Anda di halaman 1dari 219

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA

UNTUK GEDUNG PERPUSTAKAAN

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat sarjana S-1

Program Studi Teknik Mesin


Jurusan Teknik Mesin

Diajukan oleh :

ARDY SUGIARTO
NIM : 065214003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
AIR CONDITIONING (AC) SYSTEM
FOR LIBRARY BUILDING

FINAL PROJECT

As partitial fulfillment of the requirement


to obtain the Sarjana Teknik degree

Mechanical Engineering Study Program


Mechanical Engineering Department

by

ARDY SUGIARTO
Student Number : 065214003

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY


SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009

ii
TUGAS AKHIR

SISTEM PENGKONDISIAN TJDARA


T'NTUK GEDI'NG PERPUSTAKAAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NAMA : ARDYSUGIARTO
NIM : 065214003

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pda tanggal 31 Oklober 2009

Susurpn Dewan Penguji

AnggdaDewan Penguji

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


rmtuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Yogyakarta31 Oktober2009
FakultasSainsdan Teknologi
UniversitasSanataDharma
Yogyakarta
u'$*{
ffi
Aetfte Cahyanta S.T., M.T.
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Oktober 2009

Ardy Sugiarto

iv
ABSTRAK

Tugas Akhir ini mendeskripsikan tentang perancangan sistem pengkondisian


udara untuk gedung perpustakaan, khususnya Gedung Perpustakaan Pusat USD.
Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma merupakan salah gedung
yang berperan penting bagi mahasiswa dan karyawan Universitas Sanata Dharma
karena di tempat itulah berbagai macam ilmu pengetahuan tersedia. Setiap hari,
banyak orang berkunjung ke gedung ini. Dari sebab itu, untuk menunjang seluruh
kegiatan di dalamnya, maka sirkulasi udara di dalam gedung ini harus dirancang
sedemikian rupa sehingga manusia di dalamnya merasa nyaman dan betah.
Pengkondisian udara yang dirancang adalah menggunakan sistem sentral dengan
mesin pendingin air (water chiller) dan sebuah menara pendingin (cooling tower)
untuk membantu pendinginan kondenser pada chiller.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengetahui terlebih dahulu denah
ruangan pada gedung perpustakaan tersebut. Setelah itu, dapat dihitung beban
pendinginan total yang nantinya dibebankan pada mesin pendingin (water chiller).
Mesin pendingin dapat dipilih sesuai dengan beban pendinginan total pada gedung.
Dari hasil pemilihan mesin pendingin (water chiller), maka dapat dilakukan
perancangan sistem perpipaan dan juga sistem ducting yang sesuai.
Dari sistem perancangan yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
beban pendinginan total pada Gedung Perpustakaan USD adalah sebesar 73,81 TR
atau 885720 BTU / hr. Mesin pendingin air (Water Chiller) yang akan digunakan
adalah Water Cooled Screw Chiller Model 110 ASC dan menara pendingin (Cooling
Tower) yang akan digunakan adalah Cooling Tower Model LBC-80. Sistem
perpipaaan yang digunakan dalam Gedung Perpustakaan USD adalah Two Pipe
Direct Return System sehingga air pendingin mempunyai temperatur yang sama
pada saat masuk ke setiap unit penyegar udara.

v
LBMBARPERNYATAAN
PER$ETUJUAI\
PUBTIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKAI}EMIS

Yang bertandatangandi bawah ini, sayamahasiswaUniversitas SanataDharrna :

Nama : Ardy Sugiarto

NomorMahasiswa .065214003

Demi pengembanganilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas SanataDharma krya ikniah sayayang berjudul :

Sistem Pengkodisian Udara Untuk Gedung Perpustakaan

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, ffie-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannyadi Internet atau media
lain trntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royaltr kepada saya selama tetap meneantumkannama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataanini yang sayabuat dengansebenarnya.

Dbuat di Yogyakarta

Padatanggal : 12 November2AA9

Yang menyatakan

(Ardy Sugiafio)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis

menyadari, bahwa Penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa campur

tangan Tuhan.

Tugas Akhir merupakan sebagian persyaratan yang wajib ditempuh oleh

setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas Akhir ini juga dapat dikatakan sebagai wujud

pemahaman dari hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti kegiatan perkuliahan

selama di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai perancangan sistem

pengkondisian udara (AC) untuk gedung perpustakaan. Dalam Tugas Akhir tersebut,

Penulis berencana untuk merancang ulang sistem AC yang semula split diubah

menjadi sistem AC sentral.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini juga melibatkan

banyak pihak. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ir. PK. Purwadi, M.T., dosen pembimbing Tugas Akhir.

4. Budi Setyahandana, S.T., M.T., dosen pembimbing akademik.

vii
5. Prof. Dr. Frans Susilo, S.J., Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

6. Bapak Suradi yang telah menunjukkan lokasi gedung secara keseluruhan dan

memberikan denah gedung.

8. Ayah dan ibu Penulis yang telah memberikan motivasi paling kuat dan

membiayai penulis dalam menyelesaikan kuliah dan Tugas Akhir ini.

10. Kakak Penulis yang telah memberi dorongan baik sera moral maupun material.

11. Budi Harianto dan Gani Purwanto yang telah meminjamkan berbagai fasilitas

dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

12. Teman-teman dari Teknik Mesin 2006 dan Kos Tasura 52.

13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Usaha yang Penulis lakukan sudah semaksimal mungkin, namun Penulis

menyadari bahwa kemampuan Penulis terbatas termasuk dalam penyusunan Tugas

Akhir ini. Oleh karena itu, Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan

kesalahan yang terdapat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Saran serta kritik yang

membangun dari Pembaca sangat Penulis harapkan demi perbaikan dikemudian hari.

Penulis berharap semoga Tugas Akhir yang telah Penulis susun ini dapat

memberikan manfaat bagi para Pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2009

Penulis,

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………….…………………. i

TITLE PAGE …………………………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii

PERNYATAAN……………………………………………………………….. iv

ABSTRAK …………………………………………………………………….. v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................ vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………. 2

1.3 Manfaat ………………………………………………………………….. 3

1.4 Pembatasan Masalah ……………………………………………………. 3

1.5 Tahapan Perancangan ………………………………...………………… 5

1.6 Asumsi-asumsi yang Digunakan ………………………………………. 5

BAB II RANCANGAN AC PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT

2.1 Denah Lantai Basement ………………………………………………..... 7

ix
2.2 Denah Lantai I …..............……………………………………………… 9

2.3 Denah Lantai II ...............……………………………………………….. 11

2.4 Denah Lantai III ...............……………………………………………….. 13

2.5 Perencanaan Sistem Pengkondisian Udara ................................................ 15

2.6 Gambar Rancangan AC Lengkap ......................................................…… 17

2.6.1 Gambar Rancangan AC Basement …………………………....... 18

2.6.2 Gambar Rancangan AC Lantai I ……………………….............. 18

2.6.3 Gambar Rancangan AC Lantai II ........…………………………. 19

2.6.4 Gambar Rancangan AC Lantai III ………………………………. 19

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN

3.1 Rumus yang Digunakan dalam Menghitung Besarnya Beban Pendinginan 25

3.2 Perhitungan Beban Pendinginan pada Basement ………………………... 28

3.2.1 Ruang Administrasi ……………………………………………... 28

3.2.2 Ruang Pimpinan ............................................................................. 38

3.2.3 Ruang Rapat Staf ........................................................................... 42

3.2.4 Lobby ………………………………………………………......... 46

3.2.5 Ruang Makan ................................................................................. 49

3.2.6 Ruang Panel Listrik ……………………………………………... 53

3.2.7 Ruang Pengolahan dan Gudang ..................................................... 57

3.2.8 Ruang Buku ................................................................................... 61

3.3 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai I ......................................... 66

3.3.1 Ruang Seminar .............................................................................. 67

x
3.3.2 Ruang Diskusi ( 1 dan 2 ) ............................................................. 72

3.3.3 Ruang Diskusi 3 ………………………………………………… 77

3.3.4 Ruang Informasi, Penitipan Tas, dan Pendaftaran ........................ 81

3.3.5 Ruang Buku/Baca .......................................................................... 85

3.4 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai II ………………………… 90

3.5 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai III ....................................... 95

3.6 Psychrometric Chart …………………………………………………….. 101

3.6.1 AHU pada lantai I ....................................................................... 101

3.6.2 AHU pada lantai II ......................................................................... 102

BAB IV PEMILIHAN WATER CHILLER DAN COOLING TOWER

4.1 Water Chiller……………………………………………........................... 112

4.1.1 Proses penguapan refrigeran .…………………………………….. 114

4.1.2 Proses pemanasan lanjut (Superheated)…………………………. . 114

4.1.3 Proses kompresi ………………………………………………….. 115

4.1.4 Proses penurunan suhu…………………………………………… 116

4.1.5 Proses pendinginan lanjut (Subcooled)…………………………… 116

4.1.6 Proses penurunan tekanan ……………………………………….. 116

4.2 Perhitungan pada Siklus Kompresi Uap …………………………………. 119

4.3 Pemilihan Water Chiller…………………………………..……………… 120

4.4 Skematik Lengkap Water Chiller………………………………………… 123

4.5 Menentukan Pompa Air Dingin dari Evaporator ke AHU dan FCU…….. 123

4.6 Cooling Tower …………………………………………………………… 125

xi
4.6.1 Perhitungan Head Pompa 1 ………………………………………. 130

4.6.2 Perhitungan Head Pompa 2 ………………………………………. 137

BAB V RANCANGAN SISTEM PERPIPAAN DAN DUCTING

5.1 Sistem Perpipaan……..........................…………………………………... 139

5.1.1 Series Loop System ……………………………………………… 139

5.1.2 One Pipe Main System…………………………………………… 140

5.1.3 Two Pipe Direct Return System …………………………………. 141

5.1.4 Two Pipe Reverse Return System ……………………………….. 142

5.2 Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara ……………………… 144

5.3 Perhitungan Sistem Perpipaan Setiap Lantai …………………………….. 146

5.3.1 Sistem Perpipaan Lantai Basement...……………………………... 150

5.3.2 Sistem Perpipaan Lantai I ………………………………………... 153

5.3.3 Sistem Perpipaan Lantai II ………………………………………. 155

5.3.3 Sistem Perpipaan Lantai III ……………………………………… 157

5.4 Perhitungan Head Pompa ………………………………………………… 159

5.4.1 Perhitungan Head Pompa pada Lantai Basement ………………. 160

5.4.2 Perhitungan Head Pompa pada Lantai I …………………………. 171

5.4.3 Perhitungan Head Pompa pada Lantai II ………………………. 171

5.4.4 Perhitungan Head Pompa pada Lantai III………………………. .. 172

5.5 Sistem Ducting ………………..................................…………………….. 176

xii
BAB VI PERAWATAN MESIN PENYEGARAN UDARA

6.1 Pemeliharaan Tata Udara (AC)................................................................... 186

6.2 Pemeriksaan Mesin Refrigerasi................................................................... 186

6.3 Perawatan Penyegar Udara.......................................................................... 187

6.4 Perawatan Water Chiller.............................................................................. 189

BAB VII KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 190

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 192

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma ......… 4

Gambar 1.2 Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma ......… 4

Gambar 2.1 Denah lantai Basement ..........................................................… 8

Gambar 2.2 Denah lantai I ……...................................…………………...... 10

Gambar 2.3 Denah lantai II ……..................................................................... 12

Gambar 2.4 Denah lantai III …………........................................................... 14

Gambar 2.5 Sistem Penyegaran Udara ………………………………….…. 16

Gambar 2.6.1 Air Handling Unit (AHU) …..………………………………… 17

Gambar 2.6.2 Fan Coil Unit (FCU) .............………………………………… 18

Gambar 2.7 Gambar rancangan lengkap AC pada lantai Basement ……….. 20

Gambar 2.8 Gambar rancangan lengkap AC pada lantai I …………………. 21

Gambar 2.9 Gambar rancangan lengkap AC pada lantai II ………………… 22

Gambar 2.10 Gambar rancangan lengkap AC pada lantai III………………… 23

Gambar 3.1 Sistem pengkondisian udara di dalam ruang ber-AC ………...... 105

Gambar 3.2 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai I.....…….. 106

Gambar 3.3 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai II.....…..... 111

Gambar 4.1 Skema sistem kerja water chiller ………………………………. 113

Gambar 4.2 P-h diagram untuk siklus kompresi uap………………………… 113

Gambar 4.3 T-s diagram untuk siklus kompresi uap........................................ 114

Gambar 4.4 Hermetic reciprocating compressor.........………………………. 115

xiv
Gambar 4.4 Skema lengkap water chiller …………………………………… 87

Gambar 4.5 Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan..................... 118

Gambar 4.6 Water Cooled Screw Chiller………………….………………… 120

Gambar 4.7 Skema lengkap water chiller……………………………………. 123

Gambar 4.8 Skema pemasangan pipa saluran cooling tower dan kondenser… 126

Gambar 4.9 Cooling Tower model LBC-80…………………………………. 128

Gambar 4.10 Friction loss for water in Schedule 40 steel pipe – open system.. 131

Gambar 4.11 Unjuk kerja pompa untuk sistem perpipaan……………………. 136

Gambar 5.1 Series loop piping system ……………………………………… 140

Gambar 5.2 One pipe main system ………………………………………….. 141

Gambar 5.3 Two pipe direct return system …………………………………. 142

Gambar 5.4 Two pipe reverse return system ………………………………... 143

Gambar 5.5 Friction loss for water in schedule 40 steel pipe-closed system .. 149

Gambar 5.6 Friction loss for water in copper tubbing-open or closed system. 150

Gambar 5.7 Skema sistem perpipaan lantai basement............................... ...... 152

Gambar 5.8 Skema sistem perpipaan lantai I ………………………………. 154

Gambar 5.9 Skema sistem perpipaan lantai II ………………………………. 156

Gambar 5.10 Skema sistem perpipaan lantai III ……………………………. 158

Gambar 5.11 Perpipaan sistem terbuka ................……………………………. 159

Gambar 5.12 Friction loss for air flow in galvanized steel round ducts ……… 179

Gambar 5.13 Equivalent round duct sizes ……………………………….…… 180

Gambar 5.14 Skema sederhana sistem ducting AHU1 lantai II ……………… 182

Gambar 5.15 90° Rectangular elbow …………………….…………………… 183

xv
Gambar 6.6 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU1 pada lantai II…. 136

Gambar 6.7 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU2 pada lantai II…. 137

Gambar 6.8 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU3 pada lantai II…. 139

Gambar 6.9 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU pada lantai III …. 141

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kondisi udara kering dalam ruangan rancangan ………………… 29

Tabel 3.2 Koefisien perpindahan panas …………………………………...... 29

Tabel 3.3 Koefisien perpindahan panas melalui dinding …………………… 30

Tabel 3.4 Solar Heat Gain Factors untuk kaca……………………………… 33

Tabel 3.5 Shading Coefficients untuk kaca…………………………………. 33

Tabel 3.6 Cooling Load Factors untuk kaca………………………………… 34

Tabel 3.7 Sensibel dan Laten Heat Gain pada manusia …………………….. 35

Tabel 3.8 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Administrasi……… 37

Tabel 3.9 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Pimpinan…………. 39

Tabel 3.10 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Rapat Staf………… 45

Tabel 3.11 Data Perhitungan Beban Pendinginan Lobby…………………….. 48

Tabel 3.12 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Makan…………….. 52

Tabel 3.13 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Panel Listrik…….... 56

Tabel 3.14 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Pengolahan&Gudang 60

Tabel 3.15 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Buku……………… 65

Tabel 3.16 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Seminar…………… 71

Tabel 3.17 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Diskusi 1&2............. 76

Tabel 3.18 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Diskusi 3.................. 80

Tabel 3.19 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Informasi,dll............ 84

Tabel 3.20 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Baca/Buku lantai.1.. 89

Tabel 3.21 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Baca/Buku lantai.2.. 94

xvii
Tabel 3.22 Koefisien perpindahan panas melalui atap...................................... 96

Tabel 3.23 Data Perhitungan Beban Pendinginan Lantai.3............................... 100

Tabel 4.1 Data dari Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan.....… 117

Tabel 4.2 Data Teknis dari Water Cooled Screw Chiller...…………………. 121

Tabel 4.3 Spesifikasi Water Chiller yang digunakan …………………….. 122

Tabel 4.4 Spesifikasi data Cooling Tower yang digunakan…………………. 127

Tabel 4.5 Spesifikasi Cooling Tower yang digunakan ……………………. 129

Tabel 4.6 Equivalent Feet of Pipe for Piping and Valves…………………… 132

Tabel 4.7 Data-data perhitungan Head Pompa 1 …………………………… 135

Tabel 4.8 Data-data perhitungan Head Pompa 2 …………………………… 138

Tabel 5.1 Hasil perhitungan laju aliran air pendingin ………………………. 145

Tabel 5.2 Data-data sistem perpipaan lantai basement .................................. 151

Tabel 5.3 Data-data sistem perpipaan lantai I ……………………………… 153

Tabel 5.4 Data-data sistem perpipaan lantai II……………………………… 155

Tabel 5.5 Data-data sistem perpipaan lantai III …………………………… 157

Tabel 5.6 Kerugian tekanan pada beberapa komponen sistem perpipaan ….. 162

Tabel 5.7 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai basement….. 170

Tabel 5.8 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai I ………….. 173

Tabel 5.9 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai II………….. 174

Tabel 5.10 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai III .……….. 175

Tabel 5.11 Recommended maximum duct velocity for low velocity system ... 178

Tabel 5.12 Hasil perhitungan ukuran ducting AHU 1 lantai II……………...... 182

Tabel 5.13 Loss Coefficients (C) untuk sambungan ducting (fitting) ……….. 184

xviii
Tabel 5.14 Hasil perhitungan Pressure Loss ducting pada AHU 1 lantai I…... 185

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang, kebutuhan hidup manusia kian lama kian

kompleks. Kebutuhan akan rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan

terpenting yang didambakan setiap manusia di dunia. Berbagai macam usaha

telah dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan akan rasa nyaman

tersebut. Salah satu usaha tersebut yaitu dengan mengusahakan lingkungan

yang sejuk, segar, dan bebas dari polusi, khususnya polusi udara. Kita tahu

bahwa semakin hari, kita semakin sulit untuk menemukan lingkungan yang

sedemikian rupa.

Dalam keadaan seperti ini, manusia dituntut untuk melakukan

berbagai jenis kegiatan/aktivitas. Namun, dengan keadaan udara yang panas,

kotor, dan kurangnya suplai oksigen yang kita hirup dalam udara dapat

menyebabkan manusia lebih cepat lelah, ngantuk, malas beraktivitas, atau

bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

pernapasan.

Udara kotor dapat disebabkan karena berbagai macam polusi udara.

Polusi udara itu antara lain bersumber dari asap knalpot, asap rokok, asap

dari pabrik-pabrik industri, asap dari warung-warung kaki lima,

bakteri/virus/jamur, atau bau keringat manusia sendiri. Kualitas udara kotor


2

seperti ini sangatlah bertolak belakang dengan udara di daerah pantai,

pegunungan, atau pedesaan yang masih sangat segar dan bebas dari polusi.

Berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk mengurangi panasnya

udara. Salah satunya adalah dengan menggunakan AC (Air Conditioning).

AC dapat digunakan pada bangunan maupun pada kendaraan. AC pada

bangunan dapat berupa AC central atau AC split. Untuk bangunan besar

yang mempunyai kapasitas yang banyak, lebih cocok digunakan AC central

daripada AC split. Sistem AC central ini mungkin terdiri dari satu atau lebih

mesin pendingin air (water chiller) dan mesin pemanas air yang diletakkan

di satu ruangan mesin.

Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma merupakan

salah gedung yang berperan penting bagi mahasiswa dan karyawan

Universitas Sanata Dharma karena di tempat itulah berbagai macam ilmu

pengetahuan tersedia. Setiap hari, banyak orang berkunjung ke gedung ini.

Dari sebab itu, untuk menunjang seluruh kegiatan di dalamnya, maka

sirkulasi udara di dalam gedung ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga

manusia di dalamnya merasa nyaman dan betah.

1.2 Tujuan

1. Membuat udara nyaman bagi orang yang ada di dalam ruangan.

2. Mengatur kelembaban udara (RH) di dalam suatu ruangan.

3. Menyuplai udara segar ke dalam ruangan.

4. Menjaga kebersihan udara di dalam ruangan.


3

5. Mengatur distribusi udara dalam ruangan sehingga suhu dan

kelembabannya merata.

6. Mengeluarkan udara kotor yang ada dalam ruangan.

7. Menjaga suhu standar (25oC + 1oC).

1.3 Manfaat

1. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh pada perkuliahan, khususnya

pada mata kuliah Pesawat Pendingin dan Pemanas.

2. Mengetahui besarnya beban pendinginan pada setiap ruangan.

3. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja bagi orang yang berada

dalam ruangan.

1.4 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam perancangan ini adalah merancang ulang

sistem pengkondisian udara (AC) yang diperuntukkan bagi Gedung

Perpustakaan yang semula menggunakan sistem AC split dan air ducting

diubah menjadi sistem AC central. Sistem AC central tersebut dirancang

dengan dengan sistem pendinginan air (water chiller).

Gedung Perpustakaan yang dimaksud dalam hal ini adalah Gedung

Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma yang terletak di Jalan

Affandi, Mrican, Tromol Pos,Yogyakarta.


4

Gedung perpustakaan tersebut terdiri dari 3 lantai, dengan tambahan

lantai ke 4 sebagai bassement. Bangunan tersebut dapat dilihat pada Gambar

1.1 dan Gambar 1.2.

Gambar 1.1 Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma

Gambar 1.2 Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma


5

1.5 Tahapan Perancangan

1. Melakukan survey terhadap bangunan yang dimaksudkan.

2. Menggambar denah ruangan-ruangan pada setiap lantai.

2. Menggambar rancangan lengkap sistem pengkondisian udara, baik ducting

maupun sistem perpipaannya.

3. Melakukan perhitungan beban pendinginan pada setiap ruangan di seluruh

lantai.

