Anda di halaman 1dari 43

SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

Nama Pekerjaan : Pembangunan Jaringan Perpipaan SPAM IKK Sungai Ambawang


Kabupaten Kubu Raya
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Kubu Raya

I. SPESIFIKASI TEKNIS UMUM


A. Peraturan dan Ketentuan Teknis Bangunan
Dalam melaksanakan pekerjaan bila tidak ditentukan lain dalam rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini, termasuk
segala perubahan dan tambahannya.
a) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 70 Tahun 2012, Tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 Tentang Pedoman SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
c) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum;
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
f) Peraturan Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung SNI – 2847 – 2013;
g) Peraturan dan Ketentuan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat,
yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
h) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang N0. 20 Tahun 2016 Tentang
analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Umum, SDA, Cipta Karyaan Bina Marga.

B. Ketentuan Umum
a) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana
secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam Dokumen Lelang maupun perubahan-
perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara Aanwijzing serta
Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan tambahan yang telah disetujui
Pengawas/ Kuasa Pengguna Anggaran / Barang
SPESIFIKASI TEKNIS

b) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang timbul dalam
pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk Kuasa Pengguna Anggaran /
Barang atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan berlangsung
c) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan,
ketidaksesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :
1) Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah gambar
yang skalanya lebih kecil;
2) Antara Gambar Kerja dengan Dokumen Lelang, maka yang berlaku adalah Dokumen
Lelang;
3) Bila dalam Dokumen Lelang disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan,
maka yang mengikat adalah Dokumen Lelang;
4) Penentuan bagian yang mengikat / berlaku diatas harus mendapatkan persetujuan
Pengawas / Kuasa Pengguna Anggaran / Barang sebelum dilaksanakan;
d) Selama berlangsungnya pekerjaan, Penyedia Jasa harus dapat menjaga lingkungan agar
tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan;
e) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan sekitar
yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik
yang bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi
ataupun lahan sekitar yang diperlukan;
f) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Penyedia Jasa dalam keadaan seperti pada
saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau peninjauan lapangan;
g) Sebelum memulai melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyampaikan
pemberitahuan kepada Pengawas atau Kuasa Pengguna Anggaran / Barang;

C. Pengukuran Garis dan Ketinggian Permukaan


a) Penyedia Jasa bertanggung jawab atas kebenaran penentuan titik dan atau pematokan di
lapangan yang disetujui secara tertulis oleh Pengawas;
b) Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menyediakan semua peralatan, perlengkapan
serta peralatan keamanan kerja serta tenaga kerja yang diperlukan dalam hubungannya
dengan penentuan pematokan tersebut;
c) Jika pada suatu waktu selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung timbul kesalahan-
kesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu pekerjaan, maka
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus memperbaiki kesalahan sesuai dokumen
kontrak, kecuali apabila kesalahan tersebut disebabkan data yang salah yang dinyatakan
SPESIFIKASI TEKNIS

secara tertulis oleh Pengawas, maka pembiayaan untuk memperbaiki kesalahan tersebut
menjadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran / Barang;
d) Pencocokan pematokan di lapangan oleh Pengawas bagaimanapun juga tidak
melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawab atas ketepatan pematokan tersebut dan
Penyedia Jasa harus melindungi dan menjaga dengan hati -hati semua patok tetap
maupun patok sementara dan benda-benda lain yang dipergunakan dalam penentuan
titik / pematokan;
e) Titik elevasi yang menjadi acuan adalah titik elevasi berdasarkan pengukuran.

D. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan


Lokasi pekerjaan dapat dilihat pada peta lokasi, sedangkan uraian singkat pekerjaan
diberikan pada Spesifikasi Teknis Khusus.

E. Gambar Rencana Kerja


Gambar Rencana Kerja yang dipakai pada pelaksanaan tercantum dalam Spesifikasi
Teknis Khusus.

F. Spesifikasi Dasar
Kecuali ditentukan lain, seluruh bahan yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan harus
sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis Khusus dan harus mengutamakan
penggunaan bahan, peralatan dan jasa produksi dalam negeri sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lainnya
yang disetujui.

G. Rencana Mutu Kontrak (RMK)


Draft Rencana Mutu Kontrak (RMK) Draft Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (RK3K) harus sudah dibahas pada saat Pre Cost Meeting (PCM) dan Rencana
Mutu Kontrak (RMK) beserta lampirannya harus sudah diserahkan selambat-lambatnya
14 (empatbelas) hari kalender setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK)untuk mendapat persetujuan dari pejabat berwenang. Rencana Mutu Kontrak
(RMK) tersebut harus memuat secara mendetail tahapan waktu dan cara pelaksanaan
pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIS

H. Peralatan dan Personil


Segera setelah penandatanganan Kontrak, Penyedia Jasa harus sudah memobilisasi
peralatan dan personil yang akan digunakan di lokasi pekerjaan diketahui dan disetujui
oleh Direksi Teknis, sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagaimana
tertulis dalam daftar peralatan yang telah disampaikan sebelumnya.

I. Perubahan Gambar Rencana Kerja/Redesain.


Bilamana selama pekerjaan ditemukan masalah teknis yang mengharuskan terjadinya
perubahan dari gambar rencana kerja, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar yang
diubah lengkap dengan perhitungannya sesuai dengan usulan dari Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang bersangkutan, dikonsultasikan dan disetujui Kasie. Pelaksanaan
Balai Wilayah Sungai Kalimantan I.

J. Pengukuran Ulang / Uitzet


a) Penyedia Jasa harus melaksanakan pengukuran ulang(uitzet)sebelum pekerjaan fisik
dimulai. Segala biaya yang terkait dengan pengukuran ulang (uitzet) tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Hasil pengukuran ulang (uitzet) diserahkan
dalam rangkap 3 (tiga).
b) Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran ulang (uitzet),
adalah Bench Mark (BM) atau Control Point (CP) yang ada di sekitar lokasi pekerjaan
atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis. (Sesuai dengan Spesifikasi Teknis
Khusus).
c) Apabila menurut Direksi Teknis keadaan lapangan telah banyak berubah sejak
dilakukan pengukuran tersebut, atau hasil pengukuran tersebut meragukan, maka
Direksi Teknis dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang
sebagian atau seluruhnya.
d) Gambar hasil pengukuran ulang (uitzet) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis
dan Direksi Teknis dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

K. Pembayaran Kompensasi
Semua pembayaran Kompensasi kepada Pihak Ketiga yang disebabkan oleh pelaksanaan
pekerjaan harus ditanggung oleh Penyedia Jasa dan harus sudah diselesaikan sebelum
serah terima pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIS

L. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan Kerja.


Penyedia Jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja, antara lain berupa lampu
isyarat/tanda pemberitahuan adanya kegiatan pekerjaan yang cukup dan sesuai serta
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perlindungan dan keselamatan
umum.

M. Pemberitahuan Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) sebelum pekerjaan dimulai. Tidak boleh ada pekerjaan yang dapat dimulai sebelum
mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

N. Bangunan Fasilitas Umum


Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelangsungan fungsi dari
bangunan fasilitas/kepentingan umum seperti jalan, tiang listrik/telepon dan lain-lain
yang terkena atau terpengaruh dengan adanya pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu sebelum
memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari yang berwenang.

O. Pekerjaan Persiapan
a. Jalan Masuk.
Penyedia jasa harus membangun dan memelihara jalan masuk guna keperluan
pengukuran, pengangkutan dalam masa pelaksanaan sedemikian rupa sehingga
dapat dilalui secara tetap oleh kendaraan proyek dan kendaraan Penyedia Jasa
maupun pejalan kaki. Dalam penyelesaian pekerjaan konstruksi Penyedia Jasa harus
memperbaiki jalan masuk yang rusak akibat operasional pekerjaan, dibentuk sesuai
keadaan semula.
b. Kantor Sementara di Lapangan
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara kantor sementara di lapangan,
lengkap dengan alat-alat untuk Direksi Teknis beserta stafnya sesuai yang ditetapkan
pada spesifikasi khusus.
Setiap kantor harus merupakan bangunan kayu yang kuat dan layak huni.Kantor
harus dipersiapkan dengan pintu dan dilengkapi dengan kunci, termasuk dengan
penerangan, pembersihan yang teratur dan penyediaan air bersih serta mandi, cuci,
kakus (MCK).
Penyedia Jasa boleh menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis yang
sesuai dan atas persetujuan Direksi Teknis. Kantor dan perlengkapannya harus
SPESIFIKASI TEKNIS

disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dari tanggal Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Jika Penyedia Jasa belum menyiapkan kantor Direksi Teknis dalam waktu di atas,
maka Direksi Teknis akan menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis,
sewa tersebut dibebankan kepada Penyedia Jasa dan berlaku selama waktu
pelaksanaan.
c. Bantuan Tenaga Kerja untuk Direksi Teknis
Penyedia Jasa harus memberi bantuan kepada Direksi Teknis dan menyediakan
tenaga kerja yang dibutuhkan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan apabila
dibutuhkan dari waktu ke waktu oleh Direksi Teknis.
d. Peralatan Pengukuran
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran beserta
tenaga ukur yang baik dan handal untuk dipakai sendiri oleh Direksi Teknis seperti
terdaftar dalam Spesifikasi Khusus. Alat dan perlengkapan beserta tenaga yang
digunakan dilapangan pengukuran terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi
Teknis, semua alat dan perlengkapan tetap menjadi milik Penyedia Jasa.
e. Transportasi
Penyedia Jasa harus menyediakan kendaraan roda-2 untuk dipakai oleh
DireksiTeknisdi lapangan. Apabila menurut Direksi Teknis kendaraan tersebut tidak
bisa dipakai, Penyedia Jasa harus menggantinya dengan tanpa penundaan. Penyedia
Jasa harus menyediakan semua keperluan lainnya seperti bahan bakar, oli dan
sebagainya dan harus menanggung biaya yang berhubungan dengan jalannya,
pemeliharaan, perijinan dan asuransi. Setelah selesai pekerjaan kendaraan tersebut
dikembalikan kepada Penyedia Jasa. Kendaraan tersebut tidak boleh ditukar dalam
waktu pelaksanaan kecuali dengan ijin dari Direksi Teknis.
f. Foto Dokumentasi
Penyedia Jasa harus melakukan pemotretan pada lokasi yang ditentukan olehDireksi
Teknis. Minimum tiga gambar harus diambil pada setiap lokasi yang memperlihatkan
kondisi sebelum, sedang dan selesai dilaksanakan . Foto pada tiap lokasi diambil
dengan arah yang tertentu dan dalam posisi dan latar belakang yang tetap (dalam
satu titik fokus) dan mudah dikenali sebagai tanda. Ketiga gambar dalam tahapan
tersebut harus disusun dalam album dan direkam ke dalam Compact Disc (CD). Foto
dicetak dalam3 (tiga) set album danharus diserahkan kepada Direksi Teknis pada
penyelesaian pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIS

