TUGAS AKHIR
Dikerjakan Oleh:
INDRA PARDAMEAN PARINDURI
080424018
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat serta salam kepada pemilik
pribadi mulia Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang
membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Adapun judul yang diajukan adalah “Analisis Daya Dukung Pondasi dan
dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
1. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT, selaku dosen pembimbing utama yang telah
4. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
5. Bapak Ir. Syahrizal, MT; selaku seketaris Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara;
Pendidikan Ekstension;
Teknik Sipil yang telah mendidik dan membina penulis sejak awal hingga
akhir perkuliahan;
8. Pimpinan dan seluruh Staff PT. PP, sebagai Pelaksana proyek yang telah
atas seluruh bantuan, dukungan, do’a dan pengorbanan yang tidak terhingga
kepenulis selama ini. Begitu juga abang, kakak serta adik yang telah memberi
seni kehidupan dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis untuk
teman lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah memberikan
untuk itu penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis
Penulis,
Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum
digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah
keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang letaknya cukup dalam
didalam tanah. Untuk menghitung kapasitas tiang, terdapat banyak rumus yang
digunakan. Hasil masing – masing rumus tersebut menghasilkan nilai kapasitas
yang berbeda – beda.
Tujuan dari Tugas Akhir ini untuk menghitung dan menganalisis daya
dukung tiang pancang pada proyek pembangunan gedung pendidikan dan
prasarana serta sarana pendukung politeknik negeri medan. Dimana menghitung
daya dukung tiang berdasarkan data lapangan yaitu data sondir, data SPT, dan
data manometer. Menghitung gaya lateral ijin. Menghitung daya dukung
kelompok tiang berdasarkan nilai effisiensi, Serta menghitung penurunan tiang.
Hasil perhitungan daya dukung pondasi terdapat perbedaan nilai, baik
dilihat dari penggunaan metode perhitungan Mayerhof Qu= 408,64 ton, metode
Aoki De Alencer Qu = 201,56 ton untuk data sondir, metode Mayerhoff Qu =
201,09 ton untuk data SPT dan manometer Qu = 209,50 ton, pada alat hydraulic
jack. Dari hasil perhitungan daya dukung tiang pancang, lebih aman memakai
perhitungan dari hasil data manometer pada alat hydraulic jack karena lebih
aktual.
Kata kunci : pondasi tiang, daya dukung tiang
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
ABSTRAK……………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..x
DAFTAR NOTASI……………………………………………………………...xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan…………………………………………………………….4
1.3. Maanfaat…………………………………………………………..4
Jack Manometer…………………………………………..51
sentris……………………………………………………55
eksentris………………………………………………….56
4 . 1 . M e n g h i t u n g K a p a s it a s D a ya D u k u ng T i a n g P a n c a n g
4 . 2 . M e n g h i t u ng K a p a s i t a s D a ya D u k u ng T i a ng P a n c a n g
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………114
5.2. Saran………………………………………………………………..116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel Halaman
4.1. Perhitungan daya dukung ultimate dan ijin tiang pancang ( S-1 )…………88
Gambar Halaman
2.19. Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y…………………...57
D = Diameter tiang.
xi = Jarak tiang pancang terhadap titik berat tiang kelompok pada arah X (m)
yi = Jarak tiang pancang terhadap titik berat tiang kelompok pada arah Y (m)
c = Kohesi
k1 = Modulus subgade
d = Diameter tiang.
Cu = Kohesi Undrained
p = Keliling tiang
tiang.
L = Panjang tiang (m )
tiang.
Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum
digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah
keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang letaknya cukup dalam
didalam tanah. Untuk menghitung kapasitas tiang, terdapat banyak rumus yang
digunakan. Hasil masing – masing rumus tersebut menghasilkan nilai kapasitas
yang berbeda – beda.
Tujuan dari Tugas Akhir ini untuk menghitung dan menganalisis daya
dukung tiang pancang pada proyek pembangunan gedung pendidikan dan
prasarana serta sarana pendukung politeknik negeri medan. Dimana menghitung
daya dukung tiang berdasarkan data lapangan yaitu data sondir, data SPT, dan
data manometer. Menghitung gaya lateral ijin. Menghitung daya dukung
kelompok tiang berdasarkan nilai effisiensi, Serta menghitung penurunan tiang.
Hasil perhitungan daya dukung pondasi terdapat perbedaan nilai, baik
dilihat dari penggunaan metode perhitungan Mayerhof Qu= 408,64 ton, metode
Aoki De Alencer Qu = 201,56 ton untuk data sondir, metode Mayerhoff Qu =
201,09 ton untuk data SPT dan manometer Qu = 209,50 ton, pada alat hydraulic
jack. Dari hasil perhitungan daya dukung tiang pancang, lebih aman memakai
perhitungan dari hasil data manometer pada alat hydraulic jack karena lebih
aktual.
