Diajukan Oleh :
Diajukan Oleh :
Sistem otomatisasi yang ada saat ini dapat diterapkan pada pengaturan dan
pengontrolan lift. Perlu diketahui bahwa bentuk serta kemampuan dari setiap lift
belum tentu sama dengan yang lain. Hal ini disebabkan spesifikasi lift sangat
sensor dan push button, sedangkan outputan berupa motor DC untuk bergerak ke
atas dan ke bawah. Perlu diketahui bahwa posisi lift pada saat awal berada pada
posisi terakhir lift sebelumnya. Lift akan bergerak menuju lantai yang memanggil
dan panggilan pertama yang akan diproses. Jika proses pertama belum selesai,
Diajukan Oleh :
Diajukan Oleh :
Panitia Penguji
Direktur
Segala puji dan syukkur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
Tugas akhir ini dibuat berdasarkan teori – teori yang didapatkan selama
pembimbing yang telah membantu dari awal hingga akhir pengerjaan tugas akhir
ini.
– tingginya kepada:
Penerbangan.
7. Para dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan
ini.
8. Ibunda Sri Utami, SPd dan ayahanda Mokhamad Arif Purwo Prastiyo,
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah
diberikan.
Penulis sadar bahwa sebenarnya tugas akhir ini masih belum sempurna
dan masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Saran, kritik, dan masukan baik dari
semua pihak sangat membantu penulis terutama untuk berbagai kemungkinan
manfaat yang sebesar – besarnya bagi semua pihak, khususnya teman – teman dan
berharap dari tugas akhir ini dapat dipetik manfaat di kemudian hari yang benar –
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAKSI…………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………. ii
MOTTO…………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
2.3. Mikrokontroler…….………………………………………... 12
2.4. Sensor………………….……………………………………... 28
2.5. Relay…………………………………………………………. 30
2.6.3. Resistor……………………………………………….. 38
2.6.4. Kapasitor……………………………………………… 42
2.6.5. Regulator……………………………………………… 46
3.3.4. Mikrokontroler………………………………………... 55
4.1. Mikrokontroler………………………………………………… 58
5.1. Kesimpulan…………………………………………………….. 63
5.2. Saran……………………………………………………………. 63
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 65
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
2.11. Relay...................................................................................... 31
2.12. Transformator........................................................................ 35
2.26a Charging………………………………………………………. 45
2.26b Discharging…………………………………………………… 45
Halaman
Tabel
Datasheet IC 78xx
Datasheet IC 4n25
BAB I
PENDAHULUAN
Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad ke
13, tenaga manusia dan hewan merupakan tenaga penggerak. Pada tahun 1850
telah diperkenalkan elevator uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi babak baru
dalam sejarah elevator, yaitu penemuan elevator yang aman pertama di dunia oleh
1857. Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya Charles dan Norton
Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah digunakan di gedung
connected geared pertama yang sangat sukses. Pada tahun 1903 Otis
yaitu elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti mengalahkan
usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya jaman
arsitektur – arsitektur tinggi, termasuk yang paling megah adalah Empire state dan
World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago, dan ON
Tower di Toronto.
Selama bertahun – tahun ini beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis
period control, sistem autotronik Otis dan multiple zoning. Otis adalah yang
dalam hal ini yaitu mengatur kecepatan dan arah putaran motor DC pada lift yang
berjumlah tiga tingkat. Aplikasi lift tiga tingkat ini dapat digunakan di bandara –
bandara dengan jumlah lantai lebih dari 1 atau tidak lebih dari 3 tingkat. Selain itu
juga bisa dipakai di rumah – rumah besar yang mungkin dihuni orang – orang tua
1.2.1. Bagaimana menentukan ketepatan dan kecepatan gerak miniatur lift pada
1.2.2. Bagaimana pembuatan software dan hardware yang dapat bekerja sinkron
dipertimbangkan.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas dan tidak menyimpang dari tujuan, maka
1.3.1. Sistem ini dirancang dengan jumlah lantai sebanyak tiga lantai dengan
1.3.6. Dalam melakukan kerja lift tersebut hanya melakukan satu perintah,
sehingga apabila ada perintah lain sebelum perintah pertama selesai maka
akan diabaikan.
pahaman dalam penafsiran yang menyimpang dari penelitian ini maka diperlukan
1.4.1. Bagaimana gambaran umum sistem kerja alat pengontrol gerak motor
pada lift?
1.4.2. Bagaimana cara pembuatan alat pengontrol gerak motor pada lift?
Dalam penulisan tugas akhir ini mempunyai maksud dan tujuan antara
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Diploma III jurusan
Penerbangan Surabaya.
1.5.1. Mengetahui gambaran umum tentang sistem kerja alat pengatur gerak
1.5.2. Mengetahui cara pembuatan alat pengatur putaran motor pada lift berbasis
mikrokontroler.
1.5.3. Mampu menghasilkan miniatur lift yang mampu bekerja secara efektif
berbasis mikrokontroler.
penelitian dengan mengadakan praktikum dan uji coba. Disamping itu juga
Sistematika dari penulisan tugas khusus ini terdiri dari lima bab, yang tiap
– tiap bab isinya saling berkaitan, berurutan, dan merupakan satu kesatuan.
