Anda di halaman 1dari 7

Teknologi pembuatan

1. Aspal Alam Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi di dekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam bentuk batuan sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal alam disebabkan adanya pengaruh tektonik terhadap minyak bumi yang diduga semula terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batugamping dan batupasir. Material aspal membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori, celah batuan, atau deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai porsi.

2. Aspal Minyak Sumber aspal ini berasal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam refined bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama yang tepat dan umum digunakan. Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gas oline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.

Sifat Kimia dan Fisik


1. Kekentalan/viscosity Kekentalan aspal akan dipengaruhi oleh: Temperatur. Dengan naiknya temperatur maka kekentalan aspal akan menurun. Hal ini disebabkan oleh energi termal/thermal energy meningkat dan melarutkan asphaltenese-nya ke dalam oils. Aromatic mineral oils mempunyai daya pelarut asphaltenese yang lebih besar disbanding dengan paraffinic minerals oil, sehingga aspal yang berasal dari aromatic based bitumen cenderung bersifat lebh peka terhadap perubahan suhu (higher temperatue suscepability) bila dibandingkan dengan paraffinic based bitumen.

Lama Pembebanan Jika dikaitkan dengan lalu lintas maka pembebanan yang lama akan terjadi pada lalu lintas dengan kecepatan rendah atau sebaliknya. Menurut Shell, dengan semakin lama pembebanannya maka aspal yang semula bersifat elastic akan bersifat lebih viscous. Waktu (effect of time) Hal ini berkaitan dengan sifat tahan lama aspal sebagi bahan jalan. Apabila asapl dibiarkan dalam keadaan yang tidak/jarang sekali mendapat beban, ternyata kekentalan aspal akan naik. Perubahan kekentalan ini sebanding dengan waktu dan terjadi pada komposisi kimia yang tetap (thixotropy). Thixotropy ini dapat dihilangkan dengan cara memberikan tegangan/beban atau pemanasan pada aspal tersebut.

2. Kuat Tarik (tensile strength) Kuat tarik aspal juga dipengaruhi oleh temperature dan lama pembebanan. Kuat tarik aspal ini akan lebih nampak nyata pada suhu rendah. Untuk mengetahui kuat tarik aspal dapat dilakukan percobaan titik pecah Fraass (fraass breaking test). 3. Adesi (adhesion) Adanya daya adesi ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada aspal emulsi kationik, yaitu aspal yang diberi tambahan amine. Tambahan bahan (amine) yang semakin bertambah banyak akan berakibat pada: Perkembangan daya adesi dari adesi biasa, adesi pasif dan adesi aktif. Perkembangan gaya luar yang timbul dari tidak ada, kecil, sedang dan besar.

4. Pengaruh Cuaca Karena aspal merupakan senyawa hydrogen dan karbon yang mungkin dalam kondisi unsaturated, perubahan sifat yang sangat perlu diperhatikan yaitu reaktivitas terhadap O2. hal ini mengingat, bahwa aspal untuk perkerasan akan selalu berhubungan dengan udara/oksigen. Oksidasi pada suhu tinggi

.
Oksidasi pada suhu rendah Aspal didiamkan pada suhu ruangan yang tidak kena sinar matahari, lama-kelamaan terjadi selaput tipis yang keras. Selaput keras ini efektif untuk menghalangi proses oksidasi lebih lanjut. Pada kondisi di luar (terkena sinar matahari) prose terbentuknya selaput tipis lebih cepat. Selaput tipis ini bila terkena tekanan mekanis dapat pecah, sehingga membuka kesempatan oksidasi bagi lapisan yang ada di bawahnya. Pada oksidasi ini selalu timbul lapisan yang getas (brittle) yang terdapat komponen baru yang larut dalam air.

Anda mungkin juga menyukai