4. Menentukan water chiller dan cooling tower yang akan digunakan sesuai

dengan beban pendinginan.

5. Merancang sistem perpipaan dan sistem ducting.

6. Kesimpulan perancangan dan penutup.

1.6 Asumsi-asumsi yang Digunakan

1. Pada semua lantai, sistem pengkondisian udara menggunakan Air Handling

Unit (AHU) dan Fan Coil Unit (FCU).

2. FCU hanya digunakan pada ruangan yang kecil (misal ruangan Kepala

Perpustakaan).

3. Pada koridor tangga dan wc dari setiap lantai tidak dikondisikan karena

diasumsikan udara segar dapat bersirkulasi melalui pintu dan jendela -

jendela yang terbuka.

4. Waktu perancangan adalah bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas

di Indonesia pada pukul 14.00 WIB, dimana diasumsikan pada jam ini

terjadi beban pendinginan maksimal.


6

5. Kondisi udara di luar ruangan

Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas di

Indonesia) :

Temperatur bola kering (DB) = 32 °C (90 F)

Temperatur bola basah (WB) = 27 oC (80,6 F)

Rancangan temperatur luar rerata = 31,1 oC (88 F)

6. Kondisi udara di dalam lobby-lobby serta tempat – tempat lainnya yang

tidak terkena radiasi langsung sinar matahari dan tidak dikondisikan

diasumsikan :

Temperatur bola kering: 30 oC (86 F)

Temperatur bola basah: 25,28 oC (77,5 F)

7. Lokasi perancangan, diasumsikan terletak pada 6 oLS dan 107 oBT.

8. Faktor koreksi untuk RSHG di setiap ruangan (Fc) = 1

9. Dalam hal ini, aliran udara (infiltrasi) yang melalui celah-celah sengaja

tidak diperhitungkan.

10. Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar

sebanyak 10 CFM.

11. Pada sambungan ducting juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5%

dari total CFM.

12. Selain itu, dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai,

diasumsikan supply air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.


BAB II

RANCANGAN AC PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT

2.1 Denah Lantai Basement

Denah lantai Basement pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.1. Denah lantai Basement tersebut terdiri dari

beberapa ruangan sebagai berikut :

A : ruang administrasi

B : ruang pimpinan

C : ruang rapat staf

D : lobby

E : ruang makan

F : pantry

G : gudang alat

H : ruang panel listrik

I : ruang pengolahan & gudang

J : WC

K : Tangga

L : ruang buku

M : ruang pelayanan

7
Gambar 2.1 Denah lantai Basement pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma
8
9

2.2 Denah Lantai I

Denah lantai I pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat ditunjukkan

pada Gambar 2.2. Denah lantai I tersebut terdiri dari beberapa ruangan sebagai

berikut :

A : ruang seminar 1 L : ruang fotocopi

B : ruang seminar 2 M : ruang informasi

C : ruang seminar 3 N : ruang penitipan tas

D : ruang seminar 4 O : ruang pendaftaran

E : ruang diskusi 1 P : tangga

F : ruang diskusi 2 Q : ruang pameran buku/majalah

G : lobby R : pintu masuk

H : pantry S : ruang pelayanan

I : gudang alat T : ruang katalog

J : wc U : ruang buku/baca

K : ruang diskusi 3

Ruang pelayanan merupakan ruangan besar yang terdiri dari ruang katalog,

ruang sirkulasi, ruang administrasi, dll. Selain itu, juga terdapat ruang kerja

untuk para karyawan perpustakaan.


Gambar 2.2 Denah lantai I pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma
10
11

2.3 Denah Lantai II

Denah lantai II pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.3. Denah lantai II tersebut terdiri dari beberapa

ruangan sebagai berikut :

A : ruang buku/baca

B : wc

C : lobby tangga

D : ruang pelayanan
Gambar 2.3 Denah lantai II pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma
12
13

2.4 Denah Ruangan Lantai III

Denah lantai III pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.4. Denah lantai III tersebut terdiri dari beberapa

ruangan sebagai berikut :

A : ruang work station

B : lobby

C : wc

D : ruang printer

E : ruang buku/baca

F : ruang pelayanan

Ruangan work station pada lantai III gedung ini merupakan suatu

ruangan besar yang sering digunakan sebagai tempat mahasiswa mengakses

internet atau sekedar mengetik. Ruangan tersebut mempunyai kapasitas kurang

lebih 50 orang. Di samping ruang work station terdapat lobby yang menuju

pada anak tangga.


Gambar 2.4 Denah lantai III pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma
14
15

2.5 Perencanaan Sistem Pengkondisian Udara

Sistem pengkondisian udara terdiri dari berbagai macam jenis.

Sedangkan sistem pengkondisian udara yang umum digunakan adalah sistem

udara penuh, sistem air penuh, sistem air-udara, dan sistem penyejuk udara

tunggal (AC split). (Sumber : Penyegaran Udara, Wiranto Arismunandar)

Dari berbagai sistem pengkondisian udara yang ada, dipilih

pengkondisian udara dengan sistem udara penuh (all-air type air conditioning

systems). Sistem ini dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

1. Konstruksinya sederhana.

2. Perancangan, pemasangan, pemakaian, dan perawatannya relatif lebih

mudah.

3. Biaya pemasangan, operasi, dan perawatannya relatif murah.

4. Memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi.

Sistem pengkondisian udara penuh memiliki beberapa komponen utama

yang dapat dilihat pada Gambar 2.5. Komponen-komponen tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Sistem pembangkit kalor, mesin refrigerasi, menara pendingin, dan ketel

uap.

2. Sistem perpipaan, yaitu pipa refrigeran, pipa air, dan pompa.

3. Penyegar udara, yang terdiri atas saringan udara, pendingin udara, pemanas

udara, dan pelembab udara.

4. Sistem saluran udara, yang terdiri atas kipas udara (fan) dan saluran udara

(ducting).
16

Gambar 2.5 Sistem Penyegaran Udara (Penyegaran Udara, Wiranto


Arismunandar)

Cara kerja dari sistem di atas yaitu udara dari luar dan udara dalam

ruangan yang dimasukkan kembali ke dalam mesin pengkondisian udara

bercampur dan kemudian menuju ke dalam saringan udara (filter) yang

berfungsi menyaring debu yang ada dalam udara (proses filtrasi) sehingga

diperoleh udara bersih.

Untuk proses pendinginan udara, udara bersih kemudian didinginkan

oleh pendingin udara dan dikeringkan oleh koil pengering. Alat pendingin

udara ini merupakan pipa-pipa atau koil yang dialiri air dingin dari water chiller

(pendingin air) atau dari refrigeran cair yang dipompa atau mengalir sendiri

karena adanya tekanan dari refrigeran itu sendiri.

Sedangkan untuk proses pemanasan, udara bersih dipanaskan oleh

pemanas udara dan dilembabkan oleh pelembab udara. Setelah itu, udara

dimasukkan kembali ke dalam ruangan oleh kipas melalui saluran udara. Alat
17

pemanas udara yang dimaksud merupakan pipa-pipa atau koil yang dialiri uap

panas atau uap panas dari ketel uap.

2.6 Gambar Rancangan AC Lengkap

Sistem pengkondisian udara yang digunakan untuk pendinginan di

Gedung Perpustakaan Pusat ini memanfaatkan AHU (Air Handling Unit) untuk

ruangan besar dan FCU (Fan Coil Unit) untuk ruangan kecil.

Ruangan-ruangan yang menggunakan FCU bertujuan agar suhu

udaranya dapat diatur sesuai dengan keinginan penghuni di dalam ruangan

tersebut, bahkan dapat dimatikan bila diinginkan. Sedangkan bila

menggunakanan AHU, kondisi udara tidak dapat diatur sesuai keinginan dan

tidak dapat dimatikan sewaktu-waktu. Gambar AHU dapat dilihat pada

Gambar 2.6.1.. Sedangkan gambar FCU dapat dilihat pada Gambar 2.6.2.

Gambar 2.6.1 Air Handling Unit (AHU) (Penyegaran Udara, Wiranto


Arismunandar)
18

Gambar 2.6.2 Fan Coil Unit (FCU) (Penyegaran Udara, Wiranto


Arismunandar)
Untuk ruangan- uangan seperti wc, koridor tangga, dan ruangan yang

selalu terbuka sengaja dirancang untuk tidak dikondisikan (dipasang AC). Hal

ini bertujuan untuk menghemat biaya pemasangan AC dan mengurangi beban

pendinginan pada gedung.

2.6.1 Gambar Rancangan AC Basement

Gambar rancangan lengkap pemasangan AC pada basement dapat

dilihat pada Gambar 2.7. Untuk lantai basement, ada beberapa ruangan

yang menggunakan FCU (Fan Coil Unit), ruangan-ruangan tersebut

antara lain ruang administrasi, ruang pimpinan, ruang rapat staff, ruang

makan, dan ruang panel listrik. Sedangkan untuk wc sengaja tidak

dikondisikan karena sudah memanfaatkan sirkulasi udara dari lubang

ventilasi.

2.6.2 Gambar Rancangan AC Lantai I

Gambar rancangan lengkap pemasangan AC pada lantai I dapat dilihat

pada Gambar 2.8. Untuk lantai I, ada beberapa ruangan yang

menggunakan FCU (Fan Coil Unit), ruangan-ruangan tersebut antara


19

lain ruang seminar, ruang diskusi,dan ruang fotocopi. Bagian lobby

tidak dikondisikan karena udara dapat bersirkulasi dengan bebas lewat

pintu masuk dan jendela-jendela yang selalu terbuka. Sedangkan ruang

pameran buku, ruang informasi, ruang penitipan tas, dan ruang

pendaftaran terhubung langsung dengan lobby tanpa adanya pembatas

atau penyekat sehingga udara bebas bersirkulasi.

2.6.3 Gambar Rancangan AC Lantai II

Gambar rancangan lengkap pemasangan AC pada lantai II dapat dilihat

pada Gambar 2.9. Untuk lantai II, hanya digunakan AHU karena tidak

ada ruangan yang kecil pada lantai tersebut. Ruang pelayanan menjadi

satu dengan ruang buku/baca yang hanya dibatasi oleh meja.

Sedangkan untuk wc sengaja tidak dikondisikan karena sudah

memanfaatkan sirkulasi udara dari lubang ventilasi.

2.6.4 Gambar Rancangan AC Lantai III

Gambar rancangan lengkap pemasangan AC pada lantai III dapat dilihat

pada Gambar 2.10. Untuk lantai III, semua ruangan dikondisikan

dengan menggunakan AHU karena tidak ada ruangan yang kecil pada

lantai tersebut. Ruang printer menjadi satu dengan ruang buku/baca

yang hanya dibatasi oleh meja dan sekat tipis. Sedangkan untuk wc

sengaja tidak dikondisikan karena sudah memanfaatkan sirkulasi udara

dari lubang ventilasi.


Gambar 2.7 Gambar rancangan lengkap AC pada Lantai Basement
20
Gambar 2.8 Gambar rancangan lengkap AC pada Lantai I
21
Gambar 2.9 Gambar rancangan lengkap AC pada Lantai II
22
Gambar 2.10 Gambar rancangan lengkap AC pada Lantai III
23
BAB III

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN

Secara geografis, Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma

terletak di kota Yogyakarta yaitu pada 7,48 oLS dan 110,22 oBT. Namun dalam hal

ini, untuk menentukan beberapa parameter, digunakan kota Jakarta sebagai acuan

perancangan yang terletak pada 6 oLS dan 107 oBT.

Gedung Perpustakaan ini didirikan untuk mendapatkan perlindungan dan

lingkungan dalam yang nyaman, sehingga penghuninya terhindar dari keadaan luar

yang berubah-ubah. Ruangan yang berkondisi interior baik dan murah biaya

perawatannya merupakan suatu kriteria penting suksesnya rancangan suatu gedung.

Walaupun pengaturan kondisi di dalam ruangan biasanya dilakukan dengan sistem

pendinginan yang aktif, tetapi perancangan pengkondisian udara (AC) harus

memperhitungkan besarnya beban pendinginan yang berlaku.

Perhitungan beban pendinginan ini digunakan untuk mengira kapasitas yang

diperlukan dalam berbagai peralatan/mesin pendingin yang sesuai, baik itu mesin

penyegar udara (AHU dan FCU), maupun mesin refrigerasi atau dalam hal ini

menggunakan water chiller. Selain itu, perhitungan beban pendinginan sangat

diperlukan dalam perancangan sistem ducting dan sistem perpipaan.

Untuk melakukan perhitungan besarnya beban pendinginan, akan

diasumsikan bahwa panas yang masuk ke dalam ruangan dan yang sudah ada dalam

ruangan tersebut adalah berada dalam kondisi yang mendekati harga ekstrim

(maksimum) atau merupakan beban pendinginan terbesar.

24
25

3.1 Rumus yang Digunakan dalam Menghitung Besarnya Beban Pendinginan

1) Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, langit–langit/ atap, lantai, dan

pintu pada bangunan

Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, langit – langit/atap,

lantai, partisi, dan pintu pada bangunan dihitung dengan menggunakan

persamaan:

Q = U × A × ∆T (BTU/hr)............................................................... (3.1)

Dengan :

U : Koefisien perpindahan kalor konduksi total dari kaca, dinding, langit-

langit/atap, lantai, dan pintu pada bangunan (BTU/hr. ft2. F)

A : Luas permukaan kaca, dinding, langit – langit/atap, lantai,

dan pintu pada bangunan (ft2)

∆T : Perbedaan temperatur sisi dalam dan luar ruangan (F)

2) Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Besarnya beban kalor radiasi sinar matahari melalui kaca dihitung dengan

menggunakan persamaan:

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)............................................ (3.2)

Dengan:

SHGF : Faktor kalor dari sinar matahari, BTU/(hr.ft2)

SC : Koefisien penyerapan kaca terhadap sinar matahari

CLF : Faktor beban pendinginan pada kaca


26

3) Beban kalor peralatan listrik/lampu

Besarnya beban kalor pada lampu dan peralatan listrik dihitung dengan

menggunakan persamaan:

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)................................................. (3.3)

Dengan:

W : Daya lampu/peralatan listrik, Watt

BF : Faktor Ballast

CLF : Faktor beban pendinginan pada lampu/peralatan listrik

4) Beban kalor dari manusia

Beban kalor yang dihasilkan oleh manusia terdiri atas beban kalor sensibel

dan beban kalor laten. Besarnya beban kalor sensibel yang dihasilkan oleh

manusia dihitung dengan menggunakan persamaan:

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr) .......................................................... (3.4)

Sedangkan besarnya beban kalor laten yang dihasilkan oleh manusia

dihitung dengan menggunakan persamaan:

QL = q L × n (BTU/hr)..................................................................... (3.5)

Dengan:

qs : kalor sensibel yang dihasilkan per orang, BTU/hr

qL : kalor laten yang dihasilkan per orang, BTU/hr

n : jumlah manusia

CLF : Faktor beban pendinginan pada manusia


27

5) Beban kalor dari ventilasi

Beban kalor yang dihasilkan melalui ventilasi terdiri atas beban kalor

sensibel dan beban kalor laten. Besarnya beban kalor sensibel yang

dihasilkan melalui ventilasi dihitung dengan menggunakan persamaan:

Qs = 1,1 × CFM × ∆T (BTU/hr) ...................................................... (3.6)

Sedangkan besarnya beban kalor laten yang dihasilkan melalui ventilasi

dihitung dengan menggunakan persamaan:

QL = 0,68 × CFM × ∆W ' (BTU/hr) ................................................ (3.7)

Dengan:

CFM : Laju aliran udara pada ventilasi, ft3/min

∆T : Perbedaan temperatur antara sisi dalam dan sisi luar ruangan, F

∆W ' : Perbedaan perbandingan kelembaban antara sisi dalam dan sisi

luar ruangan, gr/lb


28

3.2 Perhitungan Beban Pendinginan pada Basement

Perhitungan beban pendinginan pada lantai Basement Gedung Perpustakaan

Pusat dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada setiap ruangan

pada lantai tersebut.

3.2.1 Ruang Administrasi

Tahapan perhitungan beban pendinginan adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui Kondisi Udara Rancangan

• Kondisi udara perancangan di dalam ruangan

Dari Tabel 3.1, diperoleh :

Temperatur bola kering (DB) = 78 F (25,6 °C)

Kelembaban relatif (RH) = 50%

Maka, dari psychrometric chart diperoleh:

Temperatur bola basah (WB) = 65 F (18,3 oC)

Perbandingan kelembaban (W) = 71 gr/lb

• Kondisi udara di luar ruangan

Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan

terpanas di Indonesia) :

Temperatur bola kering (DB) = 32 °C (90 F)

Temperatur bola basah (WB) = 27 oC (80,6 F)

Rancangan temperatur luar rerata = 31,1 oC (88 F)

Maka, dari psychrometric chart diperoleh:

Perbandingan kelembaban (W) = 142 gr/lb


29

• Kondisi udara di dalam lobby-lobby serta tempat – tempat

lainnya yang tidak terkena radiasi langsung sinar matahari

dan tidak dikondisikan diasumsikan :

Temperatur bola kering: 30 oC (86 F)

Temperatur bola basah: 25,28 oC (77,5 F)

Summer 78 – 80 F DB and 50% RH


Winter 68 – 72 F DB

Tabel 3.1 Kondisi udara kering dalam ruangan rancangan


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, hal. 12)

b. Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)

pada Kaca, Dinding Beton, Langit-langit/atap, dan Lantai

• Kaca

Kaca yang digunakan adalah kaca single yang tebalnya ¼ inchi.

Dari Tabel 3.2 diperoleh nilai U = 1,04 BTU/hr.ft2.F.

Tabel 3.2 Koefisien perpindahan panas


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel A.5 hal.449)
30

• Dinding

Dinding terbuat dari beton yang terdiri dari lapisan plester + bata

+ plester. Plester dibuat dengan campuran antara semen dan

pasir, kemudian dicat putih. Sehingga tebal dinding seluruhnya

adalah 8inch.

Dari Tabel 3.4 diperoleh untuk dinding dengan ketebalan 8 inch

, U = 0,39 BTU / hr ⋅ ft 2 ⋅ F .

Tabel 3.3 Koefisien perpindahan panas melalui dinding


(Handbook of Air Conditioning System Design, Tabel 21)

• Langit-langit dan lantai diasumsikan tidak mengalami

perpindahan panas. Hal tersebut dikarenakan kondisi semua

ruangan pada lantai basement dikondisikan pada suhu dan

kelembaban udara yang sama.

• Pintu juga terbuat dari kaca, diasumsikan sama dengan jendela.


31

c. Menghitung Besarnya Beban Pendinginan dengan Rumus-rumus

yang Tersedia

Pada lantai basement, digunakan ruang administrasi sebagai contoh

dalam perhitungan beban pendinginan.

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Q = U × A × ∆T

Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara

adalah:

Q = 1,04 x 10,54 x (90 – 78) = 131,54 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah barat

adalah:

Q = 1,04 x 12,9 x (90 – 78) = 161 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah

utara :

Q = 0,39 x 306,45 x (90 – 78) = 1434,2 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah

barat :

Q = 0,39 x 245,16 x (90 – 78) = 1147,35 BTU/hr


32

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35, W = 231. Seluruh kaca diasumsikan dapat

menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta

terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6,

yaitu pada pukul 14.00 sebesar : N = 0,88; W = 0,53 (Light

Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 10,54 x 0,4 x 0,88 = 130 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah barat adalah:

Q = 231 x 12,9 x 0,4 x 0,53 = 631,74 BTU/hr


33

Tabel 3.4 Solar Heat Gain Factors untuk kaca


( Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel 6.6 hal.102)

Tabel 3.5 Shading Coefficients untuk kaca


( Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel 6.7 hal.104)
34

Tabel 3.6 Cooling Load Factors untuk kaca


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel 6.8 hal.106)

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

administrasi terdapat 5 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 200 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, Besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 200 x 1 x 1 = 680 BTU/hr


35

Pada ruang administrasi diasumsikan tidak ada peralatan listrik

lain yang menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 5

orang yang duduk dan melakukan pekerjaan menggunakan

komputer, 5 orang yang duduk tenang, maka perhitungannya :

Qs = (5 x 255) + (5 x 210) = 2325 BTU/hr

QL = (5 x 255) + (5 x 140) = 1975 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

Tabel 3.7 Sensibel dan Laten Heat Gain pada manusia


( Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel 6.11 hal.110)
36

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 × CFM × ∆T (BTU/hr)

QL = 0,68 × CFM × ∆W ' (BTU/hr)

Dalam hal ini, aliran udara yang melalui celah-celah sengaja

tidak diperhitungkan. Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang

membutuhkan udara segar sebanyak 10 CFM. Pada sambungan

ducting juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari

total CFM. Selain itu, dibutuhkan suatu unit untuk

menghembuskan udara suplai, diasumsikan supply air fan gain

(draw through) sebesar 2,5%.

Selisih udara kering di dalam dan luar ruangan adalah

(90 − 78)F = 12F .


Selisih rasio kelembaban di dalam dan luar ruangan adalah

(142 − 72)gr / lb = 70 gr / lb .
Sehingga :

Qs = 1,1 x (10 x 10) x 12 = 1320 BTU/hr

QL = 0,68 x (10 x 10) x 70 = 4760 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang administrasi dapat

dilihat pada Tabel 3.8


37

Tabel 3.8 Data Perhitungan Beban Pendinginan Ruang Administrasi Basement


Tabel perhitungan beban pendinginan
Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : administrasi Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur 0
Barat 1,04 12,9 90 78 131,54
Kaca
Utara 1,04 10,54 90 78 161
Selatan
Timur
Barat 0,39 245,16 90 78 1147,35
Dinding
Utara 0,39 333,55 90 78 1561,01
Selatan
Langit”
Lantai
Partisi
Pintu Selatan 1,04 27,1 78 78 0

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat 231 12,9 0,4 0,53 631,74
Kaca
Utara 35 10,54 0,4 0,88 130
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 200 1 1 680
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 255 ; 210 1 5;5 2325
Laten 255 ; 140 5;5 1975

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 338,4
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 169,2

Room Heat Gain 7275,24 1975

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 100 12 1320
Laten 0,68 100 70 4760

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 8595,24 6735 15330,24
Tons 1,3
38

3.2.2 Ruang Pimpinan

Dalam perhitungan beban pendinginan ruang pimpinan ini, kondisi

udara yang rancangan sama dengan kondisi udara pada ruangan

administrasi dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan

untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan

semua ruangan, sehingga nilai koefisien perpindahan panas

menyeluruhnya (U) juga sama. Perhitungan yang dilakukan juga

menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan beban pendinginan

pada ruang administrasi. Beberapa perhitungan beban pendinginan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah barat :

Q = 1,04 x 25,81 x (90 – 78) = 322,1 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding di sebelah barat :

Q = 0,39 x 146,24 x (90 – 78) = 684,4 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : W = 231. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap

sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior


39

shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5 diperoleh nilai

SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada

pukul 14.00 sebesar : W = 0,53 (Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah barat adalah:

Q = 231 x 25,81 x 0,4 x 0,53 = 1263,97 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 1 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 40 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, Besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 40 x 1 x 1 = 136 BTU/hr

Pada ruang pimpinan diasumsikan tidak ada peralatan listrik lain

yang menjadi sumber panas.