Kata kunci : pondasi tiang, daya dukung tiang
PENDAHULUAN
sangat besar fungsinya pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi didefinasikan
sebagai bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat
bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang
disekitarnya.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam
penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul
dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas.
Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur
atas kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi
tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua)
jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi
tergantung kepada jenis struktur atas apakah termasuk konstruksi beban ringan
ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi
untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah pilihan yang
tepat.
dangkal. Untuk hal ini penulis mencoba mengkonsentrasikan Tugas Akhir ini
pada perencanaan pondasi dalam, yaitu Pondasi tiang pancang. Pondasi tiang
pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk
menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah
kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative
cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh
dari daya dukung ujung ( end bearing capacity ) yang diperoleh dari tekanan
ujung tiang, dan daya dukung geser atau selimut ( friction bearing capacity ) yang
diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancangdan tanah
disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi
bahan ada tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja,
dan tiang pancang kayu. Dari segi penampang, tiang pancang bujur sangkar,
segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk spesifik. Dari
segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop hammer),
lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Sudut kemiringan yang dapat dicapai
perencanaannya.
telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau
telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.
tersebut.
permukaan air melaui air dan kedalam tanah yang mendasari air
1.2. Tujuan
a. Menghitung daya dukung pondasi tiang pancang dari hasil Sondir, SPT
Manometer.
1.3. Manfaat
permasalahan yang dapat ditinjau dan dibahas, maka didalam Penulisan Tugas
Akhir ini sangatlah perlu kiranya diadakan suatu pembatasan masalah. Yang
tujuan semula. Walaupun demikian, hal ini tidaklah berarti akan memperkecil arti
Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat
mengumpulkan data yang mendukung agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
a. Metode observasi
Medan.
b. Pengambilan data
sondir, hasil SPT (Standart Penetration Test), data hasil Bacaan Jack
terdiri dari 5(lima) bab, uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut :
Bab I: Pendahuluan
pancang dari hasil Sondir, hasil SPT (Standart Penetration Test) , dan
Medan , Data teknis tiang pancang, Cara analisis, lokasi titik sondir, SPT
TINJAUAN PUSTAKA
tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang
bekerja padanya (Sardjono, H. S., 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai
daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang
bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman
lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Sudut kemiringan yang dapat dicapai
oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
perencanaannya.
telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau
telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.
tersebut.
permukaan air melaui air dan kedalam tanah yang mendasari air
dalam perhitungan daya dukung tanah pondasi. Daya dukung tanah sangat
berpengaruh pada bentuk dan dimensi pondasi serta sistem perbaikan tanah agar
yang berfungsi untuk meneruskan badan konstruksi atas (upper structure) yang
harus kuat dan aman untuk mendukung beban dari konstruksi atas (upper
lekat (skin friction) yang di peroleh dari hasil pengujian sondir, jenis dan sifat
tanah dari pengujian pengeboran tanah pondasi serta dari hasil pengujian
Laboratorium yang digunakan dalam perhitungan daya dukung pondasi dan cara
perbaikan tanah.
sondir type Dutch Cone Penetration yang mempunyai konus seluas 10 cm2, sudut
lancip kerucut 60o untuk mengukur perlawanan ujung, dan dilengkapi mantel
(sleave) yang berdiameter sama dengan konus dan luas selimut 100 cm2, untuk
mengukur lekatan (friction) dari lapisan tanah. Alat ini digunakan dengan cara
terus diukur.
Dilihat dari kapasitasnya, alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu sondir ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan digunakan
untuk mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm², atau kedalam maksimal 30 m,
dipakai untuk penyelidikan tanah yang terdiri dari lapisan lempung, lanau dan
pasir halus. Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm² atau
Keuntungan utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan
pemboran tanah untuk penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT,
dengan alat sondir sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan
langsung ataupun untuk uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah
untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang
tersebut. Jadi pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan
geser dari tanah dapat dibaca secara terpisah. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
lekatnya kecil;
dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan
tanah dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan
luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
yang dinyatakan dalam gaya per satuan panjang. Dari hasil sondir diperoleh nilai
A
HL ( JP PK ) x ..................................................................................... (2.1)
B
JHL i 0 JHL
n
........................................................................... (2.2)
dimana :
tanah terhadap kedalaman. Hasil akhir dari pengujian sondir ini dibuat dengan
menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs) terhadap
tiang, maka diperlukan harga kumulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu
kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan
jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah,
ujung (qc), gesekan selimut (fs) dan ratio gesekan (fR) terhadap kedalaman tanah.
daya dukung tanah secara langsung di lokasi. Metode SPT merupakan percobaan
dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan memasukkan tabung
massa pendorong (palu) seberat 63, 5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760
mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan tabung sampel sedalam
Tujuan dari percobaan SPT ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif
lapisan tanah dari pengambilan contoh tanah dengan tabung sehingga diketahui
jenis tanah dan ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk
menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasa sulit dia mbil
1. Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor,
penumbuk;
4. Berikan tanda pada batang peluncur setiap 15 cm, dengan total 45 cm;
(N value);
Contoh : N1 = 10 pukulan/15 cm
N2 = 5 pukulan/15 cm
N3 = 8 pukulan/15 cm
gangguan;
ke dalam botol tanpa dipadatkan atau kedalaman plastik, lalu ke core box;
langsung seperti :
(Gambar 2.2a).
b. Pondasi dalam
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:
E., 1991).
