TUGAS AKHIR
Diajukan oleh :
ARDY SUGIARTO
NIM : 065214003
FINAL PROJECT
by
ARDY SUGIARTO
Student Number : 065214003
ii
TUGAS AKHIR
NAMA : ARDYSUGIARTO
NIM : 065214003
AnggdaDewan Penguji
Yogyakarta31 Oktober2009
FakultasSainsdan Teknologi
UniversitasSanataDharma
Yogyakarta
u'$*{
ffi
Aetfte Cahyanta S.T., M.T.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Ardy Sugiarto
iv
ABSTRAK
v
LBMBARPERNYATAAN
PER$ETUJUAI\
PUBTIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKAI}EMIS
NomorMahasiswa .065214003
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, ffie-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannyadi Internet atau media
lain trntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royaltr kepada saya selama tetap meneantumkannama saya sebagai
penulis.
Dbuat di Yogyakarta
Padatanggal : 12 November2AA9
Yang menyatakan
(Ardy Sugiafio)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis
menyadari, bahwa Penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa campur
tangan Tuhan.
setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas Akhir ini juga dapat dikatakan sebagai wujud
pengkondisian udara (AC) untuk gedung perpustakaan. Dalam Tugas Akhir tersebut,
Penulis berencana untuk merancang ulang sistem AC yang semula split diubah
banyak pihak. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas
vii
5. Prof. Dr. Frans Susilo, S.J., Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
6. Bapak Suradi yang telah menunjukkan lokasi gedung secara keseluruhan dan
8. Ayah dan ibu Penulis yang telah memberikan motivasi paling kuat dan
10. Kakak Penulis yang telah memberi dorongan baik sera moral maupun material.
11. Budi Harianto dan Gani Purwanto yang telah meminjamkan berbagai fasilitas
12. Teman-teman dari Teknik Mesin 2006 dan Kos Tasura 52.
13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Akhir ini. Oleh karena itu, Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan yang terdapat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Saran serta kritik yang
membangun dari Pembaca sangat Penulis harapkan demi perbaikan dikemudian hari.
Penulis berharap semoga Tugas Akhir yang telah Penulis susun ini dapat
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……………………………………………………………….. iv
ABSTRAK …………………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN
ix
2.2 Denah Lantai I …..............……………………………………………… 9
x
3.3.2 Ruang Diskusi ( 1 dan 2 ) ............................................................. 72
4.5 Menentukan Pompa Air Dingin dari Evaporator ke AHU dan FCU…….. 123
xi
4.6.1 Perhitungan Head Pompa 1 ………………………………………. 130
5.2 Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara ……………………… 144
xii
BAB VI PERAWATAN MESIN PENYEGARAN UDARA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Sistem pengkondisian udara di dalam ruang ber-AC ………...... 105
Gambar 3.2 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai I.....…….. 106
Gambar 3.3 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai II.....…..... 111
xiv
Gambar 4.4 Skema lengkap water chiller …………………………………… 87
Gambar 4.5 Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan..................... 118
Gambar 4.8 Skema pemasangan pipa saluran cooling tower dan kondenser… 126
Gambar 4.10 Friction loss for water in Schedule 40 steel pipe – open system.. 131
Gambar 5.5 Friction loss for water in schedule 40 steel pipe-closed system .. 149
Gambar 5.6 Friction loss for water in copper tubbing-open or closed system. 150
Gambar 5.12 Friction loss for air flow in galvanized steel round ducts ……… 179
Gambar 5.14 Skema sederhana sistem ducting AHU1 lantai II ……………… 182
xv
Gambar 6.6 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU1 pada lantai II…. 136
Gambar 6.7 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU2 pada lantai II…. 137
Gambar 6.8 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU3 pada lantai II…. 139
Gambar 6.9 Skema sederhana sistem ducting untuk AHU pada lantai III …. 141
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.7 Sensibel dan Laten Heat Gain pada manusia …………………….. 35
xvii
Tabel 3.22 Koefisien perpindahan panas melalui atap...................................... 96
Tabel 4.1 Data dari Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan.....… 117
Tabel 4.2 Data Teknis dari Water Cooled Screw Chiller...…………………. 121
Tabel 4.6 Equivalent Feet of Pipe for Piping and Valves…………………… 132
Tabel 5.1 Hasil perhitungan laju aliran air pendingin ………………………. 145
Tabel 5.6 Kerugian tekanan pada beberapa komponen sistem perpipaan ….. 162
Tabel 5.7 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai basement….. 170
Tabel 5.8 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai I ………….. 173
Tabel 5.9 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai II………….. 174
Tabel 5.10 Data-data perhitungan Head Pompa perpipaan lantai III .……….. 175
Tabel 5.11 Recommended maximum duct velocity for low velocity system ... 178
Tabel 5.12 Hasil perhitungan ukuran ducting AHU 1 lantai II……………...... 182
Tabel 5.13 Loss Coefficients (C) untuk sambungan ducting (fitting) ……….. 184
xviii
Tabel 5.14 Hasil perhitungan Pressure Loss ducting pada AHU 1 lantai I…... 185
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang sejuk, segar, dan bebas dari polusi, khususnya polusi udara. Kita tahu
bahwa semakin hari, kita semakin sulit untuk menemukan lingkungan yang
sedemikian rupa.
kotor, dan kurangnya suplai oksigen yang kita hirup dalam udara dapat
pernapasan.
Polusi udara itu antara lain bersumber dari asap knalpot, asap rokok, asap
pegunungan, atau pedesaan yang masih sangat segar dan bebas dari polusi.
daripada AC split. Sistem AC central ini mungkin terdiri dari satu atau lebih
mesin pendingin air (water chiller) dan mesin pemanas air yang diletakkan
sirkulasi udara di dalam gedung ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga
1.2 Tujuan
kelembabannya merata.
1.3 Manfaat
dalam ruangan.
lantai.
4. Menentukan water chiller dan cooling tower yang akan digunakan sesuai
2. FCU hanya digunakan pada ruangan yang kecil (misal ruangan Kepala
Perpustakaan).
3. Pada koridor tangga dan wc dari setiap lantai tidak dikondisikan karena
di Indonesia pada pukul 14.00 WIB, dimana diasumsikan pada jam ini
Indonesia) :
diasumsikan :
9. Dalam hal ini, aliran udara (infiltrasi) yang melalui celah-celah sengaja
tidak diperhitungkan.
sebanyak 10 CFM.