BAB I PENDAHULUAN
diagram alur kerja rancangan, gambar, dan rangkaian serta cara kerja
rangkaian.
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Umum
Saat ini lift dibuat menggunakan motor listrik yang relatif lebih aman dan
gerakan lift menjadi lebih cepat dibanding menggunakan mesin uap seperti jaman
dulu. Berbagai macam tipe lift yang ada dewasa ini sebenarnya hanya didasari
oleh suatu prinsip penyeimbang, dimana berat dari suatu beban penyeimbang
sederhana adalah, lebih mudah bagi kita untuk mengangkat suatu beban
mendekati beban yang hendak kita angkat tersebut. Karena sistem kontrol
ketinggian gedung yang digunakan. Pada sistem geared atau gearless ( yang
menengah dan tinggi ), karena elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa
steel hoist ropes. Biasanya puli katrol dan sebuah bobot penyeimbang ( counter
weight ). Bobot kereta dan counter weight menghasilkan traksi yang memadai
antara puli katrol dan hoist ropes, sehingga puli katrol yang dapat menggulung
hoist ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan dan counter
weight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun.
biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan
menerima sinyal listrik dari kereta ini dipergunakan sebuah kabel multi wire untuk
menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive
sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi – gigi di kotak gigi yang
dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive sheave
rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol
panjang yang bergerak naik dan turun dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik
saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli sehingga mendorong piston
naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli. Aksi pengangkatan dapat bersifat
melalui rope ). Pada kedua cara tersebut pekerjaan pengangkatan yang dilakukan
oleh pompa motor ( energi kinetik ). Untuk mengangkat ke elevasi yang lebih
Transfer energi terjadi setiap kereta diangkat, ketika kereta diturunkan, energi
potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan naik
Motor arus searah ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga
listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik,
Dalam kehidupan kita sehari – hari motor DC dapat kita lihat pada motor
starter mobil, pada tape recorder, pada mainan anak – anak dan sebagainya.
Sedangkan pada pabrik – pabrik, motor DC kita jumpai pada traksi, elevator,
Prinsip dasar dari motor arus searah adalah jika sebuah kawat berarus
diletakkan antara kutub magnet ( U – S ), maka pada kawat itu akan bekerja suatu
gaya yang menggerakkan kawat itu. Arah gerak kawat itu bisa ditentukan dengan
garis – garis gaya yang keluar dari kutub utara menembus telapak tangan kiri dan
arus di dalam kawat mengalir searah dengan arah keempat jari, maka kawat itu
akan mendapat gaya yang arahnya sesuai dengan arah ibu jari.
Gambar 2.1 : Kaidah Tangan Kiri
Sumber : Mesin Arus Searah (Drs. Sumanto, MA, 1991)
2.2.2. Prinsip Kerja Motor DC
Prinsip kerja dari motor arus searah (DC) berdasarkan pada penghantar
yang membawa arus ditempatkan dalam satu medan magnet, maka penghantar
tersebut akan mengalami gaya. Gaya menimbulkan torsi yang akan menghasilkan
rotasi mekanik sehingga motor akan berputar. Jadi motor arus searah ini menerima
sumber arus searah dari jala – jala kemudian diubah menjadi energi mekanik
1. Adanya garis – garis gaya medan magnet (fluks), antara kutub yang berada di
stator.
2. Penghantar yang dialiri arus ditempatkan pada jangkar yang berada dalam
medan magnet.
ditempatkan dalam suatu medan magnet tergantung dari hal – hal berikut:
1. Kekuatan magnet.
magnetnya. Juga terdapat motor DC daya kecil yang mempunyai konstruksi rotor
khusus yaitu tanpa memakai besi atau yang biasa disebut moving coil motor atau
motor dengan lilitan berputar. Bagian – bagian dari konstruksi motor DC dengan
1. Sikat berfungsi untuk mensupply arus pada jangkar melalui komutator dan
2. Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak (diam). Stator dari motor
magnet.
3. Rotor adalah bagian dari motor yang bergerak (berputar). Rotor ini tersusun
dari dua bagian yaitu komutator yang berfungsi untuk membuat arah arus
jangkar mengalir dalam satu arah tertentu sehingga putaran motor juga searah
dan jangkar sebagai tempat membelitkan kabel – kabel jangkar, yang berfungsi
medan magnetnya dengan rotor yang mempunyai inti besi. Apabila medan stator
dari motor diperoleh dari magnet permanent, maka untuk membangkitkan medan
dan mempunyai gaya paksa yang sedemikian besarnya sehingga medan utama
praktis tidak terpengaruh oleh reaksi jangkar dari arus jangkar. Hal ini
2.3. Mikrokontroler
kompatibel dengan standar MCS-51 baik segi pemrograman maupun kaki tiap
yang sama dengan mikroprosesor yaitu untuk mengontrol kerja dari sistem.
