Tugas Akhir
Diajukan oleh :
Final Project
by
ii
iii
iv
v
INTISARI
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
PORUS 9 CM“ ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini adalah sebagai syarat
untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains
kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
Dharma.
2. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan
4. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.
6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma.
vii
7. Bapak Y. Subandi dan Ibu Rustiningsih selaku orang tua penulis yang
8. Rakel Dara Kusuma Dewi yang selalu memotivasi penulis untuk segera
9. Bapak Sunyoto dan Ibu Tiwi yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis.
10. Bapak Purnomo dan Ibu Sri Rahayu yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis.
11. Dewi Endarwati yang selalu memberi dukungan, semangat, dan menemani
penulis dalam suka maupun duka, dan membuat hari-hari penuh warna.
12. Rigar Widi Sulistiawan dan Agustinus Jati Pradana, sebagai teman kelompok
14. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
perlu diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan
dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.
Terima kasih.
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 18
4.1 Data penelitian ............................................................................ 18
4.2 Hasil Penelitian …………………………………………..……. 23
4.3 Grafik dan Pembahasan ……………… ……………………… 56
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg .………………………….………………………… 65
Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg …………………………………………………………………. 66
Gambar 4.12 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg …………………………………………………………………. 67
Gambar 4.13 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan
alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ...………...… 68
Gambar 4.14 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan
alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .…….…….... 69
Gambar 4.15 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan
alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg…………...….. 70
Gambar 4.16 Grafik persentase penurunan berat dari hasil pengeringan dengan alat
pengering dan penjemuran langsung menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg .………………………………..…………………… 71
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk 0,55 kg ….... 18
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ....................................... 19
Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg ..…..... 20
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ......................................... 21
Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk 0,55 kg .......... 22
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ........................................ 22
Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg .......... 24
Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg .................... 26
Tabel 4.9 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg .......... 27
Tabel 4.10 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.1) ………...................... 29
Tabel 4.11 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.1) ……………………..……...… 29
Tabel 4.12 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.1) ……………..………………… 30
Tabel 4.13 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.1) …………………………...…. 30
Tabel 4.14 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk 0,55 kg ................................................................................... 32
Tabel 4.15 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ........... 35
Tabel 4.16 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 60˚,kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ...................... 36
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm,
sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ... 37
Tabel 4.18 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.2) ……………...…........ 39
Tabel 4.19 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.3) …………………………...…... 40
Tabel 4.20 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.3) ……………………………...… 40
Tabel 4.21 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.3) ……………………….…...… 41
Tabel 4.22 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk 0,55kg .................................................................................... 43
Tabel 4.23 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ............ 46
Tabel 4.24 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ....................... 47
Tabel 4.25 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ............ 48
Tabel 4.26 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.5) ……....….......…........ 50
Tabel 4.27 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.5) …………………..…….……... 51
Tabel 4.28 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.5) …………..…………………..... 51
Tabel 4.29 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.5) ……………………..……….. 52
Tabel 4.30 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚,
beban handuk 0,55kg ......................................................................... 54
Tabel 4.31 Tabel 4.31 Hasil perhitungan persentase penurunan berat air pada
bahan yang dikeringkan (handuk basah) dengan pengering dan
penjemuran lansung berdasarkan hasil perhitungan persentase
penurunan berat .................................................................................. 55
BAB I
PENDAHULUAN
umumnya masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat
merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan
binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal
saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih
dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah
menggunakan alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau
energi listrik. Tetapi belum semua daerah di Indonesia terdapat jaringan listrik atau
belum memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak
mudah didapat. Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik
menyebabkan biaya proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil
sehingga udara yang melewati kolektor menjadi panas. Aliran udara panas yang
dengan cara menguapkan kandungan air dari bahan tersebut hingga menjadi kering.
1
2
penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil-hasil
pertanian. Alat pengering dengan memanfaatkan energi surya yang ada umumnya
menggunakan absorber jenis pelat yang terbuat dari tembaga atau alumunium.