40

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 1

orang yang duduk dan melakukan pekerjaan menulis, maka

perhitungannya :

Qs = 230 x 1 x 1= 230 BTU/hr

QL = 190 x 1 = 190 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 10 x 12 = 132 BTU/hr

QL = 0,68 x 10 x 70 = 476 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang pimpinan dapat

dilihat pada Tabel 3.9


41

Tabel 3.9 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang pimpinan

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : pimpinan Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur Temperatur Daily range : 15


bola kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat 1,04 25,81 90 78 322,1
Kaca
Utara
Selatan
Timur
Barat 0,39 146,24 90 78 684,4
Dinding
Utara
Selatan
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat 231 25,81 0,4 0,53 1263,97
Kaca
Utara
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 40 1 1 136
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 230 1 1 230
Laten 190 1 190

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 131,82
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 65,91

Room Heat Gain 2834,2 190

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 10 12 132
Laten 0,68 10 70 476

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 2966,2 666 3632,2
Tons 0,3
42

3.2.3 Ruang Rapat Staf

Dalam perhitungan beban pendinginan ruang rapat staf ini, kondisi

udara yang rancangan sama dengan kondisi udara pada ruangan

administrasi dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan

untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan

semua ruangan, sehingga nilai koefisien perpindahan panas

menyeluruhnya (U) juga sama. Perhitungan yang dilakukan juga

menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan beban pendinginan

pada ruang administrasi. Beberapa perhitungan beban pendinginan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah barat :

Q = 1,04 x 12,9 x (90 – 78) = 161 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pad kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 5,27 x (90 – 78) = 65,8 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding di sebelah barat :

Q = 0,39 x 245,16 x (90 – 78) = 1147,35 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan :

Q = 0,39 x 166,7 x (90 – 78) = 780,15 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat


43

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : W = 231 ; S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat

menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta

terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6,

yaitu pada pukul 14.00 sebesar : W = 0,53 ; S = 0,71 (Light

Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah barat adalah:

Q = 231 x 12,9 x 0,4 x 0,53 = 631,74 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah selatan adalah:

Q = 108 x 5,27 x 0,4 x 0,71 = 161,64 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang rapat

staf terdapat 2 buah lampu TL yang masing-masing memiliki

daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang dihasilkan

adalah sebesar 80 Watt. Ballast Factor (BF) diasumsikan 1.

Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama

waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu penggunaan


44

AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, Besarnya beban kalor yang

dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 80 x 1 x 1 = 272 BTU/hr

Pada ruang rapat staf diasumsikan tidak ada peralatan listrik lain

yang menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 15

orang yang duduk dan melakukan pekerjaan menulis, maka

perhitungannya :

Qs = 230 x 15 x 1= 3450 BTU/hr

QL = 190 x 15 = 2850 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 150 x 12 = 1980 BTU/hr

QL = 0,68 x 150 x 70 = 7140 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang rapat staf dapat

dilihat pada Tabel 3.10


45

Tabel 3.10 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang rapat staf

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : rapat staf Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Daily range : 15
Temperatur bola Temperatur Temp.ave : 84 F
kering bola basah RH W Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat 1,04 12,9 90 78 161
Kaca
Utara
Selatan 1,04 5,27 90 78 65,8
Timur
Barat 0,39 245,16 90 78 1147,35
Dinding
Utara
Selatan 0,39 166,7 90 78 780,15
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat 231 12,9 0,4 0,53 631,74
Kaca
Utara
Selatan 108 5,27 0,4 0,71 161,64
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 80 1 1 272
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 230 1 15 3450
Laten 190 15 2850

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 333,5
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 166,7

Room Heat Gain 7170 2850

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 150 12 1980
Laten 0,68 150 70 7140

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 9150 9990 19140
Tons 1,6
46

3.2.4 Lobby

Sebenarnya lobby merupakan ruangan kecil yang jarang dihuni oleh

manusia. Akan tetapi, ruangan ini sering digunakan sebagai tempat

untuk lalu-lalang beberapa orang saja. Dalam perhitungan beban

pendinginan lobby ini, kondisi udara yang rancangan sama dengan

kondisi udara pada ruangan administrasi dan ruangan lainnya. Selain

itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki

bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga nilai koefisien

perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama. Perhitungan yang

dilakukan juga menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan

beban pendinginan pada ruang administrasi. Beberapa perhitungan

beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 172,04 x (90 – 78) = 805,15 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam lobby

terdapat 5 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya

2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang dihasilkan adalah

sebesar 200 Watt. Ballast Factor (BF) diasumsikan 1. Lampu

hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu

penyalaan lampu juga sama dengan waktu penggunaan AC,


47

sehingga nilai CLF = 1. Maka, Besarnya beban kalor yang

dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 200 x 1 x 1 = 680 BTU/hr

Pada lobby diasumsikan tidak ada peralatan listrik lain yang

menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 10

orang yang berjalan-jalan, maka perhitungannya :

Qs = 345 x 10 x 1= 3450 BTU/hr

QL = 695 x 10 = 6950 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 100 x 12 = 1320 BTU/hr

QL = 0,68 x 100 x 70 = 4760 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada lobby dapat dilihat pada

Tabel 3.11
48

Tabel 3.11 Data hasil perhitungan beban pendinginan lobby

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : lobby Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Daily range : 15
Temperatur bola Temperatur Temp.ave : 84 F
kering bola basah RH W Bulan : Okt 2009 Jam
F F % gr/lb : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat
Kaca
Utara
Selatan
Timur
Barat
Dinding
Utara 0,39 172,04 90 78 805,15
Selatan
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat
Kaca
Utara
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 200 1 1 680
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 345 1 10 3450
Laten 695 10 6950

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 246,76
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 123,4

Room Heat Gain 5305,31 6950

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 100 12 1320
Laten 0,68 100 70 4760

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 6625,31 10065,31 16690,62
Tons 1,4
49

3.2.5 Ruang Makan

Dalam perhitungan beban pendinginan ruang makan ini, kondisi udara

yang rancangan sama dengan kondisi udara pada ruangan administrasi

dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca,

dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan,

sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga

sama. Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama

dengan perhitungan beban pendinginan pada ruang administrasi.

Beberapa perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 5,27 x (90 – 78) = 65,77 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan :

Q = 0,39 x 166,77 x (90 – 78) = 780,5 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap

sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior


50

shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5 diperoleh nilai

SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada

pukul 14.00 sebesar : S = 0,71 (Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah selatan adalah:

Q = 108 x 5,27 x 0,4 x 0,71 = 161,64 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 1 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 40 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, Besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 40 x 1 x 1 = 136 BTU/hr

Pada ruang makan diasumsikan tidak ada peralatan listrik lain

yang menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)
51

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 5

orang yang duduk sambil makan, maka perhitungannya :

Qs = 255 x 5 x 1= 1275 BTU/hr

QL = 325 x 5 = 1625 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 50 x 12 = 660 BTU/hr

QL = 0,68 x 50 x 70 = 2380 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang makan dapat dilihat

pada Tabel 3.12


52

Tabel 3.12 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang makan

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : makan Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Daily range : 15
Temperatur bola Temperatur Temp.ave : 84 F
kering bola basah RH W Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat
Kaca
Utara
Selatan 1,04 5,27 90 78 65,77
Timur
Barat
Dinding
Utara
Selatan 0,39 166,7 90 78 780,5
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat
Kaca
Utara
Selatan 108 5,27 0,4 0,71 161,64
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 40 1 1 136
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 255 1 5 1275
Laten 325 5 1625

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 120,95
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 60,5

Room Heat Gain 2599,64 1625

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 50 12 660
Laten 0,68 50 70 2380

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 3259,64 4005 7264,64
Tons 0,6
53

3.2.6 Ruang Panel Listrik

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini, kondisi udara yang

rancangan sama dengan kondisi udara pada ruangan administrasi dan

ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding,

dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga

nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama.

Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama

dengan perhitungan beban pendinginan pada ruang administrasi.

Beberapa perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 5,27 x (90 – 78) = 65,77 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 166,77 x (90 – 78) = 780,5 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur :

Q = 0,39 x 127,04 x (90 – 78) = 594,55 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai


54

SHGF : N = 35. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap

sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior

shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5 diperoleh nilai

SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada

pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 (Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 5,27 x 0,4 x 0,88 = 64,93 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 1 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 40 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 40 x 1 x 1 = 136 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas, yaitu panel-panel listrik yang dayanya

diasumsikan 5000 W.
55

Maka, besarnya beban kalor yang dihasilkan oleh panel listrik

adalah:

Q = 3,4 x 5000 x 1 x 1 = 17000 BTU/hr

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 2

orang yang duduk istirahat, maka perhitungannya :

Qs = 210 x 2 x 1= 420 BTU/hr

QL = 140 x 2 = 280 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 20 x 12 = 264 BTU/hr

QL = 0,68 x 20 x 70 = 952 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang panel listrik dapat

dilihat pada Tabel 3.13


56

Tabel 3.13 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang panel listrik

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : panel listrik Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat
Kaca
Utara 1,04 5,27 90 78 65,77
Selatan
Timur 0,39 127,04 90 78 594,55
Barat
Dinding
Utara 0,39 166,77 90 78 780,5
Selatan
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat
Kaca
Utara 35 5,27 0,4 0,88 64,93
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 40 1 1 136
Bohlam
Peralatan 3,4 5000 1 1 17000

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 210 1 2 420
Laten 140 2 280

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 953,1
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 476,54

Room Heat Gain 20491,39 280

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 20 12 264
Laten 0,68 20 70 952

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 20755,39 1232 21987,39
Tons 1,83
57

3.2.7 Ruang Pengolahan dan Gudang

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini, kondisi udara yang

rancangan sama dengan kondisi udara pada ruangan administrasi dan

ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding,

dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga

nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama.

Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama

dengan perhitungan beban pendinginan pada ruang administrasi.

Beberapa perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 5,27 x (90 – 78) = 65,77 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 166,77 x (90 – 78) = 780,5 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap

sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior


58

shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5 diperoleh nilai

SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada

pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 (Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 5,27 x 0,4 x 0,88 = 64,93 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 4 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 160 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 160 x 1 x 1 = 544 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)
59

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 2

orang yang duduk istirahat, maka perhitungannya :

Qs = 210 x 2 x 1= 420 BTU/hr

QL = 140 x 2 = 280 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 20 x 12 = 264 BTU/hr

QL = 0,68 x 20 x 70 = 952 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang pengolahan dan

gudang dapat dilihat pada Tabel 3.14


60

Tabel 3.14 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang pengolahan&gudang

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : pengolahan Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009 Jam
F F % gr/lb : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat
Kaca
Utara 1,04 5,27 90 78 65,77
Selatan
Timur
Barat
Dinding
Utara 0,39 166,77 90 78 780,5
Selatan
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat
Kaca
Utara 35 5,27 0,4 0,88 64,93
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 160 1 1 544
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 210 1 2 420
Laten 140 2 280

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 93,76
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 46,88

Room Heat Gain 2015,84 280

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 20 12 264
Laten 0,68 20 70 952

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 2279,84 1232 3511,84
Tons 0,3
61

3.2.8 Ruang Buku

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini, kondisi udara yang

rancangan sama dengan kondisi udara pada ruangan administrasi dan

ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding,

dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga

nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama.

Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama

dengan perhitungan beban pendinginan pada ruang administrasi.

Beberapa perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 58 x (90 – 78) = 723,84 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah timur :

Q = 1,04 x 10,54 x (90 – 78) = 131,54 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 15,81 x (90 – 78) = 197,3 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 1705,5 x (90 – 78) = 7981,74 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur:

Q = 0,39 x 1752,9 x (90 – 78) = 8203,57 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 1747,63 x (90 – 78) = 8178,9 BTU/hr


62

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35 ; E = 231 ; S = 108. Seluruh kaca diasumsikan

dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta

terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6,

yaitu pada pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 ; E = 0,23 ; S = 0,71

(Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 58 x 0,4 x 0,88 = 714,56 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah timur adalah:

Q = 231 x 10,54 x 0,4 x 0,23 = 224 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah selatan adalah:

Q = 108 x 15,81 x 0,4 x 0,71 = 484,92 BTU/hr


63

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 32 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 1280 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 1280 x 1 x 1 = 4352 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 20

orang yang berdiri dan melakukan pekerjaan ringan, maka

perhitungannya :

Qs = 315 x 20 x 1= 6300 BTU/hr

QL = 325 x 20 = 6500 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.


64

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 200 x 12 = 2640 BTU/hr

QL = 0,68 x 200 x 70 = 9520 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang buku dapat dilihat

pada Tabel 3.15


65

Tabel 3.15 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang buku

Tabel perhitungan beban pendinginan


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : buku Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F Bulan
F F % gr/lb : Okt 2009 Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 10,54 90 78 131,54
Barat
Kaca
Utara 1,04 58 90 78 723,84
Selatan 1,04 15,81 90 78 197,3
Timur 0,39 1752,9 90 78 8203,57
Barat
Dinding
Utara 0,39 1705,5 90 78 7981,74
Selatan 0,39 1747,63 90 78 8178,9
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur 231 0,4 0,23 224
Barat
Kaca
Utara 35 0,4 0,88 714,56
Selatan 108 0,4 0,71 484,92
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 1280 1 1 4352
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 315 1 20 6300
Laten 325 20 6500

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 1874,62
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 937,3

Room Heat Gain 40304,3 6500

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 200 12 2640
Laten 0,68 200 70 9520

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 42944,3 16020 58964,3
Tons 4,9
66

3.3 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai I

Perhitungan beban pendinginan pada lantai I Gedung Perpustakaan Sanata

Dharma juga dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada setiap

ruangan sama seperti perhitungan pada lantai basement.

• Kondisi udara perancangan di dalam ruangan

Dari Tabel 3.1, diperoleh :

Temperatur bola kering (DB) = 78 F (25,6 °C)

Kelembaban relatif (RH) = 50%

Maka, dari psychrometric chart diperoleh:

Temperatur bola basah (WB) = 65 F (18,3 oC)

Perbandingan kelembaban (W) = 71 gr/lb

• Kondisi udara di luar ruangan

Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas di

Indonesia) :

Temperatur bola kering (DB) = 32 °C (90 F)

Temperatur bola basah (WB) = 27 oC (80,6 F)

Rancangan temperatur luar rerata = 31,1 oC (88 F)

Maka, dari psychrometric chart diperoleh:

Perbandingan kelembaban (W) = 142 gr/lb


67

• Kondisi udara di dalam lobby-lobby serta tempat – tempat lainnya yang

tidak terkena radiasi langsung sinar matahari dan tidak dikondisikan

diasumsikan :

Temperatur bola kering: 30 oC (86 F)

Temperatur bola basah: 25,28 oC (77,5 F)

Untuk atap dan lantai, diasumsikan tidak terjadi perpindahan kalor karena suhu

di bagian bawah dan atas lantai adalah sama.

3.3.1 Ruang Seminar

Ruang seminar yang dimaksudkan adalah gabungan antara ruang

seminar 1, 2, 3, dan 4. Dalam perhitungan beban pendinginan ruang

seminar ini sebagian besar memiliki bahan yang sama dengan ruangan

lainnya, sehingga nilai koefisien perpindahan panasnya juga sama.

Beberapa perhitungan yang dilakukan juga menggunakan persamaan

yang sama dengan perhitungan beban pendinginan pada ruangan

lainnya. Beberapa perhitungan beban pendinginan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 55,92 x (90 – 78) = 697,88 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah barat :

Q = 1,04 x 15,05 x (90 – 78) = 187,82 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 529,04 x (90 – 78) = 2475,91 BTU/hr


68

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur:

Q = 0,39 x 129,03 x (90 – 78) = 603,86 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 584,96 x (86 – 78) = 1825,1 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah barat:

Q = 0,39 x 1361,3 x (90 – 78) = 6370,88 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada pintu di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 103,24 x (86 – 78) = 858,96 BTU/hr

Atap tidak mengalami perpindahan panas, karena udara di

lantai atasnya dikondisikan pada kondisi udara yang sama.

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35 ; W = 231 ; S = 108. Seluruh kaca diasumsikan

dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta

terdapat interior shading roller shades gelap.. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,36. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6,

yaitu pada pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 ; W = 0,53 ; S = 0,71

(Light Construction).
69

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 55,82 x 0,36 x 0,88 = 618,93 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah barat adalah:

Q = 231 x 15,05 x 0,36 x 0,53 = 663,32 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 12 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 480 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 480 x 1 x 1 = 1632 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)
70

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 40

orang yang duduk sambil menulis, maka perhitungannya :

Qs = 255 x 40 x 1= 1020 BTU/hr

QL = 255 x 40 = 1020 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 400 x 12 = 5280 BTU/hr

QL = 0,68 x 400 x 70 = 19040 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang buku dapat dilihat

pada Tabel 3.16


71

Tabel 3.16 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang seminar

Tabel perhitungan beban pendinginan ruang seminar


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : seminar Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009 Jam
F F % gr/lb : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat 1,04 55,92 90 78 187,82
Kaca
Utara 1,04 15,05 90 78 697,88
Selatan
Timur 0,39 129,03 90 78 603,86
Barat 0,39 1361,3 90 78 6370,88
Dinding
Utara 0,39 529,04 90 78 2475,91
Selatan 0,39 584,96 86 78 1825,1
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu 1,04 103,24 86 78 858,96

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat 231 15,05 0,36 0,53 618,93
Kaca
Utara 35 55,82 0,36 0,88 663,32
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 480 1 1 632
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 255 1 40 1020
Laten 255 40 1020

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 797,73
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 398,87

Room Heat Gain 17142,26 1020

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 400 12 5280
Laten 0,68 400 70 19040

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 22422,26 20060 42482,26
Tons 3,52
72

3.3.2 Ruang Diskusi ( 1 dan 2 )

Ruang diskusi yang dimaksudkan adalah gabungan antara ruang diskusi

1 dan 2. Dalam perhitungan beban pendinginan ruang diskusi ini

sebagian besar memiliki bahan yang sama dengan ruangan lainnya,

sehingga nilai koefisien perpindahan panasnya juga sama. Beberapa

perhitungan yang dilakukan juga menggunakan persamaan yang sama

dengan perhitungan beban pendinginan pada ruangan lainnya. Beberapa

perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 27,96 x (90 – 78) = 348,94 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah barat :

Q = 1,04 x 16,77 x (90 – 78) = 209,3 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan :

Q = 0,39 x 316,12 x (90 – 78) = 1479,44 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah barat:

Q = 0,39 x 241,29 x (90 – 78) = 1129,24 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur:

Q = 0,39 x 258,06 x (86 – 78) = 805,15 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara:

Q = 0,39 x 292,48 x (86 – 78) = 912,54 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada pintu di sebelah utara :

Q = 1,04 x 51,62 x (86 – 78) = 433,61 BTU/hr


73

Atap tidak mengalami perpindahan panas, karena udara di

lantai atasnya dikondisikan pada kondisi udara yang sama.

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : W = 231 ; S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat

menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta

terdapat interior shading roller shades gelap.. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,36. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6,

yaitu pada pukul 14.00 sebesar : W = 0,53 ; S = 0,71 (Light

Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah selatan adalah:

Q = 108 x 27,96 x 0,36 x 0,71 = 771,83 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah barat adalah:

Q = 231 x 16,77 x 0,36 x 0,53 = 739,13 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)


74

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 4 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 160 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 160 x 1 x 1 = 544 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 40

orang yang duduk sambil menulis, maka perhitungannya :

Qs = 255 x 40 x 1= 1020 BTU/hr

QL = 255 x 40 = 1020 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.


75

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 400 x 12 = 5280 BTU/hr

QL = 0,68 x 400 x 70 = 19040 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang buku dapat dilihat

pada Tabel 3.17


76

Tabel 3.17 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang diskusi 1&2

Tabel perhitungan beban pendinginan ruang diskusi


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang :diskusi 1&2 Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat 1,04 16,77 90 78 209,3
Kaca
Utara
Selatan 1,04 27,96 90 78 348,94
Timur 0,39 258,06 90 78 805,15
Barat 0,39 241,29 90 78 1129,24
Dinding
Utara 0,39 292,48 86 78 912,54
Selatan 0,39 316,12 86 78 1479,44
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu 1,04 51,62 86 78 433,61

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat 231 16,77 0,36 0,53 739,13
Kaca
Utara
Selatan 108 27,96 0,36 0,71 771,83
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 160 1 1 544
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 255 1 40 1020
Laten 255 40 1020

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 419,66
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 209,83

Room Heat Gain 9022,67 1020

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 400 12 5280
Laten 0,68 400 70 19040

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 1430,67 20060 34362,67
Tons 2,86
77

3.3.3 Ruang Diskusi 3

Dalam perhitungan beban pendinginan ruang diskusi ini sebagian besar

memiliki bahan yang sama dengan ruangan lainnya, sehingga nilai

koefisien perpindahan panasnya juga sama. Beberapa perhitungan yang

dilakukan juga menggunakan persamaan yang sama dengan perhitungan

beban pendinginan pada ruangan lainnya. Beberapa perhitungan beban

pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 27,96 x (90 – 78) = 348,94 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 204,3 x (90 – 78) = 956,12 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 232,36 x (86 – 78) = 725 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada pintu di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 25,81 x (86 – 78) = 214,74 BTU/hr

Atap tidak mengalami perpindahan panas, karena udara di

lantai atasnya dikondisikan pada kondisi udara yang sama.