12. Selain itu, dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai,
Denah lantai Basement pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.1. Denah lantai Basement tersebut terdiri dari
A : ruang administrasi
B : ruang pimpinan
D : lobby
E : ruang makan
F : pantry
G : gudang alat
J : WC
K : Tangga
L : ruang buku
M : ruang pelayanan
7
Gambar 2.1 Denah lantai Basement pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma
8
9
Denah lantai I pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat ditunjukkan
pada Gambar 2.2. Denah lantai I tersebut terdiri dari beberapa ruangan sebagai
berikut :
J : wc U : ruang buku/baca
K : ruang diskusi 3
Ruang pelayanan merupakan ruangan besar yang terdiri dari ruang katalog,
ruang sirkulasi, ruang administrasi, dll. Selain itu, juga terdapat ruang kerja
ditunjukkan pada Gambar 2.3. Denah lantai II tersebut terdiri dari beberapa
A : ruang buku/baca
B : wc
C : lobby tangga
D : ruang pelayanan
Gambar 2.3 Denah lantai II pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma
12
13
Denah lantai III pada Gedung Perpustakaan Sanata Dharma ini dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.4. Denah lantai III tersebut terdiri dari beberapa
B : lobby
C : wc
D : ruang printer
E : ruang buku/baca
F : ruang pelayanan
Ruangan work station pada lantai III gedung ini merupakan suatu
lebih 50 orang. Di samping ruang work station terdapat lobby yang menuju
udara penuh, sistem air penuh, sistem air-udara, dan sistem penyejuk udara
pengkondisian udara dengan sistem udara penuh (all-air type air conditioning
systems). Sistem ini dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
1. Konstruksinya sederhana.
mudah.
sebagai berikut :
uap.
3. Penyegar udara, yang terdiri atas saringan udara, pendingin udara, pemanas
4. Sistem saluran udara, yang terdiri atas kipas udara (fan) dan saluran udara
(ducting).
16
Cara kerja dari sistem di atas yaitu udara dari luar dan udara dalam
berfungsi menyaring debu yang ada dalam udara (proses filtrasi) sehingga
oleh pendingin udara dan dikeringkan oleh koil pengering. Alat pendingin
udara ini merupakan pipa-pipa atau koil yang dialiri air dingin dari water chiller
(pendingin air) atau dari refrigeran cair yang dipompa atau mengalir sendiri
pemanas udara dan dilembabkan oleh pelembab udara. Setelah itu, udara
dimasukkan kembali ke dalam ruangan oleh kipas melalui saluran udara. Alat
17
pemanas udara yang dimaksud merupakan pipa-pipa atau koil yang dialiri uap
Gedung Perpustakaan Pusat ini memanfaatkan AHU (Air Handling Unit) untuk
ruangan besar dan FCU (Fan Coil Unit) untuk ruangan kecil.
menggunakanan AHU, kondisi udara tidak dapat diatur sesuai keinginan dan
Gambar 2.6.1.. Sedangkan gambar FCU dapat dilihat pada Gambar 2.6.2.
selalu terbuka sengaja dirancang untuk tidak dikondisikan (dipasang AC). Hal
dilihat pada Gambar 2.7. Untuk lantai basement, ada beberapa ruangan
antara lain ruang administrasi, ruang pimpinan, ruang rapat staff, ruang
ventilasi.
pada Gambar 2.9. Untuk lantai II, hanya digunakan AHU karena tidak
ada ruangan yang kecil pada lantai tersebut. Ruang pelayanan menjadi
dengan menggunakan AHU karena tidak ada ruangan yang kecil pada
yang hanya dibatasi oleh meja dan sekat tipis. Sedangkan untuk wc
terletak di kota Yogyakarta yaitu pada 7,48 oLS dan 110,22 oBT. Namun dalam hal
ini, untuk menentukan beberapa parameter, digunakan kota Jakarta sebagai acuan
lingkungan dalam yang nyaman, sehingga penghuninya terhindar dari keadaan luar
yang berubah-ubah. Ruangan yang berkondisi interior baik dan murah biaya
diperlukan dalam berbagai peralatan/mesin pendingin yang sesuai, baik itu mesin
penyegar udara (AHU dan FCU), maupun mesin refrigerasi atau dalam hal ini
diasumsikan bahwa panas yang masuk ke dalam ruangan dan yang sudah ada dalam
ruangan tersebut adalah berada dalam kondisi yang mendekati harga ekstrim
24
25
1) Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, langit–langit/ atap, lantai, dan
persamaan:
Q = U × A × ∆T (BTU/hr)............................................................... (3.1)
Dengan :
Besarnya beban kalor radiasi sinar matahari melalui kaca dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Dengan:
Besarnya beban kalor pada lampu dan peralatan listrik dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Dengan:
BF : Faktor Ballast
Beban kalor yang dihasilkan oleh manusia terdiri atas beban kalor sensibel
dan beban kalor laten. Besarnya beban kalor sensibel yang dihasilkan oleh
QL = q L × n (BTU/hr)..................................................................... (3.5)
Dengan:
n : jumlah manusia
Beban kalor yang dihasilkan melalui ventilasi terdiri atas beban kalor
sensibel dan beban kalor laten. Besarnya beban kalor sensibel yang
Dengan:
terpanas di Indonesia) :
• Kaca
• Dinding
Dinding terbuat dari beton yang terdiri dari lapisan plester + bata
adalah 8inch.
, U = 0,39 BTU / hr ⋅ ft 2 ⋅ F .
yang Tersedia
Q = U × A × ∆T
adalah:
adalah:
utara :
barat :
Construction).
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
(142 − 72)gr / lb = 70 gr / lb .
Sehingga :
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
perhitungannya :
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan
Construction).
Pada ruang rapat staf diasumsikan tidak ada peralatan listrik lain
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
perhitungannya :
Tabel 3.10 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang rapat staf
Daily range : 15
Temperatur bola Temperatur Temp.ave : 84 F
kering bola basah RH W Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
3.2.4 Lobby
itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
Tabel 3.11
48
Daily range : 15
Temperatur bola Temperatur Temp.ave : 84 F
kering bola basah RH W Bulan : Okt 2009 Jam
F F % gr/lb : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca,
dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan,
sebagai berikut :
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
51
Daily range : 15
Temperatur bola Temperatur Temp.ave : 84 F
kering bola basah RH W Bulan : Okt 2009
F F % gr/lb Jam : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding,
dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga
sebagai berikut :
diasumsikan 5000 W.
55
adalah:
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
Tabel 3.13 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang panel listrik
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding,
dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga
sebagai berikut :
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
59
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding,
dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua ruangan, sehingga
sebagai berikut :
(Light Construction).
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
perhitungannya :
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
Indonesia) :
diasumsikan :
Untuk atap dan lantai, diasumsikan tidak terjadi perpindahan kalor karena suhu
seminar ini sebagian besar memiliki bahan yang sama dengan ruangan
(Light Construction).
69
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
70
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
Construction).
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
Tabel 3.17 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang diskusi 1&2
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
= 0,36. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada pukul
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
= 0,36. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada pukul
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
perhitungannya :
Tabel 3.19 Data hasil perhitungan beban pendinginan r.informasi, p.tas,& pndftrn
Tabel perhitungan beban pendinginan ruang informasi, penitipan tas, dan pendaftaran
Ruang :inform., p.tas,
Proyek : Gedung Perpustakaan USD pndftrn Engr. Ardy
Lokasi : Mrican, Yogyakarta Lat. : 6o LS Calc. by Ardy
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
rancangan sama dengan kondisi udara pada lainnya. Selain itu, bahan
yang digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang
(Light Construction).