Masalah yang ada dengan penggunaan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya
yang lebih mahal dan teknologi pembuatan alat pengering yang lebih sukar jika
belum,banyak dilakukan, oleh kerena itu perlu banyak dilakukan penelitian untuk
temperatur atau suhu udara, perbedaan tekanan, energi berguna, dan efisiensi yang
dapat dihasilkan. Temperatur udara adalah suhu yang diukur dari pengering enegi
surya menggunakan absorber porus pada saat masuk kolektor, keluar kolektor, dan
setelah beban. Tingginya temperature udara dipengaruhi oleh volume udara kolektor
dan laju aliran udara dalam kolektor, semakin cepat laju aliran udara semakin rendah
suhunya. Perbedaan tekanan merupakan perbedaan tekanan pada saat udara masuk
kolektor, keluar kolektor, dan setelah beban. Besar kecil tekanan dipengaruhi oleh
suhu udara yang masuk ke pengering. Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan air
adalah energi panas yang diperlukan untuk menguapkan air pada bahan yang
3
dikeringkan. Energy berguna adalah besarnya energi yang digunakan dalam proses
pengeringan. Kelembaban relatif adalah kelembaban yang diperoleh dari suhu kering
dan basah yang diukur pada pengering pada saat udara masuk kolektor, keluar
kolektor dan setelah beban. Pada penelitian ini dibuat sebuah model pengering
dengan energi surya dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, tebal 0,2 m mengunakan
porus dari kasa aluminium yang dicat hitam, jarak antara plastik dengan absorber
porus 0,01 m, ketebalan absorber 0,09 m, ukuran lubang udara masuk dan keluar 1m
x 0,09 m. Sudut buka udara masuk kolektor divariasi 30º, 45º, dan kemiringan
kolektor divariasi 30º, 45º. Variasi sudut udara masuk dan kemiringan alat dilakukan
untuk mengetahui perbedaan tekanan udara di dalam pengering dan suhu udara
dipengaruhi oleh laju aliran dan volume udara yang masuk. Semakin cepat laju aliran
udara dan semakin besar volume udara yang masuk, maka suhu dan tekanan udara
didalam pengering semakin rendah. Udara mengalir ke dalam alat pengering secara
alami tidak menggunakan bantuan blower, bahan yang dikeringkan adalah handuk
yang dibasahi seberat 0,550 kg. Penjemuran langsung juga dilakukan untuk
porus.
energi surya.
oleh listrik, untuk mengurangi biaya produksi, dan memberikan solusi energi
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari pengering yaitu energi surya yang datang akan diterima dan
untuk memanasi udara luar yang mengalir lewat lubang udara masuk. Udara yang
panas mempunyai massa jenis yang lebih kecil dari pada udara dingin. Karena
adanya perbedaan massa jenis ini udara dapat mengalir secara alami dan
dari 3 bagian utama yaitu : kotak kolektor, absorber yang berbentuk porus, misalnya
kasa aluminium dan plastik sebagai penutup. Bagian pertama alat penering adalah
lubang udara masuk yang berfungsi untuk lubang masuknya udara sekitar ke dalam
kolektor secara alami. Bagian kedua adalah absorber yang berfungsi untuk
memanaskan udara yang masuk ke kolektor. Absorber yang digunakan adalah jenis
energi surya yang berupa energi panas yang kemudian digunakan untuk memanaskan
udara luar yang mengalir ke dalam alat pengering secara alami tidak menggunakan
alat untuk menhembuskan udara. Perpindahan panas dari absorber ke udara tersebut
berlangsung secara konveksi. Udara yang sudah dipanaskan oleh absorber ini akan
5
6
mengalir melewati rak pengering yang digunakan untuk meletakan bahan yang akan
dikeringkan, kemudian udara panas dan kering menembus bahan yang akan
dikeringkan. Pada saat udara panas ini menembus bahan yang dikeringkan terjadilah
perpindahan panas yang menguapkan air dari bahan yang dikeringkan ke udara,
proses ini disebut proses pengeringan. Bagian terakhir dari pengering hasil pertanian
adalah lubang pembuangan uap atau lubang udara basah, dimana fungsinya adalah
untuk membuang udara yang membawa uap air ke lingkungan sekitar di luar alat
pengering. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Biro Pusat Statistik (BPS)
antara tahun 2004–2006 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hasil pertanian pasca
panen untuk padi berkisar 10,39 % hingga 15,26 % dan salah satu faktornya adalah
proses pengeringan yang kurang baik. Sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia
langsung. Cara ini dapat merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet,
air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan
waktu yang lama, padahal saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan
harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Jenis pengering
yang masih belum banyak dilakukan penelitian adalah pengering energi surya
mendapatkan bahan bakunya, kontruksi alat dapat dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
7
Engsel
Bahan
dikeringkan
Rak pengering
Pemantul panas
Engsel
Penyangga
2. 2 Landasan Teori
dilihat pada persamaan (1) sampai dengan (14). Perbedaan tekanan ditimbulkan
karena adanya perbedaan massa jenis antara udara didalam dan diluar pengering,
untuk h1 dan h2 dapat dilihat pada gambar 2.2. Secara matematis dapat dituliskan
dengan :
h1 : jarak antara lapisan bawah handuk dengan lubang udara masuk (m)
h2 : jarak antara lapisan atas handuk dengan lubang udara keluar (m)
g : 9,81 m/detik 2
Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air adalah kalor yang
persamaan:
dengan :
GT
h2 Bahan yang
h Plastik transparan
h1
udara di absorber (jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1) (3)
∆t
dengan:
m = ρ ⋅V (4)
dengan:
Efisiensi dari suatu alat adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan
perbandingan antara energi berguna dengan total energi surya yang datang ke
QU
ηc = (5)
I Ac
10
dengan:
QU : energi berguna ( W)
0,622 Pg 2
ω2 = (6)
P2 − Pg 2
C p (Tbasah − Tkeing ) + ω 2 h fg 2
ω1= (7)
h g1 − h f 2
daimbil dari Grafik P-saturated pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan
Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar
Hg (entalpi uap) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari
sebagai berikut:
Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar
Hfg dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari Grafik Hfg
berikut:
Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar
Hf (entalpi cair) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari
sebagai berikut:
Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar
dan basah yang dari udara yang masuk ke dalam pengering. Dapat di hituing dengan
rumus : (Çengel, A. Yunus & Robert H. 2005, chapter 14, hal 725)
ω 1 P2
φ1 = (12)
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1
dari bahan yang dikeringkan sebelum dan setelah dikeringkan, secara matematis
Persentase berat yang dihasilkan (%W) adalah persentase besarnya air yang di
rumus :
13
( Wawal - Wakhir )
%W= X 100% (14)
Wawal
dengan :
pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam
menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang
dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau
membahayakan kesehatan (Häuser et. al). Kunci dari pengeringan bahan makanan
adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang tidak
temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang
berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari pengering
energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan
Beberapa modifikasi telah banyak diusulkan meliputi penggunaan sirip (Garg et al.,
14
1991), penggunaan absorber dengan permukaan kasar (Choudhury et al., 1988), dan
penggunaan absorber porus (Sharma et. al., 1991). Penelitian pengering energi surya
dengan luas kolektor 1,64m2 yang dilengkapi 8 sampai 32 sirip segi empat dengan
luas total sirip 0,384 m2 dapat menaikkan temperatur udara keluar dan efisiensi
kolektor. Sirip dipasang di dalam kolektor dengan dua variasi pemasangan yaitu sirip
dapat bergerak bebas dan tetap (Kurtbas, 2006). Penelitian dengan metode simulasi
untuk mengetahui efisiensi tahunan pengering energi surya dengan absorber jenis
porus di India menghasilkan nilai yang sesuai dengan penelitian secara eksperimen
(Sodha et. al., 1982). Eksperimen dengan absorber porus menggunakan kasa
yang hampir sama dengan enam lembar bilah baja yang dicat hitam tetapi memiliki
METODE PENELITIAN
Alat pengering dengan menggunakan absorber porus pada umunya terdiri dari
a. Kotak kolektor, dengan ukuran 100 cm x 100 cm yang terdiri dari absorber porus
dan plastik transparan, serta lubang udara masuk dengan ukuran 100 cm x 9 cm.
b. Kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 50 cm, rak pengering untuk meletakan
c. Lubang udara keluar dari kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 9 cm.
Skema alat pengering hasil pertanian dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
15
16
Plastik
T1 = temperatur kering
T2 = temperatur basah
T1 = temperatur kering
T2 = temperatur basah
17
T1 = temperatur kering
T2 = temperatur basah
4. Data yang dicatat adalah temperatur udara masuk kolektor, temperatur udara
dengan persamaan (14). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik
Kita akan mengetahui data yang telah diambil dengan variasi yang berbeda.
Pengambilan data tiap variasi hanya dilakukan sekali saja. Bahan yang di keringkan
sanata Dharma.
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk
Tanggal : 05-12-2008
Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
18
19
Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam, tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
(lanjutan)
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang
sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.
Waktu
No (menit ke-)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
!
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk
Tanggal : 05-12-2008
Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg.
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang
sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai
berikut :
21
Waktu
No (menit ke-)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
!
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk
Tanggal : 18-12-2008
Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
Suhu masuk Suhu keluar Suhu setelah
Waktu kolektor, C kolektor, C beban, C GT
No (menit ke-) Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang
sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.
Waktu
No (menit ke-)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
!
Dari data tersebut diperoleh Gt rata – rata = 651,92 Watt/m2
23
101,3 kN / m 2
ρ =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302 K
ρ = 1,161 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ1 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302,1K
ρ1 = 1,168 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ2 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 296 K
ρ 2 = 1,192 kg/m 3
24
hfg diperoleh dari persamaan pada grafik hfg lampiran 1 dan lampiran 2.
= 2431,29 kj/kg
Q = 936,05 kj
Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel:
Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
(lanjutan)
dengan : h1 = 1 m, h2 = 0,5 m, ∆ h = 0, 02 m.
W1 = 0,55 kg, W2 = 0,165 kg, ∆ W = 0,385 kg.
c) Energi Berguna ( Qu ).