masih ditambah lagi dengan perangkat lain, seperti ROM (Read Only Memory),
RAM (Random Acces Memory), PIO (Paralel Input Output), SIO (Serial Input
Output), counter, dan sebuah rangkaian clock. Mikrokontroler didesain dengan
instruksi – instruksi yang lebih luas dan 8 bit yang digunakan membaca data
instruksi dan internal memori ke ALU. Banyak instruksi yang digabung dengan
pin – pin pada chipnya. Pin tersebut adalah pin yang bisa diprogram
1. Memiliki 4 Kbyte downloadable flash memori yang dapat ditulis dan dihapus
4. Program bisa diproteksi, sehingga tidak dapat dibaca oleh orang lain.
3. Port 0 : Port 0 merupakan port I/O 8 bit 2 arah. Port ini digunakan sebagai
4. Port 1 : Port 1 merupakan port I/O 8 bit 2 arah yang dapat mengendalikan 4
beban TTL secara langsung. Setiap pin dapat berfungsi sebagai input maupun
output dan dapat bekerja baik untuk operasi byte maupun bit , tergantung
5. Port 2: Port 2 merupakan port I/O 8 bit 2 arah yang dapat digunakan sebagai
bus alamat tinggi selama adanya akses ke memori program atau memori data
6. Port 3: Port 3 merupakan port I/O 8 bit 2 arah. Port 3 selain mempunyai
fungsi I/O juga mempunyai fungsi khusus yang dapat dialamati per bit.
input
Port 3.3 INT1 B3h External interrupt 1
input
Port 3.4 T0 B4h Timer / counter 0 input
AT89S51.
8. ALE / PROG : ALE (Address Latch Enable) menghasilkan keluaran yang
saat pengambilan memori program eksternal maka pin ini mempunyai kondisi
low sehingga pin ini biasanya dihubungkan dengan pin output enable (OE)
10. EA (Enable Access) : Untuk AT89S51 pin tersebut harus dihubungkan dengan
12. XTAL2 : Keluaran dari penguat osilator. Kaki tersebut dihubungkan dengan
yang berbeda, yaitu memori program dan memori data. Pembagian itu
memori data digunakan sebagai tempat penyimpanan data – data yang sedang dan
EPROM. Lebar jalur alamat yang dapat diakses adalah 16 bit mulai alamat 0000h
AT89S51 juga dapat menggunakan memori program eksternal bila dirasa memori
program internal tidak cukup. Konfigurasi perangkat keras yang diperlukan untuk
ground, 16 jalur input /output (pada port 0 dan port 2) difungsikan sebagai alamat.
Port 0 mengeluarkan alamat rendah (A0 – A7) dari pencacah program (program
counter). Pada saat port 0 rendah, maka sinyal ALE akan menahan alamat pada
pengunci port 2 yang merupakan alamat tinggi (A8 – A15) yang bersama – sama
alamat rendah (A0 – A7) membentuk alamat 16 bit. Sinyal PSEN digunakan untuk
sebesar 128 byte. Dari jumlah tersebut, 32 byte terendah dikelompokkan menjadi
4 bank. Tiap – tiap bank terdiri dari 8 register. Pemilihan bank dilakukan melalui
memori yang dapat dialamati perbit. Memori ini dapat diakses langsung maupun
tak langsung.
dapat mengakses memori program eksternal. Lebar jalur alamat yang dapat
diakses adalah 16 bit, yaitu mulai alamat 0000h sampai FFFFh. Konfigurasi
Hanya saja sinyal PSEN tidak digunakan untuk membaca data, tetapi yang
digunakan adalah sinyal RD, sedangkan untuk penulisan digunakan sinyal WR.
agar dapat mengakses memori program luar. Saat mengakses memori luar
AT89S51 menggunakan port 2 untuk alamat tinggi. Sedangkan untuk byte alamat
rendah maupun data melalui port 0 secara multiplex. Sinyal ALE dipakai untuk
mengunci data alamat rendah ke memori luar, sehingga dapat dipisahkan dari
sinyal data. Sinyal PSEN aktif jika AT89S51 sedang membaca dari memori
program, sinyal RD dan WR aktif jika terjadi proses pembacaan dan penulisan dari
RAM data internal yang dimiliki oleh AT89S51 sebesar 128 byte yang
terdiri dari:
1. Register bank: terdapat 4 buah register bank. Setiap bank terdiri dari 8 buah
3. Stack: dapat ditemukan pada RAM data internal dengan jumlah stack sama
bagian atas memori data Attention internal. Wilayah SFR ini terletak pada alamat
80h sampai FFh. Pengalamatan harus secara khusus diakses secara langsung baik
secara bit maupun secara byte. Register khusus pada AT89S51 yaitu:
pengurangan.
3. PSW (Program Status Word): Register tersebut dari beberapa bit status yang
auxiliary bit, dua bit pemilih bank (RS0 – RS1), flag overflow, parity bit, dan
dua buah flag dapat dipilih untuk digunakan, semuanya bersifat addressable
yaitu:
dalam suatu alamat maupun RAM internal. Isi register ini ditambah sebelum
data disimpan, selama instruksi PUSH dan CALL. Pada saat register set SP
diinisialisasi pada alamat 07h sehingga stack akan dimulai pada alamat 08h.