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
perhitungannya :
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
buku/baca secara keseluruhan karena pada lantai II hanya terdiri dari ruangan
itu saja.
sama dengan kondisi udara pada lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan semua
sama. Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama dengan
perhitungan beban pendinginan pada ruang lainnya. Untuk atap dan lantai,
maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga
serta terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5
diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada
Construction).
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah utara
adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah timur
adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah selatan
adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah barat
adalah:
daya total lampu yang dihasilkan adalah sebesar 2560 Watt. Ballast Factor
Pada ruang ini diasumsikan tidak terdapat peralatan listrik yang menjadi
sumber panas.
93
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
Tabel 3.21 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang baca/buku lt.2
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
rancangan sama dengan kondisi udara pada lainnya. Selain itu, bahan yang
digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu memiliki bahan yang sama dengan
juga sama. Perhitungan yang dilakukan juga menggunakan rumus yang sama
diasumsikan tidak terjadi perpindahan kalor karena suhu di atas lantai sama
terbuat dari semen asbes dengan langit-langit berupa gipsum, maka dari Tabel
berikut :
maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 6°LS yaitu 8°LU, sehingga
serta terdapat interior shading Venetian blinds terang. Dari Tabel 3.5
diperoleh nilai SC = 0,4. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.6, yaitu pada
Construction).
98
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah utara
adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah timur
adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah selatan
adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah barat
adalah:
daya total lampu yang dihasilkan adalah sebesar 2800 Watt. Ballast Factor
panas. Ballast Factor (BF) diasumsikan 1,2. Komputer dan printer hanya
dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu juga
Qs = q s × n × CLF (BTU/hr)
QL = q L × n (BTU/hr)
Daily range : 15
Temperatur Temperatur
Temp.ave : 84 F
bola kering bola basah RH W
Bulan : Okt 2009 Jam
F F % gr/lb : 14.00
Kondisi Luar 90 80,6 67 142
Desain Dalam 78 50 72
CFM W TC
Infiltrasi ft³/menit gr/lb °F
Sensibel
Laten
termal dari udara basah. Sifat-sifat termal dari udara dibedakan menjadi 2, yaitu
sensibel dan laten. Dalam uraian berikut akan dipaparkan contoh penggunaan
diagram Psikrometri.
Dalam hal ini akan diambil dua buah contoh penggunaan diagram
Psikrometri, yaitu AHU pada lantai I dan AHU pada lantai II gedung
Perpustakaan USD.
berikut :
80,6F.
RH = 50%.
garis.
102
RSHG RSHG
RSHF = = ……………………………(3.5)
RSHG + RLHG RTHG
Dengan :
Tabel 3.20.
46714
RSHF = = 0,74
46714 + 16380
103
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis RSHF didapatkan dengan
pendingin yang keluar dari water chiller, yaitu 44,6F atau sekitar
45F.
TSH TSH
GSHF = = ……………………………… (3.6)
TSH + TLH GTH
Dengan :
Seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH pada ruang
54106
GSHF = = 0,56
54106 + 43036
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis GSHF (coil process line)
garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Keterangan :
ruang ber-AC
berikut :
80,6F.
RH = 50%.
garis.
RSHG RSHG
RSHF = = ……………………………(3.5)
RSHG + RLHG RTHG
Dengan :
92397,3
RSHF = = 0,7
92397,3 + 37100
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis RSHF didapatkan dengan
pendingin yang keluar dari water chiller, yaitu 44,6F atau sekitar
45F.
TSH TSH
GSHF = = ……………………………… (3.6)
TSH + TLH GTH
109
Dengan :
Seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH pada ruang
110877,3
GSHF = = 0,5
110877,3 + 103740
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu 80F DB & 50% RH. Garis GSHF (coil process line)
garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dari gambar Psikometri yang telah
Dengan melakukan perhitungan dengan cara yang sama, maka untuk AHU
pada ruangan yang lain juga dapat digambarkan diagram Psikrometrinya. Hasil
penggambaran diagram Psikrometri untuk ruangan yang lain dapat dilihat pada
halaman Lampiran.
Gambar 3.3 Diagram Psikrometri untuk beban pendinginan lantai II
111
BAB IV
mengalir refrigeran, sehingga air akan keluar dari chiller dengan suhu yang
rendah. Air dingin yang keluar tersebut lalu ditampung terlebih dahulu pada
pendingin, yang biasa dikenal dengan istilah AHU dan FCU. Dalam hal ini,
pompa berperan penting dalam mengalirkan air dingin karena jika tidak ada
pompa, maka air tidak akan megalir menuju AHU maupun FCU.
air yang berfungsi mendinginkan kondenser. Skema sistem kerja water chiller
Pada dasarnya, water chiller merupakan salah satu aplikasi dari teori
termodinamika. Prinsip kerja water chiller merujuk pada siklus kompresi uap
112
113
Pompa
cooling tower
Qout
cair kondenser
5
6 gas
4
k.ekspansi kompresor
WATER CHILLER
7 3
gas
evaporator
cair 1 2
H.Return
Qout
7 6 P=c 5 4
h=c
S=c
1 T=c;P=c 2 3
Qin
h1=h7 h6 h2 h3 h5 h4 Entalpi
(h)
Gambar 4.2 P-h diagram untuk siklus kompresi uap
114
s=c
6
7
5
T=c
2
pada suhu dan tekanan yang konstan. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada
langkah 1-2. Refrigeran cair yang masuk ke evaporator akan berubah fase
menjadi gas setelah menyerap kalor dari air hangat yang mengalir mengenai
dingin. Air dingin tersebut akan dialirkan kembali menuju ke AHU atau FCU.
kompresor dengan motor listrik berada dalam satu tempat, sehingga posisi
motor tersembunyi dan tidak terlihat dari luar. Posisi motor di dalam ini
dapat dilihat pada langkah 3-4. Proses ini bertujuan untuk menaikkan tekanan
merupakan suhu tertinggi dalam siklus kompresi uap yang berlangsung pada
water chiller.
4.2 dapat dilihat pada langkah 4-5. Refrigeran yang masuk ke koil kondenser
akan didinginkan oleh air yang masuk ke kondenser dan mengenai permukaan
koil. Air yang masuk ke kondenser telah didinginkan terlebih dahulu di dalam
cooling tower. Panas refrigeran akan diserap oleh air pendingin, kemudian air
tersebut akan kembali didinginkan di dalam cooling tower. Refrigeran gas akan
berubah fase menjadi cair setelah panasnya diserap oleh air pendingin dari
cooling tower.
menghubungkan katup ekspansi dan evaporator. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat
pada langkah 6-7. Proses pendinginan lanjut dapat dilakukan dengan cara
Gambar 4.2 dapat dilihat pada langkah 7-1. Katup ekspansi ini berguna untuk
menurunkan tekanan dan suhu refrigeran cair sampai pada kondisi yang rendah.