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t
m diperoleh dari =
= 1,1045 kg/detik
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t
1,1045
Qu = x1, 005 .(32 ,3 − 31 , 2 )
7800
= 0,0036 Watt
26
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium, ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg.
Masuk Keluar
kolektor kolektor m Qu
Waktu Suhu kering Suhu kering Cp
(menit ke-) ( &' ( &' (J/kg.OC) (kg/detik) (W)
10 31,4 29,1 1,005 1,1045 -0,0003
20 31,5 29,0 1,005 1,1045 -0,0004
30 31,2 56,8 1,005 1,1045 0,0036
40 32,6 58,7 1,005 1,1045 0,0037
50 34,4 58,9 1,005 1,1045 0,0035
60 36,1 65,6 1,005 1,1045 0,0042
70 36,6 43,7 1,005 1,1045 0,0010
80 32,5 52,7 1,005 1,1045 0,0029
90 32,8 49,3 1,005 1,1045 0,0023
100 35,3 52,3 1,005 1,1045 0,0024
110 34,1 63,1 1,005 1,1045 0,0041
120 34,3 65,8 1,005 1,1045 0,0045
130 34,2 64,5 1,005 1,1045 0,0043
QU
ηc =
I Ac
AC : 1 m2
27
QU
Jawab : η c =
I Ac
0,0036
ηc = X 100%
1140.1
= 0,00032 %
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
Tabel 4.9 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk
30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
A Qu GT (ηC)
Waktu 2 2
(menit ke-) (m ) (W) (W/m ) (%)
10 1 -0,0003 1129 -0,00003
20 1 -0,0004 1108 -0,00003
30 1 0,0036 1140 0,00032
40 1 0,0037 651 0,00057
50 1 0,0035 169 0,00206
60 1 0,0042 1051 0,00040
70 1 0,0010 83 0,00122
80 1 0,0029 439 0,00065
90 1 0,0023 890 0,00026
100 1 0,0024 992 0,00024
110 1 0,0041 1045 0,00039
120 1 0,0045 357 0,00126
130 1 0,0043 593 0,00073
e) Kelembaban spesifik
0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2
C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg 1 − h f 2
= 7,02 kpa
= 2557,71 kj/kg
= 116,92 kj/kg
Entalpi laten penguapan (Hfg), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.
= 2434,43 kj/kg
29
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.10 Data perhitungan P- saturated (dari suhu pada Tabel 4.1)
Tabel 4.11 Data perhitungan Hg (dari suhu kering pada Tabel 4.1)
Tabel 4.12 Data perhitungan Hf (dari suhu basah pada Tabel 4.1)
Tabel 4.13 Data perhitungan Hfg (dari suhu basah pada Tabel 4.1)
Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg
yang dapat diambil dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13. Dapat dilihat
Jawab :
0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2
0,622.5,14
ω2 =
101,3 − 5,14
T kering = 31,4 ˚C
T basah = 27,8 ˚C
C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg 1 − h f 2
0 , 03 . 101 , 3
φ1 =
( 0 , 622 + 0 , 03 ). 7 , 02
= 0,70
= 70 %
Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.14 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk basah 0,55 kg.
W = 0,385 kg W = 0,1 kg
(∆W )
%W= X 100%
Wawal
(0,385 ) (0,1 )
%W= X 100% %W= X 100%
0,55 0,55
% W = 70 % % W = 18,9 %
Perhitungan pada alat pengering energi surya dengan absorber porus aluminium
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk
basah 0,55 kg yaitu :
a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)
Data Tabel 4.1
Diketahui :
h1 = 1 m ∆h = 0,01 m
h 2 = 0.5 m
Ta= 31 (diasumsikan konstan)
34
101,3 kN / m 2
ρ =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302 K
ρ = 1,161 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ1 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 336,2 K
ρ1 = 1,05 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ2 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x316,2 K
ρ 2 = 1,12 kg/m 3
p = [1m (1,161Pa − 1,05 Pa ) + 0,5m (1,161Pa − 1,12 Pa )]x9,81kg / s 2
p = 1,31 Pa,
hfg diperoleh dari persamaan pada gambar grafik hfg lampiran 1 dan
lampiran 2
X= suhu kering keluar kolektor
hfg = y = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501
= 2431,29 kj/kg
Q = 0,170 kg x 2347.62 kj/kg
Q = 399,09 kj
35
Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel.
Tabel 4.15 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
Dengan : h1 = 1 m, h2 = 0,5 m, ∆ h = 0, 02 m.
W1 = 0,55 kg, W2 = 0,38 kg, ∆ W = 0,170 kg.
c) Energi Berguna ( Qu ).
