Anda di halaman 1dari 101

KARAKTERISTIK PENGERING ENERGI SURYA MENGGUNAKAN

KETEBALAN ABSORBER PORUS 9 CM

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin

Diajukan oleh :

AJI PRIMA BARUS NURCAHYA


NIM : 055214048

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FALKUTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
CHARACTERISTIC OF SOLAR ENERGY DRIER USING THICK
ABSORBER 9 CM

Final Project

Presented as partitial fulfilment of the requirement


as to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering

by

AJI PRIMA BARUS NURCAHYA


Student Number : 055214048

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM


MECHANICAL ENGINEERING DEPARTEMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009

ii
iii
iv
v
INTISARI

Sampai saat ini banyak daerah di Indonesia mengeringkan hasil pertanian


dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat merusak kualitas hasil pertanian
karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara
langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal saat panen raya hasil
pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum
disimpan atau dipasarkan.
Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting khususnya pada
pengolahan hasil pertanian, karena cara pengeringan yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil pertanian menjadi kurang baik misalnya struktur vitaminnya
menjadi rusak, kotor karena debu dan kotoran, mudah berjamur karena lembab,
berubah warna atau berkecambah. Mengingat krisis global dan energi, perlu solusi
yang lain dalam pengeringan yaitu pembuatan pengering energi surya meng-
gunakan absorber porus.
Dalam penelitian ini variasi yang dilakukan adalah sudut buka udara
masuk (untuk mengatur udara masuk) dan kemiringan alat. Variasi bertujuan
mengetahui karakteristik pengering energi surya menggunakan absorber porus
yaitu mengetahui nilai temperatur maksimal, efisiensi kolektor, kelembaban relatif
yang dihasilkan alat pengering dengan menggunakan absorber porus. Pengukuran
dilakukan tiap 10 menit, dengan pengambilan data suhu kering dan suhu basah
udara masuk kolektor, udara setelah kolektor dan udara setelah beban yang
dikeringkan.
Pembuatan pengering energi surya dengan panjang 1,5 lebar 1 m dan
tebal 0,2 m, dan mengunakan porus dari alumunium dicat warna hitam. Setelah
dilakukan penelitian dengan variasi sudut buka udara masuk kolektor, dan
kemiringan alat, maka dapat diketahui nilai suhu udara maksimal terjadi pada saat
keluar kolektor sebesar 70,9 0C , efisiensi kolektor tertinggi 0,00206, kelembaban
relatif udara terendah masuk kolektor adalah 23%, kelembaban relatif udara
terendah setelah kolektor adalah 11%, kelembaban relatif udara terendah setelah
beban adalah 30%.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karuniaNya, sehingga tugas akhir yang berjudul ”KARAKTERISTIK

PENGERING ENERGI SURYA MENGGUNAKAN KETEBALAN ABSORBER

PORUS 9 CM“ ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini adalah sebagai syarat

untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan adanya bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma.

2. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma.

3. Budi Sugiharto S.T.,M.T, selaku ketua Program Studi Teknik Mesin.

4. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.

5. Segenap staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata

Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis, sehingga sangat berguna dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata

Dharma.

vii
7. Bapak Y. Subandi dan Ibu Rustiningsih selaku orang tua penulis yang

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

8. Rakel Dara Kusuma Dewi yang selalu memotivasi penulis untuk segera

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Bapak Sunyoto dan Ibu Tiwi yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis.

10. Bapak Purnomo dan Ibu Sri Rahayu yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis.

11. Dewi Endarwati yang selalu memberi dukungan, semangat, dan menemani

penulis dalam suka maupun duka, dan membuat hari-hari penuh warna.

12. Rigar Widi Sulistiawan dan Agustinus Jati Pradana, sebagai teman kelompok

dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 2005 yang telah memberikan

masukan-masukan dan dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

14. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah

ikut membantu dalam menyelesaikan Tuagas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang

perlu diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan

dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga

Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.

Terima kasih.

Penulis

viii
ix
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................... i


Title page ............................................................................................................ ii
Pengesahan ........................................................................................................ iii
Pernyataan ......................................................................................................... v
Intisari ................................................................................................................ vi
Kata pengantar .................................................................................................. vii
Lembar Pernyataan Publikasi ......................................................................... ix
Daftar isi............................................................................................................. x
Daftar gambar ………………………………………………………………. xii
Daftar tabel ………………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan dan manfaat .................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 5


2.1 Prinsip Kerja............................................................................... 5
2.2 Landasan Teori ........................................................................... 7
2.3 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 13

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 15


3.1 Skema Alat ................................................................................. 15
3.2 Variabel yang Divariasikan ........................................................ 16
3.3 Variabel yang Diukur ................................................................. 16
3.4 Langkah Penelitian ..................................................................... 17
3.5 Pengolahan Dan Analisa Data .................................................... 17

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 18
4.1 Data penelitian ............................................................................ 18
4.2 Hasil Penelitian …………………………………………..……. 23
4.3 Grafik dan Pembahasan ……………… ……………………… 56

BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 72


5.1 Kesimpulan …………………………………………………... 72
5.2 Saran …………………………………………………………. 73
Daftar Pustaka ………..………………………..……………………………. 74
Lampiran

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat pengering energi surya ………………………………..…….. 7


Gambar 2.2 Pengering Energi Surya, Berdasarkan Rancangan ……………….. 8
Gambar 3.1 Skema alat penelitian ....................................................................... 15
Gambar 3.2 Skema ukuran alat penelitian ........................................................... 16
Gambar 4.1 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering
energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut
udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg .……………………………...….………… 56
Gambar 4.2 Grafik temperatur udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg .……………………………………….……..…………………. 57
Gambar 4.3 Grafik temperatur udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energy
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg .………………………………….……………………………... 58
Gambar 4.4 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering
energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara
masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg .……………………….………………………….... 59
Gambar 4.5 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering
energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut
udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg .………………………...………………..... 60
Gambar 4.6 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering
energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut
udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg .……………………...…………………...… 61
Gambar 4.7 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg .……………………………….………………………………... 62
Gambar 4.8 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg .……………………………………………….………………... 63
Gambar 4.9 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara
masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg .………………………….…………….……...…… 64
Gambar 4.10 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara

xii
masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg .………………………….………………………… 65
Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg …………………………………………………………………. 66
Gambar 4.12 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55
kg …………………………………………………………………. 67
Gambar 4.13 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan
alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ...………...… 68

Gambar 4.14 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan
alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .…….…….... 69
Gambar 4.15 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan
alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg…………...….. 70
Gambar 4.16 Grafik persentase penurunan berat dari hasil pengeringan dengan alat
pengering dan penjemuran langsung menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg .………………………………..…………………… 71

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk 0,55 kg ….... 18
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ....................................... 19
Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg ..…..... 20
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ......................................... 21
Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk 0,55 kg .......... 22
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ........................................ 22
Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg .......... 24
Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg .................... 26
Tabel 4.9 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg .......... 27
Tabel 4.10 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.1) ………...................... 29
Tabel 4.11 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.1) ……………………..……...… 29
Tabel 4.12 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.1) ……………..………………… 30
Tabel 4.13 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.1) …………………………...…. 30
Tabel 4.14 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk 0,55 kg ................................................................................... 32
Tabel 4.15 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ........... 35
Tabel 4.16 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 60˚,kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ...................... 36
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm,
sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ... 37
Tabel 4.18 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.2) ……………...…........ 39
Tabel 4.19 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.3) …………………………...…... 40
Tabel 4.20 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.3) ……………………………...… 40
Tabel 4.21 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.3) ……………………….…...… 41
Tabel 4.22 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk 0,55kg .................................................................................... 43
Tabel 4.23 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ............ 46
Tabel 4.24 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ....................... 47
Tabel 4.25 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ............ 48
Tabel 4.26 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.5) ……....….......…........ 50
Tabel 4.27 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.5) …………………..…….……... 51
Tabel 4.28 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.5) …………..…………………..... 51
Tabel 4.29 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.5) ……………………..……….. 52
Tabel 4.30 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚,
beban handuk 0,55kg ......................................................................... 54
Tabel 4.31 Tabel 4.31 Hasil perhitungan persentase penurunan berat air pada
bahan yang dikeringkan (handuk basah) dengan pengering dan
penjemuran lansung berdasarkan hasil perhitungan persentase
penurunan berat .................................................................................. 55
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini banyak daerah di Indonesia pengeringan hasil pertanian

umumnya masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat

merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan

binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal

saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih

dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah

menggunakan alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau

energi listrik. Tetapi belum semua daerah di Indonesia terdapat jaringan listrik atau

belum memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak

mudah didapat. Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik

menyebabkan biaya proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil

pertanian menjadi tinggi.

Pengering adalah suatu alat yang digunakan untuk menurunkan kelembaban

udara dengan cara memanfaatkan energi surya untuk memanaskan kolektor

sehingga udara yang melewati kolektor menjadi panas. Aliran udara panas yang

mengalir digunakan untuk menurunkan kelembaban bahan yang akan dikeringkan,

dengan cara menguapkan kandungan air dari bahan tersebut hingga menjadi kering.