Refrigeran cair dengan tekanan dan suhu yang rendah akan masuk ke koil
evaporator sebagai pendingin air pendingin untuk unit penyegar udara. Selain
117
itu, katup ekspansi juga mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban
Subcooled = Superheated = 10 oF
pada Gambar 4.5, dan dari diagram tersebut dapat diperoleh data-data pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data dari Diagram P-h untuk Water Chiller yang Digunakan
Qin = m f (h3 − h1 )
o
o
885720 BTU / hr = m f (111 – 36)
o
m f = 11810 lb/h
Qout = m f (h4 − h7 )
o
Win = m f (h4 − h3 )
o
Dengan demikian COP water chiller dapat dihasilkan dari perbandingan kalor
yang dilepaskan oleh evaporator ke udara (Qin) dengan kerja yang dihasilkan
Qin 885720
COP = = = 7,5
Win 118100
Dari perhitungan beban pendinginan pada Bab III yang telah dilakukan,
diperoleh total beban pendinginan sebesar 73,81 TR atau 885720 BTU / hr. Jika
diketahui 1kW = 3410 BTU / hr , maka besar beban pendinginan pada chiller
adalah 260 kW. Dari besar beban pendinginan yang yang telah dihitung, maka
mesin pendingin yang akan digunakan dapat dipilih sesuai dengan Tabel 4.2.
Cooled Screw Chiller Model 110 ASC. Water chiller ini dapat dilihat pada
Gambar 4.6 dan memiliki spesifikasi yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Dari Tabel 4.3 dapat digambarkan skema lengkap dari water chiller yang
Gambar 4.7.
Pompa
56,58m3/h
cooling tower
Qout
35°C 30°C
cair kondenser
5
6 40°C gas
4
k.ekspansi kompresor
WATER CHILLER
7 3
5°C
gas
evaporator
cair 1 2
H.Return
4.5 Menentukan Pompa Air Dingin dari Evaporator ke AHU dan FCU
Berikut adalah sifat-sifat air dingin yang keluar dari evaporator 7°C :
Qevap
mf =
C p x ∆T
Dengan :
Maka :
260
mf =
4,206 x (12 - 7 )
= 12,4 kg/s
mf
Qa =
ρa
Maka :
12,4
Qa =
999,732
= 0,012 m3/s
Qa x ρ x g x H T
NP =
η
fluida kerja dan media pendinginnya terkontak secara langsung, di mana air
panas yang keluar dari kondenser disemprotkan atau dicurahkan ke bawah untuk
didinginkan.
Pada menara pendingin, fluida kerja yang digunakan adalah air, sedangkan
fluida pendinginnya adalah udara. Karena air terkontak langsung dengan udara,
maka selain terjadi pertukaran kalor dari air ke udara, juga terjadi penguapan
pada air tersebut. Dengan demikian, pada menara pendingin selain terjadi
56,58m3 / h atau 249GPM. Dengan demikian, dari Tabel 4.4 dapat dipilih
cooling tower yang sesuai untuk kondenser tersebut. Akan tetapi, dari hasil
pemilihan tidak ada debit aliran air dari cooling tower yang sesuai dengan
kondenser. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemasangan sambungan “T” pada
pipa saluran yang menghubungkan cooling tower dengan kondenser. Air dari
126
cooling tower akan dialirkan ke kondenser melalui pompa, yaitu dengan debit
saluran cooling tower dan kondenser menggunakan sambungan “tee” atau “T”
dapat dilihat pada Gambar 4.8. Sistem ini merupakan sistem perpipaan terbuka
Cooling tower
2m 1m
Q = 275GPM
Q2 = 26GPM
T2
15m
Pompa 2
Gate
Gate
Q1 = 56,58m3/h = 249GPM
kondenser
T1
Gate
Pompa 1
Gambar 4.8 Skema pemasangan pipa saluran cooling tower dan kondenser
Tabel 4.4 Spesifikasi Data Cooling Tower
(Sumber : Liang Chi Fibreglass Cooling Tower)
127
128
dipilih cooling tower Model LBC-80. Cooling tower model ini dapat dilihat
1 Model LBC-80
H 2020mm ( 79 1/2 inch )
2 Dimensions
D 2175mm ( 85 5/8 inchi )
Outlet 100mm ( 4 inchi )
Inlet 100mm ( 4 inchi )
Over flow 25mm ( 1 inchi )
3 Pipe connection
Drain 25mm ( 1 inchi )
Auto filter 20mm ( 3/4 inchi )
Quick filter 25mm ( 1 inchi )
4 Fan motor 2 HP
5 Fan diameter 1170mm ( 46 inch )
6 Air volume 540m3/m ( 18900 CFM )
7 Nominal water flow 1040L/M ( 275GPM )
8 Tower head 2m ( 6,6ft )
9 Nominal tons 80
mengatasi rugi-rugi gesekan air yang mengalir melalui pipa. Perhitungan Head
H t = h f + hd + hm + hs ……………………………………………….. (4.1)
Dengan :
hs : tinggi angkat statik atau jarak vertikal pipa pemancar air dalam
Skema pemasangan pompa 1 dapat dilihat pada Gambar 4.8. Air yang
rata-rata berada di antara 1 s/d 5 feet.w / 100 ft . Pada perpipaan sistem terbuka,
4.10
131
Flow (GPM)
Gambar 4.10 Friction loss for water in Schedule 40 steel pipe – open system
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.14)
132
Pipa ini memiliki panjang sekitar 20m dan mengalirkan air sebanyak
275 GPM. Dari Gambar 4.10 dapat diperoleh ukuran diameter pipa 5 inchi
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
Saluran ini menggunakan sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 6ft atau sekitar 1,8m.
rugi-rugi tekanan pada sambungan “T”, diambil pada saluran pipa terpanjang.
Berdasarkan Tabel 4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T”
sama, yaitu 5 inchi, maka panjang ekivalen “T1” sebesar 13ft atau 3,9m.
sebanyak 2 buah yang digunakan untuk mengalirkan 275GPM air. Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 13ft atau 3,9m.
Pipa yang mengalirkan air dari “T1” melalui kondenser sampai ke “T2”
Pipa ini memiliki panjang sekitar 10m dan mengalirkan air sebanyak
249GPM. Dari Gambar 4.7 dapat diperoleh ukuran diameter pipa 5 inchi
Saluran ini menggunakan sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 6ft atau sekitar 1,8m.