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t
m diperoleh dari =
= 1,1045 kg/detik
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t
1,1045
Qu = x1, 005 .(63 , 2 − 33 , 6 )
7800
= 0,0042 Watt
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk
Tabel 4.16 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
Masuk Keluar
kolektor kolektor m Qu
Waktu Suhu kering Suhu kering Cp
(menit ke-) ( &' ( &' (J/kg.OC) (kg/detik) (W)
10 1,005 1,1045 0,0042
20 1,005 1,1045 0,0010
30 1,005 1,1045 0,0007
40 1,005 1,1045 0,0028
50 1,005 1,1045 0,0045
60 1,005 1,1045 0,0044
70 1,005 1,1045 0,0025
80 1,005 1,1045 0,0009
90 1,005 1,1045 0,0039
100 1,005 1,1045 0,0029
110 1,005 1,1045 0,0031
120 1,005 1,1045 0,0018
130 1,005 1,1045 0,0017
37
QU
ηc =
I Ac
Dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas, maka didapatkan data hasil
perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel :
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
Waktu A Qu GT (ηC)
2
(menit ke-) (m ) (W) (W/m2) (%)
10 1 0,0042 0,00058
20 1 0,0010 0,00111
30 1 0,0007 0,00074
40 1 0,0028 0,00046
50 1 0,0045 0,00055
70 1 0,0025 0,00184
80 1 0,0009 0,00054
90 1 0,0039 0,00041
100 1 0,0029 0,00060
110 1 0,0031 0,00048
120 1 0,0018 0,00066
130 1 0,0017 0,00068
38
e) Kelembaban spesifik
0.622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2
C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1= (10)
hg 1 − h f 2
= 8,38 kpa
= 2561,64 kj/kg
39
= 141,31 kj/kg
Entalpi laten penguapan (Hfg), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.
= 2420,42 kj/kg
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.18 Data perhitungan P- saturated (dari suhu kering Tabel 4.3)
Tabel 4.21 Data perhitungan Hfg (dari suhu basah Tabel 4.3)
Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg
yang dapat diambil dari Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20, dan Tabel 4.21.
Jawab :
Dengan: Pg2 = 4,60 (P sat suhu basah)
P2 = 101,3 kpa (1atm)
0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2
0,622.4,60
ω2 =
101,3 − 4,60
T kering = 33,6 ˚C
T basah = 26,6 ˚C
C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg 1 − h f 2
ω 1 P2
φ1 =
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1
0 , 03 . 101 , 3
φ1 =
( 0 , 622 + 0 , 03 ). 8 , 38
= 0,50
= 50 %
43
Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan di dalam
tabel berikut :
Tabel 4.22 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk basah 0,55 kg.
W = 0,170 kg W = 0,125 kg
44
(∆W )
%W= X 100%
Wawal
(0,380 ) (0,125 )
%W= X 100% %W= X 100%
0,55 0,55
% W = 69,1 % % W = 22,73 %
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk
101,3 kN / m 2
ρ =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302 K
ρ = 1,161 kg/m 3
45
101,3 kN / m 2
ρ1 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 320,5K
ρ1 = 1,101 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ2 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x316,7 K
ρ 2 = 1,114 kg/m 3
p = [1m (1,161Pa − 1,10 Pa ) + 0,5m (1,161Pa −1,11Pa)]x9,81kg / s 2
p = 0,815 Pa,
hfg diperoleh dari persamaan yang dihasilkan gambar grafik hfg lampiran 1
dan lampiran 2.
= 2431,29 kj/kg
Q = 775,63 kj
Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0.55 kg disajikan dalam tabel
berikut:
46
Tabel 4.23 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.
Dengan : h1 = 1 m, h2 = 0,5 m, ∆ h = 0, 02 m.
W1 = 0,55 kg, W2 = 0,225 kg, ∆ W = 0,325 kg.
c) Energi Berguna ( Qu ).
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆T
m diperoleh dari =
= 1,1045 kg/detik
m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆T
1,1045
Qu = x1, 005 .(47 ,5 − 33 ,9 )
7800
= 0,0019 Watt
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0.55
Tabel 4.24 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.
Masuk Keluar
kolektor kolektor m Qu
Waktu Suhu kering Suhu kering Cp
(menit ke-) ( &' ( &' (J/kg.OC) (kg/detik) (W)
10 1,005 1,1045 0,0019
20 1,005 1,1045 0,0009
30 1,005 1,1045 0,0037
40 1,005 1,1045 0,0041
50 1,005 1,1045 0,0035
60 1,005 1,1045 0,0047
70 1,005 1,1045 0,0029
80 1,005 1,1045 0,0027
90 1,005 1,1045 0,0011
100 1,005 1,1045 0,0024
110 1,005 1,1045 0,0035
120 1,005 1,1045 0,0037
130 1,005 1,1045 0,0015
48
QU
ηc =
I Ac
0,0019
ηc = X 100
973.1
= 0,0002
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban
handuk 0.55 kg disajikan dalam tabel.
Tabel 4.25 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.
