau 10% atau yang
diketahui.
14. Pada titik puncak kurva kompaksi, baca berat isi kering maksimum (γd max) dan
kadar air optimum yang berkorelasi dengan berat isi kering maksimum tersebut
(OMC).
7.10. Laporan Hasil Uji
Dalam pelaporan hasil uji, hal – hal yang harus dicantumkan antara lain:
Data umum sampel (lokasi pengambilan sampel, kedalaman, deskripsi tanah, dan
sebagainya)
Metode uji yang digunakan, proctor standar atau proctor modifikasi
Klasifikasi tanah berdasarkan hasil uji ayakan, dan tipe uji yang sesuai (A, B,
atau C)
Spesific gravity tanah.
VII-13
Data (A) Kelas D Kel. 1
Berat Wadah A = 9,41 gr Tinggi Mol (t) = 16,8 cm
Berat wadah B = 9,27 gr Diameter mol (d) = 15,2 cm
Berat wadah A + tanah basah = 81,38 gr Berat tanah basah A = 71,97 cm
Berat wadah B + tanah basah = 71,93 gr Berat tanah basah B = 62,66 cm
berat wadah A + tanah kering = 66,58 gr Berat tanah kering A = 57,17 cm
berat wadah B + tanah kering = 64,00 gr Berat tanah kering B = 54,73 cm
VII-14
Data (F) Kelas F Kel. 2
Berat Wadah A = 9,47 gr Tinggi Mol (t) = 18 cm
Berat wadah B = 9,63 gr Diameter mol (d) = 15,4 cm
Berat wadah A + tanah basah = 59,34 gr Berat tanah basah A = 49,87 cm
Berat wadah B + tanah basah = 54,48 gr Berat tanah basah B = 44,85 cm
berat wadah A + tanah kering = 45,51 gr Berat tanah kering A = 36,04 cm
berat wadah B + tanah kering = 44,63 gr Berat tanah kering B = 35 cm
Berat Mold
A = 5521 gr
B = 5542 gr
C = 5520 gr
D = 5544 gr
E = 5516 gr
F = 5543 gr
KADAR AIR A B C D E F
Berat contoh basah (gr) 71,97 42,42 54,95 57,05 65,4 44,85
Berat contoh kering (gr) 57,17 39,91 40,18 45 53,45 35
Berat air (gr) 14,80 2,51 14,77 12,02 11,95 9,85
Kadar air (%) 25,89 6,29 36,76 26,69 22,36 28,14
VII-15