134
Saluran ini memiliki sambungan “T”, yaitu “T2”. Pada Tabel 4.6
didapatkan panjang ekivalen “T2” sebesar 13ft atau 3,9m. Dengan rugi-rugi
“T2” adalah :
buah yang digunakan untuk mengalirkan 249GPM air. Pada Tabel 4.6
didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 13ft atau 3,9m.
sama dengan penurunan tekanan pada evaporator, yaitu 0,44 bar. Jika diketahui
Pipa dari “T2” sampai ke ujung pipa keluarnya air di dalam cooling tower
Pipa ini memiliki panjang sekitar 20m dan mengalirkan air sebanyak
275GPM. Seperti pipa yang mengalirkan air keluar dari cooling tower, pipa ini
Tabel 4.6 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 13ft atau
Dengan demikian, dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan
sekitar 31,31 ft ⋅ w .
Jenis pompa yang akan digunakan dapat dipilih dari Gambar 4.11.
31,31 ft ⋅ w , dari Gambar 4.11 tidak dapat dipilih pompa dengan spesifikasi
tersebut. Oleh karena itu, daya pompa 1 dihitung dengan menggunakan rumus :
WHP
BHP = ....................................................................(4.2)
E
137
GPM × H × s.g
WHP = ..................................................(4.3)
3960
Dengan :
E = efisiensi pompa
Maka, dengan asumsi efisiensi pompa (E) = 60% = 0,6 dapat diperoleh :
249 × 31,31 × 1
WHP = = 1,97 HP
3960
1,97
BHP = = 3,3HP
0,6
digunakan untuk memompa air sebanyak 26GPM, yaitu sisa dari air yang
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan
untuk mengalirkan 26GPM air dari cooling tower yang tidak dipakai sebagai
udara ada berbagai macam jenis. Akan tetapi, pada dasarnya sistem perpipaan
Pada sistem ini, pompa mengalirkan air dingin melalui pipa menuju ke
koil pendingin pada setiap unit penyegar udara (FCU atau AHU) secara seri.
Skema sistem Series Loop ini dapat dilihat pada Gambar 5.1. Air dingin masuk
ke koil pendingin pada unit penyegar udara yang satu, kemudian keluar menuju
ke koil pendingin pada unit penyegar udara selanjutnya. Hal tersebut memiliki
1. Jika salah satu bagian rusak, maka seluruh sistem akan ikut rusak.
2. Kapasitas dan suhu dari air dingin yang masuk ke dalam setiap unit
3. Pengaturan debit air dingin dan suhu air yang masuk pada setiap unit
139
140
Pada sistem ini, terdapat sebuah pipa utama yang mengalirkan air
sebuah suplai dan sebuah cabang dari pipa balik menuju ke pipa utama. Debit
air dingin yang masuk ke setiap unit penyegar udara dapat diatur secara
terpisah. Air dingin yang masuk dan yang keluar dari unit penyegar udara pada
akhirnya mengalir melalui sebuah pipa utama. Hal tersebut juga menyebabkan
adanya perbedaan suhu yang masuk pada unit penyegar udara selanjutnya,
141
karena temperatur air yang masuk pada unit penyegar udara selanjutnya akan
relatif lebih tinggi (dalam hal pendinginan udara). Skema sistem One Pipe
Sistem ini juga disebut sistem pipa kembali langsung. Sistem ini
bertujuan untuk mendapatkan temperatur air pendingin yang sama pada saat
masuk ke setiap unit penyegar udara. Sistem ini menggunakan dua buah pipa
utama, yaitu sebuah pipa utama sebagai pipa suplai dan yang satunya sebagai
142
pipa balik. Perawatan dan perbaikan setiap unit penyegar udara pada sistem ini
Sistem ini disebut direct return karena saluran balik untuk mengalirkan
air pendingin diambil jarak sedekat mungkin. Oleh karena pipa yang
dibutuhkan pada sistem ini jauh lebih banyak dan keuntungannya juga jauh
lebih besar dari one pipe system, maka biaya yang dibutuhkannya pun juga
semakin mahal. Skema sistem ini dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Sistem ini juga disebut sistem pipa kembali tak langsung. Sistem ini
hampir sama dengan two pipe direct return system, perbedaannya terletak pada
pipa balik air dingin. Pada sistem ini, panjang pipa dari setiap unit penyegar
aliran air dingin ke setiap unit yang bersangkutan. Akan tetapi, sistem ini
menjadi bertambah panjang pula. Oleh karena itu, sistem ini jarang digunakan.
sistem perpipaan yang paling baik. Pemilihan sistem perpipaan yang sesuai
juga melihat bentuk serta kondisi gedung Perpustakaan USD yang penempatan
AHU dan FCU nya relatif sulit. Dari berbagai macam pertimbangan tersebut,
maka dipilih Two Pipe Direct Return System sebagai sistem perpipaan yang
885720 BTU/hr. Dengan demikian, laju aliran air pendingin yang masuk pada
Dengan :
menggunakan 23 unit penyegar udara, yaitu 13 buah FCU dan 10 buah AHU.
Pada Tabel 4.2 telah diketahui spesifikasi water chiller. Temperatur air
dingin yang keluar dari water chiller menuju ke unit-unit penyegar udara adalah
(53,6F). Dengan demikian, dapat dihitung laju aliran air dingin yang masuk ke
20202,5 BTU / hr. Dengan demikian, dapat dilakukan perhitungan laju aliran
Q
GPM =
500 × TC
20202,5BTU / hr
GPM = = 4GPM
500 × (53,6 − 44,6 )F
penyegar udara yang lain. Dengan menggunakan Microsoft Excell, maka dapat
diperoleh hasil perhitungan laju aliran air pendingin yang masuk ke setiap unit
Lantai Basement
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 20202,5 D&I 9 4
AHU 2 29482 L 9 7
AHU 3 29482 L 9 7
FCU 1 15330,24 A 9 3
FCU 2 3632,2 B 9 1
FCU 3 19140 C 9 4
FCU 4 7264,64 E 9 2
FCU 5 21987,4 H 9 5
Lantai I
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 97142 M,N,O,U 9 22
FCU 1 10620,6 A 9 2
FCU2 10620,6 B 9 2
FCU 3 10620,6 C 9 2
FCU 4 10620,6 D 9 2
FCU 5 17181,35 E 9 4
FCU 6 17181,35 F 9 4
FCU 7 16257 K 9 4
FCU 8 8254 L 9 2
Lantai II
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 71539 A 9 16
AHU 2 71539 A 9 16
AHU 3 71539 A 9 16
Lantai III
Unit Q (BTU / hr) Ruang TC (F) GPM
AHU 1 110556 A 9 25
AHU 2 110556 E 9 25
AHU 3 110556 E 9 25
146
terlebih dahulu harus ditentukan bahan pipa yang akan digunakan. Pipa-pipa
tergantung pada sejauh mana pipa-pipa tersebut akan digunakan. Beberapa hal
2. Temperatur
3. Tekanan
digunakan untuk instalasi perpipaan yang besar, sedangkan untuk pipa tembaga
karena gesekan lebih kecil bila dibandingkan dengan pipa baja, sehingga
pompa yang digunakan ukurannya juga lebih kecil dan konsumsi daya yang
digunakan juga lebih kecil. Kedua, tembaga bukan merupakan bahan yang
Sedangkan baja memiliki daya tahan yang lebih lama, karena baja
merupakan bahan yang lebih kuat dan tidak mudah rusak. Seringkali pipa yang
147
berukuran besar dibuat dari baja dan pipa yang berukuran kecil dibuat dari
tembaga. Apabila pipa baja dan tembaga digunakan dalam satu sambungan,
maka keduanya tetap harus dipisahkan dengan sambungan yang terbuat plastik.
digunakan adalah terbuat dari tembaga. Hal tersebut bertujuan agar sistem
seefisien mungkin.
bahwa sistem perpipaan yang akan digunakan adalah sistem tertutup (closed
berada di tempat yang relatif terlindungi. Untuk menentukan ukuran pipa yang
1. Menentukan skema sistem perpipaan yang akan digunakan. Pada gedung ini
2. Laju aliran rata-rata air pendingin pada setiap pipa ditentukan dengan
udara.