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil


78

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap

sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior

shading roller shades gelap.. Dari Tabel 3.5 diperoleh nilai SC

= 0,36. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada pukul

14.00 sebesar : N = 0,88 (Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 27,96 x 0,36 x 0,88 = 310,02 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 2 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 80 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 80 x 1 x 1 = 272 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.


79

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 20

orang yang duduk sambil menulis, maka perhitungannya :

Qs = 255 x 20 x 1= 510 BTU/hr

QL = 255 x 20 = 510 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 200 x 12 = 2640 BTU/hr

QL = 0,68 x 200 x 70 = 9520 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang buku dapat dilihat

pada Tabel 3.18


80

Tabel 3.18 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang diskusi 3

Tabel perhitungan beban pendinginan ruang diskusi


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang :diskusi 3 Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F Bulan
F F % gr/lb : Okt 2009 Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat
Kaca
Utara 1,04 27,96 90 78 348,94
Selatan
Timur
Barat
Dinding
Utara 0,39 204,3 90 78 956,12
Selatan 0,39 232,36 86 78 725
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu 1,04 25,81 86 78 214,74

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat
Kaca
Utara 35 27,96 0,36 0,88 310,02
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 80 1 1 272
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 255 1 20 510
Laten 255 20 510

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 166,84
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 83,42

Room Heat Gain 3587,08 510

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 200 12 2640
Laten 0,68 200 70 9520

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 6227,08 10030 16257,08
Tons 1,35
81

3.3.4 Ruang Informasi, Penitipan Tas, dan Pendaftaran

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini sebagian besar

memiliki bahan yang sama dengan ruangan lainnya, sehingga nilai

koefisien perpindahan panasnya juga sama. Beberapa perhitungan yang

dilakukan juga menggunakan persamaan yang sama dengan perhitungan

beban pendinginan pada ruangan lainnya. Beberapa perhitungan beban

pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 41,94 x (90 – 78) = 523,4 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 459,7 x (90 – 78) = 2319,876 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 460,22 x (86 – 78) = 1436 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada pintu di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 77,431 x (86 – 78) = 644,2 BTU/hr

Atap tidak mengalami perpindahan panas, karena udara di

lantai atasnya dikondisikan pada kondisi udara yang sama.

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil


82

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap

sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior

shading roller shades gelap.. Dari Tabel 3.5 diperoleh nilai SC

= 0,36. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada pukul

14.00 sebesar : N = 0,88 (Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 41,94 x 0,36 x 0,88 = 465 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 5 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 200 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 200 x 1 x 1 = 680 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.


83

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 6

orang yang duduk sambil menulis dan 10 orang berdiri, maka

perhitungannya :

Qs = (255 x 6 x 1) + (315 x 10 x 1)= 4680 BTU/hr

QL = (255 x 6) + (325 x 10) = 4780 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 160 x 12 = 2112 BTU/hr

QL = 0,68 x 160 x 70 = 7616 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang buku dapat dilihat

pada Tabel 3.19


84

Tabel 3.19 Data hasil perhitungan beban pendinginan r.informasi, p.tas,& pndftrn

Tabel perhitungan beban pendinginan ruang informasi, penitipan tas, dan pendaftaran
Ruang :inform., p.tas,
Proyek : Gedung Perpustakaan USD pndftrn Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur Temperatur Daily range : 15


bola kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur
Barat
Kaca
Utara 1,04 41,94 90 78 523,4
Selatan
Timur
Barat
Dinding
Utara 0,39 459,7 90 78 2319,9
Selatan 0,39 460,22 86 78 1436
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu 1,04 77,431 86 78 644,2

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur
Barat
Kaca
Utara 35 41,94 0,36 0,88 465
Selatan
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 200 1 1 680
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


255 ;
Sensibel 315 1 6 ; 10 4680
Laten 255 ; 325 6 ; 10 4780

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 537,4
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 262

Room Heat Gain 11277,9 4780

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 160 12 2112
Laten 0,68 160 70 7616

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 13390 12396 25786
Tons 2,15
85

3.3.5 Ruang Buku/Baca

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini, kondisi udara yang

rancangan sama dengan kondisi udara pada lainnya. Selain itu, bahan

yang digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang

sama dengan semua ruangan, sehingga nilai koefisien perpindahan

panas menyeluruhnya (U) juga sama. Perhitungan yang dilakukan juga

menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan beban pendinginan

pada ruang lainnya. Beberapa perhitungan beban pendinginan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 83,87 x (90 – 78) = 1047 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah timur :

Q = 1,04 x 29,35 x (90 – 78) = 366,3 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 60,65 x (90 – 78) = 757 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 948,4 x (90 – 78) = 4438,5 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur:

Q = 0,39 x 658,82 x (90 – 78) = 3083 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 971,61 x (90 – 78) = 4547 BTU/hr


86

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar

matahari. Dengan mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat

Gain Factors) pada LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil

nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga diperoleh nilai

SHGF : N = 35 ; E = 231 ; S = 108. Seluruh kaca diasumsikan

dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta

terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6,

yaitu pada pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 ; E = 0,23 ; S = 0,71

(Light Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah utara adalah:

Q = 35 x 83,87 x 0,4 x 0,88 = 1033 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah timur adalah:

Q = 231 x 29,35 x 0,4 x 0,23 = 624 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di

sebelah selatan adalah:

Q = 108 x 60,65 x 0,4 x 0,71 = 1860 BTU/hr


87

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang

pimpinan terdapat 28 buah lampu TL yang masing-masing

memiliki daya 2 x 20 Watt, maka daya total lampu yang

dihasilkan adalah sebesar 1120 Watt. Ballast Factor (BF)

diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya

beban kalor yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 1120 x 1 x 1 = 3808 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang

menjadi sumber panas.

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 20

orang yang berdiri dan 20 orang yang duduk, maka

perhitungannya :

Qs = (315 x 20 x 1) + (255 x 20 x 1)= 11400 BTU/hr

QL = (325 x 20) + (255 x 20) = 11600 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.


88

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 400 x 12 = 5280 BTU/hr

QL = 0,68 x 400 x 70 = 19040 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil

perhitungan beban pendinginan pada ruang buku dapat dilihat

pada Tabel 3.20


89

Tabel 3.20 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang baca/buku

Tabel perhitungan beban pendinginan ruang baca/buku


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : buku/baca lt.1 Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 29,35 90 78 366,3
Barat
Kaca
Utara 1,04 83,87 90 78 1047
Selatan 1,04 60,65 90 78 757
Timur 0,39 658,82 90 78 3083
Barat
Dinding
Utara 0,39 948,4 90 78 4438,5
Selatan 0,39 971,61 90 78 4547
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur 231 29,35 0,4 0,23 624
Barat
Kaca
Utara 35 83,87 0,4 0,88 1033
Selatan 108 60,65 0,4 0,71 1860
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 1120 1 1 3808
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


255 ;
Sensibel 315 1 20 ; 20 11400
Laten 255 ; 325 20 ; 20 11600

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 1648
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 824

Room Heat Gain 35436 11600

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 400 12 5280
Laten 0,68 400 70 19040

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 40716 30640 71356
Tons 6
90

3.4 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai II

Perhitungan beban pendinginan pada lantai II Gedung Perpustakaan Sanata

Dharma dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada ruang

buku/baca secara keseluruhan karena pada lantai II hanya terdiri dari ruangan

itu saja.

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini, kondisi udara rancangan

sama dengan kondisi udara pada lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan

untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua

ruangan, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga

sama. Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama dengan

perhitungan beban pendinginan pada ruang lainnya. Untuk atap dan lantai,

diasumsikan tidak terjadi perpindahan kalor. Beberapa perhitungan beban

pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 217,2 x (90 – 78) = 2171 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah timur :

Q = 1,04 x 27,96 x (90 – 78) = 349 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah barat :

Q = 1,04 x 27,96 x (90 – 78) = 349 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 133,34 x (90 – 78) = 1664 BTU/hr


91

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 2406,46 x (90 – 78) = 11262 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur:

Q = 0,39 x 789,25 x (90 – 78) = 3694 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 1802 x (90 – 78) = 8434 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah barat:

Q = 0,39 x 789,25 x (90 – 78) = 3694 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar matahari. Dengan

mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) pada LU = LS,

maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga

diperoleh nilai SHGF : N = 35 ; E/W = 231 ; S = 108. Seluruh kaca

diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari

serta terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada

pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 ; E = 0,23 ; S = 0,71 ; W = 0,53 (Light

Construction).

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah utara

adalah:

Q = 35 x 217,2 x 0,4 x 0,88 = 2676 BTU/hr


92

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah timur

adalah:

Q = 231 x 27,96 x 0,4 x 0,23 = 594 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah selatan

adalah:

Q = 108 x 133,34 x 0,4 x 0,71 = 4090 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah barat

adalah:

Q = 231 x 27,96 x 0,4 x 0,53 = 1370 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang pimpinan terdapat

64 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 2 x 20 Watt, maka

daya total lampu yang dihasilkan adalah sebesar 2560 Watt. Ballast Factor

(BF) diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya beban kalor

yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 2560 x 1 x 1 = 8704 BTU/hr

Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang menjadi

sumber panas.
93

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 20 orang yang

berdiri dan 120 orang yang duduk, maka perhitungannya :

Qs = (315 x 20 x 1) + (255 x 120 x 1)= 36900 BTU/hr

QL = (325 x 20) + (255 x 120) = 37100 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 1400 x 12 = 18480 BTU/hr

QL = 0,68 x 1400 x 70 = 66640 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil perhitungan beban

pendinginan pada ruang buku dapat dilihat pada Tabel 3.21


94

Tabel 3.21 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang baca/buku lt.2

Tabel perhitungan beban pendinginan ruang buku/baca


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : buku/baca lt.2 Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Temperatur bola Temperatur Daily range : 15


kering bola basah RH W Temp.ave : 84 F
Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 27,96 90 78 349
Barat 1,04 27,96 90 78 349
Kaca
Utara 1,04 217,2 90 78 2171
Selatan 1,04 133,34 90 78 1664
Timur 0,39 789,25 90 78 3694
Barat 0,39 789,25 90 78 3694
Dinding
Utara 0,39 2406,46 90 78 11262
Selatan 0,39 1802 90 78 8434
Langit²
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur 231 27,96 0,4 0,23 594
Barat 231 27,96 0,4 0,53 1370
Kaca
Utara 35 217,2 0,4 0,88 2676
Selatan 108 133,34 0,4 0,71 4090
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 2560 1 1 8704
Bohlam
Peralatan

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


315 ;
Sensibel 255 1 20 ; 120 36900
Laten 325 ; 255 20 ; 120 37100

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 4297,5
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 2148,8

Room Heat Gain 92397,3 37100

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 1400 12 18480
Laten 0,68 1400 70 66640

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 110877,3 103740 214617,3
Tons 18
95

3.5 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai III

Perhitungan beban pendinginan pada lantai III Gedung Perpustakaan Sanata

Dharma dilakukan dengan menghitung beban pendinginan total semua ruangan

(ruang buku/baca, ruang work station, dan ruang printer).

Dalam perhitungan beban pendinginan ruangan ini, kondisi udara yang

rancangan sama dengan kondisi udara pada lainnya. Selain itu, bahan yang

digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan

semua ruangan, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U)

juga sama. Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama

dengan perhitungan beban pendinginan pada ruang lainnya. Untuk lantai

diasumsikan tidak terjadi perpindahan kalor karena suhu di atas lantai sama

dengan suhu di bawahnya.

Atap mengalami perpindahan panas. Dengan mengasumsikan bahwa genteng

terbuat dari semen asbes dengan langit-langit berupa gipsum, maka dari Tabel

3.22 diperoleh nilai U = 0,34 BTU / hr ⋅ ft 2 ⋅ F .


96

Tabel 3.22 Koefisien perpindahan panas melalui atap


(Handbook of Air Conditioning System Design, Tabel 28)

Beberapa perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

¾ Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah utara :

Q = 1,04 x 217,2 x (90 – 78) = 2171 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah timur :

Q = 1,04 x 27,96 x (90 – 78) = 349 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah barat :

Q = 1,04 x 27,96 x (90 – 78) = 349 BTU/hr


97

Besarnya beban kalor konduksi pada kaca di sebelah selatan :

Q = 1,04 x 126 x (90 – 78) = 1572,5 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah utara :

Q = 0,39 x 2406,46 x (90 – 78) = 11262 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah timur:

Q = 0,39 x 789,25 x (90 – 78) = 3694 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah selatan:

Q = 0,39 x 1620 x (90 – 78) = 7581 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada dinding sebelah barat:

Q = 0,39 x 789,25 x (90 – 78) = 3694 BTU/hr

Besarnya beban kalor konduksi pada atap:

Q = 0,34 x 8602 x (90 – 78) = 35096 BTU/hr

¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca

Q = SHGF × A × SC × CLF (BTU/hr)

Kaca jendela diasumsikan terdapat pelindung dari sinar matahari. Dengan

mengasumsikan nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) pada LU = LS,

maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga

diperoleh nilai SHGF : N = 35 ; E/W = 231 ; S = 108. Seluruh kaca

diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari

serta terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5

diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada

pukul 14.00 sebesar : N = 0,88 ; E = 0,23 ; S = 0,71 ; W = 0,53 (Light

Construction).
98

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah utara

adalah:

Q = 35 x 217,2 x 0,4 x 0,88 = 2676 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah timur

adalah:

Q = 231 x 27,96 x 0,4 x 0,23 = 594 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah selatan

adalah:

Q = 108 x 126 x 0,4 x 0,71 = 3865 BTU/hr

Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah barat

adalah:

Q = 231 x 27,96 x 0,4 x 0,53 = 1370 BTU/hr

¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu

Q = 3,4 × W × BF × CLF (BTU/hr)

Lampu menggunakan jenis Fluorescent, di dalam ruang pimpinan terdapat

70 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 2 x 20 Watt, maka

daya total lampu yang dihasilkan adalah sebesar 2800 Watt. Ballast Factor

(BF) diasumsikan 1,2. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,

sehingga lama waktu penyalaan lampu juga sama dengan waktu

penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka, besarnya beban kalor

yang dihasilkan oleh lampu flourence adalah:

Q = 3,4 x 2800 x 1,2 x 1 = 11424 BTU/hr.


99

Pada ruang ini diasumsikan terdapat peralatan listrik yaitu 35 buah

komputer (@500 W) dan 5 buah printer (@50 W) yang menjadi sumber

panas. Ballast Factor (BF) diasumsikan 1,2. Komputer dan printer hanya

dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu juga

sama dengan waktu penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1. Maka,

besarnya beban kalor yang dihasilkan oleh perlatan listrik adalah:

Q = 3,4 x ((35 x 500)+(5 x 50)) x 1,2 x 1 = 72420 BTU/hr

¾ Beban kalor dari manusia

Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)

QL = q L × n (BTU/hr)

Orang-orang di dalam ruangan yang melakukan aktifitas dapat

diperhitungkan dari Tabel 3.7. Jika diasumsikan terdapat 20 orang yang

berdiri dan 120 orang yang duduk, maka perhitungannya :

Qs = (315 x 20 x 1) + (255 x 120 x 1)= 36900 BTU/hr

QL = (325 x 20) + (255 x 120) = 37100 BTU/hr

Diasumsikan CLF =1.

¾ Beban kalor dari ventilasi

Qs = 1,1 x 1400 x 12 = 18480 BTU/hr

QL = 0,68 x 1400 x 70 = 66640 BTU/hr

Setelah melakukan perhitungan beban pendinginan, hasil perhitungan beban

pendinginan pada ruang buku dapat dilihat pada Tabel 3.23


100

Tabel 3.23 Data hasil perhitungan beban pendinginan lantai 3

Tabel perhitungan beban pendinginan lantai 3


Proyek : Gedung Perpustakaan USD Ruang : Lantai 3 Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy

Daily range : 15
Temperatur Temperatur
Temp.ave : 84 F
bola kering bola basah RH W
Bulan : Okt 2009 Jam
F F % gr/lb : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72

U Luas Perbedaan suhu RSHG


Konduksi Letak BTU/(hr.ft².F) ft² Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 27,96 90 78 349
Barat 1,04 27,96 90 78 349
Kaca
Utara 1,04 217,2 90 78 2171
Selatan 1,04 126 90 78 1572,5
Timur 0,39 789,25 90 78 3694
Barat 0,39 789,25 90 78 3694
Dinding
Utara 0,39 2406,46 90 78 11262
Selatan 0,39 1620 90 78 7581
Langit² 0,34 8602 90 78 35096
Lantai
Partisi
Pintu

Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF


Timur 231 27,96 0,4 0,23 594
Barat 231 27,96 0,4 0,53 1370
Kaca
Utara 35 217,2 0,4 0,88 2676
Selatan 108 126 0,4 0,71 3865
W BF CLF RLHG
Lampu
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 2800 1,2 1 11242
Bohlam
Peralatan 3,4 17750 1,2 1 72420

Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang


Sensibel 315 ; 255 1 20 ; 120 36900
Laten 325 ; 255 20 ; 120 37100

CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten

Supply air duct gain


Supply air duct leakage 5 % 9742
Supply air fan gain (draw through) 2,5 % 4871

Room Heat Gain 20944,85 37100

Ventilasi CFM W (gr/lb) TC (F)


Sensibel 1,1 1400 12 18480
Laten 0,68 1400 70 66640

Supply air fan gain (blow through) 0 % RTHG


Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0 %
Cooling load 22792,85 103740 331668,5
Tons 27,7
101

3.6 Psychrometric Chart

Psychrometric chart merupakan suatu diagram yang menunjukkan sifat

termal dari udara basah. Sifat-sifat termal dari udara dibedakan menjadi 2, yaitu

sensibel dan laten. Dalam uraian berikut akan dipaparkan contoh penggunaan

diagram Psikrometri.

Dalam hal ini akan diambil dua buah contoh penggunaan diagram

Psikrometri, yaitu AHU pada lantai I dan AHU pada lantai II gedung

Perpustakaan USD.

3.6.1 AHU pada lantai I

AHU pada lantai I digunakan untuk mendinginkan ruang informasi,

ruang penitipan tas, ruang pendaftaran, dan ruang buku/baca. Langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui

Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukan titik-titik sebagai

berikut :

- Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB = 90F & WB =

80,6F.

- Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB = 78F &

RH = 50%.

Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah

garis.
102

2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)

RSHF disebut juga RSHR (Room Sensible Heat Ratio). RSHF

merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara

RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.5.

RSHG RSHG
RSHF = = ……………………………(3.5)
RSHG + RLHG RTHG

Dengan :

RSHG = Room Sensible Heat Gain

RLHG = Room Latent Heat Gain

RTHG = Room Total Heat Gain atau (RSHG + RLHG)

AHU pada lantai I gedung Perpustakaan USD digunakan untuk

mendinginkan 4 ruangan, yaitu ruang informasi, ruang penitipan tas,

ruang pendaftaran, dan ruang buku/baca. Oleh karena itu, nilai

RSHG dan RLHG dalam persamaan 3.5 merupakan hasil dari

penjumlahan dari keempat ruangan. Nilai RSHG dan RLHG pada

ruang informasi, penitipan tas, dan pendaftaran dapat dilihat pada

Tabel 3.19, sedangkan pada ruang buku/baca dapat dilihat pada

Tabel 3.20.

RSHG = 11277,9 + 35436 = 46714 BTU/hr

RLHG = 4780 + 11600 = 16380 BTU/hr

46714
RSHF = = 0,74
46714 + 16380
103

Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik

acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis RSHF didapatkan dengan

menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis(1) melalui titik B.

3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)

Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari water chiller

adalah 7°C atau 44,6F, sehingga dapat dianggap bahwa suhu

permukaan koil pendingin pada AHU sama dengan suhu air

pendingin yang keluar dari water chiller, yaitu 44,6F atau sekitar

45F.

4. Menghitung GSHF (Grand Sensible Heat Factor)

GSHF digunakan untuk memperoleh coil process line. GSHF

merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.

GSHF dapat dihitung dengan dengan persamaan 3.6.

TSH TSH
GSHF = = ……………………………… (3.6)
TSH + TLH GTH

Dengan :

TSH = Total Sensible Heat

TLH = Total Latent Heat

GTH = Grand Total Heat

Seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH pada ruang

informasi, penitipan tas,pendaftaran dapat dilihat pada Tabel 3.19,

sedangkan pada ruang buku/baca dapat dilihat pada Tabel 3.20.

TSH = 13390 + 40716 = 54106 BTU/hr

TLH = 12396 + 30640 = 43036 BTU/hr


104

54106
GSHF = = 0,56
54106 + 43036

Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik

acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis GSHF (coil process line)

didapatkan dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan

garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).

Hasil penggambaran Psychrometric Chart AHU pada lantai I dapat

dilihat pada Gambar 3.2. Dari gambar Psikometri yang telah

dilakukan, dapat diperoleh data-data sebagai berikut :

1. Titik A merupakan kondisi udara lingkungan, yaitu DB = 90F,

WB = 80,6F dan RH = 67%.

2. Titik B merupakan kondisi rancangan udara dalam ruangan,

yaitu DB = 78F dan RH = 50%.

3. Titik C merupakan kondisi udara hasil campuran antara udara

dalam ruangan dan udara lingkungan, yaitu DB = 81F dan RH =

57%. Kondisi udara ini yang nantinya akan masuk ke koil

pendingin untuk didinginkan.

4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin pada

evaporator, yaitu 45F.

5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,

yaitu sekitar DB = 56,5F dan RH = 87%.