(a) (b)
(c)
(d) (e)
Gambar 2.2. Macam-macam tipe pondasi: (a) Pondasi memanjang, (b) Pondasi
telapak , (c) Pondasi rakit, (d) Pondasi sumuran, (e) Pondasi tiang
(Hardiyatmo, H. C.,1996)
cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.
strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, J. E., 1991),
antara lain :
Tiang pancang kayu dibuat dari kayu yang biasanya diberi pengawet dan
dipancangkan dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Tapi
biasanya apabila ujungnya yang besar atau pangkal dari pohon di pancangkan
untuk tujuan maksud tertentu, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana
tanah tersebut akan kembali memberikan perlawanan dan dengan ujungnya yang
tebal terletak pada lapisan yang keras untuk daya dukung yang lebih besar.
Tiang pancang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang
pancang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh dibawah muka air
tanah dan tiang pancang kayu akan lebih cepat rusak apabila dalam keadaan
obat pengawet pada kayu hanya akan menunda dan memperlambat kerusakan dari
kayu, dan tidak dapat melindungi kayu dalam jangka waktu yang lama.
didukung oleh tiang pancang kayu, maka puncak dari pada tiang pancang kayu
tersebut diatas harus selalu lebih rendah dari pada ketinggian dari pada muka air
untuk menahan muatan lebih tinggi 25 sampai 30 ton untuk satu tiang.
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang pancang ini
1991), yaitu:
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang setelah cukup keras
kemudian diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan
praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri beton besar, maka
tiang pancang ini harus diberikan penulangan yang cukup kuat untuk menahan
momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk
setiap tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya. Precast
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi
Gambar 2.3 Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, J. E., 1991)
Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang beton
yaitu dengan menarik besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan setelah beton
mengeras seperti dalam (Gambar 2.5). Untuk tiang pancang jenis ini biasanya
dibuat oleh pabrik yang khusus membuat tiang pancang, untuk ukuran dan
Gambar 2.4 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, J. E., 1991)
c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara
dengan beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas.
tanah.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
tekstur tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban
tanah.
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oksigen maka akan
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja
tersebut dengan ter ( coaltar ) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” (
bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan
bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di
atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.
Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah
permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui
bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini
diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.
pancang kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah muka air tanah
yang terendah.
b. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam
ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai
Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini
memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur
tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan
padat casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi
ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core diujung
atas shell.
Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang
pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
dan beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi
dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur
Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place
concrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalau digunakan tiang composit
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembli.
hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan
casing ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan
tanah atau pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang
Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini
pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari
baja.
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa
baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah
keras. Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang franki bias.
pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer
sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton
seperti bola.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan
besar, yaitu :
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam
acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dari :
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
1. Cara penetrasi alas, yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
2. Cara penggalian, cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang
masih sangat sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal ini dapat
dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya
bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih
canggih.
pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau
diperlihatkan dalam Gambar 2.7a sampai dengan 2.7d. Pada gambar terebut
Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat
ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang.
sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil
Pemukul aksi tunggal berbentung memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan
oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram
(a) (b)
Gambar 2.7 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting
hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c)
Pemukul diesel (diesel hammer), (d) Pemukul getar (vibratory
hammer) (Hardiyatmo, H. C., 2006)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan
bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan
(Gambar2.7c).
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
telah mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom, China dan New
Zealand.
Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel
dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut
ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak
tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang (grip) tiang, kemudian
tiang ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara
kontiniu ke dalam tanah, tanpa suara, tanpa pukulan dan tanpa getaran.
dua sisi tiang menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi
dan akurat. Ukuran diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan besar
balok beton atau plat – plat besi pada dua sisi bantalan alat yang pembebanannya
Keunggulan teknologi hidrolik sistem ini yang ditinjau dari beberapa segi,
1. Bebas getaran
pabrik atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang
menggunakan bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara
pukulan pancang (seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan
jacking system, daya dukung setiap tiang dapat diketahui dan dimonitor
ekstra penahan impack pada kepala tiang pancang seperti pada tiang
Dengan tinggi alat yang relatif rendah, hydraulic jacking system ini dapat
digunakan pada basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas,
lokasi kerja.
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang
yang ditekan, maka hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat
pemancangan;
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 320 ton dan saat
permukaan tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut
pekerja;
pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman,
Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat
tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus
hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak
diinginkan.