3. Air pendingin yang mengalir melalui pipa tembaga akan mengalami rugi-
rugi gesekan. Untuk pipa dengan bahan baja, rugi-rugi gesekan dapat
b) Kecepatan aliran air pendingin melalui pipa berada di antara 4 s/d 6 FPS
pada sistem yang kecil dan 8 s/d 10 pada sistem yang besar. Akan
tetapi, kecepatan aliran air pendingin dalam pipa yang berada di daerah
yang dihuni tidak boleh lebih dari 4 FPS, hal ini bertujuan untuk
4. Ukuran pipa juga ditentukan melalui Gambar 5.5 untuk pipa baja dan
Gambar 5.6 untuk pipa tembaga sesuai dengan laju aliran air dan besar
Gambar 5.5 Friction loss for water in Schedule 40 steel pipe – closed system
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.13)
150
Gambar 5.6 Friction loss for water in copper tubbing – open or closed system
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.15)
Pada lantai basement, terdapat 3 unit penyegar udara yang terdiri dari 5
unit FCU dan 3 unit AHU. FCU 1 digunakan untuk mendinginkan ruangan
dan lobby. Yang lain yaitu AHU 2 dan AHU 3, yang digunakan untuk
Skema perpipaan pada lantai basement dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Setelah dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-
Section GPM
D1 L Friction v
inch m ft.w/100ft fps
A-B 26 2 8 1,7 2
B-C 19 1 1/2 6 3 3,3
C-D 14 1 1/4 4 4 3,4
D-E 10 1 1/2 6 1,1 1,7
E-F 7 1 1/4 18 1,2 1,75
F-G 6 1 4 2,8 2,4
G-H 2 3/4 12 1,5 1,45
H-P 2 3/4 12 1,5 1,45
O-P 6 1 4 2,8 2,4
N-O 7 1 1/4 18 1,2 1,75
M-N 10 1 1/2 6 1,1 1,7
L-M 14 1 1/4 4 4 3,4
K-L 19 1 1/2 6 3 3,3
K-Q 26 2 20 1,7 2
A-I 7 1 1/4 18 1,2 1,75
Q-J 7 1 1/4 12 1,2 1,75
CABANG
B-K 7 1 1/4 4 1,2 1,75
C-L 5 1 4 2 2
D-M 4 1 4 1,4 1,6
E-N 3 3/4 4 3 2,1
F-O 1 1/2 4 1,4 2,5
G-P 4 1 4 1,4 1,6
I-J 2 3/4 4 1,5 1,45
Gambar 5.7 Skema sistem perpipaan lantai basement
152
153
Pada lantai I, terdapat 9 unit penyegar udara yang terdiri dari 8 unit
Skema perpipaan pada lantai I dapat dilihat pada Gambar 5.8. Setelah
dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-data yang
Pada lantai II, terdapat 3 unit penyegar udara yang terdiri dari 3 unit
karena pada lantai II ini hanya terdiri terdiri dari ruangan itu saja.
Skema perpipaan pada lantai II dapat dilihat pada Gambar 5.9. Setelah
dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-data yang
D1 L Friction v
Section GPM
inch m ft.w/100ft fps
A-B 16 1 1/2 28 2,5 2,9
A-C 32 2 14 2,3 3,5
C-D 16 1 1/2 16 2,5 2,9
B-E 16 1 1/4 30 2,5 2,9
G-E 32 2 4 2,3 3,5
F-G 16 1 1/2 12 2,5 2,9
CABANG
C-E 16 1 1/2 4 2,5 2,9
D-F 16 1 1/2 4 2,5 2,9
Gambar 5.9 Skema sistem perpipaan lantai II
156
157
Pada lantai III, juga terdapat 3 unit penyegar udara yang terdiri dari 3
pada lantai III ini hanya terdiri terdiri dari 2 ruangan itu saja.
Skema perpipaan pada lantai III dapat dilihat pada Gambar 5.10.
Setelah dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.5, maka diperoleh data-
D1 L Friction v
Section GPM
inch m ft.w/100ft fps
CABANG
tertutup. Pada Bab IV telah disebutkan salah satu contoh dari perpipaan sistem
terbuka, yaitu untuk sistem perpipaan cooling tower yang ditunjukkan pada
Gambar 5.11. Perpipaan sistem terbuka memiliki tinggi angkat statik, yaitu
tinggi puncak pipa di mana air di dalam cooling tower keluar dan tinggi
tidak memiliki tinggi angkat statik. Hal ini dikarenakan tinggi angkat statik
pada bagian isap dan bagian tekan adalah seimbang, sehingga nilai hs = 0 .
Rumus untuk perhitungan Head pompa untuk sistem tertutup ditunjukkan pada
persamaan 5.2.
H t = h f + h d + hm ……………………………………………. (5.2)
160
5.7. Perhitungan Head pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada lantai basement, saluran pipa terpanjang adalah melalui
pompa1-B-C-D-E-F-G-H-P-O-N-M-L-K-J-HR-evaporator-HS-pompa2-I.
Pompa1 ke B
dan mengalirkan air sebanyak 26GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
4m × 0,017m ⋅ H 2 O / m = 0,068m ⋅ H 2 O
Pada saluran ini terdapat sebuah katup bola (globe valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen globe valve sebesar 55ft atau sekitar 16,5m.
sebanyak 4 buah. Pada Tabel 4.6 didapatkan panjang ekivalen 90° standard
tersebut adalah :
161
Tabel 4.6, diperoleh panjang ekivalen “T” sebesar 12ft atau 3,6m. Dengan rugi-
Dari B ke C
dan mengalirkan air sebanyak 19GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
6m × 0,03m ⋅ H 2 O / m = 0,18m ⋅ H 2 O
Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,8ft atau sekitar 0,54m.
4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
ekivalen “T” sebesar 4,3ft atau 1,3m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar
Dari C ke D
inchi dan mengalirkan air sebanyak 14GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
4m × 0,04m ⋅ H 2 O / m = 0,16m ⋅ H 2 O
tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga diambil rugi-rugi
Kerugian tekanan
Komponen
m ⋅ H 2O
Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,5ft atau sekitar 0,45m.