1
2

Energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah di Indonesia

sehingga pemanfaatan energi surya dapat mengurangi atau bahkan menggantikan

penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil-hasil

pertanian. Alat pengering dengan memanfaatkan energi surya yang ada umumnya

menggunakan absorber jenis pelat yang terbuat dari tembaga atau alumunium.

Masalah yang ada dengan penggunaan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya

yang lebih mahal dan teknologi pembuatan alat pengering yang lebih sukar jika

dibandingkan alat pengering yang menggunakan absorber jenis porus. Informasi

mengenai karakteristik pengering energi surya menggunakan absorber porus

belum,banyak dilakukan, oleh kerena itu perlu banyak dilakukan penelitian untuk

mengetahui karakteristik pengering menggunakan absorber porus.

1.2 Perumusan Masalah

Karakteristik pengering energi surya ditunjukan antara lain dengan:

temperatur atau suhu udara, perbedaan tekanan, energi berguna, dan efisiensi yang

dapat dihasilkan. Temperatur udara adalah suhu yang diukur dari pengering enegi

surya menggunakan absorber porus pada saat masuk kolektor, keluar kolektor, dan

setelah beban. Tingginya temperature udara dipengaruhi oleh volume udara kolektor

dan laju aliran udara dalam kolektor, semakin cepat laju aliran udara semakin rendah

suhunya. Perbedaan tekanan merupakan perbedaan tekanan pada saat udara masuk

kolektor, keluar kolektor, dan setelah beban. Besar kecil tekanan dipengaruhi oleh

suhu udara yang masuk ke pengering. Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan air

adalah energi panas yang diperlukan untuk menguapkan air pada bahan yang
3

dikeringkan. Energy berguna adalah besarnya energi yang digunakan dalam proses

pengeringan. Kelembaban relatif adalah kelembaban yang diperoleh dari suhu kering

dan basah yang diukur pada pengering pada saat udara masuk kolektor, keluar

kolektor dan setelah beban. Pada penelitian ini dibuat sebuah model pengering

dengan energi surya dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, tebal 0,2 m mengunakan

kolektor surya dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 1 m, menggunakan absorber

porus dari kasa aluminium yang dicat hitam, jarak antara plastik dengan absorber

porus 0,01 m, ketebalan absorber 0,09 m, ukuran lubang udara masuk dan keluar 1m

x 0,09 m. Sudut buka udara masuk kolektor divariasi 30º, 45º, dan kemiringan

kolektor divariasi 30º, 45º. Variasi sudut udara masuk dan kemiringan alat dilakukan

untuk mengetahui perbedaan tekanan udara di dalam pengering dan suhu udara

didalam pengering. Besarnya suhu maupun tekanan udara didalam pengering

dipengaruhi oleh laju aliran dan volume udara yang masuk. Semakin cepat laju aliran

udara dan semakin besar volume udara yang masuk, maka suhu dan tekanan udara

didalam pengering semakin rendah. Udara mengalir ke dalam alat pengering secara

alami tidak menggunakan bantuan blower, bahan yang dikeringkan adalah handuk

yang dibasahi seberat 0,550 kg. Penjemuran langsung juga dilakukan untuk

mendapatkan perbedaan persentase berat yang dihasilkan.


4

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai yaitu :

a. Untuk mengetahui karakteristik alat pengering energi surya dengan absorber

porus.

b. Untuk mengetahui temperatur, penurunan tekanan, energi berguna, efisiensi

kolektor, dan kelembaban relatif.

c. Mengetahui persentase perbedaan pengeringan yang dapat dihasilkan alat

dengan penjemuran langsung.

Manfaat yang di dapat yaitu :

1. Menambah kepustakaan teknologi khususnya pengeringan menggunakan

energi surya.

2. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat

prototipe alat pengering menggunakan energi surya yang dapat membantu

masyarakat dalam krisis energi ini.

3. Memberikan solusi penegeringan bagi masyarakat yang belum terjangkau

oleh listrik, untuk mengurangi biaya produksi, dan memberikan solusi energi

surya sebagai energi terbarukan untuk mengurangi penggunaan minyak bumi

yang terbatas jumlahnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari pengering yaitu energi surya yang datang akan diterima dan

dikonversikan oleh absorber didalam kolektor. Selanjutnya absorber ini berfungsi

untuk memanasi udara luar yang mengalir lewat lubang udara masuk. Udara yang

panas mempunyai massa jenis yang lebih kecil dari pada udara dingin. Karena

adanya perbedaan massa jenis ini udara dapat mengalir secara alami dan

mengeringkan bahan yang dikeringkan. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai

proses pengeringan selesai.

Pengering energi surya menggunakan absorber porus pada umunya terdiri

dari 3 bagian utama yaitu : kotak kolektor, absorber yang berbentuk porus, misalnya

kasa aluminium dan plastik sebagai penutup. Bagian pertama alat penering adalah

lubang udara masuk yang berfungsi untuk lubang masuknya udara sekitar ke dalam

kolektor secara alami. Bagian kedua adalah absorber yang berfungsi untuk

memanaskan udara yang masuk ke kolektor. Absorber yang digunakan adalah jenis

absorber porus dengan bahan alumunium,kemudian absorbernya dicat warna hitam

untuk memaksimalkan penyerapan energi surya. Absorber berfungsi untuk menyerap

energi surya yang berupa energi panas yang kemudian digunakan untuk memanaskan

udara luar yang mengalir ke dalam alat pengering secara alami tidak menggunakan

alat untuk menhembuskan udara. Perpindahan panas dari absorber ke udara tersebut

berlangsung secara konveksi. Udara yang sudah dipanaskan oleh absorber ini akan

5
6

mengalir melewati rak pengering yang digunakan untuk meletakan bahan yang akan

dikeringkan, kemudian udara panas dan kering menembus bahan yang akan

dikeringkan. Pada saat udara panas ini menembus bahan yang dikeringkan terjadilah

perpindahan panas yang menguapkan air dari bahan yang dikeringkan ke udara,

proses ini disebut proses pengeringan. Bagian terakhir dari pengering hasil pertanian

adalah lubang pembuangan uap atau lubang udara basah, dimana fungsinya adalah

untuk membuang udara yang membawa uap air ke lingkungan sekitar di luar alat

pengering. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Biro Pusat Statistik (BPS)

antara tahun 2004–2006 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hasil pertanian pasca

panen untuk padi berkisar 10,39 % hingga 15,26 % dan salah satu faktornya adalah

proses pengeringan yang kurang baik. Sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia

pengeringan hasil pertanian umumnya masih dilakukan dengan cara penjemuran

langsung. Cara ini dapat merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet,

air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan

waktu yang lama, padahal saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan

harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Jenis pengering

yang masih belum banyak dilakukan penelitian adalah pengering energi surya

menggunakan absorber porus, padahal pengering jenis tersebut mudah mudah

mendapatkan bahan bakunya, kontruksi alat dapat dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :
7

Engsel

Bahan
dikeringkan
Rak pengering

Pemantul panas
Engsel

Penyangga

Gambar 2.1. Alat pengering energi surya.

2. 2 Landasan Teori

Persamaan–persamaan yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dapat

dilihat pada persamaan (1) sampai dengan (14). Perbedaan tekanan ditimbulkan

karena adanya perbedaan massa jenis antara udara didalam dan diluar pengering,

untuk h1 dan h2 dapat dilihat pada gambar 2.2. Secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut: (Arismunandar, W, 1995, hal 143)

p = [h1 (ρ − ρ1 ) + h2 ( ρ − ρ 2 )]g (1)

dengan :

p : penurunan tekanan (Pa)

h1 : jarak antara lapisan bawah handuk dengan lubang udara masuk (m)

h2 : jarak antara lapisan atas handuk dengan lubang udara keluar (m)

h : tebal lapisan yang dikeringkan


8

ρ : massa jenis udara lingkunga sekitar (kg/m 3 )

ρ1 : massa jenis udara setelah melewati kolektor (kg/m 3 )

ρ2 : massa jenis udara setelah melewati lapisan padi (kg/m 3 )

g : 9,81 m/detik 2

Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air adalah kalor yang

diperlukan untuk mengeluarkan uap air, secara matematis dinyatakan dengan

persamaan:

Q = massa air yang keluar x h fg (2)

dengan :

Q : kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air (Mj / kg)

h fg : entalpi uap jenuh (kj/kg)

GT
h2 Bahan yang

Aliran udara keluar dikeringkan

h Plastik transparan

h1

Aliran udara masuk

Gambar 2.2 Pengering Padi Energi Surya, Berdasarkan Rancangan.