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
B. Proses Pemancangan
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
penyusunan tiang pancang, baik itu dari pabrik ( PT. Wika Beton ) ke trailer
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang
pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah
dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat
yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat
bantalan
kepala tiang
permukaan tanah
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap
adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
-
+
Diagram Lintang
Diagram Momen
2. Toleransi
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas
lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah
tiang.
(a) (b)
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini
tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya
CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat
pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang
pancang.
dimana :
ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (q b) diperoleh
sebagai berikut :
qca (base)
qb = ............................................................................. …(2.4)
Fb
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
s
F = qc (side) ........................................................................... …(2.5)
Fs
dimana :
tiang.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs
αs
Tipe Tanah Tipe Tanah αs (%) Tipe Tanah αs (%)
(%)
Lempung
Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2 2,4
berpasir
Lempung
Pasir berlanau
Pasir kelanauan 2,0 2,8 berpasir 2,8
dengan lempung
dengan lanau
Pasir kelanauan Lempung
dengan 2,4 Lanau 3,0 berlanau 3,0
lempung dengan pasir
Pasir Lanau
Lempung 4,0
berlempung 2,8 berlempung 3,0
berlanau
dengan lanau dengan pasir
Pasir Lanau
3,0 3,4 Lempung 6,0
berlempung berlempung
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0
dimana :
qc xAc JHLxK11
Qijin = ............................................................. …(2.7)
3 5
dimana :
memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon kedalam tanah. Dengan
percobaan ini akan diperoleh kepadatan relatif (relative density), sudut geser tanah
(Ф) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Hubungan kepadatan relatif, sudut
geser tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Hubungan Dr, Ф dan N dari pasir (Mekanika Tanah & Teknik Pondasi,
Hasil uji SPT yang diperoleh dari lapangan perlu dilakukan koreksi. Pada data
uji SPT terdapat dua jenis koreksi, yaitu koreksi efisiensi alat (cara pengujian) dan
Em . CB . CS . CR
N60 = ............................................................... …(2.8)
0,60
dimana :
2
CN = ............................................................................. …(2.10)
1
v'
r
3
CN = ............................................................................ …(2.11)
2
v'
r
1,7
CN = .......................................................................... …(2.12)
0,7
v'
r
dimana :
Tabel 2.5 Borehole, Sampler and Rod correction factors (Skempton, 1986)
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang pada tanah pasir
dan silt didasarkan pada data uji lapangan SPT, ditentukan dengan perumusan
sebagai berikut :
Qs = 2 N-SPT . p. L
Qp = 9 . Cu . Ap ......................................................................... …(2.14)
Qs = α . cu . p . Li
Cu = N-SPT . 2/3 . 10
Cu = Kohesi Undrained
p = keliling tiang
r
fs = N60.............................................................................. …(2.15)
50
r
fs = N60 ............................................................................. …(2.16)
100
dan :
dimana :
dimana :
p = Keliling tiang, m.
2.9.3. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Bacaan Jack
Manometer
manometer yang tersedia pada alat pancang hydraulic jack. Kapasitas daya
Q = P x A..............................................................................................(2.19)
Keterangan;
(2) = 220 mm = 22 cm
= π. 92 cm = 254,47 cm2
= 1269,204 cm2
berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang
pancang dalam bentuk kelompok (Pile Group) seperti dalam (Gambar 2.14).
tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Daya dukung kelompok
tiang sangat bergantung pada penentuan bentuk pola dari susunan tiang pancang
bergantung pada beban dan jarak antar tiang pancang yang jika cukup besar sering
kali tidak praktis karena poer di cor di atas kelompok tiang pancang (pile group)
datar.
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang.
S ≥ 2,5 D
S≥3D
Gambar 2.15 Jarak antar tiang dalam kelompok (Bowles, J. E., 1991)
dimana :
D = Diameter tiang.
2. Bila S > 3 D
pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka
kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal.
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas
bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok
tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas
bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiang-
tiang pancang.
secara sentris apabila titik rangkap resultan beban-beban yang bekerja berimpit
dengan titik berat kelompok tiang pancang tersebut. Dalam hal ini beban yang
V
N= ......................................................................................... (2.20)
n
dimana :
V M y .xi
Qi = ........................................................................... (2.21)
n x 2
dimana :
nomor-i.