5. DPTR: Terdiri atas dua buah register, yaitu register byte tinggi Data Pointer
High (DPH) dan register byte rendah Data Pointer Low (DPL). Fungsinya
6. Port 0 s/d Port 3: Port tersebut merupakan register untuk membaca dan
mengeluarkan data pada port 0, 1, 2, dan 3. Tiap – tiap register ini dapat
dialamati perbit atau per-byte. Setiap port terdiri dari 8 bit (totalnya 32 bit)
khusus untuk port 0 dan port 2 dapat digunakan sebagai jalur data dan alamat
Kb.
mengakses sistem interupsi. Register ini terdiri dari dua register khusus yaitu
register Interrupt Priority (IP) dan register Interrupt Enable (IE). Pengesetan
TH0 atau TH1 dalah pewaktu / pencacah.Sedangkan register TL0 atau TL1 bit
Mode 1 sama dengan mode 0, kecuali TL0 atau TL1 dikonfigurasikan sebagai
8 bit counter.
TH0 atau TH1 berisi bilangan yang akan diisikan ke TL1 atau TL0 setiap
kali overflow.
4. Mode 3
1. Gate: Bila gate = 1, pewaktu / pencacah ‘x’ enable hanya saat pin INTx tinggi
dan Trx = 1. Saat gate = 0, pewaktu / pencacah akan enable jika bit Trx = 1.
2. C/T: Jika bit C/T = 0, maka pewaktu / pencacah ‘x’ akan berfungsi sebagai
pewaktu. Jika C/T = 1, maka pewaktu / pencacah ‘x’ akan berfungsi sebagai
pencacah.
5. Port serial (bila pengiriman atau penerimaan satu frame telah lengkap)
Tiap sumber interrupt mempunyai alamat tertentu yang diawali pada 03h
dan seterusnya dengan selang 8 byte. Alamat awal dari tiap – tiap permintaan
interrupt ini terdapat dalam tabel. Saat terjadi, Central Processing Unit (CPU)
secara otomatis akan menuju subroutine pada alamat tersebut. Setelah interrupt
service routine selesai dikerjakan, CPU akan dibuat enable / disable dengan
mengatur bit – bit register IE. Bit – bit register IE adalah sebagai berikut:
Pengaturan prioritas ini dari interrupt request terdapat pada register IP.
Fungsi dari bit – bit pada register timer / counter control register (TCON)
2. TFx = 1 saat pewaktu / pencacah ‘x’ overflow dan TFx = 0 ketika interrupt
dilaksanakan.
4. Pada saat TRx ‘1’ atau ‘0’ maka pewaktu / pencacah ‘x’ aktif atau berhenti.
6. Bit IEx = 1, jika sisi turun dari interrupt luar ‘x’ terdeteksi dan akan 0 jika
interrupt terlayani.
8. Jika ITx = 1 atau 0 maka interrupt luar ‘x’ akan bekerja saat sisi jatuh atau taraf
rendah.
Fungsi – fungsi instruksi tersebut antara lain data transfer, logika, aritmatika, dan
control transfer. Semua fungsi instruksi tersebut merupakan kumpulan dari kode –
kode mesin untuk melakukan operasi – operasi umum yang melibatkan immediate
data, register, internal RAM, internal ROM, eksternal data memori dan eksternal
program memori.
bit parity. Operasi ini meliputi general purpose transfer, accumulator spesifik
memindahkan data antar operand, PUSH dan POP untuk memindahkan data ke
stack.
destination operand.
yang dapat langsung dieksekusi memiliki nilai 8-bit termasuk tanda (sign). Bit
overflow yang terdapat pada register PSW akan memberikan tanda untuk operasi
operasi penjumlahan 8-bit. Sebuah instruksi koreksi ke nilai BCD (Binary Code
accumulator.
Register PSW merupakan register yang sangat penting dalam operasi
aritmatika ini. Bit – bit yang terdapat pada register ini akan terpengaruh langsung
(DIVision).
Operasi logika dibagi menjadi dua bagian instruksi dasar yaitu single
(CLeaR), SETB (SET Bit), CPL (ComPLement), RL (Rotate Left), RLC (Rotate
Left with Carry), RR (Rotate Right), RRC (Rotate Right with Carry), SWAP
memiliki dua operand, contohnya adalah ANL (And Logic), ORL (OR Logic),
Terdapat tiga kelas yang termasuk ke dalam operasi kontrol transfer yaitu
unconditional calls, returns dan jumps, conditional jumps, dan interrupt. Semua
operasi kontrol transfer diperlukan pada saat kondisi – kondisi tertentu, dimana
melakukan transfer control dari alamat asal program counter ke alamat target
tanpa syarat lompatan. Instruksi ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun
CALL), RET (RETurn from subroutine), AJMP (Absolute JuMP), SJMP (Short
JuMP), JMP@A+DPTR.