g. Pembuatan As Built Drawing


As Built Drawing menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. As Build Drawing
(ABD)agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Hasil As Built Drawing (ABD) dalam ukuran
kertas A3 diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
h. Pelaporan
a. Laporan Harian.
Penyedia Jasa berkewajiban membuat laporan harian untuk setiap bagian
pekerjaan yang ditetapkan oleh Direksi Teknis, laporan ini memuat antara lain :
• Kondisi cuaca.
• Peralatan, material dan tenaga kerja.
• Hambatan-hambatan pelaksanaan pekerjaan.
• Kemajuan pekerjaan.
• Data pengujian laboratorium (apabila dianggap perlu)
• Kecelakaan dalam pekerjaan.
• Semua informasi mengenai kemajuan pekerjaan.
• Persiapan-persiapan pekerjaan berikutnya.
• Hal-hal lain yang dianggap perlu.
b. Laporan Kemajuan Mingguan dan Bulanan
Penyedia Jasa harus membuat laporan kemajuan pekerjaan mingguan untuk
diserahkan pada DireksiTeknis sebanyak 3 (triga) rangkap, memuat :
• Peta Situasi/Lokasi.
• Jadwal pelaksanaan (time schedule).
• Kemajuan fisik pekerjaan.
• Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknis.
• Laporan ini akan diperiksa oleh DireksiTeknis sewaktu-waktu atau secara
periodik.
Isi Laporan Bulanan, berupa rangkuman dari Laporan Harian dan mingguan.
Seluruh laporan tersebut di atas, pembiayaannya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

P. Papan Nama Kegiatan Pekerjaan


Penyedia Jasa harus membuat papan nama kegiatan pekerjaan di lokasi yang strategis dan
mudah dibaca. Papan nama kegiatan pekerjaan tersebut harus lengkap, minimal meliputi :
SPESIFIKASI TEKNIS

Nama Kegiatan Pekerjaan, Jenis Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan, Biaya dan Pemberi
Pekerjaan serta Nama Pelaksana. Bentuk dan ukuran dari papan nama pekerjaan
seukuran papan triplek yang dibagi dua, untuk kemudian semua keterangan kegiatan
akan dicat ataupun disemprot diatas papan triplek yang disediakan.
Q. Kuantitas Analisa Harga Satuan
Kuantitas Analisa Harga Satuan yang terlampir pada Dokumen Lelang bersifat mengikat,
terutama kuantitas untuk analisa harga satuan pekerjaan beton, pasangan batu dan
plesteran, karena akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan dimaksud.

II. Spesifikasi Teknis Khusus


A. Lokasi Pekerjaan dan Uraian Pekerjaan
Lokasi pekerjaan terletak di Kabupaten Kubu Raya.
Pekerjaan ini adalah Pembangunan Jaringan Perpipaan IPA IKK Sungai Ambawang dengan
uraian kegiatan sebagai berikut :
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan Pengadaan Pipa dan Aksesoris Pipa
 Pekerjaan Pemasangan Pipa dan Aksesoris Pipa
 Pekerjaan Pemasangan Sambungan Rumah (SR)

B. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


a. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang digunakan sebagai pedoman adalah jadwal yang
telah disesuaikan dengan tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
b. Pelaksanaan pekerjaan selama 480 (Empat Ratus Delapan Puluh) hari kalender dan
akan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap 2021-2022.

C. Personil
Personil Manajerial yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan adalah :

Jabatan dalam
Jumlah Pengalaman Kerja Sertifikat Kompetisi
No Pekerjaan yang
Personil (Tahun) Kerja
diusulkan

1. Manager 1 Orang 4 Tahun SKA Ahli Madya Sumber


Pelaksanaan/Projec Daya Air (211)
k

2. Manager 1 Orang 3 Tahun SKA Madya Teknik Air


SPESIFIKASI TEKNIS

Teknik/Construction Minun (504)


Engineer

3. Ahli K3 Konstruksi 1 Orang 3 tahun (untuk SKA SKA Ahli Muda K3


Ahli Muda) atau 0 Konstruksi atau SKA Ahli
tahun (Untuk SKA Madya K3 Konstruksi
Ahli Madya)

4. Manager Keuangan 1 Orang 3 -

D. Peralatan
a. Peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dan harus
disediakan Penyedia Jasa, adalah :
No Jenis Kapasitas Jumlah
1. Excavator (setara PC.75) Min. 0,3 M3 1 Unit
2. Excavator (setara PC.100) Min. 0,5 M3 2 Unit
3. Concrete Mixer 0,3 – 0,6 M3 3 Unit
4. Genset Min. 10 KVA 2Unit
5. Butt Fusion Ø 400 MM 2 Unit
6. Pompa Air Min. 1000 L/Menit 2 Unit
Catatan :
 Melampirkan bukti kepemilikan alat berat, apabila milik atau surat perjanjian
sewa apabila bukan milik sendiri.
b. Peralatan pengukuran yang harus disediakan pelaksana/penyedia jasa dan siap di
lapangan:
 Rambu-rambu
 Patok-patok
 Meteran 50 meter
c. Peralatan Dokumentasi yang harus disediakan oleh penyedia jasa dan siap di lapangan
adalah kamera digital. Foto-foto kegiatan lapangan diserahkan rangkap 3 (tiga) berupa
album dan CD.

E. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan Kerja


Penyedia Jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja, antara lain berupa lampu
isyarat/tanda pemberitahuan adanya kegiatan pekerjaan yang cukup dan sesuai serta
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perlindungan dan keselamatan
umum.
SPESIFIKASI TEKNIS

No Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya

Pengadaan Pipa HDPE DN 400  Tertimpa pada saat mobilisasi pipa


1.
mm PN-10 / 16" (JDU)

F. Transportasi
Alat Transportasi yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan, antara lain
Kendaraan bermotor roda dua. Alat transportasi tersebut harus dalam keadaan baik (layak
pakai).

G. Kantor Sementara dan Kelengkapannya di Lapangan


Kantor dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Yang harus disiapkan minimal
antara lain :
 Buku Tamu
 Buku Direksi
 Balpoint
 Kalkulator
 Spidol 12 warna
 Gambar Rencana Kerja (ditempel di dinding)
 Time Schedulle (ditempel di dinding)
 Gambar Kondisi cuaca tiap hari (diploting setiap hari)
 Rencana Mutu Kontrak (RMK)

H. Lokasi Kerja
Apabila lokasi kerja di pinggir jalan raya, perhatikan keselamatan pengguna jalan dengan
memasang rambu-rambu peringatan.

PEKERJAAN PENGUKURAN UITZET


SPESIFIKASI TEKNIS

DAN AS BUILT DRAWING (ABD)

1. Tujuan
a. Pengukuran Uitzet
Tujuan pengukuran uitzet adalah untuk memproyeksikan di lapangan, baik posisi
maupun elevasi titik-titik yang ada pada desain.
b. As Build Drawing (ABD)
Tujuan pengukuran As Buid Drawing (ABD) adalah untuk memperoleh data
perhitungan volume pekerjaan terpasang atau yang telah dilaksanakan di lapangan.

2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran uitzet adalah 1 (satu) set Automatic Level
(Water Pass), Rambu, dan meteran panjang 50 m dalam kondisi baik.

3. Metode Pematokan dan Pengukuran


a. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran uitzet adalah
BM yang ada disekitar lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
b. Jarak setiap patok kearah memanjang dibuat setiap 50-100 m' dan patok dibuat dari
kayu ukuran 4/6 cm, ditanam cukup kuat sehingga tidak mudah dicabut, bagian atas
patok diberi nomor patok cat merah atau sesuai petunjuk Direksi Teknis.
c. Pengukuran uitzet harus dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai atau setelah
menerima SPMK, untuk menentukan elevasi tanah asal serta posisi elevasi dan
dimensi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d. Mencatat titik koordinat, rencana awal bangunan dan akhir bangunan.
e. Apabila menurut Direksi Teknis, keadaan lapangan telah banyak berubah sejak
dilakukan pengukuran tersebut, ataupun hasil pengukuran tersebut meragukan,
maka Direksi Teknis dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur
ulang sebagian atau seluruhnya.
f. Pelaksanaan pengukuran uitzet diawasi bersama oleh Direksi Teknis.
g. Potongan melintang harus diambil sesuai jarak patok memanjang/setiap posisi
patok, kecuali ditentukan lain.

4. Penggambaran
SPESIFIKASI TEKNIS

Semua hasil pengukuran situasi, memanjang dan buku ukur agar diasistensikan terlebih
dahulu kepada Direksi Teknis dan Pelaksana Teknis untuk kemudian digambar pada
kertas ukuran A3. Skala yang Digunakan.
Peta Situasi, skala 1 : 1.000.
Penampang memanjang, skala horizontal 1 : 1.000 dan vertikal 1 : 100.
Penampang melintang, skala horizontal dan vertikal 1 : 100.
Gambar situasi dan memanjang dibuat dalam rangkap3 (tiga).
Dituangkan dalam CD sebanyak 3 (tiga) set.