9

Energi Berguna ( Qu ) adalah jumlah energi yang terpakai untuk memanasi

udara di absorber (jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut

dengan energi berguna, secara matematis dinyatakan dengan persamaan:

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1) (3)
∆t

dengan:

m : laju massa aliran udara dalam kolektor (kg/detik)

CP : panas spesifik udara (J/(kg.OC)

TO : temperatur udara keluar kolektor (OC)

Ti : temperatur udara masuk kolektor (OC)

∆t : waktu pengambilan data (detik)

Laju massa aliran udara (m) dapat dihitung dengan:

m = ρ ⋅V (4)

dengan:

ρ : massa jenis udara (kg/m3)

V : volume aliran udara kolektor (m3)

Efisiensi dari suatu alat adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan

dengan masukan yang diberikan. Efisiensi kolektor (ηC) didefinisikan sebagai

perbandingan antara energi berguna dengan total energi surya yang datang ke

kolektor, secara matematis dinyatakan dengan persamaan:

QU
ηc = (5)
I Ac
10

dengan:

QU : energi berguna ( W)

I : intensitas energi surya yang datang (W/m2)

AC : luas kolektor surya (m2)

Kelembaban Spesifik ( ω 2 ) dengan menggunakan rumus:

0,622 Pg 2
ω2 = (6)
P2 − Pg 2

dengan: Pg2 = P-sat suhu basah

P2 = 101,325 kpa (1atm)

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:

C p (Tbasah − Tkeing ) + ω 2 h fg 2
ω1= (7)
h g1 − h f 2

dengan: Cp = 1.005 (Kj/kgoC)

T basah = Suhu basah (oC)

T kering = Suhu kering (˚C)

Hfg2 = Hfg basah

Hg1 = Hg suhu kering

Hf2 = Hf suhu basah


11

Tekanan jenuh (P-saturated) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang

daimbil dari Grafik P-saturated pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan

dengan persamaan sebagai berikut:

P-sat = 10-6.x4 – 0,000.x3 + 0,010.x2 – 0,173x + 1,624 (8)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Hg (entalpi uap) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari

Grafik Hg pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

Hg = -10-5.x3 + 0,000.x2 + 1,816.x + 2501 (9)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Hfg dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari Grafik Hfg

pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan dengan persamaan sebagai

berikut:

Hfg = -10-5.x3 + 0,000.x2 – 2,387.x + 2501 (10)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Hf (entalpi cair) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari

Grafik Hf pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

Hf = 40-6.x3 – 0,000.x2 + 4,206.x – 0,007 (11)


12

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Kelembaban relatif ( φ1 ) adalah kelembaban yang diperoleh dari suhu kering

dan basah yang dari udara yang masuk ke dalam pengering. Dapat di hituing dengan

rumus : (Çengel, A. Yunus & Robert H. 2005, chapter 14, hal 725)

ω 1 P2
φ1 = (12)
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1

dengan: Pg1 = P saturated suhu kering

P2 = 101,325 kpa (1atm)

ω1 = Kelembaban Spesifik (Kg H2O/Kg dry air)

Penurunan berat (penyusutan berat) ( W) adalah selisih berat yang dihasilkan

dari bahan yang dikeringkan sebelum dan setelah dikeringkan, secara matematis

dihitung dengan rumus :

W = Wawal – Wakhir (13)

dengan: W = penyusutan berat (gram)

Wawal = berat awal ditimbang (gram)

Wakhir = berat akhir setelah ditimbang (gram)

Persentase berat yang dihasilkan (%W) adalah persentase besarnya air yang di

hilangkan dari bahan yang dikeringkan. Secara matematis dihitung menggunakan

rumus :
13

( Wawal - Wakhir )
%W= X 100% (14)
Wawal

dengan :

Wawal = berat awal ditimbang (kg)

Wakhir = berat akhir setelah ditimbang (kg)

% W = Persentase berat (%W)

2.3 Tinjauan Pustaka

Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan dan

pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam

(Scanlin, 1997). Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional) sering

menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang

dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau

binatang lain. Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah dapat

membahayakan kesehatan (Häuser et. al). Kunci dari pengeringan bahan makanan

adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang tidak

merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka

mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika

temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang

berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari pengering

energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan

udara yang dipanasi, sehingga menyebabkan efisiensi kolektor yang rendah.

Beberapa modifikasi telah banyak diusulkan meliputi penggunaan sirip (Garg et al.,
14

1991), penggunaan absorber dengan permukaan kasar (Choudhury et al., 1988), dan

penggunaan absorber porus (Sharma et. al., 1991). Penelitian pengering energi surya

dengan luas kolektor 1,64m2 yang dilengkapi 8 sampai 32 sirip segi empat dengan

luas total sirip 0,384 m2 dapat menaikkan temperatur udara keluar dan efisiensi

kolektor. Sirip dipasang di dalam kolektor dengan dua variasi pemasangan yaitu sirip

dapat bergerak bebas dan tetap (Kurtbas, 2006). Penelitian dengan metode simulasi

untuk mengetahui efisiensi tahunan pengering energi surya dengan absorber jenis

porus di India menghasilkan nilai yang sesuai dengan penelitian secara eksperimen

(Sodha et. al., 1982). Eksperimen dengan absorber porus menggunakan kasa

alumunium dengan permukaan reflektif dibagian bawahnya menghasilkan efisiensi

yang hampir sama dengan enam lembar bilah baja yang dicat hitam tetapi memiliki

keunggulan dalam kemudahan pembuatannya (Scanlin, D et. al. ,1999).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Skema Alat

Alat pengering dengan menggunakan absorber porus pada umunya terdiri dari

3 bagian utama yaitu :

a. Kotak kolektor, dengan ukuran 100 cm x 100 cm yang terdiri dari absorber porus

dan plastik transparan, serta lubang udara masuk dengan ukuran 100 cm x 9 cm.

b. Kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 50 cm, rak pengering untuk meletakan

bahan yang dikeringkan dengan ukuran 100 cm x 50 cm.

c. Lubang udara keluar dari kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 9 cm.

Skema alat pengering hasil pertanian dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1. Skema alat penelitian

15
16

Plastik

Gambar 3.2. Skema ukuran alat penelitian

3.2 Variabel yang Divariasikan

1. Pengering dengan sudut tutup udara masuk 30˚, 45˚

2. Kemiringan alat pengering 30˚, 45˚

3.3 Variabel yang Diukur

1. Radiasi dari energi surya yang datang (W/m2)

2. Temperatur udara masuk kolektor

T1 = temperatur kering

T2 = temperatur basah

3. Temperatur udara keluar kolektor

T1 = temperatur kering

T2 = temperatur basah
17

4. Temperatur udara keluar pengering

T1 = temperatur kering

T2 = temperatur basah

3.4 Langkah Penelitian

1. Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti pada gambar 3.1.

2. Pengambilan data dilakukan dengan mevariasikan sudut tutup udara masuk.

3. Pengambilan data dilakukan setiap 10 menit selama kurang lebih 2 jam.

4. Data yang dicatat adalah temperatur udara masuk kolektor, temperatur udara

setelah kolektor, temperatur udara setelah kotak beban.

5. Sebelum melanjutkan pengambilan data untuk varisi berikutnya kondisi alat

pengering harus didiamkan agar kembali ke kondisi awal sebelum dilakukan

pengambilan data variasi saat ini.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada

parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1) sampai

dengan persamaan (14). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik

hubungan efisiensi kolektor dengan waktu.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Kita akan mengetahui data yang telah diambil dengan variasi yang berbeda.

Pengambilan data tiap variasi hanya dilakukan sekali saja. Bahan yang di keringkan

adalah handuk basah. Tempat pengambilan data di lakukan di lingkungan universitas

sanata Dharma.

Dalam penelitian pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg yang dilakukan pada :

Tanggal : 05-12-2008

Jam : 10.00 - 12.10 WIB

Massa handuk awal (W 1 ) : 0,55 kg

Ketebalan handuk = 0,01 m

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.

Suhu masuk Suhu keluar Suhu setelah


Waktu kolektor, C kolektor, C beban, C GT
No (menit ke- ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80

18
19

Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam, tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
(lanjutan)

Suhu keluar Suhu setelah


Waktu C kolektor, C beban, C GT
No. (menit ke- ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m2)
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,165 kg


Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan ( W) = 0,385 kg

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang
sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.

Waktu
No (menit ke-)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
!

Dari data tersebut diperoleh Gt rata – rata = 742,08 Watt/m2


20

Dalam penelitian pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg yang dilakukan pada :

Tanggal : 05-12-2008

Jam : 12.30 - 14.40 WIB

Massa handuk awal (W 1 ) : 0,55 kg

Ketebalan handuk = 0,01 m

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg.

Suhu masuk Suhu keluar Suhu setelah


Waktu kolektor, C kolektor, C beban, C GT
No (menit ke-) Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,38 kg


Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan ( W) = 0,17 kg

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang
sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai
berikut :
21

Tabel 4.4 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.

Waktu
No (menit ke-)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
!