Letak dari masing-masing titik dapat dilihat pada Gambar 3.1.


105

Gambar 3.1 Sistem pengkondisian udara di dalam ruang ber-AC

Keterangan :

A : kondisi udara luar

B : kondisi udara di dalam ruangan ber-AC

C : kondisi udara hasil campuran udara luar dengan udara di dalam

ruang ber-AC

D : suhu permukaan pipa evaporator/koil pendingin

E : kondisi udara keluar dari pipa evaporator


Gambar 3.2 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai I
106
107

3.6.2 AHU pada lantai II

AHU pada lantai II digunakan untuk mendinginkan ruang buku/baca.

Langkah-langkah yang dilakukan sama dengan panggambaran diagram

Psikrometri pada AHU 1 pada lantai I, yaitu sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui

Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukan titik-titik sebagai

berikut :

- Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB = 90F & WB =

80,6F.

- Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB = 78F &

RH = 50%.

Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah

garis.

2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)

RSHF disebut juga RSHR (Room Sensible Heat Ratio). RSHF

merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara

RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.5.

RSHG RSHG
RSHF = = ……………………………(3.5)
RSHG + RLHG RTHG

Dengan :

RSHG = Room Sensible Heat Gain

RLHG = Room Latent Heat Gain

RTHG = Room Total Heat Gain atau (RSHG + RLHG)


108

AHU pada lantai II gedung Perpustakaan USD digunakan untuk

mendinginkan 1 ruangan, yaitu ruang buku/baca. Nilai RSHG dan

RLHG pada ruang buku/baca dapat dilihat pada Tabel 3.21.

RSHG = 92397,3 BTU/hr

RLHG = 37100 BTU/hr

92397,3
RSHF = = 0,7
92397,3 + 37100

Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik

acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis RSHF didapatkan dengan

menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis(1) melalui titik B.

3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)

Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari water chiller

adalah 7°C atau 44,6F, sehingga dapat dianggap bahwa suhu

permukaan koil pendingin pada AHU sama dengan suhu air

pendingin yang keluar dari water chiller, yaitu 44,6F atau sekitar

45F.

4. Menghitung GSHF (Grand Sensible Heat Factor)

GSHF digunakan untuk memperoleh coil process line. GSHF

merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.

GSHF dapat dihitung dengan dengan persamaan 3.6.

TSH TSH
GSHF = = ……………………………… (3.6)
TSH + TLH GTH
109

Dengan :

TSH = Total Sensible Heat

TLH = Total Latent Heat

GTH = Grand Total Heat

Seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH pada ruang

ruang buku/baca lantai II dapat dilihat pada Tabel 3.21.

TSH = 110877,3 BTU/hr

TLH = 103740 BTU/hr

110877,3
GSHF = = 0,5
110877,3 + 103740

Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik

acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis GSHF (coil process line)

didapatkan dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan

garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).

Hasil penggambaran Psychrometric Chart AHU 1 pada lantai I

dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dari gambar Psikometri yang telah

dilakukan, dapat diperoleh data-data sebagai berikut :

1. Titik A merupakan kondisi udara lingkungan, yaitu DB = 90F,

WB = 80,6F dan RH = 67%.

2. Titik B merupakan kondisi rancangan udara dalam ruangan,

yaitu DB = 78F dan RH = 50%.

3. Titik C merupakan kondisi udara hasil campuran antara udara

dalam ruangan dan udara lingkungan, yaitu DB = 83,5F dan


110

RH = 62%. Kondisi udara ini yang nantinya akan masuk ke koil

pendingin untuk didinginkan.

4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin pada

evaporator, yaitu 45F.

5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,

yaitu sekitar DB = 50,5F dan RH = 98%.

Dengan melakukan perhitungan dengan cara yang sama, maka untuk AHU

pada ruangan yang lain juga dapat digambarkan diagram Psikrometrinya. Hasil

penggambaran diagram Psikrometri untuk ruangan yang lain dapat dilihat pada

halaman Lampiran.
Gambar 3.3 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai II
111
BAB IV

PEMILIHAN WATER CHILLER DAN COOLING TOWER

4.1 Water Chiller

Water chiller adalah mesin yang digunakan untuk mendinginkan air

dengan menggunakan suatu refrigeran tertentu. Air hangat yang masuk ke

evaporator water chiller akan mengenai pipa-pipa dingin yang didalamnya

mengalir refrigeran, sehingga air akan keluar dari chiller dengan suhu yang

rendah. Air dingin yang keluar tersebut lalu ditampung terlebih dahulu pada

header supply sebelum dialirkan dengan menggunakan pompa, yang kemudian

digunakan untuk mendinginkan koil pendingin yang terletak di dalam unit

pendingin, yang biasa dikenal dengan istilah AHU dan FCU. Dalam hal ini,

pompa berperan penting dalam mengalirkan air dingin karena jika tidak ada

pompa, maka air tidak akan megalir menuju AHU maupun FCU.

Water chiller sederhana memiliki beberapa komponen utama, yaitu

kompresor, kondenser, katup ekspansi, dan evaporator. Beberapa water chiller

menggunakan tambahan menara pendingin atau cooling tower sebagai sumber

air yang berfungsi mendinginkan kondenser. Skema sistem kerja water chiller

yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Pada dasarnya, water chiller merupakan salah satu aplikasi dari teori

termodinamika. Prinsip kerja water chiller merujuk pada siklus kompresi uap

yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.

112
113

Pompa

cooling tower
Qout

cair kondenser
5
6 gas
4
k.ekspansi kompresor

WATER CHILLER
7 3
gas
evaporator
cair 1 2

Air dingin ke AHU dan FCU


Qin Pompa
H.Suplay
Air return dari AHU dan FCU

H.Return

Gambar 4.1 Skema sistem kerja water chiller


Tekanan (P)

Qout
7 6 P=c 5 4

h=c
S=c

1 T=c;P=c 2 3

Qin

h1=h7 h6 h2 h3 h5 h4 Entalpi
(h)
Gambar 4.2 P-h diagram untuk siklus kompresi uap
114

s=c
6
7
5

T=c
2

Gambar 4.3 T-s diagram untuk siklus kompresi uap

4.1.1 Proses penguapan refrigeran

Proses penguapan refrigeran terjadi di evaporator yang berlangsung

pada suhu dan tekanan yang konstan. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada

langkah 1-2. Refrigeran cair yang masuk ke evaporator akan berubah fase

menjadi gas setelah menyerap kalor dari air hangat yang mengalir mengenai

permukaan pipa-pipa evaporator. Air tersebut merupakan air yang telah

digunakan untuk media pendinginan udara pada AHU atau FCU.

Dengan adanya penyerapan kalor oleh refrigeran, maka air yang

mengenai permukaan pipa-pipa pendingin pada evaporator akan menjadi

dingin. Air dingin tersebut akan dialirkan kembali menuju ke AHU atau FCU.

4.1.2 Proses pemanasan lanjut (Superheated)

Proses pemanasan lanjut berguna agar refrigeran benar-benar berfase

gas sehingga memudahkan kompresor menyedot refrigeran dari evaporator dan


115

mempermudah kompresor dalam mengkompresi. Pada Gambar 4.2 dapat

dilihat pada langkah 2-3.

Proses pemanasan lanjut berlangsung pada water chiller yang

menggunakan hermetic compressor. Hermetic compressor merupakan jenis

kompresor dengan motor listrik berada dalam satu tempat, sehingga posisi

motor tersembunyi dan tidak terlihat dari luar. Posisi motor di dalam ini

menyebabkan adanya penambahan panas pada refrigeran yang menyebabkan

refrigeran berubah seluruhnya menjadi fase gas. Dengan demikian, refrigeran

berfase gas tersebut akan mengalami pemanasan terlebih dahulu sebelum

akhirnya dinaikkan tekanannya oleh kompresor. Jenis kompresor hermetik bisa

dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hermetic reciprocating compressor

4.1.3 Proses kompresi

Proses kompresi berlangsung di dalam kompresor. Pada Gambar 4.2

dapat dilihat pada langkah 3-4. Proses ini bertujuan untuk menaikkan tekanan

refrigeran. Akibat tekanannya naik, maka refrigeran juga mengalami


116

peningkatan suhu. Suhu akhir refrigeran setelah mengalami peningkatan

merupakan suhu tertinggi dalam siklus kompresi uap yang berlangsung pada

water chiller.

4.1.4 Proses penurunan suhu

Proses penurunan suhu berlangsung di dalam kondenser. Pada Gambar

4.2 dapat dilihat pada langkah 4-5. Refrigeran yang masuk ke koil kondenser

akan didinginkan oleh air yang masuk ke kondenser dan mengenai permukaan

koil. Air yang masuk ke kondenser telah didinginkan terlebih dahulu di dalam

cooling tower. Panas refrigeran akan diserap oleh air pendingin, kemudian air

tersebut akan kembali didinginkan di dalam cooling tower. Refrigeran gas akan

berubah fase menjadi cair setelah panasnya diserap oleh air pendingin dari

cooling tower.

4.1.5 Proses pendinginan lanjut (Subcooled)

Proses pendinginan lanjut terjadi pada pipa refrigerasi yang

menghubungkan katup ekspansi dan evaporator. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat

pada langkah 6-7. Proses pendinginan lanjut dapat dilakukan dengan cara

memperpanjang pipa yang mengalirkan refrigeran di dalamnya.

4.1.6 Proses penurunan tekanan

Proses penurunan tekanan terjadi di dalam katup ekspansi. Pada

Gambar 4.2 dapat dilihat pada langkah 7-1. Katup ekspansi ini berguna untuk

menurunkan tekanan dan suhu refrigeran cair sampai pada kondisi yang rendah.

Refrigeran cair dengan tekanan dan suhu yang rendah akan masuk ke koil

evaporator sebagai pendingin air pendingin untuk unit penyegar udara. Selain
117

itu, katup ekspansi juga mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban

pendinginan yang dibebankan pada evaporator sehingga proses penguapan

dapat berjalan dengan sempurna.

Berikut adalah penggambaran diagram P-h untuk water chiller :

Diketahui : Suhu refrigeran masuk evaporator (T1) = 5oC = 41oF

Subcooled = Superheated = 10 oF

Suhu refrigeran keluar dari kondenser (T5) = 40oC = 104oF

Dari keterangan di atas, dapat digambarkan diagram P-h yang ditunjukkan

pada Gambar 4.5, dan dari diagram tersebut dapat diperoleh data-data pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data dari Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan

Titik Suhu (oF) Tekanan (psia) h (BTU/lb)


1 41 90 36
2 41 90 109
3 51 90 111
4 140 230 121
5 104 230 113
6 104 230 42
7 94 230 36
Gambar 4.5 Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan
118
119

4.2 Perhitungan pada Siklus Kompresi Uap

Perhitungan siklus kompresi uap berdasarkan diagram P-h yang digambarkan.

Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan besarnya daya kompresor dan

Coefisien of Performance (COP) dari Water Chiller yang digunakan.

Laju refrigeran yang mengalir pada evaporator :

Qin = m f (h3 − h1 )
o

o
885720 BTU / hr = m f (111 – 36)

o
m f = 11810 lb/h

Sedangkan panas yang dilepas kondenser ke udara :

Qout = m f (h4 − h7 )
o

Qout = 11810(121 − 36 ) = 1003850 BTU/hr

Daya kompressor dapat diperoleh melalui persamaan :

Win = m f (h4 − h3 )
o

Win = 11810(121 − 111) = 118100 BTU/hr

Dengan demikian COP water chiller dapat dihasilkan dari perbandingan kalor

yang dilepaskan oleh evaporator ke udara (Qin) dengan kerja yang dihasilkan

oleh compressor (Win), yaitu :

Qin 885720
COP = = = 7,5
Win 118100

Jadi, COP water chiller tersebut adalah 7,5


120

4.3 Pemilihan Water Chiller

Dari perhitungan beban pendinginan pada Bab III yang telah dilakukan,

diperoleh total beban pendinginan sebesar 73,81 TR atau 885720 BTU / hr. Jika

diketahui 1kW = 3410 BTU / hr , maka besar beban pendinginan pada chiller

adalah 260 kW. Dari besar beban pendinginan yang yang telah dihitung, maka

mesin pendingin yang akan digunakan dapat dipilih sesuai dengan Tabel 4.2.

Dengan demikian, water chiller yang akan digunakan adalah Water

Cooled Screw Chiller Model 110 ASC. Water chiller ini dapat dilihat pada

Gambar 4.6 dan memiliki spesifikasi yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Gambar 4.6 Water Cooled Screw Chiller


Tabel 4.2 Data Teknis dari Water Cooled Screw Chiller
( www.termoq.biz)
121
122

Tabel 4.3 Spesifikasi Water Chiller yang digunakan

1 MODEL 110 ASC


COOLING CAPASITY* kW 275
2
TR 78,2
POWER CONSUME kW 71,6
3
TR 0,92
Type Semi hermetic screw compressor
HP 110
4 COMPRESSOR No of
system 1
V / Ph / Hz 380 / 3 / 50
5 REFRIGERANT Type R 22
6 KONDENSER Type Thermo Q - shell & Tube
No of circuit 1
Kondenser water flow rate m3/h 56,58
Kondenser water connection Inchi DN 100
O
Kondenser water Temp. in / out C 30 / 35
7 EVAPORATOR Type Thermo Q - shell & Tube
No of circuit 1
3
Chilled water flow rate m /h 47,24
Chilled water pressure drop bar 0,44
Water Connection Inchi DN 100
O
Chilled water Temp. in / out C 12 / 7 (standard)
L 3200
8 Dimension D 1,75
H 1,8
* Cooling capasity based kondenser water in / out - 30OC / 35OC
Refrigerant R - 22, CW. In 12OC, out 7OC - Condensing temp. 42,5OC
123

4.4 Skematik Lengkap Water Chiller

Dari Tabel 4.3 dapat digambarkan skema lengkap dari water chiller yang

digunakan. Skema lengkap water chiller yang digunakan ditunjukkan pada

Gambar 4.7.

Pompa
56,58m3/h
cooling tower
Qout
35°C 30°C

cair kondenser
5
6 40°C gas
4
k.ekspansi kompresor

WATER CHILLER
7 3
5°C
gas
evaporator
cair 1 2

7°C Air dingin ke AHU dan FCU


Qin Pompa
12°C
H.Suplay
47,24m3/h Air return dari AHU dan FCU

H.Return

Gambar 4.7 Skema lengkap water chiller

4.5 Menentukan Pompa Air Dingin dari Evaporator ke AHU dan FCU

Berikut adalah sifat-sifat air dingin yang keluar dari evaporator 7°C :

- Kalor jenis air (Cp) : 4,206 kJ/kg°C

- Masa jenis air (ρa) : 999,732 kg/m3

- Kekentalan air (µ) : 0,001439 kg/m.s


124

• Laju aliran masa air dalam evaporator (mf)

Qevap
mf =
C p x ∆T

Dengan :

Qevap = 73,81 TR = 885720 BTU/hr = 260 kW ( beban pendinginan chiller)

∆T = Perbedaan suhu air masuk dan keluar di evaporator

Maka :

260
mf =
4,206 x (12 - 7 )

= 12,4 kg/s

• Kapasitas aliran air dalam kondenser (Qa)

mf
Qa =
ρa

Maka :

12,4
Qa =
999,732

= 0,012 m3/s

• Daya pompa (Np)

Qa x ρ x g x H T
NP =
η

Asumsi : efisiensi pompa (η) = 80 % ; head pompa (HT) = 10 m

0,012 x 999,732 x 9,81 x 10


NP =
0,8

N P = 1471 Watt ≈ 1,5 kW


125

4.6 Cooling Tower

Menara pendingin/cooling tower merupakan suatu alat penukar kalor yang

fluida kerja dan media pendinginnya terkontak secara langsung, di mana air

panas yang keluar dari kondenser disemprotkan atau dicurahkan ke bawah untuk

didinginkan.

Pada menara pendingin, fluida kerja yang digunakan adalah air, sedangkan

fluida pendinginnya adalah udara. Karena air terkontak langsung dengan udara,

maka selain terjadi pertukaran kalor dari air ke udara, juga terjadi penguapan

pada air tersebut. Dengan demikian, pada menara pendingin selain terjadi

perpindahan panas, juga terjadi perpindahan massa.

Pada perancangan sistem pengkondisian udara untuk Gedung

Perpustakaan USD ini digunakan menara pendingin tipe aliran berlawanan

(counter-flow). Pada menara pendingin tipe aliran berlawanan, dalam proses

pendinginannya, air panas dipancarkan ke bawah seperti air hujan. Untuk

mengalirkan udara berlawanan guna membantu proses pendinginan tersebut di

atas, digunakan kipas udara/blower. Selanjutnya, Air yang telah didinginkan

dialirkan kembali sebagai pendingin kondenser menggunakan pompa.

Berdasarkan Tabel 4.3, debit air yang melewati kondenser sebesar

56,58m3 / h atau 249GPM. Dengan demikian, dari Tabel 4.4 dapat dipilih

cooling tower yang sesuai untuk kondenser tersebut. Akan tetapi, dari hasil

pemilihan tidak ada debit aliran air dari cooling tower yang sesuai dengan

kondenser. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemasangan sambungan “T” pada

pipa saluran yang menghubungkan cooling tower dengan kondenser. Air dari
126

cooling tower akan dialirkan ke kondenser melalui pompa, yaitu dengan debit

sebesar 56,58m3 / h. Sedangkan sisanya akan disirkulasikan kembali masuk ke

cooling tower menggunakan pompa. Skema pemasangan percabangan pipa

saluran cooling tower dan kondenser menggunakan sambungan “tee” atau “T”

dapat dilihat pada Gambar 4.8. Sistem ini merupakan sistem perpipaan terbuka

karena pemasangan sistem perpipaan berada di tempat yang relatif terbuka.

Air Tambahan dari Kran

Cooling tower

2m 1m

Q = 275GPM

Q2 = 26GPM
T2
15m

Pompa 2
Gate

Gate
Q1 = 56,58m3/h = 249GPM

kondenser
T1
Gate

Pompa 1

Gambar 4.8 Skema pemasangan pipa saluran cooling tower dan kondenser
Tabel 4.4 Spesifikasi Data Cooling Tower
(Sumber : Liang Chi Fibreglass Cooling Tower)
127
128

Dari Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa Q = Q1 + Q2 . Pada Tabel 4.4,

dipilih cooling tower Model LBC-80. Cooling tower model ini dapat dilihat

pada Gambar 4.9. Data-data spesifikasinya ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Gambar 4.9 Cooling Tower model LBC-80


129

Tabel 4.5 Spesifikasi Cooling Tower yang digunakan

1 Model LBC-80
H 2020mm ( 79 1/2 inch )
2 Dimensions
D 2175mm ( 85 5/8 inchi )
Outlet 100mm ( 4 inchi )
Inlet 100mm ( 4 inchi )
Over flow 25mm ( 1 inchi )
3 Pipe connection
Drain 25mm ( 1 inchi )
Auto filter 20mm ( 3/4 inchi )
Quick filter 25mm ( 1 inchi )
4 Fan motor 2 HP
5 Fan diameter 1170mm ( 46 inch )
6 Air volume 540m3/m ( 18900 CFM )
7 Nominal water flow 1040L/M ( 275GPM )
8 Tower head 2m ( 6,6ft )
9 Nominal tons 80

Untuk mengalirkan air melalui sistem perpipaan, maka pompa harus

dapat memberikan tinggi angkat (Head pompa) yang diperlukan untuk

mengatasi rugi-rugi gesekan air yang mengalir melalui pipa. Perhitungan Head

pompa yang akan digunakan dapat dihitung dengan persamaan 4.1.

H t = h f + hd + hm + hs ……………………………………………….. (4.1)

( Penyegaran Udara, W. Arismunandar dan H. Saito, rumus 7.6 )

Dengan :

Ht : Head pompa yang dibutuhkan (m H2O)

hf : rugi-rugi gesek dari pipa lurus (m H2O)

hd : tahanan lokal dari sistem pipa (m H2O)

hm : tahanan dari perlengkapan (m H2O)


130

hs : tinggi angkat statik atau jarak vertikal pipa pemancar air dalam

cooling tower dan permukaan air dalam cooling tower (m H2O).

4.6.1 Perhitungan Head Pompa 1

Skema pemasangan pompa 1 dapat dilihat pada Gambar 4.8. Air yang

sudah didinginkan oleh cooling tower dialirkan melalui sambungan “T”.

Sebagian akan dipompa ke kondenser sebagai air pendingin kondenser dan

selanjutnya disirkulasikan kembali ke cooling tower untuk didinginkan.

Penentuan ukuran diameter pipa harus memiliki besar rugi-rugi gesekan

rata-rata berada di antara 1 s/d 5 feet.w / 100 ft . Pada perpipaan sistem terbuka,

ukuran diameter pipa yang digunakan dapat ditentukan menggunakan Gambar

4.10
131

Flow (GPM)

Gambar 4.10 Friction loss for water in Schedule 40 steel pipe – open system
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.14)
132

Pipa yang mengalirkan air dari cooling tower ke “T1”

Pipa ini memiliki panjang sekitar 20m dan mengalirkan air sebanyak

275 GPM. Dari Gambar 4.10 dapat diperoleh ukuran diameter pipa 5 inchi

dengan besar rugi-rugi gesekan 2,3 ft ⋅ w / 100 ft . Apabila diketahui

1 ft ⋅ w / 100 ft = 0,01m ⋅ H 2O / m , maka 2,3 ft ⋅ w / 100 ft = 0,023m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

20m × 0,023m ⋅ H 2 O / m = 0,46m ⋅ H 2 O

Saluran ini menggunakan sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 6ft atau sekitar 1,8m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,023m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada katup pintu adalah :

1,8m × 0,023m ⋅ H 2 O / m = 0,0414m ⋅ H 2 O

Tabel 4.6 Equivalent Feet of Pipe for Piping and Valves


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tbl 8.1)
133

Saluran ini memiliki sambungan “T”, yaitu “T1”. Untuk menentukan

rugi-rugi tekanan pada sambungan “T”, diambil pada saluran pipa terpanjang.