PEKERJAAN PEMBERSIHAN
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Pembersihan
a. Semua daerah di sekitar lokasi pekerjaan yang perlu dibersihkan, seperti yang
ditentukan oleh Direksi Teknis harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, semak-
semak, sampah dan bahan lain yang menganggu harus dibuang, kecuali bangunan
jika tidak diperintahkan lain dan disetujui oleh Direksi Teknis. Umumnya hanya
pohon-pohon yang menganggu bangunan yang dimaksud dalam spesifikasi ini, harus
dibuang dan ditumpuk di tempat-tempat yang ditunjuk oleh Direksi Teknis di
sepanjang atau batas tanah (right of way), dan tetap menjadi milik Pengguna Jasa.
Pohon-pohon di sepanjang dan di luar batas tanah harus dibiarkan tumbuh sejauh
tidak menganggu pekerjaan. Sisa bongkaran bangunan reruntuhan dari tempat-
tempat pekerjaan harus dibuang menurut persetujuan Direksi Teknis tanpa
pembayaran tambahan. Pekerjaan dianggap disetujui sesudah semua bahan-bahan
yang berguna dan peralatan dikumpulkan.
b. Semua Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan dan milik umum atau perorangan
yang diakibatkan oleh pekerjaan pembersihan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
harus diperbaiki atau diganti atas biaya Penyedia Jasa.
SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KONSTRUKSI

A. Pekerjaan Tanah
1. Pekerjaan Galian Tanah.
Galian adalah menggali tanah yang dilakukan baik secara mekanis maupun dengan tenaga
manusia dan mencakup penyediaan semua pekerjaan, peralatan, pembekalan dan
material. Pekerjaan galian tanah ada 2 (dua), yaitu :
a. Galian Tanah Biasa
 Semua dimensi galian harus dikerjakan menurut syarat-syarat yang ditunjukkan
pada gambar atau ditentukan oleh Direksi Teknis.
 Galian tidak boleh dimulai sebelum ada izin dari Direksi Teknis.
 Galian harus mencakup pembuangan bahan galian ditanggul atau tempat
pembuangan bahan bekas pada tempat yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
 Selama pekerjaan berjalan, mungkin perlu atau diinginkan adanya perubahan
oleh Direksi Teknis mengenai lereng-lereng atau dimensi-dimensi penggalian
sebagai perbaikan atau perubahan sesuai dengan spesifikasi.
 Galian untuk bangunan atau konstruksi lain yang diperlukan, dibuat menurut
dimensi dan elevasi rencana telah ditentukan.
 Semua penggalian harus cukup memberikan ruang kerja sementara yang
diperlukan selama konstruksi.
 Lereng, dasar saluran dan bangunan dirapikan sebaik mungkin, yang menurut
pendapat Direksi Teknis dapat dicapai dengan memakai peralatan yang telah
disetujui pemakaiannya oleh Direksi Teknis.
b. Galian Dengan Excavator
 Penggalian semua bagian dari pekerjaan dengan excavator harus dilaksanakan
sebaik-baiknya yang memenuhi syarat (qualified), efisiensi sesuai dengan
spesifikasi gambar-gambar rencana.
 Sebelum pelaksanaan penggalian dengan excavator di daerah yang telah
ditentukan, dipasang tanda pembatas galian.
 Volume galian untuk setiap penampangnya agar disesuaikan dengan ukuran
seperti tercantum dalam gambar rencana hasil pengukuran ulang (uitzet) yang
telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
 Dalam melaksanakan galian tanah, harus diperhatikan bila pada jalur galian
terdapat bangunan seperti jembatan atau bangunan lainnya, maka penggalian
dengan excavator harus berhenti pada jarak tertentu (ditentukan oleh Direksi
SPESIFIKASI TEKNIS

Teknis), sehingga tidak mengakibatkan pengaruh negatif pada bangunan


tersebut.
 Tempat tertentu yang tidak mungkin digali dengan alat, maka harus digali
dengan tenaga manusia, terutama untuk tebing dengan kemiringan disamakan
dengan galian alat.
 Seluruh hasil galian harus ditumpuk pada jalur/tempat yang telah ditentukan
oleh Direksi Teknis.
2. Pekerjaan Timbunan
a. Penimbunan harus dilakukan sampai suatu elevasi tertentu sesuai petunjuk Direksi
Teknis, agar jika terjadi penurunan tidak akan lebih rendah dari muka tanah yang
ada.
b. Material yang dipilih sebagai bahan timbunan harus bersih dari bahan organik.

B. Pekerjaan Beton
1. Lingkup Pekerjaan
Semua konstruksi beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan yang
akan dikerjakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk beton SNI-2.
Bahan-bahan (ingredients) harus dalam proporsi yang menghasilkan beton kental yang
mudah dikerjakan yang dapat dikonsolidasikan sepenuhnya.

2. Bahan untuk Beton


1) Portland Cement (PC)
Portland Cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan beton kualitasnya memenuhi
syarat standard Indonesia NI-8 atau standard lainnya atas persetujuan ahli. Penyedia
Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Teknis, kapan dan dimana semen itu
dihasilkan, dan Direksi Teknis senantiasa berhak memeriksa bahan tersebut.
Penyedia Jasa harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi Teknis dalam
proses pemeriksaan ini. Semen harus disimpan dalam tempat yang bebas dari
gangguan cuaca/hujan dengan menyusun setinggi 30 cm diatas tanah dengan
maksimum tumpukan atau susunan 13 Zak. Setelah lebih dari 90 hari sejak tanggal
pengiriman ke lapangan semen harus dibuang/tidak boleh digunakan.

2) Agregat Halus (Pasir)


SPESIFIKASI TEKNIS

Agregat halus adalah pasir alam yaitu pasir yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa
yang didapat dari Sungai atau sumber alam lainnya yang dapat disetujui oleh Direksi
Teknis.
Penyedia Jasa memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Teknis mengenai
sumber alam/quarry, guna mendapatkan persetujuan Direksi Teknis. Penyedia Jasa
harus menyerahkan kepada Direksi Teknis contoh pasir yang akan digunakan.
Pasir yang digunakan harus bersih, bebas lumpur, karang serta bahan organik dan
bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton. Semua pasir yang dipakai untuk
campuran beton adalah pasir yang berkualitas baik dan disetujui oleh Direksi Teknis.
3) Agregat Kasar (Batu Pecah)
Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus dan tidak mudah
pecah. Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 10 – 30
mm, atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis. Batu yang digunakan adalah batu
pecah yang berasal dari gunung batu atau dari batu besar yang bermutu kwarsa dan
keras.
4) Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam,
bahan organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusak. Bila
diperlukan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus menunjukkan sumber air yang
digunakan serta disetujui oleh Direksi Teknis.

5) Bahan Pembantu (Additif)


Untuk memperbaiki mutu beton, sifat pengerjaan, waktu pengikatan, dan
mempercepat pengerasan, dapat dipakai bahan pembantu yang jenis dan jumlah
bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknis.
Manfaat dari bahan pembantu dapat dibuktikan dengan hasil percobaan dan selama
bahan pembantu ini dipergunakan harus diawasi dengan cermat terhadap
pemakaiannya.
6) Besi
Semua besi untuk penulangan beton, adalah baja tulangan yang mempunyai mutu U-
39 dan berpenampang bulat dengan ukuran disesuaikan dengan gambar rencana.
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Kelas dan Mutu Beton

Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI-2) menurut
tabel dibawah ini :

Pengujian Terhadap
Σbk
Σbk Kategori
Kelas Mutu Dalam Kualitas Kekuatan
Dalam Bangunan
Kg/cm Agregat Tekanan
Kg/cm2 (tujuan)
2
I B0 - - Non- Ringan Tanpa
Strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K-125 125 200 Strukturil Ketat Continue
K-175 175 250 Strukturil Ketat Continue
III K>225 >225 >300 Strukturil Ketat Continue

4. Komposisi/Campuran Beton

4.1. Sebelum pekerjaan beton dilaksanakan diwajibkan untuk membuat Job Mix
Formula
(JMF) sesuai dengan spesifikasi beton yang disyaratkan.
a. Untuk struktur karakteristik kekuatan tekanan yang disyaratkan adalah K.
175.
b. Untuk Pekerjaan Rabat Beton kekuatan tekanan yang disyaratkan adalah
K.175.
c. Untuk Pekerjaan beton bangunan air yang disyaratkan adalah K. 175 – K.225.
4.2. Beton harus dibentuk dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah,
air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam
perbandingan yang telah ditentukan/serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai
kekentatan yang baik/tepat.
4.3. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan dibawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1,
K125, k175 dan K225. Pada umum B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada
pengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan
tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dengan keharusan
untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinue dari hasil-hasil
pemeriksaan benda uji.
SPESIFIKASI TEKNIS

4.4. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II- derajat K175, dan Penyedia Jasa harus
memperoleh derajat yang patut apabila perlu oleh Direksi Teknis, dengan
mengkombinasikan ukuran agregat yang proposional, agar diperoleh
sepatutnya.
4.5. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu
selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan
beton yang dihasilkan.
4.6. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan,
keawetan atau kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu
banyak.
4.7. Penambahan air untuk mengganti kekakuan beton sebagai akibat dari campuran
yang berlebihan atau pengeringan atau pengeringan yang tidak dapat diterima
sebelum dipasang, tidak akan dibolehkan. Akan dibutuhkan keseragaman dalam
konsistensi beton dari adukan ke adukan.