Dari data tersebut diperoleh Gt rata – rata = 450,46 Watt/m2

Dalam penelitian pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk

basah 0,55 kg yang dilakukan pada :

Tanggal : 18-12-2008

Jam : 09.30-11.40 WIB

Massa handuk awal (W 1 ) : 0,550 kg

Ketebalan handuk = 0,01m

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :


22

Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
Suhu masuk Suhu keluar Suhu setelah
Waktu kolektor, C kolektor, C beban, C GT
No (menit ke-) Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,225 kg


Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan ( W) = 0,325 kg

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang
sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.
Waktu
No (menit ke-)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
!
Dari data tersebut diperoleh Gt rata – rata = 651,92 Watt/m2
23

4.2 Hasil Penelitian


Perhitungan data ini meliputi : perbedaan tekanan, intensitas energi surya yang
datang, kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air, energi berguna, efisiensi
kolektor, kelembaban spesifik, kelembaban relatif, penurunan berat, dan persentase berat
yang dihasilkan dapat dijelaskan pada perhitungan dibawah ini :
Perhitungan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium,
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk
basah 0,55 kg yaitu :
a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)
Data Tabel 4.1
Diketahui :
h1 = 1 m ∆h = 0,01 m
h 2 = 0,5 m
Ta= 31 (diasumsikan konstan)
T keluar kolektor kering = 29,1 0 C
0
T setelah beban kering = 23 C
Mencari ρ , ρ1 , ρ 2
p= ρRT
p
Sehingga, ρ =
R .T

101,3 kN / m 2
ρ =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302 K

ρ = 1,161 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ1 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302,1K

ρ1 = 1,168 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ2 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 296 K

ρ 2 = 1,192 kg/m 3
24

p = [1m (1,161Pa − 1,168Pa ) + 0,5m (1,161Pa − 1,192 Pa )]x9,81kg / s 2


p = -0.226 Pa,
b) Menghitung Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air

Q = massa air yang keluar x h fg

hfg diperoleh dari persamaan pada grafik hfg lampiran 1 dan lampiran 2.

X= suhu kering keluar kolektor

hfg = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501

= -10-5. (29,1)3 + 0,000.(29,1)2 – 2,387.(29,1) + 2501

= 2431,29 kj/kg

Q = 0,385 kg x 2431,29 kj/kg

Q = 936,05 kj

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel:

Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

Waktu " " " p # $% Q


(menit ke-) 3
(kg/m ) 3
(kg/m ) (kg/m )3
(Pa) (kj/kg) (kj)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
25

Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.
(lanjutan)

Waktu " " " p # $% Q


(menit ke-) (kg/m ) 3 3
(kg/m ) (kg/m )3
(Pa) (kj/kg) (kj)
110
120
130

dengan : h1 = 1 m, h2 = 0,5 m, ∆ h = 0, 02 m.
W1 = 0,55 kg, W2 = 0,165 kg, ∆ W = 0,385 kg.

c) Energi Berguna ( Qu ).

Energi berguna dapat diperoleh dengan persamaan :

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t

m diperoleh dari =

m = .v = 1,161 kg/m3 (dari Tabel 4.5)

= 1,161 . 0,09 v = 0,09 m3

= 1,1045 kg/detik

Cp = 1,005 J/kg.˚C (1 Atmosfir)

Dari tabel 4.1, data ke-3 menit ke 30 diketahui:

T0 = 32,3 ˚C (suhu kering keluar kolektor) t = 7800 detik

Ti = 31,2 ˚C (suhu kering masuk kolektor)

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t

1,1045
Qu = x1, 005 .(32 ,3 − 31 , 2 )
7800

= 0,0036 Watt
26

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus

aluminium, ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban

handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg.

Masuk Keluar
kolektor kolektor m Qu
Waktu Suhu kering Suhu kering Cp
(menit ke-) ( &' ( &' (J/kg.OC) (kg/detik) (W)
10 31,4 29,1 1,005 1,1045 -0,0003
20 31,5 29,0 1,005 1,1045 -0,0004
30 31,2 56,8 1,005 1,1045 0,0036
40 32,6 58,7 1,005 1,1045 0,0037
50 34,4 58,9 1,005 1,1045 0,0035
60 36,1 65,6 1,005 1,1045 0,0042
70 36,6 43,7 1,005 1,1045 0,0010
80 32,5 52,7 1,005 1,1045 0,0029
90 32,8 49,3 1,005 1,1045 0,0023
100 35,3 52,3 1,005 1,1045 0,0024
110 34,1 63,1 1,005 1,1045 0,0041
120 34,3 65,8 1,005 1,1045 0,0045
130 34,2 64,5 1,005 1,1045 0,0043

e) Efisiensi kolektor (ηC)

Dapat diperoleh dengan persamaan :

QU
ηc =
I Ac

QU : 0,0036 W (diambil dari Tabel 4.8)

I : 1140 W/m2(diambil dari Tabel 4.2)

AC : 1 m2
27

QU
Jawab : η c =
I Ac

0,0036
ηc = X 100%
1140.1

= 0,00032 %

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus

aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban

handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.9 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk
30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

A Qu GT (ηC)
Waktu 2 2
(menit ke-) (m ) (W) (W/m ) (%)
10 1 -0,0003 1129 -0,00003
20 1 -0,0004 1108 -0,00003
30 1 0,0036 1140 0,00032
40 1 0,0037 651 0,00057
50 1 0,0035 169 0,00206
60 1 0,0042 1051 0,00040
70 1 0,0010 83 0,00122
80 1 0,0029 439 0,00065
90 1 0,0023 890 0,00026
100 1 0,0024 992 0,00024
110 1 0,0041 1045 0,00039
120 1 0,0045 357 0,00126
130 1 0,0043 593 0,00073

e) Kelembaban spesifik

0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2

Dengan: Pg2 = P-saturated suhu basah


28

P2 = 101,325 kpa (1atm)

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:

C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg 1 − h f 2

Dengan: Cp = 1,005 (Kj/kgoC)


Hfg2 = Hfg suhu basah
Hg1 = Hg suhu kering
Hf 2 = Hf suhu basah
Tekanan jenuh (P-saturated), dari Tabel 4.1, data ke 1, menit ke 10.

P-sat = 10-6.(x4) – 0,000.(x3) + 0.010.(x2) – 0,173.(x) + 1,624

= 10-6.(31,44) – 0,000.(31,43) + 0,010.(31,42) – 0,173.(31,4) + 1,624

= 7,02 kpa

Entalpi uap (Hg), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.

Hg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) + 1,816.(x) + 2501

= -10-5.(31,43) + 0,000.(31,42) + 1,816.(31,4) + 2501

= 2557,71 kj/kg

Entalpi cair (Hf), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.

Hf = 40-6.(x3) – 0,000.(x2) + 4,206.(x) – 0,007

= 40-6.(27,83) – 0,000.(27,82) + 4,206.(27,8) – 0,007

= 116,92 kj/kg

Entalpi laten penguapan (Hfg), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.

Hfg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) – 2,387.(x) + 2501

= -10-5.(27,83) + 0,000.(27,82) – 2,387.(27,8) + 2501

= 2434,43 kj/kg
29

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Data perhitungan P- saturated (dari suhu pada Tabel 4.1)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban GT
Waktu Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m2)
No (menit ke-) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Tabel 4.11 Data perhitungan Hg (dari suhu kering pada Tabel 4.1)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu kering kering kering GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
30

Tabel 4.12 Data perhitungan Hf (dari suhu basah pada Tabel 4.1)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Basah Basah Basah GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Tabel 4.13 Data perhitungan Hfg (dari suhu basah pada Tabel 4.1)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Basah Basah Basah GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
31

Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg

yang dapat diambil dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13. Dapat dilihat

pada perhitungan dibawah ini :

Jawab :

Dengan: Pg2 = 5,14 (Tp-sat basah)

P2 = 101,3 kpa (1atm)

0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2

0,622.5,14
ω2 =
101,3 − 5,14

= 0,03 Kg H2O/Kg dry air

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus :

Diketahui : Cp = 1.005 (Kj/kgoC)

Hfg2 = 2434,43 (dari Tabel 4.13)

Hg1 = 2557.71 (Hg suhu kering dari tabel 4.11)

Hf2 = 116,92 (Hf suhu basah dari tabel 4.12)

T kering = 31,4 ˚C

T basah = 27,8 ˚C

2 = 0,03 Kg H2O/Kg dry air

C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg 1 − h f 2

1,005.(27,8 − 31,4) + 0,03.2434,43


ω1=
2557,71 − 116,92

ω 1 = 0,03 Kg H2O/Kg dry air


32

f) Kelembaban relatif ( φ1 ) dengan menggunakan rumus:


Diketahui : P2 = 101,3 kpa (1atm)

gl = 7,02 (P-sat suhu kering dari Tabel 4.10)


ω1 = 0,03 (Kg H2O/Kg dry air)
ω 1 P2
φ1 =
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1

0 , 03 . 101 , 3
φ1 =
( 0 , 622 + 0 , 03 ). 7 , 02

= 0,70
= 70 %
Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.14 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk basah 0,55 kg.