2.11.3. Kelompok tiang yang menerima beban normal sentris dan momen
Kelompok tiang yang bekerja dua arah (x dan y), dipengaruhi oleh beban
vertikal dan momen (x dan y) yang akan mempengaruhi terhadap kapasitas daya
Gambar 2.19 Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y
(Sumber : Sardjono Hs, 1988)
sebagai berikut :
V M y .xi M x . y i
Qi = ............................................................ (2.22)
n x 2 y 2
Dimana :
Xi = Jarak tiang pancang terhadap titik berat tiang kelompok pada arah X (m)
Yi = Jarak tiang pancang terhadap titik berat tiang kelompok pada arah Y (m)
seperti yang telah dipelajari, tahanan tanah ultimit tiang yang terletak pada
2cu dipermukaan tanah sampai 8 – 12cu pada kedalam kira-kira 3 kali diameter
mengestimasi distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam lempung. Yaitu,
tahanan tanah dianggap sama dengan nol di permukaan tanah sampai kedalaman
Mekanisme keruntuhan tiang ujung jepit, diagram distribusi reaksi tanah dan
ditentukan oleh tanah momen bahan tiangnya sendiri (My). Pada tiang ujung jepit,
Broms menganggap bahwa momen yang terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di
dalam tanah sama dengan momen yang terjadi di ujung atas tiang yang terjepit
oleh pelat penutup tiang (pile cap). Dengan memperhatikan Gamba 2.21a, untuk
tiang pendek, dapat dihitung tahanan tiang ultimit terhadap beban latera
H u 9cu d L 3d / 2........................................................................................(2.23)
M mak H u L / 2 3d / 4...................................................................................(2.24)
Gambar 2.20 Tahanan lateral ultimit tiang dalam tanah kohesif (Broms, 1964a)
ujung atas yang terjepit (Gambar 2.21b). untuk menghitung My, yaitu dengan
3d/2+ f + g. Setelah itu perlu dicek apakah momen (positif) maksimum yang
terjadi pada kedalaman (f + 3d/2) lebih kecil dari My. Jika Mmak > My, maka tiang
termasuk tiang panjang dan mekanisme keruntuhan tiang akan seperti dalam
2M y
Hu ..........................................................................................(2.26)
3d / 2 f / 2
Nilai - nilai Hu yang diplot dalam grafik hubungan My/cud3 dan Hu/cud2,
Untuk tiang dalam tanah kohesif defleksi tiang dikaitkan dengan factor tak
`1
k d 4
h ...............................................................................................(2.27)
4E p I p
dengan
H
yo .............................................................................................(2.28)
k h dL
2) Tiang ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang (tidak kaku) bila βL > 1,5
dengan
H
yo ...............................................................................................(2.29)
kh d
lateral ultimit pada tiang – tiang pendek. Cara yang relatif sederhana ini dapat
digunakan untuk lapisan tanah yang uniform maupun yang berlapis – lapis. Dalam
cara ini, tahanan rotasi tiag yang kaku pada titik x diberikan oleh jumlah momen
Ditinjau tiang yang menahan gaya lateral, dan terletak pada tanah yang
ultimate lateral tanah pada sembarang kedalaman z yang didasarkan pada teori
pu = po Kq + c Kc ……………………………...…………………… (2.30)
dengan,
c = kohesi
Brinch Hansen (1961) ditunjukan dalam Gambar 2.22. tahanan tanah pasif pada
Jika kepala tiang terjepit (tiang jepit), tinggi ekivalen e1 (gambar 2.16) dari
e1 = (e + zf) /2 …………………………………………...………...…(2.31)
dengan e adalah jarak gaya H terhadap permukaan tanah dan zf adalah jarak muka
tanah terhadap titik jepit sebenarnya (virtual vixity). Jarak zf tidak diketahui pada
tahaap ini. Namun untuk maksud praktis, zf dapat diambil 1,5 m bila tanah berupa
tanah pasir atau lempung kaku, dan 3 m untuk tanah lempung lunak atau lanau.
akurat untuk kasus pembebanan jangka panjang pada pondasi tiang pendek atau
gaya tekan yang relatif tinggi untuk mengasumsikan zf. Dari gambar 2.25,
Gaya lateral ultimit pada pondasi tiang ujung bebas Hu = Mu/(e +zf) ……….(2.32)
Gaya lateral ultimit pada pondasi tiang ujung jepit Hu = 2Mu/(e +zf) ……… (2.33)
metode Brinch Hansen. Pada metode Broms di persamaan 2.31 sebagai kriteria
Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak
padat, atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka
geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya
keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap
untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang
besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak
tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang-tiang
juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai
satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah
yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model
blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan
tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang
(a) (b)
Gambar 2.26 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : (a) Tiang tunggal,
Gambar 2.27 Daerah friksion pada kelompok tiang dari tampak samping
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi
bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang
berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9.
5. Macam tanah.
Qg = Eg . n . Qa ............................................................................. …(2.34)
keruntuhan.
mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat
tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Salah satu dari persamaan-
(n'1).m (m 1).n'
Eg = 1 – θ
90.m.n' ..................................................... .( 2.35)
dimana :
d = Diameter tiang.
Eg = 1
D
s.m.n
mn 1 n m 1 2 m 1n 1 …………………...(2.36)
d = Diameter tiang
Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai
penurunan, yaitu :
b. Kecepatan penurunan.
tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan
yang tidak seragam lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.
a. Pada gambar (a), dapat diperhatikan jika tepi bangunan turun lebih
b. Pada gambar (b), jika bagian tengah bangunan turun lebih besar,
tertarik. Bila deformasi yang terjadi sangat besar, tegangan tarik yang
pada bagian c.