Berdasarkan Tabel 4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T”

digunakan panjang ekivalen untuk 90° standard elbow. Karena diameternya

sama, yaitu 5 inchi, maka panjang ekivalen “T1” sebesar 13ft atau 3,9m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,046m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada sambungan “T1” adalah :

3,9m × 0,023m ⋅ H 2 O / m = 0,09m ⋅ H 2 O

Selain itu, saluran ini juga menggunakan sambungan siku standard

sebanyak 2 buah yang digunakan untuk mengalirkan 275GPM air. Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 13ft atau 3,9m.

Dengan rugi-rugi gesek sebesar 0,046m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada

sambungan siku standar ini adalah :

2 × 3,9m × 0,023m ⋅ H 2 O / m = 0,18m ⋅ H 2 O

Pipa yang mengalirkan air dari “T1” melalui kondenser sampai ke “T2”

Pipa ini memiliki panjang sekitar 10m dan mengalirkan air sebanyak

249GPM. Dari Gambar 4.7 dapat diperoleh ukuran diameter pipa 5 inchi

dengan rugi-rugi gesekan sebesar 1,9 atau sekitar 0,019m ⋅ H 2 O / m . Dengan

demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan sebagai berikut :

10m × 0,019m ⋅ H 2 O / m = 0,19m ⋅ H 2 O

Saluran ini menggunakan sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 6ft atau sekitar 1,8m.
134

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,019m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada katup pintu adalah :

1,8m × 0,019m ⋅ H 2 O / m = 0,0342m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T”, yaitu “T2”. Pada Tabel 4.6

didapatkan panjang ekivalen “T2” sebesar 13ft atau 3,9m. Dengan rugi-rugi

gesekan sebesar 0,019m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan

“T2” adalah :

3,9m × 0,019m ⋅ H 2 O / m = 0,074m ⋅ H 2 O

Saluran ini juga menggunakan sambungan siku standard sebanyak 2

buah yang digunakan untuk mengalirkan 249GPM air. Pada Tabel 4.6

didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 13ft atau 3,9m.

Dengan rugi-rugi gesek sebesar 0,019 ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada

sambungan siku standar adalah :

2 × 3,9m × 0,019m ⋅ H 2 O / m = 0,15m ⋅ H 2 O

Pada Tabel 4.3, diasumsikan bahwa penurunan tekanan pada kondenser

sama dengan penurunan tekanan pada evaporator, yaitu 0,44 bar. Jika diketahui

1bar = 10,143m ⋅ H 2 O , maka 0,44bar = 4,5m ⋅ H 2 O .

Pipa dari “T2” sampai ke ujung pipa keluarnya air di dalam cooling tower

Pipa ini memiliki panjang sekitar 20m dan mengalirkan air sebanyak

275GPM. Seperti pipa yang mengalirkan air keluar dari cooling tower, pipa ini

memiliki ukuran 5 inchi, sehingga rugi-rugi gesekannya sebesar

0,023m ⋅ H 2 O / m , maka dapat dihitung rugi-rugi tekanan sebagai berikut :


135

20m × 0,023m ⋅ H 2 O / m = 0,46m ⋅ H 2 O

Saluran ini juga menggunakan sebuah sambungan siku standard. Pada

Tabel 4.6 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 13ft atau

3,9m. Dengan rugi-rugi gesek sebesar 0,023m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi

tekanan pada sambungan siku standar adalah :

3,9m × 0,023m ⋅ H 2 O / m = 0,09m ⋅ H 2 O

Pada Tabel 4.5 diketahui Head cooling tower sebesar 2m ⋅ H 2 O .

Dengan demikian, dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

data-data yang ditunjukkan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Data-data perhitungan Head Pompa 1


Rugi-rugi
D Pnjg eki- Panjang Rugi-rugi gesek
tek.
Saluran Bagian GPM Jumlah
valen
inchi
(m)
Total (m) m ⋅ H 2O / m m ⋅ H 2O
pipa 20 1 20 0,46
katup pintu 1,8 1 1,8 0,0414
CT - T1 5 275 0,023
"T1" 3,9 1 3,9 0,09
O
90 elbw std 3,9 2 7,8 0,18
pipa 10 1 10 0,19
katup pintu 1,8 1 1,8 0,0342
T1 - kond. - 5 249 0,019
"T2" 3,9 1 3,9 0,074
T2
90O elbw std 3,9 2 7,8 0,15
kondenser 4,5
pipa 5 275 20 1 20 0,46
T2 - CT 0,023
90O elbw std 3,9 1 3,9 0,09

Head cooling tower 2


Tinggi angkat statik 1
Total Head Pompa 9,3
136

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan

untuk mengalirkan 249GPM air dari cooling tower menuju ke kondenser,

kemudian kembali lagi ke cooling tower adalah sebesar 9,3m ⋅ H 2 O atau

sekitar 31,31 ft ⋅ w .

Gambar 4.11 Unjuk kerja pompa untuk sistem perpipaan


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 11.5)

Jenis pompa yang akan digunakan dapat dipilih dari Gambar 4.11.

Namun, untuk mengalirkan 249GPM air dengan head pompa1 sebesar

31,31 ft ⋅ w , dari Gambar 4.11 tidak dapat dipilih pompa dengan spesifikasi

tersebut. Oleh karena itu, daya pompa 1 dihitung dengan menggunakan rumus :

WHP
BHP = ....................................................................(4.2)
E
137

GPM × H × s.g
WHP = ..................................................(4.3)
3960

(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Eq 11.1)

Dengan :

WHP = daya keluaran air (HP)

E = efisiensi pompa

GPM = laju aliran air (GPM)

H = total head pompa (ft.w)

s.g = specific gravity (= 1 untuk air)

BHP = daya pompa (HP)

Maka, dengan asumsi efisiensi pompa (E) = 60% = 0,6 dapat diperoleh :

249 × 31,31 × 1
WHP = = 1,97 HP
3960

1,97
BHP = = 3,3HP
0,6

Jadi, daya pompa 1 yang dibutuhkan adalah 3,3 HP.

4.6.2 Perhitungan Head Pompa 2

Skema pemasangan pompa 2 dapat dilihat pada Gambar 4.8. Pompa 2

digunakan untuk memompa air sebanyak 26GPM, yaitu sisa dari air yang

dialirkan ke kondenser. Langkah perhitungan Head pompa 2 juga sama dengan

perhitungan Head pompa 1. Dari hasil perhitungan didapatkan data-data yang

ditunjukkan pada Tabel 4.8.


138

Tabel 4.8 Data-data perhitungan Head Pompa 2


D Pjg eki- Panjang Rugi-rugi gesek Rugi-rugi tek.
Saluran Bagian GPM valen Jumlah Total
inchi
(m) (m) m ⋅ H 2O / m m ⋅ H 2O
pipa 20 1 20 0,46
katup pintu 1,8 1 1,8 0,0414
CT - T1 5 275 0,023
"T1" 3,9 1 3,9 0,09
O
90 elbw std 3,9 2 7,8 0,18
pipa 5 1 5 0,25
T1 - T2 katup pintu 2 26 2,3 1 2,3 0,025 0,0575
"T2" 1,65 1 1,65 0,04
pipa 20 1 20 0,46
T2 - CT 5 275 0,023
90O elbw std 2,7 1 2,7 0,09

Head cooling tower 2


Tinggi angkat statik 1
Total Head Pompa 4,7

Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan

untuk mengalirkan 26GPM air dari cooling tower yang tidak dipakai sebagai

pendingin kondenser sehingga disirkulasikan kembali ke cooling tower adalah

sebesar 4,7 m ⋅ H 2 O atau sekitar 15,65 ft ⋅ w . Dengan demikian, dari Gambar

4.8 dipilih pompa dengan impeller berdiamater 5 inchi, BHP sebesar ½ HP

dengan efisiensi 45% yang bekerja pada putaran 1750rpm.


BAB V

RANCANGAN SISTEM PERPIPAAN DAN DUCTING

5.1 Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan yang biasa digunakan pada instalasi pengkondisian

udara ada berbagai macam jenis. Akan tetapi, pada dasarnya sistem perpipaan

yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

5.1.1 Series Loop System

Pada sistem ini, pompa mengalirkan air dingin melalui pipa menuju ke

koil pendingin pada setiap unit penyegar udara (FCU atau AHU) secara seri.

Skema sistem Series Loop ini dapat dilihat pada Gambar 5.1. Air dingin masuk

ke koil pendingin pada unit penyegar udara yang satu, kemudian keluar menuju

ke koil pendingin pada unit penyegar udara selanjutnya. Hal tersebut memiliki

beberapa dampak negatif, yaitu:

1. Jika salah satu bagian rusak, maka seluruh sistem akan ikut rusak.

2. Kapasitas dan suhu dari air dingin yang masuk ke dalam setiap unit

penyegar udara tidaklah sama.

3. Pengaturan debit air dingin dan suhu air yang masuk pada setiap unit

penyegar udara tidak bisa dilakukan secara terpisah.

139
140

Gambar 5.1 Series Loop Piping System


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 5.1,hal. 74)

5.1.2 One Pipe Main System

Pada sistem ini, terdapat sebuah pipa utama yang mengalirkan air

pendingin menuju ke beberapa unit penyegar udara yang dihubungkan dengan

sebuah suplai dan sebuah cabang dari pipa balik menuju ke pipa utama. Debit

air dingin yang masuk ke setiap unit penyegar udara dapat diatur secara

terpisah. Air dingin yang masuk dan yang keluar dari unit penyegar udara pada

akhirnya mengalir melalui sebuah pipa utama. Hal tersebut juga menyebabkan

adanya perbedaan suhu yang masuk pada unit penyegar udara selanjutnya,
141

karena temperatur air yang masuk pada unit penyegar udara selanjutnya akan

relatif lebih tinggi (dalam hal pendinginan udara). Skema sistem One Pipe

Main System ini dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 One pipe main system


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 5.3,hal. 53)

5.1.3 Two Pipe Direct Return System

Sistem ini juga disebut sistem pipa kembali langsung. Sistem ini

bertujuan untuk mendapatkan temperatur air pendingin yang sama pada saat

masuk ke setiap unit penyegar udara. Sistem ini menggunakan dua buah pipa

utama, yaitu sebuah pipa utama sebagai pipa suplai dan yang satunya sebagai
142

pipa balik. Perawatan dan perbaikan setiap unit penyegar udara pada sistem ini

dapat dilakukan secara terpisah.

Sistem ini disebut direct return karena saluran balik untuk mengalirkan

air pendingin diambil jarak sedekat mungkin. Oleh karena pipa yang

dibutuhkan pada sistem ini jauh lebih banyak dan keuntungannya juga jauh

lebih besar dari one pipe system, maka biaya yang dibutuhkannya pun juga

semakin mahal. Skema sistem ini dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Two Pipe Direct Return System


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 5.5,hal. 77)

5.1.4 Two Pipe Reverse Return System

Sistem ini juga disebut sistem pipa kembali tak langsung. Sistem ini

hampir sama dengan two pipe direct return system, perbedaannya terletak pada

pipa balik air dingin. Pada sistem ini, panjang pipa dari setiap unit penyegar

udara hampir sama. Hal tersebut mempermudah pengaturan keseimbangan

aliran air dingin ke setiap unit yang bersangkutan. Akan tetapi, sistem ini

membutuhkan pipa yang lebih panjang, sehingga tempat yang disediakan

menjadi bertambah panjang pula. Oleh karena itu, sistem ini jarang digunakan.

Skema sistem ini dapat dilihat pada Gambar 5.4.


143

Gambar 5.4 Two Pipe Reverse Return System


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 5.6,hal. 78)

Setelah mengetahui berbagai macam sistem perpipaan yang ada dan

juga melihat kelebihan serta kekurangannya masing-masing, maka dapat dipilih

sistem perpipaan yang paling baik. Pemilihan sistem perpipaan yang sesuai

juga melihat bentuk serta kondisi gedung Perpustakaan USD yang penempatan

AHU dan FCU nya relatif sulit. Dari berbagai macam pertimbangan tersebut,

maka dipilih Two Pipe Direct Return System sebagai sistem perpipaan yang

sesuai untuk bangunan ini.


144

5.2 Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara

Setelah dilakukan perhitungan pada Bab III, maka dapat diketahui

beban pendingin keseluruhan pada gedung Perpustakaan USD adalah sebesar

885720 BTU/hr. Dengan demikian, laju aliran air pendingin yang masuk pada

setiap unit penyegar udara dapat dihitung menggunakan persamaan :

Q = 500 × GPM × TC ………………………………………………. (5.1)

( Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Eq 5.2)

Dengan :

Q = beban pendinginan, BTU / hr

GPM = laju aliran air pendingin

TC = Temperature Change (perubahan temperatur)

Sistem pengkondisian udara gedung Perpustakaan USD ini dirancang

menggunakan 23 unit penyegar udara, yaitu 13 buah FCU dan 10 buah AHU.

Setiap unit penyegar udara memiliki beban pendinginan yang berbeda-beda,

sehingga debit air pendingin yang masuk juga berbeda-beda.

Pada Tabel 4.2 telah diketahui spesifikasi water chiller. Temperatur air

dingin yang keluar dari water chiller menuju ke unit-unit penyegar udara adalah

7 °C (44,6F), sedangkan yang masuk ke water chiller temperaturnya 12 °C

(53,6F). Dengan demikian, dapat dihitung laju aliran air dingin yang masuk ke

setiap unit penyegar udara.

Pada lantai basement, AHU I digunakan untuk mendinginkan ruang

pengolahan & gudang, serta lobby. Maka,beban pendinginan pada AHU I

adalah penjumlahan beban pendinginan kedua ruangan tersebut, yaitu sebesar


145

20202,5 BTU / hr. Dengan demikian, dapat dilakukan perhitungan laju aliran

air pendingin yang masuk pada AHU I sebagai berikut :

Q
GPM =
500 × TC

20202,5BTU / hr
GPM = = 4GPM
500 × (53,6 − 44,6 )F

Perhitungan dengan cara tersebut juga dilakukan terhadap unit-unit

penyegar udara yang lain. Dengan menggunakan Microsoft Excell, maka dapat

diperoleh hasil perhitungan laju aliran air pendingin yang masuk ke setiap unit

penyegar udara. Hasil perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil perhitungan laju aliran air pendingin

Lantai Basement
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 20202,5 D&I 9 4
AHU 2 29482 L 9 7
AHU 3 29482 L 9 7
FCU 1 15330,24 A 9 3
FCU 2 3632,2 B 9 1
FCU 3 19140 C 9 4
FCU 4 7264,64 E 9 2
FCU 5 21987,4 H 9 5
Lantai I
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 97142 M,N,O,U 9 22
FCU 1 10620,6 A 9 2
FCU2 10620,6 B 9 2
FCU 3 10620,6 C 9 2
FCU 4 10620,6 D 9 2
FCU 5 17181,35 E 9 4
FCU 6 17181,35 F 9 4
FCU 7 16257 K 9 4
FCU 8 8254 L 9 2
Lantai II
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 71539 A 9 16
AHU 2 71539 A 9 16
AHU 3 71539 A 9 16
Lantai III
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 110556 A 9 25
AHU 2 110556 E 9 25
AHU 3 110556 E 9 25
146

5.3 Perhitungan Sistem Perpipaan Setiap Lantai

Sebelum dilakukan perhitungan sistem perpipaan yang akan digunakan,

terlebih dahulu harus ditentukan bahan pipa yang akan digunakan. Pipa-pipa

yang digunakan dapat terbuat dari berbagai macam bahan. Pemilihannya

tergantung pada sejauh mana pipa-pipa tersebut akan digunakan. Beberapa hal

yang digunakan dalam pemilihan bahan pipa, antara lain :

1. Fluida yang mengalir dalam pipa

2. Temperatur

3. Tekanan

4. Ketahanan pipa terhadap oksidasi dan karat

Bahan yang sering digunakan untuk sistem perpipaan pada sistem

pengkondisian udara adalah baja dan tembaga. Masing-masing bahan tersebut

memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Biasanya pipa baja

digunakan untuk instalasi perpipaan yang besar, sedangkan untuk pipa tembaga

digunakan untuk instalasi perpipaan yang relatif lebih kecil.

Pipa tembaga memiliki tiga macam keuntungan. Pertama, hambatan

karena gesekan lebih kecil bila dibandingkan dengan pipa baja, sehingga

pompa yang digunakan ukurannya juga lebih kecil dan konsumsi daya yang

digunakan juga lebih kecil. Kedua, tembaga bukan merupakan bahan yang

mudah teroksidasi. Ketiga, tembaga merupakan bahan yang mudah diperoleh,

dikerjakan, dan harganya relatif murah.

Sedangkan baja memiliki daya tahan yang lebih lama, karena baja

merupakan bahan yang lebih kuat dan tidak mudah rusak. Seringkali pipa yang
147

berukuran besar dibuat dari baja dan pipa yang berukuran kecil dibuat dari

tembaga. Apabila pipa baja dan tembaga digunakan dalam satu sambungan,

maka keduanya tetap harus dipisahkan dengan sambungan yang terbuat plastik.

Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya korosi.

Dari penjelasan sebelumnya, maka sistem perpipaan yang akan

digunakan adalah terbuat dari tembaga. Hal tersebut bertujuan agar sistem

perpipaan tersebut tidak mudah teroksidasi dan dapat menghemat biaya

seefisien mungkin.

Pemasangan pipa air pendingin diasumsikan menempel pada dinding,

sehingga panjang pipa menyesuaikan dengan ukuran dinding. Perlu diketahui

bahwa sistem perpipaan yang akan digunakan adalah sistem tertutup (closed

hydronic system), hal tersebut dikarenakan pemasangan sistem perpipaan

berada di tempat yang relatif terlindungi. Untuk menentukan ukuran pipa yang

akan digunakan pada setiap sambungan, maka langkah-langkah yang

diperlukan untuk menentukan ukuran sistem perpipaan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan skema sistem perpipaan yang akan digunakan. Pada gedung ini

digambarkan skema perpipaan pada setiap lantai.

2. Laju aliran rata-rata air pendingin pada setiap pipa ditentukan dengan

menjumlahkan debit air pendingin yang mengalir di setiap unit penyegar

udara.

3. Air pendingin yang mengalir melalui pipa tembaga akan mengalami rugi-

rugi gesekan. Untuk pipa dengan bahan baja, rugi-rugi gesekan dapat

ditentukan menggunakan Gambar 5.5, sedangkan pipa dengan bahan


148

tembaga dapat ditentukan dengan Gambar 5.6. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, pipa yang digunakan dalam sistem perpipaan ini

menggunakan pipa berbahan tembaga.

a) Besar rugi-rugi gesekan rata-rata berada di antara 1 s/d 5 feet .w / 100 ft .

b) Kecepatan aliran air pendingin melalui pipa berada di antara 4 s/d 6 FPS

pada sistem yang kecil dan 8 s/d 10 pada sistem yang besar. Akan

tetapi, kecepatan aliran air pendingin dalam pipa yang berada di daerah

yang dihuni tidak boleh lebih dari 4 FPS, hal ini bertujuan untuk

menghindari suara berisik.

4. Ukuran pipa juga ditentukan melalui Gambar 5.5 untuk pipa baja dan

Gambar 5.6 untuk pipa tembaga sesuai dengan laju aliran air dan besar

rugi-rugi gesekan yang terjadi.


149

Gambar 5.5 Friction loss for water in Schedule 40 steel pipe – closed system
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.13)
150

Gambar 5.6 Friction loss for water in copper tubbing – open or closed system
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.15)

5.3.1 Sistem Perpipaan Lantai Basement

Pada lantai basement, terdapat 3 unit penyegar udara yang terdiri dari 5

unit FCU dan 3 unit AHU. FCU 1 digunakan untuk mendinginkan ruangan

administrasi. FCU 2 digunakan untuk mendinginkan ruang pimpinan. FCU 3

digunakan untuk mendinginkan ruang rapat staf. FCU 4 digunakan untuk


151

mendinginkan ruang makan. FCU 5 digunakan untuk mendinginkan ruang

panel listrik. AHU 1, yang digunakan untuk mendinginkan ruang pengolahan

dan lobby. Yang lain yaitu AHU 2 dan AHU 3, yang digunakan untuk

mendinginkan ruang buku.

Skema perpipaan pada lantai basement dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Setelah dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-

data yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Data-data sistem perpipaan lantai basement

Section GPM
D1 L Friction v
inch m ft.w/100ft fps
A-B 26 2 8 1,7 2
B-C 19 1 1/2 6 3 3,3
C-D 14 1 1/4 4 4 3,4
D-E 10 1 1/2 6 1,1 1,7
E-F 7 1 1/4 18 1,2 1,75
F-G 6 1 4 2,8 2,4
G-H 2 3/4 12 1,5 1,45
H-P 2 3/4 12 1,5 1,45
O-P 6 1 4 2,8 2,4
N-O 7 1 1/4 18 1,2 1,75
M-N 10 1 1/2 6 1,1 1,7
L-M 14 1 1/4 4 4 3,4
K-L 19 1 1/2 6 3 3,3
K-Q 26 2 20 1,7 2
A-I 7 1 1/4 18 1,2 1,75
Q-J 7 1 1/4 12 1,2 1,75
CABANG
B-K 7 1 1/4 4 1,2 1,75
C-L 5 1 4 2 2
D-M 4 1 4 1,4 1,6
E-N 3 3/4 4 3 2,1
F-O 1 1/2 4 1,4 2,5
G-P 4 1 4 1,4 1,6
I-J 2 3/4 4 1,5 1,45
Gambar 5.7 Skema sistem perpipaan lantai basement
152
153

5.3.2 Sistem Perpipaan Lantai I

Pada lantai I, terdapat 9 unit penyegar udara yang terdiri dari 8 unit

FCU dan 1 unit AHU. FCU 1, 2, 3, dan 4 digunakan untuk mendinginkan

ruangan seminar 1,2,3,4. FCU 5,6 digunakan untuk mendinginkan ruangan

diskusi 1 dan 2. FCU 7 digunakan untuk mendinginkan ruangan diskusi 3, dan

FCU 8 digunakan untuk mendinginkan ruangan fotokopi. Unit penyegar udara

yang terakhir adalah AHU, yang digunakan untuk mendinginkan ruang

buku/baca, ruang informasi, ruang penitipan tas, dan ruang pendaftaran.