Waktu Masuk kolektor Keluar kolektor ( ( )


No (menit ke-) * * + + ,-' * * + +,-' * * + +,-'
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
33

g) Penurunan berat yang dihasilkan (%W)

Diketahui: Dengan alat pengering : Penjemuran lansung :

Wawal = 0,55 (kg) Wawal = 0,55 (kg)

Wakhir = 0,165 (kg) Wakhir = 0,45 (kg)

W = Wawal – Wakhir W = Wawal – Wakhir

W = 0,55 – 0,165 W = 0,55 – 0,45

W = 0,385 kg W = 0,1 kg

h) Persentase berat yang dihasilkan (%W) :

(∆W )
%W= X 100%
Wawal

Dengan alat pengering : Penjemuran langsung :

(0,385 ) (0,1 )
%W= X 100% %W= X 100%
0,55 0,55

% W = 70 % % W = 18,9 %

Perhitungan pada alat pengering energi surya dengan absorber porus aluminium
ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk
basah 0,55 kg yaitu :
a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)
Data Tabel 4.1
Diketahui :
h1 = 1 m ∆h = 0,01 m
h 2 = 0.5 m
Ta= 31 (diasumsikan konstan)
34

T keluar kolektor kering = 63,2 0 C


T setelah beban kering = 43,2 0 C
Mencari ρ , ρ1 , ρ 2
p= ρRT
p
Sehingga, ρ =
R .T

101,3 kN / m 2
ρ =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302 K

ρ = 1,161 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ1 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 336,2 K

ρ1 = 1,05 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ2 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x316,2 K

ρ 2 = 1,12 kg/m 3
p = [1m (1,161Pa − 1,05 Pa ) + 0,5m (1,161Pa − 1,12 Pa )]x9,81kg / s 2
p = 1,31 Pa,

b) Menghitung Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air

Q = massa air yang keluar x h fg

hfg diperoleh dari persamaan pada gambar grafik hfg lampiran 1 dan
lampiran 2
X= suhu kering keluar kolektor
hfg = y = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501

= -10-5. (63,2,1)3 + 0,000.(63,2)2 – 2,387.(63,2) + 2501

= 2431,29 kj/kg
Q = 0,170 kg x 2347.62 kj/kg
Q = 399,09 kj
35

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.15 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

Waktu " " " p # $% Q


(menit ke-) (kg/m3) (kg/m3) (kg/m3) (Pa) (kj/kg) (kj)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130

Dengan : h1 = 1 m, h2 = 0,5 m, ∆ h = 0, 02 m.
W1 = 0,55 kg, W2 = 0,38 kg, ∆ W = 0,170 kg.

c) Energi Berguna ( Qu ).

Energi berguna dapat diperoleh dengan persamaan :

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t

m diperoleh dari =

m = .v = 1,161 kg/m3 (dari Tabel 4.5)

= 1,161 . 0,09 v = 0,09 m3

= 1,1045 kg/detik

Cp = 1,005 J/kg.˚C (1 Atmosfir)


36

Dari tabel 4.1 diketahui:

T0 = 63,2 ˚C (suhu kering keluar kolektor) t = 7800 detik

Ti = 33,6 ˚C (suhu kering masuk kolektor)

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆t

1,1045
Qu = x1, 005 .(63 , 2 − 33 , 6 )
7800

= 0,0042 Watt

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.16 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

Masuk Keluar
kolektor kolektor m Qu
Waktu Suhu kering Suhu kering Cp
(menit ke-) ( &' ( &' (J/kg.OC) (kg/detik) (W)
10 1,005 1,1045 0,0042
20 1,005 1,1045 0,0010
30 1,005 1,1045 0,0007
40 1,005 1,1045 0,0028
50 1,005 1,1045 0,0045
60 1,005 1,1045 0,0044
70 1,005 1,1045 0,0025
80 1,005 1,1045 0,0009
90 1,005 1,1045 0,0039
100 1,005 1,1045 0,0029
110 1,005 1,1045 0,0031
120 1,005 1,1045 0,0018
130 1,005 1,1045 0,0017
37

d) Efisiensi kolektor (ηC)

Dapat diperoleh dengan persamaan :

QU
ηc =
I Ac

QU : 0,0042 W (diambil dari Tabel 4.16)


I : 721 W/m2 (diambil dari Tabel 4.15)
AC : 1 m2
QU
Jawab : η c =
I Ac
0,0042
ηc = X 100
721.1
= 0,00058

Dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas, maka didapatkan data hasil
perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel :
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

Waktu A Qu GT (ηC)
2
(menit ke-) (m ) (W) (W/m2) (%)
10 1 0,0042 0,00058
20 1 0,0010 0,00111
30 1 0,0007 0,00074
40 1 0,0028 0,00046
50 1 0,0045 0,00055
70 1 0,0025 0,00184
80 1 0,0009 0,00054
90 1 0,0039 0,00041
100 1 0,0029 0,00060
110 1 0,0031 0,00048
120 1 0,0018 0,00066
130 1 0,0017 0,00068
38

e) Kelembaban spesifik

0.622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2

Dengan: Pg2 = P saturated suhu basah

P2 = 101,325 kpa (1atm)

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:

C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1= (10)
hg 1 − h f 2

Dengan: Cp = 1.005 (Kj/kgoC)


T kering = Suhu basah(oC)
T basah = Suhu kering(˚C)
Hfg2 = Hfg suhu basah
Hg1 = Hg suhu kering
Hf2 = Hf suhu basah

Tekanan jenuh (P-saturated), dari Tabel 4.3, data ke 1, menit ke 10.

P-sat = 10-6.(x4) – 0,000.(x3) + 0,010.(x2) – 0,173.(x) + 1,624

= 10-6.(33,64) – 0,000.(33,63) + 0,010.(33,62) – 0,173.(33,6) + 1,624

= 8,38 kpa

Entalpi uap (Hg), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.

Hg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) + 1,816.(x) + 2501

= -10-5.(33,63) + 0,000.(33,62) + 1,816.(33,6) + 2501

= 2561,64 kj/kg
39

Entalpi cair (Hf), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.

Hf = 40-6.(x3) – 0,000.(x2) + 4,206.(x) – 0,007

= 40-6.(33,63) – 0,000.(33,62) + 4,206.(33,6) – 0,007

= 141,31 kj/kg

Entalpi laten penguapan (Hfg), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.

Hfg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) – 2,387.(x) + 2501

= -10-5.(33,63) + 0,000.(33,62) – 2,387.(33,6) + 2501

= 2420,42 kj/kg

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.18 Data perhitungan P- saturated (dari suhu kering Tabel 4.3)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Kering Basah Kering Basah Kering Basah GT
No (menit ke-) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
40

Tabel 4.19 Data perhitungan Hg (dari suhu kering Tabel 4.3)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu kering kering kering GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Tabel 4.20 Data perhitungan Hf (dari suhu basah Tabel 4.3)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Basah Basah Basah GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
41

Tabel 4.21 Data perhitungan Hfg (dari suhu basah Tabel 4.3)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Basah Basah Basah GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg

yang dapat diambil dari Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20, dan Tabel 4.21.

Jawab :
Dengan: Pg2 = 4,60 (P sat suhu basah)
P2 = 101,3 kpa (1atm)
0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2

0,622.4,60
ω2 =
101,3 − 4,60

= 0,03 Kg H2O/Kg dry air


42

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:

Diketahui : Cp = 1.005 (Kj/kgoC)

Hfg2 = 2437,32 (Hfg basah dari Tabel 4.21)

Hg1 = 2420,42 (Hfg suhu kering)

Hf2 = 116,92 (Hf suhu basah)

T kering = 33,6 ˚C

T basah = 26,6 ˚C

2 = 0,03 Kg H2O/Kg dry air

C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg 1 − h f 2

1,005.(26,6 − 33,6) + 0,03.2434,43


ω1=
2425,74 − 111,87

ω 1 = 0.03 Kg H2O/Kg dry air

f) Kelembaban relatif ( φ1 ) dengan menggunakan rumus:

Diketahui : P2 = 101,3 kpa (1atm)

gl = 8,38 P sat suhu kering (dari Tabel 4.18)

ω1 = 0,03 (Kg H2O/Kg dry air, darai Tabel 4.22)

ω 1 P2
φ1 =
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1

0 , 03 . 101 , 3
φ1 =
( 0 , 622 + 0 , 03 ). 8 , 38

= 0,50

= 50 %
43

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan di dalam

tabel berikut :

Tabel 4.22 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban
handuk basah 0,55 kg.