Waktu A Qu GT (ηC)
2
(menit ke-) (m ) (W) (W/m2) (%)
10 1 0,0019 0,00020
20 1 0,0009 0,00012
30 1 0,0037 0,00049
40 1 0,0041 0,00055
50 1 0,0035 0,00038
60 1 0,0047 0,00053
70 1 0,0029 0,00066
90 1 0,0011 0,00046
100 1 0,0024 0,00045
110 1 0,0035 0,00056
120 1 0,0037 0,00057
130 1 0,0015 0,00052
49
e) Kelembaban spesifik
0.622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2
C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1= (10)
hg 1 − h f 2
= 8,57 kpa
= 2562,17 kj/kg
50
= 142,58 kj/kg
= 2420,42 kj/kg
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :
Masuk Keluar
kolektor kolektor Setelah beban
Waktu Kering Basah Kering Basah Kering Basah GT
No (menit ke-) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
51
Tabel 4.29 Data perhitungan hfg (dari suhu basah Tabel 4.5)
Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg
yang dapat diambil dari Tabel 4.26, Tabel 4.27, Tabel 4.28, dan Tabel 4.29.
Jawab :
0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2
0,622.3,35
ω2 =
101,3 − 3,35
T kering = 33,9 ˚C
T basah = 23,4 ˚C
C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg1 − h f 2
ω 1 P2
φ1 =
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1
0 , 03 . 101 , 3
φ1 =
( 0 , 622 + 0 , 03 ). 8 , 57
= 0,31
= 31 %
54
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk basah 0,55 kg
Tabel 4.30 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban
handuk basah 0,55 kg.
W = 0,325 kg W = 0,275 kg
55
(∆W )
%W= X 100%
Wawal
(0,325) (0,275 )
%W= X 100% %W= X 100%
0,55 0,55
% W = 59 % % W = 50 %
Dari hasil seluruh penelitian, dapat dihasilkan tabel persentase penurunan berat
sebagai berikut :
Tabel 4.31 Hasil perhitungan persentase penurunan berat air pada bahan yang
dikeringkan (handuk basah) dengan pengering dan penjemuran lansung
berdasarkan hasil perhitungan persentase penurunan berat.
# - -
. ) ) . )% )% )% )%
/ 0
/ 0 0
/
Data 1 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚
dan juga penjemuran langsung. Data 2 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 60˚,
kemiringan alat 30˚ dan. Data 3 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚,
kemiringan alat 45˚ dan pada saat bersamaan juga dilakukan penjemuran langsung pada
setiap data untuk mengetahui perbedaan persentase berat yang dapat dihasilkan juga
penjemuran langsung.
56
Dari Tabel 4.1 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚
menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah
kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor bahkan kadang-
kadang terjadi kesamaan. Hal tersebut karena udara masuk kolektor dan setelah kotak
beban masih banyak mengandung air dan tidak dipanaskan oleh kolektor.
Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar
kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 65˚ dan suhu terendah
keluar kolektor sekitar 45˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau
berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada
saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.
57
Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan
Dari Tabel 4.3 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚,
dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚
menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah
kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor, hal tersebut
karena udara masuk kolektor dan setelah kotak beban masih banyak mengandung air dan
Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar
kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 70˚ dan suhu terendah
keluar kolektor sekitar 50˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau
berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada
58
saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.
Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan
Dari Tabel 4.5 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚,
dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚
menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah
kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor, hal tersebut
karena udara masuk kolektor dan setelah kotak beban masih banyak mengandung air dan
Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar
kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 70˚ dan suhu terendah
keluar kolektor sekitar 50˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau
59
berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada
saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.
Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan
Dari Tabel 4.7 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.4 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 30 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.
porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan
beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30˚. Dan didapat perbedaan tekanan kurang tinggi, karena radiasi energi
surya yang diserap oleh absorber relatif tinggi tetapi tidak stabil. Selain itu uap panas
setelah kotak beban tidak mudah keluar karena kemiringan alat 30˚.
60
variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ mendapatkan penurunan tekanan
kurang tinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif tidak stabil
sehingga dapat menhasilkan penurunan tekanan yang kurang tinggi dibandingkan variasi
Dari Tabel 4.15 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.5 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan
beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 60˚, dan
kemiringan alat 30˚. Dan didapat perbedaan tekanan kurang tinggi karena volume udara
yang masuk kolektor tidak cepat dipanaskan oleh absorber, yang disebabkan radiasi
61
energi surya yang diserap oleh absorber relatif tinggi tetapi tidak stabil. Selain itu uap
panas setelah kotak beban tidak mudah keluar karena kemiringan alat 30˚.
variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ mendapatkan penurunan tekanan
kurang tinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif tidak stabil
sehingga dapat menhasilkan penurunan tekanan yang kurang tinggi dibandingkan variasi
sudut udara masuk 30˚, kemiringan kolektor 45Dari Tabel 4.23 dapat diperoleh hasil
Dari Tabel 4.23 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.6 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚,
dan kemiringan alat 45 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.
porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan
beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
62
kemiringan alat 45˚. Dan didapat perbedaan tekanan tertinggi, karena radiasi energi surya
yang diserap oleh absorber relatif tinggi dan stabil. Selain itu udara uap panas setelah
variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ mendapatkan temperatur dan
penurunan tekanan tertinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif stabil
sehingga dapat menhasilkan suhu udara dan penurunan tekanan yang tinggi.