5. Perlengkapan Mengaduk
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus
mendapatkan persetujuan Direksi Teknis.

6. Mengaduk
6.1. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknis tentang beton kelas I, Penyedia Jasa
harus membuat proporsi ingredient tiap partai beton dengan teliti menurut
berat.
6.2. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton yaitu sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah
yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin
pengadukan berkapasitas lebih besar dari 1,5 m³. Direksi Teknis berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan
dan warna yang merata/seragam.
6.3. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsisten dari adukan ke adukan
kecuali bila diminta perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus
SPESIFIKASI TEKNIS

dituangkan lebih dahulu dalam selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang


berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk
mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan.

7. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32º C dan tidak kurang dari 45º
C. Bila suhu beton yang ditaruh berada antara 27º C dan 32º C, maka beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
8. Cetakan
8.1. Cetakan haruslah sesuai dengan bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran
dari hasil beton yang diinginkan seperti pada gambar-gambar atau seperti
ditetapkan Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab sendiri atas pekerjaan cetakan. Bahan
yang akan dipakai untuk cetakan harus disetujui oleh Direksi Teknis.
Namun demikian, tidak melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya atas
memadainya cetakan.
Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat menolak tiap bagian cetakan yang ternyata
rusak dan Penyedia Jasa harus membuang cetakan yang ditolak itu dari
pekerjaan dan menggantikannya atas biayanya sendiri.
8.2. Cetakan untuk mencetak beton dan dibuat sesuai menurut bentuk dan ukuran
yang ditentukan. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood/papan kayu yang
halus dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci disini.
8.3. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki, dimanapun juga dari
bagian jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari
kayu ataupun plywood dan harus dalam segala hal benar-benar berbentuk dan
berukuran yang dikehendaki dan harus memiliki kekuatan dan kekakuan yang
tepat pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan selama berlangsung
pekerjaan beton.
8.4. Semua cetakanyang dibuat harus kuat dan kokoh. Harus bersedia alat-alat dan
usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa
merusak permukaan dari beton yang telah selesai.
8.5. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga
dicegah pengembangan atau gerakan selama penuangan beton. Selama
Pengecoran pada pilar-pilar beton (concrete piels), cetakan-cetakan dapat
disangga dengan perancah dan penyangga cetakan harus bersandar pada
SPESIFIKASI TEKNIS

pondasi yang baik sehingga tidak akan terjadi penurunan cetakan selama
pelaksanaan.
8.6. Pemakaian kawat yang menembus beton untuk memantapkan cetakan pada
posisinya tidak diperbolehkan. Baut yang menembus beton boleh dipakai, tetapi
jumlahnya harus ditekan serendah mungkin untuk memantapkan pekerjaan
cetakan.
Diameter baut tidak boleh kurang dari 12 mm dan dari jenis dengan tudung yang
dapat dibukakan dapat dikeluarkan dengan mudah.
Setelah tudung dilepaskan, lubang-lubang harus disiar dengan rapih dan benar
dengan adukan semen. Harus dijamin agar warna siar sama dengan permukaan
sekelilingnya kalau kering.
8.7. Cetakan yang masih baik, tidak melengkung boleh dipakai kembali asalkan
memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. Cetakan-cetakan itu harus
dibersihkan sebelum pemakaian kembali dan harus diperbaharui sebagaimana
diperintahkan Direksi Teknis.
8.8. Dimana ditunjukkan pada gambar, atau kalau sebaliknya diminta atau
diperintahkan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus memasukkan pelat,
pengait angker (anchor hooks), klem (brackets) selama pekerjaan berjalan.
Pengait angker dan lain-lain ini harus distel dan ditopang dengan ketat dan garis
serta muka harus disetujui oleh Direksi Teknis sebelum pembetonan dimulai.
Tidak ada tulang beton yang boleh dipotong untuk memungkinkan fiting dan
lain-lain dicetak ke dalam pekerjaan tanpa mpersetujuan Direksi Teknis. Beton
harus dikerjakan betul-betul mengelilingi fiting dan lain-lain untuk menjamin
ikatan yang lengkap sehingga tidak ada kebocoran akibat adanya fitting dan lain-
lain itu.
9. Pemasangan Tulangan Beton
9.1. Pembengkokan Tulangan.
Semua bengkokan harus dibuat dengan melalui penggulung yang berputar
bebas. Pemanasan tulangan beton hanya akan diizinkan atau disetujui oleh
Direksi Teknis. Kecuali dicatat sebaliknya secara khusus pada gambar,
pembengkokan harus menaati standar yang telah ditentukan.
Batang-batang tulangan yang salah dibengkokan tidak boleh diluruskan atau
dibengkokan lagi, dan tidak boleh dipergunakan lagi.
SPESIFIKASI TEKNIS

9.2. Toleransi Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


a. Tulangan beton baja harus dipotong dari batangan-batangan yang lurus,
tidak kusut, bengkok atau cacat lain. Semua tulangan harus disediakan dalam
panjang penuh yang dicantumkan di Gambar. Kecuali di mana dicantumkan,
tidak diizinkan ada sambungan batangan kecuali diizinkan oleh Direksi
Teknis.
b. Sambungan tidak boleh kurang dari panjang yang dicantumkan dalam
Gambar yang selalu harus menjadi pilihan diatas standar yang telah
ditetapkan.
c. Kawat utama lembar tulangan beton dari anyaman baja harus disambung
paling sedikit 30 mm dan kawat melintang paling sedikit 150 mm.
d. Penyedia jasa harus mengetahui informasi yang diberikan di Gambar dan
dalam Spesifikasi, untuk memperoleh kebutuhan yang tepat atas tulangan
beton baja untuk pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyusun sendiri jadwal
pembengkokan batangan.
e. Penjelasan tulang beton baja lunak membutuhkan persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Teknis.
9.3. Toleransi Pada Pemasangan Tulangan.
a. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain
oleh perencana pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi
seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
b. Terhadap dudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan
sebesar ±6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ±12 mm untuk
ukuran lebih dari 60 cm.
c. Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan toleransi
sebesar ±50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
d. Terhadap kedudukan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ±25
mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di ujung batang
memenuhi yang disyaratkan.
e. Terhadap dudukan batang-batang plat dan dinding ditetapkan toleransi di
dalam bidang tulangan sebesar ±50 mm.
f. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan
ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS

g. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus beton


atau ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak dipotong dan tidak boleh
digeser tempatnya lebih jauh daripada toleransi yang ditentukan di atas.

C. Pengadaan Pipa dan Aksesoris


1. Referensi dan Standar
Referensi standard dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan
kualitas material yang diminta. Semua material-material yang dikirim harus seratus
persen baru (bukan material bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi
teknis yang ditentukan. Standard yang dapat diterima adalah :
SII- Standard Industri Indonesia.
ISO- International Organization For Standartdzation.
JIS- Japanese Industrial Standard.
BS- British Standard.
DIN- Deutche Industrie Norm.
AWWA- American Water Works Association.
ASTM- American Society for Testing and Materials.
ANSI- American National Standard Institute.
SNI- Standard Nasional Indonesia.

2. Bahan Pipa dan Fitting


Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang tercantum dalam
dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa bahan pipa yang ditawarkan mempunyai
kualitas keseluruhan yang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang tercantum dalam
dokumen lelang ini. Dalam hal bahan pipa yang ditawarkan berbeda dengan apa yang
tercantum dalam dokumen lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambar-
gambar detail junction (gambar detail penyambungan pipa) disertai dengan jumlah dan
spesifikasi dari tiap material yang ditawarkan. Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan
harus dapat digunakan didaerah tropis dengan temperatur air yang mengalir antara 15 –
35o C dan pH antara 6 sampai dengan 8. Seluruh pipa dan fitting akan ditanam di dalam
tanah kecuali untuk hal-hal khusus yang membutuhkan lain.

3. Spesifikasi Teknik Pipa dan Fitting


4.1. Spesifikasi Teknik Pipa HDPE dan Fitting
a. Spesifikasi Teknik Material Pipa HDPE dan Fitting :
1.1. Bahan utama : Polyethelene
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2. Standar : SNI : 06-4829-2005


1.3. Sambungan : Butt Fusion
1.4. Fitting : Terbuat dari bahan yang sama.
1.5. Kandungan Karbon : 2 - 2,5%
1.6. Tekanan Kerja : 10 kg/cm2
1.7. Warna : Hitam.
1.8. Tekanan Uji : 12,5 Kg/cm2
1.9. Kelas : HDPE PE 100; SDR21; PN 08; OD 225.
1.10. Panjang Minimal : 6 Meter.
b. Standar
Standard pipa HDPE mm yang digunakan sesuai dengan sertifikasi SNI : 06-4829-
2005 (Pipa Polietilena untuk air minum). Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik
yang sudah sertifikasi ISO dimaksud. Setiap pipa harus mempunyai tanda/cap pada
bagian luar yang menunjukkan diameter nominal, kelas, nama pabrik pembuat dan
trade mark. Setiap pipa mempunyai ketebalan menurut kelasnya dan merata sesuai
dengan ketentuan pabrik baik pada ujung maupun bagian tengah pipa. Bila
dilapangan terdapat material yang tidak memenuhi standard dalam kelasnya maka
Penyedia jasa dapat dikenakan sanksi untuk mengganti sebagian atau pun seluruh
material yang telah dikirim dan segala biaya ditanggung Penyedia Jasa.