Selain dari kegagalan kuat dukung (bearing capacity failure) tanah, pada setiap
didalam tanah. Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk,
pada umumnya hal ini yang menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo,
yaiutu penurunan pada pondasi tiang tunggal dan penurunan pada pondasi tiang
1. Tanah pasir
S = SS + SP + SPS cm..................................................................(2.37)
Dengan :
S = Penurunan total
tiang.
Ss =
QP .QS .L
cm ..............................................................................(2.38)
AP .E P
Dengan :
L = Panjang tiang (m )
C P .QP
Sp = cm .........................................................................................(2.39)
d .qp
Dengan :
d = Diameter
Cp = Koefisien empiris
2. Tanah lempung
Penurunan pondasi pada tanah lempung terdiri dari dua komponen yaitu
penurunan seketika (immediate settlement) yang terjadi setelah beban bekerja dan
menentukan nilai modulus elastisitas tanah (E s), antara lain dengan percobaan
langsung ditempat yaitu dengan menggunakan data hasil pengujian kerucut statis
(sondir). Karena nilai laboratorium dari E s tidak sangat baik dan mahal untuk
Dari analisa yang dilakukan secara mendetail oleh Meyerhoff, untuk nilai
modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang (E b) kira-kira 5-10 kali harga
Nilai α tergantung kepada unit tahanan friksi ( kulit ) alami pada sepanjang tiang
terpancang di dalam tanah. Nilai α = 0,5 adalah dimana bentuk unit tahanan friksi
maupun parabolic seragam, umumnya pada tanah lempung atau lanau. Nilai α =
0,67 adalah jika bentuk unit tahanan friksi ( kulit ) alaminya berbentuk segitiga,
1. Tanah Pasir
Bg
Sg cm .....................................................................................(2.42)
d
q.B g .I
Sg =. cm .....................................................................................(2.43)
2.qc
Dengan :
L
I = 1 0,5
8.B g
2. Tanah lempung
Penurunan pondasi yang terletak pada tanah lempung dapat dibagi menjadi
yang terjadi tanpa adanya kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep).
Oleh karena itu, dengan alasan tersebut, kriteria penurunan pondasi pada tanah
Stotal ≤ Sizin
dimana :
D = Diameter tiang
pembagi kapasitas ultimit yang disebut dengan faktor aman (keamanan) tertentu.
yang digunakan;
kompresibilitas tanah;
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter
kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban kerja (working load) yang
terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5.
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang izin dengan
dibagi dengan faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang
telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang, tergantung pada jenis
Qu
Qa = …..………………………….…….......………….…………(2.45)
2,5
tahanan gesek dinding dan tahanan ujung. Kapasitas izin dinyatakan dalam
Qb Q s
Qa = ………………………………........……………….….(2.46)
3 1,5
Penggunaan faktor keamanan 1,5 untuk tahanan gesek dinding (Qs) yang
harganya lebih kecil dari faktor keamanan tahanan ujung yang besarnya 3, karena
nilai puncak tahanan gesek dinding dicapai bila tiang mengalami penurunan 2
sampai 7 mm, sedang tahanan ujung (Qb) membutuhkan penurunan yang lebih
besar agar tahanan ujungnya bekerja secara penuh. Jadi maksud penggunaan
faktor keamanan tersebut adalah untuk meyakinkan keamanan tiang terhadap
keruntuhan dengan mempertimbangkan penurunan tiang pada beban kerja yang
diterapkan.
BAB III
DATA PROYEK
LOKASI PROYEK
Pembangunan Perumahan (Persero) berupa data hasil sondir, hasil SPT, hasil
berdasarkan effisiensi.
PENGUMPULAN DATA
1. Pengambilan data pemancangan di proyek
2. Pengamatan pemancangan di lapangan
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
Politeknik Negeri Medan terdiri dari 2 (dua) titik sondir (S-1) dan (S-4), 1 (satu)
titik data SPT (BH-2), 2 (dua) titik data Bacaan Jack Manometer pada tiang
Adapun petunjuk gambar lokasi titik sondir, titik bor (SPT), dan titik tiang
4.1. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dari data sondir
4.1.1. Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang dengan metode
Aoki dan De Alencar di lapangan pada titik sondir 1 ( S- 1 )
Pada titik 1 ( S – 1 ) diperoleh data sondir, yaitu :
Data tiang pancang :
Dimensi tiang pancang ( D ) = 50 cm
Keliling tiang pancang (O) = π x 50 cm
= 157,079 cm
Luas tiang pancang (AP) = ¼ x π x 502cm
= 1963,49 cm2
a. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qb)
7.20 97
7.40 141
7.60 153
7.80 162
8.00 171
8.20 171
8.40 171
8.60 171
8.80 171
156,44
qb = = 89,394 kg/cm2
1,75
Kapasitas dukung ujung tiang (Qb) :
Qb = qb x Ap
Qb = 89,394 x 1963,49
= 175529,77 kg = 175,52 ton.