kontrol dari alamat asal program counter ke alamat target dengan syarat lompatan
dan dilakukan secara langsung. Pada operasi ini alamat boleh melebihi -128 byte
ruang program memori untuk lompatan mundur dan +128 byte untuk lompatan
accumulator Not Zero), JC (Jump if Carry flag set), JNC (Jump if Not Carry flag
set), JB (Jump if Bit set), JNB (Jump if Not Bit set), JBC (Jump if Bit is set and
clear bit), CJNE (Compare Jump Not Equal), DJNZ (Decrement Jump Not Zero),
2.4. Sensor
Sensor adalah salah satu bagian dari suatu system dalam pengendalian
yang berfungsi sebagai penerima sinyal dan sinyal inilah yang akan digunakan
dalam berbagai macam pengendalian. Dan sensor mampu merubah dari besaran
fisis menjadi besaran elektrik agar dapat diolah oleh rangkaian transmitter
maupun controller. Karena controller tidak dapat langsung mengolah sinyal yang
untuk mendeteksi cahaya. Photodioda ini beroperasi pada mode bias mundur,
dimana arus bocor bias mundur meningkat sebanding dengan peningkatan level
cahaya. Semakin besar intensitas cahaya yang diterima photodioda, semakin besar
pula arus bocor yang mengalir pada sambungan pn photodioda. Pada umumnya
arus bocor yang dihasilkan dalam rentang mikro amper. Kelebihan photodioda
2.5. Relay
tegangan tinggi. Selain itu, umumnya tidak digunakan sebagai switching untuk
arus besar (>5 A). Dalam hal ini, punggunaan relay sangatlah tepat. Relay
Transistor berdaya kecil juga kadang kala membutuhkan relay sebagai saklar
tegangan tinggi. Relay akan aktif apabila ada input tegangan yang cukup pada
basis transistor.
Prinsip kerja dan fungsi relay sama dengan prinsip kerja dan fungsi dari
kontaktor hanya saja kemampuan dan daya hantar relay yang hanya dapat di aliri
arus kecil. Relay terdiri dari kumparan – kumparan, inti besi dan kutub saklar.
5 (lima) ampere.
(EMR). EMR adalah saklar magnetis. Relay ini menghubungkan rangkaian beban
(energise). Kontak normaly Close akan tertutup apabila kumparan tidak diberi
biasanya digambarkan sebagai kontak yang tampak dengan kumparan tidak diberi
daya. Sebagian besar relay kontrol mesin mempunyai beberapa ketentuan untuk
pengubahan kontak normally open menjadi normally closed, atau sebaliknya. Itu
Secara karakteristik dan rangkaian dapat kita lihat berapa arus, tahanan
persamaan :
V1 = I 1 x R1
Sumber catu daya dari relay terdiri atas dua jenis yaitu:
Standar tegangan untuk relay DC adalah 6, 12, 24, 48, dan 100 (Volt).
Kinerja relay DC lebih mantap karena kecepatan switching relay DC lebih rendah
(Volt) dengan frekuensi 50 atau 60 (Hz). Pada alternating current, panas dapat
terjadi pada kumparan inti besi. Untuk catu daya tegangan yang lebih rendah dari
tegangan minimum yang diijinkan akan terjadi desah dan kinerjanya tidak stabil.
coil) untuk menunda variasi fluks magnetik sehingga didapat kinerja yang sama
dengan deret magnet DC. Adanya tegangan drop dari eksitasi merupakan salah
Untuk sumber daya arus searah (DC) lebih stabil artinya pada coil tidak
terjadi getaran karena sumber DC tidak dipengaruhi oleh adanya frekuensi. Pada
relay DC ini, kontaknya tidak bergetar sehingga mempunyai usia pakai lama.
Untuk sumber daya arus bolak – balik (AC) kurang stabil sehingga terjadi
chattering atau getaran pada kontaknya karena sumber catu daya AC pada coil
frekuensi ini pada sumber daya kontrolnya maka usia pakai contact (baik NO atau
NC) relay AC tidak untuk waktu yang cukup lama atau cepat aus.
Gangguan utama yang sering terjadi pada relay yaitu lemahnya contact.
Hal ini disebabkan oleh berubahnya bentuk contact, tingginya resistansi film
permukaan contact dan tidak stabilnya tegangan catu. Tahanan film yang tinggi
dibuat dengan reaksi kimia dari perak dengan hidrogen terlarut ke dalam atmosfer,
dimana film ini mekaniknya lemah. Hal ini tidak menjadikan masalah untuk relay
– relay besar seperti kontaktor, tapi kadang – kadang membuat masalah untuk
relay – relay kecil. Jika dikarenakan oleh bunga api listrik diantara contact bila
dibuka atau ditutup. Bergantung pada tempat dan keadaan udara dimana relay
digunakan. Selain itu juga timbulnya getaran (chattering) yang disebabkan oleh
searah (Direct Current / DC). Penggunaan baterai sebagai sumber catu daya DC
dinilai kurang efektif dikarenakan daya yang dimiliki oleh baterai hanya mampu
digunakan dalam waktu beberapa saat (tidak tahan lama) dan harganya relative
mahal. Satu – satunya sumber daya yang mudah didapat dan paling murah adalah
tegangan listrik dari jaringan PLN sebesar 220 Volt dengan frekuensi antara 50 –
60 Hz.
/ AC), karena itu agar dapat mencatu piranti elektronik yang membutuhkan
bolak – balik menjadi tegangan searah yang dinamakan rangkaian penyearah yang
tidak mengurangi tegangan DC-nya ketika arus beban yang lebih besar dialirkan
dari pencatu daya ini. Beberapa komponen penunjang pada rangkaian ini akan
Digunakan untuk menurunkan tegangan bolak – balik (AC) dari jala – jala
listrik 110 V atau 220 V pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang
2.6.2. Dioda
Dioda adalah semi konduktor tipe-p dan tipe-n yang disusun secara seri.