Bahan baku pipa pipa HDPE harus tersertifikasi sesuai ISO 12162 dengan Minimum
Required Strength (MRS) 11.2 pada suhu 20o C untuk umur pakai 50 tahun.
Pipa HDPEdapat dipasang di jalan, dengan kondisi tanah kurang baik.
c. Kelas
Seperti yang tercantum dalam volume pekerjaan (Bill of Quality) yang digunakan
adalah jenis pipa HDPE PE 100, minimal PN 10 dengan tekanan kerja minimal 10
Kg/cm2, menurut standard SII yang berlaku dan mempunyai panjang efektif
minimal 6 meter.
d. Sambungan
Seperti yang tercantum dalam volume pekerjaan, sambungan pipa HDPE digunakan
dengan cara Butt Fusion.
e. Fitting
Fitting sambungan harus sesuai PN 10 kg/cm2 dan bila tidak disebutkan lain dalam
volume pekerjaan (Bill of Quality), maka sistem sambungan menggunakan cara Butt
Fusion.
SPESIFIKASI TEKNIS

4.2. Spesifikasi Teknik Pipa PVC dan Fitting


a. Spesifikasi Teknik Material Pipa PVC dan Fitting
1.1. Bahan utama : PVC SH-0344-82 atau sederajat
1.2. Standar : SNI 06-0084-2002
1.3. Sambungan : Rubbering
1.4. Fitting : Terbuat dari bahan yang sama.
1.5. Tipe : S-12,5
1.6. Tekanan Kerja : >5 kg/cm2
1.7. Tekanan Uji : 12,5 Kg/cm2
1.8. Panjang Minimal : 6 Meter.
b. Standar
Material yang digunakan adalah yang memenuhi standard dengan panjang
efektif tidak lebih dari 6 meter. Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik
yang telah mendapat izin untuk penggunaan SII yang dikeluarkan oleh
Departemen Perindustrian. Setiap pipa harus mempunyai tanda/cap pada
bagian luar yang menunjukkan diameter nominal, kelas, nama pabrik
pembuat dan trademark.
c. Kelas
Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), yang
digunakan adalah jenis pipa PVC dengan tekanan nominal 10 kg/cm2
menurut standard SNI yang berlaku dan mempunyai panjang efektif 6 meter.

5. Spesifikasi Teknik Gate Valve


a. Spesifikasi Teknik Gate Valve :
1.1. Standar : AWW A C 500.
: ISO 2531.
1.2. Sambungan : Flange.
1.3. Jenis : Non rising stem.
1.4. Arah Putaran : Membuka berlawanan arah jarum jam tutup searah
Jarum jam.
1.5. Tekanan Kerja : 100 Kg/cm2
1.6. Bahan Body : Besi Tuang.
1.7. Bahan Stem : Perunggu/Steinless Stell.
1.8. Body Seat Ring : Kuningan/Perunggu.
SPESIFIKASI TEKNIS

1.9. Disk Seat Ring : Kuningan/Perunggu.


b. Bila tidak disebut dalam daftar kuantitas pekerjaan maka Gate Valve yang
ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non rising stem”. Valve harus memenuhi
standard “Gate Valve for Water and Other Liquids” (AWWA C 500) atau standard
international lain yang sama atau yang lebih tinggi kualitasnya, dan didesain khusus
untuk tekanan kerja yang tidak lebih kecil dari 10 Bar.
c. Penawaran Gate Valve adalah berikut Hand Wheel kecuali bila disebut lain dalam
volume pekerjaan (Bill of Quantity), maka Gate Valve harus dilengkapi dengan Cap
untuk stemnya dan sudah dibaut.
d. Badan dari Gate Valve, Hand Wheel/Cap tersebut dari besi tuang kelabu atau bahan
dengan kualitas lebih tinggi.
e. Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.
f. Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.

6. Spesifikasi Teknik Katup Udara


1. Spesifikasi Teknik Katup Udara:
1.1. Standar : JIS-B2213
: AWWA Designation C 504.
: ASTM Designation A 126.
: ASTM 536
: JIS-B 2213
1.2. Sambungan : Flange.
1.3. Cara Kerja : Otomatis.
1.4. Badan Valve : Cast Iron atau ductile iron.
1.5. Pelampung : Ebonit, Steinless Stell, Acrynolitrile Butadine Stell
1.6. Tekanan Uji : 1 bar diatas tekanan kerja.
2. Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-hal sbb :
2.1. Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
2.2. Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
2.3. Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak di dalam pipa.
2.4. Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepas.
2.5. Aman terhadap vakum.
Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap dengan
mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan yang diberikan pada
uraian pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Badan valve tersebut dari cast iron atau ductile iron dan pelampung dari ebonit,
stainless steel atau Acrynolitrile Buthadiene Steel.
4. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau ABS.
5. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 Bar diatas tekanan kerja dan tidak
menunjukkan gejala kebocoran. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum
0,1 bar.

D. Pekerjaan Pemasangan Pipa dan Aksesoris


1. Penggalian dan Pengurugan untuk Pemasangan Pipa
1.1. Parit galian yang diperlukan untuk pemasangan pipa, digali ditempat yang sesuai
dengan jalur/trace pipa yang telah ditentukan sesuai dengan gambar standard.
Penyedia Jasa wajib mematuhi syarat-syarat ijin tersebut. Biaya dalam mengurus
perijinan tersebut harus termasuk dalam penawaran.
Dalam pelaksanaan pembangunan di atau dekat jalan-jalan umum Penyedia Jasa
harus mengatur pelaksanaan sedemikian rupa sehingga dapat disediakan jalan yang
aman dan memadai dan terbuka sepanjang waktu untuk kendaraan dan pejalan
kaki.
1.2. Ukuran profil galian (lebar dan dalam) harus dibuat sesuai dengan standard profil
parit galian yang berlaku untuk pipa air baku, sesuai ketentuan sebagaimana
terdapat dalam gambar standard atau gambar perijinan yang berlaku. Atau jika
diperlukan, untuk memperoleh jalur trace dan kedalaman pipa yang baik dan tepat,
dapat digunakan alat ukur jarak (theodolit, dll) yang memadai yang harus
disesuaikan oleh Penyedia Jasa.

1.3. Galian dalam keadaan terbuka tidak boleh dibuat lebih panjang dari 6 m terhadap
pipa yang telah terpasang dan pengurugan kembali harus dilakukan pada hari yang
sama dengan penggalian, kecuali pada perhentian pipa yang ditentukan oleh Direksi
Teknis.
1.4. Khusus pada tempat-tempat sambungan, koneksi, atau singgeman, lebar parit galian
dibuat sedikit lebih lebar untuk memudahkan pelaksanaan kerja.
1.5. Bila pada waktu penggalian timbul genangan air akibat hujan atau mata
air/rembesan, maka air tersebut harus dipompa keluar dari parit galian. Untuk itu
Penyedia Jasa harus menyediakan pompa air yang dapat bekerja dengan baik serta
dengan kapasitas yang mencukupi dan sudah diperhitungkan/dimasukkan dalam
harga penawaran lelang.
SPESIFIKASI TEKNIS

1.6. Penggalian harus dilaksanakan dengan hati-hati, kerusakan-kerusakan pipa PDAM


dan utilitas lain (Telepon, PLN, Gas dll) pada jalur pekerjaan adalah menjadi
tanggung jawab penyedia jasa. Jika ditemukan adanya utilitas yang harus
dirusak/dipindahkan, Penyedia Jasa sebelumnya diwajibkan memberitahu
pengawas untuk meminta petunjuk atau penyelesaian.
1.7. Jika karena sesuatu hal terjadi kerusakan pada instalasi lain, dalam kesempatan
pertama penyedia jasa harus segera menghentikan pekerjaan dilokasi tersebut dan
segera memberitahu pengawas untuk memperoleh petunjuk penyelesaiannya.
Sejauh kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh kesalahan/kelalaian Penyedia
Jasa, Penyedia Jasa tidak diwajibkan menanggung resiko sepenuhnya.
1.8. Parit galian harus bersih dan dapat dijamin bahwa bagian dalam dari pipa tidak
kotor oleh tanah serta bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu dan
kualitas air baku. Jika diperlukan dapat disediakan pompa air dan lain-lain, dan
Penyedia Jasa harus sudah memperkirakannya serta telah
diperhitungkan/dimasukkan dalam harga penawaran.
1.9. Mengingat galian sangat dalam dan dapat membahayakan pengguna lalu lintas,
maka penyedia jasa harus memberikan tanda yang jelas sehingga aman bagi
pengguna jalan.
1.10. Penyedia jasa berkewajiban menjaga agar truk pengangkut tanah galian, alat berat
lainnya dan kendaraan beroda empat atau lebih tidak boleh berhenti atau parkir di
tepi galian yang masih terbuka.
1.11. Selama proses penggalian, pemadatan dan pengurugan, posisi alat berat harus
berada pada jalur galian yang belum digali.
1.12. Dalam hal pengurugan, truk pengangkut pasir harus juga membongkar pada jarak
yang aman dari galian, pasir selanjutnya diangkut dengan menggunakan alat bantu
lain yang tidak membahayakan galian dan keselamatan pengguna jalan lainnya.
Biaya akibat pengangkutan pasir harus diperhitungkan dalam penawaran.
1.13. Penyedia Jasa harus memperbaiki kembali semua saluran yang terganggu akibat
pelaksanaan pekerjaan sampai Penyedia Jasa merasa bisa menerima.
Bila ada saluran yang terbuka akibat adanya pelaksanaan pemotongan, Penyedia
Jasa harus segera memasang pipa sementara yang diberi pelindung secukupnya
dengan rangka-rangka kayu yang melintang di atas galian untuk menjamin
kelancaran aliran air dan untuk mencegah masuknya air ke dalam galian. Selama
pengurugan kembali, Penyedia Jasa harus membongkar kembali pipa dan penyangga
sementara tersebut.
SPESIFIKASI TEKNIS

1.14. Pengurugan harus dilakukan sampai suatu elevasi tertentu sesuai petunjuk Direksi
Teknis, agar jika terjadi penurunan tidak akan lebih rendah dari muka tanah yang
ada.
1.15. Material yang digunakan harus bersih dari bahan organik.