163
4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
ekivalen “T” sebesar 3,3ft atau 1m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar
1m × 0,04m ⋅ H 2 O / m = 0,04m ⋅ H 2 O
Dari D ke E
dan mengalirkan air sebanyak 10GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
6m × 0,011m ⋅ H 2 O / m = 0,066m ⋅ H 2 O
Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,8ft atau sekitar 0,54m.
4.6, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
164
ekivalen “T” sebesar 4,3ft atau 1,3m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar
Dari E ke F
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 18m dengan diameter 11/4
inchi dan mengalirkan air sebanyak 7GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga diambil rugi-rugi
Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,5ft atau sekitar 0,45m.
4.5 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 3,3ft atau 1m.
1m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,012m ⋅ H 2 O
4.5, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
ekivalen “T” sebesar 3,3ft atau 1m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar
1m × 0,012m ⋅ H 2 O / m = 0,012m ⋅ H 2 O
Dari F ke G
dan mengalirkan air sebanyak 6GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
4m × 0,028m ⋅ H 2 O / m = 0,112m ⋅ H 2 O
tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6 sehingga diambil rugi-rugi
Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,0ft atau sekitar 0,3m.
4.5, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
ekivalen “T” sebesar 2,6ft atau 0,8m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar
Dari G ke H
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 12m dengan diameter 3/4inchi
dan mengalirkan air sebanyak 2GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
tekanan pada FCU dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga diambil rugi-rugi
Pada saluran ini terdapat sebuah katup pintu (gate valve). Pada Tabel
4.6 didapatkan panjang ekivalen gate valve sebesar 1,0ft atau sekitar 0,3m.
4.5 didapatkan panjang ekivalen 90° standard elbow sebesar 2ft atau 0,6m.
167
4.5, untuk aliran air searah yang melalui sambungan “T” digunakan panjang
ekivalen “T” sebesar 2ft atau 0,6m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar
Dari K – HR
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 20m dengan diameter 2 inchi
dan mengalirkan air sebanyak 26GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
Dari J– HR
168
11/4inchi dan mengalirkan air sebanyak 7GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
“T” sebesar 7ft atau 2,1m. Dengan rugi-rugi gesekan sebesar 0,012m ⋅ H 2 O / m ,
Dengan demikian, dapat dihitung rugi-rugi tekanan pada pipa sebagai berikut :
5m × 0,0245m ⋅ H 2 O / m = 0,1225m ⋅ H 2 O
evaporator. Pada Tabel 4.3 diketahui besar rugi-rugi tekanan pada evaporator
Microsoft Excel dapat diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.7
170
"T" 1 1 1 0,04
pipa 6 1 6 0,18
K-L gate valve 1 1/2 19 0,54 1 0,54 0,03 0,0162
"T" 1,3 1 1,3 0,039
pipa 20 1 20 0,34
K-HR 2 26 0,017
"T" 3,6 1 3,6 0,0612
pipa 12 1 12 0,144
J-HR 1 1/4 7 0,012
"T" 2,1 1 2,1 0,0252
HR-
pipa 5 1 5 0,1225
Evaporator-
4 207,85 0,0245
HS-
"T" 6,6 1 6,6 0,1617
Pompa1&2
evaporator 4,5
Total Head Pompa 18,1
Dari data-data perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 5.7 dapat
diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk memompa 26GPM air
60,3 ft ⋅ w . Dengan demikian, dari Gambar 4.11 dipilih pompa dengan impeller
berdiameter 7½ in, BHP sebesar 1 HP dengan efisiensi 40% yang bekerja pada
putaran 1750rpm.
Perhitungan Head pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada lantai I, saluran pipa terpanjang adalah melalui pompa1-
B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-R-HR-evaporator-HS-pompa2-Q.
Excel, maka dapat diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.8. Dari
data-data tersebut dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk
Skema perpipaan pada lantai II dapat dilihat pada Gambar 5.9. Sama
digunakan juga mengacu pada saluran pipa yang terpanjang. Pada lantai II,
HS-pompa1.
Excel, maka dapat diperoleh data-data yang ditunjukkan pada Tabel 5.9. Dari
data-data tersebut dapat diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk
Skema perpipaan pada lantai III dapat dilihat pada Gambar 5.10.
Saluran pipa yang digunakan untuk perhitungan Head pompa sistem perpipaan
perhitungan Head pompa pada lantai I dan lantai II. Dari perhitungan yang
diketahui bahwa Head pompa yang diperlukan untuk memompa 50GPM air
173
dalam sistem perpipaan lantai III adalah sebesar 7,2m ⋅ H 2 O atau sekitar
pipa 20 1 20 0,5
globe
0,54 1 0,54 0,0135
valve
Pompa1 - B O 1 1/2 16 0,025
90 elbw
0,54 4 2,16 0,054
std
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
pipa 14 1 14 0,322
globe
16,5 1 16,5 0,3795
valve
Pompa2 -C O 2 32 0,023
90 elbw
1,65 4 6,6 0,1518
std
"T" 3,6 1 3,6 0,0828
pipa 30 1 30 0,75
C-D gate valve 1 1/2 16 0,54 1 0,54 0,025 0,0135
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
pipa 30 1 30 1,2
B-E gate valve 1 1/4 16 0,45 1 0,45 0,04 0,018
"T" 1 1 1 0,04
pipa 4 1 4 0,092
E-HR 2 32 0,023
"T" 3,6 1 3,6 0,0828
pipa 12 1 12 0,3
F-HR 1 1/2 32 0,025
"T" 1,3 1 1,3 0,0325
HR- pipa 5 1 5 0,1225
Evaporator- 4 207,85 0,0245
"T" 6,6 1 6,6 0,1617
HS-
Pompa1&2 evaporator 4,5
Total Head Pompa 8,9
175
pipa 12 1 12 0,156
globe valve 16,5 1 16,5 0,2145
Pompa1 - C O
2 25 0,013
90 elbw std 1,65 4 6,6 0,0858
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 16 1 16 0,208
globe valve 16,5 1 16,5 0,2145
Pompa2 -D O
2 25 0,013
90 elbw std 1,65 4 6,6 0,0858
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 30 1 30 0,39
C-F gate valve 2 25 1,65 1 1,65 0,013 0,02145
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 28 1 28 0,476
gate valve 0,84 1 0,84 0,014
HS-B O
2 1/2 50 0,017
90 elbw std 1,95 1 1,95 0,033
"T" 4,2 1 4,2 0,0714
pipa 12 1 12 0,156
E-HR 2 32 0,013
"T" 3,6 1 3,6 0,0468
pipa 4 1 4 0,068
F-HR 2 1/2 50 0,017
"T" 4,2 1 4,2 0,0714
pipa 5 1 5 0,1225
HR- 4 207,85 0,0245
Evaporator- "T" 6,6 1 6,6 0,1617
HS-Pompa1&2
evaporator 4,5
Total Head Pompa 7,2
176
dari mesin penyegar udara ke lubang keluaran dalam suatu ruangan, dari lubang
penyegar udara, atau mengalirkan udara kotor untuk dibuang keluar ruangan.
perancangan saluran udara ada beberapa macam, antara lain metode gesekan
menggunakan metode gesekan sama. Dasar dari metode ini adalah besar rugi-
rugi gesek rata-rata per satuan panjang saluran udara yang telah ditentukan.