Skema perpipaan pada lantai I dapat dilihat pada Gambar 5.8. Setelah

dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-data yang

ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Data-data sistem perpipaan lantai I


D1 L Friction v
Section GPM
inch m ft.w/100ft fps
A-B 22 2 10 1,3 2,5
B-C 20 1 1/2 6 3,6 3,7
C-D 16 1 1/2 5 2,5 2,9
D-E 14 1 1/4 5 4 3,4
E-F 12 1 1/2 5 1,3 2,1
F-G 10 1 1/2 4 1,1 1,7
G-H 8 1 1/4 12 1,6 2,2
H-I 4 1 5 1,4 1,6
I-J 4 1 4 1,4 1,6
J-K 8 1 1/4 18 1,6 2,2
K-L 10 1 1/2 5 1,1 1,7
L-M 12 1 1/2 5 1,3 2,1
M-N 14 1 1/4 5 4 3,4
N-O 16 1 1/2 5 2,5 2,9
O-P 20 1 1/2 6 3,6 3,7
P-S 22 2 12 1,3 2,5
A-Q 22 2 7 1,3 2,5
R-S 22 2 7 1,3 2,5
CABANG
Q-R 22 2 4 1,3 2,5
B-P 2 3/4 4 1,5 1,3
C-O 4 1 4 1,4 1,6
D-N 2 3/4 4 1,5 1,3
E-M 2 3/4 4 1,5 1,3
F-L 2 3/4 4 1,5 1,3
G-K 2 3/4 4 1,5 1,3
H-J 4 1 4 1,4 1,6
Gambar 5.8 Skema sistem perpipaan lantai I
154
155

5.3.3 Sistem Perpipaan Lantai II

Pada lantai II, terdapat 3 unit penyegar udara yang terdiri dari 3 unit

AHU. Ketiga AHU tersebut digunakan untuk mendinginkan ruang buku/baca

karena pada lantai II ini hanya terdiri terdiri dari ruangan itu saja.

Skema perpipaan pada lantai II dapat dilihat pada Gambar 5.9. Setelah

dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-data yang

ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Data-data sistem perpipaan lantai II

D1 L Friction v
Section GPM
inch m ft.w/100ft fps
A-B 16 1 1/2 28 2,5 2,9
A-C 32 2 14 2,3 3,5
C-D 16 1 1/2 16 2,5 2,9
B-E 16 1 1/4 30 2,5 2,9
G-E 32 2 4 2,3 3,5
F-G 16 1 1/2 12 2,5 2,9
CABANG
C-E 16 1 1/2 4 2,5 2,9
D-F 16 1 1/2 4 2,5 2,9
Gambar 5.9 Skema sistem perpipaan lantai II
156
157

5.3.4 Sistem Perpipaan Lantai III

Pada lantai III, juga terdapat 3 unit penyegar udara yang terdiri dari 3

unit AHU. AHU 1 digunakan untuk mendinginkan ruang work station,

sedangkan AHU 2&3 digunakan untuk mendinginkan ruang buku/baca karena

pada lantai III ini hanya terdiri terdiri dari 2 ruangan itu saja.

Skema perpipaan pada lantai III dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Setelah dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-

data yang ditunjukkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Data-data sistem perpipaan lantai III

D1 L Friction v
Section GPM
inch m ft.w/100ft fps

A-B 50 2 1/2 28 1,7 3,4

B-C 25 2 14 1,3 2,6

A-D 25 2 16 1,3 2,6

C-F 25 2 30 1,3 2,6

F-G 50 2 1/2 4 1,7 3,4

E-G 25 2 12 1,3 2,6

CABANG

C-E 25 2 4 1,3 2,6

D-F 25 2 4 1,3 2,6


Gambar 5.10 Skema sistem perpipaan lantai III
158
159

5.4 Perhitungan Head Pompa

Sistem perpipaan dibedakan menjadi 2, yaitu sistem terbuka dan sistem

tertutup. Pada Bab IV telah disebutkan salah satu contoh dari perpipaan sistem

terbuka, yaitu untuk sistem perpipaan cooling tower yang ditunjukkan pada

Gambar 5.11. Perpipaan sistem terbuka memiliki tinggi angkat statik, yaitu

tinggi puncak pipa di mana air di dalam cooling tower keluar dan tinggi

permukaan air di dalam tangki cooling tower.

Gambar 5.11 Perpipaan sistem terbuka


(Wiranto Arismunandar, hal. 208)
Berbeda dengan perpipaan sistem terbuka, perpipaan sistem tertutup

tidak memiliki tinggi angkat statik. Hal ini dikarenakan tinggi angkat statik

pada bagian isap dan bagian tekan adalah seimbang, sehingga nilai hs = 0 .

Rumus untuk perhitungan Head pompa untuk sistem tertutup ditunjukkan pada

persamaan 5.2.

H t = h f + h d + hm ……………………………………………. (5.2)
160

5.4.1 Perhitungan Head Pompa pada Lantai Basement

Skema perpipaan pada lantai basement dapat dilihat pada Gambar

5.7. Perhitungan Head pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa

yang terpanjang. Pada lantai basement, saluran pipa terpanjang adalah melalui

pompa1-B-C-D-E-F-G-H-P-O-N-M-L-K-J-HR-evaporator-HS-pompa2-I.

Pompa1 ke B

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 4m dengan diameter 2 inchi

dan mengalirkan air sebanyak 26GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-

rugi gesekan yang terjadi sebesar 1,7 ft ⋅ w / 100 ft . Jika diketahui

1 ft ⋅ w / 100 ft = 0,01m ⋅ H 2O / m , maka 1,7 ft ⋅ w / 100 ft = 0,017m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

4m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,068m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah katup bola (globe valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen globe valve sebesar 55ft atau sekitar 16,5m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,017m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada globe valve adalah :

16,5m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,28m ⋅ H 2 O

Saluran ini juga diasumsikan menggunakan sambungan siku standard

sebanyak 4 buah. Pada Tabel 4.6 didapatkan panjang ekivalen 90° standard

elbow sebesar 5,5ft atau 1,65m. Dengan rugi-rugi gesek sebesar

0,017m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada ketiga sambungan siku standar

tersebut adalah :
161

4 × 1,65m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,112m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T”, yaitu pada titik B. Berdasarkan

Tabel 4.6, diperoleh panjang ekivalen “T” sebesar 12ft atau 3,6m. Dengan rugi-

rugi gesekan sebesar 0,017m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada

sambungan “T” adalah :

3,6m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,0612m ⋅ H 2 O

Dari B ke C

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 6m dengan diameter 1½ inchi

dan mengalirkan air sebanyak 19GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-

rugi gesekan yang terjadi sebesar 3 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,03m ⋅ H 2 O / m . Dengan

demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

6m × 0,03m ⋅ H 2 O / m = 0,18m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,8ft atau sekitar 0,54m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,03m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada gate valve adalah :

0,54m × 0,03m ⋅ H 2 O / m = 0,016m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T” pada titik C. Berdasarkan Tabel

4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang

ekivalen untuk 90° standard elbow. Dengan demikian, diperoleh panjang

ekivalen “T” sebesar 4,3ft atau 1,3m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,03m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :


162

1,3m × 0,03m ⋅ H 2 O / m = 0,04m ⋅ H 2 O

Dari C ke D

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 4m dengan diameter 11/4

inchi dan mengalirkan air sebanyak 14GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa

rugi-rugi gesekan yang terjadi sebesar 4 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,04m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

4m × 0,04m ⋅ H 2 O / m = 0,16m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah peralatan berupa FCU. Rugi-rugi

tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga diambil rugi-rugi

tekanan FCU sebesar 2m ⋅ H 2 O .

Tabel 5.6 Kerugian tekanan pada beberapa komponen sistem perpipaan


(Penyegaran Udara, W. Arismunandar dan H. saito, Tbl 7.4 )

Kerugian tekanan
Komponen
m ⋅ H 2O

Mesin refrigerasi kompresi


Evaporator 3-8
Kondenser 5-8
Mesin refrigerasi absorbsi
Evaporator 4 - 10
Kondenser 5 - 14
Menara pendingin 2-8
Koil udara 2-5
Penukar kalor 2-5
Unit koil-kipas udara (FCU) 1-2
Katup dengan pengaturan otomatik 3-5

Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,5ft atau sekitar 0,45m.
163

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,04m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada gate valve adalah :

0,45m × 0,04m ⋅ H 2 O / m = 0,018m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T” pada titik D. Berdasarkan Tabel

4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang

ekivalen untuk 90° standard elbow. Dengan demikian, diperoleh panjang

ekivalen “T” sebesar 3,3ft atau 1m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,04m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

1m × 0,04m ⋅ H 2 O / m = 0,04m ⋅ H 2 O

Dari D ke E

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 6m dengan diameter 1½ inchi

dan mengalirkan air sebanyak 10GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-

rugi gesekan yang terjadi sebesar 1,1 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,011m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

6m × 0,011m ⋅ H 2 O / m = 0,066m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,8ft atau sekitar 0,54m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,011m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada gate valve adalah :

0,54m × 0,011m ⋅ H 2 O / m = 0,006m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T” pada titik E. Berdasarkan Tabel

4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
164

ekivalen untuk 90° standard elbow. Dengan demikian, diperoleh panjang

ekivalen “T” sebesar 4,3ft atau 1,3m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,011m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

1,3m × 0,011m ⋅ H 2 O / m = 0,0143m ⋅ H 2 O

Dari E ke F

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 18m dengan diameter 11/4

inchi dan mengalirkan air sebanyak 7GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa

rugi-rugi gesekan yang terjadi sebesar 1,2 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,012m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

18m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,216m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah peralatan berupa FCU. Rugi-rugi

tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga diambil rugi-rugi

tekanan FCU sebesar 2m ⋅ H 2 O .

Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,5ft atau sekitar 0,45m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,012m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada gate valve adalah :

0,45m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,0054m ⋅ H 2 O

Saluran ini menggunakan sebuah sambungan siku standard. Pada Tabel

4.5 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 3,3ft atau 1m.

Dengan rugi-rugi gesek sebesar 0,012m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada

sambungan siku standar tersebut adalah :


165

1m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,012m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T” pada titik F. Berdasarkan Tabel

4.5, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang

ekivalen untuk 90° standard elbow. Dengan demikian, diperoleh panjang

ekivalen “T” sebesar 3,3ft atau 1m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,012m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

1m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,012m ⋅ H 2 O

Dari F ke G

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 4m dengan diameter 1 inchi

dan mengalirkan air sebanyak 6GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-

rugi gesekan yang terjadi sebesar 2,8 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,028m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

4m × 0,028m ⋅ H 2 O / m = 0,112m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah peralatan berupa FCU. Rugi-rugi

tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6 sehingga diambil rugi-rugi

tekanan FCU sebesar 2m ⋅ H 2 O .

Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,0ft atau sekitar 0,3m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,028m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada gate valve adalah :

0,3m × 0,028m ⋅ H 2 O / m = 0,0084m ⋅ H 2 O


166

Saluran ini memiliki sambungan “T” pada titik G. Berdasarkan Tabel

4.5, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang

ekivalen untuk 90° standard elbow. Dengan demikian, diperoleh panjang

ekivalen “T” sebesar 2,6ft atau 0,8m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,028m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

0,8m × 0,028m ⋅ H 2 O / m = 0,022m ⋅ H 2 O

Dari G ke H

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 12m dengan diameter 3/4inchi

dan mengalirkan air sebanyak 2GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-

rugi gesekan yang terjadi sebesar 1,5 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,015m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

12m × 0,015m ⋅ H 2 O / m = 0,18m ⋅ H 2 O

Pada saluran ini terdapat sebuah peralatan berupa FCU. Rugi-rugi

tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga diambil rugi-rugi

tekanan FCU sebesar 2m ⋅ H 2 O .

Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel

4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,0ft atau sekitar 0,3m.

Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,015m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan

pada gate valve adalah :

0,3m × 0,015m ⋅ H 2 O / m = 0,0045m ⋅ H 2 O

Saluran ini menggunakan sebuah sambungan siku standard. Pada Tabel

4.5 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 2ft atau 0,6m.
167

Dengan rugi-rugi gesek sebesar 0,015m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada

sambungan siku standar tersebut adalah :

0,6m × 0,015m ⋅ H 2 O / m = 0,009m ⋅ H 2 O

Saluran ini memiliki sambungan “T” pada titik H. Berdasarkan Tabel

4.5, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang

ekivalen untuk 90° standard elbow. Dengan demikian, diperoleh panjang

ekivalen “T” sebesar 2ft atau 0,6m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,015m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

0,6m × 0,015m ⋅ H 2 O / m = 0,009m ⋅ H 2 O

Dari K – HR

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 20m dengan diameter 2 inchi

dan mengalirkan air sebanyak 26GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-

rugi gesekan yang terjadi sebesar 1,7 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,017m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

20m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,34m ⋅ H 2 O

Saluran ini tersambung pada sebuah Header Return yang diasumsikan

sebagai sambungan “T”. Berdasarkan Tabel 4.6, diperoleh panjang ekivalen

“T” sebesar 12ft atau 3,6m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,017m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

3,6m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,061m ⋅ H 2 O

Dari J– HR
168

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 12m dengan diameter

11/4inchi dan mengalirkan air sebanyak 7GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa

rugi-rugi gesekan yang terjadi sebesar 1,2 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,012m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

12m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,144m ⋅ H 2 O

Saluran ini tersambung pada sebuah Header Return yang diasumsikan

sebagai sambungan “T”. Berdasarkan Tabel 4.6, diperoleh panjang ekivalen

“T” sebesar 7ft atau 2,1m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,012m ⋅ H 2 O / m ,

maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

2,1m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,025m ⋅ H 2 O

Dari HR – evaporator – HS– pompa1&2

Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 5m dan mengalirkan

47,24m 3 / h atau 207,85GPM. Penentuan ukuran diameter pipa harus memiliki

besar rugi-rugi gesekan rata-rata berada di antara 1 s/d 5 feet .w / 100 ft .

Dengan menggunakan Gambar 5.5, diperoleh diameter pipa sebesar 4 inchi

dengan rugi-rugi gesek sebesar 2,45 ft ⋅ w / 100 ft atau 0,0245m ⋅ H 2 O / m .

Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :

5m × 0,0245m ⋅ H 2 O / m = 0,1225m ⋅ H 2 O

Saluran ini digunakan untuk mengalirkan air pendingin melewati

evaporator. Pada Tabel 4.3 diketahui besar rugi-rugi tekanan pada evaporator

adalah 0,44 bar atau 4,5m ⋅ H 2 O .


169

Setelah melalui evaporator, air pendingin disuplaikan lagi ke unit-unit

penyegar udara melalui header suplai. Header suplai tersebut diasumsikan

sebagai sambungan “T”. Berdasarkan Tabel 4.6, diperoleh panjang ekivalen

“T” sebesar 22ft atau 6,6m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar

0,0245m ⋅ H 2 O / m , maka rugi-rugi tekanan pada sambungan “T” adalah :

6,6m × 0,0245m ⋅ H 2 O / m = 0,162m ⋅ H 2 O

Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dengan menggunakan

Microsoft Excel dapat diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.7
170

Tabel 5.7 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai basement


Pjg Rugi-rugi Rugi-rugi
D Panjang
eki- gesek tekanan
Saluran Bagian GPM Jumlah
valen
inchi total (m) m.H2O/m m.H2O
(m)
pipa 4 1 4 0,068
globe valve 16,5 1 16,5 0,2805
Pompa1 - B 2 26 0,017
90O elbw std 1,65 4 6,6 0,1122
"T" 3,6 1 3,6 0,0612
pipa 6 1 6 0,18
B-C gate valve 1 1/2 19 0,54 1 0,54 0,03 0,0162
"T" 1,3 1 1,3 0,039
pipa 4 1 4 0,16
gate valve 1 1/4 14 0,45 1 0,45 0,04 0,018
C-D
"T" 1 1 1 0,04
FCU 2
pipa 6 1 6 0,066
D-E gate valve 1 1/2 10 0,54 1 0,54 0,011 0,006
"T" 1,3 1 1,3 0,0143
pipa 18 1 18 0,216
gate valve 0,45 1 0,45 0,0054
1 1/4 7 0,012
E-F 90O elbw std 1 1 1 0,012
"T" 1 1 1 0,012
FCU 2
pipa 4 1 4 0,112
gate valve 1 6 0,3 1 0,3 0,028 0,0084
F-G
"T" 0,8 1 0,8 0,0224
FCU 2
pipa 12 1 12 0,18
gate valve 0,3 1 0,3 0,0045
3/4 2 0,015
G-H 90O elbw std 0,6 1 0,6 0,009
"T" 0,6 1 0,6 0,009
FCU 2
pipa 12 1 12 0,18
gate valve 0,3 1 0,3 0,0045
3/4 2 0,015
H-P 90O elbw std 0,6 1 0,6 0,009
"T" 0,6 1 0,6 0,009
FCU 2
pipa 4 1 4 0,112
O-P gate valve 1 6 0,3 1 0,3 0,028 0,0084
"T" 0,8 1 0,8 0,0224
pipa 18 1 18 0,216
gate valve 0,45 1 0,45 0,0054
N-O 1 1/4 7 0,012
90O elbw std 1 1 1 0,012
"T" 1 1 1 0,012
pipa 6 1 6 0,066
M-N gate valve 1 1/2 10 0,54 1 0,54 0,011 0,006
"T" 1,3 1 1,3 0,0143
L-M pipa 1 1/4 14 4 1 4 0,04 0,16
gate valve 0,45 1 0,45 0,018
171

"T" 1 1 1 0,04
pipa 6 1 6 0,18
K-L gate valve 1 1/2 19 0,54 1 0,54 0,03 0,0162
"T" 1,3 1 1,3 0,039
pipa 20 1 20 0,34
K-HR 2 26 0,017
"T" 3,6 1 3,6 0,0612
pipa 12 1 12 0,144
J-HR 1 1/4 7 0,012
"T" 2,1 1 2,1 0,0252
HR-
pipa 5 1 5 0,1225
Evaporator-
4 207,85 0,0245
HS-
"T" 6,6 1 6,6 0,1617
Pompa1&2
evaporator 4,5
Total Head Pompa 18,1
Dari data-data perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 5.7 dapat

diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk memompa 26GPM air

dalam sistem perpipaan lantai basement adalah sebesar 18,1m ⋅ H 2 O atau

60,3 ft ⋅ w . Dengan demikian, dari Gambar 4.11 dipilih pompa dengan impeller

berdiameter 7½ in, BHP sebesar 1 HP dengan efisiensi 40% yang bekerja pada

putaran 1750rpm.

5.4.2 Perhitungan Head Pompa pada lantai I

Skema perpipaan pada lantai I dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Perhitungan Head pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa

yang terpanjang. Pada lantai I, saluran pipa terpanjang adalah melalui pompa1-

B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-R-HR-evaporator-HS-pompa2-Q.

Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan Microsoft

Excel, maka dapat diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.8. Dari

data-data tersebut dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk

memompa 22GPM air dalam sistem perpipaan lantai I adalah sebesar

24,6m ⋅ H 2 O atau sekitar 81,92 ft ⋅ w . Dengan demikian, dari Gambar 4.11

dipilih pompa dengan impeller berdiameter 7½ in, BHP sebesar 1 HP dengan

efisiensi 40% yang bekerja pada putaran 1750rpm.


172

5.4.2 Perhitungan Head Pompa pada lantai II

Skema perpipaan pada lantai II dapat dilihat pada Gambar 5.9. Sama

seperti sistem perpipaan lantai I, perhitungan Head pompa yang akan

digunakan juga mengacu pada saluran pipa yang terpanjang. Pada lantai II,

saluran pipa terpanjang adalah melalui pompa2-A-C-D-B-E-F-HR-evaporator-

HS-pompa1.

Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan Microsoft

Excel, maka dapat diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.9. Dari

data-data tersebut dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk

memompa 32GPM air dalam sistem perpipaan lantai II adalah sebesar

8,9m ⋅ H 2 O atau 26,25 ft ⋅ w . Dengan demikian, dari Gambar 4.11 dipilih

pompa dengan impeller berdiameter 5½ in, BHP sebesar ½ HP dengan efisiensi

45% yang bekerja pada putaran 1750rpm.

5.4.3 Perhitungan Head Pompa pada lantai III

Skema perpipaan pada lantai III dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Saluran pipa yang digunakan untuk perhitungan Head pompa sistem perpipaan

lantai III adalah pompa1-C-B-F-E-HR-evaporator-HS-pompa2-D.

Perhitungan Head pompa yang akan digunakan serupa dengan

perhitungan Head pompa pada lantai I dan lantai II. Dari perhitungan yang

telah dilakukan, maka dengan menggunakan Microsoft Excel dapat diperoleh

data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.10.

Dari data-data perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 5.10, dapat

diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk memompa 50GPM air
173

dalam sistem perpipaan lantai III adalah sebesar 7,2m ⋅ H 2 O atau sekitar

21,24 ft ⋅ w . Dengan demikian, dari Gambar 4.11 dipilih pompa dengan

impeller berdiameter 5 in, BHP sebesar ½ HP dengan efisiensi 60% yang

bekerja pada putaran 1750rpm.