Dari Tabel 4.8 dapat diperoleh hasil energi berguna dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.7 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.
Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus
dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg diatas, dapat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan
sekitar 0,0043 W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 30˚ menggunakan
63
beban handuk basah 0,55 kg, dan radiasi energi surya yang tidak stabil diserap absorber
menyebabkan temperatur dan tekanan yang kurang tinggi setelah kolektor. Sehingga
menghasilkan energi berguna yang tidak relatif tinggi. Diperlukan temperatur yang tinggi
dan tekanan yang tinggi untuk menghasilkan energi berguna yang tinggi, karena
temperatur yang dihasilkan akan mempengaruhi penurunan tekanan yang terjadi pada
Dari Tabel 4.16 dapat diperoleh hasil energ berguna dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.8 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan
kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus
dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg diatas, dapat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan
sekitar 0,0045 W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 30˚, dan radiasi energi
surya yang tidak stabil diserap absorber menyebabkan temperatur dan tekanan yang
temperatur yang tinggi dan tekanan yang tinggi untuk menghasilkan energi berguna yang
tinggi, karena temperatur yang dihasilkan akan mempengaruhi penurunan tekanan yang
Dari Tabel 4.24 dapat diperoleh hasil energ berguna dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.9 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara
masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg.
Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus
dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚. menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg Energi berguna tertinggi dihasilkan pada pengering menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚.
Dari grafik diatas dpat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan sebesar 0,0047
W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 45˚, dan radiasi energi surya yang
65
stabil diserap absorber menyebabkan temperatur dan tekanan yang tinggi setelah kolektor.
Dari Tabel 4.9 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.10 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
Gambar grafik efisiensi pengering energi surya menggunakan absorber porus
dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg diatas adalah grafik efisiensi kolektor dihasilkan pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30˚. Dari grafik diatas dpat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang
dahasilkan sekitar 0,002 %.
Hal tersebut dikarenakan sudut udara masuk 30˚ yang menyebabkan voleme udara
yang masuk ke kolektor terlalu banyak, dan juga energi surya yang diserap kolektor
kurang stabil. Karena kemiringan alat 30˚ tersebut laju aliran udara lebih lambat yang
mengakibatkan tekanan menjadi lebih tinggi setelah kolektor dan menghasilkan efisiensi
66
kolektor lebih tinggi dibandingkan variasi sudut udara masuk masuk 60˚, dan kemiringan
alat 30˚.
Dari Tabel 4.17 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan
kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg diatas adalah grafik efisiensi kolektor dihasilkan pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
Dari grafik diatas dapat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang dahasilkan
sekitar 0,00180 %. Hal tersebut dikarenakan sudut udara masuk 60˚ yang menyebabkan
voleme udara yang masuk ke kolektor terlalu banyak, dan juga energi surya yang diserap
kolektor kurang stabil. Karena kemiringan alat 30˚ tersebut laju aliran udara lebih lambat
yang mengakibatkan tekanan menjadi lebih rendah setelah kolektor dan menghasilkan
67
efisiensi kolektor lebih rendah dibandingkan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30˚ dan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚.
Dari Tabel 4.25 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.12 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan
kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg. Efisiensi kolektor tertinggi dihasilkan pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
kemiringan alat 45˚. Dari grafik diatas dpat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang
dahasilkan sebesar 0,0045 %. Hal tersebut dikarenakan variasi sudut udara masuk masuk
30˚, variasi kemiringan alat 45˚ yang menyebabkan volume udara cukup untuk
dipanaskan oleh absorber dan laju aliran udara lebih cepat yang mengakibatkan tekanan
menjadi tinggi setelah kolektor. Radiasi energi surya relatif stabil semakin tinggi sehinnga
Dari Tabel 4.14 dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.13 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat
30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah
dibanding dengan kelembaban saat masuk kolektor maupun setelah kotak beban.