Waktu Masuk kolektor Keluar kolektor ( ( )


No (menit ke-) * * + +,-' * * + +,-' * * + +,-'
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

g) Penurunan berat yang dihasilkan ( W)

Diketahui: Dengan alat pengering : Penjemuran lansung :

Wawal = 0,55 (kg) Wawal = 0,55 (kg)

Wakhir = 0,380 (kg) Wakhir = 0,425 (kg)

W = Wawal – Wakhir W = Wawal – Wakhir

W = 0,55 – 0,380 W = 0,55 – 0,425

W = 0,170 kg W = 0,125 kg
44

h) Persentase berat yang dihasilkan (%W) :

(∆W )
%W= X 100%
Wawal

Dengan alat pengering : Penjemuran langsung :

(0,380 ) (0,125 )
%W= X 100% %W= X 100%
0,55 0,55

% W = 69,1 % % W = 22,73 %

Perhitungan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk

basah 0,55 kg yaitu :

a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)


Data Tabel 4.1
Diketahui :
h1 = 1 m ∆h = 0,01 m
h 2 = 0.5 m
Ta= 31 (diasumsikan konstan)
T keluar kolektor kering = 47,5 0 C
T setelah beban kering = 43,7 0 C
Mencari ρ , ρ1 , ρ 2
p= ρRT
p
Sehingga, ρ =
R .T

101,3 kN / m 2
ρ =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 302 K

ρ = 1,161 kg/m 3
45

101,3 kN / m 2
ρ1 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x 320,5K

ρ1 = 1,101 kg/m 3
101,3 kN / m 2
ρ2 =
0,287 kN .m /(kg.K ) x316,7 K

ρ 2 = 1,114 kg/m 3
p = [1m (1,161Pa − 1,10 Pa ) + 0,5m (1,161Pa −1,11Pa)]x9,81kg / s 2
p = 0,815 Pa,

b) Menghitung Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air

Q = massa air yang keluar x h fg

hfg diperoleh dari persamaan yang dihasilkan gambar grafik hfg lampiran 1

dan lampiran 2.

X= suhu kering keluar kolektor

hfg = y = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501

= -10-5. (47,5,2,1)3 + 0,000.(47,5,2)2 – 2,387.(47,5) + 2501

= 2431,29 kj/kg

Q = 0,325 kg x 2386,55 kj/kg

Q = 775,63 kj

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0.55 kg disajikan dalam tabel

berikut:
46

Tabel 4.23 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.

Waktu " " " p # $% Q


(menit ke-) (kg/m3) (kg/m3) (kg/m3) (Pa) (kj/kg) (kj)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130

Dengan : h1 = 1 m, h2 = 0,5 m, ∆ h = 0, 02 m.
W1 = 0,55 kg, W2 = 0,225 kg, ∆ W = 0,325 kg.

c) Energi Berguna ( Qu ).

Energi berguna dapat diperoleh dengan persamaan :

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆T

m diperoleh dari =

m = .v = 1,161 kg/m3 (dari Tabel 4.5)

= 1,161 . 0,09 v = 0,09 m3

= 1,1045 kg/detik

Cp = 1,005 J/kg.˚C (1 Atmosfir)

Dari tabel 4.1 diketahui:


47

T0 = 47,5 ˚C (suhu kering keluar kolektor) t = 7800 detik

Ti = 33,9 ˚C (suhu kering masuk kolektor)

m
Qu = xCp .(T 0 − T 1)
∆T

1,1045
Qu = x1, 005 .(47 ,5 − 33 ,9 )
7800

= 0,0019 Watt

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0.55

kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.24 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara
masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.

Masuk Keluar
kolektor kolektor m Qu
Waktu Suhu kering Suhu kering Cp
(menit ke-) ( &' ( &' (J/kg.OC) (kg/detik) (W)
10 1,005 1,1045 0,0019
20 1,005 1,1045 0,0009
30 1,005 1,1045 0,0037
40 1,005 1,1045 0,0041
50 1,005 1,1045 0,0035
60 1,005 1,1045 0,0047
70 1,005 1,1045 0,0029
80 1,005 1,1045 0,0027
90 1,005 1,1045 0,0011
100 1,005 1,1045 0,0024
110 1,005 1,1045 0,0035
120 1,005 1,1045 0,0037
130 1,005 1,1045 0,0015
48

d) Efisiensi kolektor (ηC)

Dapat diperoleh dengan persamaan :

QU
ηc =
I Ac

QU : 0,0019 W (diambil dari Tabel 4.25)


I : 973 W/m2 (diambil dari Tabel 4.24)
AC : 1 m2
QU
Jawab : η c =
I Ac

0,0019
ηc = X 100
973.1

= 0,0002

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil
perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban
handuk 0.55 kg disajikan dalam tabel.
Tabel 4.25 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya
dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut
udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.

Waktu A Qu GT (ηC)
2
(menit ke-) (m ) (W) (W/m2) (%)
10 1 0,0019 0,00020
20 1 0,0009 0,00012
30 1 0,0037 0,00049
40 1 0,0041 0,00055
50 1 0,0035 0,00038
60 1 0,0047 0,00053
70 1 0,0029 0,00066
90 1 0,0011 0,00046
100 1 0,0024 0,00045
110 1 0,0035 0,00056
120 1 0,0037 0,00057
130 1 0,0015 0,00052
49

e) Kelembaban spesifik

0.622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2

Dengan: Pg2 = Tp-sat basah

P2 = 101,325 kpa (1atm)

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:

C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1= (10)
hg 1 − h f 2

Dengan: Cp = 1.005 (Kj/kgoC)

T keluar kolektor = Suhu basah(oC)

T masuk kolektor = Suhu kering(˚C)

Hfg2 = Hfg suhu basah

Hg1 = Hg suhu kering

Hf2 = Hf suhu basah

Tekanan jenuh (P-saturated), dari Tabel 4.5, data ke 1, menit ke 10.

P-sat = 10-6.(x4) – 0,000.(x3) + 0,010.(x2) – 0,173.(x) + 1,624

= 10-6.(33,64) – 0,000.(33,63) + 0,010.(33,62) – 0,173.(33,6) + 1,624

= 8,57 kpa

Entalpi uap (Hg), dari Tabel 4.5, data ke 1,menit ke 10.

Hg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) + 1,816.(x) + 2501

= -10-5.(33,63) + 0,000.(33,62) + 1,816.(33,6) + 2501

= 2562,17 kj/kg
50

Entalpi cair (Hf), dari Tabel 4.5, data ke 1,menit ke 10.

Hf = 40-6.(x3) – 0,000.(x2) + 4,206.(x) – 0,007

= 40-6.(33,63) – 0,000.(33,62) + 4,206.(33,6) – 0,007

= 142,58 kj/kg

Hfg, dari Tabel 4.5, data ke 1,menit ke 10.

Hfg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) – 2,387.(x) + 2501

= -10-5.(33,63) + 0,000.(33,62) – 2,387.(33,6) + 2501

= 2420,42 kj/kg

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.26 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.5)

Masuk Keluar
kolektor kolektor Setelah beban
Waktu Kering Basah Kering Basah Kering Basah GT
No (menit ke-) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (kpa) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
51

Tabel 4.27 Data perhitungan Hg (dari suhu kering Tabel 4.5)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu kering kering kering GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Tabel 4.28 Data perhitungan hf (dari suhu basah Tabel 4.5)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Basah Basah Basah GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130
52

Tabel 4.29 Data perhitungan hfg (dari suhu basah Tabel 4.5)

Masuk Keluar Setelah


kolektor kolektor beban
Waktu Basah Basah Basah GT
No (menit ke-) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (W/m2)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg

yang dapat diambil dari Tabel 4.26, Tabel 4.27, Tabel 4.28, dan Tabel 4.29.

Jawab :

Dengan: Pg2 = 3,35 (P-sat suhu basah)

P2 = 101,3 kpa (1atm)

0,622 Pg 2
ω2 =
P2 − Pg 2

0,622.3,35
ω2 =
101,3 − 3,35

= 0,02 Kg H2O/Kg dry air


53

Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:

Diketahui : Cp = 1.005 (Kj/kgoC)

Hfg2 = 2437,32 (hfg suhu basah dari Tabel 4.30)

Hg1 = 2420,42 (Hg suhu kering)

Hf2 = 98,41 (Hf suhu basah)

T kering = 33,9 ˚C

T basah = 23,4 ˚C

2 = 0,02 Kg H2O/Kg dry air

C p (T2 − T1 ) + ω 2 h fg 2
ω1=
hg1 − h f 2

1,005.(23,4 − 33,9) + 0,02.2437,32


ω1=
2420,42 − 98,41

ω 1 = 0,02 Kg H2O/Kg dry air

f) Kelembaban relatif ( φ1 ) dengan menggunakan rumus:

Diketahui : P2 = 101,3 kpa (1atm)

gl = 8,57 (P-sat suhu kering dari Tabel 4.27)

ω1 = 0,02 (Kg H2O/Kg dry air, darai Tabel 4.28)

ω 1 P2
φ1 =
( 0 , 622 + ω 1 ) P g 1

0 , 03 . 101 , 3
φ1 =
( 0 , 622 + 0 , 03 ). 8 , 57

= 0,31

= 31 %
54

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan

absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk basah 0,55 kg

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.30 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada
pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan
absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban
handuk basah 0,55 kg.

Waktu Masuk kolektor Keluar kolektor ( ( )


No (menit ke-) * * + +,-' * * + +,-' * * + +,-'
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100
11 110
12 120
13 130

g) Penurunan berat yang dihasilkan ( W)

Diketahui: Dengan alat pengering : Penjemuran lansung :

Wawal = 0,55 (kg) Wawal = 0,55 (kg)

Wakhir = 0,225 (kg) Wakhir = 0,275 (kg)

W = Wawal – Wakhir W = Wawal – Wakhir

W = 0,55 – 0,225 W = 0,55 – 0,275

W = 0,325 kg W = 0,275 kg
55

h) Penurunan berat yang dihasilkan ( W) :

(∆W )
%W= X 100%
Wawal

Dengan alat pengering : Penjemuran langsung :

(0,325) (0,275 )
%W= X 100% %W= X 100%
0,55 0,55

% W = 59 % % W = 50 %

Dari hasil seluruh penelitian, dapat dihasilkan tabel persentase penurunan berat

sebagai berikut :

Tabel 4.31 Hasil perhitungan persentase penurunan berat air pada bahan yang
dikeringkan (handuk basah) dengan pengering dan penjemuran lansung
berdasarkan hasil perhitungan persentase penurunan berat.