b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)
2070
qc (side) = didapat dari nilai rata-rata CR 51,80kg / cm 2
40
0,00 meter
8,00 meter
Pasir Sedang
qc (side) rata-rata = 51,80 kg/cm2
-8,00 meter
Gambar 4.2 Nilai q c (side) pada titik sondir 1 (S-1)
s
f = qc (side) (Nilai αs dan Fs dari Tabel 2.1 dan Tabel 2.2)
Fs
0,014
f = 51,8 . = 0,2072 kg/cm2
3,5
Qs = f . As
= 26037,415 kg
= 26,04 ton
Dari Persamaan (2.3), Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang (Qu) :
Qu = Qb + Qs
= 175,52 + 26,037
= 201,56 ton
Qu
Qa =
SF
201,561
=
2,5
= 80,62 ton
Dari Persamaan (2.6), kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal (Qult):
= ( 21 . 1963,49 ) + ( 42 . 157,07)
= 47,83 ton
qc xA p JHLxK
Qijin =
3 5
21x1963,49 42 x157,07
=
3 5
= 15063,89 kg
= 15,06 ton
Tult = JHL . K
= 42 . 157,07
Tult
Qijin =
3
6,596
= = 2,19 ton
3
Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung ultimate dan ijin tiang pancang ( S-1 )
4.2. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Data SPT
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang perlapisan dari data SPT
Daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah non kohesif adalah :
L
Qp = 40 . N-SPT . . Ap < 400 . N-SPT . Ap
D
1
= 40 . 8 . . 0,1963 < 400.8.0,1963
0,5
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif adalah :
Qs = 2 . N-SPT . p . Li
= 2 . 8 . 1,57 . 1 = 25,12 kN
Qp = 9 . Cu . Ap Cu= N-SPT.2/3.10
Untuk tahanan geser selimut tiang pancang pada tanah kohesif adalah :
Qs = α . Cu . p . Li
= 65,56 kN
Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik (BH-II)
Kapasitas daya dukung tiang mini pile dapat diketahui berdasarkan bacaan
manometer yang tersedia pada alat pancang. Kapasitas daya dukung pondasi tiang
Keterangan :
Luas piston (A) untuk mesin kap. 320 ton = 1269,7 cm²
Q =PxA
= P x 1269,204
= 1269,204 P kg
= 1,269204 P ton
Pada mesin kapasitas 320 ton, daya dukung 320 ton diperoleh pada bacaan
Tabel 4.4 Perhitungan daya dukung tiang pada saat pemancangan berdasarkan
P1 P3
P2 P4
Data :
x2 = 0,7 m
x3 = 0,7 m
x4 = 0,7 m
y1 = 0,7 m
y2 = 0,7 m
y3 = 0,7 m
y4 = 0,7 m
V M y .xi M .y
P = x 2i
n n y .x 2
n x .y
= 71,53 ton
Koordinat M y .X i M x .Yi P
no
x² y² V/n
tiang
X Y x 2
y2 (Ton)
1,96 1,96
Hu
8,35 m
Tiang dengan ujung jepit pada tanah lempung, bila tiang sangat kuat maka
3 0,5
9 73,33 0,5 8,35
2
= 2507,88 kN
Pada Hu tersebut, momen yang terjadi pada tiang adalah (Persamaan 2.24):
M mak H u L / 2 3d / 4
2507,888,35 / 2 3 0,5 / 4
Hu
2
17 atau H u 17 73,33 0,5 2 311,65 kN
cu .d
H u 311,65
F 103,88kN atau 10,38 ton…………………………………..(a)
3 3
k h .d
4
4.E p .I p
E p 33234,01872Mp = 33234018,72 kN / m2
I p 0,0245m 4
33333,33 0,5
4
4 814233,46
16666,66
4
3256933,84
4 0,005117
= 0,27
y o k h dL
2,4
H
Beban lateral ijin tiang dipilih yang terkecil dari hitungan langkah (a) dan (b).
Hu
Tiang beton
D = 50 cm
- 2,8 m
8,35 m
Lempung kaku
- 5,55 m
I = 0,0245 m4
didukung tiang.
R= (EI / K)1/4
R= (814233,4586 / 16666,67)1/4
= 2,64 m
3,5 R = 9,24 m > 8,35 m, jadi L < 3,5 R sehingga diasumsikan sebagai tiang
pendek. Karena tanah berlapis maka digunakan cara Brinch Hansen, sehingga
Z z/d Kc cu.Kc
(m) (kN/m2)
0,00 0,00 2,00 146,66
0,47 0,94 4,30 315,32
0,93 1,86 5,50 403,32
1,40 2,80 6,80 498,64
1,87 3,74 7,10 520,64
2,33 4,66 7,20 527,98
2,80 5,60 7,40 542,64
2,80 5,60 7,40 542,64
3,36 6,72 7,60 557,31
3,91 7,82 7,80 571,97
Nilai-nilai tahanan cuKc yang telah dihitung pada Tabel 4.7 kemudian diplot pada
+ 0,0 Hu 146,46
315,32
403,32
498,64
520,64
-2,8 m 527,98
542,64
557,31
571,97
579,31
586,64
8,35 m
601,31
615,97
623,31
630,64
637,97
-5,55 645,30 kN/m2
1070,97 kN.m
1070,97
Sehingga Hu = = 221,73 kN per meter lebar tiang
4,83
Untuk 1 tiang berdiameter 0,5 m, maka Hu = 0,5 221,73 110,87 kN=11,08 Ton.