Kerena udara pada waktu masuk kolektor adalah udara luar yang masih banyak
mengandung uap air dengan kelembaban sekitar 60%, kemudian dipanaskan oleh
kolektor surya sehingga kelembaban udara menurun hingga sekitar 20%, setelah
itu udara panas melewati bahan yang yang dikeringkan untuk menguapkan air
Hal tersebut disebabkan sudut buka udara masuk 30˚, laju aliran udara
pelan mengakibatkan suhu dan tekanan udara keluar kolektor jauh lebih tinggi
69
dari pada suhu udara masuk kolektor. Sehingga udara panas setelah melewati
Dari Tabel 4.22 diatas dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.14 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakanan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat
30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah
0,55 kg dapat diketahui bahwa kelembaban keluar kolektor paling rendah sekitar
30% dibanding dengan kelembaban saat masuk kolektor maupun setelah kotak
beban yang berkisar 50%. Kelembaban setelah kotak beban pada menit ke 130
sekitar 50% setelah melewati bahan yang dikeringkan. Hal tersebut dipengaruhi
sudut udara masuk kolektor 60˚, laju aliran udara lebih cepat mengakibatkan
70
tekanan dan suhu udara setelah kolektor rendah sehingga kelembaban udara
Dari Tabel 4.30 diatas dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.15 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat
45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
Dalam Grafik 4.15 kelembaban relatif, hasil perhitungan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk basah 0,55 kg dapat diketahui bahwa
kelembaban udara masuk kolektor, kelembaban saat keluar kolektor maupun setelah kotak
beban memiliki kelembaban relatif yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan variasi
kemiringan alat 45˚ mengakibatkan laju aliran udara dalam kolektor cepat sehingga suhu
Dari Tabel 4.31 diatas dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.16 Grafik persentase penurunan berat dari hasil pengeringan dengan alat
pengering dan penjemuran langsung.
Dari data tabel 4.31 diperoleh gambar 4.16 grafik persentase penurunan berat
dari hasil pengeringan dengan alat pengering dan penjemuran langsung. Dengan
keterangan Data 1 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚
dan juga penjemuran langsung. Data 2 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 60˚,
kemiringan alat 30˚ dan juga penjemuran langsung. pengeringan dengan variasi sudut
dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚ yaitu sebesar 70%. Dikarenakan
variasi sudut buka 30˚dan kemiringan alat 30˚ menyebabkan volume udara yang masuk
cukup untuk dipanaskan. Dengan kemiringan alat 30˚ kolektor dapat menyerap energi
surya maksimal, sehingga pengeringan berjalan dengan baik dan masimal. Penjemuran
langsung tertinggi sebesar 50% pada data ke 3, dikarenakan radiasi energi surya pada saat
penelitian tinggi, tetapi hasil paling tinggi terdapat pada pengering energi surya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
absorber porus variasi sudut buka udara masuk, dan kemiringan alat. Maka
dapat diketahui nilai suhu udara maksimal terjadi pada saat keluar kolektor
sebesar 70,9 0C pada variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat
45˚.
kolektor pada variasi sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚. Dengan
dan 30 % setelah beban dengan variasi sudut udara masuk 30˚, kemiringan
alat 45˚.
surya pada variasi sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, yaitu
72
73
5.2 Saran
Adapun saran untuk pihak yang akan mengembangkan penelitian pada bidang
ini adalah :
Kurtbas, I.; Turgut, E. (2006), Experimental Investigation of Solar Air Heater with
Free and Fixed Fins: Efficiency and Exergy Loss, International Journal of
Scanlin, D., (1997), The Design, Construction And Use Of An Indirect, Through
Pass, Solar Food Dryer, Home Power , Issue No. 57, pages 62 -72,
February/March 1997.
Scanlin, D; Renner, M.; Domermuth, D.; Moody, H., (1999), Improving Solar Food
Sharma, S.P.; Saini J.S.; Varma, K.K.; (1991), Thermal performance of packed-bed
solar air heaters, Solar Energy, 47, pp 59 - 67.
Sodha, M. S.; Bansal, N. K.; Singh, D.; Bharadwaj, S. S., (1982), Performance of a
matrix air heater, Journal of Energy, vol. 6, Sept.-Oct. 1982, p. 334-339
74
LAMPIRAN
75
76
LAMPIRAN 1
Tabel Uap
Tabel uap digunakan untuk mencari P-sat (Kpa), Hf (kj/kg), Hfg (kj/kg), Hg
(kj/kg) dengan membuat grafik dan menggunakan rumus yang telah didapat.
LAMPIRAN 2
Gambar Grafik yang Diperoleh Dari Tabel Sifat Air Dan Uap Jenuh
Tabel sifat air dan uap jenuh diperoleh grafik seperti dibawah ini :
Grafik P-saturated
Grafik Hg
79
Grafik Hfg
Grafik Hf
80
LAMPIRAN 3
a)
b)
c)
d)
e)
g)
i)
j)
k)
Gambar potensio atau pengatur titik termokopel yang akan diukur, masuk kolektor,
keuar kolektor, dan setelah beban.