# - -
. ) ) . )% )% )% )%
/ 0
/ 0 0
/

Data 1 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚

dan juga penjemuran langsung. Data 2 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 60˚,

kemiringan alat 30˚ dan. Data 3 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚,

kemiringan alat 45˚ dan pada saat bersamaan juga dilakukan penjemuran langsung pada

setiap data untuk mengetahui perbedaan persentase berat yang dapat dihasilkan juga

penjemuran langsung.
56

4.3 Grafik dan Pembahasan

Dari Tabel 4.1 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.1 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik temperatur suhu kering pengering energi surya menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚

menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah

kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor bahkan kadang-

kadang terjadi kesamaan. Hal tersebut karena udara masuk kolektor dan setelah kotak

beban masih banyak mengandung air dan tidak dipanaskan oleh kolektor.

Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar

kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 65˚ dan suhu terendah

keluar kolektor sekitar 45˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau

berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada

saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.
57

Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan

waktu beberapa saat pula.

Dari Tabel 4.3 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.2 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚,
dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik temperatur suhu kering pengering energi surya menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚

menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah

kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor, hal tersebut

karena udara masuk kolektor dan setelah kotak beban masih banyak mengandung air dan

tidak dipanaskan oleh kolektor.

Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar

kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 70˚ dan suhu terendah

keluar kolektor sekitar 50˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau

berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada
58

saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.

Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan

waktu beberapa saat pula.

Dari Tabel 4.5 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.3 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚,
dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik temperatur suhu kering pengering energi surya menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚

menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah

kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor, hal tersebut

karena udara masuk kolektor dan setelah kotak beban masih banyak mengandung air dan

tidak dipanaskan oleh kolektor.

Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar

kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 70˚ dan suhu terendah

keluar kolektor sekitar 50˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau
59

berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada

saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.

Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan

waktu beberapa saat pula.

Dari Tabel 4.7 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.4 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
30˚, dan kemiringan alat 30 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.

Dalam grafik penurunan tekanan pengering energi surya menggunakan absorber

porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan

beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 30˚. Dan didapat perbedaan tekanan kurang tinggi, karena radiasi energi

surya yang diserap oleh absorber relatif tinggi tetapi tidak stabil. Selain itu uap panas

setelah kotak beban tidak mudah keluar karena kemiringan alat 30˚.
60

Pada penelitian pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan

variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ mendapatkan penurunan tekanan

kurang tinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif tidak stabil

sehingga dapat menhasilkan penurunan tekanan yang kurang tinggi dibandingkan variasi

sudut udara masuk 30˚, kemiringan kolektor 45˚.

Dari Tabel 4.15 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.5 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk
60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik penurunan tekanan pengering energi surya menggunakan absorber

porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan

beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 60˚, dan

kemiringan alat 30˚. Dan didapat perbedaan tekanan kurang tinggi karena volume udara

yang masuk kolektor tidak cepat dipanaskan oleh absorber, yang disebabkan radiasi
61

energi surya yang diserap oleh absorber relatif tinggi tetapi tidak stabil. Selain itu uap

panas setelah kotak beban tidak mudah keluar karena kemiringan alat 30˚.

Pada penelitian pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan

variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ mendapatkan penurunan tekanan

kurang tinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif tidak stabil

sehingga dapat menhasilkan penurunan tekanan yang kurang tinggi dibandingkan variasi

sudut udara masuk 30˚, kemiringan kolektor 45Dari Tabel 4.23 dapat diperoleh hasil

penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Dari Tabel 4.23 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.6 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚,
dan kemiringan alat 45 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.

Dalam grafik penurunan tekanan pengering energi surya menggunakan absorber

porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan

beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
62

kemiringan alat 45˚. Dan didapat perbedaan tekanan tertinggi, karena radiasi energi surya

yang diserap oleh absorber relatif tinggi dan stabil. Selain itu udara uap panas setelah

kotak beban mudah keluar karena kemiringan alat 45˚.

Pada penelitian pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan

variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ mendapatkan temperatur dan

penurunan tekanan tertinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif stabil

sehingga dapat menhasilkan suhu udara dan penurunan tekanan yang tinggi.

Dari Tabel 4.8 dapat diperoleh hasil energi berguna dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.7 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.

Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas, dapat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan

sekitar 0,0043 W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 30˚ menggunakan
63

beban handuk basah 0,55 kg, dan radiasi energi surya yang tidak stabil diserap absorber

menyebabkan temperatur dan tekanan yang kurang tinggi setelah kolektor. Sehingga

menghasilkan energi berguna yang tidak relatif tinggi. Diperlukan temperatur yang tinggi

dan tekanan yang tinggi untuk menghasilkan energi berguna yang tinggi, karena

temperatur yang dihasilkan akan mempengaruhi penurunan tekanan yang terjadi pada

pengering untuk menghasilkan Qu yang tinggi.

Dari Tabel 4.16 dapat diperoleh hasil energ berguna dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.8 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan
kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas, dapat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan

sekitar 0,0045 W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 30˚, dan radiasi energi

surya yang tidak stabil diserap absorber menyebabkan temperatur dan tekanan yang

kurang tinggi setelah kolektor.


64

Sehingga menghasilkan energi berguna yang tidak relatif tinggi. Diperlukan

temperatur yang tinggi dan tekanan yang tinggi untuk menghasilkan energi berguna yang

tinggi, karena temperatur yang dihasilkan akan mempengaruhi penurunan tekanan yang

terjadi pada pengering untuk menghasilkan Qu yang tinggi.

Dari Tabel 4.24 dapat diperoleh hasil energ berguna dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.9 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi
surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara
masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk
basah 0,55 kg.

Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚. menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg Energi berguna tertinggi dihasilkan pada pengering menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚.

Dari grafik diatas dpat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan sebesar 0,0047

W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 45˚, dan radiasi energi surya yang
65

stabil diserap absorber menyebabkan temperatur dan tekanan yang tinggi setelah kolektor.

Sehingga menghasilkan energi berguna yang relatif tinggi.

Dari Tabel 4.9 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.10 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.
Gambar grafik efisiensi pengering energi surya menggunakan absorber porus
dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban
handuk basah 0,55 kg diatas adalah grafik efisiensi kolektor dihasilkan pada pengering
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan
kemiringan alat 30˚. Dari grafik diatas dpat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang
dahasilkan sekitar 0,002 %.
Hal tersebut dikarenakan sudut udara masuk 30˚ yang menyebabkan voleme udara

yang masuk ke kolektor terlalu banyak, dan juga energi surya yang diserap kolektor

kurang stabil. Karena kemiringan alat 30˚ tersebut laju aliran udara lebih lambat yang

mengakibatkan tekanan menjadi lebih tinggi setelah kolektor dan menghasilkan efisiensi
66

kolektor lebih tinggi dibandingkan variasi sudut udara masuk masuk 60˚, dan kemiringan

alat 30˚.

Dari Tabel 4.17 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan
kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Gambar grafik efisiensi pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas adalah grafik efisiensi kolektor dihasilkan pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 60˚.

Dari grafik diatas dapat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang dahasilkan

sekitar 0,00180 %. Hal tersebut dikarenakan sudut udara masuk 60˚ yang menyebabkan

voleme udara yang masuk ke kolektor terlalu banyak, dan juga energi surya yang diserap

kolektor kurang stabil. Karena kemiringan alat 30˚ tersebut laju aliran udara lebih lambat

yang mengakibatkan tekanan menjadi lebih rendah setelah kolektor dan menghasilkan
67

efisiensi kolektor lebih rendah dibandingkan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 30˚ dan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚.

Dari Tabel 4.25 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.12 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya
menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan
kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Gambar grafik efisiensi pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg. Efisiensi kolektor tertinggi dihasilkan pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 45˚. Dari grafik diatas dpat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang

dahasilkan sebesar 0,0045 %. Hal tersebut dikarenakan variasi sudut udara masuk masuk

30˚, variasi kemiringan alat 45˚ yang menyebabkan volume udara cukup untuk

dipanaskan oleh absorber dan laju aliran udara lebih cepat yang mengakibatkan tekanan

menjadi tinggi setelah kolektor. Radiasi energi surya relatif stabil semakin tinggi sehinnga

menghasilkan efisiensi kolektor yang paling tinggi.


68

Dari Tabel 4.14 dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.13 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat
30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik 4.13 grafik kelembaban relatif, hasil perhitungan kelembaban

relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan

absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah

0,55 kg dapat diketahui bahwa kelembaban keluar kolektor paling rendah

dibanding dengan kelembaban saat masuk kolektor maupun setelah kotak beban.