Tabel 5.8 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai I


D Pjg eki- Panjang Rugi-rugi gesek Rugi-rugi tekanan
Saluran Bagian GPM valen Jumlah
inchi total (m) m.H2O/m m.H2O
(m)
pipa 5 1 4 0,052
globe valve 16,5 1 16,5 0,2145
Pompa1 - B O 2 22 0,013
90 elbw std 1,65 4 6,6 0,0858
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 6 1 6 0,216
gate valve 1 1/2 20 0,54 1 0,54 0,036 0,01944
B-C
"T" 1,3 1 1,3 0,0468
FCU 2
pipa 5 1 5 0,125
gate valve 1 1/2 16 0,54 1 0,54 0,025 0,0135
C-D
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
FCU 2
pipa 6 1 6 0,24
gate valve 1 1/4 14 0,45 1 0,45 0,04 0,018
D-E
"T" 1 1 1 0,04
FCU 2
pipa 5 1 5 0,065
gate valve 1 1/2 12 0,54 1 0,54 0,013 0,00702
E-F
"T" 1,3 1 1,3 0,0169
FCU 2
pipa 4 1 4 0,044
gate valve 1 1/2 10 0,54 1 0,54 0,011 0,00594
F-G
"T" 1,3 1 1,3 0,0143
FCU 2
pipa 12 1 12 0,192
gate valve 0,45 1 0,45 0,0072
1 1/4 8 0,016
G-H 90O elbw std 1 2 2 0,032
"T" 1 1 1 0,016
FCU 2
pipa 5 1 5 0,07
gate valve 1 4 0,3 1 0,3 0,014 0,0042
H-I
"T" 0,8 1 0,8 0,0112
FCU 2
pipa 4 1 4 0,056
gate valve 1 4 0,3 1 0,3 0,014 0,0042
I-J
"T" 0,8 1 0,8 0,0112
FCU 2
pipa 18 1 18 0,288
gate valve 0,45 1 0,45 0,0072
J-K O 1 1/4 8 0,016
90 elbw std 1 2 2 0,032
"T" 1 1 1 0,016
pipa 5 1 5 0,055
K-L gate valve 1 1/2 10 0,54 1 0,54 0,011 0,00594
"T" 1,3 1 1,3 0,0143
pipa 5 1 5 0,065
L-M gate valve 1 1/2 12 0,54 1 0,54 0,013 0,00702
"T" 1,3 1 1,3 0,0169
pipa 5 1 5 0,2
M-N gate valve 1 1/4 14 0,45 1 0,45 0,04 0,018
"T" 1 1 1 0,04
pipa 5 1 5 0,125
N-O gate valve 1 1/2 16 0,54 1 0,54 0,025 0,0135
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
O-P pipa 1 1/2 20 6 1 6 0,036 0,216
gate valve 0,54 1 0,54 0,01944
174

"T" 1,3 1 1,3 0,0468


pipa 12 1 12 0,156
P-HR 2 22 0,013
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 7 1 7 0,091
R-HR 2 22 0,013
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 7 1 7 0,091
globe valve 16,5 1 16,5 0,2145
Pompa2 -Q 2 22 0,013
90O elbw std 1,65 4 6,6 0,0858
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
HR-
pipa 5 1 5 0,18
Evaporator- 4 207,85 0,0245
HS-Pompa1&2 "T" 6,6 1 6,6 0,2376
evaporator 4,5
Total Head Pompa 24,6
Tabel 5.9 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai II

Pjg Rugi-rugi Rugi-rugi


D Panjang
eki- gesek tekanan
Saluran Bagian GPM Jumlah
valen
inchi total (m) m.H2O/m m.H2O
(m)

pipa 20 1 20 0,5
globe
0,54 1 0,54 0,0135
valve
Pompa1 - B O 1 1/2 16 0,025
90 elbw
0,54 4 2,16 0,054
std
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
pipa 14 1 14 0,322
globe
16,5 1 16,5 0,3795
valve
Pompa2 -C O 2 32 0,023
90 elbw
1,65 4 6,6 0,1518
std
"T" 3,6 1 3,6 0,0828
pipa 30 1 30 0,75
C-D gate valve 1 1/2 16 0,54 1 0,54 0,025 0,0135
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
pipa 30 1 30 1,2
B-E gate valve 1 1/4 16 0,45 1 0,45 0,04 0,018
"T" 1 1 1 0,04
pipa 4 1 4 0,092
E-HR 2 32 0,023
"T" 3,6 1 3,6 0,0828
pipa 12 1 12 0,3
F-HR 1 1/2 32 0,025
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
HR- pipa 5 1 5 0,1225
Evaporator- 4 207,85 0,0245
"T" 6,6 1 6,6 0,1617
HS-
Pompa1&2 evaporator 4,5
Total Head Pompa 8,9
175

Tabel 5.10 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai III

Pjg Rugi-rugi Rugi-rugi


D Panjang
eki- gesek tekanan
Saluran Bagian GPM Jumlah
valen
inchi total (m) m.H2O/m m.H2O
(m)

pipa 12 1 12 0,156
globe valve 16,5 1 16,5 0,2145
Pompa1 - C O
2 25 0,013
90 elbw std 1,65 4 6,6 0,0858
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 16 1 16 0,208
globe valve 16,5 1 16,5 0,2145
Pompa2 -D O
2 25 0,013
90 elbw std 1,65 4 6,6 0,0858
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 30 1 30 0,39
C-F gate valve 2 25 1,65 1 1,65 0,013 0,02145
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 28 1 28 0,476
gate valve 0,84 1 0,84 0,014
HS-B O
2 1/2 50 0,017
90 elbw std 1,95 1 1,95 0,033
"T" 4,2 1 4,2 0,0714
pipa 12 1 12 0,156
E-HR 2 32 0,013
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 4 1 4 0,068
F-HR 2 1/2 50 0,017
"T" 4,2 1 4,2 0,0714
pipa 5 1 5 0,1225
HR- 4 207,85 0,0245
Evaporator- "T" 6,6 1 6,6 0,1617
HS-Pompa1&2
evaporator 4,5
Total Head Pompa 7,2
176

5.5 Sistem Ducting

Ducting yaitu sebuah saluran yang mengalirkan/mendistribusikan udara

dari mesin penyegar udara ke lubang keluaran dalam suatu ruangan, dari lubang

hisap ke mesin penyegar udara, mengalirkan udara segar masuk ke mesin

penyegar udara, atau mengalirkan udara kotor untuk dibuang keluar ruangan.

Dalam perancangan sistem saluran udara (ducting), hal pertama yang

perlu diperhitungkan adalah ukuran saluran yang akan digunakan. Metode

perancangan saluran udara ada beberapa macam, antara lain metode gesekan

sama dan metode energi.

Sistem ducting pada gedung Perpustakaan USD ini akan dirancang

menggunakan metode gesekan sama. Dasar dari metode ini adalah besar rugi-

rugi gesek rata-rata per satuan panjang saluran udara yang telah ditentukan.

Nilai rugi-rugi gesek tersebut digunakan sebagai patokan ukuran saluran udara

pada bagian lainnya. Besar rugi-rugi gesek yang telah ditentukan biasanya

didasarkan pada kecepatan maksimum udara yang diijinkan di saluran udara

utama dari fan untuk mencegah suara bising akibat aliran udara.

Tidak berbeda jauh seperti pada saat menentukan ukuran pipa pada

sistem perpipaan, maka untuk menentukan besar ukuran saluran udara yang

akan digunakan perlu dilakukan langkah-langkah adalah sebagai berikut :


177

1. Menentukan AHU yang sesuai dengan beban pendinginan.

2. Menggambarkan skema sistem ducting beserta panjang pada setiap bagian.

Biasanya digambarkan secara sederhana untuk mempermudah perhitungan.

3. Menentukan jumlah kapasitas udara yang mengalir sebelum akhirnya

dikeluarkan ke ruangan.

4. Menentukan kecepatan udara rancangan untuk saluran udara utama, yaitu

yang langsung dihembuskan oleh fan. Kecepatan udara ini dapat ditentukan

melalui Tabel 5.11.

5. Menentukan rugi-rugi gesekan pada saluran udara utama. Rugi-rugi

gesekan ini dapat ditentukan melalui Gambar 5.12. Rugi-rugi gesekan yang

telah diperoleh digunakan sebagai patokan untuk menentukan ukuran

saluran udara pada bagian lainnya. Dengan kata lain, semua saluran udara

memiliki rugi-rugi gesekan yang sama.

6. Ukuran diameter saluran udara (equivalent round duct) juga ditentukan

melalui Gambar 5.12.

7. Setelah diperoleh ukuran diameter saluran udara, maka ukuran saluran

udara dalam bentuk segiempat (rectangular sizes) dapat ditentukan

menggunakan Gambar 5.13.


178

Tabel 5.11 Recommended maximum duct velocity for low velocity system (FPM)
(Handbook of Air Conditioning System Design, Table 2)
CONTROLLING FACTOR CONTROLLING FACTOR - DUCT FRICTION
APPLICATION NOISE GENERATION Main Ducts Branch Ducts
Main Ducts Supply Return Supply Return
Residences 600 1000 800 600 600
Apartments
Hotel Bedrooms 1000 1500 1300 1200 1000
Hospital Bedrooms
Private Offices
Directors Rooms 1200 2000 1500 1600 1200
Libraries
Theatres
800 1300 1100 1000 800
Auditoriums
General Offices
High Class Restaurants
1500 2000 1500 1600 1200
High Class Stores
Banks
Averages Stores
1800 2000 1500 1600 1200
Cafetarias
Industrial 2500 3000 1800 2200 1500
179

Gambar 5.12 Friction loss for air flow in galvanized steel round ducts
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.21)
180

Gambar 5.13 Equivalent round duct sizes


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.23)

Dalam perancangan saluran pendistribusian udara (ducting) untuk

gedung Perpustakaan USD ini, dipilih ruang buku/baca pada lantai II sebagai

sampel perhitungan karena ruangan ini memiliki saluran udara terpanjang.

Skema lengkap sistem rancangan AC pada ruang buku/baca lantai II

ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Besarnya beban pendinginan pada ruang buku/baca lantai II adalah

18TR yang akan ditanggung oleh 3 buah AHU. Dengan demikian kapasitas

minimal masing – masing AHU adalah 6 TR atau 71539,1 BTU/hr.

AHU yang akan digunakan dapat dipilih berdasarkan Katalog AHU

Versa yang dapat dilihat pada halaman Lampiran. Dari data-data yang ada,
181

maka AHU yang dipilih adalah AHU Model VAH 075-W-DS10 dengan

kapasitas aliran udara masing-masing 2500 CFM. Karena ada 3 buah AHU,

maka total kapasitas aliran udaranya adalah 7500 CFM.

Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bahwa untuk AHU1 (paling kiri), udara

akan disuplaikan ke ruangan melalui 14 lubang keluaran. Dengan demikian,

pada ruang buku/baca lantai II, jumlah udara dingin yang dikeluarkan AHU1

melalui setiap lubang keluaran adalah sebesar 178,6CFM.

Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat digambarkan

sebagian skema sederhana rancangan ducting AHU1 pada ruang buku/baca

lantai II seperti terlihat pada Gambar 5.14.

Pada Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa ducting utamanya (main duct)

adalah saluran AHU-A.Dari Tabel 5.11 diketahui kecepatan aliran udara dalam

saluran udara yang direkomendasikan untuk bangunan perpustakaan adalah

sebesar 1200 FPM.

Saluran utama (AHU-A) mengalirkan udara sebanyak 2500CFM

dengan kecepatan 1200 FPM. Dari Gambar 5.12, maka didapatkan rugi-rugi

gesek sebesar 0,1 in.w/100ft. Rugi-rugi gesek ini digunakan sebagai patokan

untuk menentukan ukuran ducting pada bagian-bagian lainnya. Dengan

demikian diperoleh diameter ducting sebesar 19 in. Dari Gambar 5.13 dapat

diperoleh ducting berukuran 13in x 25in. Dengan langkah-langkah yang sama,

maka diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.12.


182

178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM


1 1 1 1

A E
B C D
2 2 2 2
178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM

178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM


1 1 1

F G H I

2 2 2
178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM

Gambar 5.14 Skema sederhana sistem ducting AHU1 lantai II

Tabel 5.12 Hasil perhitungan ukuran ducting AHU 1 lantai II


v friction loss eq rect duct
Section CFM
ft / mnt in.w/100ft D, in in
AHU-A 2500 1200 0,1 19 13x25
AB 1428,8 1050 0,1 15 7x30
BC 1071,6 980 0,1 14 11x15
CD 714,4 900 0,1 12,5 7x20
DE 357,2 750 0,1 9,5 7.5x10
AF 1071,6 980 0,1 14 11x15
FG 1071,6 980 0,1 14 11x15
GH 714,4 900 0,1 12,5 7x20
HI 357,2 750 0,1 9,5 7.5x10
CABANG
B1 & B2
C1 & C2
D1 & D2
E1 & E2 178,6 625 0,1 7 6x7
G1 & G2
H1 & H2
I1 & I2
183

Perhitungan Penurunan Tekanan (Pressure Loss)

Dari Gambar 5.14 dapat diketahui bahwa ducting yang terpanjang

adalah AHU-A-F-G-H-I. AHU-A merupakan ducting lurus, sehingga Pressure

Loss nya dapat dihitung sebagai berikut :

0,1in ⋅ w
Hf = × 6,6 ft = 0,0066in ⋅ w
100 ft

Untuk sambungan ducting, maka Pressure Loss nya dapat dihitung

menggunakan persamaan 5.3.

2
⎛ V ⎞
H f = C × Hr = C ×⎜ ⎟ …………………………………… (5.3)
⎝ 4000 ⎠

(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Eq 8.11)

Dengan :

C : koefisien rugi-rugi

Hr : velocity pressure di sambungan (fitting), in.w

V : kecepatan udara, ft / min

Pada bagian ducting A dan F merupakan sambungan untuk daerah

percabangan, sehingga dapat diasumsikan sebagai elbow (Gambar 5.15).

Gambar 5.15 90° Rectangular elbow


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita)
184

Dengan demikian, sebagai contoh pada titik A dapat dihitung Pressure

Loss nya menggunakan persamaan 5.3. Berdasarkan Tabel 5.13, maka nilai C

dapat diperoleh.

Tabel 5.13 Loss Coefficients (C) untuk sambungan ducting (fitting)


(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Table 8.4)

H 25 R 9,5
= = 1,92 = = 0,73
W 13 W 13

Dengan demikian, nilai C = 0,95 .

Luas penampang melintang ducting dapat dihitung sebagai berikut :

1 ft 2
A = 25in × 13in × 2
= 2,26 ft 2
144in

Kecepatan udara yang mengalir dapat dihitung sebagai berikut :

ft 3 1
V = 2500 × = 1106 ft / min
min 2,26 ft 2

Dengan demikian, Pressure Loss nya dapat dihitung sebagai berikut :

2
⎛ 1106 ⎞
H f = 0,95 × ⎜ ⎟ = 0,07in ⋅ w
⎝ 4000 ⎠
185

Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dengan menggunakan

Microsoft Excel dapat diperoleh data-data Pressure Loss yang ditunjukkan

pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Hasil perhitungan Pressure Loss ducting pada AHU 1 lantai II
Panjang V Loss Coef Press Loss
Section Ducting
m ft ft / min C in.w
AHU-A lurus 2 6,6 0,0066
A belokan 1106 0,95 0,07
AF lurus 2 6,6 0,0066
F belokan 734 0,2 0,0067
Total Pressure Loss 0,09
BAB VI

PERAWATAN MESIN PENYEGARAN UDARA

6.1 Pemeliharaan Tata Udara (AC)

Kondisi unit AC akan berkurang dengan pemakaian yang terus menerus

dengan kenaikan getaran dari kompresor dan suara bising menjadikannya

semakin keras. Keadaan sirkulasi panas akan mengurangi suhu di ruangan yang

dikondisikan demikian juga konsumsi lisrik akan naik atau kebocoran gas akan

bertambah membuat unit AC tidak baik lagi untuk digunakan. Perbaikan akan

mahal dan kerusakan pada unit AC akan semakin besar. Untuk menghindari ini

diadakan perawatan secara tetap untuk menjaga unit AC agar bekerja dengan

baik.

Secara berkala, unit air cooled chiller pada setiap mengoperasikan baik

sebelum maupun sesudah harus diperiksa dan diperhatikan secara seksama

sampai dengan unit-unit AC tersebut beroperasi normal. Terutama periksa di

panel-panel AC MCCB harus posisi ON, tegangan listrik normal dan putaran

fan di outdoor unit juga harus benar-benar tidak ada gangguan.

6.2 Pemeriksaan Mesin Refrigerasi

Beberapa hal berikut adalah cara yang tepat dan efektif untuk mengatasi

kerusakan atau kecelakaan pada mesin penyegar udara :

1. Kekuatan : Instalasi hendaknya cukup kokoh dan tahan terhadap

takanan gas maupun korosi.

186
187

2. Kerapatan gas : Instalasi harus bebas dari kebocoran gas. Apabila

tekanan isap menjadi sangat rendah (vakum), harus dijaga agar udara

tidak masuk ke dalam sistem.

3. Uap air : Dengan Freon sebagai refrigeran, sistem refrigerasi harus

bebas dari air.

4. Debu : Sistem refigerasi harus bebas dari debu atau kotoran lain (karena

adanya kompresor).

5. Kualitas air pendingin : Untuk melindungi sistem dari korosi, maka

harus diperhatikan kualitas air pendingin yang akan dipakai.

6. Minyak pelumas : Harus dipakai minyak pelumas yang cocok untuk

mencegah terjadinya endapan dan kerak.

7. Permukaan pendinginan : Permukaan bidang pendingin harus selalu

bersih.

8. Penyetelan alat keamanan : Pemasangan dan penyetelannya harus tepat.

6.3 Perawatan Penyegar Udara

Perawatan sistem penyegaran udara meliputi pekerjaan untuk

mempertahankan agar semua peralatan ada dalam keadaan yang sebaik-baiknya

supaya dapat diperoleh :

1. Waktu operasi yang maksimal

2. Pemakaian daya yang rendah dan biaya operasi yang lebih murah

3. Operasi yang aman

4. Keandalan operasi atau untuk menghindari penghentian mesin karena

kerusakan atau kecelakaan


188

5. Umur mesin yang lebih panjang

6. Operasi yang memuaskan, melalui penjadwalan dan perawatan yang

tepat, pemeriksaan berkala, penghematan tenaga kerja dan pekerjaan

yang berlebihan, dan penghematan penggunaaan bahan dan energi.

Untuk menghindari kerusakan atau kecelakaan, maka semua peralatan

dan alat keamanan harus diperiksa secara periodik. Kegiatan tersebut dinamai

perawatan pencegahan (preventive maintenance), yang ekivalen dengan

pengobatan pencegahan dalam ilmu kedokteran.

Dalam menjadwal perawatan, tujuan atau sasaran dari pengendalian

perawatan hendaknya didefinisikan sesuai dengan peralatan yang bersangkutan

dan berdasarkan pertimbangan ekonomi.

Beberapa hal berikut harus diperhatikan terlebih dahulu :

1. Sediakan gambar rancangan sistem selengkap-lengkapnya (perubahan,

koreksi, dan modifikasi yang telah dilaksanakan harus dinyatakan

dengan jelas).

2. Siapakan dokumen penting yang menyatakan tentang sejarah peralatan

(catatan tentang perawatan, catatan dari bagian yang sudah diganti atau

direparasi, catatan kerusakan atau tindakan perbaikannya, dan

sebagainya).

3. Ukuran dan spesifikasi dari bagian mesin sebelum diganti serta

penggantinya.

4. Catatan yang digunakan

5. Catatan pekerjaan dan cara perawatan.


189

Semua catatan tentang hal tersebut di atas harus lengkap dan

mencerminkan pula keadaaan mesin pada saat ini.

6.4 Perawatan Water Chiller

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merawat dan menjaga

mesin pendingin air untuk mencegah terjadinya kerusakan, antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Instalasi hendaknya harus cukup kokoh serta tahan terhadap korosi.

2. Menggunakan refrigeran yang sesuai.

3. Menggunakan minyak pelumas yang sesuai

Sedangkan hal-hal yang dapat dilakukan dalam perawatan water chiller

secara berkala adalah sebagai berikut:

1. Periksa dan bersihkan koil kondensor yang ada pada unit-unit tersebut

secara periodik.

2. Periksa dan kencangkan baut-baut / mur pada terminal blok dan kontaktor

air cooled chiller.

3. Periksa tekanan freon yang ada pada pipa gas dan liquid penuh dan normal

atau periksa sight glass pada keadaan normal atau bersih.

4. Periksa flow switch apakah bekerja dengan normal.


BAB VII

KESIMPULAN DAN PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil perancangan sistem pengkondisian udara pada Gedung

Perpustakaan Pusat USD yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data-data

sebagai berikut :

1. Kondisi udara

Kondisi udara perancangan di dalam ruangan :

• Temperatur bola kering (DB) = 78 F (25,6 °C)

• Kelembaban relatif (RH) = 50%

Kondisi udara di luar ruangan :

• Temperatur bola kering (DB) = 32 °C (90 F)

• Temperatur bola basah (WB) = 27 oC (80,6 F)

2. Beban pendinginan total pada Gedung Perpustakaan Pusat USD adalah

sebesar 73,81 TR atau 885720 BTU / hr.

3. Mesin pendingin air (Water Chiller) yang akan digunakan adalah Water

Cooled Screw Chiller Model 110 ASC, yang merupakan produksi PT.

Metalindo Erabuana.

4. Menara pendingin (Cooling Tower) yang akan digunakan adalah Cooling

Tower Model LBC-80, yang produk dari Liang Chi.

190
191

5. Sistem perpipaaan yang digunakan dalam Gedung Perpustakaan Pusat USD

adalah Two Pipe Direct Return System sehingga air pendingin mempunyai

temperatur yang sama pada saat masuk ke setiap unit penyegar udara.

6. Mesin AHU yang digunakan pada Gedung Perpustakaan Pusat USD

menggunakan AHU produk dari VERSA.

7.2 Penutup

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat serta bimbingan-Nya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir

ini.

Penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun.

Demikianlah Tugas Akhir ini penulis buat dengan segala jerih payah

penulis. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca,

khususnya bagi teman-teman Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Salam Damai Kristus.


192

DAFTAR PUSTAKA

Holman, J.P. alih bahasa : Jasjfi. E. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga, 1995.

NN. Handbook of Air Conditioning System Design. New York : Mc Graw Hill inc.

Pita, Edward G. Air Conditioning Principles and System an energy Approach.New

York, 1981.

Saito, Heizo. Alih bahasa : Wiranto Arismunandar. Penyegaran Udara. Jakarta :

Pradnya Paramita, 1980.

www.thermoq.biz

Katalog LIANG CHI Fibreglass Cooling Tower.

Katalog VERSA.

Materi kuliah Pesawat Pendingin dan Pemanas.


LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai basement
7
Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai III

Anda mungkin juga menyukai