Nilai rugi-rugi gesek tersebut digunakan sebagai patokan ukuran saluran udara
pada bagian lainnya. Besar rugi-rugi gesek yang telah ditentukan biasanya
utama dari fan untuk mencegah suara bising akibat aliran udara.
Tidak berbeda jauh seperti pada saat menentukan ukuran pipa pada
sistem perpipaan, maka untuk menentukan besar ukuran saluran udara yang
dikeluarkan ke ruangan.
yang langsung dihembuskan oleh fan. Kecepatan udara ini dapat ditentukan
gesekan ini dapat ditentukan melalui Gambar 5.12. Rugi-rugi gesekan yang
saluran udara pada bagian lainnya. Dengan kata lain, semua saluran udara
Tabel 5.11 Recommended maximum duct velocity for low velocity system (FPM)
(Handbook of Air Conditioning System Design, Table 2)
CONTROLLING FACTOR CONTROLLING FACTOR - DUCT FRICTION
APPLICATION NOISE GENERATION Main Ducts Branch Ducts
Main Ducts Supply Return Supply Return
Residences 600 1000 800 600 600
Apartments
Hotel Bedrooms 1000 1500 1300 1200 1000
Hospital Bedrooms
Private Offices
Directors Rooms 1200 2000 1500 1600 1200
Libraries
Theatres
800 1300 1100 1000 800
Auditoriums
General Offices
High Class Restaurants
1500 2000 1500 1600 1200
High Class Stores
Banks
Averages Stores
1800 2000 1500 1600 1200
Cafetarias
Industrial 2500 3000 1800 2200 1500
179
Gambar 5.12 Friction loss for air flow in galvanized steel round ducts
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.21)
180
gedung Perpustakaan USD ini, dipilih ruang buku/baca pada lantai II sebagai
18TR yang akan ditanggung oleh 3 buah AHU. Dengan demikian kapasitas
Versa yang dapat dilihat pada halaman Lampiran. Dari data-data yang ada,
181
maka AHU yang dipilih adalah AHU Model VAH 075-W-DS10 dengan
kapasitas aliran udara masing-masing 2500 CFM. Karena ada 3 buah AHU,
Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bahwa untuk AHU1 (paling kiri), udara
pada ruang buku/baca lantai II, jumlah udara dingin yang dikeluarkan AHU1
Pada Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa ducting utamanya (main duct)
adalah saluran AHU-A.Dari Tabel 5.11 diketahui kecepatan aliran udara dalam
dengan kecepatan 1200 FPM. Dari Gambar 5.12, maka didapatkan rugi-rugi
gesek sebesar 0,1 in.w/100ft. Rugi-rugi gesek ini digunakan sebagai patokan
demikian diperoleh diameter ducting sebesar 19 in. Dari Gambar 5.13 dapat
A E
B C D
2 2 2 2
178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM
F G H I
2 2 2
178,6CFM 178,6CFM 178,6CFM
0,1in ⋅ w
Hf = × 6,6 ft = 0,0066in ⋅ w
100 ft
2
⎛ V ⎞
H f = C × Hr = C ×⎜ ⎟ …………………………………… (5.3)
⎝ 4000 ⎠
Dengan :
C : koefisien rugi-rugi
Loss nya menggunakan persamaan 5.3. Berdasarkan Tabel 5.13, maka nilai C
dapat diperoleh.
H 25 R 9,5
= = 1,92 = = 0,73
W 13 W 13
1 ft 2
A = 25in × 13in × 2
= 2,26 ft 2
144in
ft 3 1
V = 2500 × = 1106 ft / min
min 2,26 ft 2
2
⎛ 1106 ⎞
H f = 0,95 × ⎜ ⎟ = 0,07in ⋅ w
⎝ 4000 ⎠
185
Tabel 5.14 Hasil perhitungan Pressure Loss ducting pada AHU 1 lantai II
Panjang V Loss Coef Press Loss
Section Ducting
m ft ft / min C in.w
AHU-A lurus 2 6,6 0,0066
A belokan 1106 0,95 0,07
AF lurus 2 6,6 0,0066
F belokan 734 0,2 0,0067
Total Pressure Loss 0,09
BAB VI
semakin keras. Keadaan sirkulasi panas akan mengurangi suhu di ruangan yang
dikondisikan demikian juga konsumsi lisrik akan naik atau kebocoran gas akan
bertambah membuat unit AC tidak baik lagi untuk digunakan. Perbaikan akan
mahal dan kerusakan pada unit AC akan semakin besar. Untuk menghindari ini
diadakan perawatan secara tetap untuk menjaga unit AC agar bekerja dengan
baik.
Secara berkala, unit air cooled chiller pada setiap mengoperasikan baik
panel-panel AC MCCB harus posisi ON, tegangan listrik normal dan putaran
Beberapa hal berikut adalah cara yang tepat dan efektif untuk mengatasi
186
187
tekanan isap menjadi sangat rendah (vakum), harus dijaga agar udara
4. Debu : Sistem refigerasi harus bebas dari debu atau kotoran lain (karena
adanya kompresor).
bersih.
2. Pemakaian daya yang rendah dan biaya operasi yang lebih murah
dan alat keamanan harus diperiksa secara periodik. Kegiatan tersebut dinamai
dengan jelas).
(catatan tentang perawatan, catatan dari bagian yang sudah diganti atau
sebagainya).
penggantinya.
mesin pendingin air untuk mencegah terjadinya kerusakan, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Periksa dan bersihkan koil kondensor yang ada pada unit-unit tersebut
secara periodik.
2. Periksa dan kencangkan baut-baut / mur pada terminal blok dan kontaktor
3. Periksa tekanan freon yang ada pada pipa gas dan liquid penuh dan normal
7.1 Kesimpulan
Perpustakaan Pusat USD yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Kondisi udara
3. Mesin pendingin air (Water Chiller) yang akan digunakan adalah Water
Cooled Screw Chiller Model 110 ASC, yang merupakan produksi PT.
Metalindo Erabuana.
190
191
adalah Two Pipe Direct Return System sehingga air pendingin mempunyai
temperatur yang sama pada saat masuk ke setiap unit penyegar udara.
7.2 Penutup
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir
ini.
Penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun.
Demikianlah Tugas Akhir ini penulis buat dengan segala jerih payah
penulis. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca,
DAFTAR PUSTAKA
Holman, J.P. alih bahasa : Jasjfi. E. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga, 1995.
NN. Handbook of Air Conditioning System Design. New York : Mc Graw Hill inc.
York, 1981.
www.thermoq.biz
Katalog VERSA.