Kerena udara pada waktu masuk kolektor adalah udara luar yang masih banyak

mengandung uap air dengan kelembaban sekitar 60%, kemudian dipanaskan oleh

kolektor surya sehingga kelembaban udara menurun hingga sekitar 20%, setelah

itu udara panas melewati bahan yang yang dikeringkan untuk menguapkan air

sehingga kelembaban meningkat sekitar 45%.

Hal tersebut disebabkan sudut buka udara masuk 30˚, laju aliran udara

pelan mengakibatkan suhu dan tekanan udara keluar kolektor jauh lebih tinggi
69

dari pada suhu udara masuk kolektor. Sehingga udara panas setelah melewati

bahan yang dikeringkan mempunyai kelembaban yang tidak terlalu tinggi.

Dari Tabel 4.22 diatas dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.14 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakanan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat
30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam Grafik 4.14 kelembaban relatif, hasil perhitungan kelembaban

relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan

absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah

0,55 kg dapat diketahui bahwa kelembaban keluar kolektor paling rendah sekitar

30% dibanding dengan kelembaban saat masuk kolektor maupun setelah kotak

beban yang berkisar 50%. Kelembaban setelah kotak beban pada menit ke 130

hampir menyamai kelembaban udara masuk kolektor.

Hal tersebut dikarenakan kelembaban udara keluar kolektor meningkat

sekitar 50% setelah melewati bahan yang dikeringkan. Hal tersebut dipengaruhi

sudut udara masuk kolektor 60˚, laju aliran udara lebih cepat mengakibatkan
70

tekanan dan suhu udara setelah kolektor rendah sehingga kelembaban udara

setelah bahan yang dikeringkan relatif tinggi.

Dari Tabel 4.30 diatas dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.15 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan
absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat
45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam Grafik 4.15 kelembaban relatif, hasil perhitungan kelembaban relatif pada

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk basah 0,55 kg dapat diketahui bahwa

kelembaban udara masuk kolektor, kelembaban saat keluar kolektor maupun setelah kotak

beban memiliki kelembaban relatif yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan variasi

kemiringan alat 45˚ mengakibatkan laju aliran udara dalam kolektor cepat sehingga suhu

udara dan tekanan udara keluar kolektor rendah.


71

Dari Tabel 4.31 diatas dapat diperoleh hasil dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.16 Grafik persentase penurunan berat dari hasil pengeringan dengan alat
pengering dan penjemuran langsung.

Dari data tabel 4.31 diperoleh gambar 4.16 grafik persentase penurunan berat

dari hasil pengeringan dengan alat pengering dan penjemuran langsung. Dengan

keterangan Data 1 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚

dan juga penjemuran langsung. Data 2 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 60˚,

kemiringan alat 30˚ dan juga penjemuran langsung. pengeringan dengan variasi sudut

buka 30˚, kemiringan alat 45˚ dan juga penjemuran langsung.

Persentase penurunan berat tertinggi alat pengering adalah pada pengeringan

dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚ yaitu sebesar 70%. Dikarenakan

variasi sudut buka 30˚dan kemiringan alat 30˚ menyebabkan volume udara yang masuk

cukup untuk dipanaskan. Dengan kemiringan alat 30˚ kolektor dapat menyerap energi

surya maksimal, sehingga pengeringan berjalan dengan baik dan masimal. Penjemuran

langsung tertinggi sebesar 50% pada data ke 3, dikarenakan radiasi energi surya pada saat

penelitian tinggi, tetapi hasil paling tinggi terdapat pada pengering energi surya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian dan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Setelah dilakukan penelitian terhadap pengering energi surya dengan

absorber porus variasi sudut buka udara masuk, dan kemiringan alat. Maka

dapat diketahui nilai suhu udara maksimal terjadi pada saat keluar kolektor

sebesar 70,9 0C pada variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat

45˚.

b. Penurunan tekanan ( P) paling tinggi sebesar 1,773 Pa terjadi pada variasi

sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚.

c. Energi berguna ( Qu ) paling tinggi sebesar 0,0047 W terjadi pada variasi

sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚.

d. Efisiensi kolektor paling tinggi terdapat pada hasil perhitungan efisiensi

kolektor pada variasi sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚. Dengan

efisiensi sebesar 0,00206 %.

e. Kelembaban relatif paling rendah sebesar 11 % pada saat keluar kolektor,

dan 30 % setelah beban dengan variasi sudut udara masuk 30˚, kemiringan

alat 45˚.

f. Persentase penurunan berat paling tinggi terjadi pada pengering energi

surya pada variasi sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, yaitu

sebesar 70% (0,385 kg).

72
73

g. Persentase penurunan berat paling tinggi dengan penjemuran langsung

adalah 50% (0,275 kg).

5.2 Saran

Adapun saran untuk pihak yang akan mengembangkan penelitian pada bidang

ini adalah :

a. Pengunaan jenis bahan absorber divariasi untuk dapat membedakan

efisiensi kolektornya dengan bahan absorber yang lain.

b. Penggunaan jenis penutup kolektor divariasi untuk mendapatkan perbedaan

efisiensi kolektornya dengan jenis penutup yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W., (1995), Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta : Pradnya Paramita.


Çengel, A. Yunus & Robert H. 2005.Turner. Fundamentals of Thermal-Fluid
Sciences.Mc Graw Hill : New York
Choudhury C.; Anderson S.L.; Rekstad, J., (1988) A solar air heater for low
temperature applications, Solar Energy 40, pp 335-344.
Garg, H.P.; Choudhury, C.; , Datta, G., (1991), Theoretical analysis on a new finned
type solar air heater, Solar Energy, 16, pp1231-1238.
Häuser; Markus; Ankila; Omar, Morroco Solar Dryer Manual; Centre de
Développement des Energies Renouvelables (CER), http://lwww.gtz.de/
gate/isat
Kendall, P.; Allen, L.,(1998), Drying Vegetables; Food and Nutrition Series
Preparation, Colorado State University Cooperative Extension Service
Publication 10 / 1998.
Kennedy, David., (2002), leaf for life, http : //www.leafforlife.org,
dlkennedy@kih.net.

Kurtbas, I.; Turgut, E. (2006), Experimental Investigation of Solar Air Heater with

Free and Fixed Fins: Efficiency and Exergy Loss, International Journal of

Science & Technology, Volume 1, No 1, 75-82.

Scanlin, D., (1997), The Design, Construction And Use Of An Indirect, Through
Pass, Solar Food Dryer, Home Power , Issue No. 57, pages 62 -72,
February/March 1997.

Scanlin, D; Renner, M.; Domermuth, D.; Moody, H., (1999), Improving Solar Food

Dryers, Home Power, Issue No. 69 • February / March 1999

Sharma, S.P.; Saini J.S.; Varma, K.K.; (1991), Thermal performance of packed-bed
solar air heaters, Solar Energy, 47, pp 59 - 67.

Sodha, M. S.; Bansal, N. K.; Singh, D.; Bharadwaj, S. S., (1982), Performance of a
matrix air heater, Journal of Energy, vol. 6, Sept.-Oct. 1982, p. 334-339

74
LAMPIRAN

75
76

LAMPIRAN 1

Tabel Uap

Tabel uap digunakan untuk mencari P-sat (Kpa), Hf (kj/kg), Hfg (kj/kg), Hg

(kj/kg) dengan membuat grafik dan menggunakan rumus yang telah didapat.

Tabel Sifat Air Dan Uap Jenuh (Tabel Uap A-8-1)


77
78

LAMPIRAN 2

Gambar Grafik yang Diperoleh Dari Tabel Sifat Air Dan Uap Jenuh

Tabel sifat air dan uap jenuh diperoleh grafik seperti dibawah ini :

Grafik P-saturated

Grafik Hg
79

Grafik Hfg

Grafik Hf
80

LAMPIRAN 3

Gambar alat pengering energi surya menggunakan absorber porus dapat

dilihat sebagai berikut :

a)

Gambar pengering nenergi surya menggunakan absorber porus

b)

Gambar tampak depan pengering energi surya menggunakan absorber porus


81

c)

Gambar tampak belakang pengering energi surya menggunakan absorber porus

d)

Gambar rak pengering, pengering energi surya menggunakan absorber porus


82

e)

Gambar penutup udara keluar kolektor, pengering energi surya menggunakan


absorber porus
f)

Gambar penutup udara masuk kolektor, pengering energi surya menggunakan


absorber porus
83

g)

Gambar pemasangan termokopel setelah beban pada pengering energi surya


menggunakan absorber porus
h)

Gambar pemasangan termokopel keluar kolektor pada pengering energi surya


menggunakan absorber porus
84

i)

Gambar pemasangan termokopel masuk kolektor pada pengering energi surya


menggunakan absorber porus

j)

Gambar tampak samping pengering energi surya menggunakan absorber porus


85

k)

Gambar potensio atau pengatur titik termokopel yang akan diukur, masuk kolektor,
keuar kolektor, dan setelah beban.

Anda mungkin juga menyukai