Dioda mempunyai elektroda positif yang disebut anoda dan elektroda negative
yang disebut katoda. Bahan semi konduktor yang banyak digunakan yaitu bahan
dapat mengalir dari arah sebaliknya. Pada saat anoda diberi tegangan positif dan
katoda diberi tegangan potensial negatif, maka pada saat ini dioda mendapat
tegangan maju atau ( forward bias ). Sebaliknya, pada saat anoda diberi tegangan
negatif dan katoda diberi tegangan positif maka pada saat ini dioda mendapat
positif, sehingga digunakan untuk membangkitkan arus yang besar, tetapi mulai
dari tegangan ambang arusnya sudah naik dengan cepat. Tegangan ambang atau
tegangan jika dilakukan pengukuran pada dioda silikon 0,6-0,7 Volt dan tegangan
yang terjadi akan semakin besar dan menyebabkan arus yang mengalir menjadi
lebih kecil. Pada saat ini dioda dapat dikatakan dalam kondisi “ Break Down “
( terbuka ). Dalam keadaan seperti ini jika kedua kutubnya dilakukan pengukuran
tegangan maka akan terdapat nilai yang mendekati sama dengan nilai tegangan
yang diberikan.
Gambar 2.15a : Forward Bias
Untuk menyearahkan tegangan tersebut maka dioda harus dipasang secara bridge
dibawah ini.
negatif dan positif keluarannya akan rata menjadi searah. Pada penyearah
gelombang, semakin kecil factor ripplenya maka akan semakin baik tegangan DC
yang dihasilkan.
2.6.3. Resistor
menahan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik. Resistor disusun dari
kawat yang mempunyai nilai hambatan tinggi (nikelin), adapula resistor yang
terbuat dari keramik ataupun lapisan karbon. Resistor mempunyai besaran yang
disebut resistansi. Jika dua buah kabel dihubungkan pada ujung - ujung resistor
dan diberikan beda potensial maka akan timbul arus listrik yang mengalir pada
resistor tersebut. Besarnya arus yang mengalir pada resistor tergantung pada nilai
resistansi dan beda potensialnya. Apabila ada perbedaan gaya listrik diantara
ujung- ujung resistor maka disebut beda potensial/ tegangan drop resistor.
berikut :
V= I x R
Secara garis besar resistor terdiri dari 2 jenis resistor yaitu resistor dengan
nilai resistansi tetap dan resistor dengan nilai resistansi dapat berubah – ubah
tetap, biasanya dapat diketahui dengan membaca kode-kode warna yang dicetak
pada badan resistor. Sedangkan resistor variable mempunyai nilai yang bervariasi
Hitam 0 1
Coklat 1 10 1%
Merah 2 100 2%
Jingga 3 1.000
Kuning 4 10.000
Hijau 5 100.000
Biru 6 106
Violet 7 107
Abu- 8 108
Putih 9 109
Emas - 0.1 5%
Perak - 0.01 10%
Tanpa - - 20%
Sumber: www.electroniclab.com
Apabila suatu saat kita membutuhkan nilai resistor yang tidak tersedia di
secara seri atau pararel untuk mendapatkan resistansi yang kita inginkan.
bentuk seri maupun parallel, dimana hubungan ini diperlukan sesuai dengan
Hubungan Seri
Gambar 2.21 : Hubungan Seri
Rtotal = R1 + R2 + R3 + …… + Rn
I R1 = I R2 = I R
Hubungan Paralel
1 1 1 1 1
......
Rtotal R1 R 2 R3 Rn
Axial-lead carbon resistor. Dimana besar harga satuan ohmnya dapat ditunjukkan
2.6.4. Kapasitor
saling berhadapan yang dipisahkan oleh bahan dielektrikum, antara lain udara,
gelas, kertas dan sebagainya. Sifat utama kapasitor adalah menyimpan muatan
listrik sebesar satu coulomb pada saat digunakan tegangan sebesar satu volt.