(n'1).m (m 1).n'
Eg = 1 – θ
90.m.n'
dimana :
d = Diameter tiang.
(2 1).2 (2 1).2
Eg = 1 – θ
90.2.2
= 0,781
1. Data Sondir
Qg = Eg . n . Qa
= 252,06 ton
Qg = Eg . n . Qa
= 510,62 ton
2. Data SPT
Qg = Eg . n . Qa
= 0,781 . 4 . 85,44
= 266,91 ton
meter
Qg = Eg . n . Qa
= 0,781 . 4 . 83,80
= 261,79 ton
D
Eg =1– [ m (n’-1) + n’ (m-1) + 2 (m-1) (n’-1)]
s.m.n'
50
Eg =1– [ 2 ( 2-1) + 2 ( 2-1 ) + 2 ( 2-1 ) ( 2-1 )]
140.2.2
Eg = 0,52
1. Data Sondir
Qg = Eg . n . Qa
= 167,68 ton
Qg = Eg . n . Qa
= 339,97 ton
2. Data SPT
Qg = Eg . n . Qa
= 0,52 . 4 . 85,44
= 177,72 ton
meter
Qg = Eg . n . Qa
= 0,52 . 4 . 83,80
= 174,30 ton
0,00meter
8,00 meter
Pasir Sedang
qc (side) rata-rata = 51,8 kg/cm2
-8,00 meter
Es = 3. qc
= 3. 51,8 kg/cm2
= 155,4 kg/cm2
= 15,54 Mpa
Eb = 10. Es
= 155,4 Mpa
Ep = 4700.
= 4700. 50
= 33234,018 Mpa
= 332340 kg/cm2
= 3323400 ton/m2
S = Ss + Sp + Sps
Q .Qs .L
Ss
p
Ap .E p
Ss
175,52 0,67.26,037.8
0,196349.3323400
1543,7183
652546,266
= 0,00236 m
C p .Q p
Sp
d .qp
= 0,0157 m
L
Iws 2 0,35
d
8
2 0,35
0,5
= 3,4
Pt 0,5
Sps 1 2Vs ..Iws
p.L 155,4
26,037 0,5
1 2.0,43,4
1,575079.8 155,4
= 0,004532 m
Sijin = 10% . D
= 10%. 50
= 5,00 cm = 50 mm
2,25 cm < 5,00 cm....maka, perkiraan total tiang tunggal memenuhi syarat
aman.
q.B g .I
Sg
2.qc
Dimana :
Qs
q
Ls .Bs
26,037
2,5.2,5
= 4,16 ton/m2
Ls
I 1 0,5
8.Bs
2,5
1 0,5
8.2,5
q.B g .I
Sg
2.qc
26,037.2,5.0,875
2.518
= 0,0549 m
= 5,49 cm
Bg
Sg
d
2,5
0,0225
0,5
= 0,0503 m
= 5,03 cm
5.1 Kesimpulan
berdasarkan data sondir, data SPT, dan data dari bacaan manometer pada
Dari data sondir Metode Aoki dan De Alenciar, Qult = 201,56 ton
2. Hasil perhitungan daya dukung kapasitas ijin kelompok tiang (pile group)
(Eg= 0,781)
(Eg = 0,52)
3. Dari perhitungan analisa gaya yang bekerja pada kelompok tiang, beban
diperoleh gaya horizontal ijin pada pondasi untuk satu tiang yaitu
Sg = 5,49 cm.
Sg = 5,03 cm.
Sijin = 10% . D
= 10%. 50
= 5,00 cm = 50 mm
syarat aman.
karena dapat dilakukan dengan metode Brinc Hansen walaupun jenis tanah
berbeda-beda.
5.2. Saran
Dari hasil perhitungan dan kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai
berikut :
2. Pada saat perencanaan pondasi lebih baik memakai hasil dari data sondir
dengan memakai metode Aoki dan De Alencar, sedangkan hasil dari data
memakai data manometer pada alat hydraulic jack karena lebih aktual.
Sosarodarsono, S. dan Nakazawa, K., 1983, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi,
Bowlesh, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Sarjono, H.S., 1988, Pondasi Tiang Pancang, Jilid 1, Penerbit Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Jakarta.
Yogyakarta.
Manoppo, j, Fabian., Pengaruh jarak antar tiang pada daya dukung tiang pancang
Pertiwi, D,2006. Jurnal. Korelasi Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Dengan