2. Pekerjaan Pemasangan
2.1. Umum
Penyedia Jasa tidak dibenarkan melaksanakan penyambungan/pemasangan pipa
sebelum ada ijin dan persetujuan Direksi Teknis. Untuk itu Penyedia Jasa agar
menghubungi Direksi Teknis terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan selambat-
lambatnya 1 (satu) hari sebelum pekerjaan dimulai. Pipa fitting dan aksesoris serta
bangunan pelengkapnya yang akan dipancang harus sesuai dengan gambar bestek
dengan cara serta petunjuk dari pengawas. Semua flange untuk fitting-fitting harus
memenuhi ukuran-ukuran yang disebutkan di dalam standard yang digunakan. Peil
dari peletakan pipa serta kedalamannya terhadap permukaan jalan/ tanah asal
harus diperiksa dengan teliti, bila perlu dengan menggunakan instrumen water pass
atau theodolit, instrumen ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Penetapan peil
serta kedalaman galian pipa harus dilakukan sesuai ketentuan/standard yang
berlaku, Penyedia Jasa tidak diperkenankan meletakkan/memasang pipa sebelum
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis atas kebenaran atau ketepatan peil serta
kedalaman galian. Perubahan arah peletakkan pipa (belokan, tikungan, tanjakan dan
penurunan) harus dilaksanakan dengan bahan penyambung (bend atau elbow) yang
sesuai, begitu pula untuk percabangan dengan bahan penolong tee harus sesuai
dengan gambar bestek. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara
apapun (secara mekanis atau pemanasan ) tidak diperkenankan tanpa ijin dari
Direksi Teknis. Pemasangan dan penyambungan pipa serta aksesoris tidak
diperkenankan dilakukan pada kondisi ada genangan air.
2.2. Menyusun / memasang pipa sambungan dan perlengkapan khusus lainnya.
a. Umum
Seluruh pipa sebelum sambungan dan benda-benda khusus lainnya dipasang
seperti yang direncanakan harus diperiksa benar-benar tentang keutuhannya
sebelum dan sesudah diangkut dari gudang ke lokasi. Jika ada yang rusak, harus
ditolak. Jika ada kerusakan pada pelindung bagian dalam dan luar pipa harus
diperbaiki terlebih dahulu sebelum pipa tersebut dipasang.
Pemasangan pipa harus dilakukan dengan cermat/sehingga dapat dijamin tidak
terjadi kebocoran.
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Di Dalam Galian
Semua pipa, sambungan dan benda-benda khusus harus diberi dasar dengan material yang
padat diseluruh jaringan pipa yang dipasang. Jika ditunjukkan dalam gambar atau diperintah
oleh Direksi Teknis, maka pipa sambungan dan perlengkapan khusus diberi alas dengan kerikil
atau dikelilingi oleh beton seperti dijelaskan dalam spesifikasi ini.
c. Di Dalam Bak-bak Kontrol
Semua pipa sambungan dan perlengkapan khusus lainnya harus dimasukkan
dengan hati-hati pada letaknya yang benar didalam bak-bak kontrol sedemikian
rupa sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan dan benda-benda itu harus
ditopang secukupnya dengan balok-balok kayu atau penyangga sementara
lainnya yang disetujui oleh Penyedia Jasa sehingga yang permanen tersedia.
d. Pemasangan Katup-katup
Semua katup harus diperiksa dengan teliti dan yang rusak ditolak. Semua katup
harus dipasang dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga terhindar dari segala
kerusakan. Semua katup harus dipasang sedemikian rupa sehingga batang
kemudi katup benar-benar tegak kecuali memang diperlihatkan lain dalam
gambar atau menurut perintah Pengguna Jasa. Pada ulir as katup-katup harus
diberi minyak pelumas secukupnya dan lubang-lubangnya dicocokan satu sama
lain untuk memudahkan cara operasinya dikemudian hari.
2.3. Celah-celah Sementara di Jalur Pipa.
Jika pekerjaan pipa terpaksa dihentikan, panjang celah sementara untuk daerahdaerah tertentu
harus ditentukan terlebih dahulu setelah dibicarakan dengan Direksi Teknis.
Penyedia jasa harus menyerahkan sketsa-sketsa yang menunjukkan ukuran yang
ada kepada Penyedia Jasa untuk disetujui. Sketsa tersebut harus menunjukkan
detail pipa dan cara penyambungannya yang akan dipakai untuk menjamin bahwa
penyambungan kembali tersebut tidak bocor. Perlu diperhatikan untuk tetap
menjaga ketetapan “alignment” (jalur) pipa di celah-celah sementara tersebut.
2.4. Menyambung Pipa
Penyedia jasa harus menggunakan pengarahan teknis yang diberikan oleh
pemasok pipa tentang cara-cara penyambungannya kepada para pekerja yang
bertugas menyambung pipa. Bila pemasok pipa menganjurkan pemakaian
perlengkapan penyambungan khusus, maka Penyedia jasa wajib mematuhinya
untuk semua sambungan pipa dengan jenis yang ditentukan dalam spesifikasi.
Semua sambungan harus kedap air.
SPESIFIKASI TEKNIS

Penyambungan antara satu batang pipa terhadap batang pipa selanjutnya harus
dilakukan sesuai dengan jenis sambungan yang telah ditentukan untuk masing-
masing jenis pipa antara lain :
a. Sambungan pada pipa PE dengan sistem Butt Fusion.
b. Sambungan pipa lain sesuai dengan standard pabrik.
2.5. Sambungan Flange
a. Umum
 Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar galian
perlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa
dijaga tetap stabil untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
 Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa yang
dilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu
dari pipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang benar,
sehingga pada waktu pengelasan dan penurunan pipa kedalam parit
galian, pipa tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini penyedia jasa
terlebih dahulu harus minta persetujuan dari Direksi Teknis.
 Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus di test. Pengetesan
dilaksanakan dengan cara radiographic atau dengan cara lain yang
disetujui Direksi Teknis.
2.6. Sambungan dengan Pengelasan
a. Umum
 Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar galian
perlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa
dijaga tetap stabil untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
 Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa
yang dilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang
tertentu dari pipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang
benar, sehingga pada waktu pengelasan dan penurunan pipa kedalam
parit galian, pipa tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini penyedia
jasa terlebih dahulu harus minta persetujuan dari Direksi Teknis.
 Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus di test. Pengetesan
dilaksanakan dengan cara radiographic atau dengan cara lain yang
disetujui Direksi Teknis.
b. Tukang Las
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengelasan harus dilakukan tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam


bidangnya.
c. Kawat Las
 Kawat las yang dipergunakan adalah jenis JIS Z 3211 atau semutu dan
disetujui Direksi Teknis.
 Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembaban harus
kurang dari 0,5 % untuk kawat yang mengandung zat air rendah.
d. Mesin Las
Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Teknis
e. Pembersihan dan Perbaikan Lapisan Pipa.
 Sebelum sambungan pipa dilas, sepanjang yang diperlukan bagian dalam
dan luar pipa baja berdiameter 600 mm keatas lapisan dalam (lining)
dan luar (coating) harus dibuka secara pelan-pelan dan hati-hati.
 Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa
dipasang kembali seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk
dan peraturan-peraturan pabrik pembuat pipa.

2.7. Sambungan dengan Rubber Ring


a. Bersihkan ujung pipa spigot yang telah dikikir dan socket serta bagian
dudukan cincin karet yang akan disambung dengan cairan pembersih
(cleaner).
b. Masukkan cincin karet kedalam socket. Posisi kedua pipa harus sejajar.
c. Masukkan ujung pipa spigot kedalam socket sampai batas yang dikehendaki
dengan tuas perapat. Apabila cincin karet terhadap spigot dan socket yang
dikehendaki sudah benar, maka tuas perapat dapat dibuka.
2.8. Sambungan dengan Butt Fusion
Sebelum Penyedia Jasa melakukan penyambungan harus mendapat pengarahan
atau training dari supplier tentang metode penyambungan yang baik dan benar.
Setiap sambungan Butt Fusion harus terekam dalam dokumen khusus yang
ditanda tangani oleh Suplier, Penyedia Jasa dan Direksi Teknis.
a. Peralatan yang Dibutuhkan
Generator dengan kapasitas yang cukup.
• Mesin butt fusion lengkap dengan pengencang pipa, pemotong, plat pemanas,
pompa hidraulik dan pengatur waktu.
• Roda penyangga pipa.
SPESIFIKASI TEKNIS

• Alat pembersih, kain katun atau handuk kertas (tissue).


• Alat ukur sambungan.
• Temperatur digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
• Pipa dan penutupnya.
• Papan landasan.
• Pemotong pipa.
• Termometer temperatur udara.
• Spidol warna putih.
• Alat pengukur waktu.
• Meteran ukuran 12 meter.
b.Cara Penyambungan :
Tempatkan pipa pada clamp (penjepit) dimana ujung pipa berhadapan dengan
plat pemotong dalam posisi lurus.
Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
• Kencangkan clamp (penjepit) untuk menegang dan membulatkan kembali
pipa.
• Tutup kembali pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh
masuknya udara kebagian dalam pipa.
• Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga ujung
pipa tetap berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan permukaan
pipa yang kontinyu.
• Jaga agar alat pemotong tetap nyala, sementara clamp (penjepit) dibuka
untuk menghindari terjadinya pemotongan permukaan yang tidak rata.
• Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan dengan
permukaan pipa.
• Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
• Dilarang menyentuh permukaan yang sudah dipersiapkan.
• Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak ulangi proses
pemotongan.
• Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan
potongan.
• Maksimum selisih diameter yang diijinkan adalah :
1,0 mm untuk pipa ukuran 90 mm s/d 315 mm.
2,0 mm untuk pipa ukuran 355 mm s/d 800 mm.
2,5 mm untuk pipa ukuran lebih besar dari 800 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS

Jika ketidak sesuaian tersebut lebih besar dari batas yang disyaratkan,
maka
pipa harus diluruskan lagi dan dipotong lagi.
• Buka dan kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakkan pipa bersama-sama secara hidrolik. Tekanan
tarik adalah ukuran tekanan minimal yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya
gesek akibat tarikan kerja mesin dan berai pipa/fitting yang sedang
disambung.
Catatan : Tekanan tarik (kPa) harus diperkirakan secara tepat sebelum
pembuatan sambungan dan harus ditambahkan tekanan ram dasar yang
ditunjuk pada mesin. (Apabila yang digunakan mesin las otomatis, maka
pekerjaan ini akan terlaksana secara otomatis)
• Pindahkan lempengan pemanas dari tempat perlindungan. Periksa bahwa
plat tersebut bersih dan baik suhunya.
• Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya bagian
permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan system
hidrolik dengan menggunakan tekanan yang ditentukan sebelumnya.
• Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan lelehannya
merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya. Lihat schedule PE butt welding
AS/NZS4130 untuk pipa PE.
• Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada sistem hidrolik harus dilepas
supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sehingga
sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu pemanasan. Periksa
bahwa pipa tidak bergeser posisinya diclamp dan ujung pipa harus terus
dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanas.
• Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan alat pemanas
pastikan bahwa plat tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
• Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan yang ada)
dan rekatkan permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
• Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sesuai
yang diindikasikan pada tabel.
• Setelah itu pipa yang disambung bisa dipindahkan dari mesin tapi tidak
boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan
diatas.
SPESIFIKASI TEKNIS

• Periksa sambungan untuk kebersihan dan penyambungannya dan cek


bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data dari semua
penyambungan dengan mengisi Butt Welding Sheet.
Perlindungan terhadap bagian luar flens dan coupling sambungan. Sambungan
flens, coupling dan flens adaptor diluar bak kontrol, harus dilindungi terhadap
karat dengan bantuan pembungkus pita (tape), mastic dan pasta yang disetujui
Direksi Teknis dengan cara tanpa di panaskan (dingin). Sebelum dililit, semua
bagian sambungan harus dibersihkan dengan seksama dan dilapisi dengan
pasta. Kemudian lekukan sambungan diisi dengan mastik sebelum pita
diikatkan dengan jarak tumpang tindih (overlap) sebesar ½ x lebar pita yang
dipakai. Pita harus dilebihkan sejarak 150 mm searah panjang pipa disetiap
sisi sambungan.
Sebelum dan sesudah dipasang pipa dan aksesorisnya, terutama pada bagian
sebelah dalamnya, harus dijaga bersih dan diperiksa lagi atas kemungkinan
kerusakan dan retak-retak. Pipa dan aksesorisnya yang dipasang hanyalah
yang baik kondisinya, untuk itu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Teknis. Setiap sambungan pipa, singgeman, koneksi dan lain-lain, harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan, terutama terhadap kemungkinan kebocoran. Pemotongan pipa,
apabila benar-benar diperlukan, dapat dilakukan Penyedia Jasa dengan
petunjuk Direksi Teknis dan harus dilaksanakan dengan alat yang
sesuai/khusus untuk jenis atau bahan yang dipasang agar benar-benar
terjamin penyambungan yang baik dan sesuai persyaratan.
Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak lebih besar
dari yang diijinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan, untuk itu akan
diberikan petunjuk oleh Direksi Teknis. Misalnya, untuk pipa DCI/MJ 200 mm,
maksimum defleksi adalah 5 derajat, dsb.
Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar betul-betul lurus serta pada peil ketinggian yang benar.
Dan dasar pipa harus terletak rata, tidak ada batu-batu, puing-puing atau
benda-benda keras yang memungkinkan terganggunya kedudukan pipa
sehingga bias mengakibatkan rusaknya pipa dikemudian hari.
SPESIFIKASI TEKNIS

Pada waktu pemasangan pipa, parit galian untuk peletakan pipa harus kering
dan bersih, tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus
diperiksa kembali kebersihannya.
2.9. Memasang pipa yang menembus beton atau pasangan batu.
Permukaan luar pipa yang akan dipasang menembus beton atau pasangan batu
harus diberi pelindung tambahan dengan penghubung logam yang diperkuat atau
penghalang lain yang tidak terisolasi. Bagian luar permukaan pipa harus dicat
dengan semen dan dilapisi dengan pasir, sementara semen masih basah untuk
memperoleh ikatan yang baik. Untuk pipa yang dipasang menembus tembok-
tembok sambungan antara pipa dan dinding harus dibuat kedap air.
2.10. Penutupan Ujung Pipa.
Semua pipa yang belum terpasang harus ditutup kedua ujungnya guna
menghindari masuknya kotoran dan sebagainya.
Semua ujung pipa yang terakhir, yang tidak dilanjutkan lagi, harus ditutup, dengan
ketentuan :
a. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam
kerja atau dihentikan sementara, pada ujung-ujung pipa yang terkahir harus
ditutu rapat untuk mencegah masuknya tanah, batu, kotoran, benda-benda
asing atau air kotor kedalam pipa.
b. Jika tidak ditentukan lain, maka penutupan sementara ujung pipa yang
terakhir harus menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang
digunakan antara lain :
• Pipa PE: Menggunakan cap, lengkap dengan konstruksi penguat sementara.
c. Jika pekerjaan dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi, maka dengan fitting yang
sama sebagai penutup, konstruksi penguat harus dibuat permanen dengan
thrust block adukan : 1:2:3
d. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan
bebas dari minyak/oli, ter/aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya,
dengan system/bahan penutup yang sesuai dengan ketentuan dan atau atas
petunjuk Direksi Teknis.
Jika ada sumbat yang terbuka pipa yang berdekatan harus diperiksa, dan jika
didapati kotor atau gangguan lainnya harus dibersihkan seperlunya. Jika ada
kerusakan atau penyumbatan dalam pipa yang disebabkan oleh masuknya lumpur,
tanah, batu atau benda-benda lain, maka harus diperbaiki kembali. Apabila air
masuk kedalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan kembali, tutup
SPESIFIKASI TEKNIS

rapat air pada kedua ujung pipa tersebut jangan dibuka dahulu sebelum air di
parit galian dipompa sampai kering dan bersih.

3. Pemasangan Valve
Lokasi pemasangan air valve dan box valve sesuai dengan gambar. Air Valve (katup
Udara) :
3.1. Air valve yang akan dipasang pada pipa baja dilaksanakan seperti tertera didalam
gambar.
3.2. Pipa baja untuk kedudukan air valve terlebih dahulu dibalut dengan pipa baja,
setelah plat pembalut tersebut selesai dilas dengan pipa, baru valve dipasang.
Pada pembalut tersebut harus dibuat ulir yang disetujui oleh Direksi Teknis. Air
Valve harus dibaut dan dikunci dengan sempurna pada plat pembalut sehingga
kedap air

4. Perlintasan Pipa
Membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul, untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
4.1. Perlintasan Sungai
a. Untuk pipa-pipa yang melintasi kali/sungai, bila mengizinkan, pipa-pipa digantungkan
pada jembatan yang ada dengan konstruksi yang sederhana, yaitu denga memakai
gantungan dari besi lat yang dikuatkan pada gelegar jembatan. Bila tidak dinyatakan
lain dalam gambar, maka pipa yang digunakan untuk perlintasan ini adalah pipa baja.
b. Apabila tidak memungkinkan digantung pada jembatan yang ada, harus diadakan
jembatan pipa sendiri.
c. Bila pemasangan pipa digantung pada jembatan yang ada, ataupun digantung pada
bangunan-bangunan lain yang ada, persetujuan dari pemilik atau instansi yang
berwenang mengenai rencana pelaksanaan penggantungan pipa pada bangunan-
bangunan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
4.2. Jembatan Pipa
a. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-alat dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
b. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksanakan pembuatan pondasi
saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan pemasangan pipanya dan penyambungan
didalam tanah dengan pipa yang berdekatan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
c. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada di dalam
gambar sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri dilapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Pada tiap-tiap bentangan jembatan pipa, pipa-pipa yang dipasang harus berbentuk 1 :
350 diambil dari as bentangan ke tumpuan.
e. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan pier. Ring Support
harus dibuat dari satu jenis baja sesuai dengan standard yang ditentukan. Setelah
semua klem pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki kemudian dilas
pada sekeliling pipa dan dicat.
f. Penyedia Jasa harus mempersiapkan kayu-kayu ataupun batang-batang kelapa
melintasi sungai dengan lebar seperlunya untuk perancah pelaksanaan pemasangan
pipa, penyambungan, pengelasan dan untuk pengecatan pipa. Perancah tersebut
dibuat harus dalam keadaan kuat, sehingga terjaminpelaksanaan yang aman waktu
pemasangan pipa ataupun waktu pelaksanaan pemancangan pondasi tiang pancang
(bila ada).
g. Dari hasil survey dan pengecekan lapangan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan
gambar-gambar kerja dan rencana pelaksanaan pemasangan jembatan pipa.
h. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang menunjukkan
semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang pancang dan perhitungan-
perhitungan yang diperlukan harus diserahkan kepada Direksi Teknis untuk terlebih
dahulu diperiksa dan disetujui. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melaksanakan
pemasangan jembatan pipa sebelum gambar kerja disetujui Direksi Teknis.