Q
Rumus kapasitansi : C =
E
Keterangan : C = Kapasitansi ( farad )
Q = Muatan ( coulomb )
E = EMF ( volt )
Adapun jenis dari kapasitor sama dengan pada resistor yaitu kapasitor
1. Variable capasitor
2. Fixed capasitor
Fixed capasitor adalah kapasitor yang mempunyai nilai kapasitansi tetap tidak
Proses Discharging
Apabila kapasitor yang baik maka beda potensial atau muatan yang
terkandung dapat mencapai nol. Pada saat saklar terhubung ke posisi atas, maka
akan terjadi aliran elektron yang ada pada kapasitor melalui tahanan resistor R2
dan hal ini akan berlangsung terus hingga beda potensial antara kedua plate
Proses Charging
bebas pada kedua plat. Jika saklar dihubungkan maka muatan positif battery akan
menarik elektron bebas yang ada di plat bagian atas dan mengakibatkan plat
bagian atas terisi muatan positif saja. Selanjutnya elektron bebas yang ada pada
terminal negatif battery mengalir ke bagian bawah. Hal ini berlangsung terus
hingga terjadi perbedaan potensial antara kedua plat tersebut menjadi sama
dengan tegangan battery dan barulah tidak terdapat aliran elektron bebas dalam
rangkaian tersebut. Jika saklar dibuka kembali, maka kapasitor akan tetap
mempunyai kondisi beda potensial antara plat yang atas dan yang bawah.
ataupun paralel di dalam suatu rangkaian listrik, sehingga mendapatkan nilai atau
1 1 1 1
....... Ct = C1 + C2 + …..+ Cn
Ct C1 C 2 Cn
2.6.5 Regulator
a.)
b.)
Komponen ini sudah dikemas ke dalam IC regulator tegangan tetap yang biasanya
sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu
(thermal shutdown). Jenis IC regulator tegangan tetap yang sering dipakai adalah
jenis 78xx atau 79xx. IC regulator 78xx menghasilkan output tegangan dengan
negatif.
bias bekerja, tegangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya.
Biasanya tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada dalam data
Proses rancangan dan pembuatan miniature lift ini terbagi atas dua bagian
yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras
meliputi kerangka lift, sangkar lift (box), rangkaian sensor, rangkaian catu daya,
dan rangkaian pengendali gerak motor DC. Sedangkan perangkat lunak yang
Secara global pembuatan alat ini dapat dilihat pada blok diagaram
berikut:
a. Input
Pada sistem ini inputan yang akan masuk pada proses yang akan
dilakukan oleh mikrokontroler berupa saklar atau sensor – sensor, dan push
button. Pada pembuatan miniatur lift ini untuk memberikan inputan pada
berada. Pada setiap lantai terdapat sensor photo dioda, apabila kondisi sensor
tiap lantai aktif maka akan menunjukkan posisi sangkar lift berada dan alamat
tujuan panggilan.
lantai berapa yang diinginkan oleh penumpang. Pada setiap lantai terdapat
tombol panggil arah ke atas dan ke bawah serta tujuan lantai yang
dikehendaki.
b. Proses
Pada seluruh proses pengaturan dan pengontrolan motor DC pada lift ini
gerakan diatas berdasarkan data – data masukan yang berupa sensor posisi dimana
letak lift tersebut berada, tombol tujuan berupa push button pada lantai berapa
yang dikehendaki, tombol panggilan ke arah mana atas atau bawah lantai tujuan
c. Output
menggerakkan motor DC. Pada tugas akhir ini motor berfungsi untuk
menggerakkan sangkar lift ke atas dan ke bawah. Gambaran sederhana cara kerja
sistem adalah lift akan bergerak jika ada penekanan tombol panggilan, dimana
posisi lift berada pada lantai pemakai terakhir. Hal ini berlaku hanya pada saat
pertama kali lift akan digunakan, sehingga lift akan bergerak dari lantai pemakai
terakhir dan berhenti di lantai tombol panggil yang ditekan. Dengan penekanan
tombol tujuan maka lift akan bergerak menuju tempat sesuai tombol yang dituju.
Maka apabila telah sampai, lift akan berhenti di tempat tersebut atau bergerak ke
konstruksi alat yang akan dibuat, serta bagian – bagian yang terdapat di dalamnya.
Dalam hal ini lift dengan sistem pengaturan dan pengontrolan berbasis
mikrokontroler. Sistem mekanik ini dibuat dengan menyesuaikan fungsi dari lift
itu sendiri.
Kerangka miniatur lift ini terbuat dari besi siku ukuran 3x3 (cm), dimana
kerangka lift ini terdiri dari tiga lantai. Untuk pembuatan kerangka lift ini
diperlukan besi siku dengan panjang 50 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 150 cm.
Variasi terhadap desain kerangka lift tidak terbatas, hal ini tergantung
Sangkar lift berbentuk persegi panjang yang bergerak naik turun dalam tabung
lift. Desain yang digunakan terbuat dari besi kipas yang dibentuk persegi.
Pada keadaan sebenarnya ukuran luas sangkar lift untuk setiap
setiap penumpang diperhitungkan seberat 70 Kg. Pada pembuatan sangkar lift ini
tidak diperhitungkan berat dan tingginya. Ukuran dari sangkar lift ini adalah
panjang, lebar, dan tinggi. Perlu diketahui bahwa kecepatan angkat ditentukan
oleh tinggi dari konstruksi lift dan jarak perhentian. Kecepatan yang tinggi
Pembuatan catu daya untuk sensor sangat berguna sebagai inputan, disini
mikrokontroler itu sendiri. Power supply atau catu daya yang dipakai pada alat ini
ada dua buah yaitu sebesar 5 Volt dan outputan sebesar 0 – 12 Volt. Catu daya
sebesar 5 Volt digunakan untuk tegangan kerja sensor dan mikrokontroler itu
ke atas dan ke bawah. Hal ini dibuat agar gerak dari motor UP dan DOWN dapat
Untuk sensor dibutuhkan sebanyak tiga buah sensor photo dioda yaitu
untuk mendeteksi letak sangkar lift berada. Setiap lantai terdapat satu sensor
photo dioda.
Gambar 3.3 : Rangkaian Sensor
Sumber : Hasil Olah Peneliti
Pada tugas akhir ini motor DC yang kami gunakan adalah motor DC
dengan magnet permanent. Motor ini merupakan bagian utama dari semua
komponen atau peralatan yang dibuat. Motor ini bekerja untuk melakukan putaran
forward untuk menarik sangkar lift ke atas. Sedangkan putaran reverse untuk
menurunkan sangkar.
Untuk sistem gerak motor DC dengan arah yang berlawanan dari arah
motor DC ini dihubungkan dengan relay yang dipasang pada rangkaian driver.
dari sensor tiap lantai maupun dari input user. Apabila tegangan melebihi nilai
diatas akan menyebabkan kerusakan pada motor. Namun apabila tegangan kurang
supply, akibatnya motor akan berhenti berputar. Adapun rangkaian driver yang
Relay yang dipakai adalah relay elektronik DC 12 Volt dua buah, dengan
pertimbangan relay jenis ini mudah didapatkan di pasaran dan bentuknya kecil
untuk pembalik arah putaran motor dengan mengubah polaritasnya. Pada saat
relay tidak mendapatkan supply, tegangan kontak relay 1 dan relay 2 berada pada
kondisi normally open (NO) sehingga motor masih belum berputar. Ketika ada
inputan tegangan dari titik A sebesar 28 Volt, maka relay 1 akan terkontak
sehingga motor berputar. Motor akan terus berputar selama mendapat inputan dari
28 Volt pada relay 2 yaitu pada titik B. Seperti pada relay 1, relay 2 akan
polaritas tegangan.
Gambar 3.5 : Hubungan Antar Relay
Sumber : Teknik Kontrol Automatik (Benjamin C. Kuo, 1995)
3.3.4. Mikrokontroler
Resistor dan kapasitor yang dipasang pada reset bernilai 10 K Ohm dan 10 mikro
t = RC
= 104.10.10-6 s
= 0,1 s
Diagram Flowchart
apakah sistem yang telah dibuat sudah sesuai dengan apa yang direncanakan atau
4.1. Mikrokontroler
untuk membaca tombol yang ditekan, untuk membaca output dari sensor yang
digunakan sebagai indikator lantai, dan juga sebagai sinyal kontrol untuk
Dari data diatas didapat bahwa lift tidak mengalami perubahan kecepatan
Dari data diatas didapat bahwa lift tidak mengalami perubahan kecepatan
Pengujian pada sistem perangkat keras berorientasi pada catu daya yang
digunakan.
4.4.1. Pengujian Power Supply
Pada pengukuran ini digunakan multimeter merk VIP VP-78. Hasil dari
Kumparan Primer:
V = 220 Volt
I = 2,5 Ampere
Kumparan Skunder:
V = 6,2 Volt
I = 2,5 Ampere
V = 7,8 Volt
I = 2,5 Ampere
V = 9 Volt
I = 2,5 Ampere
V = 12 Volt
I = 2,5 Ampere
yang kluar dari lilitan sekunder transformator tidak tepat seperti label yang tertera
perbandingan lilitan tidak akurat, adanya kerugian arus bocor, dan mutu dari
bahan yang digunakan seperti konduktifitas dari tembaga serta inti besi
transformator.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan tugas akhir ini dapat diambil kesimpulan bahwa
unjuk kerja sistem setelah dilakukan pengujian dan pengukuran adalah sebagai
berikut:
1. Alat ini mempunyai sensor posisi untuk mendeteksi keberadaan sangkar lift
sensitivitas yang sangat peka. Sistem lift dapat mengangkat beban dengan
2. Gerakan motor DC pada waktu gerak naik atau turun dapat diatur dengan
5.2. Saran
lift berbasis mikrokontroler ini menjadi lebih sempurna dan handal dibutuhkan hal
efektif dan efisien dengan variasi yang berbeda, serta pemakaian sensor posisi
tiap lantai yang lebih peka yaitu dengan cara menutup atau melindungi sensor
Penulis sangat menyadari bahwa alat yang dibuat ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis berharap hasil diatas dapat dikembangkan sehingga
DAFTAR PUSTAKA
2004.
Yogyakarta, 1995.
www.atmel.com
www.electroniclab.com
www.datasheet4u.com
RIWAYAT HIDUP
Januari 1987, putra pertama dari Mokhamad Arif Purwo Prastiyo dan Sri Utami.
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Mojotrisno 1 tahun
Mojoagung tahun 2001, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Jombang
tahun 2004.