5. Pengecetan Pipa
5.1. Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua lapisan cat dasar
setelah dipermukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering.
5.2. Semua bagian-bagian besi baja yang terdapat pada jembatan pipa seperti pipa
support, klem pipa, anchor dan lain-lain harus pula diberi cat.
5.3. Semua sambungan pipa baja pengelasannya dilaksanakan dilapangan, maka setelah
selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki kembali. Bagian pipa
yang sudah diperbaiki tersebut, harus dilapisi kembali dengan ter ataupun cat
dasar meni merah seperti sebagaimana keadaan semula.
6. Pengurugan
6.1. Pengurugan kembali galian harus dilakukan tidak langsung kebagian pipa dan
struktur.
6.2. Urugan baru dapat dilaksanakan, setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Teknis.
6.3. Bahan urugan tidak boleh mengandung benda-benda organik, seperti
rumputrumputan, akar-akar pohon dan lain sebagainya dan tidak merupakan
SPESIFIKASI TEKNIS

bahan yang melar (non expansive), serta tidak mengandung benda keras/batu
dengan diameter lebih besar dari 2 cm.
6.4. Urugan tanah untuk pipa tiap-tiap pekerjaan harus diadakan lapis demi lapis yang
tiap-tiap lapis dipadatkan.
6.5. Pengurugan lapisan tanah dilakukan lapis demi lapis sampai kepermukaan yang
direncanakan. Ketebalan tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm. Urugan tanah
untuk pemasangan pipa baru dilaksanakan setelah pengurugan pasi di sekeliling
pipa yang dipasang telah selesai disetujui Direksi Teknis.
6.6. Pengurugan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat sambungan pipa,
sambungan fitting dan tempat-tempat lain yang ditentukan Direksi Teknis sebelum
pengujian pemasangan dinyatakan disetujui Direksi Teknis. Pengurugan pada
tempat-tempat ini tidak boeh dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi Teknis. Bila
sebelum pengujian pipa, ada bagian-bagian yang harus diurug untuk kepentingan
lalu lintas ataupun untuk keperluan lain. Penyedia Jasa harus melaksanakan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknis. Jumlah dan jenis elektrikal yang harus disediakan
dan dipasang pada pekerjaan ini adalah sesuai.

7. Pekerjaan Perbaikan Bekas Galian


7.1. Pekerjaan perbaikan bekas galian pemasangan pipa adalah pekerjaan yang harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga keadaan/konstruksi bangunan/sarana
yang telah dirusak dapat kembali seperti semula, antara lain :
a. Jalan aspal harus kembali beraspal.
b. Jalan batu harus kembali berbatu.
c. Trotoar beton harus kembali berbeton.
d. Dan lain-lain yang dijumpai selama pelaksanaan pekerjaan.
7.2. Penyedia Jasa berkewajiban untuk melaksanakan perbaikan bekas galian sesuai
dengan bestek dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan hal ini adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan sudah
termasuk dalam penawaran Penyedia Jasa.

8. Pekerjaan Penyelesaian / Perapihan


Jika seluruh pekerjaan pemasangan pipa dan perbaikan bekas galian telah selesai
dilaksanakan, maka Penyedia Jasa berkewajiban untuk membersihkan serta merapihkan
kembali lingkungan pekerjaan seperti semula.

E. Pekerjaan Sambungan Rumah (SR)


SPESIFIKASI TEKNIS

a) Spesifikasi Pipa Sambungan Rumah (SR)


Dalam Pekerjaan Ini jenis Pipa Sambungan Rumah (SR) yang digunakan adalah :
1) Bahan : HDPE SDR 11 PN 16 Diameter 1/2"
PVC jenis AW Diameter 1/2"
b) Spesifikasi Water Meter dia. 1/2" SNI

Meteran Air SNI 2547 : 2008

Nominal Diameter : 1/ 2 ” ( 15 mm )
Starting Flow Rate : 10 l/ h
Max. Pressure : 16 bar
Max. Flow Rate : 3 m3/ h
Max. Temperature : 30 degree C
Technical Characteristics :
mm 15 20
Nominal Diameter (DN)
pol 1/2″ 3/4″
Length mm 165/170/190 190
Metrology Class B C B C
Typical Start Up L/H 10 7 18 12
Minimum Flow Rate – Qmin L/H 30 15 50 25
Transitional Flow Rate – Qt L/H 120 22,5 200 37,5
Nominal Flow Rate – Qn m3/h 1,5 1,5 2,5 2,5
Maximum Flow Rate – Qmax m3/h 3 3 5 5
Maximum Temperature °C 30 40
Maximum Temperature (<1h) °C 50 50
Maximum Operating Pressure bar 16 16
Head Loss at Qmax bar <1 <1
Maximum Reading m3 9,999 or 99,999 9,999 or 99,999
Minimum Reading L 0,02 0,02
SPESIFIKASI TEKNIS

Untuk Jenis Meteran Air/ Water Meter yang akan digunakan ini adalah water meter
ukuran ½” yang mengacu pada SNI 2547 : 2008 Standar ini merupakan revisi SNI 05-
2547-1991 dan dalam kondisi sudah di Tera Ulang.
c) Pekerjaan Galian Pipa
Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian pekerjaan harus dilaksanakan
menurut ukuran dan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar-gambar atau
menurut ukuran dan ketinggian lain, sebagaimana mungkin akan diperintahkan oleh
direksi secara tertulis.
1) Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah aatau jarak
yang ditunjukkan kepada direksi lebih dulu sebelum memulai pekerjaan tanah pada
setiap tempat. Yang dimaksud “permukaan tanah”, sesudah pembersihan lapangan
dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.
- Semua penggalian dan pekerjaan tanah yang diperlukan harus dilaksanakan
menurut Dokumen Kontrak. Semua hal-hal yang bersangkutan dengan hal-hal
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk
yang diberikan, kecuali bilamana syarat dan petunjuk tersebut diubah secara
tertulis oleh direksi untuk bagian-bagian pekerjaan tertentu.
- Penggalian dan pekerjaan tanah akan dilakukan baik secara mekanis maupun
dengan tenaga manusia.
2) Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan Tanah Bekas Galian dilakukan pada lokasi
yang telah ditentukan dalam gambar rencana.
3) Semua daerah sekitar jalur yang akan digali perlu dibersihkan dari sampah/kotoran,
pohon, dan semak-semak yang mengganggu.
4) Pelaksanaan pekerjaan penggalian pada jalur ini harus dijaga agar tidak terjadi
longsoran. Jika terjadi kelongsoran maka kontraktor harus mengadakan perbaikan
kembali dan perbaikan itu harus disetujui oleh direksi.
5) Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan yang ditemukan dalam gambar
rencana
6) Semua penggalian yang tidak sesuai dengan gambar rencana atau yang dibuat
sendiri oleh kontraktor untuk keperluan lain, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor untuk menimbun kembali.
7) Bila pada waktu penggalian terjadi rembesan/genangan air, kontraktor harus
menyediakan pompa untuk keperluan pengeringan air yang memadai, serta atas
persetujuan direksi.
SPESIFIKASI TEKNIS

8) Tanah longsor dan kotoran yang masuk dalam galian harus dipindahkan dan
dibersihkan sebelum dilakukan penimbunan kembali.
9) Apabila pada pekerjaan penggalian tanah ini didapatkan batu, maka yang dimaksud
dengan galian batu ialah berupa pembongkaran bongkah-bongkah batu.
Pembongkaran batu dapat dilaksanakan dengan alat pemecah batu yang sesuai atau
dengan peledakan.
d) Timbunan dan Pemadatan Tanah Bekas Galian
1) Bahan urugan tidak boleh benda-benda organis, seperti rumput-rumputan, akar
pohon, tidak termasuk bahan yang melar (non expansive), serta tidak mengandung
benda yang keras/batu dengan diameter lebih besar dari 2 cm.
2) Penyedia Jasa berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan kembali
lokasi yang dilewati jalur pipa seperti keadaan semula (sebelum pemasangan pipa).
3) Setelah pemasangan pipa, sisa-sisa tanah/material bekas galian/urugan harus
diangkut dan dibuang ke tempat yang disetujui oleh Direksi sehingga bersih/rapid
an biaya yang timbul untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Penyedia Jasa.
e) Perbaikan Kembali
Penyedia Jasa wajib serta bertanggung jawab untuk perbaikan kembali seperti
keadaan/konstruksi semula (sebelum pemasangan pipa) dengan konstruksi dan
kualitas minimal harus sama, untuk semua bangunan dan konstruksi yang rusak oleh
rekanan akibat pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa antara lain :
1) Jalan batu kembali berbatu
2) Trotoar beton harus kembali berbeton
3) Bidang tanah berumput/tanaman-tanaman seperti semula
4) Dan lain-lain yang dijumpai selama pelaksanaan pekerjaan
Setelah pemasangan pipa, sisa-sisa tanah/material bekas galian/urugan harus diangkut
dan dibuang ketempat yang disetujui Direksi hingga bersih/rapi, dan biaya yang timbul
untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Penyedia Jasa.
SPESIFIKASI TEKNIS

f) Pekerjaan Typikal Sambungan Rumah (SR)

Pipa yang digunakan untuk Typikal Sambungan Rumah dalam pekerjaan ini
menggunakan Pipa HDPE uk. 1/2" Panjang : 8 M. Setiap 1 paket Sambungan Rumah (SR)
meliputi beberapa aksesoris pipa seperti yang tertera pada tabel di atas. Pada masing –
masing rumah, penyambungan dari pipa layanan diameter 6, 4, 3 atau 2 inchi ke 1/2
SPESIFIKASI TEKNIS

inchi dilakukan dengan menggunakan aksesoris clamp saddle sesuai ukuran pipa
layanan x 1/2 inchi dan pipa 1/2 inchi HDPE di siapkan sepanjang 8 meter pipa menuju
perkarangan/ halaman setiap rumah.

F. Pekerjaan Lain-lain
a) Penyedia Jasa harus mencuci pipa yang sudah selesai dipasang. Air yang dipakai untuk
mencuci pipa harus air bersih. Pengurasan dilaksanakan mulai dari hulu pipa yang sudah
dipasang dan dibuang ke saluran-saluran drainase, secara berangsur-angsur sehingga
kotoran didalam pipa dapat dibersihkan. Lamanya pengurasan akan ditentukan Direksi.
b) Pengecatan
Semua pipa yang terbuka terhadap udara, harus dicat dengan dua lapisan yaitu cat dasar
dan cat asli, yang mana permukaan pipa dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.
c) Pemotongan Pipa
Jika benar-benar diperlukan, pemotongan pipa dapat dilakukan Penyedia Jasa dengan
persetujuan Direksi dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai/khusus untuk jenis
dan bahan pipa yang akan dipasang, supaya benar-benar terjamin pemotongannya atau
sesuai dengan syarat-syarat teknis/petunjuk dari pabrik pipa yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai